MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS. Haholongan Simanjuntak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS. Haholongan Simanjuntak"

Transkripsi

1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS Haholongan Smanjuntak SMA Neger 1 Sanjur Mulamula, Kabupaten Samosr, SUMUT haholongansmanjuntak@yahoo.co.d Abstrak Tujuan peneltan n adalah untuk mengetahu penngkatan kemampuan guru kma dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw melalu supervs klns. Metode peneltan n adalah kualtatf atau peneltan tndakan sekolah. Subyek peneltan adalah guru kma SMA sebanyak empat orang. Obyek peneltan adalah penerapan supervs klns untuk menngkatkan kemampuan guru kma dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw. Instrumen yang dgunakan untuk mengumpulkan data adalah nstrumen telaah RPP dan lembar observas kemampuan guru menerapkan model kooperatf tpe jgsaw. Hasl peneltan menunjukkan: (1) sklus pertama rata-rata nla kemampuan guru kma dalam merencanakan pembelajaran adalah 79,86 dalam kategor cukup dan menerapkan model pembelajaran koperatf tpe jgsaw adalah 78,98 dalam kategor cukup; (2) sklus kedua rata-rata nla kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran adalah 96,30 dalam kategor amat bak dan menerapkan model pembelajaran koperatf tpe jgsaw adalah 94,31 dalam kategor amat bak. Hasl temuan penelt menemukan bahwa supervs klns dapat menngkatkan kemampuan guru kma dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw. Kata Kunc. Pembelajaran Kooperatf Tpe Jgsaw, Supervs Klns Abstract The purpose of ths study was to determne the chemstry teacher capacty buldng n mplementng cooperatve learnng model jgsaw through clncal supervson. Ths s a qualtatve research method or school acton research. Subjects were hgh school chemstry teacher four people. Object of research s the applcaton of clncal supervson to ncrease the ablty of chemstry teachers n mplementng cooperatve learnng model jgsaw. The nstrument used to collect the data s the study of nstruments and observaton sheets RPP teachers' ablty to mplement the model jgsaw cooperatve. The results showed: (1) The frst cycle of the average value of the ablty of teachers to plan learnng chemstry s n enough categores and mplement cooperatve learnng model type n the category jgsaw s enough; (2) The second cycle of the average value of the ablty of teachers to plan learnng are very good n the category and apply the type of jgsaw cooperatve learnng model s n the very good category. The fndngs of researchers found that clncal supervson can mprove the ablty of chemstry teachers n mplementng cooperatve learnng model jgsaw. Keywords. Cooperatve Learnng Model Jgsaw, Clncal Supervson Jurnal Manajemen Penddkan Indonesa Vol 6 No. 1 - Aprl

2 PENDAHULUAN Pembelajaran kooperatf (cooperatve learnng) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara sswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecl secara kolaboratf yang anggotanya terdr dar empat sampa enam orang dengan stuktur kelompok yang bersfat heterogen. Dalam model pembelajaran kooperatf n, guru lebh berperan sebaga fasltator yang berfungs sebaga jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebh tngg, dengan catatan sswa sendr. Guru tdak hanya memberkan pengetahuan pada sswa, tetap juga harus membangun pengetahuan dalam pkrannya. Sswa mempunya kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan de-de mereka, n merupakan kesempatan bag sswa untuk menemukan dan menerapkan de-de mereka sendr (Rusman, 2012). Salah satu keharusan yang wajb dmlk guru dalam melaksanakan pembelajaran yatu kemampuan menerapkan model pembelajaran. Kemampuan seorang guru merencanakan atau memlh dan menerapkan model pembelajaran yang tepat pada saat melaksanakan pembelajaran terhadap peserta ddk, memlk peranan dalam menngkatkan hasl belajar, terutama pencapaan tujuan pembelajaran secara terpernc. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukskan prosedur yang sstemats dalam mengorgansaskan pengalaman belajar untuk mencapa tujuan belajar tertentu, dan berfungs sebaga pedoman bag para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktftas belajar mengajar. Model pembelajaran melngkup strateg, pendekatan, metode, teknk dan taktk pembelajaran. Ada enam model pengajaran yang serng dan prakts dgunakan guru dalam mengajar, yatu: (1) presentas; (2) pengajaran langsung; (3) pengajaran konsep; (4) pembelajaran kooperatf; (5) pengajaran berdasarkan masalah; dan (6) dskus kelas. Guru yang hendak melaksanakan pembelajaran pada sswa, dalam memlh suatu model yang akan dterapkan, sebaknya mempertmbangkan beberapa hal, sepert mater pelajaran, tngkat perkembangan kogntf sswa dan sarana atau fasltas yang terseda, sehngga tujuan pembelajaran yang telah dtetapkan dapat tercapa (Tranto, 2011). D antara enam model yang dutarakan datas, model cooperatve learnng (pembelajaran kooperatf) merupakan model yang sudah dterapkan dan banyak manfaatnya untuk keberhaslan pembelajaran. Cooperatve learnng adalah mengelompokkan sswa d dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecl agar sswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksmal yang mereka mlk dan mempelajar satu sama lan dalam kelompok tersebut. Cooperatve learnng merupakan kegatan belajar sswa yang dlakukan secara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaan kegatan belajar yang dlakukan oleh sswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapa tujuan pembelajaran yang telah drumuskan (Sanjaya, 2006). Pembelajaran kooperatf adalah suatu aktvtas pembelajaran yang menggunakan pola belajar sswa berkelompok untuk menjaln kerja sama dan salng ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadah (Ibrahm, 2000). Pembelajaran kooperatf adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktvs. Pembelajaran kooperatf merupakan strateg belajar dengan sejumlah sswa sebaga anggota kelompok kecl yang tngkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesakan tugas kelompoknya, setap sswa anggota kelompok harus salng bekerja sama dan salng membantu untuk memaham mater pelajaran. Pada pembelajaran kooperatf, belajar dkatakan belum selesa jka salah satu teman dalam kelompok belum menguasa bahan pelajaran (Isjon, 2009). Ada dua komponen pembelajaran kooperatf, yakn: (1) cooperatve task atau tugas kerja sama dan (2) cooperatve ncentve structure atau struktur nsentf kerja sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesakan tugas yang telah dberkan. Sedangkan struktur nsentf kerja sama merupakan sesuatu hal yang membangktkan motvas sswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka mencapa tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatf adanya upaya penngkatan prestas belajar sswa (student achevement) dampak penyerta, yatu skap tolerans dan mengharga pendapat orang lan. Pembelajaran kooperatf akan efektf dgunakan apabla: (1) guru menekankan pentngnya usaha bersama d sampng usaha secara ndvdual; (2) guru menghendak pemerataan perolehan hasl dalam belajar; (3) guru ngn menanamkan tutor sebaya atau belajar melalu teman sendr; (4) guru menghendak adanya pemerataan partspas aktf sswa; (5) guru menghendak kemampuan sswa dalam memecahkan berbaga permasalahan (Rusman, 2012). Pada prnspnya ada empat unsur pentng dalam cooperatve learnng yatu: (1) adanya peserta yang salng membutuhkan dan salng mengs dalam kelompok; (2) adanya aturan dalam kelompok; (3) adanya upaya belajar setap anggota kelompok dengan tugas dan tanggung jawab masng-masng, dan (4) adanya tujuan yang harus dcapa melalu proses kelompok. Cr-cr pembelajaran dengan 2 Jurnal Manajemen Penddkan Indonesa Vol 6 No. 1 - Aprl 2014

3 model cooperatve learnng yatu: (1) sswa bekerja dalam kelompok secara kooperatf untuk menuntaskan mater belajarnya; (2) kelompok dbentuk dar sswa yang mempunya kemampuan tngg, sedang dan rendah; (3) anggota kelompok sebaknya berasal dar ras, budaya, suku, jens kelamn yang beragam; dan (4) penghargaan lebh berorentas kepada kelompok dar pada ndvdu. Dengan demkan, model coopertve learnng memerlukan kerja sama antar sswa dan salng ketergantungan dalam struktur pencapaan tugas, tujuan dan penghargaan. Adapun asums yang mendasar pengembangan model cooperatve learnng yatu: (1) snerg yang dtngkatkan dalam bentuk kerja sama akan menngkatkan motvas yang jauh lebh besar darpada dalam bentuk lngkungan kompettf ndvdual; (2) anggota-anggota kelompok kooperatf dapat salng belajar satu sama lan; (3) nteraks antar anggota akan menghaslkan aspek kogntf sepert komplekstas sosal dan mencptakan aktftas ntelektual untuk mengembangkan pembelajaran; (4) kerja sama dapat menngkatkan perasaan postf satu sama lan, menghlangkan pengasngan dan penyendran, membangun sebuah hubungan dan memberkan penlaan postf terhadap orang lan; (5) kerja sama dapat menngkatkan penghargaan dr, tdak hanya melalu pembelajaran yang terus berkembang tetap juga melalu perasaan dhormat dan dharga oleh orang lan dalam sebuah lngkungan; (6) peserta ddk yang mengalam dan menjalan tugas serta merasa harus bekerjasama dapat menngkatkan kapastasnya untuk bekerjasama secara produktf; dan (7) peserta ddk bsa belajar sambl melath dr untuk menngkatkan kemampuan dalam bekerjasama (Joyce dkk, 2011). Ada beberapa varas atau tpe dalam model cooperatve learnng antara lan: (1) Jgsaw; (2) Student Team Achevement Dvson (STAD; (3) Group Investgaton (GI); (4), Teams Games Tournament (TGT); (5) Number Head Togather (NHT); dan (6) Two Stay Two Stray (TSTS). Keragaman tpe dalam cooperatve learnng n memberkan peluang kepada peserta ddk untuk tertark dalam mengkut proses pembelajaran sehngga rasa bosan tersngkrkan. Masng-masng tpe memlk tahap-tahap tertentu dalam proses pembelajaran. Oleh karena tu, alangkah baknya bla guru menguasa model cooperatve learnng n. Menguasa model cooperatve learnng dalam artan guru memaham, mampu menjelaskan dan mampu menerapkannya dalam pembelajaran terhadap peserta ddk. Sebagamana durakan sebelumnya, salah satu model kooperatf adalah tpe jgsaw. Model pembelajaran jgsaw merupakan salah satu tpe pembelajaran kooperatf yang mendorong sswa aktf dan salng membantu dalam menguasa pelajaran untuk mencapa prestas yang maksmal. Mengajar serta dajar oleh sesama sswa merupakan bagan pentng dalam proses pembelajaran. Pemlhan anggota dalam setap kelompok juga harus dperhatkan agar pembelajaran maksmal. Keanggotaan kelompok sebaknya bersfat heterogen, bak dar seg kemampuannya maupun karakterstk lannya. Beberapa alasan lan yang menyebabkan model jgsaw perlu dterapkan sebaga model pembelajaran yatu tdak adanya persangan antar sswa atau kelompok. Mereka bekerjasama untuk menyelesakan masalah dalam mengatas cara pkran yang berbeda. Setap pelajar dalam kelompok Jgsaw danggap sebaga ahl dalam aspek tertentu dar topk-topk yang dtelt, dan dharapkan untuk berkontrbus dalam memberkan pengetahuan yang tdak dmengert anggota kelompok lannya (Huang, 2008). Jgsaw dkatakan dapat menngkatkan belajar sswa karena: a) sswa tdak tertekan dalam belajar, b) menngkatkan jumlah partspas sswa dalam kelas, c) mengurang kebutuhan daya sang, dan d) mengurang domnas guru dalam kelas (Mengduo, 2010). Dalam penerapan model Jgsaw, antara lan anak dber kesempatan untuk bertanggung jawab secara penuh, bertanggung jawab terhadap kelompoknya, maupun bertanggung jawab dalam penguasaan dan penyampaan nformas kepada anggota kelompok. Karena pemkran dasar dar teknk Jgsaw n adalah member kesempatan sswa untuk berbag dengan yang lan, mengajar serta dajar oleh sesama sswa merupakan bagan pentng dalam proses belajar mengajar. Mula-mula sswa dbag dalam kelompok yang terdr dar empat atau lma orang sswa. Masng-masng anggota mengerjakan salah satu bagan yang berbeda dengan yang dkerjakan oleh anggota lannya. Kemudan mereka memencar ke kelompok-kelompok lan, tap anggota membentuk kelompok baru yang memlk tugas yang sama, dan salng berdskus dalam kelompok tersebut. Cara n membuat masng-masng anggota menjad ahl sebelum kembal ke kelompok asalnya untuk mengerjakan tugas utama. Sehngga strateg n memberkan kesempatan pada setap sswa untuk bertndak sebaga seorang pengajar terhadap sswa lannya. Setelah proses n, guru bsa mengevaluas pemahaman sswa mengena keseluruhan tugas. Jad sswa akan bergantung kepada rekan-rekan dalam kelompoknya. Jka model n daplkaskan secara teratur dan berkelanjutan dapat menumbuhkan kreatvtas sswa yang sudah cukup lama terpasung. Melalu model pembelajaran jgsaw dharapkan dapat memberkan solus dn suasana baru Jurnal Manajemen Penddkan Indonesa Vol 6 No. 1 - Aprl

4 yang menark dalam pengajaran sehngga memberkan pengalaman belajar dengan konsep baru. Pembelajaran jgsaw membawa konsep novatf, dan menekankan keaktfan sswa dharapkan dapat menngkatkan hasl belajar sswa. Sswa bekerja dengan sesama sswa dalam suasana gotong royong dan memlk banyak kesempatan untuk mengolah nformas dan menngkatkan keteramplan berkomunkas. Berdasarkan hasl wawancara dan observas kelas yang dlakukan oleh penelt terhadap 4 orang guru kma d SMA Neger 1 Pangururan Kabupaten Samosr pada tanggal 11 Oktober sampa dengan 19 Oktober 2013 bahwa ke empat guru kma sudah memaham dan menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw. Selanjutnya pada observas awal d kelas pada proses pembelajaran ternyata guru belum mampu menerapkannya dengan bak. Dar ke empat guru yang dobservas, ddapatkan bahwa hasl rata-rata kemampuan guru kma dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw adalah sebesar 51,14 yang berart kemampuan guru mash rendah. Data n juga ddukung dengan uraan kegatan pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dsusun oleh guru-guru kma SMA Neger 1 Pangururan, proses pembelajaran yang drencanakan mash bersfat klaskal. RPP yang dsusun belum memuat langkahlangkah pembelajaran dengan model cooperatve learnng. Memang pada RPP yang dsusun guru, umumnya dtulskan model pembelajaran kooperatf, tetap langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tdak memuat tentang tahapan pembelajaran berdasarkan fase-fase pembelajaran model cooperatve learnng. Masalah lannya adalah frekuens kunjungan pengawas sekolah ke SMA Neger 1 Pangururan mash jarang. Pengawas sekolah hanya datang berkunjung dan bertemu dengan kepala sekolah. Pengawas sekolah jarang mengadakan observas ke kelas apalag memberkan umpan balk terhadap knerja guru. Metode supervs yang dlakukan pengawas sekolah hanya terbatas pada supervs umum dan menyampakan nformas melalu rapat guru. Berdasarkan permasalahan yang telah dpaparkan d atas, maka perlu dlakukan pelaksanaan pendampngan dan pembnaan berupa supervs pengajaran yang memberkan guru peluang untuk mengembangkan kemampuan pembelajarannya yang lebh bersfat kolaboratf, reflektf, dan dlaksanakan secara berkesnambungan. Dalam hal n terutama dalam membna guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf. Munculnya permasalahan pembelajaran tersebut tentu saja dsebabkan berbaga hal msalnya pembnaan yang kurang efektf dar supervsor, rendahnya hubungan kolegal guru melakukan tukar pengalaman mengena pembelajaran, terlalu sedktnya nformas baru mengena pembelajaran yang bsa dakses oleh guru-guru. Semua permasalahan tersebut sebetulnya tdak perlu terjad, jka profesonalsme yang tngg ada pada supervsor dan juga penddk. Jka ada kemauan bersama untuk memperbak dan menngkatkan kualtas pembelajaran, maka permasalahan kesultan mengajar bag guru akan teratas melalu kegatan supervs pembelajaran yang dlakukan oleh pengawas sekolah, kepala sekolah, dan teman sejawat guru melalu kegatan supervs. Adapun sasaran utama supervs pembelajaran adalah guru, yatu membantu guru dengan cara melakukan perbakan stuas belajar mengajar dan menggunakan keteramplan mengajar dengan tepat. Bantuan kegatan supervs pembelajaran guru akan mampu untuk mengdentfkas perlaku yang dapat dobservas yang mendasar konsep pembelajaran. Dalam hal n supervsor membantu guru antara lan: (1) menyusun slabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengacu pada standar s; (2) memberkan contoh dan menjelaskan penggunaan model dan strateg pembelajaran; (3) mengulang pertanyaan dan penjelasan jka sswa tdak memahamnya; (4) membarkan sswa mengajukan pertanyaan; (5) mengucapkan kata-kata dengan jelas; (6) hanya berbcara mengena topk yang sedang dajarkan; (7) menggunakan kata-kata umum dan khusus berkatan dengan mata pelajaran; (8) menulskan hal-hal pentng d papan tuls; (9) menghubungkan apa yang dajarkan dengan kehdupan nyata; dan (10) memberkan pertanyaan untuk mengetahu apakah sswa telah mengert atau belum mengert apa yang dajarkan pada mereka. Melalu pelaksanaan supervs pembelajaran yang dlakukan oleh supervsor, maka konds nyata d kelas tentang rendahnya mutu layanan belajar dapat dlhat bersama. Rendahnya mutu layanan belajar d kelas dapat saja sebaga akbat antara lan dar tata kelola sekolah yang tdak bak, pengawasan sekolah yang kurang berkualtas, rendahnya kualtas guru dalam mengajar, mnmnya fasltas pembelajaran, yang kesemuanya tu berdampak negatf terhadap keberhaslan sekolah. Berttk tolak dar pemkran tersebut, maka perlu ada upaya yang sungguh-sungguh membantu guru menggunakan strateg dan model pembelajaran serta keteramplan mengajar yang sesua dengan kebutuhan mater pembelajaran. Salah satu caranya adalah melalu kegatan supervs dengan pendekatan klns menggunakan fungs sebaga pendagnostk. Pendekatan klns menggambarkan unsur-unsur dar sebuah pertemuan antara supervsor dengan guru 4 Jurnal Manajemen Penddkan Indonesa Vol 6 No. 1 - Aprl 2014

5 yang bersepakat berencana untuk melakukan observas saat mengajar. Supervs klns merupakan suatu proses bmbngan bertujuan untuk membantu pengembangan profesonal guru dalam penamplan mengajar berdasarkan obeservas dan analss data secara telt dan objektf sebaga pegangan untuk perubahan tngkah laku tersebut. Dengan supervs klns dharapkan jurang yang tajam antara perlaku nyata dengan perlaku deal para guru dapat dperkecl terutama dalam penngkatan kualtas dan kemampuan guru (Sagala, 2009). Prosedur supervs klns berlangsung dalam suatu proses; berbentuk sklus yang terdr dar tga tahap yatu: tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balkan. Dua dar tga tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru dan supervsor yatu pertemuan pendahuluan dan pertemuan balkan. (1) Tahap pertemuan pendahuluan; Dalam tahap n supervsor dan guru bersama-sama membcarakan rencana keteramplan yang akan dobservas dan dcatat. Tahap n memberkan kesempatan kepada guru dan supervsor untuk mengdentfkas perhatan utama guru kemudan menterjemahkannya ke dalam bentuk tngkah laku yang dapat damat. Suatu efektf dan terbuka dperlukan dalam tahap n guna menjaln hubungan bak antara supervsor dan guru sebaga patner d dalam suasana kerja sama yang harmons. Secara tekns dperlukan lma langkah utama bag terlaksananya pertemuan pendahuluan dengan bak, yatu; (1) mencptakan suasana akrab antara supervsor dengan guru sebelum langkah-langkah selanjutnya dbcarakan; (2) merevu rencana pelajaran serta tujuan pelajaran; (3) merevu komponen ketramplan yang akan dlathkan dan damat; (4) memlh atau mengembangkan suatu nstrumen observas yang akan dpaka untuk merekam tngkah laku guru yang menjad perhatan utamanya; (5) nstrumen observas yang dplh atau yang dkembangkan dbcarakan bersama antara guru dan supervsor. (2) Tahap pengamatan mengajar; Pada tahap n guru melath tngkah laku mengajar berdasarkan komponen keteramplan yang telah dsepakat dalam pertemuan pendahuluan. D phak lan supervsor mengamat dan mencatat atau merekam secara objektf, lengkap dan apa adanya dar tngkah laku guru ketka mengajar, berdasarkan komponen keteramplan yang dmnta oleh guru untuk drekam. Supervsor dapat juga mengadakan observas dan mencatat tngkah laku sswa d kelas serta nteraks guru dan sswa. (3) Tahap pertemuan balkan; Tahapan balkan adalah tahap evaluas tngkah laku guru untuk danalss dan dnterpretaskan dar supervsor kepada guru. Kegatan dmana supervsor berusaha menganalsa dan mengnterpretaskan tentang data hasl rekaman tngkah laku guru dalam mengajar. Langkah-langkah utama dalam tahap n adalah: (1) menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketka a mengajar serta member penguatan dalam merevu tujuan pelajaran; (2) merevu target keteramplan serta perhatan utama guru; (3) menanyakan perasaan guru tentang jalannya pengajaran berdasarkan target dan perhatan utamanya; (4) menunjukkan data hasl rekaman dan memberkan kesempatan kepada guru menafsrkan data tersebut; (5) bersama-sama mengnterpretas data rekaman; (6) menanyakan perasaan guru setelah melhat rekaman data tersebut; (7) menympulkan hasl dengan melhat apa yang sebenarnya yang menjad kengnan atau target guru dan apa yang sebenarnya telah terjad atau tercapa; dan (8) menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dlath atau dperhatkan pada kesempatan berkutnya (Mukhtar, 2013). Dengan demkan dapat drumuskan permasalahan dalam peneltan n adalah apakah melalu supervs klns dapat menngkatkan kemampuan guru kma SMA Neger 1 Pangururan Kabupaten Samosr dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw dan tujuan peneltan n adalah untuk mengetahu penngkatan kemampuan guru kma dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw melalu supervs klns d SMA Neger 1 Pangururan Kabupaten Samosr. PELAKSANAAN Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger 1 Pangururan Kabupaten Samosr. Peneltan berlangsung selama tga bulan, yatu dar Januar s/d Maret 2014 yang dlakukan dalam dua sklus. Peneltan n dlaksanakan dalam dua sklus yang masng-masng sklusnya terdr atas plannng (perencanaan), actng (tndakan), observng (pengamatan), dan reflexng (refleks). Pada tahap perencanaan sklus I, (1) supervsor menyusun rencana pelaksanaan tndakan sekolah dan mempersapkan suarat zn pelaksanaan tndakan sekolah; (2) supervsor berkoordnas dengan sekolah yang gurunya dpaka sebaga subyek peneltan dan pengawas sekolah; (3) supervosr menyusun format pemamtauan berupa ntrumen penlaan dan observas; (4) supervsor menyusun jadwal kegatan kunjungan kelas untuk setap guru bdang stud kma; (5) supervsor mempersapkan perlengkapan sepert buku, pulpen, handycam dan kamera untuk dokumentas. Pada tahap pelaksanaan, (1) terjad dalog antara guru yang dsupervs klns dengan supervsor dengan suasana keterbukaan, Jurnal Manajemen Penddkan Indonesa Vol 6 No. 1 - Aprl

6 keakraban, salng percaya, salng memaham dan salng mengharga; (2) guru mencertakan kesultannya dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw kepada supervsor; (3) guru dan supervsor membahas jens tndakan yang akan dgunakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dhadapnya; (4) guru dan supervsor menetapkan krtera keberhaslan tndakan; (5) guru dan pengawas sekolah menyusun nstrumen untuk mengukur penerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw; (6) supervsor juga mempersapkan handycam untuk merekam bagamana dan perlaku guru mengajar d kelas; (7) guru dengan supervsor bersama-sama melakukan reveu dokumen pembelajaran yang dmlk guru (RPP), dar hasl reveu tersebut supervsor menjelaskan hal-hal yang perlu dperbak; dan (8) supervsor dan guru menetapkan jadwal pelaksanaan kegatan mengajar guru dan menandatangan kontrak. Pada tahap observas, (1) supervsor duduk d belakang dan mengamat perlaku guru mengajar, mencatat kelebhan dan kekurangan guru pada saat mengajar dengan seksama dan objektf; (2) supervsor merekam perlaku dan bagamana guru mengajar dengan menggunakan handycam. Pada tahap refleks, (1) supervsor menanyakan perasaan guru dengan suasana yang santa, akrab, khlas dan objektf; (2) supervsor memberkan penguatan kepada guru; (3) supervsor merevu tujuan pembelajaran; (4) supervsor mengngatkan kembal kontrak yang telah dsepakat dalam pembelajaran; (5) rekaman mengajar guru dputar kembal dan dlhat bersama-sama oleh supervsor dengan guru; (6) supervsor menunjukkan catatan observas apa yang menjad kekurangan guru melaksanakan pembelajaran dan kelebhan guru melaksanakan pembelajaran; (7) supervsor juga menunjukkan catatan observas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw; (8) supervsor mendskuskan hal tersebut dengan guru untuk menemukan tndakan yang tepat sehngga guru dapat memperbak kekurangannya dalam proses pembelajaran; (9) supervsor memberkan motvas dan semangat kepada guru untuk mengajar lebh bak lag dan menyatakan bahwa guru past bsa memperbak kekurangannya; dan (10) supervsor membuat kesepakatan kembal dengan guru untuk melakukan proses pembelajaran d kelas dengan perbakan yang telah dbahas dan supervsor akan mengobservas kembal pada waktu guru mengajar. Pada tahap perencanaan sklus II, (1) supervsor bertemu kembal dengan guru untuk membahas kekurangan-kekurangan pada sklus I; dan (2) membahas tentang tata pelaksanaan tndakan pada sklus II serta menjadwalkan waktu pelaksanaan kegatan. Pada tahap pelaksanaan tndakan, (1) terjad dalog antara guru yang dsupervs klns dengan supervsor dengan suasana keterbukaan, keakraban, salng percaya, salng memaham dan salng mengharga; (2) guru mencertakan kesultannya dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw kepada supervsor; (3) guru dan supervsor membahas jens tndakan yang akan dgunakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dhadapnya; (4) guru dan supervsor menetapkan krtera keberhaslan tndakan; (5) guru dan pengawas sekolah menyusun nstrumen untuk mengukur penerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw; (6) supervsor juga mempersapkan handycam untuk merekam bagamana dan perlaku guru mengajar d kelas; (7) guru dengan supervsor bersama-sama melakukan reveu dokumen pembelajaran yang dmlk guru (RPP), dar hasl reveu tersebut supervsor menjelaskan hal-hal yang perlu dperbak; dan (8) supervsor dan guru menetapkan jadwal pelaksanaan kegatan mengajar guru dan menandatangan kontrak. Pada tahap observas, (1) supervsor duduk d belakang dan mengamat perlaku guru mengajar, mencatat kelebhan dan kekurangan guru pada saat mengajar dengan seksama dan objektf; (2) supervsor merekam perlaku dan bagamana guru mengajar dengan menggunakan handycam. Pada tahap refleks, (1) supervsor menanyakan perasaan guru dengan suasana yang santa, akrab, khlas dan objektf; (2) supervsor memberkan penguatan kepada guru; (3) supervsor merevu tujuan pembelajaran; (4) supervsor mengngatkan kembal kontrak yang telah dsepakat dalam pembelajaran; (5) rekaman mengajar guru dputar kembal dan dlhat bersama-sama oleh supervsor dengan guru; (6) supervsor menunjukkan catatan observas apa yang menjad kekurangan guru melaksanakan pembelajaran dan kelebhan guru melaksanakan pembelajaran; (7) supervsor juga menunjukkan catatan observas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw; (8) supervsor memotvas guru agar terus menngkatkan kemampuannya. HASIL DAN PEMBAHASAN SIKLUS I Hasl penlaan kemampuan guru kma dalam proses pembelajaran yatu hasl telaah RPP dan hasl kemampuan guru menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw pada sklus I dapat dlhat pada Tabel 1 berkut n: 6 Jurnal Manajemen Penddkan Indonesa Vol 6 No. 1 - Aprl 2014

7 Tabel 1 Nla Kemampuan Guru Kma Dalam Proses Pembelajaran Sklus I No Kode Guru Nla Kemampuan Guru Kma Dalam Proses Pembelajaran Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Jgsaw 1 G1 79,63 (Cukup) 77,27 (Cukup) 2 G2 80,56 (Bak) 79,55 (Cukup) 3 G3 80,56 (Bak) 81,82 (Bak) 4 G4 78,70 (Cukup) 77,27 (Cukup) Rata-rata 79,86 (Cukup) 78,98 (Cukup) Berdasarkan Tabel 1 d atas, dagram batang kemampuan guru kma dalam proses pembelajaran dan dagram batang rata-rata kemampuan guru dalam proses pembelajaran akan dtamplkan sepert Gambar 1 dan Gambar 2 berkut n: N l a ,63 80,56 80,56 78,7 77,27 79,55 81,82 77,27 G1 G2 G3 G4 Kode Guru Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Jgsaw Gambar 1. Dagram Batang Kemampuan Guru Kma Dalam Proses Pembelajaran Sklus I N l a ,86 78,98 Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Jgsaw SIKLUS I Gambar 2. Dagram Batang Rata-rata Kemampuan Guru Kma Dalam Proses Pembelajaran Sklus I Pada sklus pertama rata-rata nla kemampuan guru dalam menyusun RPP adalah 79,86 dalam kategor cukup dan menerapkan model pembelajaran koperatf tpe jgsaw adalah 78,98 dalam kategor cukup. Berdasarkan temuan penelt dapat dkatakan bahwa supervs klns dapat menngkatkan kemampuan guru kma dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw belum mencapa ndkator keberhaslan tndakan yang telah dtetapkan sehngga dlanjutkan dengan sklus kedua. Jurnal Manajemen Penddkan Indonesa Vol 6 No. 1 - Aprl

8 SIKLUS II Hasl penlaan kemampuan guru kma dalam proses pembelajaran yatu hasl telaah RPP dan hasl No kemampuan guru menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw pada sklus II dapat dlhat pada Tabel 2 dbawah n: Tabel 2 Nla Kemampuan Guru Kma Dalam Proses Pembelajaran Sklus II Nla Kemampuan Guru Kma Dalam Proses Pembelajaran Kode Guru Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Jgsaw 1 G1 96,30 (Amat Bak) 93,18 (Amat Bak) 2 G2 96,30 (Amat Bak) 95,45 (Amat Bak) 3 G3 96,30 (Amat Bak) 95,45 (Amat Bak) 4 G4 96,30 (Amat Bak) 93,18 (Amat Bak) Rata-rata 96,30 (Amat Bak) 94,31 (Amat Bak) Berdasarkan Tabel 2 d atas, dagram batang kemampuan guru kma dalam proses pembelajaran dan dagram batang rata-rata kemampuan guru dalam proses pembelajaran akan dtamplkan sepert Gambar 3 dan Gambar 4 berkut n: ,3 96,3 96,3 96,3 90 N l a ,18 95,45 95,45 93,18 G1 G2 G3 G4 Kode Guru Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Jgsaw Gambar 3 Dagram Batang Kemampuan Guru Kma Dalam Proses Pembelajaran Sklus II 8 Jurnal Manajemen Penddkan Indonesa Vol 6 No. 1 - Aprl 2014

9 100 96,3 94,32 N l a Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Jgsaw SIKLUS II Gambar 4 Dagram Batang Rata-rata Kemampuan Guru Kma Dalam Proses Pembelajaran Sklus II Pada sklus kedua rata-rata nla kemampuan guru dalam menyusun RPP adalah 96,30 dalam kategor amat bak dan menerapkan model pembelajaran koperatf tpe jgsaw adalah 94,31 dalam kategor amat bak dan telah mencapa ndkator keberhaslan tndakan. Berdasarkan temuan peneltan d atas maka dapat dkatakan bahwa supervs klns untuk menngkatkan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw pada sklus kedua sudah berhasl sebab telah mencapa ndkator keberhaslan tndakan yang telah dtetapkan sebelumnya. Berdasarkan hasl penlaan yang dlakukan oleh supervsor sebaga penelt mula dar pra sklus, kemudan sklus pertama dan dlanjutkan dengan sklus kedua mengena kemampuan empat orang guru bdang stud kma dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw dalam proses pembelajaran, maka nla kemampuan guru kma dalam proses pembelajaran dapat durakan sepert Tabel 3 berkut n: Tabel 3 Nla Kemampuan Guru Kma Dalam Proses Pembelajaran No Kode Guru Pra Sklus Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Jgsaw Sklus Ratarata Sklus Pra Sklus I II I II Ratarata 1 G1 70,37 79,63 96,30 82,10 50,00 77,27 93,18 73,48 2 G2 70,37 80,56 96,30 82,41 52,27 79,55 95,45 75,76 3 G4 70,37 80,56 96,30 82,41 54,55 81,82 95,45 77,27 4 G5 70,37 78,70 96,30 81,79 47,73 77,27 93,18 72,73 Rata-rata 70,37 79,86 96,30 82,18 51,14 78,98 94,32 74,81 Nla rata-rata kemampuan guru kma dalam menyusun RPP melalu telaah RPP mengalam penngkatan yang dtunjukkan dar hasl penlaan yatu pada pra sklus memlk nla rata-rata 70,37 dalam kategor cukup, pada sklus pertama memlk nla rata-rata 79,86 dalam kategor cukup dan sklus kedua memlk nla rata-rata 96,30 dalam kategor amat bak. Jurnal Manajemen Penddkan Indonesa Vol 6 No. 1 - Aprl

10 Nla kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw melalu lembar observas mengalam penngkatan yang dtunjukkan dar hasl penlaan yatu pada pra sklus memlk nla rata-rata 51,14 dalam kategor amat kurang, pada sklus pertama memlk nla rata-rata 78,98 dalam kategor cukup dan sklus kedua memlk nla rata-rata 94,31 dalam kategor amat bak dan telah memenuh krtera keberhaslan tndakan yang telah dtetapkan. KESIMPULAN Berdasarkan hasl peneltan dan pembahasan yang telah dkemukakan sebelumnya, dapat dsmpulkan bahwa terjad penngkatan kemampuan guru kma dalam menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw melalu supervs klns pada SMA Neger 1 Pangururan Kabupaten Samosr. REKOMENDASI Berdasarkan pembahasan dan smpulan yang telah dkemukakan sebelumnya, maka dapat ddentfkas saran-saran sebaga berkut: 1. Kepada guru agar terus menngkatkan kemampuanya dalam lmu pengetahuan dan menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw sebaga alternatf dalam proses pembelajaran karena dapat menngkatkan hasl belajar sswa serta tetap terbuka dan berseda menerma terhadap setap pembaharuan dan perkembangan terkat dengan model-model pembelajaran. 2. Kepada kepala sekolah supaya menghmbau guru menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw sebaga salah satu alternatf dalam proses pembelajaran. 3. Kepada pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya, supervs klns sebaga alternatf dalam membmbng dan membna guru. 4. Kepada Kepala Dnas Penddkan Kabupeten Samosr sebaknya memberkan pelathan kepada pengawas untuk memperluas wawasan tentang penerapan supervs klns dan melakukan pengawasan yang ketat serta berkesnambungan kepada pengawas sekolah dan guru sehngga dalam melaksanakan tugasnya mampu membuat perubahan penngkatan penddkan dengan mengacu kepada peraturan yang berlaku. 5. Kepada penelt yang lan, hasl peneltan n dharapkan menjad salah satu rujukan untuk melakukan peneltan yang lebh mendalam terutama yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatf tpe jgsaw dan supervs klns. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Drektorat Pembnaan Penddk Dan Tenaga Kependdkan Penddkan Menengah, Drektorat Jenderal Penddkan Menengah, Kementeran Penddkan Dan Kebudayaan 2. Bupat Kabupaten Samosr 3. Kepala Dnas Penddkan Kabupaten Samosr 4. Kepala Sekolah SMA Neger 1 Pangururan 5. Kepala Sekolah SMA Neger 1 Sanjur Mulamula DAFTAR PUSTAKA Huang, Yueh-Mn and Teng-Ch Huang, (2008), Usng Annotaton Servces n Ubqutous Jgsaw Cooperatve Learnng Envronment. Taken from Journal fromeducatonal Technology and Socety, 11(2), Ibrahm, M. (2001), Pembelajaran Kooperatf. Surabaya: Unversty Press. Isjon, (2009), Cooperatve Learnng. Bandung: Alfabeta. Joyce, Bruce. Dkk, (2011), Models of Teachng (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mengduo, Qao and Jng Xaolng, (2010), Jgsaw Strategy as a Cooperatve Learnng Technque: Focusng on the Language Learners. Taken from Chnese Journal of Appled Lngustcs (Bmonthly), Vol 33, No. 4. August. P.114 Mukhtar & Iskandar, (2013), Orentas Baru Supervs Penddkan. Jakarta: Gaung Persada Press Group. Rusman, (2012), Model-model pembelajaran. Bandung: Rajawal Perss. Sagala, S, (2009), Admnstras Penddkan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, W. (2006), Strateg Pembelajaran Berorentas Standar Proses Penddkan. Bandung: Kencana. Tranto, (2011), Mendesan Model Pembelajaran Inovatf Progresf. Jakarta: Kencana Prenada Meda Group. 10 Jurnal Manajemen Penddkan Indonesa Vol 6 No. 1 - Aprl 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuh sebagan persyaratan Guna mencapa derajat Sarjana S-1 PGSD

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII D SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRSUNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SUB POKOK BAHASAN LUAS TRAPESIUM KELAS VII A SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF SISWA KELAS II SDN ANGKATAN LOR 02 KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN 2011 / 2012

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Profil Sekolah Dasar di Kecamatan Posigadan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Profil Sekolah Dasar di Kecamatan Posigadan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan a. Profl Sekolah Dasar d Kecamatan Posgadan Kecamatan Posgadan merupakan salah satu kecamatan yang ada d wlayah Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) BERBASIS METODE RESITASI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII.1 SMPN 1 PRAYA BARAT PADA MATERI POKOK KUBUS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYUSUN KARANGAN BERDASARKAN RANGKAIAN GAMBAR SERI MELALUI METODE PENUGASAN DAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SDN JAMBEAN 03 SEMESTER 1 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI Yuwta Srmela 1 Fazr Zuzano 1 Nnwat 1 1 Jurusan Penddkan Matematka dan IPA,

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI KLASIFIKASI BENDA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 SIMO TIM PENGUSUL:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATF Oleh: Dra. Dew Murn, M.S Dsampakan pada Semnar Nasonal " Semnar Nasonal Bdang MPA dan Temu Alumn FMPA UNP" tanggal 11 dan 12 Februar 2005 UNVERSTAS NEGER PADANG Februar,

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA Putu Suarnt Novantar Program Stud Penddkan Matematka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Peneltan n merupakan jens peneltan pengembangan yang dkenal dengan stlah Research and Development ( R& D ). Menurut Sukmadnata (2005:164), peneltan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG LINGKUNGAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT KELAS I SDN JAMBEAN 03 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN Putr Dana Amrta, M. Arfuddn Jamal, Msbah Program Stud

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD Pengembangan Perangkat Pembelajaran... (Prawda Estnngtyas) 1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh 44 BAB III METODE PENELITIAAN A. Jens Peneltaan Jens peneltaan n adalah peneltan kuanttatf, karena data yang dperoleh berupa data kuanttatf. Dsampng tu jens peneltan n adalah peneltaan ekspermen, karena

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Pengembangan Media Permainan Kartu Gambar Dengan Teknik Think Pair Share Pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Di Palopo

Pengembangan Media Permainan Kartu Gambar Dengan Teknik Think Pair Share Pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Di Palopo Jurnal Publkas Penddkan http://ojs.unm.ac.d/ndex.php/pubpend Volume 7 Nomor 3, Oktober 2017 p-issn 2088-2092 e-issn 2548-6721 Submtted : 19/09/2017 Revewed : 28/09/2017 Accepted : 09/10/2017 Publshed :

Lebih terperinci

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA ARTIKEL PENELITIAN Oleh SULINDA NIM. F37008001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktifitas, kreativitas, dan kinerja bawahan.

BAB II KAJIAN TEORI. yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktifitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertan Supervs Supervs secara etmolog berasal dar kata "super" dan "vs" yang mengandung art melhat dan mennjau dar atas atau menlk dan menla dar atas yang dlakukan oleh phak atasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemodelan Persamaan Struktural Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equaton Modelng (SEM) merupakan analss multvarat yang dapat menganalss hubungan varabel secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

Pande Made Dwi Putranjaya 1, Dessy Seri Wahyuni 2, I Gede Mahendra Darmawiguna 3. Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI)

Pande Made Dwi Putranjaya 1, Dessy Seri Wahyuni 2, I Gede Mahendra Darmawiguna 3. Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Insde Outsde Crcle Terhadap Hasl Belajar Sswa Kelas VII (Stud Kasus : SMPN 2 Sawan Tahun Ajaran 2012/2013) Pande Made Dw Putranjaya 1, Dessy Ser Wahyun

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Laporan n Dsusun Guna Sebaga Pertanggungjawaban Pelaksanaan Praktk Pengalaman Lapangan (PPL) Tahun Akademk 2014/2015 Lokas PPL Nama Sekolah : SMA N 2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

Kadek Lia Wahyuni Parinu 1, I Gede Mahendra Darmawiguna 2, Dessy Seri Wahyuni 3

Kadek Lia Wahyuni Parinu 1, I Gede Mahendra Darmawiguna 2, Dessy Seri Wahyuni 3 Kumpulan Artkel Mahasswa Penddkan Teknk Informatka Pengaruh Model Pembelajaran Cooperatve Integrated Readng and Composton (CIRC)Terhadap Hasl Belajar TIK Sswa Kelas VII (Stud Kasus : SMP Neger 4 Sngaraja)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

Ari Semayang dan Rahmatsyah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Ari Semayang dan Rahmatsyah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI CAHAYA DI KELASVIII SMP NEGERI 1 PANTAI CERMIN T.P. 2013/2014 Ar Semayang dan Rahmatsyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

---- ~,~ _~-

---- ~,~ _~- ---- ~,~-----..---..._~- BABV SMPULAN, MPLKAS DAN SARAN A. Smpulan ~... f. Smpulan-smpulan yang dapat dtark dar kajan peneltan adalah sebaga berkut: v. (:.Q / Pertama, kegatan pembelajaran yang dlaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Sugyono (008:56) menjelaskan metode peneltan deskrptf adalah: Rumusan masalah deskrptf adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada sswa kelas XI d SMA Neger Gorontalo, Kota Gorontalo waktu peneltan dlaksanakan d mula pada bulan Oktober 03 sampa bulan Desember

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP... Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo 147 KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE TEACHERS ABILITY TO IMPLEMENT THE

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017 LAPORAN PENGUKURAN NDEK PENERAPAN NLA BUDAYA KERJA (PNBK) TAHUN 2017 KEMENTERAN PERTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANAN BALA BESAR PELATHAN PERTANAN KETNDAN MALANG - JAWA 2017 TMUR KATA

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci