IPM. dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Yahukimo Badan Pusat Statistik Kabupaten Yahukimo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IPM. dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Yahukimo Badan Pusat Statistik Kabupaten Yahukimo"

Transkripsi

1

2

3 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Yahukimo 2013 Badan Pusat Statistik Kabupaten Yahukimo

4 IPM dan Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 Nomor Katalog / Catalog Number : Nomor Publikasi / Publication Number : Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : viii hal / pages Naskah / Editor: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Yahukimo BPS-Statistic of Yahukimo Regency Gambar Kulit / Cover : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Yahukimo BPS-Statistic of Yahukimo Regency Ditebitkan Oleh / Published by : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Yahukimo BPS-Statistic of Yahukimo Regency Dicetak Oleh / Printed by : Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source ******

5 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas limpahan dan Karunia-Nya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 dapat terselesaikan. Pembuatan Publikasi IPM Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 merupakan salah satu tindak lanjut dari publikasi sebelumnya, yang memuat indeks komposit pembangunan manusia. Indeks-indeks tersebut memberikan gambaran kuantitatif tentang kebutuhan dan prioritas-prioritas pembangunan manusia. Dengan adanya informasi ini diharapkan pemerintah daerah dapat melihat apa yang telah sudah dikerjakan, apa yang sedang dikerjakan dalam kaitannya dengan pembangunan di Yahukimo, selanjutnya membuat perencanaan kebijakan yang tepat terhadap pembangunan manusia di daerah ini untuk pembangunan ke depan. Indikator-indikator yang dimuat ini juga diharapkan berguna bagi para perencana dalam penyusunan program pembangunan manusia dan dipakai sebagai parameter untuk mengevaluasi tahapan-tahapan pembangunan yang dilaksanakan khususnya pembangunan manusia. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat diterbitkan diucapkan terima kasih. Semoga publikasi ini bermanfaat. Dekai, Oktober 2014 KEPALA BPS YAHUKIMO Heli Mendila, SE NIP IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 i

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v vii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Ruang Lingkup Ruang Lingkup Materi Ruang Lingkup Wilayah Istilah-Istilah yang Digunakan (Terminologi)... 5 BAB II DATA DAN METODOLOGI Basis Data Pembangunan Manusia Sumber Data Data Indeks Pembangunan Manusia Pendekatan Pemanfaatan IPM Top Down Approach Bottom Up Approach Hybrid Approach Konsep Penghitungan IPM Usia Hidup Pengetahuan Standar Hidup Layak Tahapan Penghitungan IPM Kategori Peringkat Pembangunan Manusia BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH Sejarah Kabupaten Yahukimo Pemerintahan IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 ii

7 3.3. Kependudukan Jumlah dan Sebaran Penduduk Komposisi Penduduk BAB IV KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA Komponen IPM Angka Harapan Hidup (eo) Angka Melek Huruf (AMH) Rata-rata Lama Sekolah Pengeluaran Riil yang Disesuaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Yahukimo Reduksi Shortfall BAB V PEMBANGUNAN PENDIDIKAN Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pentingnya PAUD Capaian PAUD di Kabupaten Yahukimo Pendidikan Dasar Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Murni (APM) Fasilitas Pendidikan Dasar Pendidikan Keaksaraan dan Pendidikan Berkelanjutan Program Pendidikan Keaksaraan Capaian Pelaksanaan Pendidikan Keaksaraan Kesenjangan Gender Capaian Kesetaraan Gender Pengeluaran Sektor Pendidikan BAB VI PEMBANGUNAN KESEHATAN Situasi Kesehatan Masyarakat Tingkat Morbiditas Kesehatan Balita Faktor Penentu Derajat Kesehatan Akses Air Bersih Akses Sanitasi IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 iii

8 6.3. Fasilitas dan Sarana Kesehatan Pengeluaran Sektor Kesehatan BAB VII PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN Situasi Ekonomi Kabupaten Yahukimo Produk Domestik Regional Bruto Penyerapan Tenaga Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Kesempatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka Distribusi Pendapatan Rasio Gini Pola Pengeluaran Rumah Tangga Tingkat Kemiskinan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Garis Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tahun Konversi dari Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tabel 2.2. Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM Tabel 3.1. Jumlah PNS Menurut Golongan, Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Yahukimo, Tahun Tabel 3.2. Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Distrik di Kabupaten Yahukimo, Tahun Tabel 3.3. Angka Ketergantungan Penduduk Kabupaten Yahukimo, Tahun IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 iv

9 Tabel 5.1. APK dan APM Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Yahukimo, Tahun Tabel 5.2. Perkembangan Jumlah Fasilitas Pendidikan Dasar dan Jumlah Murid SD dan SMP di Kabupaten Yahukimo, Tahun Tabel 6.1. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Yahukimo, Tahun Tabel 7.1. Perbandingan TPAK Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yahukimo dan Provinsi Papua, Tahun Tabel 7.2. TKK Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yahukimo dan Provinsi Papua, Tahun Tabel 7.3. Perbandingan TPT di Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yahukimo dan Provinsi Papua, Tahun Tabel 7.4. Distribusi Pendapatan Penduduk terhadap Pengeluaran untuk Bahan Makanan di Kabupaten Yahukimo, Tahun DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Data Indeks Pembangunan Manusia di Papua... 8 Gambar 2.2. Model Penggunaan Alat Penghubung Input dan Output Gambar 2.3. Pendekatan dari Atas ke Bawah (Top-Down Approach) Gambar 2.4 Pendekatan dari Bawah ke Atas (Bottom-Up Approach) Gambar 2.5. Pendekatan Kombinasi Top-Down Approach dan Bottom-Up Approach (Hybrid Approach) Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Yahukimo Menurut Distrik, Tahun Gambar 3.2. Sex RatioProyeksi Penduduk Sementara Menurut Distrik di Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 3.3. Angka Ketergantungan Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya dan Provinsi Papua, Tahun Gambar 4.1. Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 4.2. Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Sekitarnya, Tahun Gambar 4.3. Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Sekitarnya, Tahun IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 v

10 Gambar 4.4. Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 4.5. Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 4.6. Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Sekitarnya, Tahun Gambar 4.7. Pencapaian Aktual Pengeluaran Riil Penduduk Kabupaten Yahukimo, Tahun (ribu rupiah) Gambar 4.8. Pencapaian Aktual Pengeluaran Riil Penduduk Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Sekitarnya, Tahun 2013 (ribu rupiah) 48 Gambar 4.9. Pencapaian IPM Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Sekitarnya, Tahun Gambar Posisi Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten/Kota Se-Provinsi, Berdasarkan IPM dan Shortfall, Tahun Gambar 5.1. Perkembangan Jumlah Sekolah TK di Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 5.2. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 5.3. Capaian Partisipasi Sekolah Kabupaten Pemekaran Jayawijaya, Tahun Gambar 5.4. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 5.5. Capaian AMH Penduduk Usia Muda di Kabupaten Yahukimo, Jayawijaya dan Provinsi Papua, Tahun Gambar 5.6. Capaian AMH Penduduk Usia Dewasa di Kabupaten Yahukimo, Jayawijaya dan Provinsi Papua, Tahun Gambar 5.7. Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke atas Menurut Ijasah/STTB Tertinggi yang DImiliki di Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 5.8. Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke atas Menurut Jenis Kelamin dan Ijasah/STTB Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 5.9. Perkembangan Alokasi APBD Sektor Pendidikan di Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 6.1. Pekembangan Tingkat Morbiditas Penduduk dan Rata-rata Lama Sakit Penduduk Kabupaten Yahukimo,Tahun IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 vi

11 Gambar 6.2. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran oleh Tenaga Medis di Kabupaten Yahukimodan Kabupaten Jayawijaya, Tahun Gambar 6.3. Persentase Rumah Tangga Dirinci Menurut Sumber Air Minum yang Digunakan di Kabupaten Yahukimo dan Jayawijaya, Tahun Gambar 6.4. Persentase RumahTangga Menurut Penggunaan Fasilitas BAB di Kabupaten Yahukimo dan Jayawijaya, Tahun Gambar 6.5. Persentase RumahTangga Dirinci Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 6.6. Perkembangan Alokasi APBD Sektor Kesehatan di Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 7.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Yahukimo Tahun Gambar 7.2. Distribusi Persentase PDRB Menurut Sektor Lapangan Usaha di Kabupaten Yahukimo, Tahun Gambar 7.3. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan di Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya, dan Provinsi Papua Tahun Gambar 7.4. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya, dan Provinsi Papua Tahun Gambar 7.5. Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya dan Provinsi Papua Tahun (dalam ribuan) Gambar 7.6. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Yahukimo, September Juli DAFTAR LAMPIRAN Tabel 1. Indeks Komponen IPM (AHH dan AMH) Per Kabupaten/Kota, Tahun Tabel 2. Indeks Komponen IPM (RLS dan PPP) Per Kabupaten/Kota, Tahun Tabel 3. IPM dan Peringkatnya Per Kabupaten/Kota, Tahun IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 vii

12 Tabel 4. Reduksi Shortfall IPM Per Kabupaten/Kota, Tahun IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 viii

13 PENDAHULUAN I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional Indonesia menempatkan manusia sebagai titik sentral, sehingga mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam kerangka ini maka pembangunan nasional ditujukan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Berdasar pola pikir tersebut pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah harus mengacu pada pembangunan manusia seutuhnya, yaitu pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik kesejahteraan yang bersifat lahiriah maupun batiniah. Sehingga pembangunan yang dilaksanakan menitik beratkan pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu meningkatnya derajat kesehatan, pengetahuan dan keterampilan agar dapat digunakan untuk mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif, sosial-budaya, dan politik. Capaian pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai dari berbagai aspek, antara lain adalah ekonomi, Kesehatan, pendidikan, penegakan hukum dan demokrasi. Namun akan menjadi sulit ketika capaian pembangunan manusia secara parsial sangat bervariasi dimana beberapa aspek pembangunan tertentu berhasil dan beberapa aspek lainnya gagal. Terlebih di Papua yang terus melakukan pemekaran kabupaten, Yahukimo IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

14 PENDAHULUAN I salah satunya yang merupakan Kabupaten pemekaran dari Kabupaten induk Jayawijaya. Tentunya mengukur capaian itu akan tidaklah sederhana, namun mencakup suatu proses, jejak rekam dan berbagai catatan lokal lain yang menyertainya. Selanjutnya bagaimana menilai keberhasilan pembangunan manusia secara keseluruhan. Untuk mengukur capaian pembangunan secara komprehensif tersebut dibuatlah indikator komposit yang bernama Indeks Pembangunan Manusia/Human Development Index atau sangat umum disebut dengan IPM/HDI. Dari IPM ini menempatkan manusia sebagai subyek sekaligus sebagai obyek pembangunan, dengan demikian akan bisa menjadi ukuran yang komprehensif, kompetitif dan komparatif. Paradigma pembangunan manusia mengandung 4 (empat) komponen utama : a. Produktifitas. Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpatisipasi penuh dalam mencari penghasilan dan lapangan kerja. Oleh karena itu pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembanguan manusia. b. Pemerataan. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan. Sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapat keuntungan dari peluang yang sama. c. Keberlanjutan. Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua sumber daya harus dapat diperbaharui. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

15 PENDAHULUAN I d. Pemberdayaan. Semua orang diharapkan berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dalam proses aktifitasnya. Penyertaan konsep pembangunan manusia dalam kebijakan-kebijakan pembangunan sama sekali tidak berarti meninggalkan berbagai strategi pembangunan terdahulu, yang antara lain untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan mencegah perusakan lingkungan. Perbedaannya adalah bahwa dari sudut pandang pembangunan manusia, semua tujuan tersebut diatas diletakan dalam kerangka untuk memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Agar konsep pembangunan manusia dapat diterjemahkan ke dalam perumusan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat diukur dan dipantau dengan mudah. Human Development Report (HDR) global telah mengembangkan dan menyempurnakan pengukuran statistik dari pembangunan manusia. Adapun komponen-komponen dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meliputi : Lamanya Hidup (longevity), Pengetahuan/tingkat pendidikan (knowledge) dan Standar Hidup (decent living). Untuk memperoleh gambaran tentang pembangunan manusia di Kabupaten Yahukimo, maka disusunlah publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Yahukimo tahun Dari publikasi ini diharapkan selain sebagai catatan indikator kuantitatif dari pembangunan yang selama ini telah dilakukan, juga berfungsi sebagai starting point untuk penentuan arah dari pembangunan yang akan dicapai ke depan. Sehingga IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

16 PENDAHULUAN I pembangunan akan tepat sasaran sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang tentang pembentukan Kabupaten Yahukimo. 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari penulisan publikasi ini adalah menyajikan data dan informasi tentang kondisi penduduk dan permasalahannya, sebagai dampak dari pembangunan yang telah dilaksanakan di Kabupaten Yahukimo. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan sumberdaya manusia di Kabupaten Yahukimo, termasuk penentuan sektor-sektor prioritas dalam pembangunan manusia. Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini meliputi: a. Teridentifikasinya kondisi beberapa variabel sektoral dalam pembangunan manusia, meliputi sektor-sektor: kesehatan, pendidikan dan ekonomi di Kabupaten Yahukimo. b. Diperolehnya gambaran permasalahan di bidang pembangunan manusia di Kabupaten Yahukimo. c. Diperolehnya gambaran tentang perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM) dan indikator - indikator sosial lainnya di Kabupaten Yahukimo. d. Terumuskannya implikasi masalah dan kebijakan untuk menangani berbagai permasalahan yang merupakan bagian dari perencanaan dan penanganan pembangunan manusia. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

17 PENDAHULUAN I 1.3 Ruang Lingkup Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi penulisan ini meliputi : Identifikasi kondisi variabel kunci dalam pengukuran besaran IPM yang meliputi : lamanya hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup (decent living). I Identifikasi permasalahan mendasar pada sektor-sektor kunci yang terkait dengan IPM, meliputi indikator kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Pengukuran besaran angka IPM Kabupaten Yahukimo. Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Yahukimo. Rumusan kebijakan dalam rangka pembangunan manusia berdasarkan besaran angka IPM yang diperoleh dan analisis situasi pembangunan manusia di Kabupaten Yahukimo Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah penelitian mencakup seluruh wilayah di Kabupaten Yahukimo. 1.4 Istilah-istilah Yang Digunakan (Terminologi) Indeks Pembangunan Manusia (IPM), indeks komposit yang disusun dari tiga indikator, yaitu: lama hidup, pendidikan dan standar hidup. Indeks Harapan Hidup, salah satu dari komponen IPM. Nilai ini berkisar antara IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

18 PENDAHULUAN I Indeks Daya Beli/Standar Hidup, didasarkan pada paritas daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP) yang disesuaikan dengan rumus Atkinson. Angka Harapan Hidup (e0), perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada pola mortalitas menurut umur. Angka Melek Huruf, proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Rata-rata Lama Sekolah (RLS), menggambarkan lamanya pendidikan yang ditempuh, dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

19 DATA DAN METODOLOGI II 2. DATA DAN METODOLOGI Perencanaan pada dasarnya merupakan suatu proses pengambilan keputusan. Kualitas keputusan sangat tergantung kepada informasi yang mendasarinya. Oleh karena itu perencana pembangunan harus memberikan perhatian yang memadai terhadap masalah pengumpulan dan penyajian informasi untuk keperluan perencanaan. Walaupun demikian perlu diingat bahwa pengumpulan dan pengolahan data bukan merupakan tujuan akhir melainkan semata-mata sebagai sarana untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik. 2.1 Basis Data Pembangunan Manusia Dalam melakukan perencanaan pembangunan manusia perlu disadari bahwa yang berguna bagi perencanaan dan pembuatan kebijakan hanyalah data atau informasi yang memberikan gambaran keadaan sebenarnya (represent reality). Oleh karena itu perlu dipahami secara memadai jenis pengumpulan data serta kualitas data yang dikumpulkan. Perencana pembangunan manusia juga harus dapat memanfaatkan secara optimal data yang relevan baik yang dikumpulkan melalui sensus dan survey maupun yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

20 DATA DAN METODOLOGI II Data indeks pembangunan manusia meliputi derajat kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat (Gambar 2.1) Sumber data Informasi yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan manusia dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perencana harus menyadari bahwa kedua jenis informasi tersebut saling melengkapi atau menunjang sehingga keduanya dipelukan untuk analisis, monitoring dan evaluasi yang lebih baik. Data berasal dari instansi dan hasil survei lapangan tentang indikator kesejahteraan rakyat yang mencakup informasi mengenai kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, keluarga berencana dan fertilitas, perumahan dan sanitasi, dan pengeluaran rumah tangga. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

21 DATA DAN METODOLOGI II Sumber data lain adalah yang dikumpulkan dengan memanfaatkan sistem pelaporan yang dilakukan oleh Dinas/Instansi teknis sebagai hasil catatan administrasi pelayanan yang bersangkutan. Data berdasarkan laporan administratif didasarkan pada laporan implementasi program/kegiatan, laporan sistem pelayanan, dan sebagainya. Data yang dihasilkan memberikan informasi tentang kegiatan yang dilakukan selama masa periode tertentu, biasanya bulanan dan tahunan. Untuk mengetahui secara lebih mendalam dan spesifik tentang suatu keadaan yang tidak mungkin dapat diperoleh dari suatu hasil survei dan sensus, misalnya untuk mencari jawaban tentang suatu keadaan atau fenomena, suatu studi khususnya yang disebut Rapid Appraisal atau Rapid Assesment dilakukan. Studi ini didasarkan pada sampel kecil dan tidak acak (non random sample), bertujuan untuk mengetahui secara cepat jawaban atas fenomena yang diselidiki. Biasanya studi semacam ini juga dilakukan untuk dapat menghasilkan rekomendasi tentang langkah atau intervensi yang paling mungkin dapat dilakukan untuk memperbaiki atau menyelesaikan suatu fenomena dan persoalan Data Indeks Pembangunan Manusia Dalam perencanaan pembangunan manusia perlu dipertimbangkan untuk menyusun Data Basis Pembangunan Manusia sebagai sarana untuk memperlancar kegiatan analisis situasi dan penyusunan rencana pembangunan. Data ini berisi informasi atau indikator-indikator pembangunan manusia. Data yang relevan tidak hanya mengenai sektor-sektor sosial seperti IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

22 DATA DAN METODOLOGI II pendidikan dan kesehatan, tetapi juga mengenai sektor - sektor ekonomi seperti PDRB per kapita. 2.2 Pendekatan Pemanfaatan Indeks Pembangunan Manusia Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). UNDP sejak tahun 1990 menggunakan IPM untuk mengukur laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Model sebagaimana pada Gambar 2.2 menggambarkan mekanisme hubungan antara input-proses-output (IPO), dalam hal ini adalah kebijakan daerah berupa penetapan komposisi alokasi anggaran daerah per sektor/program dalam RAPBD. Sedangkan output dalam model ini diwujudkan dalam tiga parameter IPM. Dalam model ini, IPM sebagai indeks komposit, bukanlah berperan sebagai alat perencanaan (planning tools) tetapi merupakan outcome atau hasil dari suatu proses perencanaan. Sekalipun IPM bukanlah sebagai alat perencanaan, namun dapat dimanfaatkan untuk menjadi arahan bagaimana anggaran pembangunan daerah seharusnya dialokasikan agar mampu meningkatkan pembangunan manusia yang tercermin dengan semakin tingginya IPM. Untuk menghubungkan antara faktor input (RAPBD) di satu sisi dan faktor output (tiga parameter IPM), dalam IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

23 DATA DAN METODOLOGI II proses perencanaannya untuk model ini diperlukan sebuah alat dalam bentuk worksheet (lembar kerja) yang dengan mudah digunakan melalui pemanfaatan komputer dan perangkat lunaknya dalam bentuk program aplikasi. Gambar 2.2 Model Penggunaan Alat Penghubung Input dan Output Adapun mengenai ketiga pendekatan yang terbangun sesuai kerangka pikir tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut : Top Down Approach Pendekatan ini (lihat Gambar 2.3), bertitik tolak dari target peningkatan IPM yang ditetapkan masing-masing daerah. Berangkat dari target tersebut kemudian disusunlah rancangan IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

24 DATA DAN METODOLOGI II alokasi sektor-sektor APBD dengan menggunakan alat/instrumen perencanaan dalam bentuk worksheet yang mudah digunakan dengan bantuan komputer. Dengan menggunakan worksheet ini rencana komposisi alokasi setiap sektor pembangunan dalam proses penyusunannya dapat diubah-ubah hingga angka IPM yang ditargetkan secara perhitungan dapat dicapai. Gambar 2.3 Pendekatan dari Atas ke Bawah (Top down approach) Bottom Up Approach Pendekatan ini (Gambar 2.4) berbanding terbalik dengan pendekatan yang pertama. Pemanfaatan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah dengan pendekatan dari bawah (bottom up), IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

25 DATA DAN METODOLOGI II berangkat dari target IPM yang ingin dicapai, tetapi dimulai dengan menetapkan komposisi rencana anggaran persektor/program sebagaimana yang selama ini dilakukan, kemudian baru dihitung berapa pengaruhnya terhadap kenaikan IPM. Gambar 2.4 Pendekatan dari Bawah ke Atas (Bottom-up approach) Hybrid approach Pendekatan ini (Gambar 2.5) merupakan kombinasi dari pendekatan pertama dan kedua, dimana dalam aplikasinya dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi IPM yang ditargetkan dan sisi komposisi anggaran per sektor daerah yang dialokasikan. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

26 DATA DAN METODOLOGI II Keseimbangan antara dua sisi tersebut merupakan perencanaan yang realistis. Gambar 2.5 Pendekatan Kombinasi Top-down dan Bottom-up (Hybrid approach) Dalam proses pengembangan IPM dan perencanaan pembangunan daerah, masih terbuka adanya berbagai masukan penyempurnaan. Upaya pemantapan model ini akan diteruskan melalui tahapan-tahapan rencana pengembangan, yang di pusat dilaksanakan Ditjen Bangda bekerjasama dengan BPS dan UNDP, sedangkan di daerah dikoordinasikan oleh BP3D. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

27 DATA DAN METODOLOGI II 2.3 Konsep Penghitungan IPM Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah IPM. IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living) Usia Hidup Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai usia hidup yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup tetapi dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara global UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa dinotasikan dengan e0. Angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator itu dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya IMR, e0 sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia e0 dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Prosedur penghitungan e0 yang diperoleh dengan metode ini merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

28 DATA DAN METODOLOGI II Pengetahuan Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembanguan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak tahun 1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar, menengah dan tinggi sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua diakui kurang sesuai sebagai indikator dampak. Penggantian dilakukan semata-mata karena sulitnya memperoleh data rata-rata lama sekolah secara global, suatu kesulitan yang bagi keperluan internal Indonesia dapat diatasi dengan tersedianya data Susenas Kor atau data Instansional. Indikator angka melek huruf merupakan persentase penduduk berumur 15 tahun atau lebih yang dapat membaca huruf latin atau huruf lainnya. Indikator ini dapat diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis yang terdapat dalam Susenas. Adapun langkah-langkah penghitungan angka melek huruf adalah: Menghitung jumlah penduduk berumur 15 tahun atau lebih. Menghitung jumlah penduduk 15 tahun atau lebih yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Membagi jumlah penduduk 15 tahun atau lebih yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya dengan jumlah penduduk berumur 15 tahun atau lebih dikalikan 100. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

29 DATA DAN METODOLOGI II Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berumur 15 tahun atau lebih untuk menempuh suatu jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu : tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Tabel 2.1 menyajikan faktor konversi dari tiap jenjang pendidikan yang ditamatkan. Untuk yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan, lamanya sekolah (Years School -YS- ) dihitung berdasarkan formula dibawah ini : YS = Tahun konversi + Kelas tertinggi yang pernah diduduki 1 Dari data lama sekolah masing-masing individu kemudian digunakan sub program MEANS dalam paket SPSS untuk menghitung rata-rata lama sekolah (MYS) agregat. Dalam penghitungan MYS BPS menggunakan populasi penduduk berusia 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia tesebut sudah ada yang berhenti sekolah. Sedangkan pihak UNDP memakai populasi penduduk berusia 25 tahun ke atas dengan alasan karena penduduk yang berusia kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

30 DATA DAN METODOLOGI II Tabel 2.1 Tahun Konversi dari Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan No Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun Konversi (1) (2) (3) 1 Tidak / belum pernah sekolah 0 2 SD 6 3 SLTP 9 4 SLTA/SMU 12 5 Diploma I 13 6 Diploma II 14 7 Akademi/Diploma III 15 8 Diploma IV/Sarjana 16 9 Magister (S2) Doktor (S3) Standar Hidup Layak Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

31 DATA DAN METODOLOGI II Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya. Untuk keperluan perhitungan IPM data dasar PDRB perkapita tidak dapat digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena bukan ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai penggantinya digunakan untuk konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan untuk keperluan yang sama. Perhitungan PPP/unit dilakukan sesuai rumus: RUMUS PPP/unit = IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

32 DATA DAN METODOLOGI II Dimana E(i,j) p(9,j) q(i,j) : Pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten/kota ke-i : Harga komoditi j : Total komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kota/kabupaten ke-i Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : RUMUS jika jika jika jika Dimana : D = Konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit Z = Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan (biasanya menggunakan garis kemiskinan) 2.4 Tahapan Penghitungan IPM Beberapa tahapan dalam penghitungan IPM dapat dijelaskan sebagai berikut : IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

33 DATA DAN METODOLOGI II Tahap pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing komponen IPM (Harapan Hidup, Pengetahuan dan Standar Hidup Layak) Indeks (X i ) = (X i X min )/(X maks X min ) Dimana : X i : Indikator komponen pembangunan manusia ke-i, i= 1,2,3 X min : Nilai minimum Xi X maks : Nilai Maksimum Xi Tabel 2.2 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM No Indikator Nilai Nilai Maksimum Minimum Catatan (1) (2) (3) (4) (5) 1 Angka Harapan Hidup Sesuai standar global (UNDP) 2 Angka Melek Huruf Sesuai standar global (UNDP) 3 Rata-rata Lama Sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP) 4 Komsumsi per kapita Yang disesuaikan 732, (1996) (1999) UNDP menggunakan GDP per kapita riil yang disesuaikan Sumber : Manual Teknis Operasional Pengembangan dan Pemanfaatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam Perencanaan Pembangunan Manusia (BPS, Bappenas, UNDP) IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

34 DATA DAN METODOLOGI II Tahap kedua perhitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks X dengan rumus: IPM = 1/3 Σ X i = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3) ) dimana : X (1) = Indeks Angka Harapan Hidup X (2) = 2/3(Indeks Melek Huruf) + 1/3(Indeks Rata-rata Lama Sekolah) X (3) = Indeks Konsumsi perkapita yang disesuaikan Tahap ketiga adalah menghitung Reduksi Shortfall, yang digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan nilai IPM dalam suatu kurun waktu tertentu. r = { (IPM t+n IPM t )/(IPM ideal IPM t ) } 1/n Dimana: IPM t = IPM pada tahun t IPM t+n IPM ideal = 100 = IPM pada tahun t+n 2.5 Kategori Peringkat Pembangunan Manusia Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

35 DATA DAN METODOLOGI II pembangunan manusia pada skala 0,0 100,0 dengan kategori sebagai berikut : Tinggi : IPM lebih dari 80,0 Menengah Atas : IPM antara 66,0 79,9 Menengah Bawah : IPM antara 50,0 65,9 Rendah : IPM kurang dari 50,0 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

36 GAMBARAN UMUM WILAYAH III 3. GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1 Sejarah Kabupaten Yahukimo Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2001 pemerintah Indonesia telah melaksanakan kebijakan tentang otonomi daerah untuk melakukan percepatan pembangunan di beberapa wilayah potensial, termasuk Provinsi Papua. Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang kemudian menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kabupaten Yahukimo merupakan kabupaten hasil dari Pemekaran Kabupaten Jayawijaya. Ibukota kabupaten Yahukimo berada di Dekai. Kabupaten ini merupakan kabupaten dengan jumlah distrik terbanyak dari 29 kabupaten/kota di Provinsi Papua. Adapun 51 distrik tersebut yakni sebagai berikut Distrik Kurima, Distrik Ninia, Distrik Anggruk, Distrik Dekai, Distrik Obio, Distrik Suru-Suru, Distrik Wusama, Distrik Amuma, Distrik Musaik, Distrik Pasema, Distrik Hogio, Distrik Mugi, Distrik Soba, Distrik Werima, Distrik Tangma, Distrik Ukha, Distrik Panggema, Distrik Kosarek, Distrik Nipsan, Distrik Ubahak, Distrik Pronggoli, Distrik Walma, Distrik Yahuliambut, Distrik Hereapini, Distrik Ubalihi, Distrik Talambo, Distrik Puldama, Distrik Endomen, Distrik Kona, Distrik Dirwemna, Distrik Holuwon, Distrik Lolat, Distrik Soloikma, Distrik Sela, Distrik Korupun, Distrik Langda, Distrik Bomela, Distrik IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

37 GAMBARAN UMUM WILAYAH III Suntamon, Distrik Seradala, Distrik Sobaham, Distrik Kabianggama, Distrik Kwelamdua, Distrik Kwikma, Distrik Hilipuk, Distrik Duram, Distrik Yogosem, Distrik Kayo, Distrik Sumo, Distrik Silimo, Distrik Samenage dan Distrik Nalca. Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Yahukimo Menurut Distrik Tahun 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Yahukimo IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

38 GAMBARAN UMUM WILAYAH III Secara astronomis Yahukimo terletak pada Bujur Timur dan LS. Sedangkan secara geografis Yahukimo berbatasan langsung dengan Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yalimo dan Kabupaten Keerom di sebelah utara, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Asmat di sebelah selatan, Kabupaten Nduga di sebelah barat dan Kabupaten Pegunungan Bintang di sebelah timur. Kabupaten dengan luas wilayah ± Km2 ini memiliki topografi wilayah yang cukup bervariasi antara 100 meter sampai dengan meter diatas permukaan laut (dpl). Sebagian besar wilayahnya terdiri dari pengunungan (dataran tinggi) yang dilalui beberapa aliran sungai dan anak sungai yang berasal dari bukit dan gunung yang ada di sekitarnya. Dataran rendah yang ada di Kabupaten Yahukimo berupa hutan dan rawa berair yang meliputi distrik Dekai, Seradala, Sumo, Obio, dan Suru-suru. Distrik Kurima merupakan distrik terluas (3,53 persen dari Luas Kabupaten Yahukimo) dari 51 distrik di Kabupaten Yahukimo yaitu sekitar 605 km2. Sedangkan Distrik Duram merupakan Distrik dengan wilayah terkecil (0,58 persen dari Luas Kabupaten Yahukimo) yakni sekitar 100 km2. Sedangkan jarak terjauh yang harus tempuh dari ibukota kecamatan ke ibukota Kabupaten Yahukimo (Kota Dekai) yakni sekitar 230 km (Distrik Talambo). IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

39 GAMBARAN UMUM WILAYAH III 3.2 Pemerintahan Tuntutan sumberdaya manusia yang berkualitas tidak hanya pada tingkat pusat saja namun pada tingkat daerah juga sangat diperlukan agar keberadaan aparatur dalam suatu organisasi pemerintah daerah dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara baik dan maksimal. Keberhasilan organisasi dalam menjalankan fungsinya lebih ditentukan oleh orang-orang yang ada didalamnya daripada struktur organisasi, sarana serta prasarana yang melingkupinya. Oleh karena aparatur pemerintahan merupakan tulang punggung dalam menjalankan roda pemerintahan di daerah, sehingga keberadaanya merupakan faktor penentu baik buruknya kualitas pelayanan publik yang merupakan indikator keberhasilan suatu organisasi publik. Roda pemerintahan Kabupaten Yahukimo dijalankan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tersebar di beberapa SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), pemerintahan distrik, dan kampung. Separuh lebih dari seluruh PNS di Kabupaten Yahukimo menduduki golongan II dan golongan III, masing-masing sebesar 46,82 persen dan 38,85 persen. Mayoritas PNS di sana berpendidikan sarjana (28,92 persen). Tidak sedikit juga bagi PNS yang berpendidikan SMA dan Diploma berada dalam jajaran pemerintahan di Kabupaten Yahukimo. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

40 GAMBARAN UMUM WILAYAH III Tabel 3.1 Jumlah PNS Menurut Golongan, Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Yahukimo, Tahun 2013 Keterangan Jumlah Persentase (1) (2) (3) (4) Golongan Gol I ,03 Gol II ,82 Gol III ,85 Gol IV 33 1,30 Tingkat Pendidikan SD ,28 SMP 219 8,59 SMA ,02 Diploma ,18 Sarjana ,92 Total PNS ,00 Sumber : Yahukimo Dalam Angka Kependudukan Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan. Penduduk tidak saja berperan sebagai pelaksana pembangunan tetapi juga menjadi sasaran pembangunan. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan mobilitasnya mempunyai ciri dan karakteristik yang menunjang tercapainya keberhasilan pembangunan yaitu meningkatnya kesejahteraan penduduk. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

41 GAMBARAN UMUM WILAYAH III Jumlah dan Sebaran Penduduk Penduduk dalam suatu daerah merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, disamping juga sebagai konsumen dalam pembangunan. Dalam konteks penduduk sebagai potensi SDM, mengandung arti bahwa penduduk/manusia memiliki peranan dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA). Peranan penduduk dalam pembangunan akan berhasil apabila memiliki kemampuan dalam menjawab semua tantangan dalam pembangunan baik posisinya sebagai pengelola sumber daya alam maupun sebagai pengguna/konsumen sumber daya alam. Berdasarkan proyeksi penduduk, penduduk pertengahan tahun Kabupaten Yahukimo pada tahun 2013 berjumlah jiwa, yang terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Penduduk paling banyak terkonsentrasi di Distrik Kurima, Distrik Dekai, dan distrik ubahak yaitu sebanyak jiwa, jiwa dan jiwa. Sedangkan Distrik Yog0sem merupakan distrik dengan jumlah penduduk paling sedikit, yaitu hanya sebesar 0,62 persen (1.093 jiwa penduduk). IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

