Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 9 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Data, Informasi, dan Knowledge a) Data Data adalah sekumpulan keterangan-keterangan dan fakta objektif mengenai suatu kejadian atau penyederhanaan catatan terstruktur dari suatu transaksi. Data mentah kemudian dikonversikan ke dalam bentuk informasi. Data mentah tersebut memiliki tujuan tertentu, walaupun mungkin memiliki sedikit relevansi ataupun bahkan tidak ada keterhubungan sama sekali (Tiwana, 2000). Data seharusnya disimpan sebagai informasi yang value-added. Pengelolaan data seringkali mengarah pada pengukuran kuantitatif seperti seberapa banyak data yang dapat diproses dalam satu jam, berapa biaya untuk menangkap sebuah transaksi, berapa banyak kapasitas yang dimiliki, dan sebagainya. Pengukuran kualitatif dipertimbangkan setelahnya, seperti waktu ketersediaan data ketika dibutuhkan maupun data mudah didapat atau tidak (Tiwana, 2000). Seiring dengan tumbuhnya bisnis, jumlah data yang diperoleh mungkin akan menjadi semakin banyak dan menumpuk. Data, meskipun penting bagi perusahaan, tidak dapat banyak digunakan jika tidak diubah menjadi informasi. b) Informasi Informasi adalah data yang dilengkapi dengan relevansi dan tujuan. Informasi berasal dari kata inform yang berarti sesuatu yang mengubah atau membentuk orang yang menerimanya. Permasalahan yang ada yaitu bagaimana membentuk informasi yang berguna, informasi yang dapat membantu manajer menjalankan bisnisnya dengan lebih baik, membuat keputusan yang lebih efektif, dan mengubah hal-hal ke arah yang benar (Tiwana, 2000). Informasi bergerak dalam bentuk elektronik ataupun hard, melalui jaringan elektronik dan jejaring sosial. Seperti halnya data, permasalahan yang dihadapi terkait dengan aliran informasi yaitu informasi yang menumpuk. Hal ini berarti

2 10 terdapat lebih banyak informasi baik yang sifatnya relevan maupun yang tidak relevan daripada yang diperlukan. Terlalu banyak informasi, di satu sisi, lebih baik daripada kekurangan informasi, dimana kita dapat menentukan informasi mana yang benar-benar relevan dan berguna. Di sisi lain, terlalu banyak informasi menjadikannya sulit untuk memahaminya dan bahkan tidak lebih baik daripada tidak memiliki informasi sama sekali (Tiwana, 2000). c) Knowledge Knowledge atau pengetahuan, merupakan gabungan dari pengalaman yang terbentuk, nilai tambah, informasi kontekstual, pandangan ahli serta intuisi yang menyediakan lingkungan dan kerangka kerja untuk mengevaluasi dan menghasilkan informasi dan pengetahuan yang baru. Pada organisasi, pengetahuan melekat bukan hanya pada dokumen atau tempat penyimpanan lainnya tetapi juga pada rutinitas, proses, praktek, dan norma-norma dari organisasi (Sambamurthy dan Subramani, 2005). Pengetahuan adalah sumber utama dalam pengambilan keputusan, peramalan, perancangan, perencanaan, diagnosis, analisis, evaluasi, dan penetapan penilaian. Pengetahuan dibentuk dan disebarkan diantara individu dan pemikiran bersama. Pengetahuan tidak tumbuh dalam database tetapi meliputi pengalaman, kesuksesan, kegagalan, dan pembelajaran sepanjang waktu (Tiwana, 2000). Pengetahuan merupakan aset yang utama bagi organisasi pada masa ekonomi. Terlebih lagi, pengetahuan disebarkan ke setiap individu, tim, dan organisasi. Oleh karena itu, kemampuan untuk menciptakan, memperoleh, mengintegrasikan, dan menyebarkan pengetahuan yang terdistribusi telah menjadi suatu kapabilitas organisasi yang utama. Agar dapat berhasil, organisasi seharusnya tidak hanya memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki saat ini, tetapi juga harus menginvestasikan pada penemuan pengetahuan baru secara kontinu sebagai pilihan strategis untuk strategi dan keuntungan persaingan di masa mendatang (Sambamurthy dan Subramani, 2005).

3 11 Pengetahuan adalah konsep yang kompleks dan sejumlah faktor menentukan sifat penciptaan, pengelolaan, penilaian, dan pembagian. Pengetahuan dapat diserap dari sumber pengetahuan dan disebarkan kepada individu lainnya. Lebih jauh lagi, pengetahuan dapat dipahami sebagai keadaan dalam tingkat yang beragam, tidak hanya pada tingkat individual tetapi juga pada tingkat kelompok dan organisasi (Sambamurthy dan Subramani, 2005). Pengetahuan organisasi tercipta melalui siklus kombinasi, internalisasi, sosialisasi, dan eksternalisasi yang mengubah pengetahuan dalam bentuk tacit ataupun explicit. Pada proses dinamis penciptaan pengetahuan tersebut, menghubungkan antara individu dengan kelompok yang melakukan tugas yang sama (misal komunitas pelatihan) memegang peranan yang penting dalam komunikasi, pembagian, dan pengintegrasian pengetahuan (Sambamurthy dan Subramani, 2005). II.2 Kategori, Tipe, dan Sumber Knowledge Knowledge dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama yaitu tacit dan explicit (Tiwana, 2000). Berikut adalah penjelasan dari kedua kategori tersebut : a) Tacit knowledge, mengacu pada kualitas personal yang menjadikannya sulit untuk diformulasikan, dicatat, ataupun diucapkan. Komponen tacit kebanyakan dikembangkan melalui proses trial and error yang dilakukan dalam suatu praktek. Tacit knowledge meliputi komponen-komponen seperti multi locational, migratory, ground truth, judgment, experience, knowledge scripts, values, dan assumptions. b) Explicit knowledge, merupakan komponen pengetahuan yang dapat dijadikan kode dan disebarkan dalam bahasa yang formal dan sistematik, misalkan dokumen, database, web, , diagram, dan sebagainya. Explicit knowledge meliputi komponen-komponen seperti externalized, multi locational, migratory, assumptions, values, dan ground truth.

4 12 Proses penciptaan pengetahuan dapat berasal dari aktivitas-aktivitas yang meliputi perubahan dari tacit knowledge yang sifatnya subjektif (berdasarkan pengalaman) menjadi explicit knowledge yang sifatnya objektif, dikenal juga dengan istilah eksternalisasi. Permasalahannya yaitu tacit knowledge yang berdasarkan pengalaman seringkali sulit untuk diucapkan, diformulasikan, dan dikodekan. Knowledge dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe yaitu externalized knowledge, multi locational knowledge, dan migratory knowledge (Tiwana, 2000). Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga tipe tersebut: a) Externalized knowledge. Pengetahuan sangatlah kompleks dan awalnya bersifat tacit. Bagaimanapun, pengetahuan dapat dieksternalisasi dan melekat pada produk dan proses yang dimiliki perusahaan. Salah satu aspek dari tacit knowledge yaitu dimensi cognitive yang meliputi kepercayaan, idealisme, nilai tambah, schemata, dan mental models. Komponen cognitive tersebut sulit untuk diucapkan dan membentuk persepsi dari orang yang memilikinya. Komponen cognitive tersebut sebaiknya diekstraksi untuk memperoleh konteks dan kelengkapan dari pengetahuan explicit yang ditangkap. b) Multi locational knowledge. Pengetahuan dapat berada di dalam organisasi maupun di luarnya. Knowledge management (KM) meliputi aktivitas yang terkait dengan integrasi pengetahuan tersebut dari berbagai sumber dalam bentuk yang berbeda. KM menciptakan nilai tambah dengan menyebarkan pengetahuan, pengalaman, dan penilaian ke dalam dan luar organisasi. c) Migratory knowledge. Migratory knowledge adalah pengetahuan yang tidak terikat oleh pemilik atau penciptanya. Kapasitas pengetahuan untuk bergerak telah meningkat. Kodifikasi dinyatakan dalam beberapa bentuk seperti dokumen, database, gambar, ilustrasi, , video, atau halaman web pada fasilitas intranet perusahaan. Kodifikasi dapat juga dalam bentuk kertas, tape, atau film. Merubah bentuk-bentuk tersebut dalam format elektronik dapat memudahkan penyebaran. Ketika berbicara mengenai pergerakan pengetahuan yaitu mengenai kemampuan untuk menyebarkan pengetahuan dari satu orang atau satu organisasi ke yang lainnya tanpa kehilangan konteks dan maksudnya.

5 13 Pengetahuan dapat berasal dari berbagai sumber. Tabel II.1 menjelaskan mengenai sumber pengetahuan bagi sistem pengelolaan pengetahuan yang telah diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama pengetahuan, yaitu tacit dan explicit. Tabel II.1 Sumber-sumber pengetahuan bagi sistem pengelolaan pengetahuan (Tiwana, 2000) Sumber Pengetahuan pegawai, keahlian, dan kompetensi Pengetahuan berdasarkan pengalaman Grup yang berdasarkan keahlian kolaboratif knowledge sharing secara informal Nilai tambah Norma Explicit/dapat dikodifikasi Tacit/Perlu penjelasan Kepercayaan Tugas yang berdasarkan pengetahuan Pengetahuan yang melekat pada sistem fisik Aset manusia Pengetahuan yang melekat pada struktur internal Pengetahuan yang melekat pada struktur eksternal Aset pelanggan Pengalaman pekerja Hubungan dengan pelanggan

6 14 II.3 Tahap-tahap Fundamental Tiga langkah dasar terlibat dalam pengetahuan dan proses pembelajaran, sebagaimana terlihat pada Gambar II.1. Gambar II.1 Elemen dasar utilisasi pengetahuan dan perangkat teknologi yang dapat digunakan untuk mendukung setiap tahapan (Tiwana, 2000) a) Akuisisi Pengetahuan Akuisisi pengetahuan merupakan proses pengembangan dan penciptaan wawasan, keahlian, dan hubungan. Komponen teknologi informasi yang dapat mendukung akuisisi pengetahuan diantaranya data-capture tools dengan dilengkapi kemampuan untuk menyaring, intelligent databases, keyboard scanners, electronic white boards, dan sebagainya. b) Sharing Pengetahuan Tahap ini meliputi penyebaran dan ketersediaan hal-hal yang telah diketahui. Contoh pengetahuan yang dibagi yaitu ketika sebuah sistem pakar membantu seorang petugas technical support yang baru dalam menjawab panggilan pada bagian help desk Microsoft. c) Utilisasi Pengetahuan Utilisasi pengetahuan menjadi penting ketika pembelajaran diintegrasikan ke dalam organisasi. Apapun yang tersedia di organisasi dapat digeneralisasi dan diterapkan pada situasi yang baru. Berbagi dan utilisasi dilakukan secara bersama-sama. Setiap fasilitas pendukung berbasis komputer yang digunakan

7 15 untuk meningkatkan fungsi tersebut harus dapat menjelaskan ketiga konsep dasar ini sebelum implementasi dapat dimulai. II.4 Knowledge Management Jauh sebelum istilah seperti experts system, core competencies, best practices, learning organization, dan corporate memory seringkali terdengar, para manajer telah mengetahui bahwa kunci aset perusahaannya bukanlah pada bangunannya, pada market share, ataupun pada produknya melainkan pada orang-orang di dalamnya, pada pengetahuan dan keahliannya. Beberapa pengertian dari knowledge management (KM) sendiri adalah sebagai berikut (Tiwana, 2000). a) KM merupakan pengelolaan pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi untuk menciptakan nilai bisnis dan menghasilkan competitive advantage. b) KM memungkinkan terjadinya penciptaan, komunikasi, dan aplikasi dari seluruh pengetahuan untuk mencapai tujuan bisnis. c) KM adalah kemampuan untuk menciptakan dan memperoleh nilai yang lebih besar dari kompetensi core bisnis. d) KM mengarahkan permasalahan bisnis tertentu terhadap bisnis, baik itu menciptakan dan menyampaikan produk atau layanan inovatif; mengelola dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan yang ada maupun yang baru, partner, dan penyalur; ataupun mengadministrasikan dan meningkatkan praktek dan proses kerja. KM memiliki kaitan dengan penelitian dalam bidang sistem informasi karena kegunaan teknologi informasi memegang peranan yang penting dalam membentuk usaha organisasi untuk penciptaan, pemilikan, integrasi, penilaian, serta penggunaan pengetahuan. Sistem informasi telah menjadi pusat usaha organisasi dalam menjalankan proses bisnis, aliran informasi, dan sumber pengetahuan yang akan diintegrasikan dan disesuaikan dari kombinasi tertentu. Fokus dari penyebaran Knowledge Management Systems (KMS) dalam organisasi telah sampai pada tahap pengembangan tempat penyimpanan dokumen yang mudah diakses untuk mendukung penangkapan, penyimpanan, pemanggilan, dan distribusi dari pengetahuan organisasi yang telah didokumentasikan secara

8 16 eksplisit. KMS juga meliputi inisiatif berbasis teknologi lainnya seperti penciptaan basis data dari para pakar, pengembangan alat bantu pengambilan keputusan dan sistem pakar, serta menghubungkan jejaring sosial untuk membantu dalam mengakses sumber-sumber dari individu (Tiwana, 2000). Meskipun penelitian awal dari para sarjana sistem informasi fokus pada perancangan KMS, timbul kesadaran bahwa proses teknis dan sosial berinteraksi dan saling melengkapi dalam membentuk usaha KM. Sebagai contoh, meskipun teknologi informasi telah membantu komunitas praktisi elektronik, namun dinamika sosial seperti apa yang menjadi forum efektif untuk menyebarkan, mengintegrasikan, dan menggunakan pengetahuan. Dibalik penyebaran teknologi informasi, seperti apa struktur sistem, proses, dan dorongan yang bekerja bersama-sama dalam membentuk praktek KM yang efektif. Pada akhirnya, bagaimana dengan peran pemilikan pengetahuan, integrasi, dan proses transfer dalam pemahaman organisasi mengenai teknologi informasi (Tiwana, 2000). II.5 Permasalahan Knowledge Tabel II.2 menjelaskan mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi dalam knowledge sharing. Tabel II.2 Hambatan dalam knowledge sharing (Tiwana, 2000) Alasan Hambatan Tingkat kepercayaan yang tinggi Ketakutan dan kecurigaan Pemberian penghargaan Pekerjaan kolaboratif berbasis kelompok Penyelarasan misi, visi dan nilai tambah, dan strategi Join team-wide accountability dan penghargaan Akuntabilitas kelompok dan penghargaan Pemberian penghargaan secara tidak disengaja Usaha individu tanpa adanya pengakuan dan penghargaan Akuntabilitas dan penghargaan secara individu Fokus pada fungsional Konflik kepentingan antara pekerja dan pemilik

9 17 Tabel II.2 Hambatan dalam knowledge sharing (lanjutan) Alasan Fokus pada proses Fokus pada kepuasan pelanggan Terbuka bagi masukan dari luar Terbuka untuk kompetisi Pekerjaan kolaboratif dan crossfunctional Kebutuhan untuk berbagi Pengambilan keputusan secara lokal Kurang keselarasan Hambatan Sindrom not-invented-here Terlalu sibuk untuk berbagi Kompetisi internal IT yang tidak cocok Pemisahan kelompok fungsional Pengambilan keputusan secara terpusat dan top-down Secara umum terdapat tiga jenis permasalahan pengetahuan, yaitu: permasalahan koordinasi pengetahuan, permasalahan transfer pengetahuan, dan permasalahan penggunaan ulang pengetahuan (Sambamurthy dan Subramani, 2005). Permasalahan tersebut muncul dari tingkat kompleksitas yang dihadapi oleh individu, kelompok, dan organisasi dalam mengenali sifat pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan atau mengambil keputusan, kesulitan dalam menggabungkan kebutuhan komponen pengetahuan yang tersebar, serta kesulitan yang berasal dari ketidakjelasan dalam kepemilikan pengetahuan dan meningkatkan penggunaan ulang dari pengetahuan. a) Permasalahan Koordinasi Pengetahuan Individu maupun kelompok menghadapi permasalahan koordinasi pengetahuan ketika pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendiagnosa dan memecahkan masalah ataupun membuat keputusan yang tepat, namun pengetahuan tersebut tidak tersedia bagi individu maupun kelompok. Permasalahan koordinasi pengetahuan memerlukan pencarian terhadap para pakar dan dibantu oleh pemahaman pola distribusi pengetahuan dari yang mengetahui dan yang dapat diminta bantuannya. Para peneliti menyarankan agar jejaring personal, sosial, dan organisasi memberikan fasilitas untuk meningkatkan kesadaran akan mengetahui keberadaan pengetahuan serta memilikinya. Serupa dengan hal tersebut, teknologi informasi dapat

10 18 memfasilitasi pengelolaan komunitas praktisi yang efektif dan efisien dimana pendistribusian pengetahuan dapat dikoordinasikan. b) Permasalahan Transfer Pengetahuan Permasalahan ini seringkali dihadapi oleh individu ataupun kelompok ketika sumber pengetahuan yang dibutuhkan telah disimpan (umumnya setelah masalah koordinasi pengetahuan terselesaikan). Pada kenyataannya, ditemukan bahwa pengetahuan sifatnya sulit dan kontekstual sehingga menjadi tidak mudah untuk dipindahkan. Lebih jauh lagi, kemampuan penyerapan pengetahuan dari individu, unit, atau organisasi dapat memungkinkan ataupun menghambat kemampuannya untuk merasakan pengetahuan yang telah dipindahkan tersebut. c) Permasalahan Penggunaan Ulang Pengetahuan Terdapat permasalahan motivasi dan penghargaan yang terkait dengan penggunaan ulang pengetahuan. Hal ini dapat muncul ketika individu ataupun kelompok lebih memilih untuk memikirkan suatu penyelesaian masalah yang unik daripada menggunakan standar pengetahuan yang tersedia di tempat penyimpanan. Seringkali pengenalan individu untuk mengkontribusikan pengetahuan (misalnya kontribusi terhadap tempat penyimpanan dokumen organisasi atau memberi penghargaan kepada individu atas kontribusinya membagikan keahliannya) justru menghambat penggunaan ulang pengetahuan. Hal tersebut sesuai dengan saran yang diberikan oleh peneliti, bahwa orang-orang yang mendapat bantuan dianggap kurang kompeten dibandingkan orang-orang yang berkontribusi memberikan bantuan. II.6 Model SECI Pengetahuan organisasi tercipta melalui siklus kombinasi, internalisasi, sosialisasi, dan ekternalisasi yang merubah pengetahuan dari tacit ke explicit. Interaksi pengetahuan pada level perusahaan ditandai oleh C; pada level grup atau kelompok kerja ditandai oleh G; dan level individu oleh I. Penggunaan teknologi yang terkait ditunjukkan pada setiap kuadran. KM dilakukan berdasarkan model SECI melalui siklus yang terdiri atas sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi pengetahuan. Gambar II.2 menunjukkan bagaimana setiap fase

11 19 tersebut didukung oleh teknologi yang telah dibahas sebelumnya. Beberapa komponen mengalami overlap terhadap setiap fase penciptaan pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat dari satu elemen teknologi tersimpan dalam fase penciptaan pengetahuan yang beragam (Tiwana, 2000). Socialization Tacit Tacit Face-to-Face Communications Video Conferencing Tools Web Cams Virtual Reality Tools Externalization Process Capture Tools Traceability Reflective Peer-to-Peer networks Expert Systems Discussion platforms I I I G I I I Internalization E SC I Combination Collective Knowledge Networks Notes Databases / Org Memory Pattern Recognition Neural Networks Systemic Knowledge Tools Collaborative Computing Tools Intranets, Groupware Discussion Lists Web Forums Best Practice Database C G I G C G Legend C: Company s Knowledge G: Group or Team Knowledge I : Individual Employee s Knowledge Gambar II.2 Model SECI Nonaka dan posisi dimana IT dapat mendukung (Tiwana, 2000) II.7 Knowledge Repository Tempat penyimpanan informasi berbeda dengan tempat penyimpanan pengetahuan dimana konteks objek pengetahuan perlu disimpan pada konten itu sendiri. Sebuah platform pengetahuan dapat terdiri dari beberapa tempat penyimpanan. Isi dari setiap tempat penyimpanan tersebut akan menyediakan konteks untuk menginterpretasi isi dari tempat penyimpanan lain (Tiwana, 2000).

12 20 Tempat penyimpanan sebaiknya menyimpan elemen-elemen pengetahuan berikut (Tiwana, 2000): a) Declarative knowledge seperti konsep yang memiliki arti dan signifikan, kategori, definisi, dan asumsi. b) Procedural knowledge seperti proses, rangkaian kegiatan atau aktivitas, serta tindakan. c) Causal knowledge seperti tingkat rasional untuk keputusan, untuk menolak keputusan atau alternatif, hasil akhir dari aktivitas, dan bagian informal terkait lainnya. d) Context dari rangkaian keputusan, asumsi, hasil dari asumsi tersebut, dan pengetahuan informal seperti video clips, keterangan, catatan, dan percakapan. Bagi pengguna berikutnya yang akan mengakses bagian tersebut sebaiknya memiliki kemampuan untuk menambah atau mengubah isi. Tempat penyimpanan pengetahuan yang terintegrasi dengan baik tidak menuntut pengguna untuk mengetahui di tempat penyimpanan mana pengetahuan tersebut berada. Transparansi dirasakan perlu dan sangat mungkin dapat dilakukan. Beberapa perusahaan mengijinkan pembuat isi pengetahuan tersebut untuk membubuhi tanggal habis masa berlaku pada isinya. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin bahwa isi tersebut tidak lagi valid atau sudah tidak berlaku. Jika pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan informasi yang tersedia, dengan mengetahui informasi mana yang sudah lama, habis masa berlaku, tidak benar atau tidak valid maka dapat membantu dalam menghindari kesalahan yang besar (Tiwana, 2000). II.8 Pengertian Knowledge Sharing Knowledge sharing menyangkut keinginan dari setiap individu di dalam organisasi untuk berbagi pengetahuan yang telah didapatkan atau diciptakan kepada individu lainnya. Knowledge sharing dapat dilakukan secara langsung melalui komunikasi atau secara tidak langsung melalui media-media lainnya. Pada kenyataannya, knowledge sharing tidak dapat dipaksakan tetapi hanya dapat didorong dan difasilitasi (Bock dkk., 2005).

13 21 II.9 Manfaat Knowledge Sharing Bagi Organisasi Pengetahuan adalah aset yang fundamental bagi organisasi. Pengetahuan tersebar pada setiap individu, grup, dan organisasi. Namun bagaimanapun, pengetahuan menempel pada setiap individu dan pergerakan pengetahuan dari individu ke dalam batas organisasi, dari dan ke tempat penyimpanan, serta ke dalam rutinitas organisasi sangat tergantung pada sikap individu dalam knowledge sharing. Ketika knowledge sharing sulit dilakukan di dalam organisasi maka akan muncul knowledge gap yang akan menghasilkan hasil pekerjaan yang kurang memuaskan (Bock dkk., 2005). Agar dapat terus sukses dan berkembang, organisasi seharusnya tidak hanya memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya tetapi juga harus menemukan pengetahuan baru secara kontinu sebagai pilihan strategis bagi strategi dan keuntungan kompetitif di masa mendatang (Bock dkk., 2005). II.10 Kegagalan Penerapan Knowledge Sharing Knowledge sharing di dalam organisasi masih sering dianggap sebagai pengecualian dan bukan peraturan. Lebih jauh lagi, banyak organisasi membatasi knowledge sharing karena ancaman akan pengintaian dari pihak lain dan ingin menjaga kerahasiaannya. Selain itu, struktur insentif organisasi seperti skema kompensasi pay-for-performance dapat menghambat knowledge sharing jika pegawai merasa knowledge sharing akan membatasi usahanya untuk menjadikan dirinya berbeda dengan pegawai yang lainnya (Bock dkk., 2005). II.11 Kajian atas Beberapa Kerangka Kerja II.11.1 Pemicu Transfer Pengetahuan dari Konsultan ke Klien Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin maraknya penggunaan jasa pihak ketiga (outsourcing) dalam pengembangan dan integrasi sistem informasi yang kompleks seperti Enterprise resource planning (ERP). Banyak hal yang menyebabkan implementasi kurang berjalan dengan baik, seperti kurangnya tenaga ahli perusahaan, lemahnya daya ingat pegawai, serta kesulitan dalam mengikuti perubahan teknologi. Untuk itu perusahaan klien umumnya

14 22 menggunakan jasa konsultan untuk membantu dalam implementasi proses dalam sistem ERP ataupun sistem informasi yang kompleks lainnya (Ko dkk., 2005). Perusahaan klien mengharapkan pihak konsultan dapat mentransfer pengetahuannya mengenai implementasi tersebut kepada para pegawai perusahaan sehingga para pegawai tersebut dapat berkontribusi dalam menyukseskan implementasi serta belajar untuk mengelola sistem tanpa bantuan konsultan. Kesuksesan transfer pengetahuan dari konsultan ke perusahaan klien sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh perusahaan klien. Gambar II.3 Model penelitian - pemicu transfer pengetahuan dari konsultan ke klien (Ko dkk., 2005)

15 23 Model teoritis dibangun dengan berdasar pada knowledge transfer, sistem informasi, serta literatur-literatur mengenai komunikasi. Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa transfer pengetahuan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan pengetahuan, motivasi, dan komunikasi. Domain pengetahuan yang dibahas pada penelitian ini yaitu commercial knowledge, dimana bentuknya dapat berupa tacit atau explicit ataupun keduanya, bukan mengenai kebenaran tetapi mengenai kinerja yang efektif, bukan apa yang benar tetapi apa yang dapat bekerja atau bahkan apa yang bekerja lebih baik,. Pengetahuan mengenai implementasi ERP memiliki bentuk tacit maupun explicit, meliputi aktivitas yang terkait dengan instalasi software dan hardware serta pelatihan kepada pegawai perusahaan sebagai persiapan untuk operasional sistem, perawatan, dan dukungan atas sistem vendor yang biasanya dikustomisasi. Pengetahuan yang terkait di dalamnya meliputi petunjuk untuk memanipulasi konfigurasi table supaya dapat sesuai dengan proses bisnis serta pengetahuan mengenai bagaimana transaksi sales-order mengalir ke area fungsional lainnya dapat memicu perubahan pada level stok persediaan atau pembuatan faktur. Dalam konteks ERP, baik perusahaan klien maupun konsultan memiliki peran yang penting dalam kesuksesan implementasi. Pihak konsultan memiliki pengetahuan terutama mengenai teknis sedangkan perusahaan klien memiliki pengetahuan terutama mengenai proses bisnis. Ketidaksamaan bentuk pengetahuan tersebut dapat menjadi penghambat dalam penggunaan teknologi yang kompleks, transfer pengetahuan dari pihak konsultan ke perusahaan klien merupakan satu cara yang dapat mengurangi hambatan tersebut. II.11.2 Peran Ekstrinsik Motivator, Tekanan Sosial-Psikologis, dan Kultur Organisasi Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya persepsi bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh individu tidak dapat berubah menjadi pengetahuan organisasi dengan mudah meskipun sudah terdapat penggunaan knowledge repositories.

16 24 Individu cenderung untuk menyimpan pengetahuan yang dimilikinya untuk berbagai alasan (Bock dkk., 2005). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membangun pemahaman yang terintegrasi mengenai faktor-faktor yang mendukung atau menghambat keinginan individu untuk melakukan knowledge sharing. Theory of reason action (TRA) digunakan dan ditambahkan dengan faktor extrinsic motivator, tekanan sosial-psikologis, dan iklim organisasi yang dipercaya mempengaruhi keinginan individu untuk melakukan knowledge sharing. Anticipated Extrinsic Rewards Anticipated Resiprocal Relationships Attitude toward Knowledge Sharing Fairness Sense of Self Worth Subjective Norm Intention to share Knowledge Explicit knowledge Implicit knowledge Affiliation Innovativeness Organizational Climate First order factors Second order factors Gambar II.4 Peran ekstrinsik motivator, tekanan sosial-psikologis, dan kultur organisasi (Bock dkk., 2005) Hipotesis yang dihasilkan yaitu sikap dan norma-norma terkait dengan knowledge sharing seperti halnya iklim organisasi, mempengaruhi keinginan individu untuk melakukan knowledge sharing. Disamping itu, hubungan timbal balik mempengaruhi sikap individu dalam melakukan knowledge sharing sementara rasa harga diri dan iklim organisasi mempengaruhi norma-norma tertentu. Namun yang agak bertentangan yaitu penghargaan dari luar menghasilkan dampak negatif pada sikap individu dalam knowledge sharing.

17 25 II.11.3 Motivasi Individual, Social Capital, dan Kontribusi Pengetahuan Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk mengetahui bagaimana motivasi individu (individual motivations) dan komunitas sosial (social capital) mempengaruhi kontribusi pengetahuan pada jejaring elektronik (electronic networks). Penggunaan jejaring elektronik merupakan forum diskusi yang menggunakan media komputer, fokus pada permasalahan yang bersifat praktis, yang memungkinkan setiap individu untuk bertukar ide dan saran dengan individu lainnya berdasarkan kepentingan umum. Mengapa individu mau membantu orang lain dalam jejaring elektronik tersebut masih belum dipahami dengan baik. Untuk itu, digunakanlah theories of collective action untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai aliran pengetahuan dengan menguji setiap individu, mengapa individu dengan sukarela memberikan pengetahuannya dan membantu yang lainnya melalui jejaring elektronik (Wasko dan Faraj, 2005). Jejaring elektronik menjadikan informasi dapat dibagi dengan cepat, tersebar, dan dengan jumlah individu yang besar. Namun adanya jejaring elektronik ini tidak menjamin aktivitas knowledge sharing akan dilakukan. Penelitian ini melaporkan aktivitas pada satu jejaring elektronik yang mendukung suatu asosiasi legal yang profesional. Sebuah model kontribusi pengetahuan diuji secara empirik dengan menggunakan pengarsipan, jejaring, survey, serta content analysis data. Dari hasil penelitian ini didapat kesimpulan bahwa setiap individu mengkontribusikan pengetahuannya ketika individu merasa bahwa hal tersebut akan meningkatkan reputasi profesionalnya, ketika individu memiliki pengalaman untuk dibagi, dan ketika individu secara struktural tergabung di dalam suatu jejaring. Kontribusi muncul tanpa mengharapkan balasan dari pihak lain atau muncul karena tingkat komitmen yang tinggi terhadap jejaring tersebut.

18 26 Individual Motivations Reputation Enjoy Helping Structural Capital Centrality Cognitive Capital Knowledge Contribution Self rated Expertise Tenure in the Field Relational Capital Commitment Reciprocity Gambar II.5 Motivasi individual, social capital, dan kontribusi pengetahuan (Wasko dan Faraj, 2005) II.11.4 Penggunaan EKR oleh Kontributor Pengetahuan Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keinginan organisasi untuk memperluas sumber pengetahuannya dengan menggunakan KMS, dimana salah satu kuncinya terletak pada Electronic Knowledge Repositories (EKR) atau tempat penyimpanan pengetahuan elektronik. Banyak inisiatif KM yang gagal disebabkan oleh keengganan setiap pegawai untuk membagi pengetahuannya melalui sistem tersebut (Kankanhalli dkk., 2005). Penelitian ini merumuskan dan menguji sebuah model teoretis untuk menjelaskan penggunaan EKR oleh kontributor pengetahuan. Model tersebut menggunakan teori pertukaran sosial untuk mengidentifikasi faktor biaya dan keuntungan yang mempengaruhi penggunaan EKR, serta teori sosial kapital untuk menghitung pengaruh faktor kontekstual.

19 27 Gambar II.6 Model penelitian penggunaan EKR oleh kontributor pengetahuan (Kankanhalli dkk., 2005) EKR merupakan tempat penyimpanan elektronik dari konten yang diperoleh mengenai semua hal dimana organisasi telah memutuskan untuk mengelola pengetahuan. EKR dapat terdiri dari bermacam basis pengetahuan sebagaimana

20 28 mekanisme untuk akuisisi, kendali, dan publikasi dari pengetahuan. Proses knowledge sharing melalui EKR melibatkan setiap orang untuk mengkontribusikan pengetahuannya ke komunitas EKR dan orang-orang yang mencari pengetahuan dari EKR untuk digunakan kembali. Kesuksesan EKR terlihat dari keinginan kontributor untuk membagi pengetahuannya dan para pencari pengetahuan memiliki keinginan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Penelitian ini berkontribusi dalam pengembangan teoretis mengenai kontribusi pengetahuan pada dua cara yang penting. Pertama, penelitian ini menginvestigasi pengaruh faktor biaya dan manfaat terhadap penggunaan EKR. Kedua, penelitian ini menggabungkan faktor kontekstual untuk mengilustrasikan bagaimana faktor tersebut dapat menengahi hubungan antara faktor biaya dan manfaat dengan penggunaan EKR. Hasil penelitian ini menyarankan intervensi organisasi dan pertimbangan rancangan teknologi yang dapat mendorong kontribusi pengetahuan terhadap EKR dengan cara memfasilitasi penggunaan ulang pengetahuan organisasi. II.12 Penelitian Kuantitatif Karakteristik dari metode penelitian kuantitatif dapat dilihat pada Tabel II.3: Tabel II.3 Karakteristik penelitian kuantitatif (Sugiyono, 2008) Karakteristik Desain Tujuan Teknik Pengumpulan Data Deskripsi a. Spesifik, jelas, rinci b. Ditentukan secara mantap sejak awal c. Menjadi pegangan langkah demi langkah a. Menunjukkan hubungan antar variabel b. Menguji teori c. Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif a. Kuesioner b. Observasi dan wawancara terstruktur

21 29 Tabel II.3 Karakteristik penelitian kuantitatif (lanjutan) Karakteristik Instrumen Penelitian Data Sampel Analisis Hubungan dengan responden Usulan desain Kapan penelitian dianggap selesai Kepercayaan terhadap hasil penelitian Deskripsi a. Test, angket, wawancara terstruktur b. Instrumen yang telah terstandar a. Kuantitatif b. Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen a. Besar b. Representatif c. Sedapat mungkin random d. Ditentukan sejak awal a. Setelah selesai pengumpulan data b. Deduktif c. Menggunakan statistik untuk menguji hipotesis a. Dibuat berjarak, bahkan tanpa kontak supaya objektif b. Kedudukan peneliti lebih tinggi dari responden c. Jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan a. Luas dan rinci b. Literatur yang berhubungan dengan masalah, dan variabel yang diteliti c. Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya d. Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas e. Hipotesis dirumuskan dengan jelas f. Ditulis dengan rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen Proses penelitian kuantitatif ditunjukkan oleh Gambar II.7.

22 30 Gambar II.7 Proses penelitian kuantitatif - modifikasi dari Tuckman (Sugiyono, 2008) II.13 Design Science dalam Penelitian Sistem Informasi Terdapat dua paradigma yang menjadi karakteristik dari kebanyakan penelitian di bidang sistem informasi, yaitu behavioral science paradigm dan design science paradigm. Behavioral science paradigm mengembangkan dan melakukan verifikasi teori-teori yang menjelaskan atau memprediksi perilaku individu ataupun organisasi. Sedangkan design science paradigm lebih ke arah penciptaan artifak baru dan inovatif. Pada design science paradigm, pengetahuan dan pemahaman atas permasalahan beserta solusinya diperoleh dari perancangan dan aplikasi dari artifak yang dihasilkan (Hevner dkk., 2004). II.13.1 Kerangka Kerja Penelitian Sistem Informasi Terdapat dua proses perancangan dan empat artifak yang dihasilkan dari penelitian design science di bidang sistem informasi. Kedua proses tersebut yaitu build dan evaluate. Artifak yang dihasilkan meliputi constructs models, methods, dan instantiations. Constructs merupakan kata-kata dan simbol-simbol, dimana

23 31 permasalahan dan solusi didefinisikan dan dikomunikasikan. Models merupakan abstraksi dan representasi, menggunakan constructs untuk merepresentasikan situasi dan kondisi pada dunia nyata, membantu dalam pemahaman permasalahan dan solusi yang ada. Methods merupakan algoritma dan pelaksanaan, mendefinisikan proses, memberikan pedoman bagaimana menyelesaikan permasalahan. Instantiations merupakan sistem yang terimplementasi serta prototype, yang menunjukkan bahwa constructs, models, dan methods dapat diimplementasikan pada sistem kerja (Hevner dkk., 2004). Gambar II.8 Kerangka kerja penelitian kajian sistem informasi (Hevner dkk., 2004) Gambar II.8 menampilkan konseptual kerangka kerja untuk memahami, menjalankan, dan mengevaluasi penelitian di bidang sistem informasi dengan menggabungkan paradigma design-science dan behavioral science. Environment mendefinisikan lingkup permasalahan yang terdiri atas people, organization, dan technologies. Behavioral science lebih mengarah pada penelitian terhadap pengembangan dan justifikasi dari teori-teori yang menjelaskan atau memprediksi fenomena yang terkait dengan kebutuhan bisnis yang teridentifikasi. Design science lebih mengarah pada penelitian terhadap perancangan dan evaluasi artifak untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang teridentifikasi.

24 32 Knowledge base menyediakan raw material dari penelitian-penelitian sebelumnya. Knowledge base terdiri atas foundations dan methodologies. Hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya memberikan dasar teori, kerangka kerja, instrumen, constructs, model, methods, dan instantiation yang digunakan dalam fase perancangan dari penelitian. Methodologies memberikan pedoman yang digunakan dalam fase evaluasi. II.13.2 Pedoman bagi Design Science dalam Penelitian Sistem Informasi Tabel II.4 menunjukkan pedoman-pedoman yang dapat digunakan dalam penelitian design science di bidang sistem informasi. Prinsip dasar dari tujuh pedoman tersebut yaitu pengetahuan dan pemahaman dari permasalahan dan solusi yang diperoleh dari perancangan dan aplikasi dari artifak (Hevner dkk., 2004). Tabel II.4 Pedoman penelitian design science (Hevner dkk., 2004) Pedoman Pedoman 1 : Rancangan sebagai sebuah artifak Pedoman 2 : Keterkaitan masalah Pedoman 3 : Evaluasi rancangan Pedoman 4 : Kontribusi penelitian Pedoman 5 : Kesesuaian penelitian Deskripsi Penelitian design-science harus menghasilkan artifak yang berkelanjutan dalam bentuk constructs, model, method atau instantiations. Tujuan dari penelitian design-science yaitu untuk mengembangkan solusi berbasis teknologi terhadap permasalahan bisnis yang relevan dan penting. Kegunaan, kualitas, dan kontribusi dari rancangan artifak harus didemonstrasikan melalui metode evaluasi yang dijalankan dengan baik. Penelitian design-science yang efektif harus memberikan kontribusi yang jelas dan dapat diverifikasi dalam area design artifak, design foundations, dan design methodologies. Penelitian design-science menggunakan aplikasi dari metode yang sesuai baik pada fase perancangan maupun evaluasi dari rancangan artifak.

25 33 Tabel II.4 Pedoman penelitian design science (lanjutan) Pedoman Pedoman 6 : Rancangan sebagai proses pencarian Pedoman 7 : Komunikasi atas penelitian Deskripsi Pencarian terhadap artifak yang efektif memerlukan penggunaan alat yang tersedia untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan aturan dalam lingkup permasalahan Penelitian design-science harus ditampilkan secara efektif baik pada pihak-pihak yang berorientasi teknologi maupun berorientasi manajemen.

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pengetahuan merupakan aset utama yang dimiliki organisasi dan melekat pada setiap individunya. Pengetahuan adalah sumber yang sangat bernilai bagi organisasi karena

Lebih terperinci

Bab III Analisis III.1 Objek Analisis III.2 Tujuan Analisis

Bab III Analisis III.1 Objek Analisis III.2 Tujuan Analisis 34 Bab III Analisis Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini. Terkait dengan tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan sebuah usulan kerangka

Lebih terperinci

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Penulisan bab IV ini ditujukan untuk menjelaskan tahapan perancangan arsitektur KMS melalui studi kasus serta menjelaskan tahapan perumusan strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari

Lebih terperinci

PERANCANGAN KERANGKA KERJA UNTUK IMPLEMENTASI KNOWLEDGE SHARING TESIS. AMBAR SUWARDI NIM : Program Studi Magister Informatika

PERANCANGAN KERANGKA KERJA UNTUK IMPLEMENTASI KNOWLEDGE SHARING TESIS. AMBAR SUWARDI NIM : Program Studi Magister Informatika PERANCANGAN KERANGKA KERJA UNTUK IMPLEMENTASI KNOWLEDGE SHARING TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh AMBAR SUWARDI NIM : 23507034

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses untuk mengoptimalisasi kekayaan intelektual yang dapat dilihat dari kinerja karyawan di suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Perangkat Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Tools) Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Perangkat Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Tools) Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Perangkat Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Tools) Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Agar mahasiswa mengerti perangkat manajemen pengetahuan apa saja yang dapat diterapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data Menurut Parker (1993) data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item, kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

Lebih terperinci

Taryana Suryana. M.Kom

Taryana Suryana. M.Kom Knowledge Management Taryana Suryana. M.Kom taryanarx@yahoo.com http://kuliahonline.unikom.ac.id 1 Pendahuluan Knowledege dapat didefinisikan sebagai pemahaman terhadap sesuatu melalui proses atau pengalaman

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh

Lebih terperinci

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan 18 2. Mengadakan sharing vision secara periodik Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan yang

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3 KNOWLEDGE MANAGEMENT Pertemuan 3 : Model Knowledge Management Pertemuan 3 Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Model KM Memahami kunci utama model teoritis knowledge management yang digunakan saat

Lebih terperinci

PERANGKAT MANAJEMEN PENGETAHUAN

PERANGKAT MANAJEMEN PENGETAHUAN PERANGKAT MANAJEMEN PENGETAHUAN Pertemuan 8 PENDAHULUAN Teknologi digunakan untuk memfasilitasi komunikasi, kolaborasi, dan manajemen konten untuk penangkapan, berbagi, penyebaran, dan aplikasi pengetahuan

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Siklus Knowledge Management. Pertemuan 2

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Siklus Knowledge Management. Pertemuan 2 KNOWLEDGE MANAGEMENT Pertemuan 2 : Siklus Knowledge Management Pertemuan 2 Rani Puspita D, M.Kom KM yang efektif mensyaratkan organisasi untuk mengidentifikasi, menghasilkan, memperoleh, menyebar dan menangkap

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Systems thinking merupakan pendekatan dengan cara pandang yang menganggap bahwa suatu problem merupakan satu kesatuan sistem dalam dunia yang luas. Prinsip systems

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

Bab IV Perancangan IV.1 Objek Perancangan

Bab IV Perancangan IV.1 Objek Perancangan 53 Bab IV Perancangan Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai langkah-langkah perancangan kerangka kerja yang dilakukan dalam penelitian ini. Esensi dari penelitian ini yaitu membangun artifak yang meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagian besar perusahaan termasuk perusahaan konsultan kontruksi bertujuan untuk tumbuh dan sukses dalam bisnis mereka. Pertumbuhan adalah aspek penting

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengetahuan (Knowledge) Dalam konteks teknologi informasi, pengetahuan dibedakan dengan data dan informasi. Data adalah sekumpulan fakta, pengukuran-pengukuran yang kemudian akan

Lebih terperinci

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Hal IIB - 355 EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Amelia Kurniawati 1, Luciana Andrawina 2, Firmansyah Wahyudiarto 3, Andy Surya Setiawan 4 Fakultas

Lebih terperinci

2004. h. 194. 2 Robert B Denhardt, Theories of Public Organization (fifth edition), Belmont:,Thomson Wadworth, 2008, h. 190.

2004. h. 194. 2 Robert B Denhardt, Theories of Public Organization (fifth edition), Belmont:,Thomson Wadworth, 2008, h. 190. 1 ORGANISASI BERKINERJA TINGGI Pendahuluan Keberadaan dan kelangsungan hidup suatu organisasi ditentukan oleh konteksnya. Jika suatu organisasi tidak berhasil memenuhi kebutuhan konteksnya maka organisasi

Lebih terperinci

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Data, Informasi, dan Pengetahuan Menurut Bergeron dalam Sangkala (2007) data adalah bilangan, terkait dengan angka-angka atau atribut-atribut yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan atau knowledge merupakan sumber inovasi yang dibutuhkan oleh organisasi maupun perusahaan untuk bertahan dan berkembang [1], [2]. Supaya efektif dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penyebaran Pengetahuan dan Communities of Practice. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penyebaran Pengetahuan dan Communities of Practice. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Penyebaran Pengetahuan dan Communities of Practice Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Mengetahui komponen kunci komunitas praktik Menyebutkan fase utama dalam siklus hidup komunitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari jenis datanya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari jenis datanya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Ditinjau dari jenis datanya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 437~445 437 USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Windi Irmayani Komputerisasi Akuntansi,

Lebih terperinci

Arsitektur Knowledge Management

Arsitektur Knowledge Management Arsitektur Knowledge Management Aloysius Airlangga Bajuadji, S.Kom, M.Eng Tujuan & Definisi Arsitektur KM Tujuan penyusunan arsitektur KM adalah untuk menyediakan kerangka dan landasan bagi pengembangan

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran 1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini 2. Menghubungkan kerangka kerja KM dengan kon

Tujuan Pembelajaran 1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini 2. Menghubungkan kerangka kerja KM dengan kon Model Manajemen Pengetahuan Pertemuan 3 Tujuan Pembelajaran 1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini 2. Menghubungkan kerangka kerja KM dengan konsep KM dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir.

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir. 2.1 Knowledge Knowledge adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta ditunjang inovasi di berbagai bidang kehidupan. Setelah era efisiensi

Lebih terperinci

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Organization Services Berdiri sejak tahun 1991, Dunamis merupakan mitra berlisensi dari FranklinCovey - sebuah organisasi global yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. secara benar. Data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya.

BAB III METODOLOGI. secara benar. Data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Metode merupakan suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu secara benar. Data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan

Lebih terperinci

1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini

1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini 1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini 2. Menghubungkan kerangka kerja KM dengan konsep KM dan langkah-langkah utama dalam siklus KM 3. Menjelaskan model sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada awalnya perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan industri. Seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Menurut McLeod (2001, p11), sistem adalah elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud untuk mencari suatu tujuan, dimana unsur-unsur dari sistem meliputi input, tekransformasi,

Lebih terperinci

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Jenis Knowledge Terdapat dua jenis knowledge yang terdapat pada perusahaan, yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge adalah knowledge

Lebih terperinci

MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017

MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017 MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017 1. Integritas dan wawasan kebangsaan 2. Pembekalan isu strategis 3.Organisasi Berkinerja Tinggi 4. Diagnostic Reading 5. Penjelasan Proyek Perubahan

Lebih terperinci

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam Teknologi enterprise resources planning (ERP) dapat mengintegrasikan fungsi marketing, fungsi produksi, fungsi logistik, fungsi finance, fungsi sumber daya, fungsi produksi, dan fungsi lainnya. ERP telah

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 2. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 2. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 2 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 22/09/2014 Perancangan Produk -

Lebih terperinci

MANAGEMENT SUPPORT SYSTEM (MSS) FT. UMS

MANAGEMENT SUPPORT SYSTEM (MSS) FT. UMS MANAGEMENT SUPPORT SYSTEM (MSS) FT. UMS MANAGEMENT SUPPORT SYSTEM (MSS) Manajer dan Dukungan Komputer. Teknologi komputer sekarang ini merupakan bagian terpenting dalam dunia bisnis, dan jelas dalam pelbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut Jogiyanto (2008:5), sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersamasama untuk melakukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang ABSTRAK Arsitektur enterprise merupakan suatu upaya memandang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Referensi : 1. Management Information Systems : A Managerial End User Perspective, James A. O'Brien 2. Management Information Systems, Raymond McLeod, Jr. Sistem Informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Universitas Telkom (disingkat Tel-U) merupakan penggabungan dari empat institusi yang berada di bawah badan penyelenggara Telkom Foundation (TF), yaitu Telkom Engineering

Lebih terperinci

Contributing Knowledge to Electronic Knowledge Repositories: An Empirical Investigation

Contributing Knowledge to Electronic Knowledge Repositories: An Empirical Investigation Contributing Knowledge to Electronic Knowledge Repositories: An Empirical Investigation Atreyi Kankanhalli, Bernard C. Y. Tan, dan Kwok-Kee Wei MIS Quarterly Vol. 29 No. 1, pp. 113-143/Maret 2002 Kata

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 6

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 6 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 6 Implementasi Sistem ERP Dimensi dan faktor yang mempengaruhi implementasi ERP Isu pada manajemen proyek Estimasi waktu, penentuan skala prioritas, fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi Konsep teknologi informasi khususnya Internet telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL

BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL 71 BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL 4.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan pertimbangan konsep-konsep yang telah dibahas pada Bab 2, teori yang dikemukakan Nonaka dan Takeuchi (1995) mengenai penciptaan pengetahuan

Lebih terperinci

4 Metodologi Penelitian

4 Metodologi Penelitian 4 Metodologi Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai metodologi penelitian yang digunakan dan pengembangan proposisi kerangka konseptual yang akan menjadi dasar dalam pengumpulan data. Tujuan

Lebih terperinci

Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan. Caca E. Supriana, S.Si.,MT.

Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan. Caca E. Supriana, S.Si.,MT. Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan Caca E. Supriana, S.Si.,MT. caca.e.supriana@unpas.ac.id Data Data adalah sumber daya berharga yang dapat menerjemahkan menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY (Sumber : Hilmi Aulawi, Rajesri Govindaraju, Kadarsah Suryadi, Iman Sudirman) Fakultas Teknologi Industri, Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengetahuan. Dalam membicarakan pengetahuan sangatlah abstrak, karena pengetahuan mempunyai arti yang sangat dalam dan lebih luas dari data atau informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses globalisasi dan merupakan sebuah fenomena yang memberikan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses globalisasi dan merupakan sebuah fenomena yang memberikan perubahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi dan sistem informasi merupakan faktor penting dalam proses globalisasi dan merupakan sebuah fenomena yang memberikan perubahan secara dramatis pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah, pengertian dan penalaran konsep diperlukan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan makna konsep yang dipakai sehubungan

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 02- Pemetaan Proses & Siklus ERP PENGELOLAAN PROYEK ERP Lingkungan struktur organisasi dalam implementasi ERP bisa disesuaikan dengan kebutuhan, karena struktur organisasi

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Strategik SI/TI

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Strategik SI/TI Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Strategik SI/TI 1 Tantangan Pengelolaan IT Perubahan teknologi (TI) semakin cepat. Aplikasi dan data semakin banyak overload informasi. Perkembangan bisnis yang semakin

Lebih terperinci

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur Strategi t & Pengukuran Manajemen Pengetahuan Apa yang bisa diukur Apa yang bisa diukur tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur 1 Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. Kebutuhan untuk membangun dukungan manajemen pengetahuan (Knowledge

I. Pendahuluan. Kebutuhan untuk membangun dukungan manajemen pengetahuan (Knowledge I. Pendahuluan A. Latar Belakang Kebutuhan untuk membangun dukungan manajemen pengetahuan (Knowledge management) semakin tinggi. Pengetahuan merupakan bagian penting yang menentukan kekuatan bertahan hidup

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KNOWLEDGE MANAGEMENT TERHADAP PERFORMA ORGANISASI STUDI KASUS PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA

ANALISA DAMPAK KNOWLEDGE MANAGEMENT TERHADAP PERFORMA ORGANISASI STUDI KASUS PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 2-4 Desember 2013 ANALISA DAMPAK KNOWLEDGE MANAGEMENT TERHADAP PERFORMA ORGANISASI STUDI KASUS PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Rida Indah Fariani Jurusan

Lebih terperinci

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution Oleh : Shelly Atriani Iskandar P056121981.50 KELAS R50 PROGRAM PASCA SARJANA

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II AGENDA DIAGNOSTIC READING ORGANISASI BERKINERJA TINGGI Sunari Sarwono LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Dalam era global yang dinamis

Lebih terperinci

1. Mengetahui komponen kunci komunitas praktik. 2. Menyebutkan fase utama dalam siklus hidup komunitas

1. Mengetahui komponen kunci komunitas praktik. 2. Menyebutkan fase utama dalam siklus hidup komunitas 1. Mengetahui komponen kunci komunitas praktik 2. Menyebutkan fase utama dalam siklus hidup komunitas 3. Menjelaskan peran dan tanggung jawab di dalam komunitas praktik 4. Menganalisa alur pengetahuan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II AGENDA DIAGNOSTIC READING ORGANISASI BERKINERJA TINGGI Sunari Sarwono LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya kerja yang berbeda dengan bisnis lainnya. Hal ini dikarenakan dalam bisnisnya, KAP menyediakan

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 3

01/10/2010. Pertemuan 3 Pertemuan 3 Pengetahuan bersifat subyektif, kompleks dan dinamis, sehingga diperlukan pendekatan KM yang bersifat holistik Pengukuran diperlukan untuk dapat memonitor perkembangan hingga tercapainya benefit

Lebih terperinci

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG)

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG) MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG) Andreas Eko Wijaya Program Studi Teknik Informatika, STMIK

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 350 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1. Kesimpulan Dalam bab ini digambarkan kesimpulan tentang temuan penelitian, hasil analisis penelitian, dan fenomena yang relevan untuk diungkap sebagai bagian penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jumlah Mesin Bagian Online Produksi Key Facility

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jumlah Mesin Bagian Online Produksi Key Facility BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan, dan tenaga kerja dalam suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Mahwish Waheed, dkk dari International Islamic University Pakistan tahun 2011. Dalam tulisan

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap L1 Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Apa visi dan misi instansi? 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap bagian? 3. Bagaimana proses bisnis instansi? 4. Sejak tahun

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Strategi dan Pengukuran Knowledge Management Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Memahami lebih jelas mengenai strategi knowledge management. Memahami lebih detail dari mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi. Hal ini disebabkan manajemen sumber

Lebih terperinci

Bab V Evaluasi V.1 Skenario Evaluasi

Bab V Evaluasi V.1 Skenario Evaluasi 61 Bab V Evaluasi Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai langkah-langkah evaluasi kerangka kerja yang dilakukan dalam penelitian ini. Evaluasi kerangka kerja bertujuan mendapatkan informasi yang luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise

BAB I PENDAHULUAN. PT Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu inisiatif besar dalam proses transformasi yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise Resource Planning

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi yang terintegrasi telah banyak memberikan kontribusi kepada perkembangan bisnis saat ini. Semua proses bisnis dalam suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka pemikiran konseptual dari permasalahan yang dibahas dalam tesis. Gambar 3.1. Kerangka pemikiran konseptual permasalahan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka pemikiran konseptual dari permasalahan yang dibahas dalam tesis. Gambar 3.1. Kerangka pemikiran konseptual permasalahan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Peta Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran konseptual dari permasalahan yang dibahas dalam tesis ini digambarkan pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Kerangka pemikiran konseptual permasalahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah skor antara dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan Memiliki hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan-perusahaan di dunia untuk selalu berkembang dan melahirkan inovasiinovasi baru demi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu teknik yang banyak diminati perusahaan untuk mengelola asset pengetahuannya. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam e-learning terutama yang berbasis web, terdapat dua konsep belajar yang berbeda, yaitu Virtual Learning Environment (VLE) dan Personal Learning Environment

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM BAB 11 MENGELOLA PENGETAHUAN (MANAGING KNOWLEDGE)

RANGKUMAN SIM BAB 11 MENGELOLA PENGETAHUAN (MANAGING KNOWLEDGE) RANGKUMAN SIM BAB 11 MENGELOLA PENGETAHUAN (MANAGING KNOWLEDGE) A. BIDANG MANAJEMEN PENGETAHUAN TABEL ALASAN PENTINGNYA DIMENSI PENGETAHUAN PENGETAHUAN SEBAGAI ASET PERUSAHAAN 1. Pengetahuan adalah asset

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas Dalam penelitian kualitatif, analisis data

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM Reff : Modern Systems Analysis and Design Fourth Edition Jeffrey A. Hoffer Joey F. George Joseph S. Valacich

IMPLEMENTASI SISTEM Reff : Modern Systems Analysis and Design Fourth Edition Jeffrey A. Hoffer Joey F. George Joseph S. Valacich Analisis dan Perancangan Sistem IMPLEMENTASI SISTEM Reff : Modern Systems Analysis and Design Fourth Edition Jeffrey A. Hoffer Joey F. George Joseph S. Valacich Outline Tujuan Implementasi Sistem Pemrograman/Coding

Lebih terperinci

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap) 7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO 9001 2015 (versi lengkap) diterjemahkan oleh: Syahu Sugian O Dokumen ini memperkenalkan tujuh Prinsip Manajemen Mutu. ISO 9000, ISO 9001, dan standar manajemen mutu terkait

Lebih terperinci

DASAR SISTEM DALAM BISNIS

DASAR SISTEM DALAM BISNIS DASAR SISTEM DALAM BISNIS SISTEM INFORMASI Sistem adalah satu kesatuan komponen yang saling terhubung dengan batasan yang jelas bekerja bersama-sama untuk mencapai seperangkat tujuan (O Brien dan Marakas

Lebih terperinci