BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bangsa Jepang adalah salah satu bangsa tertua di dunia dan yang paling dibanggakan orang-orang Jepang adalah kerajaan atau dinasti-dinastinya yg merupakan satu kesatuan negara yang berlangsung secara terus-menerus dan paling lama di antara bangsa-bangsa di dunia. 1 Zaman sejarah Jepang dimulai dari zaman Nara, zaman Heian ( ) sampai dengan zaman Meiji (1868-sekarang). Dari urutan-urutan zaman sejarah Jepang yang telah terjadi maka dikenallah sistem pemerintahan di Jepang. Bentuk sistem pemerintahan di Jepang yang dimaksud adalah administrasi pemerintahan, militer, dan penarikan pajak. Dengan peristiwa tersebut dikenal lah gelar-gelar, antara lain: Tenno (Kaisar), Shogun (Jenderal), Daimyo (tuan tanah), perdana menteri dan menteri-menteri. Pada dasarnya, Jepang memiliki banyak zaman sesuai dengan perubahan masa dan kekuasaan. Namun, secara garis besar Jepang dibagi menjadi lima periode yang terdiri dari abad kuno atau disebut dengan Kodai, abad pertengahan atau disebut dengan Chusei, abad pra modern atau Kinsei yang dimulai dengan zaman Edo ( ), abad modern atau Kindai, dan yang terakhir abad Gendai yang terdiri dari zaman Taisho, Showa, dan Heisei. 2 Selama 700 tahun sampai akhir abad ke-16 feodalisme di Negara Jepang berkembang secara natural dan semakin berkembang dari satu daerah ke daerah lainnya. Diantara daerah tersebut hanya ada perbedaan rincian dan perbedaan pemakaian istilah saja. Maka untuk itu pemerintahan mengambil kebijakan untuk menciptakan staratifikasi masyarakat secara jelas dan tegas. Selain ditujukan untuk menciptakan hirarki kelas masyarakat, kebijakan juga diambil untuk menertibkan dan menyeragamkan tatanan sosial. Kebijakan ini juga ditujukan sebagai antisipasi terhadap gekokujo yang sering terjadi pada zaman feodalisme. Gekokujo adalah penumbangan kekuasaan penguasa yang dilakukan oleh masyarakat kelas bawah. 1 Suryohadiprojo, Sayidiman, Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjoangan Hidup (Jakarta: Pustaka Bradjaguna, 1982), hal diakses pada tanggal 25 Maret 2013 pukul Wib 1

2 Jepang pra-modernisasi, yaitu pada era feodal ( ) pemerintahan Jepang menerapkan sistem pemerintahan yang menempatkan shogun sebagai pemimpin tertinggi yang memiliki kekuasaan penuh, sedangkan kaisar hanya sebagai simbol pimpinan struktur bernegara. Periode ini diawali oleh Minamoto no Yoritomo yang membangun sistem pemerintahan yang dikenal dengan sebutan bakufu atau pemerintahan shogun. Shogun yang pertama dikenal dengan nama Kamakura bakufu di Kamakura pada tahun Model pemerintahan shogun terdiri dari dua divisi utama yaitu divisi samurai dan divisi pengadilan atau hukum. 3 Para shogun diberikan kekuasaan militer oleh kaisar dan mereka juga dibantu oleh para daimyo yang merupakan tuan tanah semenjak abad ke-10 hingga awal abad ke-19. Para daimyo memiliki hak kepemilikan tanah secara turun-temurun dan bahkan tentara untuk melindungi tanah dan pekerjanya. Daimyo pada masa Kamakura disebut Gokenin dan pada periode Muromachi ( ), kelas Gokenin dihapuskan dan diganti dengan kelas daimyo. 4 Sistem shogun sebagai dasar pemerintahan pada masa Kamakura berangsur hilang pada akhir periode ini. Kaisar terakhir pada periode ini, Go-Daigo mengembalikan kekuasaan kepada kekaisaran karena menganggap shogun gagal menghadapi serangan tentara Mongol. Dikembalikannya pemerintahan kepada kaisar menimbulkan ketidaksenangan kaum samurai. Pembaharuan yang dilakukan oleh Go-Daigo disebut Kenmu shinsei atau Restorasi Kenmu. Namun upaya Go-daigo untuk menempatkan kaisar sebagai pemimpin utama tampaknya kurang berhasil karena pada tahun 1336 berdirinya Shogun Ashikaga. Gedung pusat pemerintahannya dibangun di Muromachi sehingga pemerintahan ini disebut dengan masa Muromachi. Perebutan kekuasaan oleh Ashikaga menyebabkan terjadinya persaingan lagi antara kaisar dengan shogun sehingga ada dua pusat pemerintahan kekaisaran selama 50 tahun yaitu di utara (Muromachi) yang pro-shogun dan di selatan yang pro-kaisar. 5 Pemerintahan selanjutnya diteruskan oleh Oda Nobunaga seorang daimyo yang berhasil mengusir Ashikaga Yoshiaki, shogun terakhir Ashikaga bakufu dari Kyoto. Ia akhirnya menguasai Kyoto pada tahun 1568 dan menjatuhkan Muromachi tahun Oda Nobunaga 3 Ishii, Ryosuke, Sejarah Institusi Politik Jepang (Jakarta: PT. Gramedia, 1988) hal Situmorang, Hamzon, Perubahan Kesetiaan Bushi dari Tuan Kepada Keshogunan dalam Feodalisme Zaman Edo (Medan: USU Press, 1995) hal Irsan, Abdul, Jepang: Politik Domestik, Global, & Regional (Makassar: Hasanuddin University Press, 2005) Hal. 10 2

3 sangat berambisi menyatukan seluruh Jepang. Selain mengalahkan saingannya sesama daimyo, Nobunaga juga berhasil menaklukkan saingan utamanya yang lain, yaitu aliran agama Budha (aliran Ikko) yang sangat militan. Namun, Nobunaga berhasil menghancurkan Kuil Enryakuji yang merupakan pusat kekuasaan Agama Buddha. 6 Nobunaga merupakan daimyo yang kuat dan memiliki strategi kepemimpinan yang unik. Masa kepemimpinan Nobunaga beserta para daimyo yang meneruskannya, yaitu Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu merupakan periode menuju penyatuan wilayah Jepang yang tercapai pada tahun Namun, dari ketiganya, hanya Tokugawa Ieyasu yang berhasil mendapatkan gelar Sei-Taishogun, lalu mendirikan Klan Shogun Tokugawa pada tahun 1603 yang juga terkenal dengan sebutan Zaman Edo. 7 Masuknya zaman baru di Jepang yaitu Zaman Edo ( ) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut Zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa pada masa itu bepusat di Kota Edo (Tokyo). Selama periode Edo, Jepang memiliki penguasa kecil. Ada lebih kurang 200 penguasa-penguasa kecil di daerah tersebar negara bagian Jepang dan mereka disebut daimyo. Dari daimyo-daimyo tersebut, klan Tokugawa adalah yang paling kuat dan solid. Mereka memerintah sistem struktur masyarakat dan sistem politik dari tempat yang bernama Edo. Tempat ini berada di sekitar Tokyo. Selama lima belas generasi klan Tokugawa menjadi dominasi kelas samurai dalam politik di negara Jepang. 8 Keshogunan Tokugawa merupakan pemerintahan diktator militer feodalisme di Jepang yang didirikan oleh Ieyasu Tokugawa yang diangkat sebagai shogun pada tanggal 24 Maret Setiap pewaris tahta shogun diberi nama keluarga Tokugawa. Ieyasu Tokugawa merupakan shogun pendiri pertama Tokugawa. Masa isolasi selama kurang lebih 250 tahun selama masa pemerintahan shogunat Tokugawa, membawa berbagai akibat pada bangsa Jepang. Salah satunya adalah semakin mantapnya pembentukan kepribadiaan bangsa Jepang. Hal ini menjadi amat penting bila dikemudian hari Jepang harus berhadapan dengan dunia barat yang amat agresif. Karena mantapnya kepribadian Jepang, maka dalam berusaha mengejar 6 Ibid Hal pemerintahan dan politik di jepang/ diakses pada tanggal 25 Maret 2013 pukul WIB 8 diakses pada tanggal 25 Maret 2013 pukul WIB 3

4 ketertinggalannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dari dunia Eropa, Jepang tidak pernah khawatir akan kehilangan kepribadiannya. 9 Sistem politik Jepang di Zaman Edo adalah sistem politik feodal yang disebut dengan istilah Bakuhan Taisei yang artinya pemerintah militer atau keshogunan. Dalam sistem Bakuhan Taisei, daimyo menguasai daerah-daerah yang disebut han dan membagi-bagikan tanahnya kepada pengikutnya. Sebagai imbalannya, pengikut daimyo berjanji untuk setia dan mendukung daimyo secara militer. Awal mulanya feodalisme di Jepang ditandai dengan adanya pembagian kekuasaan kepada para shogun oleh Tennou sebagai bentuk kekuasaan praktis. Dan ini ditandai dengan adanya kebijakan pembentukan strata kelas sosial yang kaku dan terlalu tegas. Alasan populer pemerintah Jepang menerapkan pembagian kelas masyarakat dari mulai kelas yang paling suci sampai kelas yang paling bawah antara lain: 1. Antisipasi pemberontakan kelas bawah 2. Pemantapan posisi bakufu 3. Pengkerdilan kekuasaan kaisar Kelas-kelas sosial pada masa Edo juga membuat masyarakat terkotak-kotak. Hal ini secara tidak langsung juga akan menjauhkan masyarakat dari kaisar. Masyarakat yang berada di kelas bawah telah terdoktrin bahwa dirinya tidak pantas menemui kaisar dan kaisar yang berada di kelas paling atas mungkin juga akan merasa tercemar juka menemui rakyatnya. Dalam kondisi masyarakat yang terkotak-kotak seperti itu pula pemerintah dalam hal ini bakufu lebih leluasa melakukan apa saja kepada rakyatnya. Kasus yang terjadi pada saat itu orang-orang dari kelas samurai dapat membunuh seseorang yang kelasnya lebih rendah, walaupun hanya karena alasan yang sederhana dan tidak masuk akal. 10 Kekuasaan pemerintah pusat pada masa itu berada di tangan shogun Edo dan daimyo ditunjuk sebagai kepala pemerintahan di daerah. Selain itu, dalam teori Russel (1988), pada sistem feodal peran kaisar Edo sebagai wakil dan penyampai titah dewa ke bumi masih diakui, tetapi fungsi politik dan hak kedaulatan sudah tidak dimilikinya lagi. Lembaga politik atau keshogunan ini disebut bakufu Ibid, hal jepang.html diakses pada tanggal 25 Juni 2013 pukul WIB 11 Ibid, hal. 41 4

5 Pada masa ini berlangsung lebih dari 250 tahun. Ini adalah masa damai di Jepang, dimana para daimyo sudah tidak terjadi serangan antar-daimyo dari daerah bagian Jepang yang terpisahpisah. Hal inilah yang membedakan kondisi negara Jepang pada masa Tokugawa dengan masa sebelumnya dimana zaman feodal sebelumnya yang sering terjadi perang berkepanjangan di Jepang yang disebut sengoku jidai (masa perang seluruh negeri). Tokugawa sebelum Zaman Edo merupakan seorang daimyo di daerah Mikawa yang pada tahun 1603 berhasil menjadi shogun. Secara struktural, shogun memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan daimyo dan demi diakui oleh para daimyo lain, khususnya yang menjadi musuh Tokugawa, ia harus mengadopsi suatu moralitas baru dalam pemantapan hubungan penguasa dengan yang dikuasai, yaitu antara para daimyo dengan shogun, di samping terhadap kaisar. Pemerintah Tokugawa secara tegas membagi masyarakat Jepang menjadi empat kelas yaitu kelas samurai (Bushi), kelas petani (Nomin), kelas pengrajin (Kosakunin), dan terakhir kelas pedagang (Shonin). Tingkatan kelas ini kemudian dikenal dengan Shi No Ko Sho, yang kemudian dilaksanakan secara keras dan kaku. Selain itu, masih ada golongan masyarakat yang tidak digolongkan ke dalam Shinokosho, yaitu orang-orang buangan yang disebut Eta atau Hinin. Dengan adanya ketentuan mengenai pembagian kelas tersebut maka seseorang tidak dapat pindah ke tingkatan yang lebih tinggi walaupun ia memiliki kemampuan dan bakat. Dalam masa shogunat Tokugawa kekuasaan tertinggi dalam struktur politik ada di tangan shogun, Dominasi kelas samurai menjadi penguasaan militer tertinggi di Jepang. Pembagian tatanan sosial ini didasarkan pada ajaran Konfusianisme yang mengajarkan pemahaman terhadap hakikat takdir yaitu bahwa manusia harus menerima takdirnya sejak lahir dan tidak dapat menggugat takdir. Pemikiran ini membuat rakyat terpaksa menerima keadaan serta status yang dimilikinya dan tidak dapat memperbaiki statusnya ke tingkat yang lebih tinggi. Diskriminasi kelas pun semakin jelas. Tujuan ditetapkan Shinokosho adalah supaya kelas penguasa tetap pada kedudukannya dan memiliki kekuatan untuk menekan kelas yang berada di bawahnya. Kelas samurai berada di hirarki paling atas, diikuti petani, pengrajin dan pedagang. Samurai atau Shogun menjalankan roda perpolitikan di setiap daerah-daerah juga sekaligus menjadi daimyo di tiap-tiap bagian Jepang. Dengan demikian, selain menjadi pemegang kasta tertinggi dalam militerisme, para samurai juga menjadi penguasa yang mendominasi sistem 5

6 struktur politik dan administrasi di Jepang. Selama masa isolasi dari dunia internasional selama 250 tahun maka para samurai lebih mendominasi sistem struktur politik dan administrasi di Jepang daripada sebagai pejuang kemiliteran di Jepang. Shogun atau Samurai memperoleh kekuasaan tersebut dari Tenno Heika yang menjadi simbol kekuasaan Jepang dan pendeta tertinggi dalam agama Shinto. Pada masa Tokugawa, pusat kekuasaan politik terpisah dari tempat kediaman Tenno Heika. Tokugawa menempatkan istananya di Edo (yang sekarang bernama Tokyo), sedangkan istana Tenno Heika di Kyoto yang tetap dianggap ibukota Jepang pada waktu itu. Adanya niat shogun Tokugawa untuk memperkuat kekuasaannya, maka ia harus memperkecil nilai kesucian daimyo pada pandangan anak buahnya dan mengurangi fungsi politik dan kedaulatan yang dikuasai oleh para daimyo di setiap wilayah mereka masing-masing dengan membuat konsep pengabdian diri golongan militer seluruh Jepang dalam Shido (bushido baru) yang berpijak pada pemikiran konfusionis. Tujuan akhir konsep ini adalah mengurangi kesadaran para bushi (golongan militer) akan kesucian tuannya (daimyo) sebagai penguasa wilayah, sekaligus berusaha supaya para bushi berpikiran lebih rasional dalam melakukan pengabdian diri. Untuk mengatur daimyo, Tokugawa Ieyasu menetapkan peraturan yang harus dipatuhi oleh para daimyo yang disebut Bukeshohatto. Salah satunya adalah para daimyo dilarang memperkuat pasukannya atau mendirikan benteng tanpa sepengetahuan pemerintah pusat (Bakufu). Keshogunan Tokugawa ( ) atau Keshogunan Edo (Edo bakufu) adalah pemerintahan diktator militer feodalisme di Jepang yang didirikan oleh Tokugawa Ieyasu dan secara turun-temurun dipimpin oleh shogun keluarga Tokugawa. 12 Dalam periode historis Jepang, masa pemerintahan Keshogunan Tokugawa disebut Zaman Edo karena ibukota terletak di Edo yang sekarang disebut Tokyo. Keshogunan Tokugawa memerintah dari Istana Edo hingga Restorasi Meiji. Dominasi kelas samurai dari keluarga klan Tokugawa sepanjang lima belas generasi adalah bukti konkrit dari penguasaan sistem struktur politik dan sistem masyarakat pada era feodalisme di Jepang. Pemerintahan keshogunan Tokugawa selama 264 tahun disebut sebagai Zaman Edo atau Zaman Tokugawa. Periode terakhir Keshogunan Tokugawa yang diwarnai 12 Ibid, hal. 77 6

7 dengan maraknya gerakan untuk menggulingkan keshogunan Tokugawa dikenal dengan sebutan Bakumatsu. Berdasarkan kajian sejarah sistem masyarakat dan budaya masyarakat Jepang dalam bidang pemikiran ilmu politik penulis menganalisis bahwa kajian tentang adanya dominasi kelas samurai yang mempengaruhi sistem struktur elit politik atau sistem tata negara di Jepang yang patut dijadikan perbandingan sistem politik dengan negara-negara lain, khususnya Negara Indonesia dan alasan penulis memilih judul pada zaman Tokugawa dikarenakan pada zaman itu terdapat adanya dominasi oleh satu klan yang dilakukan oleh klan Tokugawa kurang lebih selama 15 generasi ( ). Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menganalisis dan memaparkan secara rinci dan terbuka tentang bagaimana terjadinya dominasi kelas samurai dan pengaruhnya terhadap sistem tata negara dan sistem elit politik di negara Jepang. Ketertarikan penulis khususnya adalah metodologis bagaimana terjadinya peralihan sistem kekuasaan kekaisaran menjadi ke tangan dominasi klan samurai, yang khususnya terjadi pada zaman feodalisme klan shogunat Tokugawa. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana dominasi kelas samurai terhadap politik Jepang pada Zaman Tokugawa. I.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mendeskripsikan sejarah sistem politik Jepang zaman feodalisme hingga lahirnya sistem keshogunan (samurai). b. Mengkaji perubahan sistem kebijakan-kebijakan elit struktural kelembagaaan yang terjadi pada zaman Tokugawa c. Menganalisis bagaimana terjadinya dominasi kelas samurai terhadap sistem hirarki dalam struktur politik di Jepang pada Zaman Tokugawa. 7

8 I.4 Manfaat Penelitian I.4.1. Manfaat Akademis Secara akademis, penelitian ini memiliki beberapa manfaat antara lain: a. Menambah khazanah keilmuan civitas akademik FISIP USU secara umum dan secara khusus untuk departemen Ilmu Politik secara khusus. b. Menemukan teori-teori struktur pemerintahan yang dipakai Jepang sebelum era keshogunan dan pasca keshogunan. I.4.2. Manfaat Praktis a. Secara praktis, penelitian pustaka ini bermanfaat dalam praktek keilmuan politik secara universal dan secara khusus untuk perbandingan sistem politik di Indonesia. b. Sebagai khazanah perbandingan praktek politik akademisi yang melakukan kegiatan politik, khususnya akademisi di Indonesia. I.5 Kajian Pustaka Dalam memulai analisis deskriptif penulisan tentang dominasi kelas samurai, khususnya zaman era rezim Tokugawa agar tidak terjadi pengulangan riset penelitian yang berujung pada keadaan tumpang tindih hasil riset pengumpulan data, maka penulis siharuskan menyertakan sebuah kajian pustaka. Dalam kajian pustaka ini penulis melakukan penghimpunan kembali hasil-hasil penelitian yang sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, baik itu barkaitan tentang sejarah politik Jepang, sejarah samurai, dan dominasi kelas Samurai di dalam sistem politik negara Jepang. Terkait dengan sistem politik dan kepemimpinan oleh sistem keshogunan yang terjadi secara khusus di negara Jepang, banyak peneliti-penelti yang mencoba menganalisis secara rinci ciri dari zaman ataupun era perkembangan negara Jepang secara terpisah-pisah, terutama peralihan-peralihan kekuasaan era keshogunan yang terjadi pada zaman feodalime Jepang mulai Zaman Nara, Zaman Obunaga, Hideyosi, Tokugawa, Restorasi Meiji sampai zaman Jepang sekarang ini. Maka dengan adanya hal ini, penulis memilih penelitian deskriptif tentang dominasi kelas samurai yang terjadi dalam sistem politik di negara Jepang, khususnya zaman rezim Tokugawa. Diantaranya karya Ryosuke Ishii, Sejarah Institusi Politik Jepang. Buku ini menguraikan perubahan sistem kelembagaan atau sistem struktukral tata negara Jepang, namun 8

9 yang menjadi fokus perhatian oleh penulis adalah sejarah panjang sistem feodalisme jepang sampai sedikit era Jepang modern yang dikenal dengan Restorasi Meiji dan juga fokus pembahasan sistem politik negara jepang yang bersifat monarki konstitusional. Studi budaya yang menjadi ciri khas bangsa Jepang banyak dilakukan analisis deskriptif oleh penulis dari buku Manusia dan Masyarakat Jepang Dalam Perjuangan Hidup karya Sayidman Suryohadiprojo. Dimana dalam buku ini penulisis banyak mengambil referensi gambaran kondisi perkembangan Negara dan karakteristik bangsa Jepang yang juga menjadi alasan bagaimana penulis menganalisis lahirnya gerakan samurai dan sistem keshogunan yang akhirnya menjadi dominasi di negara Jepang. Selanjutnya, juga ada buku penting yang menjadi referensi utama penulis dalam daftar pustaka yaitu buku Perubahan Kesetiaan Bushi dari Tuan kepada Keshogunan dalam Feodalisme zaman Edo( ) karya Hamzon Situmorang yang banyak mengupas secara mendalam permasalahan perubahan-perubahan sistem kebijakan yang dilakukan oleh Shogunat Tokugawa dalam melakukan dominasi kelas politik di negara Jepang dan mempertahankan kekuasaan penuh di tangan klan Tokugawa. Karya-karya dalama bentuk tulisan ilmiah mengenai Zaman Edo atau zaman klan Tokugawa dan sistem politik Jepang juga telah banyak diuraikan peneliti-peneliti lain diantara Hamzon Situmorang, Robert N. Bellah, Eiichiro Ishida. Secara umum dan general tulisan-tulisan mereka banyak membahas sejarah institusi kelembagaan politik, era rezim kelas samurai, dominasi kelas politik di negara Jepang. I.6 Kerangka Teori Salah satu aspek yang dikaji dalam sistem politik atau kehidupan bernegara adalah masyarakat. Masyarakat dibagi atas dua kelas yang pertama adalah kelas masyarakat elit dan yang kedua adalah kelas masyarakat non elit atau masyarakat pada umumnya. Dan kelas masyarakat elit dibedakan atas elit yang berkuasa (elit politik) dan elit yang tidak berkuasa. Dalam ilmu politik, istilah Negara adalah agency (alat) dari masyarakat yang mempunyai 9

10 kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. 13 Teori elit pertama kali muncul dengan adanya pengacuan terhadap teori elit klasik, yang memunculkan beberapa nama tokoh besar, yaitu Vilfredo Pareto, Gaetano Mosca, dan Robert Michels. Menurut Gaetano Mosca Dalam setiap masyarakat terdapat dua kelas penduduk. Yang pertama, kelas yang menguasai dan satu kelas yang dikuasai. Kelas penguasa jumlahnya selalu lebih kecil, menjalankan semua fungsi politik, menopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan itu, Sedangkan kelas yang kedua jumlahnya lebih besar dan dikendalikan oleh kelas penguasa. Dalam kajian ini, penyusun menggunakan kerangka teori elit klasik dengan cara pandang kekuasaan, kelembagaan dan fungsional. Yang pertama adalah teori kelas politik dari Gaetano Mosca, menurut Gaetano Mosca ( ), dalam setiap masyarakat terdapat dua kelas penduduk yaitu satu kelas yang menguasai yang disebut elit dan satu yang dikuasai yaitu masyarakat. Kelas pertama atau elit yang jumlahnya selalu minoritas, menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan, dan menikmati keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan itu. Sedangkan kelas kedua, yang jumlahnya jauh lebih besar, diatur dan dikendalikan oleh kelas elit itu. 14 Teori kedua yang penulis pakai dalam penyusunan kerangka teori adalah teori elit pemerintah/penguasa dari Vilfredo Pareto. Menurut Pareto dalam pandangannya terhadap elit politik dan kekuasaan, elit politik sebagai kekecewaan terhadap apa yang sedang berjalan pada waktu itu yaitu aristokrat. Vilfedro Pareto beranggapan bahwa sifat dari penguasa atau elit politik otoriter dan mengintervensi. Menurut Pareto, setiap masyarakat diperintah oleh sebuah elit yang komposisinya selalu berubah. Selanjutnya Pareto membagi elit dalam dua kelompok, yaitu kelompok elit yang memerintah dan kelompok elit yang tidak memerintah. Kedua kelompok elit itu senantiasa berebut kesempatanuntuk mendapatkan porsi kekuasaan sehingga terjadi polarisasi 13 Miriam Budiarjo, Dasar Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 1999) Hal Gaetano Mosca, The Ruling Class (New York: McGraw Hill, 1939) Hal.50 10

11 elit dan melahirkan sirkulasi antara elit lama dengan elit baru. Setiap elit yang memerintah hanya dapat bertahan apabila secara kontinuitas memperoleh dukungan dari masyarakat. 15 Dan teori yang ketiga adalah teori Iron Law of oligarkhy dari Robert Michels tentang hukum besi oligarki yang dinyatakannya sebagai satu dari banyak hukum yang besi dalam sejarah, dimana sebagian masyarakat demokrasi modern, dan dalam masyarakat itu sendiri, serta partai-partai yang sudah demikian berkembang tidak dapat lagi melepaskan diri darinya. Untuk teori yang ketiga ini penulis memakai teori oligarki milik Robert Michels guna menganalisis bagaimana terjadinya perubahan-perubahan sistem kebijakan dan juga bagaimana terjadinya perubahan hirarki-hirarki kelas sosial dalam sudut pandang politik yang dilakukan oleh pemimpin Jepang pada saat era feodalisme yang terjadi oleh kepemimpinan klan Tokugawa. Hukum Besi Oligarki adalah kondisi partai dikuasai oleh golongan atau segelintir orang yang memiliki keinginan khusus untuk menguasai rakyat. Golongan ini bisa terdapat dari luar partai, misalnya kaum konglomerat yang menyuguhkan investasi terhadap kader partai sebagai calon pilihan rakyat yang katanya demokratis itu. Tidak bisa dipungkiri bahwa bantuan materiil sangat dibutuhkan kader partai untuk memenangkan partainya, agar partainya terpilih untuk menduduki kursi kuasa, kemudian dapat pujian di hati rakyat dan akhirnya menginginkan partai terus hidup dihati rakyatnya. 16 Dari semua penjelasan diatas, maka mudah dimengerti mengapa kebijakan publik dilihat dari sudut pandang teori elit dianggap selalu mengalir dari atas ke bawah (top-down), yakni dari elit ke massa/rakyat kebijakan publik itu dengan demikian tidak akan pernah muncul dari bawah (bottom-up) atau berasal dari tuntutan-tuntutan rakyat. Ditilik dari lensa konseptual model elit ini, maka jelas partisipasi rakyat atau keterlibatan publik (publik involvement) dalam proses perumusan kebijakan dan proses implementasi kebijakan publik diabaikan. 17 Jadi, dengan ini penulis merumuskan elit politik merupakan kelompok kecil dari warga negara yang berkuasa dalam sistem politik. Penguasa ini memiliki kewenangan yang luas untuk mendominasikan struktur dan fungsi sebuah sistem politik. Secara operasional, para elit politik atau elit penguasa mendominasi segi kehidupan dalam sistem politik. Penentuan kebijakan 15 Agus Setiyanto, Elite Pribumi (Bengkulu: Balai Pustaka, 2001) Hal Amal, Ichlasul, Teori Teori Mutakhir Partai Politik (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1996) 17 Prof. Solichin Abdul Wahab, Pengantar Analisis Kebijakan Publik (1988) Hal

12 sangat ditentukan oleh kelompok elit politik. Maka dalam hal kerangka teori, penyusun juga memakai teori struktur fungsionalis dalam menguraikan studi deskriptif tentang sejarah sistem politik di zaman feodalisme yang terjadi pada masa klan Tokugawa yg menjadi akhir dari sistem politik klasik hingga akhirnya akan berubah menjadi Jepang era modern. I.7 Metodologi Penelitian I.7.1 Metode Penelitian Dalam penulisan kegiatan ilmiah yang lebih terukur dan sistematis maka diperlukan suatu metode yang sesuai dengan objek kajian yang akan disampaikan. Hal ini dikarenakan metode adalah suatu cara yang bertujuan sebagai alat dalam langkah sistematika penulisan ilmiah agar didapatkan hasil yang bermanfaat dan mudah untuk dimengerti. Adapun metode penelitian yang penulis pakai penyusunan adalah metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode yg untuk mendeskripsikan suatu gejala dan peristiwa yang terjadi dan adanya bukti-bukti yang bisa dijadikan sumber-sumber penulisan, baik itu yang disampaikan pelaku sejarah, seorang tokoh, studi pustaka buku-buku terkait dan tulisan-tulisan ilmiah yang pernah ditulis oleh penulispenulis sebelum saya. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. 18 Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Dalam pendidikan, penelitian deskriptif lebih berfungsi untuk pemecahan praktis dari pada pengembangan ilmu pengetahuan. Peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya, kemudian menggambarkan atau melukiskannya sebagaimana adanya, sehingga pemanfaatan temuan penelitian ini berlaku pada saat itu pula yang belum tentu relevan bila digunakan untuk waktu yang akan datang. Karena itu tidak selalu menuntut adanya hipotesis, tidak menuntut adanya perlakuan atau manipulasi variabel karena gejala dan peristiwanya telah ada dan peneliti tinggal mendeskripsikannya. Variabel yang diteiliti bisa tunggal, atau lebih dari satu variabel, bahkan dapat juga mendeskripsikan hubungan beberapa variabel. 18 Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan Hal

13 I.7.2 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research), yakni bahan perpustakaan dijadikan bahan utama. I.7.3 Teknik Pengumpulan Data Adapun penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan, maka metode yang digunakan dalam pencarian data adalah didasarkan pada studi kepustakaan, yaitu dengan menyelami karya ilmiah yang mengupas tentang dominasi kelas samurai di Jepang, khususnya pada masa Tokugawa atau sering juga disebut dengan Zaman Edo. Sumber data primernya adalah berbagai tulisan, baik berupa website serta buku-buku yang mendukung pendalaman dan ketajaman analisis. I.7.4 Teknik Pengolahan Data a. Mengumpulkan data-data dan mengamatinya terutama dari aspek kelengkapan dan validitasnya serta relevansinya dengan tema bahasan. b. Mengklasifikasikan dan mensistematiskan data-data kemudian diformulasikan desuai dengan pokok permasalahan yang ada. c. Melakukan analisis lanjutan terhadap data-data yang telah diklasifikasikan dan disistematiskan dengan menggunakan dalil-dalil, kaidah-kaidah, teori-teori, dan konsepkonsep pendekatan yang sesuai sehingga memperoleh kesimpulan yang benar. I.7.5 Teknik Analisis Data Analisis data disebut juga pengolahan data dan penfsiran data. Analisis data ialah serangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokkan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Tahap analisis data yang penulis lakukan dalam penelitian ini mulai dari pengumpulan data, dengan menggunakan multi sumber bukti sesuai dengan prinsip trianggulasi yaitu suatu langkah analisis untuk menguji validitas data yang dilakukan saat pengumpulan data. Terkait dengan pengolahan proses data, yaitu yang secara umum bersifat deskriptif analisis, penulis akan menggunakan dua pola, yaitu: a. Metode Induktif, yaitu metode yang berusaha mempelajari detail-detail bahasan yang berujung pada bahasan yang bersifat umum. 13

14 b. Metode deduktif, yaitu pengambilan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum kesuatu pernyataan yang bersifat khusus. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran umum Sistematika Penulisan Untuk lebih terarah dan mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, maka penyusun akan mensistematiskan pembahasan sebagai berikut: BAB I, akan diuraikan tentang latar belakang masalah, pokok-pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, analisa kepustakaan, kerangka teori, metode penelitan, sistematika pembahasan guna mengarahkan pembaca pada inti penelitian ini. BAB II, memaparkan sejarah sistem politik Jepang, lahirnya samurai, dominasi kelas samurai terhadap politik Jepang, dominasi klan Tokugawa sebagai penguasa tunggal pemerintahan Jepang. BAB III, akan memaparkan dominasi kelas samurai pada masa Tokugawa secara komprehensif dan pengaruhnya pada sistem struktur politik Jepang. BAB IV, berisi kesimpulan dan saran-saran serta penutup. 19 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode dan Teknik, (Bandung: Tarsito, 1984) Hal

BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA. Taira pada perang Heijin tahun Setelah kekalahan tersebut keluarga

BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA. Taira pada perang Heijin tahun Setelah kekalahan tersebut keluarga BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA 2.1 Awal Munculnya Kekuasaan Shogun Awal munculnya kekuasaan shogun bermula dari konflik antara keluarga Minamoto dan keluarga Taira. Keluarga Minamoto dikalahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan November 1867, Tokugawa Yoshinobu mengembalikan pemerintahan kepada kaisar ( tenno ). Ini berarti jatuhnya bakufu yang sampai saat itu dikuasai oleh keluarga

Lebih terperinci

Jepang pada masa sebelum Perang Dunia (PD) II

Jepang pada masa sebelum Perang Dunia (PD) II Kata Pengantar Jepang pada masa sebelum Perang Dunia (PD) II merupakan negara yang menganut sistim kenegaraan monarki absolute, yaitu sebuah negara yang dipimpin langsung oleh Raja. Di Jepang, seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Jepang Wikipedia dan Foklor Jepang, tercatat keterangan Jepang seperti dibawa (bahasa Jepang: Nippon/nihon, nama resmi: Nipponkoku/Nihonkoku) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman sejarah Jepang yaitu dimulai dari zaman Nara, zaman Heian (794 1192) sampai dengan zaman Meiji (1868 sekarang). Dari urutan-urutan zaman sejarah Jepang

Lebih terperinci

Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang

Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang Sistem kepemilikan hak atas tanah di Jepang berbeda dengan Eropa (sistem shoen) Biaya untuk Samurai Jepang lebih murah, tanah imbalan untuk samurai lebih kecil daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa pada waktu itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan Tokugawa di Edo

Lebih terperinci

BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI

BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI 3.1 Hak Politik dan Kekuasaan Samurai Pemerintah feodal Tokugawa yang mulai berkuasa sejak tahun 1600 sebagian besar terdiri dari kelas samurai,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. DAFTAR PUSTAKA Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. Kusuma Aprilyna.2011.Dampak Perubahan Undang-Undang Tentang Pendidikan Wanita Terhadap Kemajuan Jepang.Skripsi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih banyak terdapat perang perebutan supremasi kekuasaan di dalam negeri, walaupun kepala pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara maju yang berada di Asia Timur. Dalam Hal keyakinan, Jepang merupakan negara yang membebaskan warga negaranya dalam beragama, seperti yang

Lebih terperinci

ABSTRAK PEMERINTAHAN REZIM SHOGUN TOKUGAWA YANG TERAKHIR

ABSTRAK PEMERINTAHAN REZIM SHOGUN TOKUGAWA YANG TERAKHIR ABSTRAK PEMERINTAHAN REZIM SHOGUN TOKUGAWA YANG TERAKHIR Pada zaman Edo, pemerintahan Negara Jepang berada di bawah kendali Shogun Tokugawa. Akan tetapi, pimpinan tertinggi di jepang bukan Shogun tokugawa,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. berbatasan dengan Samudra Pasifik, sedangkan di bagian utara berbatasan dengan

BAB I. Pendahuluan. berbatasan dengan Samudra Pasifik, sedangkan di bagian utara berbatasan dengan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara kepulauan. Secara geografis terletak di bagian timur berbatasan dengan Samudra Pasifik, sedangkan di bagian utara berbatasan dengan Rusia dan di

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KESHOGUNAN DI JEPANG TAHUN SKRIPSI. Oleh. Edy Supriyadi NIM

PEMERINTAHAN KESHOGUNAN DI JEPANG TAHUN SKRIPSI. Oleh. Edy Supriyadi NIM PEMERINTAHAN KESHOGUNAN DI JEPANG TAHUN 1192-1867 SKRIPSI Oleh Edy Supriyadi NIM 100210302061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung Shimabara, Kyushu. Sebagian besar pelaku dari gerakan ini adalah para petani dan ronin (samurai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Selama hampir 700 tahun, dari 1192 sampai 1867, Jepang dikuasai oleh pemerintahan

Bab 1. Pendahuluan. Selama hampir 700 tahun, dari 1192 sampai 1867, Jepang dikuasai oleh pemerintahan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Selama hampir 700 tahun, dari 1192 sampai 1867, Jepang dikuasai oleh pemerintahan samurai. Pada mulanya samurai adalah ksatria yang mengendarai kuda yang kemudian terorganisir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. Perkembangan Jepang yang begitu pesat dalam berbagai bidang, salah satunya bidang fashion,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FEODALISME DAN KONDISI MASYARAKAT JEPANG PADA ZAMAN EDO. Martin (1990 : ) mengatakan bahwa masyarakat feodal

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FEODALISME DAN KONDISI MASYARAKAT JEPANG PADA ZAMAN EDO. Martin (1990 : ) mengatakan bahwa masyarakat feodal BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FEODALISME DAN KONDISI MASYARAKAT JEPANG PADA ZAMAN EDO 2.1 Konsep Feodalisme Pada Zaman Edo Martin (1990 : 165-166) mengatakan bahwa masyarakat feodal adalah masyarakat yang

Lebih terperinci

Nihonshi( 日本史 ) SEJARAH JEPANG

Nihonshi( 日本史 ) SEJARAH JEPANG Nihonshi( 日本史 ) SEJARAH JEPANG PEMBAGIAN ZAMAN : SEJARAH JEPANG SECARA GARIS BESAR DIBAGI MENJADI 1.Genshi jidai( 原始時代 ) - Jomon jidai( 叙門時代 ) - Yayoi jidai( 弥生時代 )( 8 SM 3 M) 2. Kodai ( 古代 ) Abad 3 abad

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERAN WANITA DALAM KELUARGA SAMURAI PADA KESHOGUNAN TOKUGAWA MAKALAH NON SEMINAR MUHAMMAD RIDZKY DIMAS

UNIVERSITAS INDONESIA PERAN WANITA DALAM KELUARGA SAMURAI PADA KESHOGUNAN TOKUGAWA MAKALAH NON SEMINAR MUHAMMAD RIDZKY DIMAS UNIVERSITAS INDONESIA PERAN WANITA DALAM KELUARGA SAMURAI PADA KESHOGUNAN TOKUGAWA MAKALAH NON SEMINAR MUHAMMAD RIDZKY DIMAS 0806394596 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA JURUSAN PROGRAM STUDI JEPANG DEPOK

Lebih terperinci

BAB II RESTORASI MEIJI ATAU MODERNISASI JEPANG. Edo. Zaman Edo ( ) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh

BAB II RESTORASI MEIJI ATAU MODERNISASI JEPANG. Edo. Zaman Edo ( ) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh BAB II RESTORASI MEIJI ATAU MODERNISASI JEPANG 2.1 Runtuhnya Pemerintahan Tokugawa Berbicara mengenai Tokogawa, maka sangat erat kaitannya dengan zaman Edo. Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri. menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa.

BAB 5 RINGKASAN. jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri. menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa. BAB 5 RINGKASAN Bakufu Tokugawa yang berhasil menguasai negeri selama 267 tahun akhirnya jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri untuk mempertahankan pemerintahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no Tatakai) pada tahun 1600, menjadikan Tokugawa Ieyasu sebagai shogun 1 dan tanda dimulainya Tokugawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah, kekaisaran Jepang beberapa kali mengalami masa pasang surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji (1868-1912) dan Kaisar

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN FEODALISME TERHADAP PEMBENTUKAN SISTEM STRATIFIKASI SOSIAL (SHINOKOSHO) PADA ZAMAN EDO

DAMPAK PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN FEODALISME TERHADAP PEMBENTUKAN SISTEM STRATIFIKASI SOSIAL (SHINOKOSHO) PADA ZAMAN EDO DAMPAK PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN FEODALISME TERHADAP PEMBENTUKAN SISTEM STRATIFIKASI SOSIAL (SHINOKOSHO) PADA ZAMAN EDO Sri Dewi Andriani Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Humaniora, BINUS University

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak membawa sukses yang besar dibandingkan dengan penyebaran yang dilakukannya di negara Asia

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang

BAB V KESIMPULAN. Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang BAB V KESIMPULAN Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang bersifat feodalisme Hal itu dapat dilihat dengan adanya pembagian status sosial menurut mata pencahariannya yakni golongan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI 2.1. Faktor-Faktor Yang Mendorong Timbulnya Restorasi Meiji A. Keadaan Pemerintah Sebelum Restorasi Meiji Pada zaman Meiji, kekuasaan pemerintah sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul Gerakan Sosial Petani Jepang (Pemberontakan Shimabara 1637-1638). Dalam bab ini pengkajian dan penelahan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kedatangan Para Misionaris Portugis 1.1.1.1Zaman Momoyama Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai mencoba menanamkan pengaruh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TERHADAP SEJARAH PEMERINTAHAN MUROMACHI

BAB II GAMBARAN UMUM TERHADAP SEJARAH PEMERINTAHAN MUROMACHI BAB II GAMBARAN UMUM TERHADAP SEJARAH PEMERINTAHAN MUROMACHI Jepang dikenal sebagai Negara Imperial (kerajaan) yang dipimpin oleh Kaisar (Tenno). Dan ini menjadikan Jepang sebagai Negara satu-satunya di

Lebih terperinci

BAB II JEPANG DALAM PERANG DUNIA II

BAB II JEPANG DALAM PERANG DUNIA II 8 BAB II JEPANG DALAM PERANG DUNIA II Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II mempunyai sejarah yang panjang dan berkaitan antara satu peristiwa yang satu dengan peristiwa lainnya. Ada yang berpendapat

Lebih terperinci

BAB IV GOLONGAN SAMURAI SATSUMA DALAM PEMBERONTAKAN Bab empat ini merupakan pembahasan dari permasalahan yang

BAB IV GOLONGAN SAMURAI SATSUMA DALAM PEMBERONTAKAN Bab empat ini merupakan pembahasan dari permasalahan yang BAB IV GOLONGAN SAMURAI SATSUMA DALAM PEMBERONTAKAN 1877 Bab empat ini merupakan pembahasan dari permasalahan yang tertuang dalam rumusan masalah skripsi penulis yang berjudul Peranan Golongan Samurai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dari posisinya sebagai kanpaku untuk melancarkan jalan bagi Hideyori menjadi

BAB V KESIMPULAN. dari posisinya sebagai kanpaku untuk melancarkan jalan bagi Hideyori menjadi BAB V KESIMPULAN Perang Sekigahara yang terjadi pada tahun 1600 dipicu adanya pertentangan diantara dua istri Hideyoshi yaitu Yodogimi dan Kodaiin. Karena kecemburuan yang besar terhadap Yodogimi, kelahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH SAMURAI. pergolakan sosial, intrik politik, dan konflik militer hampir konstan yang berlangsung sekitar dari

BAB II SEJARAH SAMURAI. pergolakan sosial, intrik politik, dan konflik militer hampir konstan yang berlangsung sekitar dari BAB II SEJARAH SAMURAI 2.1 Sengoku Jidai Sengoku jidai atau yang disebut juga zaman sengoku dalam sejarah Jepang adalah masa pergolakan sosial, intrik politik, dan konflik militer hampir konstan yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada terdapat berbagai macam definisi kebudayaan, ada yang membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah sesuatu yang semiotik, tidak kentara atau

Lebih terperinci

BAB II PENGABDIAN DIRI MASYARAKAT JEPANG DAN KAMIKAZE. Jepang adalah masyarakat yang berkebudayaan rasa malu. Ruth Benedict

BAB II PENGABDIAN DIRI MASYARAKAT JEPANG DAN KAMIKAZE. Jepang adalah masyarakat yang berkebudayaan rasa malu. Ruth Benedict BAB II PENGABDIAN DIRI MASYARAKAT JEPANG DAN KAMIKAZE 2.1 Masyarakat Berkebudayaan Rasa Malu Ruth Benedict dalam Situmorang mengatakan (1995 : 64) bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang berkebudayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya. Untuk mengarahkan deskripsi kepada kesimpulan penelitian terhadap respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka merupakan hasil penelaahan terhadap sumber-sumber yang diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan berfikir

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI JEPANG PADA ERA SHOGUNAT TOKUGAWA

PERKEMBANGAN EKONOMI JEPANG PADA ERA SHOGUNAT TOKUGAWA PERKEMBANGAN EKONOMI JEPANG PADA ERA SHOGUNAT TOKUGAWA Y.R. Subakti A. Pendahuluan Keshogunan Tokugawa ( 徳川幕府 Tokugawa bakufu?, 1603 1868) atau Keshogunan Edo (Edo bakufu) adalah pemerintahan diktator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nakane, antropolog dan dosen pensiunan Universitas Tokyo, Totman yang merupakan dosen sejarah dari Universitas Yale, & Ōishi yang merupakan spesialis sejarah

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju Bab 5 Ringkasan Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju namun Jepang pernah menjadi negara yang terisolasi dari masuknya unsur-unsur asing atau yang lebih dikenal dengan politik

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH SHOGUN TOKUGAWA Latar Belakang Berdirinya Shogun Tokugawa. berlangsung pada zaman Edo ( ) dari kesinambungan keberadaan

BAB II SEJARAH SHOGUN TOKUGAWA Latar Belakang Berdirinya Shogun Tokugawa. berlangsung pada zaman Edo ( ) dari kesinambungan keberadaan BAB II SEJARAH SHOGUN TOKUGAWA 2.1. Latar Belakang Berdirinya Shogun Tokugawa Shogun Tokugawa adalah Shogun generasi ketiga dan terakhir yang berlangsung pada zaman Edo (1603-1867) dari kesinambungan keberadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM ISTANA KAISAR TOKYO. 30 LU - 47 LU dan 128 BT BT, sedangkan secara geografis terletak di

BAB II GAMBARAN UMUM ISTANA KAISAR TOKYO. 30 LU - 47 LU dan 128 BT BT, sedangkan secara geografis terletak di BAB II GAMBARAN UMUM ISTANA KAISAR TOKYO 2.1 Letak Istana Kaisar Tokyo Jepang merupakan negara kepulauan yang terletak di timur laut Benua Asia dan sebelah barat laut Samudera Pasifik. Secara astronomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bila membicarakan Jepang, maka hal yang akan terbayang adalah sebuah Negara modern di mana penduduknya memiliki kedisiplinan yang tinggi, maju, kaya, dan sebutan-sebutan

Lebih terperinci

BAB II BUSHIDO DAN KEDUDUKAN SAMURAI

BAB II BUSHIDO DAN KEDUDUKAN SAMURAI BAB II BUSHIDO DAN KEDUDUKAN SAMURAI A. Kebudayaan Jepang 1. Budaya Jepang Kebudayaan di Jepang telah banyak perubahan dari tahun ke tahun, dari kebudayaan asli negara ini, Jomon, sampai kebudayaan kini,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PADA MASYARAKAT PETANI JEPANG SEBELUM PERANG DUNIA II

BAB II TINJAUAN UMUM PADA MASYARAKAT PETANI JEPANG SEBELUM PERANG DUNIA II BAB II TINJAUAN UMUM PADA MASYARAKAT PETANI JEPANG SEBELUM PERANG DUNIA II 2.1 Sejarah Awal Pertanian Jepang Jepang adalah sebuah negara kepulauan yang berada di sebelah timur benua Asia. Di Jepang terdapat

Lebih terperinci

RASA SOLIDARITAS KELOMPOK, RASA MEMILIKI, DAN RASA KESETIAAN SEBAGAI NILAI-NILAI TRADISI JEPANG DALAM SISTEM MANAJEMEN PERUSAHAAN DI JEPANG

RASA SOLIDARITAS KELOMPOK, RASA MEMILIKI, DAN RASA KESETIAAN SEBAGAI NILAI-NILAI TRADISI JEPANG DALAM SISTEM MANAJEMEN PERUSAHAAN DI JEPANG bidang HUMANIORA RASA SOLIDARITAS KELOMPOK, RASA MEMILIKI, DAN RASA KESETIAAN SEBAGAI NILAI-NILAI TRADISI JEPANG DALAM SISTEM MANAJEMEN PERUSAHAAN DI JEPANG DEWI SOETANTI Jurusan Sastra Jepang Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang yang berangkat dari keterbelakangan, adalah salah satu negara yang menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan Jepang telah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 370.000 km 2. Kepulauan Jepang terletak

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 7 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 7 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 7 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI MODERNISASI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Hasil Kajian Klasik Teori Modernisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa dengan peristiwa yang lain. Jepang merupakan salah satu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa dengan peristiwa yang lain. Jepang merupakan salah satu negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara yang terletak di wilayah Asia Timur. Kepulauan Jepang membentang pada 20-45 33 LU. Kepulauan Jepang memiliki luas wilayah sekitar 337.815

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya.

BAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang patut diperhitungkan.dengan kehebatannya dalam memadukan tradisi dan modernisasi, menjadikan Jepang

Lebih terperinci

GRIKO.S. TAMBAHANI XI TKJ 1 MAKALAH PEMBIMBING: Ibu. Windy Wenas KEBUDAYAAN JEPANG S A M U R A I. Griko Stefan Tambahani TM

GRIKO.S. TAMBAHANI XI TKJ 1 MAKALAH PEMBIMBING: Ibu. Windy Wenas KEBUDAYAAN JEPANG S A M U R A I. Griko Stefan Tambahani TM MAKALAH GRIKO.S. TAMBAHANI XI TKJ 1 PEMBIMBING: Ibu. Windy Wenas KEBUDAYAAN JEPANG S A M U R A I KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas segala berkat dan rahmat yang Tuhan berikan pada saya sehingga Makalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP ISTANA ŌSAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP ISTANA ŌSAKA BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP ISTANA ŌSAKA Skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang istana Ōsaka sebagai bagian dari perubahan fungsi istana Ōsaka yang keberadaannya hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan yang keberadaannya tidak merupakan keharusan (Soeratno dalam

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan yang keberadaannya tidak merupakan keharusan (Soeratno dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang dipengaruhi oleh segi-segi sosial dan budaya. Istilah sastra dipakai untuk menyebut gejala budaya yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun

Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun 1934-1949 UNIVERSITAS SEBELAS MARET OLEH : Ana Rochayani K 4404012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cina adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI. astronomis, Jepang berada antara 30 LU - 46 LU dan 128 BT 179 BT. Luas

BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI. astronomis, Jepang berada antara 30 LU - 46 LU dan 128 BT 179 BT. Luas BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI 2.1 Geografi Jepang Jepang merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Timur, tepatnya terletak di sebelah Timur daratan Semenanjung Korea. Secara astronomis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KESETIAAN SAMURAI DALAM NOVEL KAZE KARYA DALE FURUTANI

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KESETIAAN SAMURAI DALAM NOVEL KAZE KARYA DALE FURUTANI BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KESETIAAN SAMURAI DALAM NOVEL KAZE KARYA DALE FURUTANI 2.1. Riwayat Hidup Dale Furutani Nama lengkapnya adalah Dale Furutani. Lahir di Hilo, Hawaii, pada 1 Desember 1946,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki beragam budaya, diantaranya keberagaman dalam bentuk tarian, makanan, budaya, olahraga, dan banyak hal yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SISTEM BAKUHAN DAN SISTEM SEWA TANAH RAFFLES DI PULAU JAWA PADA TAHUN Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PERBANDINGAN SISTEM BAKUHAN DAN SISTEM SEWA TANAH RAFFLES DI PULAU JAWA PADA TAHUN Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PERBANDINGAN SISTEM BAKUHAN DAN SISTEM SEWA TANAH RAFFLES DI PULAU JAWA PADA TAHUN 1811-1830 Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN

Lebih terperinci

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DARI SIMBOL-SIMBOL YANG TERDAPAT PADA YOROI MILIK TOYOTOMI HIDEYOSHI

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DARI SIMBOL-SIMBOL YANG TERDAPAT PADA YOROI MILIK TOYOTOMI HIDEYOSHI ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DARI SIMBOL-SIMBOL YANG TERDAPAT PADA YOROI MILIK TOYOTOMI HIDEYOSHI TOYOTOMI HIDEYOSHI NO YOROI NI OKERU SHINBORU KARA NO SHOUCHOU TEKINA IMI NO BUNSEKI SKRIPSI Skripsi ini diajukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Secara umum, pendekatan penelitian atau disebut dengan paradigma penelitian yang cukup dominan adalah pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil mempersatukan provinsi-provinsi di Jepang. Toyotomi Hideyoshi

BAB I PENDAHULUAN. berhasil mempersatukan provinsi-provinsi di Jepang. Toyotomi Hideyoshi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toyotomi Hideyoshi merupakan pemimpin Jepang di zaman Azuchi Momoyama (1573-1603) yang berhasil mendirikan pemerintahan pusat setelah berhasil mempersatukan provinsi-provinsi

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KESETIAAN JEPANG, DEFINISI NOVEL DAN SETTING DALAM NOVEL ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KESETIAAN JEPANG, DEFINISI NOVEL DAN SETTING DALAM NOVEL ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KESETIAAN JEPANG, DEFINISI NOVEL DAN SETTING DALAM NOVEL ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR 2.1. Sejarah Samurai di Jepang 2.1.1 Sengoku Jidai Samurai (dikenal juga sebagai bushi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat empat hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai. kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai. kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan pesaing berat dalam bidang

Lebih terperinci

NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK

NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK IDENTIFIKASI MANUSIA HIDUP : 1. CONFORMITAS KERJASAMA 2. ANTAGONISTIS PERTENTANGAN Negara organisasi dalam suatu wilayah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

Sejarah ISTANA/KASTIL OSAKA

Sejarah ISTANA/KASTIL OSAKA ISTANA/KASTIL OSAKA Istana Osaka dimanfaatkan sebagai istana sekaligus benteng sejak zaman Azuchi Momoyama hingga zaman Edo. Istana Osaka yang ada sekarang terdiri dari menara utama yang dilindungi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini, demokrasi merupakan salah satu pandangan dan landasan kehidupan dalam berbangsa yang memiliki banyak negara pengikutnya. Demokrasi merupakan paham

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN YAMATO SAMPAI ZAMAN EDO

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN YAMATO SAMPAI ZAMAN EDO BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN YAMATO SAMPAI ZAMAN EDO 2.1 Masuknya Agama Buddha di Jepang Ketika penyerahan hadiah sebagai simbol dimulainya hubungan diplomatik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain yaitu teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika Komodor Matthew Perry berhasil memaksa Jepang keluar dari masa

BAB I PENDAHULUAN. Ketika Komodor Matthew Perry berhasil memaksa Jepang keluar dari masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ketika Komodor Matthew Perry berhasil memaksa Jepang keluar dari masa isolasi, menyebabkan munculnya kegelisahan dan kekacauan di dalam negeri. Ini disebabkan

Lebih terperinci