42 GAMBARAN UMUM WILAYAH III Tabel 3.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Distrik NO DISTRIK JUMLAH NO DISTRIK JUMLAH (1) (2) (3) (1) (2) (3) 1 KURIMA NIPSAN MUSAIK SAMENAGE DEKAI TANGMA OBIO SOBA PASEMA MUGI AMUMA YOGOSEM SURU-SURU KAYO WUSAMA SUMO SILIMO HOGIO NINIA UKHA HOLUWON WERIMA LOLAT SOLOIKMA LANGDA SERADALA BOMELA KABIANGGAMA SUNTAMON KWIKMA SOBAHAM HILIPUK KORUPUN YAHULIAMBUT SELA HEREAPINI KWELAMDUA UBALIHI ANGGRUK TALAMBO PANGGEMA PRONGGOLI WALMA ENDOMEN KOSAREK KONA UBAHAK DURAM NALCA DIRWEMNA PULDAMA YAHUKIMO Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo, 2013 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

43 GAMBARAN UMUM WILAYAH III Dibanding jumlah penduduk tahun sebelumnya berarti terdapat penambahan jumlah penduduk sebesar jiwa. Banyaknya jumlah penduduk ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Kabupaten Yahukimo untuk dapat menyejahterakan kehidupan masyarakatnya. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung seperti sarana kesehatan, pendidikan dan perekonomian harus ditingkatkan untuk dapat mencapai penduduk yang berkualitas dengan mempertimbangkan konsentrasi penduduk di setiap wilayah. Dilihat dari jumlah distriknya yang cukup banyak, yaitu 51 distrik, juga memberikan peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah Kabupaten Yahukimo untuk dapat memberikan dukungan administratif bagi lembaga-lembaga yang ada di bawahnya, sehingga pembangunan dapat dilakukan secara merata, sinergis dan berkesinambungan Komposisi Penduduk Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan diantaranya terlihat pada komposisi penduduk menurut jenis kelamin (sex ratio) dan angka ketergantungan (dependency ratio). Sex ratio didefinisikan sebagai perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

44 GAMBARAN UMUM WILAYAH III Gambar 3.2 Sex Ratio Proyeksi Penduduk Menurut Distrik di Kabupaten Yahukimo, Tahun 2013 YOGOSEM PRONGGOLI MUGI ANGGRUK PULDAMA TANGMA WALMA PANGGEMA PASEMA KURIMA LANGDA UBAHAK LOLAT KWIKMA DIRWEMNA BOMELA KABIANGGAMA YAHULIAMBUT UBALIHI KAYO SOBAHAM KONA HOLUWON SAMENAGE HEREAPINI SOBA UKHA KOSAREK ENDOMEN DURAM NALCA NINIA SELA YAHUKIMO HILIPUK SUNTAMON SOLOIKMA KWELAMDUA AMUMA KORUPUN WERIMA NIPSAN WUSAMA OBIO MUSAIK HOGIO SILIMO TALAMBO SUMO SURU-SURU SERADALA DEKAI Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo, 2013 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

45 GAMBARAN UMUM WILAYAH III Komposisi penduduk menurut jenis kelamin ini sangat penting artinya untuk melihat keseimbangan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Ketidakseimbangan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan akan mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi rumah tangga serta keberlangsungan reproduksi. Pada tahun 2013 rasio jenis kelamin di Kabupaten Yahukimo menunjukkan angka di atas 100 yaitu 110,77 (Gambar 3.2). Artinya jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Yahukimo 10,77 persen lebih banyak dari penduduk wanita, dengan kata lain untuk setiap 100 penduduk wanita terdapat penduduk lakilaki. Dilihat sebarannya per-distrik, terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk perempuan disemua wilayah distrik. Distrik yang mempunyai sex ratio paling tinggi adalah Distrik Dekai yaitu sebesar 163,75, sedangkan Distrik Yogosem merupakan distrik terendah nilai sex rationya, yaitu sebesar 82,17. Selain sex ratio, pengelompokan penduduk berdasarkan umur produktif dan tidak produktif juga sangat penting. Semakin banyak penduduk usia produktif yang berpendidikan berarti semakin mampu suatu daerah untuk mengembangkan aktifitas ekonominya. Indikator yang biasa digunakan adalah indikator dependency ratio yang menggambarkan total rasio ketergantungan penduduk usia tidak produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok umur 65 ke atas) bagi penduduk usia produktif (kelompok umur tahun). IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

46 GAMBARAN UMUM WILAYAH III Indikator ini merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur dampak keberhasilan pembangunan kependudukan di suatu daerah. Pembangunan di bidang kependudukan dikatakan berhasil jika nilai depency ratio-nya rendah. Semakin rendah nilai dependency ratio berarti semakin rendah angka beban ketergantungan karena semakin kecil angka beban ketergantungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya. Tabel 3.3 Angka Ketergantungan Penduduk Kabupaten Yahukimo, Tahun 2013 Kelompok Umur Jumlah Angka Ketergantungan (1) (2) (3) , ,34 Kab. Yahukimo ,66 Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo, 2013 Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa angka beban ketergantungan di Kabupaten Yahukimo pada periode Tahun 2013 cukup tinggi, yaitu untuk setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung 50 penduduk bukan usia produktif yang terdiri dari 49 anak dan 1 penduduk lanjut usia. Angka beban ketergantungan ini lebih tinggi dibanding dengan Kabupaten Jayawijaya dan lebih rendah dibanding Provinsi Papua, masing-masing mencapai 38,03 persen dan 51,96 persen. Terkait dengan IPM, besarnya angka ketergantungan akan mengurangi keluasan pilihan bagi usia IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

47 GAMBARAN UMUM WILAYAH III produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap turunnya angka IPM. Gambar 3.3 Angka Ketergantungan Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya dan Provinsi Papua, Tahun Jayawijaya Yahukimo Papua Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo, 2013 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

48 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV 4. KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA 4.1 Komponen IPM Angka Harapan Hidup (e0) Salah satu komponen dalam penyusunan angka IPM adalah Angka Harapan Hidup (AHH). AHH adalah perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup (secara ratarata). Indikasi ini sering digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk khususnya di bidang kesehatan. Semakin tinggi Angka Harapan Hidup, memberikan indikasi semakin tinggi kualitas fisik penduduk suatu daerah. Ditinjau Secara komparatif waktu Angka Harapan Hidup Kabupaten Yahukimo dalam 4 tahun terakhir terus meningkat dari tahun 2010 hingga Pada tahun 2010 angka harapan hidup penduduk Kabupaten Yahukimo adalah 66,81 tahun, meningkat sebanyak 0,28 tahun pada tahun 2011, meningkat lagi sebanyak 0,29 tahun pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 angka ini terus meningkat hingga mencapai 67,44 tahun. Artinya secara rata-rata penduduk di Kabupaten Yahukimo mampu bertahan hidup hingga mencapai umur 67 sampai 68 tahun. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

49 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Gambar 4.1 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Yahukimo, Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 Angka ini relatif tinggi untuk sebuah kabupaten pemekaran. Bila dilihat secara kompetetif sesama wilayah pemekaran, angka harapan hidup Kabupaten Yahukimo adalah yang paling tinggi, meskipun masih dibawah rata-rata angka Provinsi Papua yang sebesar 69,13 tahun, dan menempati di urutan ke 11 dari 29 kabupaten/kota se-provinsi Papua. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

50 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Gambar 4.2 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Sekitarnya, Tahun 2013 PAPUA Yalimo Mamberamo Tengah Lanny Jaya Nduga Pegunungan Bintang Yahukimo Asmat Jayapura Jayawijaya Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 Gambar di atas menunjukkan perbandingan AHH antara Kabupaten Yahukimo dengan kabupaten sekitarnya. Terlihat bahwa Kabupaten Jayapura yang berbatasan dengan Kabupaten Yahukimo, memiliki nilai AHH yang paling tinggi yakni sekitar 67,74 tahun. Sementara nilai AHH Kabupaten Yahukimo merupakan tertinggi ke dua menurut grafik di atas dan sekaligus menjadi Kabupaten dengan capaian nilai AHH tertinggi dari Kabupaten Jayawijaya dan kabupaten pemekarannya. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

51 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Angka Melek Huruf (AMH) Kemampuan membaca dan menulis dipandang sebagai kemampuan dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap individu, agar paling tidak memiliki peluang untuk terlibat dan berpartisipasi dalam pembangunan. Tinggi rendahnya angka buta huruf suatu masyarakat mencerminkan kualitas masyarakat tersebut. AMH menunjukkan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis. AMH Provinsi Papua mencapai 75,92 persen pada tahun Artinya sekitar 75,92 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas di Provinsi Papua bisa membaca dan menulis. Untuk kondisi Kabupaten Yahukimo sendiri masih jauh dibawah rata-rata. AMH Kabupaten Yahukimo pada tahun 2013 hanya mencapai 32,77 persen. Artinya dari sepuluh penduduk berusia 15 tahun ke atas di Kabupaten Yahukimo yang bisa membaca dan menulis hanya sekitar tiga orang saja. Masih ada 67,23 persen penduduk berusia 15 tahun di sana yang tidak bisa membaca dan menulis. Di antara kabupaten-kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayapura memiliki AMH tertinggi dibanding kabupaten-kabupaten tersebut yakni mencapai 97,21 persen. Kabupaten Jayawijaya yang merupakan kabupaten induk dari Kabupaten Yahukimo juga memiliki AMH yang lebih tinggi darinya yakni mencapai 53,08 persen. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

52 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Gambar 4.3 Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2013 PAPUA Yalimo Lanny Jaya Nduga Pegunungan Bintang Yahukimo Asmat Jayapura Jayawijaya , AMH ABH Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 Sekali lagi perlu disepakati bahwa indikator IPM adalah indikator dampak yang pada dasarnya volatilitasnya sangat lambat, termasuk angka melek huruf. Hal ini perlu disadari, bahwa adanya pembangunan sebuah sekolah misalnya, tidak serta-merta meningkatkan angka melek huruf secara signifikan di tahun di mana gedung itu dibangun. Selain dampak yang mulai ter-cover biasanya IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

53 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Gambar 4.4 Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Yahukimo, Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 setelah beberapa tahun, juga bisa jadi bangunan sekolah tersebut belum bisa berjalan dengan optimal. Belum lagi bila dihubungkan dengan arus migrasi yang tidak pernah menjamin bahwa migran yang datang ke Yahukimo adalah migran yang tidak buta aksara, inilah salah satu penyebab indikator dampak bergerak tidak secepat indikator makro lainnya. Gambar 4.4 menunjukkan perkembangan AMH Kabupaten yahukimo selama empat tahun. Terlihat bahwa perkembangan AMH nya selama kurun waktu tersebut cukup lambat. Bahkan pencapaian AMH kabupaten tersebut pada tahun 2013 menempati urutan ke 23 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

54 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV dari seluruh kabupaten/kota se-provinsi Papua. Sementara angka tertinggi adalah Kota Jayapura yang mencapai 99,86 persen dan Kabupaten Biak Numfor sebesar 99,01 persen. Sementara untuk tiga kabupaten dengan Angka Melek Huruf terendah adalah Intan Jaya (28,08 persen), Nduga (30,61 persen) dan Deiyai (31,05 persen) Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah digunakan untuk mengidentifikasi jenjang kelulusan pendidikan penduduk suatu daerah. Rata-rata lama sekolah merupakan lamanya pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang. Sebagai gambaran, seseorang yang telah menamatkan pendidikan sampai tingkat SD maka ia telah memiliki lama sekolah sebanyak 6 tahun. Rata-rata lama sekolah dapat juga digunakan untuk monitoring pelaksanaan Program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun yang dicanangkan. Artinya untuk melewati target program tersebut maka rata-rata lama sekolah harus sudah mencapai 9 tahun. Gambar 4.5 menunjukkan perkembangan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Yahukimo selama kurun waktu empat tahun. Selama kurun waktu tersebut, angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Yahukimo mengalami peningkatan. Angka Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Yahukimo tahun 2013 sebesar 2,93 tahun, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 2,92 di tahun Dengan kata lain penduduk di IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

55 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Kabupaten Yahukimo baru bisa bersekolah rata-rata sampai kelas 3 SD. Gambar 4.5 Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Yahukimo, Tahun , , Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 Kenaikan angka rata-rata lama sekolah tersebut relative lebih lambat bila dibandingkan selama tahun 2010 hingga 2011 yang meningkat sebesar 0,39 tahun dan juga relatif lebih lambat bila dibandingkan selama tahun 2011 hingga 2012 yang meningkat sebesar 0,06 tahun. Angka ini masih jauh dari target program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun yang dicanangkan pemerintah. Hal ini masih terkait dengan pendidikan yang belum dinikmati dengan baik. Hal yang sama juga dialami oleh daerah-daerah di sekitar Kabupaten Yahukimo. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

56 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Gambar 4.6 Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Sekitarnya, Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 Di antara kabupaten-kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayapura memiliki angka rata-rata lama sekolah yang paling tinggi dibanding kabupaten lainnya yakni mencapai 9,79 tahun. Sementara Kabupaten Jayawijaya yang merupakan kabupaten induk dari Kabupaten Yahukimo memiliki angka rata-rata lama sekolah yang lebih tinggi juga darinya yakni mencapai 5,32 tahun. Sedangkan untuk kabupaten pemekaran lain yang induknya dari Kabupaten Jayawijaya, memiliki angka rata-rata lama sekolah yang relatif rendah tetapi masih lebih tinggi dari Kabupaten Pegunungan Bintang, Nduga dan Yalimo. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

57 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Dari berbagai indikator sebelumnya, memang terjadi perbedaan yang signifikan ketika kabupaten pemekaran dibandingkan dengan induknya, termasuk rata-rata lama sekolah. Grafik di atas adalah gambaran rata-rata lama sekolah/mean Years School (MYS) dari wilayah yang sama. Kabupaten Yahukimo memang memiliki perbedaan yang nyata ketika dipisahkan dengan Kabupaten asalnya yaitu Jayawijaya. Inilah salah satu yang menyebabkan jauhnya jarak antara IPM Yahukimo dan Kabupaten induknya. Bahkan jika dibandingkan dengan kabupaten pemekaran Jayawijaya lainnya, Yahukimo memiliki angka rata-rata lama sekolah yang relatif rendah, meskipun masih lebih tinggi dari Pegunungan Bintang, Nduga dan Yalimo. Berdasarkan sebarannya, pencapaian angka rata-rata lama sekolah tertinggi berada di Kota Jayapura, yaitu selama 11,07 tahun (rata-rata penduduk Kota Jayapura bersekolah sampai jenjang kelas 3 SLTA). Sementara itu pencapaian rata-rata lama sekolah terendah terjadi di Kabupaten Intan Jaya (2,30 tahun) dan Pegunungan Bintang (2,62 tahun) atau setara dengan kelas 3 Sekolah Dasar. Pencapaian angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Yahukimo berada di peringkat ke 24 dari 29 kabupaten/kota di Provinsi Papua. Secara umum, kenaikan rata-rata lama sekolah selama tahun 2012 hingga 2013 untuk tingkat Provinsi Papua adalah relatif sama. Kabupaten yang mengalami peningkatan signifikan adalah Jayapura (0,22 tahun). Peningkatan rata-rata lama sekolah dari IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

58 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV tahun relatif lambat bahkan ada yang tidak mengalami peningkatan seperti Kabupaten Lanny Jaya Pengeluaran Riil Yang Disesuaikan Sebagai indeks komposit, IPM mengandung beberapa komponen yang merepresentasikan kondisi aspek yang terkait. Komponen ekonomi direpresentasikan melalui aspek pengeluaran. Karena besarnya pengeluaran yang berbeda-beda di setiap distrik, desa bahkan di setiap rumahtangga, maka angka pengeluaran riil diwujudkan dalam nilai rata-rata Kabupaten. Komponen ini diperoleh dari survei sosial ekonomi nasional pada modul konsumsi. Rata-rata pengeluaran konsumsi riil merupakan komponen dalam penyusunan Indeks Standar Hidup. Selanjutnya dilakukan penyesuaian (adjustment) dengan formula Atkinson. Berbeda dengan komponen kesehatan dan pendidikan, komponen pengeluaran riil ini sangat sensitif terhadap waktu maupun kebijakan berkaitan dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Pengeluaran suatu rumahtangga diukur melalui survei terhadap pengeluaran rumahtangga dan individu selama seminggu, sebulan dan setahun yang lalu. Walaupun dalam kenyataannya pengeluaran yang meningkat tidak bisa serta merta dimaknai dengan meningkatnya kesejahteraan secara empirik, hal itu dikarenakan adanya unsur inflasi/kenaikan harga yang juga cenderung naik dari waktu ke waktu. Namun demikian setidaknya IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

59 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV dari besarnya rata-rata pengeluaran riil ini sedikit banyak memenuhi syarat reabilitas sebagai komponen ekonomi. Teorinya, dengan tersedianya banyak pilihan hidup maka kesejahteraanpun semakin meningkat, seiring dengan itu, pengeluaran riil juga bertambah. Hal itu terjadi sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan. Gambar 4.7 Pencapaian Aktual Pengeluaran Riil Penduduk Kabupaten Yahukimo, Tahun (ribu rupiah) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 Sepanjang tahun 2010 hingga 2013, pengeluaran riil penduduk Kabupaten Yahukimo meningkat. Pada tahun 2010, ratarata pengeluaran riil penduduknya mencapai Rp ,-. Seiring dengan bertambahnya waktu dimana fluktuasi harga-harga barang IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

60 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV sering terjadi di kabupaten tersebut dan kebutuhan hidup penduduk di sana yang semakin bertambah maka rata-rata pengeluaran riil penduduknya pun semakin meningkat hingga mencapai Rp ,- pada tahun Pencapaian rata-rata pengeluaran riil penduduk Kabupaten Yahukimo selama empat tahun ( ) selalu di bawah pencapaian rata-rata pengeluaran riil penduduk untuk Provinsi Papua. Pada tahun 2013, pencapaian rata-rata pengeluaran riil penduduk Provinsi Papua dapat mencapai Rp ,-. Hal ini bukan berarti penduduk di Kabupaten Yahukimo tidak sejahtera dibanding penduduk Provinsi Papua secara keseluruhan. Gambar 4.8 Pencapaian Aktual Pengeluaran Riil Penduduk Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Sekitarnya, Tahun 2013 (ribu rupiah) PAPUA Yalimo Lanny Jaya Nduga Pegunungan Bintang Yahukimo Asmat Jayapura Jayawijaya Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

61 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Dari gambar di atas diperoleh gambaran rata-rata pengeluaran riil penduduk Kabupaten Yahukimo dan kabupaten sekitarnya pada tahun Rata-rata pengeluaran riil penduduk di Kabupaten Yahukimo sebesar Rp ,-. Dibanding dengan pencapaian pengeluaran riil yang ideal sebesar Rp ,-, bisa dikatakan kemampuan penduduk Kabupaten Yahukimo untuk memenuhi penghidupan yang layak masih di bawah kebutuhan minimal. Hal ini mengindikasikan pembangunan manusia di Kabupaten Yahukimo kedepannya perlu lebih memfokuskan terutama peningkatan pembangunan ekonomi baik dari segi laju pertumbuhannya maupun pemerataan hasilnya. Kabupaten Jayapura yang berbatasan dengan Kabupaten Yahukimo memiliki rata-rata pengeluaran penduduk riil yang paling tinggi dibanding semua kabupaten yang berada di sekitar Kabupaten Yahukimo (Gambar 3.8). Bahkan angka rata-rata pengeluarannya melebihi angka rata-rata pengeluaran penduduk Provinsi Papua. Bukan tanpa alasan mengapa demikian, karena pembangunan ekonomi di Kabupaten Jayapura jauh lebih maju dan hasil pembangunannya relative merata. Akses menuju pusat ibu kota Provinsi Papua juga sangat mudah dan lancar sehingga pemerataan pembangunan ekonomi cukup dirasakan dampaknya di sana. Sama halnya dengan Kabupaten Jayawijaya yang merupakan induk bagi pemekarannya, memiliki rata-rata pengeluaran penduduk riil yang lebih tinggi dibandingkan pemekarannya termasuk di dalamnya Kabupaten Yahukimo. Diantara kabupaten-kabupaten pemekarannya, Kabupaten IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

62 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Pegunungan Bintang memiliki rata-rata pengeluaran penduduk riil yang lebih tinggi dibanding lainnya. Sedangkan Kabupaten Yahukimo, angka rata-rata pengeluarannya tidak terpaut jauh dari Kabupaten Pegunungan Bintang hanya selisih Rp 1.424,-. Dua kabupaten/kota dengan pencapaian angka rata-rata pengeluaran riil penduduk tertinggi adalah Kota Jayapura dan Kabupaten Kepulauan Yapen yaitu masing-masing Rp ,- dan Rp ,-. Sementara pencapaian angka rata-rata pengeluaran riil penduduk terendah terjadi di Kabupaten Lanny Jaya dan Dogiyai (Rp ,- dan Rp ,-). Pencapaian angka rata-rata pengeluaran riil penduduk Kabupaten Yahukimo berada di peringkat tertinggi ke-21 dari 29 kabupaten/kota di Provinsi Papua. 4.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Yahukimo Sebagai Indeks komposit, IPM merupakan gambaran komprehensif mengenai tingkat pencapaian pembangunan manusia di suatu daerah, sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan di daerah tersebut. Perkembangan angka IPM memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia pada suatu daerah pada kurun waktu tertentu. Kinerja pembangunan manusia Kabupaten Yahukimo tercermin pada angka IPM, yang pada tahun 2013 mencapai angka 51,14. Pencapaian angka IPM tersebut tidak jauh berbeda dengan daerah pemekaran Jayawijaya lainnya tetapi angka ini sekaligus IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

63 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV merupakan yang tertinggi di antara pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya. Meskipun Kabupaten Yahukimo yang notabene adalah pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya, angka harapan hidupnya lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten induknya, namun memiliki perbedaan yang signifikan pada nilai IPM, hal ini dikarenakan pada komponen lainnya, Kabupaten Yahukimo masih jauh tertinggal utamanya pada Angka Melek Huruf dan Rata-rata lama sekolah. Dengan capaian IPM 51,14 maka Kabupaten Yahukimo menurut Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masih masuk dalam kategori kinerja pembangunan manusia menengah bawah dengan angka capaian IPM antara 50,0 65,9. Jayawijaya sebagai kabupaten induk tetap memiliki nilai IPM yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pemekarannya. Apabila dirinci menurut Kabupaten/Kota yang berada di wilayah Provinsi Papua, pencapaian IPM tertinggi terjadi pada Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, dengan pencapaian masingmasing sebesar 77,12 dan 73,79. Sedangkan pencapaian IPM terendah terjadi pada Kabupaten Nduga dan Intan Jaya, pencapaiannya masing-masing sebesar 49,29 dan 49,61. Berdasarkan besaran IPM pada tahun 2013 ini, ada 3 kabupaten yang termasuk dalam kategori rendah, 15 kabupaten yang masuk dalam ketegori menengah bawah dan 11 kabupaten yang masuk di kategori menengah atas. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

64 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Gambar 4.9 Pencapaian IPM Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Sekitarnya, Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik, Reduksi Shortfall Gambar 4.10 menggambarkan posisi IPM dan tingkat reduksi shortfall dari kabupaten/kota di Provinsi Papua yang digambarkan dalam bentuk kuadran, dimana pembatasnya adalah nilai IPM dan reduksi shortfall Provinsi Papua. Bila diasumsikan capaian IPM (sumbu Y) adalah capaian keadaan pembangunan sekarang atau yang sudah ditempuh selama ini, dan Reduksi Shortfall (sumbu X) diasumsikan sebagai prospek pembangunan (karena mengandung pengertian percepatan capaian-capaian komponen IPM itu sendiri), maka keempat kuadran itu bisa IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

65 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV menggambarkan kategori dari capaian dari pembangunan masingmasing kabupaten di Papua. Gambar 4.10 Posisi Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Papua, Berdasarkan IPM dan Shortfall, Tahun 2013 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 Kuadran I (kanan-atas), adalah tempat dimana nilai IPM dan reduksi shortfall kabupaten/kota yang lebih tinggi dibanding dengan nilai Provinsi Papua. Artinya kondisi pembangunan dan prospeknya di atas Provinsi Papua. Kabupaten yang ada di kuadran ini adalah Kota Jayapura, Merauke, Jayapura dan Keerom. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

66 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV Kuadran II (kiri-atas), merupakan kabupaten/kota yang nilai IPM nya lebih tinggi dari Provinsi Papua, namun tingkat reduksi shortfall-nya lebih rendah dibanding Provinsi Papua, dengan kata lain capaian pembangunan relatif tinggi untuk ukuran Papua, namun prospeknya relatif rendah. Ada 7 kabupaten yang berada pada kategori ini yaitu Puncak Jaya, Supiori, Biak Numfor, Yapen Wropen, Mimika, Sarmi, Nabire. Kuadran III (Kiri-bawah), merupakan kabupaten/kota yang nilai IPM dan reduksi shortfall-nya di bawah nilai Provinsi Papua, kabupaten ini digambarkan sebagai kabupaten yang capaian pembangunan dan prospeknya masih ketinggalan, pada kuadran ini mayoritas dihuni oleh kabupaten pegunungan dan dataran sulit, yakni Kabupaten Jayawijaya, Paniai, Boven Digoel, Mappi, Asmat, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Tolikara, Mamberamo Raya, Nduga, Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Yalimo, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya dan Deiyai. Kuadran IV merupakan kabupaten/kota yang nilai IPM nya dibawah nilai IPM Provinsi Papua, sementara tingkat reduksi shortfall-nya lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi Papua. Artinya, capaian pembangunan masih relatif rendah, namun prospek ke depan cukup menjanjikan menurut progress report yang ditunjukkan oleh besarnya indikator Reduksi Shortfallnya. Kabupaten yang di kategori ini adalah Waropen. Kabupaten Yahukimo berada pada kuadran III, artinya capaian pembangunan dan prospek atau percepatan dari IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

67 KONDISI PEMBANGUNAN MANUSIA IV perkembangan masih rendah dengan ditunjukkannya oleh nilai IPM dan Reduksi Shortfallnya yang di bawah angka rata-rata Provinsi Papua. Capaian pembangunan Kabupaten Yahukimo masih tergolong rendah karena kabupaten ini tergolong pemekaran yang masih terus berusaha membangun di setiap dimensi pembangunan. Namun yang perlu diingat bahwa dalam proses pembangunannya harus dipertimbangkan juga kegunaan dari pembangunan tersebut dan perlu memilah pembangunan di aspek mana saja yang sedang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan manusianya. Pembangunan yang sedang dilakukan satu dua tahun terakhir bisa jadi belum tercover di dalam IPM, mengingat secara teori indikator IPM adalah indikator dampak yang memberikan gambaran 3-4 tahun dari pembangunan yang telah dilaksanakan. Lebih dari separuh kabupaten di Provinsi Papua berada pada kuadran III. Ini juga menunjukkan bahwa perbedaan (gap) antar kabupaten masih tergolong cukup tinggi. Dengan kata lain pemerataan pembangunan di semua dimensi IPM masih sangat kurang. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

68 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V 5. PEMBANGUNAN PENDIDIKAN Sumber daya manusia berperan penting terhadap kemajuan suatu bangsa, oleh karena itu perlu diupayakan peningkatan sumber daya manusia demi tercapainya keberhasilan pembangunan. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah peningkatan kualitas melalui bidang pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan formal maupun informal. Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah misalnya dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan semenjak tahun 1994 pemerintah juga telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun dan sampai saat ini masih melanjutkan program wajib belajar 6 tahun. Dengan semakin lamanya usia wajib belajar ini diharapkan tingkat pendidikan anak semakin membaik dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

69 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V 5.1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pentingnya PAUD Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting diberikan mengingat dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Di tangan merekalah perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara berada. Pembentukan karakter bangsa dan kehandalan sumber daya manusia ditentukan oleh bagaimana memberikan perlakuan yang tepat kepada mereka sedini mungkin Pentingnya PAUD juga didukung oleh penelitian-penelitian tentang kecerdasan otak. Seorang bayi yang baru lahir memiliki kurang lebih 100 miliar sel otak. Sel-sel syaraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan agar terus berkembang jumlahnya. Jika tidak, jumlah sel tersebut akan semakin berkurang yang berdampak pada pengikisan segenap potensi kecerdasan anak. Usia dari kelahiran hingga enam tahun merupakan usia kritis bagi perkembangan semua anak, karena pada usia inilah perkembangan sel-sel otak sangat cepat. Stimulasi yang diberikan pada usia ini akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan anak serta sikap dan perilaku sepanjang rentang kehidupannya. Pada usia rawan saat anak mulai banyak bergerak, yaitu usia 6 bulan, angka kecelakaan dapat berkurang sebanyak 80 persen bila mereka diberi rangsangan dini. Pada umur 3 tahun, anak-anak ini akan mempunyai IQ 10 sampai 20 poin lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mendapatkan IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

70 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V stimulasi. Pada usia 12 tahun, mereka tetap memperoleh prestasi yang baik dan pada usia 15 tahun, tingkat intelektual mereka semakin bertambah. Ini memberi gambaran bahwa pendidikan sejak dini memberikan efek jangka panjang yang sangat baik. Sebaliknya, bila anak mengalami stress pada usia-usia awal pertumbuhannya akan berpengaruh juga pada perkembangan otaknya. Pengalaman yang tidak menyenangkan akan membekas lama dan cukup memberi efek mengubah komposisi sel di dalam otak. Anak yang dibesarkan di dalam lingkungan yang minim stimulasi, berkurang kecerdasannya selama 18 bulan yang tidak mungkin tergantikan. Anak yang masuk PAUD pada usia tiga tahun mungkin saja menunjukan kemampuan, tetapi tetap mereka kelak tidak dapat menunjukkan kecerdasan yang prima bila mereka kehilangan tiga tahun pertama masa pertumbuhannya. Mengingat pentingnya pendidikan anak usia dini, secara khusus pemerintah telah mengeluarkan UU No. 23 tahun 2002 tentang PerliNdugan Anak, UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 27/1990 tentang Pendidikan Pra Sekolah, PP No. 39/1992 mengenai Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional. Untuk menegaskan komitment pemerintah, Pada tanggal 23 Juli 2003 Presiden Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri mencanangkan pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia. Pencanangan tersebut bertepatan dengan puncak acara peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli Pendidikan anak usia dini bertujuan agar semua anak usia dini, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan tumbuh IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

71 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V kembang secara optimal guna melejitkan kecerdasan yang dimilikinya. PAUD juga merupakan modal pendidikan dalam rangka persiapan untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Secara lebih spesifik program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan pendidikan melalui : (1) PAUD non formal seperti kelompok bermain, Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat, dan (2) PAUD formal seperti Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhotul Atfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Melalui PAUD diberikan pendidikan, perawatan dan pengembangan anak secara terpadu, sehingga diharapkan masa keemasan (thegolden age) tersebut dapat secara optimal dikembangkan Capaian PAUD di Kabupaten Yahukimo Berdasarkan data Susenas tahun 2013, partisipasi PAUD anak usia 3-6 tahun di Kabupaten Yahukimo tidak dapat diperkirakan karena jumlah sampel penduduk usia 3-6 tahun yang sangat sedikit. Sehingga tidak diketahui secara pasti seberapa banyak partisipasi PAUD anak usia 3-6 tahun di kabupaten tersebut. Meskipun demikian, analisa terkait partisipasi PAUD dapat diperkirakan secara kasar melalui jumlah sarana sekolah TK yang berada di kawasan tersebut. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Yahukimo sejak tahun 2010 hingga 2011 tercatat hanya terdapat dua sekolah TK dengan jumlah guru sebanyak enam orang. Pada tahun 2013 jumlah sekolah TK bertambah hingga menjadi empat sekolah. Keberadaan TK tersebut pun hanya terdapat di IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

72 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V ibukota kabupaten, sedangkan di distrik lainnya belum ada TK. Dapat dibayangkan, sangat banyak sekali anak-anak usia 3-6 tahun di Kabupaten Yahukimo terutama yang tinggal di wilayah 50 distrik selain ibu kota kabupaten yang belum bisa berpartisipasi dalam PAUD. Gambar5.1 Perkembangan Jumlah Sekolah TK DiKabupaten Yahukimo, Tahun Sumber: BPS Kabupaten Yahukimo, Pendidikan Dasar Seluruh penduduk Kabupaten Yahukimo berhak untuk memperoleh pendidikan dasar yang layak dan sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk selalu meningkatkan partisipasi sekolah dari masyarakat. Upaya tersebut sudah dilakukan oleh pemerintah. Dengan makin banyaknya anak yang bersekolah pada jenjang IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

73 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V sekolah dasar maupun menengah diharapkan akan dapat memberikan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk mengkaji partisipasi sekolah merupakan suatu indikator proses yang menunjukkan proses pendidikan atau bagaimana program pendidikan diimplementasikan di masyarakat. Dalam hal ini ukuran-ukuran yang digunakan adalah angka partisipasi sekolah (APS), angka partisipasi kasar (APK), dan angka partisipasi murni (APM) Angka Partisipasi Sekolah (APS) Indikator yang sering dipakai untuk mengetahui kinerja pembangunan di bidang pendidikan adalah angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi sekolah menggambarkan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih sekolah, sehingga terkait dengan pengentasan program wajib belajar. Indikator inilah yang digunakan sebagai petunjuk berhasil tidaknya program tersebut. Sebagai standar program wajib belajar dikatakan berhasil jika nilai APS SD sebesar 100 persen dan APS SMP sebesar 100 persen atau dengan kata lain semua anak usia sekolah 7-12 tahun dan tahun bersekolah. Ada dua aspek yang mempengaruhi tingginya tingkat partisipasi sekolah yaitu pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sebagai penyedia sarana pendidikan yang memadai, serta masyarakat yang dituntut pengertian dan kesadarannya akan arti pentingnya pendidikan. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

74 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V Gambar 5.2 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Yahukimo, Tahun APS 7-12 APS APS Sumber : BPS Provinsi Papua, 2012 Berdasarkan data Susenas tercatat bahwa selama tiga tahun terakhir makin banyak anak usia sekolah yang terserap di berbagai jenjang pendidikan. Gambaran ini tercermin dari nilai APS yang terus meningkat disetiap usia sekolah kecuali pada tingkat usia tahun. Tercatat nilai APS usia 7-12 tahun sebesar 60,08 pada tahun 2010 meningkat menjadi 61,69 persen pada tahun Peningkatan ini terus berlanjut hingga tahun 2012 yang mencapai 67,61 persen. Demikian juga untuk usia sekolah tahun yang mengalami peningkatan dari 15,17 persen pada tahun 2010 menjadi 40,70 persen pada tahun 2011 hingga mencapai 41,44 persen pada tahun Lain halnya dengan dua tingkat usia sekolah tersebut, IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

75 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V nilai APS usia tahun mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun Tercatat nilai APS nya sebesar 63,79 persen pada tahun 2010 meningkat menjadi 68,86 persen pada tahun 2011 hingga akhirnya menurun menjadi 51,63 persen pada tahun Dibanding dengan kabupaten induk dan pemekaran Jayawijaya lainnya, secara umum partisipasi sekolah di Kabupaten Yahukimo masih jauh tertinggal disetiap kelompok umur. Namun, nilai APS usia 7-12 tahun di wilayah ini masih lebih besar dibanding Kabupaten Nduga, dan Tolikara. Sementara nilai APS usia tahun di wilayah ini juga lebih besar dibanding Kabupaten Nduga dan Mamberamo Tengah (lihat Gambar di bawah). Gambar 5.3 Capaian Partisipasi Sekolah Kabupaten Pemekaran Jayawijaya, Tahun 2013 Lanny jaya Mamberamo Yalimo Nduga Tolikara Yahukimo Jayawijaya Usia Usia 7-12 Sumber : BPS Provinsi Papua, 2012 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

76 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V Masih banyaknya anak usia sekolah yang belum terserap di berbagai tingkat pendidikan perlu mendapat perhatian khusus bagi pemerintah daerah untuk lebih menitikberatkan pembangunan di sektor pendidikan. Pembangunan infrastruktur pendidikan sampai ke kampung, penambahan jumlah guru baik guru honor maupun tetap, serta kerjasama dengan pemuka agama (pendeta) untuk dapat mengajarkan keterampilan baca tulis masyarakat di sekitarnya merupakan salah satu solusi mempercepat pembangunan dibidang pendidikan. Sehingga diharapkan Kabupaten Yahukimo dapat mengejar ketertinggalan capaian pembangunan manusia dengan kabupaten-kabupaten lainnya Angka Partisipasi Kasar (APK) Indikator ini mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang sedang/telah menerima pendidikan dasar dan menengah. APK juga merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Secara umum APK di Kabupaten Yahukimo mengalami peningkatan dan penurunan untuk setiap jenjang pendidikan sepanjang tahun , kecuali untuk tingkat SMA yang mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 2012 nilai APK di Kabupaten Yahukimo pada jenjang sekolah dasar sebesar 74,99 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu 79,43 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

77 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V pada tahun 2011 tetapi mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 yakni sebesar 72,25. Nilai APK pada jenjang sekolah dasar sebesar 74,99 berarti terdapat 74,99 persen murid yang sedang sekolah di jenjang SD/sederajat yang berumur 7-12 tahun bahkan lebih atau kurang. Sama halnya dengan APK SD, APK untuk jenjang SMP juga mengalami peningkatan dan penurunan. Nilai APK pada jenjang SMP/sederajat pada tahun 2012 sebesar 48,87. Artinya hanya sebagian dari anak berusia tahun bahkan lebih atau kurang yang sedang sekolah di jenjang SMP/sederajat dan kemungkinan sisanya sedang sekolah pada jenjang pendidikan di bawah atau di atasnya bahkan mungkin juga mereka tidak sekolah lagi. Gambar 5.4 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Yahukimo, Tahun SD SMP SMA Sumber : BPS Provinsi Papua, 2012 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

78 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V Lain halnya dengan APK SD dan SMP, APK jenjang pendidikan SMA mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun Tercatat bahwa APK SMA pada tahun 2012 sebesar 17,32 yang mengalami peningkatan dari tahun 2010 dan Peningkatan ini merupakan yang tertinggi dibanding jenjang pendidikan yang lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat 17,32 persen murid yang sedang sekolah di jenjang SMA/sederajat yang berumur tahun bahkan lebih atau kurang. Oleh karena itu, untuk memperjelas lagi arti APK diperlukan indikator APM dan APS Angka Partisipasi Murni (APM) Angka partisipasi murni (APM) dapat menunjukkan proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Menurut definisi, besarnya APM akan selalu lebih kecil daripada APK. Nilai APM yang lebih kecil daripada nilai APKnya dapat menunjukkan komposisi umur penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan. APK jenjang SD/sederajat pada tahun 2013 sebesar 74,99 persen sedangkan APM SD/sederajat hanya sebesar 65,12 persen berarti bahwa murid SD/sederajat yang berumur 7-12 tahun sebanyak 65,12 persen sedang selisih antara APK dan APM sebesar 9,87 persen memiliki arti bahwa 9,87 persen diantara murid SD/sederajat berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun. Pada jenjang SMP/sederajat, APK sebesar 48,87 persen sedang IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

79 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V APM sebesar 24,13 persen yang berarti bahwa hanya 24,13 persen penduduk usia tahun yang terserap sebagai murid SMP/sederajat dan sisanya bisa terserap dijenjang pendidikan SD, SMU, atau bahkan tidak sekolah lagi. Selisih antara APK dan APM SMP/sederajat sebesar 24,74 persen berarti bahwa di antara murid SMP/sederajat terdapat murid yang berumur kurang dari 13 tahun atau lebih dari 15 tahun. Begitu pula untuk jenjang SMU/sederajat, nilai APK juga lebih besar daripada APM. Tabel 5.1 APK dan APM Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Yahukimo, Tahun 2012 Tingkat Angka Partisipasi Selisih Pendidikan APK APM APK-APM SD 74,99 65,12 9,87 SMP 48,87 24,13 24,74 SMU 17,32 16,47 0,83 Sumber : BPS Provinsi Papua, Fasilitas Pendidikan Dasar Peningkatan capaian APS di Kabupaten Yahukimo tidak terlepas dari usaha pemerintah daerah setempat dalam menyediakan fasilitas pendidikan bagi masyarakatnya. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Prov. Papua tercatat bahwa selama periode terjadi penambahan gedung sekolah yaitu sebanyak 18 fasilitas SD dan 5 fasilitas SMP. Penambahan sarana pendidikan dasar berimbas pada terbukanya akses pendidikan bagi IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

80 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V anak-anak yang belum tersentuh pendidikan. Jarak dari rumah ke sekolah yang awalnya relatif jauh, kini dengan berdirinya gedung sekolah baru menjadi semakin dekat. Tabel 5.2 Perkembangan Jumlah Fasilitas Pendidikan Dasar dan Jumlah Murid SD dan SMP di Kabupaten Yahukimo, Tahun No Keterangan Peningkatan 1. Fasilitas SD Fasilitas SMP Murid SD (3.346) 4. Murid SMP (381) Sumber: BPS Kabupaten Yahukimo, 2012 Namun, pada kenyataannya peningkatan sarana sekolah SD dan SMP tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah murid SD dan SMP nya. Dari tahun 2010 hingga 2012 jumlah murid SD mengalami penurunan sebanyak orang, padahal fasilitas SD meningkat sebanyak 18 sekolah. Sama halnya dengan murid SD, jumlah murid SMP mengalami penurunan sebanyak 381 orang, padahal fasilitas SMP meningkat sebanyak 5 sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Yahukimo pada pendidikan dasar ternyata masih kurang terlihat dari jumlah murid SD dan SMP yang mengalami penurunan terutama pada jenjang pendidikan SMP yang penurunannya sangat signifikan hanya dalam kurun waktu dua tahun ajaran. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

81 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V 5.3 Pendidikan Keaksaraan dan Pendidikan Berkelanjutan Program Pendidikan Keaksaraan Pendidikan keaksaraan merupakan program pendidikan dalam rangka memberantas penduduk buta aksara supaya menjadi melek aksara (huruf). Seseorang dikatakan melek huruf jika orang tersebut mampu membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Pendidikan keaksaraan berkaitan dengan kinerja pendidikan dasar bagi kelompok usia sekolah. Kegiatan dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi kelompok buta aksara baru baik sebagai akibat adanya anak usia 7-12 tahun yang tidak terlayani pendidikan dasar, maupun anak putus sekolah pendidikan dasar. Selain pada pendidikan dasar, pendidikan keaksaraan juga diperuntukkan bagi penduduk kelompok umur usia muda (15-24 tahun) dan penduduk kelompok umur usia dewasa (25 tahun ke atas). Pendidikan ini sangat penting terutama bagi kelompok umur usia muda karena untuk menunjang masa depan mereka yang lebih baik. Indikator-indikator yang biasa dijadikan ukuran keberhasilan program pendidikan keaksaraan diantaranya angka melek huruf, dan pendidikan yang ditamatkan penduduk Capaian Pelaksanaan Pendidikan Keaksaraan Berdasarkan hasil Susenas tahun 2013 tercatat bahwa 43,01 persen penduduk usia muda (15-24 tahun ke atas) di Kabupaten Yahukimo telah bebas dari buta huruf dengan kata lain sebanyak 46,99 persen penduduk usia muda belum bisa membaca IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

82 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V dan menulis huruf latin atau buta huruf. Dibanding dengan kabupaten pemekarannya, Kabupaten Jayawijaya yang berperan sebagai induknya memiliki AMH bagi penduduk usia muda lebih tinggi yakni sebesar 70,70 persen. Artinya sekitar 70,70 persen penduduk usia muda di Kabupaten tersebut dapat membaca dan menulis huruf latin. Gambar 5.5 Capaian AMH Penduduk Usia Muda di Kabupaten Yahukimo, Jayawijaya dan Provinsi Papua, Tahun Yahukimo Jayawijaya Papua Sumber: BPS Kabupaten Yahukimo, 2013 Penduduk usia dewasa merupakan penduduk yang tergolong pada umur 25 tahun ke atas. Pada usia inilah seseorang akan merasakan matang dalam segala hal baik materi maupun non materi. Hasil Susenas tahun 2013, sekitar 27,22 persen penduduk IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

83 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V usia dewasa di Kabupaten Yahukimo dapat membaca dan menulis huruf latin. Sedangkan lebih dari separuh sisanya yakni sekitar 72,78 persen buta huruf. Gambar 5.6 Capaian AMH Penduduk Usia Dewasa di Kabupaten Yahukimo, Jayawijaya dan Provinsi Papua, Tahun Yahukimo Jayawijaya Papua Sumber: BPS Kabupaten Yahukimo, 2013 Dibanding Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya yang merupakan kabupaten induknya memiliki AMH untuk penduduk usia dewasa lebih tinggi yakni sekitar 47,96 persen yang berarti bahwa sekitar 47,96 persen penduduk usia dewasa di Kabupaten Jayawijaya dapat membaca dan menulis huruf latin. Sedangkan hampir dari separuh sisanya sekitar 52,04 persen penduduk usia dewasa di sana buta huruf. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

84 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V AMH antara penduduk usia muda dan penduduk usia dewasa di Kabupaten Yahukimo, keduanya memiliki kesenjangan yang relatif tinggi. Capaian AMH penduduk usia muda lebih tinggi dibanding capaian AMH penduduk usia dewasa. Rendahnya capaian AMH penduduk usia dewasa diduga karena terdapat kelompok tersulit dalam masyarakat di sana yang mendominasi untuk diberikan pelayanan keaksaraan. Kelompok tersulit tersebut antara lain adalah penduduk usia tua (45 tahun ke atas), penduduk yang tinggal di daerah terpencil, komunitas-komunitas khusus, dan penyandang cacat. Kelompok penduduk ini sulit untuk dijangkau pelayanan pendidikan disebabkan baik oleh faktor internal seperti kemampuan dan keinginan belajar yang sudah menurun dan faktor eksternal seperti terbatasnya ketersediaan pelayanan pendidikan keaksaraan bagi mereka. Pendidikan keaksaraan yang umumnya diberikan dalam kelompok belajar sulit untuk menjangkau penduduk buta aksara di Kabupaten Yahukimo yang sebagian besar wilayahnya sulit dijangkau dengan tempat tinggalnya secara umum menyebar. Kelompok tersulit lain adalah masyarakat yang belum memahami manfaat kemampuan keaksaraan sebagai kemampuan dasar untuk memperoleh nilai tambah dalam menjalankan kehidupan sehari-hari termasuk dalam meningkatkan produktivitas mereka. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

85 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V Gambar 5.7 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke atas Menurut Ijasah/STTB Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Yahukimo, Tahun Tidak Punya Ijazah SD SMP SMA Dipl/Sarjana Sumber: BPS Kabupaten Yahukimo, 2013 Berdasarkan data Susenas 2013 yang dikumpulkan setiap tahunnya oleh BPS, tercatat 35,10 persen penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Yahukimo tidak/belum mempunyai ijasah. Sebagian besar penduduk yang sedang/pernah bersekolah berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (46,15 persen). Namun sangat sedikit yang berhasil menyelesaikan pendidikan setingkat SMP dan SMA yaitu 9,13 persen dan 5,77 persen. Sedangkan masyarakat Yahukimo yang berhasil menyelesaikan pendidikan sampai dengan perguruan tinggi semakin sedikit (3,85 persen). Sebagian kecil masyarakat tersebut, adalah masyarakat yang IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

86 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V bermukim di ibu kota distrik, dan distri-distrik lain yang berdekatan dengan kabupaten induk Jayawijaya. Menghadapi tantangan dan masalah yang terkait dengan karakteristik sasaran yang termasuk kelompok sulit, pemerintah Kabupaten Yahukimo harus melakukan terobosan dalam rangka percepatan penuntasan buta aksara. Pembangunan fasilitas sekolah dan rekrutment tenaga pendidik harus menjadi prioritas dengan memperhatikan asas pemerataan akses pendidikan bagi seluruh masyarakat. Model pendidikan SD-SMP satu atap dan berasrama yang dikembangkan pemerintah Provinsi Papua perlu didukung sepenuhnya agar pendidikan bagi anak-anak Papua yang hidup di wilayah terpencil terpenuhi haknya. Dalam model pendidikan ini, pendidikan dasar dibagi menjadi 2 bagian yaitu SD kecil 3 tahun (sampai kelas 3) dan sekolah sambungan 6 tahun satu atap dan berpola asrama (SD dan SMP satu manajemen). SD kecil bertanggung jawab atas pendidikan dari kelas satu sampai dengan kelas tiga, diselenggarakan di daerah yang terpencil, terisolir serta belum mendapat layanan pendidikan, sedangkan sekolah sambungannya selama 6 tahun adalah sekolah kelas 4-6 SD dilanjutkan ke kelas 1-3 SMP yang berada di tingkat distrik dan dilengkapi asrama bagi siswa dan siswi. 5.4 Kesenjangan Gender Kesetaraan gender dalam bidang pendidikan baik di tingkat dasar, menengah maupun perguruan tinggi merupakan salah satu IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

87 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V tujuan pembangunan milenium (MDGs) yang harus dicapai oleh semua negara. Sehingga isu ketimpangan gender dalam bidang pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang perlu dicermati untuk melihat sejauh mana pembangunan di bidang pendidikan telah memberikan kesempatan yang sama kepada lakilaki dan perempuan. Analisis pada sub bab ini akan memberikan gambaran mengenai perkembangan dan kondisi terkini mengenai seberapa besar kesenjangan gender dalam bidang pendidikan atau dengan kata lain, sejauh mana perempuan telah mensejajarkan dirinya dengan laki-laki dalam bidang pendidikan. Beberapa indikator pendidikan akan disajikan seperti angka melek huruf, tingkat partisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang ditamatkan, dan ratarata lama sekolah Capaian Keseteraan Gender Kesenjangan gender dalam hal pendidikan dapat terlihat dari kepemilikan ijazah, dimana ketimpangan antara laki-laki dan perempuan jelas terlihat. Dari gambar menunjukkan bahwa persentase perempuan usia 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijasah lebih sedikit dibanding laki-laki. Begitu juga untuk jenjang pendidikan sekolah Dasar. Namun untuk perempuan yang memiliki ijazah dari pendidikan sekolah menengah hingga perguruan tinggi persentasenya jauh lebih sedikit. Hal ini menunjukkan kesempatan bersekolah untuk pendidikan dasar adalah setara, sedangkan IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

88 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V kesempatan perempuan untuk bersekolah ke jenjang pendidikan menengah ke atas masih lebih sedikit dibanding laki-laki. Gambar 5.8 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke atas Menurut Jenis Kelamin dan Ijasah/STTB Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Yahukimo, Tahun Laki-laki Perempuan Tdk punya ijazah SD SMP SMA Diploma/PT Sumber: BPS Kabupaten Yahukimo, 2013 Indikator lain yang menunjukkan adanya ketimpangan juga antara laki-laki dan perempuan yakni angka melek huruf. Ketimpangannya terjadi pada penduduk usia muda dan penduduk usia dewasa. Pada penduduk usia muda, persentase perempuan yang buta huruf (71,05 persen) lebih banyak dibanding laki-laki (47,27 persen). Sama halnya pada penduduk usia dewasa, persentase perempuan (85,65 persen) yang buta huruf juga lebih tinggi dibanding laki-laki (61,35 persen). Hal ini semakin IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

89 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V menegaskan bahwa disektor pendidikan, terjadi kesenjangan gender antara laki-laki dan perempuan. 5.5 Pengeluaran Sektor Pendidikan Pembiayaan sektor pendidikan merupakan salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan pembangunan pada sektor pendidikan pendidikan. Pendidikan yang berkualitas dan bermutu di Provinsi Papua dapat tercapai jika ditunjang dengan anggaran yang cukup. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus lebih memprioritaskan kepada sektor pendidikan, yang secara nasional dialokasikan sebesar 20 persen. Gambar 5.9 Perkembangan Alokasi APBD Sektor Pendidikan Kabupaten Yahukimo, Alokasi (Milyar) % Sumber : BPS Provinsi Papua, 2012 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

90 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN V Berdasarkan data laporan Perda Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemda se-indonesia yang dihimpun Dirjen Perimbangan Keungan Daerah Departemen Keuangan, alokasi anggaran sektor pendidikan Kabupaten Yahukimo secara absolute kian meningkat. Jika pada tahun 2010, sektor pendidikan hanya mendapatkan anggaran sebesar 78,71 milyar, pada tahun 2011 meningkat menjadi 98,60 milyar hingga tahun 2012 meningkat juga menjadi 115,03 milyar. Namun demikian walaupun secara absolute anggaran sektor pendidikan kian meningkat, secara persentase justru meningkat dan menurun. Dari 14,73 persen pada tahun 2010 menurun menjadi 13,84 persen pada tahun Akan tetapi, kemudian persentase alokasi anggaran pendidikannya meningkat kembali menjadi 15,1 persen pada tahun 2012 dari total APBD Pemerintah Kabupaten Yahukmo. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

91 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI 6. PEMBANGUNAN KESEHATAN Kondisi kesehatan merupakan bagian yang erat hubungannya dengan keberhasilan pembangunan manusia. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup (salah satu komponen IPM atau cermin keberhasilan pembangunan manusia), dan mempertinggi kesadaran masyarakat atas pentingnya hidup sehat. Menurut perencanaan program dan dampaknya, indikator kesehatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok umum yaitu upaya perbaikan kesehatan, status kesehatan dan penunjang. Dalam subbab ini hanya dibatasi beberapa indikator upaya perbaikan kesehatan dan penunjang kesehatan. 6.1 Situasi Kesehatan Masyarakat Gambaran situasi kesehatan masyarakat kerap dipaparkan dengan berbagai indikator yang secara garis besar terdiri dari 2 aspek yaitu Morbiditas dan harapan hidup. Pada bab ini kondisi derajat kesehatan Masyarakat Yahukimo juga digambarkan dalam 2 aspek tersebut. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

92 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI Tingkat Morbiditas Status kesehatan penduduk merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas penduduk, misalnya pekerja yang tidak mengalami gangguan kesehatan akan dapat bekerja dengan jumlah jam kerja yang lebih lama dan bekerja lebih optimal dibanding pekerja yang menderita sakit. Status kesehatan penduduk secara keseluruhan dapat dilihat dengan menggunakan indikator angka morbiditas (angka kesakitan) dan rata-rata lama sakit. Angka morbiditas menunjukkan angka kesakitan yang dialami penduduk sedangkan rata-rata lama sakit mencerminkan kerugian materiil yang dialami masyarakat selama sakit. Seseorang dikatakan mengalami sakit apabila mendapatkan keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari. Kedua indikator ini diperoleh dari Susenas pada pertanyaan mengenai keluhan kesehatan yang dialami selama satu bulan sebelum pencacahan. Dalam survei ini meskipun tidak dibarengi oleh tenaga medis saat wawancara dalam pengumpulan datanya, namun dari pengakuan responden sudah dianggap representatif untuk menggambarkan keluhan dari suatu indikasi penyakit yang sudah sangat umum. Sehingga kategori keluhan sakit sesuai dengan pengakuan responden. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

93 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI Gambar 6.1 Perkembangan Tingkat Morbiditas dan Rata-rata Lama Sakit Penduduk Kabupaten Yahukimo, Tahun Mempunyai Keluhan Sakit Rata-rata Lama Sakit Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo 2013 Selama dua tahun terakhir penduduk Kabupaten Yahukimo yang mengalami keluhan gangguan kesehatan cenderung menurun, yaitu dari 38,49 persen pada tahun 2012 menjadi 28,67 persen pada tahun Sedangkan penduduk yang dikategorikan sakit (seorang yang mempunyai keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya aktifitas sehari-hari) mengalami peningkatan dari 16,90 persen menjadi 25,50 persen (lihat Gambar 6.1). Berdasarkan grafik pada gambar terlihat rata-rata lamanya sakit penduduk mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 rata-rata lama sakit penduduk sebesar 8,46 hari, menurun menjadi 4,42 hari di tahun Rata-rata lama sakit IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

94 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI menggambarkan besarnya kerugian yang dialami penduduk karena penyakit yang diderita. Semakin besar nilai indikator ini, semakin tinggi tingkat intensitas penyakit yang diderita penduduk dan semakin besar kerugian yang dialami. Dengan kata lain terdapat 4,42 hari yang tidak efektif untuk digunakan pada kegiatan produktif Kesehatan Balita Kesehatan balita merupakan salah satu indikator kesejahteraan bangsa. Artinya bahwa, suatu bangsa akan dikatakan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik apabila tingkat kesehatan balita memiliki angka yang baik pula. Kesehatan balita selain dipengaruhi oleh kesehatan ibu, juga dipengaruhi oleh faktor lain di antaranya adalah penolong kelahiran. Data penolong kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu indikator kesehatan terutama dalam hubunganya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter dan bidan dianggap lebih baik dibandingkan yang ditolong oleh dukun, famili atau lainnya. Di Kabupaten Yahukimo peran tenaga medis dalam proses penolong kelahiran bayi masih relatif rendah. Gambar 6.2 menjelaskan persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya di sana berkisar 29 persen. Walaupun persentasenya antara penolong pertama dan terakhir sama, namun peran tenaga bukan medis (dukun/famili/lainnya) juga masih lebih banyak bahkan mencapai IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

95 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI lebih dari separuh dari total persalinan. Jika kondisi ini tidak segera diatasi dikhawatirkan peluang terjadinya kasus kematian ibu makin banyak ditemui. Sedangkan di Kabupaten Jayawijaya, kondisinya relatif lebih baik. Peran tenaga medis dalam menolong kelahiran di kabupaten ini relatif lebih tinggi dibanding Kabupaten Yahukimo. Tercatat pada tahun 2013 sekitar 35 persen hingga 42 persen bayi di Kabupaten Jayawijaya pada saat lahir ditolong oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, maupun tenaga medis lainnya. Gambar 6.2 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran oleh Tenaga Medis di Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Jayawijaya, Tahun Pertama Terakhir Yahukimo Jayawijaya Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo 2013 Apabila dikaitkan penolong kelahiran pertama dan terakhir terlihat bahwa tenaga medis sebagai penolong kelahiran pertama IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

96 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI dan penolong kelahiran terakhir besarannya sama yaitu 29,03 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan kelahiran balita yang mula-mula ditolong oleh selain bidan kemudian penanganan selanjutnya dilakukan oleh bidan/dokter sudah baik. Upaya yang mungkin untuk meningkatkan angka persalinan oleh tenaga medis adalah dengan meningkatkan jumlah bidan dan menempatkan mereka di puskesmas/pustu di distrik/ kampungkampung. Alternatif lainnya adalah dengan melatih tenaga-tenaga dukun bersalin agar lebih terampil menolong persalinan dengan menggunakan peralatan yang lebih bersih dan higienis. Dengan pelatihan ini diharapkan tingkat kematian ibu dan anak dalam proses persalinan dapat diminimalisir. 6.2 Faktor Penentu Derajat Kesehatan Upaya pembangunan di bidang kesehatan adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan secara merata kepada masyarakat yang bertujuan agar masyarakat hidup dengan umur panjang dan sehat jasmani rohani sebagai modal dasar pembangunan. Untuk melihat masyarakat yang mempunyai kesehatan yang cukup, ada beberapa faktor penentu diantaranya : Akses Air Bersih Fasilitas air minum bersih adalah faktor yang sangat menentukan, karena air minum selalu dikonsumsi oleh masyarakat tiap harinya. Dalam satu hari seseorang membutuhkan air minum rata-rata 1,5 liter (sekitar 8 gelas). Artinya jika satu rumah tangga IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

97 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI terdiri dari 4 orang anggota (ayah, ibu, dan 2 orang anak) maka dalam satu hari rumah tangga tersebut membutuhkan sedikitnya 6 liter air untuk keperluan minum. Jika kondisi air yang diminum tersebut tidak mempunyai syarat cukup air bersih, maka akan mengakibatkan gangguan kesehatan bagi peminumnya. Dalam publikasi Statistik Kesra BPS disebutkan yang dimaksud air bersih adalah air minum yang bersumber dari air kemasan, air ledeng, air bor/pompa, air sumur terlindung, dan mata air terlindung yang jaraknya lebih dari 10 m dari pembuangan limbah terdekat. Gambar 6.3 Persentase Rumah tangga Dirinci Menurut Sumber Air Minum yang Digunakan di Kabupaten Yahukimo dan Jayawijaya, Tahun Air Bersih Bukan Air Bersih 2.55 Yahukimo Jayawijaya Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo, 2013 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

98 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI Penyediaan air minum bersih di Kabupaten Yahukimo relative rendah. Berdasarkan data Susenas 2013 tercatat sekitar 2,55 persen rumah tangga yang telah menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-harinya seperti minum dan masak. Berbeda dengan Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya yang merupakan induknya memiliki persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih lebih banyak yakni sekitar 15,12 persen Akses Sanitasi Salah satu kebutuhan penting dalam rumah tinggal adalah tersedianya fasilitas sanitasi seperti tempat buang air besar. Keberadaan fasilitas sanitasi berkaitan erat dengan kesehatan penghuninya. Karena keberadaan sanitasi sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan suatu penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko pencemaran yang mungkin ditimbulkan. Dalam pembahasan subbab ini, berikut disajikan konsep dari sanitas layak yang digunakan. Rumah tangga dengan akses sanitasi layak didefinisikan sebagai rumah tangga yang memiliki fasilitas tempat BAB (baik sendiri atau bersama), dengan menggunakan kloset leher angsa, dan terdapat tengki septik/spal sebagai tempat penampungan akhir kotorannya. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

99 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas BAB di Kabupaten Yahukimo dan Jayawijaya, Tahun 2013 Yahukimo Jayawijaya Tidak ada Bersama Sendiri Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo, 2013 Berdasarkan data Susenas 2013, hanya 16,82 persen rumah-rumah di Kabupaten Yahukimo yang telah menyediakan fasilitas buang air besar baik penggunaannya untuk sendiri maupun bersama. Artinya lebih dari separuh (81,78 persen) rumah tangga di sana tidak menyediakan fasilitas tempat buang air besar. Dilihat dari sistem pembuangan kotoran, sebagian besar penduduk, Kabupaten Yahukimo memanfaatkan sungai, lubang tanah, tanah lapang/kebun sebagai tempat pembuangan kotoran. Hal ini tercermin dari besarnya persentase penduduk yang menggunakan lubang tanah, kebun dan lainnya sebagai tempat penampungan kotoran, seperi dalam gambar 6.5. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

100 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI Dibanding Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya memiliki persentase rumah tangga yang sudah memiliki fasilitas tempat buang air besar lebih tinggi (36,64 persen) baik sendiri maupun bersama. Meskipun demikian sebagian besar rumah tangga di sana juga masih ada yang tidak memiliki fasilitas pembuangan tinja yakni sekitar 63,36 persen. Gambar 6.5 Persentase Rumah tangga Dirinci Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kabupaten Yahukimo, Tahun 2013 Lainnya Pantai/tanah lapang/kebun Lubang tanah Tangki/SPAL 1.10 Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo, Fasilitas dan Sarana Kesehatan Salah satu upaya pemerintah untuk menyehatkan masyarakat adalah dengan membangun sarana dan prasarana kesehatan. Dengan demikian akses masyarakat ke sarana dan prasarana kesehatan lebih mudah terutama lapisan masyarakat yang paling bawah dan terpencil. Bimbingan dan penyuluhan IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

101 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI kesehatan kepada masyarakatpun tidak henti-hentinya dilaksanakan. Salah satu cara adalah dengan mengaktifkan kembali fungsi posyandu. Tidak ketinggalan pula menambah tenaga medis dan meningkatan profesionalisme tenaga medis yang ada. Sebagai contoh langkah yang ditempuh adalah memperbanyak penerimaan pegawai khususnya tenaga kesehatan. Upaya meningkatkan pemerataan kesehatan masyarakat antara lain ditempuh dengan jalan menyediakan fasilitas kesehatan yang bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Sebab tanpa sarana yang memadai kiranya derajat kesehatan penduduk yang baik akan sulit tercapai. Mengenai ketersediaan sarana kesehatan di Kabupaten Yahukimo dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.1 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Yahukimo, Tahun 2013 Fasilitas/Tenaga Kesehatan Jumlah Rasio Penduduk Terhadap Fasilitas Kesehatan 1. Rumah Sakit Puskesmas Pustu Posyandu 5. Dokter Bidan 19 Sumber : Yahukimo Dalam Angka 2013 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

102 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI Sebenarnya cukup sulit untuk menilai apakah sarana yang tersedia seperti tersebut di atas sudah sesuai dengan kebutuhan untuk Kabupaten Yahukimo atau belum. Sebab keberadaan antar sarana itu sendiri cukup beragam, seperti kapasitas dan kelengkapan sarana tersebut jelas tidak sama. Namun demikian untuk gambaran secara kasar, dapat diinformasikan bahwa untuk sarana kesehatan seperti rumah sakit masih dirasakan belum cukup meskipun sudah ada 1, itu pun hanya ada di ibukota kabupaten. Puskesmas adalah satu unit pelayanan fungsional yang berfungsi sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang wilayah kerjanya meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Namun demikian dari data yang ada menunjukkan bahwa keberadaan sarana kesehatan ini (terutama puskesmas) belum menyebar di seluruh distrik dan hanya berada di ibukota kecamatan sehingga untuk daerah terpencil aksesnya masih kurang mengingat jumlah distrik di Kabupaten Yahukimo mencapai 51. Sejalan dengan keadaan tersebut maka fungsi dari puskesmas pembantu dan Posyandu di desa sangatlah dominan. 6.4 Pengeluaran Sektor Kesehatan Dalam laporan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua tahun 2009 disebutkan bahwa salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan akselerasi pembangunan manusia adalah alokasi anggaran sektor pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat yang memadai. Organisasi Kesehatan IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

103 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI Dunia (WHO) menetapkan standar minimal alokasi sektor kesehatan adalah 15 persen dari total APBD. Gambar 6.6 Perkembangan Alokasi APBD Sektor Kesehatan di Kabupaten Yahukimo, Tahun Target Alokasi (Milyar) % Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah, Departemen Keuangan Berdasarkan data laporan Perda Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemda se-indonesia yang dihimpun Dirjen Perimbangan Keungan Daerah Departemen Keuangan, alokasi anggaran sektor kesehatan Kabupaten Yahukimo secara absolute kian meningkat. Jika pada tahun 2010, sektor kesehatan hanya mendapatkan anggaran sebesar 48,37 milyar, pada tahun 2011 meningkat menjadi 55,52 milyar. Kemudian pada tahun 2012, anggaran tersebut meningkat kembali sehingga menjadi 64,32 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

104 PEMBANGUNAN KESEHATAN VI milyar. Namun demikian walaupun secara absolute anggaran sektor kesehatan kian meningkat, secara persentase justru meningkat dan menurun, yaitu dari 9,05 persen pada tahun 2010 menurun menjadi 7,79 persen pada tahun 2011 dari total APBD Pemerintah Kabupaten Yahukimo. Kemudian persentase anggaran tersebut meningkat kembali menjadi 8,44 persen. Besarnya alokasi anggaran bidang kesehatan merupakan pemicu utama mengapa pembangunan kesehatan di Kabupaten Yahukimo relatif lebih cepat dibanding kabupaten pemekaran Jayawijaya lainnya. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

105 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII 7. PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN 7.1 Situasi Ekonomi Kabupaten Yahukimo Pembangunan perekonomian suatu wilayah dapat diamati melalui beberapa indikator makro ekonomi, diantaranya nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap sektor produksi yang dikenal dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pertumbuhan ekonomi, peyerapan tenaga kerja, dan distribusi pendapatan. Perubahan paradigma pembangunan yang tidak hanya mengutamakan kuantitas tapi juga mengedepankan aspek kualitas, menuntut pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap aspek pembangunan secara menyeluruh, tidak hanya melalui angka pertumbuhan ekonomi dan total PDRB. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas memiliki korelasi positif atas kesejahteraan masyarakat dalam seluruh aspek kehidupan Produk Domestik Regional Bruto Sejak Kabupaten Yahukimo dimekarkan, pembangunan perekonomian di wilayah tersebut semakin tumbuh. Pembangunan gedung-gedung pemerintah, akses jalan, dan pembangunan fasilitas IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

106 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII umum lainnya menambah geliat roda perekonomian. Perekonomian Kabupaten Yahukimo dalam kurun waktu lima tahun terakhir selalu mengalami pertumbuhan ekonomi. Namun, puncak pertumbuhan ekonomi Kabupaten Yahukimo terjadi pada tahun 2010, dimana laju pertumbuhan ekonomi pada saat itu mencapai 14,56 persen. Pergerakan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten ini dapat dilihat pada gambar berikut ini Gambar 7.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Yahukimo dan Jayawijaya, Tahun r) 2013* Sumber : PDRB Kabupaten Yahukimo, 2013 Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Yahukimo mencapai 14,06 persen. Kemudian meningkat pada tahun tahun 2010 menjadi 14,56 persen. Dan melambat lagi menjadi 9,96 persen ditahun Pelambatan laju pertumbuhan ekonomi ini IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

107 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII terjadi dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi menjadi 5,72 persen Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Yahukimo pada tahun 2013 adalah sebesar 5,72 persen, dimana 2,12 persennya berasal dari kontribusi sektor keu.persewaan & jasa perusahaan. Kemudian kontribusi sektor pertambangan dan penggalian dalam pembentukan nilai pertumbuhan ekonomi Kabupaten Yahukimo adalah sebesar 0,75 persen. Penyumbang nilai pertumbuhan ekonomi tertinggi ketiga adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 0,68 persen. Sedangkan sektor pertanian yang merupakan sektor yang memiliki peran yang cukup penting dalam struktur perekonomian daerah hanya memberikan 0,34 persen terhadap total nilai pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Yahukimo. Jika dilihat dari peranannya, selama lima tahun terakhir khususnya sejak tahun 2009 hingga tahun 2013, sektor pertanian semakin menurun. Pada tahun 2009, sektor primer memberikan kontribusi sebesar 50,46 persen dan terus menurun hingga tahun 2013 hanya memberikan kontribusi sebesar 39,56 persen. Penurunan ini terjadi karena salah satu pendukung sektor primer mengalami penurunan yaitu sektor pertanian. Semakin berkurang dan minimnya balas jasa disektor pertanian merupakan salah satu penyebab utama penurunan sektor pertanian. Sama halnya dengan sektor primer, sektor sekunder juga memberikan kontribusi yang semakin menurun setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dilihat pada gambar di bawah ini. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

108 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII Gambar 7.2 Distribusi Persentase PDRB Menurut Sektor Lapangan Usaha di Kabupaten Yahukimo, Tahun 2013 Jasa-Jasa 29,56 32,65 35,26 36,68 41,50 4,26 4,72 4,26 4,26 9,24 4,95 5,12 4,08 9,16 4,93 3,94 9,04 4,70 8,64 8,21 50,14 46,26 43,83 41,34 39, r) 2013* Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan Pengangkutan, & Komunikasi Perdagangan, Hotel, & Restoran Bangunan Listrik, Gas, & Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan & Penggalian Pertanian Sumber : PDRB Kabupaten Yahukimo, Penyerapan Tenaga Kerja Data ketenagakerjaan merupakan salah satu informasi penting yang diperlukan pemerintah dalam menyusun kebijakan pembangunan, dan tentu saja sangat erat kaitannya dengan tingkat pembangunan manusia di suatu daerah. Ada dua faktor yang mempengaruhi keadaan ketenagakerjaan, yaitu faktor permintaan dan faktor penawaran. Faktor permintaan dipengaruhi oleh dinamika pembangunan ekonomi, sedangkan faktor penawaran ditentukan oleh perubahan struktur umur penduduk. Pertumbuhan ekonomi IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

109 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII yang tinggi tapi tidak berbasis investasi mengakibatkan tidak adanya penyerapan tenaga kerja baru. Pertumbuhan angkatan kerja yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan tenaga kerja dapat menimbulkan meningkatnya jumlah pengangguran. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan masalah ketenagakerjaan. Pertama, apakah pertumbuhan penduduk di Kabupaten Yahukimo melebihi pertumbuhan kapital. Kedua, apakah profil penduduk di Kabupaten Yahukimo merupakan penduduk muda. Jika suatu daerah memiliki struktur penduduknya didominasi usia muda, maka akan semakin banyak penduduk yang masuk ke lapangan kerja dan perlunya kebijakan pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja baru. Ketiga, struktur ekonomi yang cenderung bukan labour intensive dan tingkat ketrampilan penduduk yang belum memadai membuat usaha penciptaan lapangan kerja baru semakin sulit dan kompleks. Karena keterbatasan data, maka hanya dilakukan analisis data yang didapat dari Sakernas dan berhubungan dengan ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran. Sesuai dengan definisi dari BPS dan Depnaker, dalam publikasi ini digunakan konsep penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

110 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2013, persentase terbesar penduduk usia kerja di Kabupaten Yahukimo adalah penduduk bekerja (88,27 persen). Dari sisi produktivitas tenaga kerja hal ini cukup bagus karena dengan banyaknya tenaga kerja tentunya produktivitas juga tinggi. Hanya saja, produktivitas juga harus dikaitkan dengan tingkat pendidikan tenaga kerja di Yahukimo. Karena meskipun jumlah tenaga kerja besar kalau tidak diimbangi dengan skill atau keterampilan yang memadai tidak akan menghasilkan produktifitas yang diinginkan. Tabel 7.1 Perbandingan TPAK Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yahukimo dan Provinsi Papua, Tahun 2013 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Jayawijaya 86,88 88,55 87, Yahukimo 92,75 83,42 88,27 PAPUA 86,61 68,34 78,01 Sumber : Profil Naker Provinsi Papua, 2013 Sekitar 88 persen dari penduduk usia kerja di Kabupaten Yahukimo merupakan penduduk yang aktif secara ekonomi (penduduk yang termasuk angkatan kerja), hal ini ditunjukkan dari tingginya angka TPAK yaitu sebesar 88,27 persen. Sisanya (11,73 persen) tidak aktif secara ekonomi, yaitu penduduk dengan kegiatan utama sekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya. Dilihat dari sisi gender, TPAK laki-laki (92,75 persen) relatif lebih tinggi dibanding dengan TPAK perempuan (83,42 persen). IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

111 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII Perbedaan angka antara TPAK laki-laki dan TPAK perempuan hanya 9,33 persen. Secara tidak langsung menunjukkan bahwa pencari nafkah dalam keluarga tidak lagi hanya kaum laki-laki, melainkan perempuan juga bisa berperan sebagai pencari nafkah. Sedangkan jika dibandingkan dengan Kabupaten Jayawijaya sebagai kabupaten induknya, TPAK Kabupaten Yahukimo masih relatif lebih tinggi untuk TPAK laki-laki dan TPAK total. Sedangkan untuk TPAK perempuan, TPAK Kabupaten Yahukimo lebih rendah dibanding TPAK Kabupaten Jayawijaya namun lebih tinggi dibanding TPAK Papua. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut berkaitan dengan lapangan pekerjaan dan faktor lainnya Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan kerja yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi atau produksi. Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut timbul kebutuhan tenaga kerja. Mengingat data kesempatan kerja sulit diperoleh, maka untuk keperluan praktis digunakan pendekatan bahwa kesempatan kerja didefinisikan dengan banyaknya lapangan kerja yang terisi, yang tercermin dari persentase penduduk yang bekerja dari total seluruh angkatan kerja yang tersedia. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

112 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII Dalam hal ini seseorang dikategorikan bekerja apabila dia melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam berturut-turut dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang dimaksud dengan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) yaitu porsi penduduk yang termasuk angkatan kerja yang terserap dalam pasar kerja. Secara umum TKK di Kabupaten Yahukimo mencapai 99,78 persen, artinya hampir seluruh penduduk angkatan kerja terserap dalam lapangan pekerjaan yang ada. TKK antara laki-laki dengan perempuan besarnya hampir sama, yaitu masing-masing sebesar 99,69 persen dan 99,88 persen. Hal ini menegaskan bahwa dalam hal ketenagakerjaan partisipasi perempuan dan laki-laki di Kabupaten Yahukimo bisa dikatakan seimbang. Tabel 7.2 TKK Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yahukimo dan Provinsi Papua, Tahun 2013 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Yahukimo 99,69 99,88 99, Jayawijaya 98,90 99,64 99,26 PAPUA 96,99 96,46 96,77 Sumber : Profil Naker Provinsi Papua, 2013 Sedangkan jika dibandingkan dengan Kabupaten Jayawijaya sebagai kabupaten induknya, TKK Kabupaten Yahukimo masih relatif lebih tinggi, baik TKK laki-laki, perempuan, maupun secara total. Begitu juga dengan TKK Provinsi Papua yang IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

113 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII angkanya relatif lebih rendah dibanding TKK Kabupaten Yahukimo, baik TKK laki-laki, perempuan, maupun secara total Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pengangguran terbuka (open unemployment) didefinisikan sebagai penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan sementara tidak bekerja, terdiri dari : a. Mereka yang mencari pekerjaan. b. Mereka yang mempersiapkan usaha. c. Mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. Pengertian pengangguran tidak dapat disamakan dengan pencari kerja, karena sering kali terjadi diantara pencari kerja terdapat mereka yang tergolong bekerja namun karena berbagai alasan masih mencari perkerjaan lain, untuk kasus tersebut dia akan tergolong sebagai bekerja. Tingkat pengangguran terbuka diartikan sebagai persentase dari penduduk yang mencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Berdasarkan hasil SAKERNAS Agustus 2013, TPT Kabupaten Yahukimo pada tahun 2013 adalah 0,22 persen, dimana perbandingan antara TPT laki-laki dan perempuan relatif sama, masing-masing sebesar 0,31 persen dan 0,12 persen. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

114 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII Dibanding Kabupaten Jayawijaya sebagai kabupaten induknya Kabupaten Yahukimo memiliki angka TPT lebih rendah baik TPT laki-laki, TPT perempuan, dan TPT secara total. Tabel 7.3 Perbandingan TPT di Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yahukimo dan Provinsi Papua, Tahun 2013 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Yahukimo 0,31 0,12 0, Jayawijaya 1,10 0,36 0,74 PAPUA 3,01 3,54 3,23 Sumber : Profil Naker Provinsi Papua, Distribusi Pendapatan Beberapa aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk adalah aspek pendapatan, tingkat konsumsi dan pola konsumsi. Besarnya tingkat pendapatan seseorang sangat menentukan besarnya tingkat dan pola konsumsi. Adanya peningkatan pendapatan biasanya akan diikuti oleh pertumbuhan pola dari komposisi pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan (Engel s Law). Hal tersebut terkait dengan tingkat kepuasan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan akan makanan merupakan syarat minimum untuk setiap individu bertahan hidup namun pemenuhan kebutuhan makanan akan mencapai kepuasan maksimum pada tingkat tertentu atau adanya titik kejenuhan sehingga pengeluaran makanan juga akan terbatas sampai titik jenuh tersebut. Berbeda dengan kebutuhan akan non makanan yang tak terbatas atau tidak ada titik IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

115 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII jenuhnya, sehingga setelah kebutuhan akan makanan terpenuhi tentunya kenaikan pendapatan akan lebih cenderung digunakan untuk memenuhi kebutuhan non makanan. Di negara-negara yang lebih maju, persentase konsumsi makanan biasanya di bawah 50 persen. Disamping itu, di negaranegara berkembang dari segi pemerataan pendapatan masih sulit diwujudkan. Dalam usaha pemerataan pendapatan ini pemerintah berusaha memberantas kemiskinan dengan jalan pemerataan pembangunan, pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dengan pemerataan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masa yang akan datang Rasio Gini Indikator yang bisa digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat ketidakmerataan (ketimpangan) pendapatan penduduk antara lain gini rasio dan kriteria Bank Dunia. Rasio gini merupakan ukuran distribusi pendapatan yang mempunyai nilai nol sampai dengan satu. Apabila nilai rasio gini mendekati 0, maka kesenjangan distribusi pendapatan dianggap rendah. Sebaliknya, apabila gini rasio mendekati angka 1, maka kesenjangan distribusi makin tinggi. Gini ratio dibagi dalam tiga kategori: a. GR> 0,5 keadaan ini menggambarkan distribusi pendapatan dengan tingkat ketidakmerataan tinggi IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

116 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII b. GR 0,4 0,5 keadaan ini menggambarkan distribusi pendapatan dengan tingkat ketidakmerataan sedang c. GR < 0,4 keadaan ini menggambarkan distribusi pendapatan dengan tingkat ketidakmerataan rendah Kriteria Bank Dunia menggolongkan penduduk menjadi tiga kelas yaitu 40 persen penduduk berpendapatan rendah, 40 persen penduduk berpendapatan sedang, 20 persen penduduk berpendapatan tinggi. Tingkat ketimpangan pendapatan penduduk menurut kriteria Bank Dunia terpusat pada 40 persen penduduk berpendapatan rendah, kemudian didefinisikan intensitas kemiskinannya dengan kriteria : a. Bila menerima kurang dari 12 persen dari jumlah pendapatan, menggambarkan distribusi pendapatan mempunyai ketimpangan tinggi. b. Bila menerima persen dari jumlah pendapatan, menggambarkan distribusi pendapatan mempunyai ketimpangan sedang. c. Bila menerima lebih dari 17 persen dari jumlah pendapatan, menggambarkan distribusi pendapatan mempunyai ketimpangan rendah. Pada tahun 2012 dapat dikatakan bahwa distribusi pendapatan di Kabupaten Yahukimo masuk kategori ketidakmerataan rendah. Kesimpulan ini berdasarkan hasil pengukuran distribusi pendapatan baik menurut Bank Dunia maupun rasio gini. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

117 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII Berdasarkan kriteria Bank Dunia, pada tahun 2013, 40 persen rumah tangga berpendapatan rendah dapat menikmati 22,63 persen pendapatan. Angka ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan di Kabupaten Yahukimo memiliki ketimpangan rendah. Tabel 7.4 Distribusi Pendapatan Penduduk terhadap Pengeluaran untuk Bahan Makanan di Kabupaten Yahukimo, Tahun 2013 Distribusi Pendapatan Penduduk Kriteria Bank Gini Rasio Dunia 40% berpendapatan rendah 22,633 40% berpendapatan sedang 37,635 0,20 20% berpendapatan tinggi 39,732 Total 100 Sumber: Susenas Kor 2013 Sejalan dengan hasil Bank Dunia, rasio gini pendapatan penduduk Kabupaten Yahukimo pada tahun 2012 adalah sebesar 0,20 yang berarti berdasarkan indikator rasio gini, maka tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan di Kabupaten Yahukimo termasuk kategori ketidakmerataan rendah Pola Pengeluaran Rumah Tangga Pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, pengeluaran untuk konsumsi makanan masih relatif besar (mendekati 50 persen) dari total pengeluaran per kapita. Sebaliknya pada negara maju pengeluaran per kapita yang bersifat sekunder seperti aneka barang dan jasa yang mencakup pengeluaran untuk IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

118 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII perawatan kesehatan, rekreasi, olah raga, pendidikan, dan lain-lain, adalah merupakan bagian terbesar dari pengeluaran per kapita. Berdasarkan hasil SUSENAS tahun 2013, rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per bulan di Kabupaten Yahukimo sebesar Rp Dari total pengeluaran tersebut sekitar 78,39 persen (Rp ) digunakan untuk pengeluaran konsumsi makanan dan sisanya sekitar 21,61 persen (Rp ) digunakan untuk pengeluaran konsumsi non makanan. Dibanding dengan Kabupaten Jayawijaya sebagai kabupaten induknya, rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per bulan di Kabupaten Jayawijaya lebih tinggi yakni sekitar Rp Persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan hanya sekitar 54,57 persen dan pengeluaran untuk konsumsi non makanan sekitar 45,43 persen. Pada tahun 2013 rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita perbulan di Kabupaten Yahukimo, sekitarnya dan bahkan Provinsi Papua masih didominasi oleh pengeluaran kelompok makanan. Inilah salah satu ciri dari karakteristik penduduk negara berkembang dimana pengeluaran untuk kelompok makanan akan lebih diutamakan dibandingkan pengeluaran non makanan. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

119 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII Gambar 7.3 Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan di Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya, dan Provinsi Papua Tahun % 78.39% 45.43% 42.16% 54.57% 57.84% Bukan Makanan Makanan Yahukimo Jayawijaya Papua Sumber: Susenas Kor Tingkat Kemiskinan Indikator lainnya yang mencerminkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kemiskinan. Pengukuran kemiskinan yang dilakukan oleh BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Konsep ini tidak hanya digunakan oleh BPS tetapi juga oleh negara-negara lain seperti Armenia, Senegal, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Sierra Leone, dan Gambia. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

120 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII pengeluaran. Menurut pendekatan ini, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (GK). Secara teknis GK dibangun dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM). GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan kilo kalori per kapita per hari; sedangkan GKNM merupakan kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Selama dua tahun terakhir jumlah penduduk miskin di Kabupaten Yahukimo cenderung mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin sebesar jiwa, kini pada tahun 2013 meningkat menjadi jiwa. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah penduduk di kabupaten tersebut. Oleh karena itu indikator yang lebih sensitif digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk adalah indikator persentase penduduk miskin. Pada tahun 2012 terdapat 41,98 persen penduduk Kabupaten Yahukimo yang berada di bawah garis kemiskinan. Sedangkan pada tahun 2013 persentase penduduk miskin mengalami kenaikan 1,29 persen menjadi 43,27 persen. Kenaikan persentase penduduk miskin tidak hanya terjadi di Kabupaten Yahukimo tetapi juga di Kabupaten Jayawijaya dan di Provinsi Papua. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

121 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII Gambar 7.4 Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya, dan Provinsi Papua Tahun Yahukimo Jayawijaya Papua Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo Garis Kemiskinan Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama tiga tahun terakhir GK mengalami peningkatan. GK di Kabupaten Yahukimo pada periode September 2012 sebesar rupiah per kapita per bulan, meningkat sekitar 21 ribu pada September tahun 2010 yaitu sebesar ribu rupiah per kapita per bulan. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

122 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII Dibanding GK Provinsi Papua secara keseluruhan, GK Kabupaten Yahukimo lebih rendah. Hal ini berarti standar hidup penduduk di Kabupaten Yahukimo lebih rendah dibandingkan Papua secara keseluruhan. Gambar 7.5 Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya dan Provinsi Papua Tahun (dalam ribuan) Yahukimo Jayawijaya Papua Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Sisi lain dari kemiskinan selain jumlah dan persentase penduduk miskin yang perlu mendapat perhatian adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks Kedalaman IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

123 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII Kemiskinan (Poverty Gap Index P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Gambar 7.6 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Kabupaten Yahukimo, September Juli P1 P2 Sumber : BPS Kabupaten Yahukimo Selama dua tahun terakhir indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di Kabupaten Yahukimo berfluktuasi. Pada tahun 2012 indeks kedalaman kemiskinan (P1) sebesar 14,15 menurun menjadi 10,77 persen pada tahun Demikian juga untuk indeks keparahan kemiskinan (P2) mengalami penurunan dari 6,11 pada IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

124 PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN VII tahun 2012 menjadi 3,43 pada tahun Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin kecil. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

125 KESIMPULAN DAN SARAN VIII 8. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 KESIMPULAN Dari berbagai uraian tentang pembangunan manusia, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Ada 3 (tiga) komponen penting dalam penyusunan Indeks pembangunan Manusia (IPM) yaitu Lamanya Hidup (longevity), Pengetahuan/tingkat pendidikan (knowledge), dan standar hidup (decent living). 2. Bila dilihat dari Lamanya Hidup, Angka harapan hidup kabupaten Yahukimo tahun 2013 sebesar 67,44 tahun atau lebih rendah dibanding angka harapan hidup Provinsi Papua pada tahun yang sama yaitu sebesar 69,13 tahun. 3. Bila dilihat dari pengetahuan/tingkat pendidikan terdapat 32,77 persen penduduk usia 15 tahun keatas di Kabupaten Yahukimo dapat membaca dan menulis. 4. Bila dilihat dari standar hidup, rata-rata pengeluaran riil penduduk Kabupaten Yahukimo tahun 2013 sebesar Rp Tidak mudah untuk meningkatkan komponen IPM seperti angka harapan hidup, dan rata-rata lama sekolah karena harapan hidup sangat tergantung dari angka kematian dalam periode tertentu. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

126 KESIMPULAN DAN SARAN VIII Sementara rata-rata lama sekolah tergantung dari partisipasi sekolah untuk semua kelompok umur. Jadi yang paling memungkinkan untuk mempercepat laju IPM adalah dengan meningkatkan kemampuan daya beli penduduk. 8.2 SARAN Selanjutnya berkaitan dengan kesimpulan di atas, beberapa saran yang perlu disampaikan adalah : 1. Analisa IPM memberikan gambaran umum tentang kinerja pembangunan manusia, di mana Kabupaten Yahukimo berada pada kategori menengah bawah, dan perlu dipacu berbagai faktor yang berkaitan dengan aspek kehidupan manusia seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. 2. Perlu diciptakannya iklim yang mendukung bagi tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor tersebut di atas melalui programprogram pembangunan yang tepat dan terarah. 3. Diperlukan Strategic Planning yang komprehensif dalam bidang peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana yang secara strategis memberikan dampak positif bagai peningkatan taraf hidup manusia seperti : jalan raya, jembatan, dan air bersih yang memungkinkan mobilitas aktivitas ekonomi dan sosial dapat dilaksanakan dengan baik. 4. Dibutuhkan penambahan dukungan dana yang memadai guna memacu pencapaian pembangunan terutama dalam masalah pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

127 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Yahukimo Yahukimo Dalam Angka Dekai. BPS Kab. Yahukimo. BPS Provinsi Papua. Profil Tenaga Kerja dan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Jayapura. BPS Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Jakarta: BPS. BPS, UNDP, dan Bappenas Indonesia Laporan Pembangunan Manusia Jakarta: BPS. Ritonga Razali, Indeks Pembangunan Manusia. Kompas 20 Desember Opini Halaman 4. SMERU. Dampak Desentralisasi dan Otonomi Daerah Atas Kenerja Pelayanan Publik Jakarta. Tjiptoherijanto, P. dan Soesetyo Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Todaro, M.P., Stephen C.S Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. (Jilid 1 dan 2, Terjemahan Haris Munandar). Jakarta : Erlangga. UNDP Human Development Report : The Human Development Index. IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

128 LAMPIRAN Tabel 1. Indek Komponen IPM (AHH dan AMH) Per kabupaten / Kota,Tahun No Kabupaten/Kota AHH AMH (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Merauke 63,00 63,85 88,22 88,55 2 Jayawijaya 66,84 66,86 52,77 53,08 3 Jayapura 67,74 67,74 96,90 97,21 4 Nabire 68,05 68,05 83,67 83,73 5 Yapen Waropen 68,88 69,10 90,87 90,94 6 Biak Namfor 67,01 67,06 98,68 99,01 7 Paniai 68,30 68,36 62,95 62,97 8 Puncak Jaya 67,71 67,86 86,82 86,83 9 Mimika 70,87 70,88 88,20 88,27 10 Boven Digoel 67,15 67,62 35,25 35,28 11 Mappi 66,30 66,66 33,47 33,50 12 Asmat 67,34 67,34 31,15 31,18 13 Yahukimo 67,38 67,44 32,77 32,77 14 Pegunungan Bintang 66,24 66,24 32,50 32,64 15 Tolikara 66,24 66,24 33,45 33,56 16 Sarmi 66,58 66,58 87,68 87,77 17 Keerom 67,51 67,53 92,39 92,50 18 Waropen 66,03 66,24 78,27 78,35 19 Supiori 66,49 66,53 96,69 96,76 20 Membramo Raya 66,34 66,34 65,36 65,43 21 Nduga 66,02 66,02 30,54 30,61 22 Lanny Jaya 66,70 66,70 36,92 36,93 23 Mamberamo Tengah 66,62 66,62 34,53 34,58 24 Yalimo 66,77 66,78 33,52 33,72 25 Puncak 67,84 67,85 32,15 32,17 26 Dogiyai 67,44 67,44 34,65 34,68 27 Intan Jaya 66,87 66,87 28,08 28,08 28 Deiyai 66,64 66,64 31,02 31,05 29 Kota Jayapura 68,77 68,77 99,84 99,86 PAPUA 69,12 69,13 75,83 75,92 Keterangan : AHH : Angka Harapan Hidup (tahun) AMH : Angka Melek Huruf (Persen) IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

129 LAMPIRAN Tabel 2. Indek Komponen IPM (RLS dan PPP) Per Kabupaten/Kota, Tahun No Kabupaten/Kota RLS PPP (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Merauke 9,46 9,47 604,01 609,35 2 Jayawijaya 5,31 5,32 597,80 600,90 3 Jayapura 9,56 9,79 629,04 635,13 4 Nabire 7,29 7,33 621,17 626,51 5 Yapen Waropen 6,74 6,76 638,05 641,47 6 Biak Namfor 9,64 9,67 597,19 600,19 7 Paniai 6,22 6,23 592,22 595,13 8 Puncak Jaya 6,12 6,13 630,17 632,95 9 Mimika 6,93 6,94 617,07 621,51 10 Boven Digoel 3,65 3,65 586,86 589,86 11 Mappi 4,36 4,37 592,62 596,97 12 Asmat 4,42 4,44 599,78 602,78 13 Yahukimo 2,92 2,93 590,33 595,08 14 Pegunungan Bintang 2,59 2,62 590,78 596,51 15 Tolikara 3,38 3,48 617,19 621,15 16 Sarmi 7,00 7,02 619,10 624,57 17 Keerom 7,43 7,45 623,51 628,84 18 Waropen 6,55 6,56 609,31 614,24 19 Supiori 8,10 8,15 602,17 605,17 20 Membramo Raya 5,20 5,21 604,49 610,20 21 Nduga 2,81 2,82 582,51 588,62 22 Lanny Jaya 3,75 3,75 573,53 579,59 23 Mamberamo Tengah 2,93 2,94 577,58 582,29 24 Yalimo 2,81 2,85 575,10 581,32 25 Puncak 2,85 2,86 576,99 582,12 26 Dogiyai 4,16 4,17 577,17 581,24 27 Intan Jaya 2,30 2,30 593,30 598,91 28 Deiyai 2,96 2,97 588,19 593,06 29 Kota Jayapura 11,06 11,07 644,80 650,99 PAPUA 6,87 6,87 611,99 616,76 Keterangan : RLS : Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) PPP : Pengeluaran Riil Per Kapita yang Disesuaikan/Daya Beli (Ribu Rp) IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

130 LAMPIRAN Tabel 3. IPM dan Peringkatnya Per Kabupaten/Kota, Tahun No Kabupaten/Kota IPM Peringkat (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Merauke 66,52 67, Jayawijaya 57,22 57, Jayapura 73,09 73, Nabire 68,03 68, Yapen Waropen 70,98 71, Biak Namfor 70,68 71, Paniai 60,54 60, Puncak Jaya 68,37 68, Mimika 70,02 70, Boven Digoel 51,43 51, Mappi 51,53 52, Asmat 52,19 52, Yahukimo 50,73 51, Pegunungan Bintang 49,83 50, Tolikara 52,66 53, Sarmi 67,73 68, Keerom 69,95 70, Waropen 64,24 64, Supiori 69,19 69, Membramo Raya 60,18 60, Nduga 48,80 49, Lanny Jaya 50,60 51, Mamberamo Tengah 49,73 50, Yalimo 49,31 49, Puncak 49,77 50, Dogiyai 51,09 51, Intan Jaya 49,17 49, Deiyai 49,80 50, Kota Jayapura 76,64 77, PAPUA 65,86 66, IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

131 LAMPIRAN Tabel 4. Reduksi Shortfall IPM Per Kabupaten/Kota, No Kabupaten/Kota (1) (2) (3) (4) (5) 1 Merauke 1,36 0,97 2,87 2 Jayawijaya 0,82 1,45 0,76 3 Jayapura 1,82 1,22 2,61 4 Nabire 1,54 2,15 1,43 5 Yapen Waropen 1,65 2,65 1,44 6 Biak Namfor 1,27 1,17 1,21 7 Paniai 0,80 0,80 0,68 8 Puncak Jaya 0,21 0,10 0,97 9 Mimika 1,91 1,12 1,25 10 Boven Digoel 0,88 1,59 1,04 11 Mappi 0,76 1,42 1,15 12 Asmat 0,78 0,56 0,52 13 Yahukimo 1,42 0,87 0,82 14 Pegunungan Bintang 0,90 0,76 0,98 15 Tolikara 0,91 0,47 0,86 16 Sarmi 0,94 1,78 1,40 17 Keerom 1,25 1,01 1,56 18 Waropen 1,21 1,47 1,46 19 Supiori 1,45 0,89 1,00 20 Membramo Raya 1,16 0,79 1,15 21 Nduga 0,79 0,71 0,96 22 Lanny Jaya 0,60 0,79 0,95 23 Mamberamo Tengah 0,71 0,80 0,76 24 Yalimo 0,67 0,80 1,10 25 Puncak 0,69 0,83 0,82 26 Dogiyai 0,92 1,21 0,67 27 Intan Jaya 0,64 0,84 0,86 28 Deiyai 1,45 0,96 0,77 29 Kota Jayapura 2,19 1,47 2,08 PAPUA 1,19 1,45 1,15 IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Kabupaten Yahukimo Tahun

132

133

134

Seuntai Kata. Jayapura, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Yahukimo. Heli Mendila, SE

Seuntai Kata. Jayapura, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Yahukimo. Heli Mendila, SE Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : x + 56 Halaman / Page

Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : x + 56 Halaman / Page INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA Human Development Index Jayapura Municipality 2013 Nomor Katalog / Catalog Number : 1164.9471 Nomor Publikasi / Publication Number :9471.1303 Ukuran Buku / Book

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA (ASPM) KOTA JAYAPURA 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA (ASPM) KOTA JAYAPURA 2014 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA (ASPM) KOTA JAYAPURA 2014 Nomor Katalog / Catalog Number : 1164.9471 Nomor Publikasi / Publication Number :9471.1303 Ukuran Buku

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 47-81/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 47-81/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 47-81/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEBAGAI PENUNJANG KETAHANAN NASIONAL SEBUAH PROVINSI (Studi Kasus : Kabupaten Yahukimo)

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEBAGAI PENUNJANG KETAHANAN NASIONAL SEBUAH PROVINSI (Studi Kasus : Kabupaten Yahukimo) PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEBAGAI PENUNJANG KETAHANAN NASIONAL SEBUAH PROVINSI (Studi Kasus : Kabupaten Yahukimo) Dicky R Munaf Email: dicky_munaf@yahoo.com ABSTRAK Pemekaran wilayah Kabupaten Yahukimo

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kuliah Pengantar: Indeks Pembangunan Sub Bidang Pembangunan Perdesaan Di Program Studi Arsitektur, ITB Wiwik D Pratiwi, PhD Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 Nomor Katalog / Catalog Number : 4102002.9108 Nomor Publikasi / Publication Numbe r : 91080.12.28

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 Ukuran Buku

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN YAHUKIMO DINAS KESEHATAN P R O F I L K E S E H A T A N 2015

PEMERINTAH KABUPATEN YAHUKIMO DINAS KESEHATAN P R O F I L K E S E H A T A N 2015 PEMERINTAH KABUPATEN YAHUKIMO DINAS KESEHATAN P R O F I L K E S E H A T A N 2015 KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN YAHUKIMO NOMOR : 829/448.b /2016 2016 PROFIl KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN YAHUKIMO DINAS KESEHATAN P R O F I L K E S E H A T A N 2014

PEMERINTAH KABUPATEN YAHUKIMO DINAS KESEHATAN P R O F I L K E S E H A T A N 2014 PEMERINTAH KABUPATEN YAHUKIMO DINAS KESEHATAN P R O F I L K E S E H A T A N 2014 KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN YAHUKIMO NOMOR : 829/683.b /2015 2015 PROFIl KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat Nomor : BRS-02/BPS-9415/Th. I, 28 Juni 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat 1. IPM pertama kali diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 1990

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu:

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu: BAB II METODOLOGI 2. 1 PRINSIP DASAR PENYUSUNAN Prinsip dasar penyusunan publikasi ini masih merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya, yaitu tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembanguan manusia

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016 No. 25/05/94/ Th. II, 2 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016 Pada tahun 2016, IPM Papua mencapai 58,05. Angka ini meningkat sebesar 0,80 poin dibandingkan IPM Papua tahun 2015 yang sebesar

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

HUMAN DEVELOPMENT INDEX

HUMAN DEVELOPMENT INDEX HUMAN DEVELOPMENT INDEX Oleh : 1. ITRA MUSTIKA (135030201111117) 2. YUSRIN RIZQI FARADITA (135030201111119) 3. DINAR DWI PURNAMASARI (135030201111135) 4. ERVINGKA RAHMA Y.S (135030207111101) Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 i Penyusunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

Human Development Index ( HDI ) Salah Satu Indikator Yang Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia

Human Development Index ( HDI ) Salah Satu Indikator Yang Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia Human Development Index ( HDI ) Salah Satu Indikator Yang Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia M. Faqihudin Progdi Manajemen FE. UPS Tegal m.faqihudin@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG TAHUN 2010 Nomor Publikasi : 9107.11.03 Katalog BPS : 1413.9107 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : v rumawi + 111 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2014 ini dapat terselesaikan.

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah

BAB II STUDI PUSTAKA. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Indeks Pembangunan manusia Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah dikembangkan oleh United Nations for Develpment Program

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN

BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN 138 BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) RINGKASAN Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabuputaen Banyuwangi Tahun 2009 mencapai 68,24 atau naik 0,44 dibanding dengan tahun 2008 yang sebesar 67,80. Kenaikan ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 ISBN Nomor Publikasi Nomor Katalog Ukuran Buku Jumlah Halaman : 979.486.6199 : 3204.1137 : 4716 3204 : 25,7 Cm x 18,2 Cm : 70 + vi Naskah :

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN TAMBRAUW 2009 Nomor Katalog / Catalog Number : 9105.9109 Nomor Publikasi / Publication Numbe r : 9109.10.01 Ukuran Buku / Book Size Jumlah Halaman / Page Number

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara berkembang seperti Indonesia, peranan sumber daya manusia mengambil tempat yang sentral, khususnya dalam setiap pencapaian pembangunan ekonomi, di

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo]

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] BAB II METODOLOGI 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 Nomor ISSN : 2089-1660 Nomor Publikasi : 91300.13.04 Katalog BPS : 4102002.91 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : xviii + 109 Naskah

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BPS KABUPATEN WONOSBO Visi: Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Nilai-nilai Inti BPS: Profesional Integritas Amanah Pelopor Data Statistik

Lebih terperinci

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah BAB. 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rencana strategis

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN 2013 Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 Statistik Dasar UU NO. 16 TAHUN 1997 (TENTANG STATISTIK) Statistik yang pemanfaatannya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 i ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 Katalog BPS/ BPS Catalogue : 1413.9107 ISSN : 2302-1535 Nomor Publikasi/ Publication Number : 9107.15.03 Ukuran Buku/ Book size :

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci