BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang yang berangkat dari keterbelakangan, adalah salah satu negara yang menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan Jepang telah maju sejak sebelum zaman Meiji. Di bawah kekuasaan Shogun Tokugawa, anak-anak dari golongan samurai telah menerima pendidikan di sekolah-sekolah han. Pada periode ini, sistem pendidikan juga berkembang tidak hanya pada anak-anak dari golongan Samurai (6-7% dari populasi), tetapi juga anak laki-laki dan perempuan dari golongan lain (80% adalah petani dan pedagang). Keluarga-keluarga petani dan pedagang ini menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah swasta yang disebut terakoya ( 寺子屋 ) yang memberikan pengetahuan untuk membaca, menulis dan berhitung. Jumlah persentasi anak-anak yang dapat membaca cukup tinggi yaitu sekitar 40% anak laki-laki dan 15% anak perempuan. Perkembangan pendidikan pada periode ini cukup memberikan sumbangan besar untuk laju modernisasi Jepang pada periode berikutnya yaitu Zaman Meiji (Richard,1993:245). Sejak awal reformasi pendidikan tahun 1872, pemerintah memegang peran utama dalam menawarkan pendidikan modern bagi anak-anak tanpa memandang status yang dulu mereka punyai pada zaman Tokugawa. Pada tahun 1871, Kementrian Pendidikan (Monbusho) dibentuk dan menyusun suatu rencana sistem pendidikan. Berdasarkan rencana itu didirikan sekitar Sekolah Dasar di seluruh kota pada tahun Selain itu Kementrian Pendidikan juga mengumumkan suatu sistem

2 2 sekolah yang disebut gakusei ( 学生 ), yang mewajibkan semua anak laki-laki dan perempuan berusia enam sampai sepuluh tahun untuk mengikuti pendidikan formal empat tahun. Pada mulanya pemerintah membebankan biaya pendidikan kepada orang tua siswa. Namun ternyata dalam pelaksanaannya terdapat masalah-masalah antara lain meningkatnya jumlah anak yang tidak dapat masuk sekolah dikarenakan tidak sanggup membayar biaya sekolah yang besarnya sepuluh kali lipat dibandingkan biaya pendidikan di terakoya, gagasan gakusei terlalu modern untuk rakyat Jepang yang dibesarkan dalam sistem kelas sosial yang lama dan masalah terbesar yang dihadapi oleh pemerintah pada saat itu adalah kesulitan ekonomi karena banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun kembali kerusakan-kerusakan akibat perang, membantu membiayai kehidupan bekas kaum samurai dan lain-lain (Katsumi, 1961: ). Akhirnya pada tahun 1879 gakusei dihentikan pelaksanaannya dan digantikan oleh Peraturan Pendidikan atau Kyouiku Rei ( 教育礼 ) yang menetapkan wajib belajar tiga tahun. Pada tahun 1907, pendidikan wajib diperpanjang menjadi enam tahun berdasarkan Revisi Undang-undang Sekolah Dasar. Menjelang awal abad ke-20, sekitar 90% anak usia sekolah mengikuti pendidikan tersebut. Pada prinsipnya, pendidikan pada waktu itu menggunakan pendekatan egalitarian yaitu pendekatan yang memandang bahwa semua orang sama. Pendidikan diberikan pada semua orang tanpa memandang jenis kelamin maupun kemampuan finansial (Cummings,1992:20). Sesudah Jepang kalah perang dalam Perang Dunia II, terjadi reformasi pendidikan lagi pada tahun 1947 yaitu suatu sistem pendidikan baru dengan program pendidikan wajib sembilan tahun (gimu kyoiku) yang terdiri dari pendidikan Sekolah Dasar enam tahun dan Sekolah Menengah Pertama tiga tahun. Selanjutnya disediakan

3 3 juga Sekolah Menengah Umum tiga tahun serta pendidikan akademi dua tahun dan universitas empat tahun. Sistem pendidikan tersebut dibuat seperti model sistem Amerika yang menekankan pada pendidikan bagi setiap orang. Pendidikan sekolah di Jepang ditetapkan berdasarkan ketetapan-ketetapan dalam Garis-Garis Besar Program Pendidikan Sekolah (Gakushushidouryou) yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Jepang (Monbushou) berdasarkan Undang- Undang Dasar tahun Pada pasalnya yang ke-26 dicantumkan bahwa, semua warga negara Jepang berhak untuk mendapatkan pendidikan sekolah yang diberikan oleh pemerintah secara cuma-cuma dan setiap orang tua wajib menyekolahkan anaknya pada usia sekolah (Nihonkoku Kempou,1946). Sampai pada tahun 1958, program pendidikan sekolah Jepang diatur oleh pemerintah pusat melalui Departemen Pendidikan Nasional. Kemudian setelah tahun 1958, setiap sekolah diberi wewenang untuk mengembangkan kurikulum pendidikan sekolah yang disesuaikan dengan minat dan kepentingan baik anak maupun masyarakat yang tinggal di daerah itu. Pemerintah pusat Jepang memberikan otonomi pada pemerintah daerah melalui sekolah-sekolahnya untuk mengembangkan kurikulum dasar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sesuai dengan kebutuhan pendidikan di masingmasing daerah. Dengan sistem pengajaran yang menarik perhatian anak sebagai murid, diharapkan anak dapat menyerap ilmu pengetahuan yang didapat. Proses pendidikan pada setiap anak seusianya dialami sama oleh setiap anak Jepang didalam kehidupan sekolah. Mereka menjalani kehidupan sekolah yang sama dengan sistem pendidikan dibawah naungan Monbusho, tetapi proses pengembangan belajar-mengajarnya diserahkan kepada masing-masing wilayah dan sekolahnya sesuai dengan kebutuhan wilayah, sekolah dan anak-anaknya. Pemerintah Jepang mengarahkan sistem

4 4 pendidikan secara komprehensif kepada setiap murid untuk menjadikan anak Jepang tumbuh sehat secara fisik maupun mentalnya (Madubrangti, 1999:8). Di dalam kurikulum pendidikan sekolah tahun 1998, dikatakan bahwa setiap sekolah wajib membuat rencana program belajar-mengajar yang berhubungan dengan pengalaman, keinginan dan kebutuhan anak di dalam kehidupannya. Anak-anak secara aktif dilibatkan kedalam kegiatan mengatur, merencanakan serta menjalankan proses belajar-mengajar (Monbusho,1999). Kurikulum pendidikan sekolah dasar-menengah di Jepang dikelompokkan kedalam program pendidikan yang terdiri dari: (1) pelajaran dasar umum (kihongo kyoka), yaitu pelajaran bahasa (kokugo), bahasa inggris (eigo), masyarakat (shakai), matematika (sugaku), Ilmu Pengetahuan Alam (rika); lalu (2) pendidikan moral (doutoku kyoiku); (3) kegiatan kekhususan (tokubetsu katsudou); dan (4) muatan lokal (sougouteki gakushuu). Sebelum dimulainya Restorasi Meiji, Jepang adalah sebuah negara yang terisolasi. Di bawah pemerintahan Tokugawa, Jepang mulai melaksanakan politik isolasi mulai tahun 1600 sampai dengan sekitar tahun Pada jaman itu Jepang menikmati kedamaian akan tetapi hanya sedikit sekali kemajuan yang dicapai dalam masa itu. Sementara itu dunia Barat melaksanakan industrialisasi dengan cepatnya, menciptakan organisasi-organisasi baru baik sosial maupun ekonomi. Perkembangan ini tidak banyak diketahui oleh bangsa Jepang sampai saat kapal-kapal perang Komodor Perry masuk teluk Edo dan melepaskan beberapa tembakan peringatan dari meriam-meriamnya. Melihat ketertinggalan bangsa Jepang dengan dunia luar, akhirnya setelah melalui pertikaian-pertikaian, Rezim Tokugawa pun dapat ditumbangkan dan dimulailah Restorasi Meiji pada tahun Pemerintahan Meiji mulai mengejar ketertinggalannya dari Barat. Mereka mulai menjalankan kepemimpinan yang kuat dengan menanamkan

5 5 gagasan teknologi Barat dan semangat Timur ke dalam hati rakyat Jepang. Kekuatan bangsa Jepang bertambah besar, persatuan rakyat semakin kokoh dan perekonomian pun mulai berkembang (Cummings, 1992:19). Tetapi dengan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, cukup melumpuhkan ekonomi Jepang secara total. Produksi di sektor pertambangan dan manufaktur tinggal sepertujuh dari tingkat tahun Sebagai akibat perang, Jepang kehilangan 44% dari wilayahnya dan dengan demikian 36% dari sumber pendapatan nasionalnya hilang. Kekurangan pangan menjadi genting dan pemulihan setelah perang mengalmai kesulitan-kesulitan yang luar biasa. Tetapi berkat bimbingan yang baik dari Markas Besar Tentara Sekutu, ditambah dengan usaha rakyat Jepang yang tidak kenal lelah, inflasi dapat dikendalikan. Beberapa tindakan yang dilakukan oleh Markas Besar Tentara Sekutu adalah membubarkan Zaibatsu (kekuatan monopoli) dan mendorong desentralisasi dari bisnis, reformasi kepemilikan tanah, dan memberikan hak-hak bagi kaum pekerja. Pasca Perang Dunia II, Jepang pun mulai bangkit dari kekalahannya dan mulai membuktikan diri bagi dunia internasional. Tingkat pertumbuhan Jepang perlahan-lahan mulai meningkat dan pada awal tahun 60-an pertumbuhan ekonomi Jepang mulai menarik perhatian dunia (Ravianto,1986:90) Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jepang, perusahaan-perusahaan besar di Jepang pun mulai berekspansi ke negara-negara tetangga salah satunya adalah di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan di Jepang mulai membangun kembali usaha-usahanya yang telah mereka dirikan sebelum Perang Dunia II. Mereka mulai mendirikan pabrik-pabrik dan mengirimkan orang-orang Jepang ke negara tersebut. Jumlah orang-orang Jepang yang bekerja di negara tersebut pun terus bertambah seiring dengan bertambahnya perusahaan-perusahaan Jepang yang melakukan ekspansi. Orang-

6 6 orang Jepang yang bekerja ini mulai membentuk komunitas mereka sendiri. Mereka tidak bergabung dengan orang-orang dari negara tempat mereka bekerja, tetapi mereka mulai bergabung dengan Perhimpunan Orang Jepang yang telah terbentuk lama sebelum Perang Dunia I. Perhimpunan Orang Jepang ini merupakan komunitas tempat orangorang Jepang untuk berkumpul. Perhimpunan ini pertama kali didirikan di Singapura pada tahun Tujuan utama dari perhimpunan ini adalah menjadi wadah untuk menggalang sikap persahabatan dan pertukaran informasi di antara orang-orang Jepang di negara tersebut. Tetapi peranan paling penting yang dimainkan oleh Perhimpunan Orang Jepang adalah mendirikan dan mengurus sekolah Jepang (Hirashi, 1998:23). Sekarang ini sekolah-sekolah Jepang untuk anak-anak dari orang-orang Jepang yang bekerja di luar Jepang sudah banyak didirikan di antaranya di Singapura yang merupakan sekolah Jepang terbesar diluar Jepang. Ada juga di Filipina, Malaysia, Thailand serta juga di Jakarta yakni Jakarta Japanese School yang selanjutnya penulis akan menyebutnya dengan JJS. Dengan dibukanya sekolah-sekolah Jepang ini maka orang-orang Jepang yang bekerja di luar Jepang tidak perlu khawatir akan pendidikan anaknya. Karena apa yang dikehendaki orang-orang Jepang ini bagi pendidikan anakanaknya adalah bukan pendidikan umum atau lokal, tetapi pendidikan dengan standar sistem Jepang, sehingga ketika mereka kembali lagi ke Jepang anak-anaknya tetap dapat mengikuti pelajaran di Jepang. Sekolah-sekolah Jepang ini diakui oleh Kementrian Pendidikan Jepang (Monbukagaku sho). Kurikulumnya pun mengikuti kurikulum yang ada di Jepang serta guru-guru yang mengajar pun berasal dari Jepang. Ijazah yang didapatkan dari lulusan sekolah Jepang ini pun mempunyai validitas sama dengan yang diterbitkan oleh sekolah di Jepang. Dana yang digunakan untuk dapat membangun sekolah-sekolah Jepang ini didapat dari partisipasi dan sumbangan perusahaan-

7 7 perusahaan Jepang yang membangun perusahaannya di negara tersebut. Setiap perusahaan Jepang ini diharuskan untuk memberikan sumbangan untuk membantu kelangsungan sekolah-sekolah Jepang ini. 1.2 Rumusan Permasalahan Hal yang membedakan sekolah Jepang yang berada di negara lain dengan sekolah Jepang yang berada di Jepang adalah pendidikan moral (doutoku kyouiku), pelajaran kegiatan kekhususan (tokubetsu katsudou) dan muatan lokal (sougouteki gakushuu). Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan setiap kebudayaan negara maupun lingkungan tempat sekolah Jepang itu berada. Selain itu setiap sekolah Jepang yang berada di luar negara Jepang hanya dilaksanakan sampai pada tingkat SMP karena sistem pendidikan Jepang yang menganut pendidikan wajib sembilan tahun (gimu kyoiku) (Madubrangti, 1999:155). Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui apakah pelajaran tokubetsu katsudou yang diajarkan di sekolah Jepang yang berada di luar negara Jepang, khususnya di Jakarta Japanese School, berpengaruh terhadap pendidikan siswa-siswi Jepang yang dulunya pernah bersekolah di Jepang. Perbedaan antara pelajaran tokubetsu katsudou yang diajarkan di sekolah Jepang dengan yang diajarkan di JJS terletak pada perbedaan kebudayaan yang ada antara kedua negara tersebut. Pelajaran yang diberikan pada tokubetsu katsudou ini disesuaikan dengan kebutuhan setiap sekolah di masing-masing tempat dimana sekolah berada untuk dikembangkan bagi keperluan setiap siswa.

8 8 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan meneliti peranan pelajaran tokubetsu katsudou terhadap pendidikan siswa-siswi Jepang yang bersekolah di Jakarta Japanese School, yang selanjutnya akan disebut penulis dengan JJS. Pendidikan yang dimaksud di sini dibatasi pada kondisi fisik anak, tingkat kemandirian, hubungan anak dengan orang tua, guru dan teman sekolahnya, tingkat kekreatifan anak serta tingkat keterlibatan anak dalam aktivitas sekolahnya. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah ingin mengetahui: 1. Apakah pelajaran tokubetsu katsudou yang diajarkan di JJS berpengaruh terhadap pendidikan siswa-siswi Jepang? 2. Apakah terdapat perbedaan dalam hal pendidikan anak? Yang dimaksud dengan pendidikan di sini dibatasi pada kondisi fisik, tingkat kemandirian, hubungan anak dengan orang tua, guru dan teman sekolahnya, tingkat kekreatifan anak serta tingkat keterlibatan anak dalam aktivitas sekolah ketika anak-anak bersekolah di Jepang dan saat sekarang ini bersekolah di JJS. 3. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh siswa-siswi ini dalam menyesuaikan diri dengan perbedaan kebudayaan yang ada? 4. Bagaimana para orangtua melihat pelajaran tokubetsu katsudou berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anaknya di sekolah yang baru tersebut? Manfaat penelitian ini adalah agar dapat mengerti hal-hal yang dihadapi oleh anak-anak Jepang yang bersekolah di sekolah Jepang yang berada di luar Jepang. Adapun penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya terbatas, karena pemilihan

9 9 kelompok yang terbatas (siswa-siswi yang bersekolah di JJS saja). Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan secara umum, tapi dapat digunakan sebagai masukan bagi yang berkepentingan. 1.5 Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif dan penelitian lapangan melalui penyebaran angket yang diberikan kepada orangtua dari siswa-siswi yang bersekolah di JJS, Bintaro, Tangerang. Buku-buku referensi yang digunakan merupakan koleksi Perpustakaan Sastra Universitas Indonesia, Perpustakaan Pusat Studi Jepang, Perpustakaan Kajian Wilayah Jepang, Perpustakaan The Japan Foundation, dan koleksi pribadi. Adapun data-data statistik yang dimuat dalam skripsi ini sebagian besar diperoleh dari media internet untuk mendapatkan datadata terbaru. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dengan urutan bab sebagai berikut : BAB 1 Pendahulan. Bab ini memuat uraian Latar Belakang, Rumusan Permasalahan, Ruang Lingkup Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB 2 Landasan Teori. Bab ini penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan pendidikan yaitu teori dari Kazuhiro, Suparlan dan Sasaki. BAB 3 Analisis Data. Bab ini memuat uraian tentang pendidikan siswa Jepang yang bersekolah di JJS. BAB 4 Simpulan dan Saran. Bab ini memuat kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi. BAB 5 Ringkasan. Bab ini memuat ringkasan dari semua bab.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dimulainya pemerintahan Meiji (1868-1912) negara Jepang terus mengadakan pembaharuan agar dapat sejajar dengan Negara Barat. Pemerintah menerapkan kebijakan negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut, antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut, antara BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, baik skripsi maupun hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai tradisional, terutama dalam hal perkawinan. Perkawinan Jepang berdasarkan

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah, kekaisaran Jepang beberapa kali mengalami masa pasang surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji (1868-1912) dan Kaisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan menurunnya angka kelahiran adalah permasalahan yang banyak dialami negara maju, salah satu negara yang mengalaminya adalah Jepang. Jepang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka merupakan hasil penelaahan terhadap sumber-sumber yang diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan berfikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 370.000 km 2. Kepulauan Jepang terletak

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Sogo Shosha dalam Perkembangan Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II (1952-. Kesimpulan tersebut

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju Bab 5 Ringkasan Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju namun Jepang pernah menjadi negara yang terisolasi dari masuknya unsur-unsur asing atau yang lebih dikenal dengan politik

Lebih terperinci

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

1 BAB I 2 PENDAHULUAN 1 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2.1 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik yang terjadi antara dua negara tentu dapat meningkatkan keuntungan antara kedua belah pihak negara dan berjalan dengan lancar.

Lebih terperinci

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-25 Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah kehancuran fisik diperkirakan sama dengan kira-kira dua kali GNP untuk 1948 s/d

I. PENDAHULUAN. Jumlah kehancuran fisik diperkirakan sama dengan kira-kira dua kali GNP untuk 1948 s/d I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang Dunia II dapat dikatakan melumpuhkan ekonomi Jepang secara total. Produksi di sektor pertambangan dan manufaktur tinggal sepertujuh dari tingkat tahun 1941.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju namun Jepang pernah menjadi negara yang terisolasi dari masuknya unsur-unsur asing atau yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI. astronomis, Jepang berada antara 30 LU - 46 LU dan 128 BT 179 BT. Luas

BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI. astronomis, Jepang berada antara 30 LU - 46 LU dan 128 BT 179 BT. Luas BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI 2.1 Geografi Jepang Jepang merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Timur, tepatnya terletak di sebelah Timur daratan Semenanjung Korea. Secara astronomis,

Lebih terperinci

Jepang Abad NIHON/NIPPON I

Jepang Abad NIHON/NIPPON I Jepang Abad 18-19 NIHON/NIPPON I Sejarah Asia Timur Pendidikan Sejarah Pertemuan 12,13 Rhoma Dwi Aria Yuliantri, M. Pd Email: ariayuliantri@uny.ac.id Abad 18 Shogun ke delapan Eyoshimune, keadaan ekonomi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya. Untuk mengarahkan deskripsi kepada kesimpulan penelitian terhadap respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pendidikan di Jepang merupakan salah satu kunci keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pendidikan di Jepang merupakan salah satu kunci keberhasilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi pendidikan di Jepang merupakan salah satu kunci keberhasilan negara ini baik di bidang ekonomi, teknologi, dan industri. Awal pendidikan formal di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak membawa sukses yang besar dibandingkan dengan penyebaran yang dilakukannya di negara Asia

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Sugono, 2008). Menurut pendapat Anastasia (2007:

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Konsep Kyouiku Mama yang

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Konsep Kyouiku Mama yang Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Konsep Kyouiku Mama yang Tercermin Dari Tokoh Saionji Fumie Dalam Drama Juken no Kamisama Bab pertama, yaitu Pendahuluan, berisi tentang latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. DAFTAR PUSTAKA Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. Kusuma Aprilyna.2011.Dampak Perubahan Undang-Undang Tentang Pendidikan Wanita Terhadap Kemajuan Jepang.Skripsi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai. kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai. kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan pesaing berat dalam bidang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no Tatakai) pada tahun 1600, menjadikan Tokugawa Ieyasu sebagai shogun 1 dan tanda dimulainya Tokugawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

Kemitraan Dalam. Ringkasan Laporan 2012/2013

Kemitraan Dalam. Ringkasan Laporan 2012/2013 Kemitraan Dalam Membangun Masa Depan BERSAMA di Asia Ringkasan Laporan 2012/2013 YAYASAN TEMASEK Yayasan Temasek adalah organisasi kemanusiaan Singapura yang didirikan oleh Temasek, sebuah perusahaan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara yang menjadi bagian dari Perang Dunia II dan mengalami kekalahan. Kekalahan ini yang menyebabkan ekonomi Jepang memburuk, karena dua

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN, SUPERVISI, DAN LINGKUNGAN KERJA KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MBS PADA SMP DI SURAKARTA

PENGARUH KEMAMPUAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN, SUPERVISI, DAN LINGKUNGAN KERJA KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MBS PADA SMP DI SURAKARTA PENGARUH KEMAMPUAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN, SUPERVISI, DAN LINGKUNGAN KERJA KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MBS PADA SMP DI SURAKARTA TESIS Disusun Oleh : AMIR SUHADAK NIM : Q. 10004018

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini

BAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Masyarakat merupakan komponen besar dan kompleks dalam pembicaraan tentang kehidupan sosial. Di dalamnya ditemukan berbagai keberagaman pikiran dan perilaku. Keterkaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

ABSTRAK PEMERINTAHAN REZIM SHOGUN TOKUGAWA YANG TERAKHIR

ABSTRAK PEMERINTAHAN REZIM SHOGUN TOKUGAWA YANG TERAKHIR ABSTRAK PEMERINTAHAN REZIM SHOGUN TOKUGAWA YANG TERAKHIR Pada zaman Edo, pemerintahan Negara Jepang berada di bawah kendali Shogun Tokugawa. Akan tetapi, pimpinan tertinggi di jepang bukan Shogun tokugawa,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang,jika dilihat dari segi geografis, merupakan salah satu negeri yang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang,jika dilihat dari segi geografis, merupakan salah satu negeri yang Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Jepang,jika dilihat dari segi geografis, merupakan salah satu negeri yang berdekatan dengan China. Tak jarang kebudayaan yang dipahami oleh masyarakat Jepang merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II menyebabkan negara ini kehilangan kedaulatannya dan dikuasai oleh Sekutu. Berdasarkan isi dari Deklarasi Potsdam, Sekutu sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ). BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Gaya hidup masyarakat di Indonesia mulai berubah seiring dengan perkembangan zaman, salah satunya yang sedang maraknya kehidupan berkarir yang dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan November 1867, Tokugawa Yoshinobu mengembalikan pemerintahan kepada kaisar ( tenno ). Ini berarti jatuhnya bakufu yang sampai saat itu dikuasai oleh keluarga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kunci dalam setiap pembicaraan tentang pertumbuhan ekonomi. Menurut penggunaannya investasi diartikan sebagai pembentukan modal

Lebih terperinci

Manajemen Mutu Pendidikan

Manajemen Mutu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan Pengertian Mutu Kata Mutu berasal dari bahasa inggris, Quality yang berarti kualitas. Dengan hal ini, mutu berarti merupakan sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Beberapa negara di dunia menganut konsep patriaki, menurut Bhasin (Kartika, 2014:2), Jepang juga termasuk sebagi negara kapitalis yang menganut konsep patriaki di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

Tinjauan Sosiologi Terhadar Perilaku Homoseksual Samurai pada Keshogunan Tokugawa dalam Film Ooku Karya Fuminori Kaneko JOURNAL

Tinjauan Sosiologi Terhadar Perilaku Homoseksual Samurai pada Keshogunan Tokugawa dalam Film Ooku Karya Fuminori Kaneko JOURNAL Tinjauan Sosiologi Terhadar Perilaku Homoseksual Samurai pada Keshogunan Tokugawa dalam Film Ooku Karya Fuminori Kaneko JOURNAL BY Erfamia, Lislillah Rininta NIM 105110209111015 STUDY PROGRAM OF JAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendudukan Jepang di Indonesia merupakan bagian dari rangkaian politik imperealismenya di Asia Tenggara. Kedatangannya di Indonesia merupakan bagian dalam usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengurangi kemiskinan. Namun pertumbuhan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengurangi kemiskinan. Namun pertumbuhan ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara sedang berkembang (NSB) yang memiliki berbagai masalah ekonomi. Kemiskinan adalah salah satu masalah ekonomi di Indonesia yang sulit dipecahkan

Lebih terperinci

TUGAS IPS INTERAKSI ANTAR RUANG DALAM KAWASAN ASIA TENGGARA

TUGAS IPS INTERAKSI ANTAR RUANG DALAM KAWASAN ASIA TENGGARA TUGAS IPS INTERAKSI ANTAR RUANG DALAM KAWASAN ASIA TENGGARA A. Pengertian Interaksi Antar Ruang Interaksi berasal dari kata interaction (bahasa inggris) yang berarti suatu tindakan(action). Ruang merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 (Penelitian Naturalistis Fenomenologis di SMK Negeri 1 Ambal) TESIS Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan Tokugawa di Edo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika Komodor Matthew Perry berhasil memaksa Jepang keluar dari masa

BAB I PENDAHULUAN. Ketika Komodor Matthew Perry berhasil memaksa Jepang keluar dari masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ketika Komodor Matthew Perry berhasil memaksa Jepang keluar dari masa isolasi, menyebabkan munculnya kegelisahan dan kekacauan di dalam negeri. Ini disebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BISNIS MILITER DI THAILAND PASKA KRISIS EKONOMI ASIA TAHUN RESUME

BISNIS MILITER DI THAILAND PASKA KRISIS EKONOMI ASIA TAHUN RESUME BISNIS MILITER DI THAILAND PASKA KRISIS EKONOMI ASIA TAHUN 1998-2004 RESUME Disusun oleh : Budi Septiawan (151040062) JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kedatangan Para Misionaris Portugis 1.1.1.1Zaman Momoyama Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai mencoba menanamkan pengaruh

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 Nama Guru :... NIP/NIK :...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 Nama Guru : Rina Suryati,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI 2.1. Faktor-Faktor Yang Mendorong Timbulnya Restorasi Meiji A. Keadaan Pemerintah Sebelum Restorasi Meiji Pada zaman Meiji, kekuasaan pemerintah sepenuhnya

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam proses perkembangan peserta didik. Pendidikan juga sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam baru dapat

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

Undang-undang Dasar Jepang UUD Jepang saat ini merupakan hasil amandemen dari Undang-undang Kekaisaran

Undang-undang Dasar Jepang UUD Jepang saat ini merupakan hasil amandemen dari Undang-undang Kekaisaran Pemerintahan Jepang Gedung Diet Undang-undang Dasar Jepang UUD Jepang saat ini merupakan hasil amandemen dari Undang-undang Kekaisaran Jepang yang berlaku hingga tahun 1946. UUD yang sekarang diumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap invidu dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. setiap invidu dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan berkembangnya zaman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berhitung merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap invidu dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan berkembangnya zaman yang modern,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut data BPS Kota Padang dalam angka 2016, angka harapan hidup Kota

BAB I PENDAHULUAN. menurut data BPS Kota Padang dalam angka 2016, angka harapan hidup Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harapan hidup merupakan suatu pencapaian didalam kehidupan manusia, menurut data BPS Kota Padang dalam angka 2016, angka harapan hidup Kota Padang dari tahun 2012

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior EF English First. Pendidikan merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior EF English First. Pendidikan merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior EF English First Pendidikan merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kemampuan setiap individu. Banyak pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu program pendidikan non formal dan dalam rangka ikut

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu program pendidikan non formal dan dalam rangka ikut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu program pendidikan non formal dan dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan anak bangsa serta usaha melestarikan program pendidikan non formal

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ungkapan modernisasi sangat sulit didefinisikan karena mempunyai cakupan yang sangat luas dan selalu berganti mengikuti perkembangan zaman sehingga pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan di Indonesia menjadi masalah umum yang hangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan di Indonesia menjadi masalah umum yang hangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerataan pendidikan di Indonesia menjadi masalah umum yang hangat dibicarakan dalam masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Sejak dicetuskan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua dasawarsa terakhir ini dimana jarak geografis dan budaya suatu negara dengan negara lainnya semakin

Lebih terperinci

JEPANG. Part IV Edo - Meiji

JEPANG. Part IV Edo - Meiji JEPANG Part IV Edo - Meiji Perkembangan Kondisi Masyarakat Edo Perang seratus tahun justru mendorong perekonomian Jepang Sumber Kekayaan : tanah/pertanian (samurai) dan berdagang Kelas Penguasa : Shogun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham demokrasi, sehinggga semua kewenangan adalah dimiliki oleh rakyat. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas,

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas, BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Suatu negara dan bangsa akan menjadi negara dan bangsa yang maju apabila rakyatnya

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak

Bab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara yang memiliki banyak budaya yang telah diterapkan oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia selalu memiliki kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan kebutuhan tersebut kemudian dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kualitas hidup. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kualitas hidup. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas hidup adalah istilah yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan. Kesejahteraan menggambarkan seberapa baik perasaan seseorang terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan dalam bab ini mencakup beberapa subbab antara lain Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Penelitian serta Sistematika Penulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hakekat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan Manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hakekat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan Manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan sebuah Negara sangat ditentukan dari sektor perindustrian, tak terkecuali juga di Indonesia. Pertumbuhan industri di Indonesia dimulai pada tahun 1967,

Lebih terperinci

BAB II RESTORASI MEIJI ATAU MODERNISASI JEPANG. Edo. Zaman Edo ( ) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh

BAB II RESTORASI MEIJI ATAU MODERNISASI JEPANG. Edo. Zaman Edo ( ) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh BAB II RESTORASI MEIJI ATAU MODERNISASI JEPANG 2.1 Runtuhnya Pemerintahan Tokugawa Berbicara mengenai Tokogawa, maka sangat erat kaitannya dengan zaman Edo. Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat

Lebih terperinci

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya

Lebih terperinci