BAB II KAJIAN TEORI. yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktifitas, kreativitas, dan kinerja bawahan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktifitas, kreativitas, dan kinerja bawahan."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertan Supervs Supervs secara etmolog berasal dar kata "super" dan "vs" yang mengandung art melhat dan mennjau dar atas atau menlk dan menla dar atas yang dlakukan oleh phak atasan terhadap aktftas, kreatvtas, dan knerja bawahan. Terdapat beberapa stlah yang hampr sama dengan supervs, bahkan dalam pelaksanaannya stlah-stlah tersebut serng dgunakan secara bergantan. Istlahstlah tersebut antara lan: pengawasan, pemerksaan, dan nspeks. Pengawasan mengandung art suatu kegatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan yang dlakukan sesua dengan ketentuan. Pemerksaan dmaksudkan untuk melhat bagamana kegatan yang dlaksanakan telah mencapa tujuan. Inspeks dmaksudkan untuk mengetahu kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu dperbak dalam suatu pekerjaan. Mulyasa, (2002:135), mendefnskan supervs sebaga segala usaha pejabat sekolah dalam memmpn guru-guru dan tenaga kependdkan lannya, untuk memperbak pengajaran, termasuk menstmulas, menyeleks pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleks dan merevs tujuan-tujuan penddkan, bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar serta evaluas pengajaran. Sementara dalam Petunjuk Pelaksanaan Supervs Penddkan d Sekolah, supervs dartkan sebaga bantuan yang dberkan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan 7

2 stuas belajar mengajar yang lebh bak (Depdkbud, 2001:7). Sedangkan Pdarta memandang supervs sebaga kegatan membna atau membmbng guru agar bekerja dengan betul dalam menddk dan mengajar sswanya (Pdarta 1992:99). Dantara beberapa defns supervs d atas terdapat beberapa kesamaan yatu: (1) merupakan suatu proses pemberan bantuan, pengarahan, dan pembnaan, (2) pengajaran dtujukan kepada guru-guru, (3) bukan mencar kesalahan bawahan, (4) dberkan untuk membantu menngkatkan dan memperbak kemampuan guru dalam pengajaran, (5) menngkatkan prestas belajar sswa. Soetopo (Masaong, 2010:3) supervs pembelajaran sebaga usaha menstmulas, mengkoordnas, dan membmbng pertumbuhan guru-guru d sekolah, bak secara ndvdu maupun kelompok, dengan tenggang rasa dan tndakan-tndakan pedagogs yang efektf sehngga mereka lebh mampu menstmulas dan membmbng sehngga sswa lebh mampu berpartspas dalam masyarakat yang demokrats. B. Pelaksanaan Supervs Penngkatan mutu penddkan adalah merupakan salah satu tugas dar supervsor. Hal n adalah sebaga gambaran bahwa sstem penddkan d Indonesa belum gagal, sebab a mampu menempa manusa-manusa yang dapat melaksanakan pembangunan d segala bdang sepert sekarang (Pdarta, 1998:122). Dalam proses penddkan terdapat 3 dmens yang harus dperhatkan oleh supervsor, yatu: (1) dmens substantf, mengena bahan apa yang akan dajar, (2) dmens tngkah laku,

3 tentang bagamana guru mengajar, (3) dmens lngkungan fsk, mengena sarana dan prasarana (Lawrence dalam Hamalk, 2002:226). Supervsor menurut Pdarta (1992:123) dgolongkan menjad 2 yatu: (1) Kantor Dknas, dan (2) Kepala Sekolah. Supervs dartkan sebaga pelayanan yang dsedakan oleh pemmpn untuk membawa guru (orang yang dpmpn) agar menjad guru atau personl yang semakn cakap sesua dengan perkembangan lmu pengetahuan pada umumnya dan lmu penddkan khususnya agar dapat menngkatkan efektvtas proses pembelajaran d sekolah. Wles (1987) mengemukakan terdapat tga aspek kegatan supervs yatu aspek personl, aspek operasonal, dan aspek materal. Aspek personl melput subjek yang terlbat dalam suatu stuas supervs. Aspek operasonal mencakup aktvtas ndvdu dan kelompok yang terlbat dalam suatu stuas dengan mendayagunakan segala sumber yang ada bak human resource dan nonhuman resource guna mencapa tujuan penddkan dan pembelajaran yang telah dtetapkan. Aspek materal mencakup segala benda bak yang bersfat hard ware maupun soft ware yang ddayagunakan untuk memperlancar proses pembelajaran. Adapun aspek supervs terdapat pada Tabel 1. o C. Tabel 1 Aspek Supervs Penddkan Personl Materal Operasonal Kepala sekolah Kurkulum Proses mengajar guru Guru Buku pelajaran Proses belajar sswa Karyawan Komputer Proses admnstras sekolah Pengawas Sarana Pelaksanaan

4 prasarana Sumber: Burhanuddn, dkk (2007:3) evaluas Dalam penngkatan keprofesonalan seorang guru oleh supervsor, dharapkan seorang guru tersebut : (1) mampu mengembangkan tanggung jawab yang bak, (2) mampu melaksanakan perannya secara berhasl, (3) mampu bekerja dalam usaha mencapa tujuan penddkan, (4) mampu melaksanakan perannya dalam proses belajarmengajar (Hamalk, 2002:226). Selan tu kepala sekolah sebaga supervsor menaruh perhatan kepada koordnas antara guru kelas, memperhatkan kebutuhan orang tua sswa dan masyarakat, dan menjembatan lngkungan luar dan sekolah (Pdarta, 1992:125). Dengan adanya perhatan dar supervsor mengena hal d atas, maka penddkan sebaga salah satu bentuk nvestas sumber daya manusa dapat terwujud. Penddkan sebaga bentuk nvestas sumber daya manusa memlk 3 tujuan, yatu: (1) penddkan suatu bentuk konsums yang dapat memenuh kepuasan seseorang untuk menkmat peralhan pengetahuan dan keteramplan pada waktu sekarang, (2) penddkan dapat membantu penngkatan keteramplan dan pengetahuan bekerja lebh produktf sehngga dapat menngkatkan penghaslan tenaga kerja lulusan penddkan d masa mendatang, (3) penddkan dapat memberkan pengaruh terhadap pemerataan pendapatan masyarakat melalu pemerataan kesempatan memperoleh penddkan (Suryad,1994). Secara tdak langsung supervsor mempunya pengaruh terhadap penngkatan kualtas sumber daya manusa pada era globalsas. In dapat dlhat dar sumber daya

5 manusa yang : (1) mampu mengarahkan dr sendr untuk hdup mandr, (2) dapat berpkr reflektf dan kreatf, (3) beran mengambl resko dan sap untuk bersang, (4) memlk prbad yang kuat, (5) memlk semangat dan melaksanakan lmu dan teknolog, (6) mampu berbahasa asng, (7) dapat membawa dr d dalam pergaulan duna dan menghormat hak orang lan, (8) berwawasan yang luas ke depan serta tdak takut kepada perubahan, (9) mampu mengadakan kerjasama dalam waktu yang relatf lama, (10) Pancaslas, (11) taat beragama, (12) suka belajar dengan prnspprnsp belajar seumur hdup (Pdarta, 1998:122). Kepala sekolah dharapkan memaham dan mampu melaksanakan supervs karena keterlbatan guru sangat besar mula dar tahap perencanaan sampa dengan analss keberhaslannya. Salah satu usaha untuk menngkatkan kualtas guru alah melalu proses pembelajaran dan guru merupakan komponen sumber daya manusa yang harus dbna dan dkembangkan secara terus menerus agar dapat melaksanakan fungsnya secara profesonal (Sahertan, 2000:1). Pelaksanaan supervs yang dasumskan merupakan pelayanan pembnaan guru dharapkan dapat memajukan dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan bak dan berdampak pada belajar sswa. Supervs berfungs membantu guru dalam mempersapkan pelajaran dengan mengkoordnas teor dengan praktk. Pandangan guru terhadap supervs cenderung negatf yang mengasumskan bahwa supervs merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampakan pendapat. Hal n dapat dpengaruh skap supervsor sepert berskap otorter, hanya mencar kesalahan guru, dan menganggap

6 lebh dar guru karena jabatannya. Kasus guru senor cenderung menganggap supervs merupakan kegatan yang tdak perlu karena menganggap bahwa telah memlk kemampuan dan pengalaman yang lebh. Self evaluaton merupakan salah satu kunc pelayanan supervs karena dengan self evaluaton supervsor dan guru dapat mengetahu kelebhan dan kelemahan masng-masng sehngga dmungknkan akan memperbak kekurangan dan menngkatkan kelebhan tersebut secara terus menerus. Fungs utama supervs adalah perbakan dan penngkatan kualtas pembelajaran serta pembnaan pembelajaran sehngga terus dlakukan perbakan pembelajaran (Sahertan, 2000:131). Supervs bertujuan mengembangkan stuas kegatan pembelajaran yang lebh bak dtujukan pada pencapaan tujuan penddkan sekolah, membmbng pengalaman mengajar guru, menggunakan alat pembelajaran yang modern, dan membantu guru dalam menla kemajuan peserta ddk. Purwanto (2003:86-87) mengemukakan fungs supervs menyangkut dalam bdang kepemmpnan, hubungan kemanusaan, pembnaan proses kelompok, admnstras personl, dan bdang evaluas. Permasalahan yang dhadap dalam melaksanakan supervs d lngkungan penddkan dasar adalah bagamana cara mengubah pola pkr yang bersfat otokrat dan korektf menjad skap yang konstruktf dan kreatf, yatu skap yang mencptakan stuas dan relas d mana guru-guru merasa aman dan dterma sebaga subjek yang dapat berkembang sendr. Untuk tu, supervs harus dlaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektf (Sahertan, 2000:20).

7 Berdasarkan latar belakang d atas maka yang akan dkaj adalah tentang konsep supervs, proses pelaksanaan supervs, kegunaan supervs, dan proses pembnaan guru dalam kegatan supervs Berdasarkan beberapa kajan terhadap pengertan supervs dapat dsmpulkan bahwa supervs bertujuan mengembangkan klm yang kondusf dan lebh bak dalam kegatan belajar mengajar, melalu pembnaan dan penngkatan profes mengajar. Dengan kata lan tujuan supervs pengajaran adalah membantu dan memberkan kemudahan kepada para guru untuk belajar bagamana menngkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta ddk. Secara khusus, Amatembun (dalam Mulyasa, 2002:137) mengemukakan bahwa tujuan supervs adalah untuk : (1) membna kepala sekolah dan guru-guru untuk lebh memaham tujuan penddkan yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealsaskan tujuan tersebut, (2) memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersapkan peserta ddknva menjad anggota masyarakat yang lebh efektf, (3) membantu kepala sekolah dan guru mengadakan dagnoss secara krts terhadap aktvtas-aktvtasnya dan kesultan-kesultan belajar mengajar, serta menolong mereka merencanakan perbakan-perbakan, (4) menngkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lan terhadap cara kerja yang demokrats dan komprehensf, serta memperbesar kesedaan untuk tolongmenolong, (5) memperbesar semangat guru-guru menngkatkan motvas berprestas untuk mengoptmalkan knerja secara maksmal dalam profesnya, (6) membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan program penddkan d sekolah

8 kepada masyarakat, (7) melndung orang-orang yang dsupervs terhadap tuntutantuntutan yang tdak wajar dan krtk-krtk yang tdak sehat dar masyarakat, (8) membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluas aktvtasnya untuk mengembangkan aktvtas dan kreatvtas peserta ddk, (9) mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan d antara guru-guru. Sedangkan Sergeovann (dalam Pdarta, 1992:99), menyatakan bahwa sehubungan dengan tujuan supervs adalah: (1) tujuan akhr adalah untuk mencapa pertumbuhan dan perkembangan sswa, (2) tujuan kedua adalah membantu kepala sekolah dalam menyukseskan program penddkan dar waktu ke waktu secara kontnu, (3) tujuan dekat adalah bekerja sama mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat, dan (4) tujuan perantara adalah membna guru-guru agar dapat menddk para sswa dengan bak atau menegakkan dspln secara manusaw. C. Fungs Supervs Penddkan Menurut Masaong (2011:18), Supervs penddkan berfungs untuk memperbak stuas pembelajaran melalu pembnaan profesonalsme guru. Brggs (dalam Sahertan,1986:25) menyebutkan fungs supervs sebaga upaya mengkoordnr, menstmulr dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru. Sedangkan Swearng mengemukakan delapan fungs utama supervs penddkan, yatu : (1) mengkoordnr semua usaha sekolah; (2) memperlengkap kepemmpnan sekolah; (3) memperluas pengalaman guru-guru/staf; (4) menstmulr usaha-usaha yang kreatf; (5) memberkan fasltas dan penlaan yang terus-menerus; (6) menganalss stuas belajar mengajar; (7) memberkan pengetahuan dan skll kepada setap anggota staf;

9 (8) mengntegraskan tujuan penddkan dan membantu menngkatkan kemampuan staf dan kemampuan mengajar guru. D. Prnsp-Prnsp Supervs Dalam melaksanakan tugasnya kepala sekolah yang berfungs sebaga supervsor hendaknya memaham dan mengmplementaskan prnsp-prnsp supervs. Prnsp-prnsp supervs menurut Harwung dan Sahertan (2000:131) adalah: 1. Supervs hendaknya bersfat lmah yang mencakup unsur-unsur (a) sstemats, berart dlaksanakan secara teratur, berencana dan kontnu;( b) objektf, artnya data yang ddapat berdasarkan pada observas nyata, bukan tafsran prbad; (c) menggunakan alat (nstrumen) yang dapat member nformas sebaga umpan balk untuk mengadakan penlaan terhadap proses belajar mengajar; (d) supervs dlakukan berdasarkan prnsp demokrats, bukan karena takut atau karena ntmdas atasan,tetap dlakukan atas dasar kekeluargaan, melalu musyawarah, salng member dan menerma; (e) supervs dlakukan dengan cara bekerja sama atau kooperatf dan selalu mengarahkan kegatannya untuk mencapa tujuan bersama dengan mencptakan stuas belajar mengajar yang lebh bak; (f) supervs dlakukan atas dasar kreatvtas dan nsatf guru sendr dmana supervsor hanya memberkan contoh dan dorongan agar tercpta stuas belajar mengajar yang lebh bak; (g) supervs dlakukan secara terbuka, tdak sembuny-sembuny, melankan dengan cara terus-terang melalu pembertahuan resm atau tdak

10 resm sehngga guru yang akan dsupervs tahu bahwa drnya akan dsupervs; (h) supervs hendaknya dlakukan secara profesonal, berkesnambungan, dan teratur sehngga dharapkan tercpta self supervson. 2. Memperhatkan beberapa prnsp supervs,sehngga dalam pelaksanaan supervs hendaknya menghndar kesan sebaga berkut: (a) mencar-car kesalahan dalam melaksanakan supervs; (b) pelaksanaan supervs yang sekedar formaltas; (c) tdak adanya rencana yang rnc secara sstmats; (d) supervs hanya dperuntukkan pada guru-guru tertentu saja (tdak menyeluruh) dan tdak kontnu; (e) tdak memberkan solus dan tndak lanjut bla dtemukan kekurangankekurangan atau kesalahan yang dlakukan oleh guru; (f) hubungan bersfat brokratf atau sebalknya membebaskan terhadap guru-guru yang dsupervs; (g)menakut-nakut dengan memberkan beberapa bentuk sanks yang akan dberkan; (h) tdak mengharga dan tdak memaham terhadap kemampuan, martabat, dan keunkan yang dmlk tap-tap guru; () bersfat sombong menonjolkan dr bahwa dalah yang palng panda; (j) memberkan nasehat dluar tugasnya tanpa dmnta oleh guru yang dsupervs. E. Teknk-Teknk Supervs Supervsor hendaknya dapat memlh teknk supervs yang tepat, sesua dengan tujuan yang akan dcapa. Untuk kepentngan tersebut, berkut durakan beberapa teknk supervs yang dapat dplh dan dgunakan supervsor penddkan.

11 Teknk-teknk supervs menurut Pdarta (1992:111) melput: (1) teknkteknk yang berhubungan dengan kelas: (a) observas kelas, (b) kunjungan kelas, (2) teknk-teknk dengan berdskus : (a) pertemuan formal, (b) pertemuan nformal, (c) rapat guru, (3) supervs yang drencanakan bersama : (a) teknk supervs sebaya, (b) teknk yang memaka pendapat sswa dan alat elektronka, (4) teknk yang mengunjung sekolah lan, (5) teknk melalu pertemuan penddkan. Tujuan dar observas kelas alah ngn memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjad d dalam proses belajar mengajar. Melalu data tersebut, supervsor dapat melakukan pembnaan terhadap guru yang dobservas Pada teknk kunjungan kelas dalam supervs, supervsor mengadakan observas dalam satu pertemuan yang terdr dar satu sampa tga jam. Waktu observas tersebut berguna untuk mengamat secara lengkap segala sesuatu yang terjad dalam proses belajar mengajar. Tujuan yang dngnkan oleh teknk kunjungan kelas adalah: (1) membantu guru yang belum berpengalaman, (2) membantu guru yang telah berpengalaman tentang kekelruan yang da lakukan, (3)membantu guru pndahan yang belum jelas tentang stuas dan konds kelas yang dkerjakan, (4) membantu melaksanakan proyek penddkan, (5) mengamat perlaku guru penggant, (6) mendengarkan nara sumber mengajar, (7) mengamat tm pengajar melaksanakan tugasnya pada sswa dalam kelompok kecl/ kelompok besar, (8) mengamat cara mengajar bdang stud yang stmewa, (9)membantu menla pemakaan meda penddkan. Neagley (dalam Pdarta,1992:112).

12 Pertemuan formal adalah pertemuan yang sengaja dadakan pada waktu tertentu, yang dhadr guru dengan supervsornya. Topk yang dbahas berupa hasl observas supervsor terhadap aktvtas guru dalam kelas,atau dapat juga berupa topk yang lan. Sedang pertemuan nformal adalah pertemuan-pertemuan yang tdak drencanakan waktu dan tempatnya. Pertemuan bsa terjad sewaktu-waktu dan dmana saja bla dperlukan. Dalam pertemuan nformal guru lebh melakukan ekspres dbandngkan dengan pertemuan formal. Sedangkan rapat perlu dbedakan dengan pertemuan formal, alah karena dalam rapat semua guru kut terlbat, sedangkan dalam pertemuan formal belum tentu semua guru terlbat. Basanya rapat guru dadakan secara berkala (msal 3 bulan sekal) atau menurut kebutuhan. Supervs yang drencanakan bersama adalah supervs yang telah drencanakan bersama oleh supervsor dan guru-guru yang dbmbngnya. Dalam perencanaan tu sudah dtentukan dan dbahas tentang: (1) bdang stud apa/pokok bahasan apa yang akan dkerjakan; (2) apa yang akan dtuju oleh bdang stud/pokok bahasan tersebut; (3) konsep-konsep yang berhubungan dengan cara-cara mencapa tujuan; (4) kapan rencana tu akan dlaksanakan; (5) sapa saja yang akan dlbatkan dalam proses tersebut; (6) bagamana prosedur supervs yang akan dlaksanakan. Prnsp dar teknk supervs sebaya yatu guru yang sukses dalam pekerjaannya dber kesempatan oleh supervsor membantu guru-guru yang lan dalam memperbak proses belajar mengajar. Guru tersebut dtunjuk oleh supervsor sebaga partnernya dalam bdang keahlan mereka untuk membantu guru-guru memajukan proses belajar-mengajar Supervs yang memaka pendapat para sswa

13 alah bla supervsor dalam melaksanakan supervsor memnta bantuan beberapa sswa untuk menla gurunya. Supervs n dgunakan apabla supervsor merasa kesultan mendekat guru yang akan dsupervs, msalnya guru gugup dalam mengajar apabla dtunggu supervsor. Dalam negara yang sudah maju, supervs dapat dlakukan dengan menggunakan alat elektronka yang dpasang dalam kelas. Bla supervsor ngn mengobservas kelas, supervsor tnggal mengaktfkan alat yang terpasang d setap kelas. Teknk mengunjung sekolah lan dlakukan ke sekolah yang sudah maju. Sekolah yang sudah maju basanya menjad kebanggaan pengelola sekolah d tempat tu. Mereka mencertakan kemajuan tu kepada guru sekolah lan atau mereka mengadakan kunjungan ke sekolah yang lebh maju. Bla kunjungan dlakukan sepert tu maka supervs dengan mengunjung sekolah lan sudah djalankan. Supervsor dapat memanfaatkan pertemuan-pertemuan penddkan untuk menngkatkan kualfkas guru-guru yang dbnanya. Pertemuan-pertemuan penddkan berupa: dskus panel, smposum, dskus formal, dan sebaganya. Supervsor bekerjasama dengan kepala sekolah dengan mengrm beberapa guru untuk mengkut pertemuan tu. Dalam hal n tugas guru yang dkrm adalah: (1) menyapkan dr tentang hal yang akan dbahas dalam pertemuan, (2) menjad peserta yang bak dan bertanggung jawab dalam pertemuan, (3) membuat rngkasan hasl pertemuan, (4) melaporkan hasl pertemuan kepada supervsor, (5) melaksanakan hasl pertemuan tu d sekolah.

14 Tugas supervsor adalah mengarahkan dan membmbng para guru dalam proses belajar mengajar (Pdarta, 1992:113). Dengan adanya pengarahan dan pembmbngan dar supervsor, seorang guru dharapka dapat: (1) membuat perencanaan mengajar, (2)melaksanakan pembelajaran, (3) menla proses dan hasl belajar sswa, (4) mempunya skap dan sfat yang bak; n dtanda dengan: adl, percaya dan suka kepada sswa, sabar dan rela berkorban, memlk wbawa terhadap sswa, penggembra, berskap bak terhadap guru-guru lannya, berskap bak dengan masyarakat, benar-benar menguasa mata pelajaran, suka kepada mata pelajaran yang dberkannya,dan berpengetahuan luas Purwanto, (2003:91) (5) mempunya peran yang bak,yang bsa dlhat dar penceramah, nara sumber, fasltator, konselor, pemmpn kelompok, tutor, manajer, kepala laboratorum, perancang program, dan manpulator yang dapat mengubah stuas belajar Olva (dalam Sahertan, 2000:134). Agar supervs yang dlakukan supervsor mencapa hasl yang bak, hendaknya supervsor: (1) berskap\ bersahabat, (2) mendengarkan pembcaraan dan hat-hat, (3) berusaha menngkatkan partspas, (4) kut menyumbang teknk menganalss permasalahan dan mencar sebab-sebabnya, (5) member saran-saran, (6) mencatat rencana dan saran-saran, (7) berusaha agar sebab-sebab permasalahan dketemukan secara jelas, (8) buat rngkasan tentang de-de, kesmpulan, dan keputusan, (9) buat penlaan tentang pertemuan tu. Marks (dalam Pdarta,1992:121). Sesua dengan pembahasan masalah supervs dalam tulsan n,maka aspekaspek yang perlu dsupervs melput

15 1) kurkulum; dalam katannya dengan kurkulum, maka hal-hal yang perlu dsupervs adalah : (a) pemahaman guru terhadap kurkulum, (b) penjabaran guru terhadap teknk penlaan, (c) penjabaran dan penyesuaan kurkulum, 2) Kegatan belajar mengajar yang melput : (a) rencana pekan efektf, (b) penyusunan program tahunan oleh guru, (c) penyusunan program semester oleh guru, (d) membuat slabus, (e) membuat rencana pengajaran, (f) membuat analss mater pelajaran, (g) analss ulangan haran,(h) pelaksanaan program perbakan dan pengayaan, () program kokurkuler, (j) program bmbngan dan konselng, (k) jurnal kegatan belajar mengajar. Supervsor pada lembaga penddkan sekolah dasar dalam mengarahkan dan membmbng guru agar mencapa hasl yang bak, supervsor harus membuat angket penlaan sebaga alat bantu pada saat supervsor mengadakan supervs. Angketangket yang harus dbuat antara lan: (1) lembar montorng penermaan dan orentas sswa baru, (2) pengendal jadwal pelajaran, (3)pemantauan pelaksanaan ulangan umum,(4) pemantauan ujan akhr, (5) lembar supervs admnstras sekolah, (6) lembar supervs admnstras kelas ; (7) lembar observas kelas. F. Evaluas Supervs 1. Konsep Evaluas Supervs Pembelajaran Menurut Nurkancana dalam Masaong (2010 : 192) Evaluas dlakukan berkenaan dengan proses kegatan untuk menentukan nla sesuatu. Berdasarkan pengertan tersebut jelaslah bahwa evaluas adalah proses menentukan nla seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu unutk mencapa suatu tujuan.

16 Masaong (2010 : 192) mengatakan evaluas adalah supervs adalah suatu proses menentukan tngkat keberhaslan supervsor dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapa tujuan supervs pada khususnya dan tujuan penddkan pada umumnya yang telah dtentukan sebelumnya. Sebelum dlakukan evaluas, terlebh dahulu dlakukan pengukuran. Echols dalam Masaong (2010 : 192) berpendapat bahwa secara etmologs, pengukuran merupakan terjemahan dar measurement. Adapun secara termnologs, pengukuran dartkan sebaga suatu usaha untuk mengetahu sesuatu sebagamana adanya. Berdasarkan hasl pengukuran nlah kemudan dapat dlhat bagamanakah supervs telah dlakukan. Guna melaksanakan evaluas, dtempuh teknk-teknk tertentu. Sesua dengan maksud evaluas teknk adalah suatu yang dapat dtempuh oleh seseorang dalam melakukan sesuatu. Berart teknk evaluas adalah suatu cara yang d tempuh oleh seseorang dalam mengadakan evaluas. Teknk evaluas terdr dar dua macam yatu teknk tes dan teknk nontes. Tes adalah jumlah tugas yang dberkan oleh seseorang kepada orang lan ketka orang trsebut harus mengerjakannya sesua dengan yang dkehendak oleh pember tes. Teknk nontes merupakan teknk evaluas yang dlakukan selan tes sepert observas, wawancara, angket, sosometr, anekdot record, dan skala peneltan. 2. Evaluas Terhadap Guru yang Dsupervs Evaluas terhadap guru yang dsupervs dmaksudkan untuk mengetahu apakah terdapat perbedaan antara kemampuan, keteramplan, kepuasan dan dspln

17 kerja guru sebelum dan sesudah mendapatkan pembnaan. Hal tersebut pentng untuk mengetahu adda atau tdaknya perubahan dan atau penngkatan sehnggga pada glrannya dapat menngkatkan keberhaslan supervs. Menurut Masaong (2010 : 196) pertama-tam supervsor harus mengetahu performance guru yang melput kemampuan mengajar, keteramplan mengajar, kepuasan, dan dspln kerjanya. Usaha untuk mengetahu kemampuan mengajar dlakukan dengan menggunakan alat penlaan kemampuan guru. Usaha untuk mengetahu keteramplan mengajar guru juga menggunakan format observas keteramplan mengajar. Usaha untuk mengetahu kepuasan kerja guru dengan dengan mengetahu seberapa jauh performans guru tersebut. Berdasarkan pada uraan tersebut maka akan dketahu pada bagan-bagan mana guru mempunya masalah. Selanjutnya dapat drumuskan langkah-langkah supervs sesua dengan yang mereka butuhkan..berdasarkan pada pada pengetahuan tentang hal-hal yang harus dbna tersebut sekanjutnya suoervsor melaksanakan pembnaan terhadap guru yang bersangkutan. Dar hasl pembnaan guru nlah kemudan dlakukan pengukuran ulang atas performansnya untuk membandngkan performans guru sebelum dan sesudah mendapatkan supervs. 3. Evaluas Terhadapa Prestas Belajar peserta ddk Setelah Guru Dsupervs. Alfonso dalam Masang (2010 : 197) menyatajan bahwa perlaku belajar peserta ddk dtentukan oleh perlaku mengajar gurunya. kebalkannya, perlaku mengajar guru dtentukan oleh perlaku supervsornya. Berdasarakan fgure tersebut,

18 sangat jelas dketahu bahwa supervs terhadap guru memberkan kontrbus bag kemampuan mengajar guru. Parameter yang dapat dlhat antara lan adalah seg kemampuan dan hasl belajar peserta ddk. Mula-mula supervsor harus mengetahu performa peserta ddk terlebh dahulu. salah satu cara untuk mengevaluas terhadap performance peserta ddk adalah dengan mengevaluas hasl belajarnya yang lazm menggunakan tes dan nontes. Setelah dketahu performa peserta ddk tersebut, barulah supervs terhadap guru dapat dlakukan. Hasl supervs n dharpakan dapat menngkatkan kemampuan guru. Hal tersebut pada glrangnya juga menngkatkan prestas belajar peserta ddk. Oleh karena tu, setelah gurunya mendapat pembnaan, perlu dlakukan pengukuran ulang atas prestas belajar peserta ddk. Berdasarkan hasl pengukuran ulang tersebut, kemudan dlakukan perbandngan antara prestas belajar peserta ddk sebelumnya gurunya mendapatkan supervs dan setelah gurunya mendapatkan pembnaan. Adapun prosedur membandngkan prestas belajar peserta ddk sebelumnya gurunya mendapatkan layanan pembnaan dengan sesudah mendapatkan supervs tdak berbeda dengan ketka kta membandngkan keteramplan mengajar guru setelah mendapatkan supervs. Jka terjad perbedaan, berart layanan supervs terhadap guru juga memberkan kontrbus dalam menngkatkan prestas belajar peserta ddk sebaga tujuan akhr kegatan supervs.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Profil Sekolah Dasar di Kecamatan Posigadan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Profil Sekolah Dasar di Kecamatan Posigadan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan a. Profl Sekolah Dasar d Kecamatan Posgadan Kecamatan Posgadan merupakan salah satu kecamatan yang ada d wlayah Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Peneltan n merupakan jens peneltan pengembangan yang dkenal dengan stlah Research and Development ( R& D ). Menurut Sukmadnata (2005:164), peneltan pengembangan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS. Haholongan Simanjuntak

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS. Haholongan Simanjuntak MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS Haholongan Smanjuntak SMA Neger 1 Sanjur Mulamula, Kabupaten Samosr, SUMUT haholongansmanjuntak@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI Oleh Saepudn 82351112034 Abstrak Masalah utama peneltan n adalah Pengaruh Lngkungan dan Kepuasan Kerja terhadap Knerja Guru Penddkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Laporan n Dsusun Guna Sebaga Pertanggungjawaban Pelaksanaan Praktk Pengalaman Lapangan (PPL) Tahun Akademk 2014/2015 Lokas PPL Nama Sekolah : SMA N 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII D SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI KLASIFIKASI BENDA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 SIMO TIM PENGUSUL:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuh sebagan persyaratan Guna mencapa derajat Sarjana S-1 PGSD

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI 1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI Shanmada Smanjuntak 1), Dr.Hj. Farda Kohar, MP ), St Syuhada, S.Pd.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I UROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL & OPERASIONAL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 II TINJUN PUSTK 2.1 Manaemen Proyek 2.1.1 Pengertan Manaemen Proyek Sebelum mengemukakan apa art dar Manaemen Proyek, terlebh dahulu akan mengetahu art dar Manaemen dan Proyek tu. Menurut Hamng dan Nurnaamuddn

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Sugyono (008:56) menjelaskan metode peneltan deskrptf adalah: Rumusan masalah deskrptf adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VIII B SMPN 2 SATU ATAP JAMBON KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Dajukan Untuk Memenuh

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF SISWA KELAS II SDN ANGKATAN LOR 02 KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN 2011 / 2012

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG LINGKUNGAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT KELAS I SDN JAMBEAN 03 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017 LAPORAN PENGUKURAN NDEK PENERAPAN NLA BUDAYA KERJA (PNBK) TAHUN 2017 KEMENTERAN PERTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANAN BALA BESAR PELATHAN PERTANAN KETNDAN MALANG - JAWA 2017 TMUR KATA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran)

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran) Buku Pedoman Akademk (Standar Kompetens Lulusan & Standar Is Pembelajaran) dsampakan Tatk Suryan tatk@perbanas.ac.d Catatan: Sebagan sldes dambl dar sldes yang dproduks oleh Tm Belmawa Dkt Buku Pedoman

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci