BAB I PENDAHULUAN. berhasil mempersatukan provinsi-provinsi di Jepang. Toyotomi Hideyoshi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. berhasil mempersatukan provinsi-provinsi di Jepang. Toyotomi Hideyoshi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toyotomi Hideyoshi merupakan pemimpin Jepang di zaman Azuchi Momoyama ( ) yang berhasil mendirikan pemerintahan pusat setelah berhasil mempersatukan provinsi-provinsi di Jepang. Toyotomi Hideyoshi mengambil alih kekuasaan setelah peristiwa pembunuhan Oda Nobunaga oleh Akechi Mitsuhide. Toyotomi Hideyoshi yang menggantikan Oda Nobunaga, melanjutkan usahanya untuk menyatukan bangsa Jepang. Toyotomi Hideyoshi berhasil membangun sebuah puri (kastil) besar di Osaka pada tahun 1583 dan meletakkan dasar-dasar perkembangan kota Osaka menjadi kota metropolitan. Dalam usahanya menggalang kekuatan, Toyotomi Hideyoshi mengumpulkan kekuatan-kekuatan militer sehingga tugasnya untuk mempersatukan seluruh negeri di bawah satu kekuasaan yang terpusat dapat dikatakan berhasil seluruhnya dalam tahun 1590 (Mattulada, 1979:102). Toyotomi Hideyoshi lahir tahun 1536 di Nakamura. Dalam novel diceritakan sejak kecil Toyotomi Hideyoshi bertekad ingin menjadi seorang pemimpin di Jepang. Walaupun Toyotomi Hideyoshi bukan berasal dari kaum bangsawan dan tidak berpendidikan, Toyotomi Hideyoshi tidak membiarkan segala kekurangan dalam dirinya untuk menentukan nasibnya. Ambisinya dapat tercapai menjadi seorang daijodaijin. Toyotomi Hideyoshi adalah orang pertama 1

2 2 yang mendapat gelar daijodaijin tanpa adanya ikatan hubungan darah atau kekeluargaan dengan kaum bangsawan. Toyotomi Hideyoshi merupakan anak dari seorang petani miskin yang berhasil mempersatukan Jepang dan memegang kekuasaan tertinggi di Jepang. Eksistensi Toyotomi Hideyoshi dalam mencapai posisi ini merupakan akibat dari kerja kerasnya, bukan melalui silsilah. Dalam perjalanan menuju puncak kepemimpinan, Toyotomi Hideyoshi berpegang teguh pada prinsip-prinsipnya. Eksistensi Toyotomi Hideyoshi dalam usahanya meneruskan visi dari Oda Nobunaga untuk mempersatukan seluruh wilayah Jepang terlihat dalam tiga tahun setelah kematian Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi menguasai setengah wilayah Jepang yang merupakan daerah terpadat dan juga terkaya, termasuk wilayah seluas kilometer persegi yang belum pernah terjamah pengaruh Oda Nobunaga. Semangat Toyotomi Hideyoshi dalam menjalankan kehidupannya sangat mengagumkan. Beranjak dari kemiskinan saat negara dalam kekacauan, Toyotomi Hideyoshi mampu menjadi pemimpin tertinggi Jepang dan menyatukan negeri. Novel ini berlatar belakang sejarah yang menceritakan mengenai eksistensi Toyotomi Hideyoshi dalam usahanya meneruskan visi dari Oda Nobunaga untuk mempersatukan seluruh wilayah Jepang. Berkat usahanya yang keras, Toyotomi Hideyoshi akhirnya mencapai puncak kekuasaan sekaligus menyatukan negeri Jepang yang telah mengalami perang saudara selama lebih dari seratus tahun. Novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku ini dipilih sebagai objek penelitian karena usaha Toyotomi Hideyoshi dalam mempersatukan seluruh wilayah Jepang

3 3 yang mengalami perang berkepanjangan. Alasan lain dipilihnya novel ini sebagai objek penelitian adalah novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku menggambarkan dengan jelas eksistensi Toyotomi Hideyoshi dalam menjalani kehidupannya. Penggambaran kisah hidup Toyotomi Hideyoshi dalam novel ini menempatkan pesan moral dalam setiap konflik yang muncul. Toyotomi Hideyoshi mampu mengubah takdir kemiskinan menjadi kemujuran. Toyotomi Hideyoshi tidak menjadikan kekurangan dalam dirinya untuk menentukan jalan hidupnya. Toyotomi Hideyoshi terus memupuk semangat untuk menjadi seorang pemimpin dengan mengandalkan otak daripada tubuh, akal daripada senjata, strategi dan logistik daripada tombak. Seiring berjalannya waktu, Toyotomi Hideyoshi mampu menapaki hidup dari seorang petualang menjadi pemegang kedaulatan tertinggi di Jepang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah eksistensi Toyotomi Hideyoshi dalam novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku? 2. Bagaimanakah runtuhnya kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi dalam novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku?

4 4 1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Masing-masing tujuan dijelaskan sebagai berikut Tujuan Umum Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam menganalisis novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku adalah untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra dan memberikan informasi kepada pembaca mengenai eksistensi Toyotomi Hideyoshi dalam novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku. Dengan menganalisis novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai salah satu langkah untuk mengapresiasikan dan mengembangkan ilmu, khususnya di bidang studi sastra Tujuan Khusus Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas, tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui eksistensi Toyotomi Hideyoshi dalam novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku. 2. Untuk mengetahui runtuhnya kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi dalam novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku.

5 5 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Masing-masing manfaat tersebut dijelaskan sebagai berikut Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya perkembangan ilmu sastra serta menghasilkan referensi baru dalam menganalisis karya sastra Jepang, khususnya novel, dan juga dapat menjadi bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai eksistensi Toyotomi Hideyoshi dan proses runtuhnya kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi yang tercermin dalam novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku karya Kitami Masao Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka diperlukan adanya pembatasan ruang lingkup penelitian. Penelitian ini hanya akan menganalisis eksistensi Toyotomi Hideyoshi dan proses runtuhnya kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi dalam novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku karya Kitami Masao.

6 6 1.6 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data tertulis, yaitu sebuah novel yang berjudul Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku karya Kitami Masao. Novel ini diterbitkan di Tokyo, Jepang pada tahun 2005 dengan jumlah 221 halaman yang diterbitkan oleh Gentosha. 1.7 Metode dan Teknik Penelitian Adapun metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Metode dan Teknik Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data digunakan metode studi pustaka, yaitu sebuah metode dengan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, dengan membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:03). Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku. Teknik pengumpulan data adalah membaca sumber data kemudian mencatat data yang sesuai dengan rumusan masalah. Sebagai langkah awal penelitian ini, dilakukan pengumpulan data yang sesuai dengan rumusan masalah dengan cara membaca sumber data terlebih dahulu, kemudian semua data yang diperoleh dibaca dan dicatat untuk mempermudah pengolahan data dalam menyusun penelitian ini.

7 Metode dan Teknik Analisis Data Dalam tahap ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis (Ratna, 2006:49), yaitu metode analisis dengan menguraikan dan memberikan penjelasan mengenai fakta-fakta yang ada. Data terkait yang menggambarkan mengenai eksistensi Toyotomi Hideyoshi dan proses yang menyebabkan runtuhnya kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi, diklasifikasikan kemudian dipaparkan secara terperinci. Selanjutnya dianalisis menggunakan teori eksistensialisme untuk menganalisis eksistensi Toyotomi Hideyoshi dan teori otokratis dan pemimpin otokratis untuk menganalisis kekuasaan yang menyebabkan runtuhnya kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan adalah metode informal yaitu penyajian dengan deskripsi rangkaian kata-kata, bukan dalam bentuk angka-angka. Kemudian data yang telah diolah dan dianalisis tersebut disajikan dengan memaparkan bukti-bukti berupa kutipan-kutipan yang diambil dari dalam novel Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku karya Kitami Masao (Ratna, 2004:49).

ANALISIS STRATEGI PERANG TOYOTOMI HIDEYOSHI UNTUK MEMPERSATUKAN JEPANG DALAM NOVEL THE SWORDLESS SAMURAI KARYA KITAMI MASAO. STIBA Saraswati Denpasar

ANALISIS STRATEGI PERANG TOYOTOMI HIDEYOSHI UNTUK MEMPERSATUKAN JEPANG DALAM NOVEL THE SWORDLESS SAMURAI KARYA KITAMI MASAO. STIBA Saraswati Denpasar ANALISIS STRATEGI PERANG TOYOTOMI HIDEYOSHI UNTUK MEMPERSATUKAN JEPANG DALAM NOVEL THE SWORDLESS SAMURAI KARYA KITAMI MASAO 1) Dian Pramita Sugiarti 2) Kadek Apriliani STIBA Saraswati Denpasar ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman sejarah Jepang yaitu dimulai dari zaman Nara, zaman Heian (794 1192) sampai dengan zaman Meiji (1868 sekarang). Dari urutan-urutan zaman sejarah Jepang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. permasalahan pada penelitian. Berdasarkan sumber referensi yang berhasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. permasalahan pada penelitian. Berdasarkan sumber referensi yang berhasil BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah kajian hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan pada penelitian. Berdasarkan sumber referensi yang berhasil

Lebih terperinci

EKSISTENSI KEKUASAAN TOYOTOMI HIDEYOSHI DALAM NOVEL TOYOTOMI HIDEYOSHI NO KEIEI JUKU KARYA KITAMI MASAO

EKSISTENSI KEKUASAAN TOYOTOMI HIDEYOSHI DALAM NOVEL TOYOTOMI HIDEYOSHI NO KEIEI JUKU KARYA KITAMI MASAO SKRIPSI EKSISTENSI KEKUASAAN TOYOTOMI HIDEYOSHI DALAM NOVEL TOYOTOMI HIDEYOSHI NO KEIEI JUKU KARYA KITAMI MASAO KOMANG TIAS HAPTARI PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan seorang ibu rumah tangga dalam sebuah keluarga di Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan seorang ibu rumah tangga dalam sebuah keluarga di Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan seorang ibu rumah tangga dalam sebuah keluarga di Jepang sangat penting. Seorang istri memiliki peranan melayani suaminya, mengurus orang tua suaminya, merawat

Lebih terperinci

Jepang pada masa sebelum Perang Dunia (PD) II

Jepang pada masa sebelum Perang Dunia (PD) II Kata Pengantar Jepang pada masa sebelum Perang Dunia (PD) II merupakan negara yang menganut sistim kenegaraan monarki absolute, yaitu sebuah negara yang dipimpin langsung oleh Raja. Di Jepang, seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dimulainya pemerintahan Meiji (1868-1912) negara Jepang terus mengadakan pembaharuan agar dapat sejajar dengan Negara Barat. Pemerintah menerapkan kebijakan negara

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH SAMURAI. pergolakan sosial, intrik politik, dan konflik militer hampir konstan yang berlangsung sekitar dari

BAB II SEJARAH SAMURAI. pergolakan sosial, intrik politik, dan konflik militer hampir konstan yang berlangsung sekitar dari BAB II SEJARAH SAMURAI 2.1 Sengoku Jidai Sengoku jidai atau yang disebut juga zaman sengoku dalam sejarah Jepang adalah masa pergolakan sosial, intrik politik, dan konflik militer hampir konstan yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada zaman Heian sangatlah sensitif terhadap perasaan pribadi terutama dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. pada zaman Heian sangatlah sensitif terhadap perasaan pribadi terutama dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kesusastraan zaman Heian cerita yang bertemakan cinta sering kali diekspresikan dalam kata-kata yang dapat membangkitkan emosi dari pembaca. Masyarakat pada saat

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DARI SIMBOL-SIMBOL YANG TERDAPAT PADA YOROI MILIK TOYOTOMI HIDEYOSHI

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DARI SIMBOL-SIMBOL YANG TERDAPAT PADA YOROI MILIK TOYOTOMI HIDEYOSHI ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DARI SIMBOL-SIMBOL YANG TERDAPAT PADA YOROI MILIK TOYOTOMI HIDEYOSHI TOYOTOMI HIDEYOSHI NO YOROI NI OKERU SHINBORU KARA NO SHOUCHOU TEKINA IMI NO BUNSEKI SKRIPSI Skripsi ini diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat mitos tersebut berasal. Tokoh-tokoh dalam mitos umumnya adalah para dewa atau makhluk setengah

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB II TOYOTOMI HIDEYOSHI PADA ZAMAN AZUCHIMOMOYAMA. 2.1 Masuknya Bangsa Asing Pada Zaman Azuchimomoyama

BAB II TOYOTOMI HIDEYOSHI PADA ZAMAN AZUCHIMOMOYAMA. 2.1 Masuknya Bangsa Asing Pada Zaman Azuchimomoyama BAB II TOYOTOMI HIDEYOSHI PADA ZAMAN AZUCHIMOMOYAMA 2.1 Masuknya Bangsa Asing Pada Zaman Azuchimomoyama Pengertian zaman Azuchimomoyama adalah zaman masa-masa yang recok karena semua tuan tanah berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran-pembayaran tanpa batas atas hutang ini disebut gimu. Gimu

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran-pembayaran tanpa batas atas hutang ini disebut gimu. Gimu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi bangsa Jepang, on merupakan rasa berhutang yang utama dan selalu ada dalam kehidupan manusia. Karena adanya rasa berhutang maka orang Jepang merasa berkewajiban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nakane, antropolog dan dosen pensiunan Universitas Tokyo, Totman yang merupakan dosen sejarah dari Universitas Yale, & Ōishi yang merupakan spesialis sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang

Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang Sistem kepemilikan hak atas tanah di Jepang berbeda dengan Eropa (sistem shoen) Biaya untuk Samurai Jepang lebih murah, tanah imbalan untuk samurai lebih kecil daripada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan November 1867, Tokugawa Yoshinobu mengembalikan pemerintahan kepada kaisar ( tenno ). Ini berarti jatuhnya bakufu yang sampai saat itu dikuasai oleh keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah hasil cipta manusia berdasarkan imajinasi. keindahan, maupun sebuah kritikan dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah hasil cipta manusia berdasarkan imajinasi. keindahan, maupun sebuah kritikan dan lain sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah hasil cipta manusia berdasarkan imajinasi maupun pengalaman berdasarkan peristiwa yang dilihat maupun dialami oleh pengarang. Dalam hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA. Taira pada perang Heijin tahun Setelah kekalahan tersebut keluarga

BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA. Taira pada perang Heijin tahun Setelah kekalahan tersebut keluarga BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA 2.1 Awal Munculnya Kekuasaan Shogun Awal munculnya kekuasaan shogun bermula dari konflik antara keluarga Minamoto dan keluarga Taira. Keluarga Minamoto dikalahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara maju, Jepang mengalami banyak fenomenafenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena yang sedang menjamur di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BIOGRAFI, SETTING BIOGRAFI THE SWORDLESS SAMURAI, SOSIOLOGI SASTRA, KEPEMIMPINAN, KARAKTER

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BIOGRAFI, SETTING BIOGRAFI THE SWORDLESS SAMURAI, SOSIOLOGI SASTRA, KEPEMIMPINAN, KARAKTER BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BIOGRAFI, SETTING BIOGRAFI THE SWORDLESS SAMURAI, SOSIOLOGI SASTRA, KEPEMIMPINAN, KARAKTER 1.3 Definisi Biografi Biografi atau riwayat hidup adalah cerita tentang hidup seseorang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam menjalani kehidupannya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departmen ini didirikan untuk melindungi masyarakat dari kejahatan, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Departmen ini didirikan untuk melindungi masyarakat dari kejahatan, sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepolisian Jepang pada tahun 1874 mendirikan sebuah unit Departemen Kepolisian terbesar dengan sebutan Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo. Departmen ini didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya sastra merupakan suatu gambaran dari kehidupan nyata. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya sastra merupakan suatu gambaran dari kehidupan nyata. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra merupakan suatu gambaran dari kehidupan nyata. Oleh karena itu, walaupun suatu karya sastra itu berbentuk fiksi, namun persoalan yang disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih banyak terdapat perang perebutan supremasi kekuasaan di dalam negeri, walaupun kepala pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pendakwah atau da i kepada khalayak atau mad u. Dakwah yang. diperhatikan oleh para penggerak adalah strategi dakwah.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pendakwah atau da i kepada khalayak atau mad u. Dakwah yang. diperhatikan oleh para penggerak adalah strategi dakwah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan proses penyampaian ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur an dan Sunnah secara berkesinambungan. Dakwah seringkali diartikan sebagai proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai sarana menghibur diri bagi pembaca. Sastra dan manusia khususnya pembaca memiliki hubungan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki metode-metode yang absah dan ilmiah, walau tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khasanah pengetahuan suatu masyarakat atau suku bangsa. Kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. khasanah pengetahuan suatu masyarakat atau suku bangsa. Kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sistem simbol yang sangat penting dalam kehidupan dan perkembangan kebudayaan manusia, bahwa di dalam bahasa tersimpan khasanah pengetahuan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia kedudukannya di muka bumi ini, karena interaksinya dengan lingkungan tidak hanya dibekali oleh naluri (insting)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia memerlukan bantuan dan kerja sama dengan manusia lain, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia memerlukan bantuan dan kerja sama dengan manusia lain, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah mampu hidup seorang diri. Sejak lahir hingga dewasa manusia memerlukan bantuan dan kerja sama dengan manusia lain, baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik merupakan bagian penting dari kehidupan manusia dan merupakan situasi yang wajar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra itu sendiri adalah tiruan dari kehidupan (imitation of life). Banyak karya

BAB I PENDAHULUAN. sastra itu sendiri adalah tiruan dari kehidupan (imitation of life). Banyak karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dalam kaitannya dengan realitas kehidupan sangatlah erat, karena sastra itu sendiri adalah tiruan dari kehidupan (imitation of life). Banyak karya sastra yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB V PENUTUP A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian mengenai novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah dan legenda Gunung Kemukus serta implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMK telah selesai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperbincangkan perempuan dan laki-laki. Perempuan selama ini selalu saja

BAB I PENDAHULUAN. memperbincangkan perempuan dan laki-laki. Perempuan selama ini selalu saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gender adalah permasalahan yang sudah menjadi topik umum setiap memperbincangkan perempuan dan laki-laki. Perempuan selama ini selalu saja dianggap sebagai kaum lemah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi (Luxemburg, 1984: 1). Sastra, tidak seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidaklah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif ke dalam bentuk dan struktur bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif ke dalam bentuk dan struktur bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari makin banyaknya masyarakat yang gemar membaca karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan seni cipta antara perpaduan imajinasi pengarang dan pengalaman kehidupan yang ada disekitarnya, mungkin pernah ia alami sendiri. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah hasil karya imajinasi, dan seni kreatif manusia. Sehingga karya sastra mampu menimbulkan imajinasi tertentu pada benak penikmatnya. Sedangkan sebagai

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dan telah diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. F. Latar Belakang Masalah. Perjalanan manusia dalam mengarungi kehidupan tidaklah lurus dan

BAB I PENDAHULUAN. F. Latar Belakang Masalah. Perjalanan manusia dalam mengarungi kehidupan tidaklah lurus dan 1 BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah Perjalanan manusia dalam mengarungi kehidupan tidaklah lurus dan semudah yang diharapkan. Manusia dihadapkan kepada lika-liku kehidupan yang harus mereka tempuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manga merupakan sebutan untuk komik Jepang. Manga adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Manga merupakan sebutan untuk komik Jepang. Manga adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manga merupakan sebutan untuk komik Jepang. Manga adalah suatu gambar yang disusun dengan gambar lain dan diurutkan dengan sengaja untuk menyampaikan informasi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra yang banyak diterbitkan merupakan salah satu bentuk dari berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk seni, tetapi sastra juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Psikologi berasal dari kata Yunani, psycheyang berarti jiwa dan logosyang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan (Jaenudin, 2012:1). Psikologi terus berkembang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA Oleh: Dwi Erfiana Kurniawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia erfiana@ymail.com ABSTRAKPenelitian ini bertujuanuntuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Setting Sosial Tahun 1998, di Indonesia banyak terjadi demonstrasi hingga berujung pada

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KESHOGUNAN DI JEPANG TAHUN SKRIPSI. Oleh. Edy Supriyadi NIM

PEMERINTAHAN KESHOGUNAN DI JEPANG TAHUN SKRIPSI. Oleh. Edy Supriyadi NIM PEMERINTAHAN KESHOGUNAN DI JEPANG TAHUN 1192-1867 SKRIPSI Oleh Edy Supriyadi NIM 100210302061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa. Karya sastra merupakan pengungkapan baku dari apa telah disaksikan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL..

DAFTAR ISI ABSTRAK... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR ISI ABSTRAK..... KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. BAB I PENDAHULUAN ii iii iv vi ix Hlm 1.1 Lata Belakang Penellitian...... 1 1.2 Fokus Penelitian... 6 1.3 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap individu memiliki suatu citra tertentu yang didapatkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap individu memiliki suatu citra tertentu yang didapatkan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiap-tiap individu memiliki suatu citra tertentu yang didapatkan melalui suatu pengalaman. Pengalaman ini dapat diperoleh, baik secara langsung atau dengan cara tatap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari permainan. Permainan dapat dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Permainan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada hakikatnya cerminan dari kehidupan yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat yang mengambil pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu zaman. Artinya, melalui karya sastra, kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Sastra dan manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak sekadar merealisasikan kata-kata, melainkan dengan sendirinya kata-kata itu mengandung

BAB I PENDAHULUAN. tidak sekadar merealisasikan kata-kata, melainkan dengan sendirinya kata-kata itu mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah proyeksi kenyataan yang diramu dengan menggunakan daya imajinasi pengarang dan disampaikan melalui media bahasa. Dalam wujudnya, bahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian, namun kejadian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan fakta dari hasil pemikiran pengarang. Pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumardja dan Saini (1988: 3) menjabarkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara maju yang berada di Asia Timur. Dalam Hal keyakinan, Jepang merupakan negara yang membebaskan warga negaranya dalam beragama, seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada terdapat berbagai macam definisi kebudayaan, ada yang membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah sesuatu yang semiotik, tidak kentara atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. Perkembangan Jepang yang begitu pesat dalam berbagai bidang, salah satunya bidang fashion,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi didirikan mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah seni yang banyak memanfaatkan simbol atau tanda untuk mengungkapkan dunia bawah sadar agar kelihatan nyata dan lebih jelas, pengarang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Jepang Wikipedia dan Foklor Jepang, tercatat keterangan Jepang seperti dibawa (bahasa Jepang: Nippon/nihon, nama resmi: Nipponkoku/Nihonkoku) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang dengan menggunakan media bahasa untuk menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

2015 ANALISIS KOMPARATIF UNSUR NATURALISME DALAM ROMAN UNE VIE KARYA GUY DE MAUPASSANT DAN LA MORT D OLIVIER BECAILLE KARYA ÉMILE ZOLA

2015 ANALISIS KOMPARATIF UNSUR NATURALISME DALAM ROMAN UNE VIE KARYA GUY DE MAUPASSANT DAN LA MORT D OLIVIER BECAILLE KARYA ÉMILE ZOLA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah bentuk apresiasi seorang penulis, ia dapat menggambarkan, mengungkapkan, menceritakan dunianya tanpa batas dalam rangkaian kata-kata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya terbatas pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai

BAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai yaitu dengan munculnya kayo. Kayo lahir di Jepang dari kebudayaan bercocok tanam yang mana kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi cipta, rasa, dan karsa manusia tentang kehidupan. Refleksi cipta artinya karya sastra merupakan hasil penciptaan yang berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang dibentuk dari kata sas- yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang dibentuk dari kata sas- yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang dibentuk dari kata sas- yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk, atau instruksi, sedangkan tra berarti alat atau

Lebih terperinci

BAB V MODEL PEMBELARAN DAN RANCANGANNYA. 5.1 Model Pembelajaran Novel Laskar Pelangi melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP

BAB V MODEL PEMBELARAN DAN RANCANGANNYA. 5.1 Model Pembelajaran Novel Laskar Pelangi melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP 207 BAB V MODEL PEMBELARAN DAN RANCANGANNYA 5.1 Model Pembelajaran Novel Laskar Pelangi melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP Dalam pelaksanaan pembelajaran novel yang digunakan sebagai materi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra terbentuk dari hasil cipta rasa, dan karsa manusia atau pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil pemikirannya mengenai

Lebih terperinci