PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN MINUMAN RINGAN MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK RIZKY NOVALIA SARY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN MINUMAN RINGAN MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK RIZKY NOVALIA SARY"

Transkripsi

1 PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN MINUMAN RINGAN MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK RIZKY NOVALIA SARY DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 213

2 ABSTRAK RIZKY NOVALIA SARY. Penentuan Rute Pendistribusian Minuman Ringan Menggunakan Metode Heuristik. Dibimbing oleh FARIDA HANUM dan PRAPTO TRI SUPRIYO. Pendistribusian barang merupakan salah satu bagian penting dari kegiatan sebuah perusahaan. Pendistribusian barang harus dilakukan secara efektif dan efisien. Dalam karya ilmiah ini, masalah yang dibahas ialah pendistribusian minuman ringan dengan dua aktivitas yang meminimumkan biaya pendistribusian. Aktivitas yang dilakukan ialah pengiriman barang (delivery) dari depot ke pelanggan dan pengambilan barang (pick-up) dari pelanggan. Metode yang digunakan ialah Nearest Neighbour Heuristic, Petal Heuristic, dan beberapa metode lain sebagai metode perbaikan. Metode-metode perbaikan yang digunakan ialah metode 2-opt, metode 3-opt, metode 2-interchange terbatas, dan penggabungan rute. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa semakin banyak metode perbaikan yang dilakukan, maka rute yang diperoleh semakin baik. Kata kunci: Heuristik, Nearest Neighbour Heuristic, Petal Heuristic, rute pendistribusian

3 ABSTRACT RIZKY NOVALIA SARY. Determination of Soft-drink Distribution Route Using Heuristic Methods. Supervised by FARIDA HANUM and PRAPTO TRI SUPRIYO. Distribution of goods is one important part in marketing activities. Therefore, it should be done effectively and efficiently. In this article, the study is focused on soft-drink distribution in order to minimize distribution cost, which includes two activities, i.e. delivery and pick-up. The methods used are nearest neighbour heuristic, petal heuristic and some other methods for route improvement. The methods for route improvement are 2-opt method, 3-opt method, restricted 2- interchange, and route merge methods. The study case results show that the more improvements are given, the better route will be obtained. Keywords: Heuristic methods, Nearest Neighbour, Petal, distribution route

4 PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN MINUMAN RINGAN MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK RIZKY NOVALIA SARY Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 213

5 Judul Skripsi Nama NIM : Penentuan Rute Pendistribusian Minuman Ringan Menggunakan Metode Heuristik : Rizky Novalia Sary : G6886 Menyetujui Pembimbing I, Pembimbing II, Dra. Farida Hanum, M.Si. NIP: Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Kom. NIP: Mengetahui Ketua Departemen Matematika Dr. Berlian Setiawaty, MS. NIP: Tanggal Lulus:

6 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas berkat, rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini. Berbagai kendala dialami oleh penulis sehingga banyak sekali orang yang membantu dan berkontribusi dalam pembuatan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Sang pencipta, Tuhan semesta alam Allah swt, atas maha karya-nya yaitu bumi yang sempurna ini, 2. keluarga tercinta: ayah dan ibu sebagai pemberi motivasi, untuk saudara-saudaraku Irra, Trisna, Roy, Minda, Jerry, Agri, Ulfa, dan Jihan yang selalu memberikan semangat dan doa, 3. Dra. Farida Hanum, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing, memberi motivasi, semangat dan doa,. Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Kom. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan ilmu, kritik dan saran, motivasi serta doanya,. Drs. Siswandi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan ilmu, saran dan doanya, 6. semua dosen Departemen Matematika, terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan, 7. staf Departemen Matematika, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama ini, 8. semua teman Matematika 3 yang selalu menjadi bagian dari keluarga, 9. semua teman Matematika yang selalu mendukung agar terus berkembang, 1. Gumatika yang telah mengasah pribadi ini menjadi pribadi yang tangguh, 11. semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya bidang matematika dan menjadi inspirasi bagi penelitian selanjutnya. Bogor, Januari 213 Rizky Novalia Sary

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 1 November 1987 sebagai anak kelima dari sembilan bersaudara, anak dari pasangan Syahril dan Irmawati. Pada tahun 2 penulis lulus dari SD Polisi Bogor kemudian tahun 23 lulus dari SLTP Negeri 6 Bogor. Tahun 26 penulis lulus dari SMA Negeri Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun 27, penulis memilih jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Kalkulus 2 tahun ajaran 28/29. Penulis juga aktif dalam mengajar Matematika bimbingan belajar privat maupun kelompok mahasiswa. Penulis pernah mengikuti seleksi olimpiade nasional Matematika dan IPA (ON-MIPA) sebagai wakil IPB pada tahun 29. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan di kampus, seperti organisasi himpunan profesi Departemen Matematika yang dikenal dengan GUMATIKA (Gugus Mahasiswa Matematika) sebagai anggota Kesekretariatan tahun 28/29. Selain itu, penulis juga terlibat dalam beberapa kegiatan, antara lain Komisi Disiplin MPKMB (Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru) tahun 27, Bendahara panitia Try-Out Pengantar Matematika mahasiswa IPB 27, koordinator Konsumsi Matematika Ria dalam acara Pesta Sains se-indonesia 29.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ix ix I II III IV V PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan... 1 LANDASAN TEORI 2.1 Graf dan Digraf Metode Heuristik Nearest Neighbour Heuristic Metode 2-Opt Metode λ-interchange Terbatas Masalah Pemartisian Himpunan... PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Masalah Langkah-langkah Penyelesaian Secara Umum Petal Heuristic Tahap Perbaikan... 7 APLIKASI PERMASALAHAN.1 Konstruksi Rute dari Setiap Metode Heuristik Konstruksi rute dengan Nearest Neighbour Heuristic (NNH) Konstruksi rute Petal Heurstic (PH) Tahap Perbaikan Rute dari Setiap Heuristik Perbaikan Rute NNH Tahap Perbaikan PH Hasil... 1 SIMPULAN DAN SARAN.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

9 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Graf G = (V,E) Graf berarah D = (V,A) Graf berbobot... 2 Adjacent dan incident... 2 Rute yang dibentuk NNH Ilustrasi metode 2-opt Contoh metode 2-opt dengan jarak awal 11 satuan menjadi 1 satuan Rute awal Contoh Ilustrasi metode 2-pemindahan verteks... 1 Ilustrasi metode 2-penukaran verteks Rute Iterasi 3 Kendaraan 1 Tipe 2 pada NNH Rute Iterasi 3 Kendaraan 1 Tipe 2 pada NNH dengan melakukan prosedur 2-opt Rute awal tiap iterasi pada metode NNH pemindahan verteks antara Iterasi 1 dan Iterasi pemindahan verteks antara Iterasi 2 dan Iterasi Rute awal yang dihasilkan pada metode PH penukaran verteks antara Rute e 2 dan Rute e Rute hasil NNH Rute hasil NNH perbaikan Rute hasil PH Rute hasil PH perbaikan Rute awal Iterasi 1 PH kendaraan Tipe 2 dengan jarak tempuh 1.88 km Pengaplikasian metode 2-opt pada Iterasi 1 PH kendaraan Tipe Rute awal Iterasi 1 PH kendaraan Tipe 3 dengan jarak tempuh 1.88 km Pengaplikasian metode 2-opt pada Iterasi 1 PH kendaraan Tipe Rute awal Iterasi 2 PH kendaraan Tipe 3 dengan jarak tempuh 32. km Pengaplikasian metode 2-opt pada Iterasi 2 PH kendaraan Tipe Rute hasil 1-penukaran verteks antara rute Iterasi 1 dan rute Iterasi 2 pada NNH Rute hasil 1-pemindahan verteks antara rute Iterasi 1 dan rute Iterasi 3 pada NNH Rute hasil 1-penukaran verteks antara rute Iterasi 1 dan rute Iterasi 3 pada NNH Rute Hasil 1-pemindahan verteks antara rute Iterasi 1 dan rute Iterasi pada NNH Rute hasil 2-pemindahan verteks antara rute Iterasi 1 dan rute Iterasi pada NNH 2 33 Rute hasil 1-pemindahan verteks antara rute Iterasi 2 dan rute Iterasi 3 pada NNH Rute hasil 1-penukaran verteks antara rute Iterasi 2 dan rute Iterasi 3 pada NNH 2 3 Rute hasil 1-pemindahan verteks antara rute Iterasi 2 dan rute Iterasi pada NNH 2 36 Rute hasil 3-opt pada rute e Rute hasil 2-penukaran verteks antara rute e 2 dan rute e Rute hasil 2-penukaran verteks antara rute e 2 dan rute e viii

10 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jarak antarpelanggan pada Contoh Data permintaan di setiap pelanggan Data tiap tipe kendaraan... 8 Data jarak antarpelanggan... 8 Rute Iterasi 1 Kendaraan 1 Tipe 1 dengan NNH (kapasitas 2 krat) Rute Iterasi 2 Kendaraan 2 Tipe 1 dengan NNH (kapasitas 2 krat) Rute Iterasi 3 Kendaraan 1 Tipe 2 dengan NNH (kapasitas 3 krat) Rute Iterasi Kendaraan 2 Tipe 2 dengan NNH (kapasitas 3 krat) Rute Iterasi kendaraan Tipe 3 dengan NNH (kapasitas krat) Rute-rute hasil pembatasan 2-interchange pada NNH Biaya perbaikan NNH Rute-rute hasil pembatasan 2-interchange pada PH Biaya PH perbaikan Data jarak dan biaya tiap heuristik Biaya pendistribusian dengan mempertimbangkan aktivitas pick-up... 1 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Program LINGO 11. pada contoh masalah pemartisian himpunan Program LINGO 11. pada contoh masalah pemartisian himpunan yang diperumum Semua kemungkinan metode 2-opt pada rute (,1,,9,2,) Semua kemungkinan metode 2-opt pada rute (,1,,9,2,)... 2 Semua kemungkinan metode 2-opt pada rute (,,3,8,) Program LINGO 11. pada aplikasi masalahan pemartisian himpunan yang diperumum Metode Pembatasan 2-interchange untuk Iterasi 1 pada NNH Metode Pembatasan 2-interchange untuk Iterasi 2 pada NNH Semua kemungkinan metode 3-opt pada metode PH Metode Pembatasan 2-interchange untuk e 2 pada PH Biaya yang dikeluarkan dengan mempertimbangkan pick-up ix

11 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan produksi perlu melakukan pendistribusian barang yang diproduksinya agar permintaan dapat sampai ke konsumen. Pendistribusian yang dilakukan haruslah dilakukan secara efektif dan efisien. Selain itu, perusahaan juga harus memperhatikan waktu dan biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang tepat untuk menentukan banyaknya kendaraan yang dibutuhkan serta rute yang dipilih agar biaya pendistribusian minimum. Pada karya ilmiah ini akan dibahas masalah pendistribusian minuman ringan. Pada pendistribusian minuman ringan ini terdapat dua aktivitas yaitu pengiriman barang (delivery) yang diambil dari depot dan pengambilan barang (pick-up) dari lokasi pelanggan kembali ke depot. Barang yang dikirim merupakan minuman ringan dalam botol, dan barang yang diambil adalah botol kosong bekas minuman yang selanjutnya dapat dijual ke perusahaan pendaur ulang. Permasalahan pendistribusian minuman ringan ini akan diselesaikan menggunakan metode heuristik. Metode-metode yang digunakan antara lain Nearest Neighbour heuristic (NNH) dan Petal Heuristic (PH). Sumber utama karya ilmiah ini ialah artikel yang berjudul Solving a vehicle routing problem arising in soft drink distribution yang disusun oleh Prive dan kawan-kawan pada tahun Tujuan Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini ialah penentuan rute pendistribusian barang yang meminimumkan biaya dengan metode heuristik. II LANDASAN TEORI 2.1 Graf dan Digraf Definisi 1 (Graf) Suatu graf G adalah pasangan terurut (V,E) dengan V, biasa disebut V(G), adalah himpunan berhingga dan takkososng dari elemen graf yang disebut verteks (vertex, point), sedangkan E, biasa disebut E(G), ialah himpunan pasangan yang menghubungkan dua elemen subset dari V yang disebut sisi (edge, line). Setiap sisi {u,v} pada V biasanya dinotasikan dengan uv atau vu. Banyaknya verteks dari suatu graf disebut order dan banyaknya sisi pada suatu graf disebut size. (Chartrand & Zhang 29) G : u w Pada Gambar 1 diperlihatkan bahwa V = {u,v,w,x,y,z} dan E = {{u,v},{v,w},{v,x},{x,y}}. v Gambar 1 Graf G = (V, E). Definisi 2 (Graf Berarah/Digraf) Graf berarah (digraph) D adalah pasangan terurut (V,A) dengan V himpunan takkosong x y berhingga dan A himpunan pasangan terurut yang menghubungkan elemen-elemen di V. Elemen-elemen dari A disebut sisi berarah (arc). Sisi berarah (u,v) dinyatakan dengan garis berarah dari u ke v. (Chartrand & Zhang 29) D : v w Gambar 2 Graf berarah D = (V, A). Pada Gambar 2 diperlihatkan bahwa V={u,v,w,x} dan A={(v,w),(u,w),(w,x)}. Definisi 3 (Graf/Digraf Berbobot) Suatu graf G = (V,E) atau digraf D = (V,A) dikatakan berbobot jika terdapat sebuah fungsi w : E R atau l : A R (dengan R adalah himpunan bilangan real) yang memberikan sebuah bilangan real pada setiap sisi di E atau sisi berarah A yang disebut bobot. Bobot dari sisi berarah uv A atau {u,v} E dinotasikan dengan w uv. (Foulds 1992) u x

12 2 u Bobot tiap sisi untuk graf pada Gambar 3 adalah w uv =1, w vz =23, w zx =9, w vx =72. Definisi (Adjacent dan Incident) Untuk suatu sisi e = uv, verteks u dan verteks v disebut berhubungan (incident) dengan sisi e, dan verteks u dikatakan berdampingan (adjacent) dengan verteks v. (Foulds 1992) G : u v e 2 x 23 z 1 72 v Gambar 3 Graf berbobot. e 3 e 1 e Gambar Adjacent dan incident. Ilustrasi adjacent dan incident diperlihatkan pada Gambar. Verteks u adjacent dengan verteks v dan x namun verteks u tidak adjacent dengan verteks w. Verteks u incident dengan sisi e 1 namun tidak incident dengan e. Definisi (Jalan/Walk) Walk W pada suatu graf G adalah barisan berhingga W = v i e j v i+1 e j+1...e k v m atau W = v i - v i v m yang dimulai dari suatu verteks dan berakhir pada suatu verteks juga sehingga setiap sisi dalam barisan harus incident dengan verteks sebelum dan sesudahnya. (Chartrand & Zhang 29) W = ue 2 xe we ve 3 x pada Gambar adalah walk pada graf G. Definisi 6 (Walk Tertutup) Walk pada suatu graf G dikatakan tertutup (closed) jika walk tersebut dimulai dan diakhiri pada verteks yang sama. (Chartrand & Zhang 29) 2.2 Metode Heuristik Metode heuristik merupakan metode yang dirancang untuk menyelesaikan suatu masalah dalam skala besar dan rumit dengan cara 9 w e x komputasi moderat agar menghasilkan solusi yang fisibel. (Grötschel 1982) Solusi yang dihasilkan oleh metode heuristik tidak dijamin optimal namun hanya mampu mendekati solusi yang optimal saja dan waktu pencarian yang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan metode riset operasi pada umumnya karena membuang kemungkinan-kemungkinan yang sepertinya bukan merupakan solusi. Pada umumnya terdapat tahapan-tahapan penyelesaian VRP dengan metode heuristik, yaitu: i. penentuan rute, ii. perbaikan solusi/rute. Pada penelitian ini metode nearest neighbour heuristic akan digunakan untuk mencari solusi pada fase pertama. Selanjutnya metode 2-opt, metode 3-opt, metode pembatasan 2-interchange, dan metode penggabungan rute digunakan untuk memperbaiki solusi yang telah ada. Metodemetode tersebut akan dijelaskan pada bagian berikut ini Nearest Neighbour Heuristic (NNH) Metode nearest neighbour heuristic (NNH) adalah suatu metode penentuan rute dengan memilih suatu verteks awal kemudian memilih verteks selanjutnya dengan verteks yang belum dipilih dan terdekat dari verteks sebelumnya. (Grötschel 1982) Berikut ini akan ditampilkan contoh penerapan NNH. Contoh 1 Misalkan suatu perusahaan mempunyai 1 depot (gudang) yang dinyatakan dengan pelanggan, dan 3 pelanggan. Jarak antarpelanggan diberikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jarak antarpelanggan pada contoh 1 Pelanggan Dengan menggunakan metode NNH, rute dimulai dari depot (pelanggan ) kemudian mengunjungi pelanggan 2 (karena jaraknya terdekat dari depot), kemudian mengunjungi pelanggan 1, selanjutnya ke pelanggan 3 setelah itu kembali ke depot, seperti yang terlihat pada Gambar.

13 3 depot 3 3 Gambar Rute yang dibentuk NNH Metode 2-Opt Pada dasarnya metode 2-opt dilakukan dengan memindahkan dua sisi pada rute yang ada, kemudian menghubungkan kembali sisi tersebut dengan pasangan konsumen yang berbeda sedemikian sehingga rute baru yang dihasilkan lebih baik daripada rute awal (Nilsson 23). Algoritme yang digunakan adalah sebagai berikut: i. tentukan satu rute untuk satu kendaraan, ii. hapus 2 sisi yang menghubungkan konsumen yang berbeda, iii. hubungkan kembali keempat konsumen dengan pasangan yang berbeda, iv. jika biaya berkurang dan tidak melanggar kendala yang ada kembali ke langkah (ii), v. selesai. (ILOG 22) Gambar 6 Ilustrasi metode 2-opt Gambar 7 Contoh metode 2-opt dengan jarak awal 11 satuan menjadi 1 satuan. Rute yang dihasilkan dapat disebut sebagai 2-optimal atau 2-opt, jika metode 2-opt digunakan pada setiap rute yang ada sampai tidak dimungkinkan lagi penggunaan metode tersebut Metode n-opt serupa dengan metode 2-opt, tetapi banyaknya sisi yang dapat dihapus dan ditambahkan sebanyak n sisi. (Nilsson 23) Metode λ -interchange Terbatas Metode λ-interchange terdiri dari dua metode yaitu metode λ-penukaran atau metode λ-pemindahan. Metode λ-penukaran dilakukan dengan menukarkan (saling memberi) verteks yang dimiliki dengan verteks lain maksimal sebanyak λ dan berurutan, dengan tetap memperhatikan kapasitas yang dimiliki. Sedangkan Metode λ-pemindahan dilakukan dengan memberikan atau mendapatkan verteks maksimal sebanyak λ dan berurutan dari rute lain. Metode λ- interchange yaitu pengombinasian antara metode λ-penukaran verteks atau metode λ- pemindahan verteks pada dua buah rute dengan mengupayakan semua kemungkinan yang ada guna menemukan rute terbaik. Metode 2-interchange terbatas adalah pemindahan dan penukaran verteks paling banyak dua verteks berurutan. (Prive 26) Contoh 2 Misalkan terdapat 2 rute yaitu Rute 1 melewati verteks 1, verteks 2, verteks 3, verteks, dan kembali ke verteks 1. Rute 2 melewati verteks, verteks 6, verteks 7, verteks 8, dan kembali ke verteks Gambar 8 Rute awal Contoh 2. Jika rute-rute pada Gambar 8 dilakukan λ- pemindahan verteks maka salah satu rute akan kehilangan verteks dan lainnya akan bertambah. Seperti terlihat pada Gambar 9, Rute 1 akan kehilangan verteks 3 pada 1- pemindahan verteks, sedangkan pada 2- pemindahan kehilangan verteks 2 dan verteks 3. Pada 2-pemindahan verteks, verteks yang berpindah harus 2 verteks yang berurutan dan susunan urutannya dapat diubah.

14 Contoh rute dengan 1-pemindahan verteks Contoh rute dengan 2-pemindahan verteks Gambar 9 Ilustrasi metode 2-pemindahan verteks. Sedangkan jika rute pada Gambar 8 dilakukan metode λ-penukaran verteks maka banyaknya verteks pada setiap rute akan tetap. Pada 1-penukaran verteks, verteks 2 pada Rute 1 menjadi bagian dari Rute 2 sebagai gantinya verteks 6 menjadi bagian dari Rute 1. Begitu pula dengan 2-penukaran verteks, yang membedakan hanyalah banyaknya verteks yang bertukar masing-masing sebanyak 2 verteks yang berurutan. Contoh λ-penukaran verteks dapat dilihat pada Gambar Contoh rute dengan 1-penukaran verteks Contoh rute dengan 2-penukaran verteks Gambar 1 Ilustrasi metode 2-penukaran verteks. 2.3 Masalah Pemartisian Himpunan Masalah pemartisian himpunan juga diperlukan dalam karya ilmiah ini. Definisi 7 (Partisi) Misalkan diberikan dua himpunan, yaitu I={1,2,...,m} dan P = {P 1,P 2,...,P n } dengan P j adalah suatu himpunan bagian dari I, j J = {1,2,...,n}. Himpunan P j, partisi dari I jika: * * jj P j I dan * j J J adalah untuk j, k J, j k P P. j k (Garfinkel & Nemhauser 1972) Ilustrasi dari suatu partisi dapat dilihat pada contoh berikut: Contoh 3 Misalkan diberikan himpunan I={1,2,3,,,6} dan kelas-kelas himpunan P 1 ={1,2}, P 2 ={3}, P 3 ={,6}, P ={1,,}, P ={2,3,6}. Partisi dari I di antaranya ialah {P,P }, karena untuk himpunan J * ={,} memenuhi: * jj P j I dan * j k J j k P P,,. j k Sedangkan yang bukan partisi dari I ialah {P 1,P 2,P 3 }, karena gabungannya bukan I. Masalah pemartisian himpunan (set partitioning problem/spp) adalah masalah menentukan partisi dari himpunan I dengan biaya minimum. Untuk mendapatkan partisi tersebut, misalkan dengan menggunakan data sebelumnya, P j ={P,P }, 1, jika j termasuk dalam partisi x j, lainnya 1, jika elemen i terdapat pada P j a ij, lainnya dengan P j adalah kelas himpunan c j adalah biaya dari P j. Bentuk umum SPP: min n cjxj j1 terhadap kendala n j 1 a x 1 i 1, 2,..., m ij j x j = atau 1 (1) a ij = atau 1 Model ini memiliki beberapa sifat penting yaitu: Sifat 1 : Masalah pada model ini memiliki kendala berbentuk persamaan. Sifat 2 : Nilai sisi kanan semua kendala adalah 1. (Garfinkel & Nemhauser 1972)

15 Contoh Masalah pemartisian himpunan Misalkan diberikan himpunan I beserta kelas-kelas P seperti pada Contoh 3. Misalkan diketahui biaya dari setiap kelas P j yaitu c j, dengan c 1 =1, c 2 =1, c 3 =19, c =18, c =17. Diinginkan himpunan dari P j yang dapat memartisi I dengan biaya minimum. Masalah tersebut dapat dimodelkan sebagai masalah pemartisian himpunan Min 1x 1 + 1x x x + 17x terhadap kendala x 1 + x = 1 x 1 + x = 1 x 2 + x = 1 x 3 + x = 1 x = 1 x 3 + x = 1 x j = atau 1, untuk j {1,2,3,,}. Kendala-kendala masalah tersebut dapat dituliskan dalam perkalian matriks AX=1, dengan 1 1 A ( a ij ) x 6 x1 x 2 1 x, X 1 x 1 x 1 Dengan menggunakan LINGO 11. diperoleh solusi untuk masalah SPP sebagai berikut: x 1 =x 2 =x 3 =, x =x =1, dan nilai fungsi objektif sebesar 3 (detail penghitungan dapat dilihat di Lampiran 1). Jadi partisi dari I={1,2,3,,,6} dengan biaya minimum adalah P ={1,,} dan P ={2,3,6}. Jika SPP (1) ditambahkan kendala MX B, dengan M dan B adalah kendala tambahan yang diinginkan, maka masalah tersebut dikatakan Masalah Pemartisian Himpunan yang Diperumum (generalized set partitioning problem/gspp). (Yen & Birge 26) Contoh Masalah pemartisian himpunan yang diperumum Misalkan diberikan himpunan I beserta kelas-kelas P seperti pada Contoh 3 dan n n dengan menambahkan kendala x j j 1 2 pada contoh SPP maka GSPP dapat dimodelkan Min 1x 1 + 1x x x + 17x terhadap kendala x 1 + x = 1 x 1 + x = 1 x 2 + x = 1 x 3 + x = 1 x = 1 x 3 + x = 1 x x x x x x j = atau 1, untuk j {1,2,3,,}. Dengan menggunakan LINGO 11. diperoleh solusi untuk masalah GSPP sebagai berikut: x 1 =x 2 =x 3 =, x =x =1, dan nilai fungsi objektif sebesar 3 (detail penghitungan dapat dilihat di Lampiran 2). III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas deskripsi masalah dan metode-metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah pada karya ilmiah ini. 3.1 Deskripsi Masalah Masalah pada pendistribusian minuman ringan ini dinyatakan sebagai sebuah graf G=(V,A), dengan V={,1,2,3,,n} adalah himpunan verteks dan A adalah himpunan sisi berarah. Verteks merupakan depot dan sisanya berupa verteks pelanggan. Pendistribusian dilakukan menggunakan beberapa tipe kendaraan yang dilihat dari kapasitas pengangkutannya dan setiap tipe kendaraan terdiri atas beberapa kendaraan. Biaya tetap kendaraan akan muncul bila kendaraan tersebut digunakan dalam pendistribusian dan biaya variabel dihitung berdasarkan jarak tempuhnya.

16 6 Pada pendistribusian ini terdapat dua aktivitas yaitu pengiriman barang (delivery) dan pengambilan barang (pick-up). Barang yang dikirim merupakan produk baru, sedangkan barang yang diambil merupakan produk daur ulang (botol kosong). Pada karya ilmiah ini, pengambilan barang (pick-up) tidak menjadi prioritas sehingga terkadang dapat diabaikan. Aktivitas ini baru menjadi perhatian saat rute optimal telah terbentuk. 3.2 Langkah-langkah Penyelesaian Secara Umum Metode yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan pada karya ilmiah ini ialah: 1. Pembangkitan rute dengan metode NNH a. Pengantaran barang dimulai oleh kendaraan dengan kapasitas terkecil yang ada di depot. b. Kendaraan tersebut mengunjungi pelanggan terdekat dari depot. c. Jika kapasitas pada kendaraan masih tersedia untuk pelanggan berikutnya, maka kunjungi pelanggan terdekat dari pelanggan pertama; jika melebihi kapasitas yang tersisa, maka kendaraan dapat mengunjungi pelanggan lain yang cukup dekat dari pelanggan pertama sehingga tidak melebihi kapasitas. Lakukan hingga tidak ada lagi permintaan pelanggan yang dapat dimuat. d. Setelah seluruh permintaan didistribusikan oleh kendaraan, kemudian kendaraan tersebut kembali ke depot. e. Dengan menggunakan tipe kendaraan yang sama bangkitkan rute-rute lainnya sehingga permintaan seluruh pelanggan terpenuhi. f. Pada tipe kendaraan lainnya, lakukan hal yang sama. 2. Perbaikan rute yang telah dibangkitkan sebelumnya dengan metode 2-pt a. Biaya yang dihasilkan oleh rute-rute yang telah dibangkitkan kemudian dihitung. b. Rute diperbaiki dengan metode 2-opt dan biaya yang dihasilkan dihitung kembali. c. Jika biaya hasil metode 2-opt lebih kecil dari biaya sebelumnya, maka rute yang telah diperbaiki yang kemudian akan digunakan, jika tidak maka rute awal yang digunakan. 3. Penentuan rute yang akan digunakan dari rute-rute yang ada dengan metode PH (akan dijelaskan pada 3.2.1).. Rute yang telah ditetapkan dari metode PH diperbaiki dengan metode 3-opt, 2- interchange terbatas, dan penggabungan rute (akan dijelaskan pada 3.2.2) Petal Heuristic (PH) Petal heuristic (PH) mengonstruksi satu himpunan rute berdasarkan pada metode NNH, kemudian memilih rute yang optimal dengan menyelesaikan masalah pemartisian himpunan yang diperumum. Misalkan F adalah himpunan verteks yang digunakan sebagai verteks seed yaitu verteks awal yang dikunjungi pertama kali dari depot (verteks ) karena memiliki jarak terdekat dari depot. Misalkan U adalah himpunan konsumen yang belum dikunjungi, dan R adalah himpunan rute yang dibangkitkan. Untuk membuat rute awal PH, maka digunakanlah pencarian rute NNH beberapa kali dari sebuah verteks seed. Algoritme yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Inisialisasi F ={} dan R 2. Pemilihan verteks seed (i) Jika F=V maka dilanjutkan ke Langkah. Jika tidak, dipilih verteks dari V\F sebagai verteks seed selanjutnya, didefinisikan sebagai i, yaitu verteks terdekat dari depot. F {i} menjadi F, U=V\{,i}, rute (,i,) dimasukkan ke R. 3. Perluasan rute Rute diperluas dengan cara memilih sebuah verteks j yang memungkinkan untuk ditambahkan pada rute. Jika U \ F maka j dipilih dari U\F. Jika tidak, j dipilih dari F\{i}. Himpunan U diperbarui menjadi U\{j} kemudian prosedur 2-opt digunakan pada rute {,i,..,j,}, lalu hasilnya ditambahkan ke himpunan R. Lanjutkan ke Langkah 2.. Pengevaluasian rute Pada tahap ini dilakukan evaluasi pada rute dengan menugaskan kendaraan pada setiap rute serta menghitung biaya yang dikeluarkan tiap kendaraannya. E adalah himpunan pasangan rute dengan kendaraan yang digunakan. Biaya yang dikeluarkan setiap rute e sebesar π e yaitu penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel pada rute e.. Penentuan solusi masalah pemartisian himpunan yang diperumum Misalkan didefinisikan variabel -1 sebagai berikut:

17 7 Variabel : 1, jika rute e digunakan x e, lainnya Parameter: 1, konsumen i dikunjungi di rute e ei, lainnya ek 1, rute e ditetapkan untuk tipe k, lainnya π e biaya rute e m k banyaknya kendaraan tiap tipe Fungsi objektif: min x (3.1) e e ee terhadap kendala x 1 ee ee ei e x m ek e k i I k K (3.2) (3.3) Fungsi objektif pada persamaan (3.1) adalah meminimumkan biaya kendaraan dari keseluruhan rute yang ada. Kendala (3.2) menggambarkan bahwa setiap konsumen hanya dikunjungi satu kali, sedangkan kendala (3.3) menggambarkan bahwa banyaknya rute kendaraan yang akan dilewati pada setiap kendaraan maksimal sebanyak m k Tahap Perbaikan Tahap perbaikan dilakukan pada setiap solusi dari metode yang ada yaitu NNH dan PH. Pada tahap ini dilakukan tiga langkah perbaikan guna mencapai hasil yang terbaik, yaitu prosedur 3-opt, prosedur 2-interchange terbatas, dan penggabungan rute. Setelah terbentuk rute baru dari metode 2- interchange terbatas, jika terdapat kendaraan yang dapat melayani dua rute sekaligus, maka digunakan NNH untuk menggabungkan kedua rute tersebut. Jika hasil yang diperoleh dapat menghemat biaya maka rute gabungan tersebut dapat menggantikan kedua rute tadi. IV APLIKASI PERMASALAHAN Misalkan suatu perusahaan minuman ringan dalam botol memiliki sebuah depot dan mempunyai 9 pelanggan. Permintaan tiap pelanggan berbeda-beda, serta memiliki lima kendaraan dengan tiga tipe kapasitas. Perusahaan depot merupakan tempat berawal dan berakhirnya suatu rute pendistribusian. Misalkan perusahaan menerima pesanan dari para pelanggan setiap waktunya dan mengantarkannya sesuai dengan pesanan yang diinginkan. Selain pengiriman barang pesanan, distributor juga dapat melakukan pengangkutan botol kosong di setiap pelanggan, namun pengangkutan ini hanya dilakukan bila tersedia ruang di kendaraan tersebut. Jika memungkinkan semua botol kosong pada pelanggan tersebut akan diangkut; jika tidak, hanya beberapa saja yang diangkut dengan tetap memperhatikan sisa kapasitas kendaraan. Pengangkutan botol kosong akan menghasilkan pendapatan bagi distributor sebesar.1 ribu rupiah/krat. Biaya tetap kendaraan akan muncul bila kendaraan tersebut digunakan sedangkan biaya perjalanan adalah biaya kendaraan yang bergantung pada jarak tempuh. Asumsi pengantaran dan pengoperasian pickup diatur sebagai berikut: 1. Awal dan akhir rute kendaraan adalah depot. 2. Setiap pelanggan hanya boleh dikunjungi satu kali. 3. Semua permintaan diantarkan kepada para pelanggan.. Setiap satu hari sekali kendaraan yang akan digunakan diisi di depot.. Banyaknya pelanggan yang dikunjungi oleh sebuah kendaraan harus memenuhi kendala kapasitas kendaraan. 6. Banyaknya botol kosong hasil dari pengambilan barang (pick-up) dihitung setelah rute akhir terbentuk. Berikut ini diberikan tabel mengenai permintaan pelanggan, informasi mengenai kendaraan yang dimiliki, serta jarak antarpelanggan.

18 8 Tabel 2 Data permintaan di setiap pelanggan Pelanggan Permintaan Botol minuman kosong Tabel 3 Data tiap tipe kandaraan Tipe kendaraan Kapasitas 2 3 Banyak kendaraan (buah) Biaya tetap (ribu rupiah) Biaya perjalanan 1./km 1 /km 1./km (ribu rupiah) Kecepatan (km/jam) Tabel Data jarak antarpelanggan Keterangan: menunjukkan depot sedangkan 1-9 menunjukkan pelanggan, data jarak diadaptasi dari (Raditya 29).1 Konstruksi Rute dari Setiap Metode Heuristik.1.1 Konstruksi rute dengan Nearest Neighbour Heuristic (NNH) Pada langkah ini, setiap kendaraan melakukan iterasi satu kali dilanjutkan oleh kendaraan lain hingga permintaan semua pelanggan terpenuhi. Iterasi 1: Kendaraan 1 Tipe 1 Berdasarkan Tabel, kendaraan ini mengunjungi pelanggan 1 dari depot karena jaraknya terdekat dari depot. Kapasitas yang dimiliki kendaraan sebesar 2 krat dan permintaan pelanggan 1 sebesar 17 krat, sehingga dimungkinkan untuk menambah pelanggan dalam rute kendaraan ini. Pelanggan terdekat dari pelanggan 1 ialah pelanggan dengan permintaan sebesar 17 krat. Jika pelanggan dimasukkan ke dalam rute kendaraan ini maka permintaan yang diangkut akan melebihi kapasitas. Maka dari itu, dicari pelanggan lain yang cukup dekat dengan pelanggan 1 dengan permintaan maksimal 8 krat. Berdasarkan Tabel 2, pelanggan yang mungkin dikunjungi ialah pelanggan 2, pelanggan 3, pelanggan, dan pelanggan 9. Jika dilihat pada Tabel maka pelanggan yang kunjungi selanjutnya ialah pelanggan, kemudian kendaraan kembali ke depot. Tabel Rute Iterasi 1 Kendaraan 1 Tipe 1 dengan NNH (kapasitas 2 krat) Pelanggan Permintaan Jarak (km) Sisa kapasitas Total

19 9 Sisa pelanggan = {2,3,,6,7,8,9}. Karena masih terdapat pelanggan yang belum dikunjungi maka iterasi dilanjutkan ke Iterasi 2 menggunakan kendaraan lain. Rute yang dihasilkan pada Iterasi 1 hanya memuat tiga verteks (dua pelanggan dan satu depot) sehingga tidak perlu dilakukan metode 2-opt. Biaya yang dikeluarkan pada Iterasi 1 = (26.76) = 1.1 ribu rupiah. Iterasi 2: Kendaraan 2 Tipe 1 Iterasi 2 dilakukan untuk menentukan rute selanjutnya bagi para pelanggan yang belum dikunjungi. kendaraan yang digunakan ialah Kendaraan 2 Tipe 1 dengan kapasitas 2 krat. Metode yang digunakan sama dengan metode pada Iterasi 1, tetapi pelanggan yang diamati hanya pelanggan yang belum dikunjungi pada iterasi sebelumnya. Tabel 6 Rute Iterasi 2 Kendaraan 2 Tipe 1 dengan NNH (kapasitas 2 krat) Pelanggan Permintaan Jarak (km) Sisa kapasitas Total Sisa pelanggan = {2,6,7,8,9}, dilanjutkan ke Iterasi 3. Pada Iterasi 2 verteks yang dihasilkan hanya tiga verteks maka tidak perlu dilakukan metode 2-opt. Biaya yang dikeluarkan pada Iterasi 2 = (28.) = ribu rupiah. Iterasi 3: Kendaraan 1 Tipe 2 Iterasi 3 menggunakan metode yang sama dengan iterasi-iterasi sebelumnya. Tabel 7 Rute Iterasi 3 Kendaraan 1 Tipe 2 dengan NNH (kapasitas 3 krat) Pelanggan Permintaan Jarak (km) Sisa kapasitas Total Sisa pelanggan = {6,7}, dilanjutkan ke Iterasi. Pada Iterasi 3, metode 2-opt dapat dilakukan karena verteks yang dihasilkan sebanyak empat verteks. Metode 2-opt mudah diaplikasikan jika rute dibentuk dalam gambar. Maka dari itu, rute yang dihasilkan dari Iterasi 3 dibentuk seperti pada Gambar 11. Gambar 11 Rute Iterasi 3 Kendaraan 1 Tipe 2 pada NNH. Jika rute pada Gambar 11 dilakukan prosedur 2-opt maka akan didapat beberapa rute seperti pada Gambar 12. a) b) Gambar 12 Rute Iterasi 3 Kendaraan 1 Tipe 2 pada NNH dengan melakukan prosedur 2-opt. Rute yang dihasilkan pada Gambar 12a ( ) menempuh jarak sebesar km sedangkan pada Gambar 12b ( ) menempuh jarak 1.72 km, sehingga rute yang dipilih ialah rute pada Gambar 12a dengan biaya yang dikeluarkan yaitu = (39.92) = ribu rupiah. Iterasi : Kendaraan 2 Tipe 2 Iterasi dilakukan karena masih terdapat pelanggan yang belum dikunjungi. Rute Iterasi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rute Iterasi Kendaraan 2 Tipe 2 dengan NNH (kapasitas 3 krat) Pelanggan Permintaan Jarak (km) Sisa kapasitas Total

20 1 Sisa pelanggan = {6}, dilanjutkan ke Iterasi. Biaya yang dikeluarkan pada Iterasi = (27.8) = ribu rupiah. Iterasi : Kendaraan Tipe 3 Iterasi kendaraan hanya mengunjungi satu pelanggan yaitu Pelanggan 6 karena hanya pelanggan tersebut yang belum dikunjungi. Tabel 9 Rute Iterasi kendaraan Tipe 3 dengan NNH (kapasitas krat) Verteks Permintaan Jarak (km) Sisa kapasitas Total Sisa pelanggan = {}, pada Iterasi semua permintaan pelanggan telah terpenuhi, iterasi dihentikan. Biaya yang dikeluarkan pada Iterasi = (36.) = 2. ribu rupiah. Setelah iterasi selesai total biaya yang didapat pada metode NNH ialah sebesar 8.6 ribu rupiah..1.2 Konstruksi rute dengan Petal Heuristic (PH) Misalkan F adalah himpunan pelanggan yang telah digunakan sebagai verteks seed yaitu pelanggan pertama yang dikunjungi dari depot. U adalah himpunan pelanggan yang belum dikunjungi. R adalah himpunan rute yang dibangkitkan. Seperti halnya pada NNH, kendaraan yang digunakan dimulai dari kendaraan dengan tipe terkecil (lihat Tabel 3). Kendaraan Tipe 1 dengan kapasitas 2 krat. Iterasi 1: 1. Inisialisasi F={}, R= 2. Pemilihan verteks seed (i) Karena jarak yang terdekat dari depot adalah pelanggan 1 maka yang menjadi verteks seed adalah pelanggan 1. Jadi F={,1}, R={(,1,)}, U={2,3,,,6,7,8,9}. 3. Perluasan rute Karena PH mengonstruksi satu himpunan rute berdasarkan NNH maka perluasan rute yang diperoleh: R={(,1,),(,1,,)}, U=U\{}={2,3,,6,7,8,9} Pada Iterasi 1 metode 2-opt tidak perlu diterapkan. Dilanjutkan ke langkah 2. Iterasi 2 : 2. Pemilihan verteks seed Pelanggan i= merupakan verteks seed karena merupakan verteks di V\F dengan jarak terdekat dari depot. F={,1,}, U={2,3,6,7,8,9}, R={(,1,),(,1,,),(,,)}. 3. Perluasan rute Jarak pelanggan terdekat dari pelanggan adalah pelanggan 3. Pada Iterasi 2 metode 2-opt juga tidak perlu diterapkan, sehingga didapat:u=u\{3}={2,6,7,8,9} R={(,1,),(,1,,),(,,),(,,3,)}. Dilanjutkan ke langkah 2. Iterasi 3 : 2. Pemilihan verteks seed Pelanggan i=8 merupakan verteks seed karena merupakan verteks di V\F dengan jarak terdekat dari depot. F={,1,2,,8}, U=U\{8}={2,6,7,9} R={(,1,),(,1,,),(,,),(,,3,), (,8,)}. 3. Perluasan rute Jarak pelanggan terdekat dari pelanggan 8 adalah pelanggan 9 dilanjutkan ke pelanggan 2. Jika metode 2-opt dilakukan pada iterasi ini rute yang awalnya berjarak.2 km (lihat Gambar 11) menjadi km (lihat Gambar 12a), sehingga didapat: R={(,1,),(,1,,),(,,),(,,3,), (,8,),(,9,8,2,)}, U=U\{9,2}={6,7}. Dilanjutkan ke langkah 2. Iterasi : 2. Pemilihan verteks seed Pelanggan i=7 merupakan verteks seed karena merupakan verteks di V\F dengan jarak terdekat dari depot. F={,1,,8,7}, U=U\{7}={6} R={(,1,),(,1,,),(,,),(,,3,), (,8,),(,9,8,2,),(,7,)}. 3. Perluasan rute Pada Iterasi tidak dapat dilakukan perluasan rute karena kapasitas yang tersisa sudah tidak dapat menampung permintaan dari pelanggan yang belum dikunjungi. Dilanjutkan ke langkah 2. Iterasi : 2. Pemilihan verteks seed

21 11 Pelanggan i=6 merupakan verteks seed karena merupakan verteks di V\F dengan jarak terdekat dari depot. F={,1,,8,7}, U=U\{6}= R={(,1,),(,1,,),(,,),(,,3,), (,8,),(,9,8,2,),(,7,),(,6,)}. 3. Perluasan rute Pada Iterasi tidak perlu dilakukan perluasan rute karena tidak ada lagi pelanggan yang dikunjungi. Selanjutnya dilakukan metode PH menggunakan kendaraan Tipe 2 dengan kapasitas 3 krat. Iterasi 1: 1. Inisialisasi F={}, R= 2. Pemilihan verteks seed Pelanggan i=1merupakan verteks seed sehingga F={,1}, R={(,1,)}, U={2,3,,,6,7,8,9} 3. Perluasan rute Pelanggan terdekat dari pelanggan 1 ialah pelanggan, dilanjutkan ke pelanggan 9 kemudian ke pelanggan 2 dan kembali ke depot karena kendaraan sudah tidak mampu menampung permintaan lagi, sehingga didapat:r={(,1,),(,1,,9,2,)} U=U\{,9,2}={3,,6,7,8}. Jika metode 2- opt dilakukan pada iterasi ini maka beberapa kemungkinan rute yang dihasilkan (detail rute dapat dilihat di Lampiran 3). Rute dengan jarak terpendek ialah rute (,1,2,9,,) dengan jarak 1.28 km. R = {(,1,),(,1,2,9,,). Dilanjutkan ke langkah 2. Iterasi 2: 2. Pemilihan verteks seed Pelanggan i= menjadi verteks seed sehingga: F={,1,}, U={3,6,7,8}, R={(,1,),(,1,2,9,,),(,,)}. 3. Perluasan rute Pelanggan yang dikunjungi setelah pelanggan yaitu pelanggan 3 kemudian kembali ke depot karena kendala kapasitas kendaraan, sehingga didapat U={6,7,8}, R={(,1,),(,1,2,9,,),(,,),(,,3,)}. Pada Iterasi 2 tidak perlu dilakukan metode 2-opt. Dilanjutkan ke langkah 2. Iterasi 3: 2. Pemilihan verteks seed Pelanggan i=8 menjadi verteks seed sehingga: F={,1,,8}, U={6,7}, R={(,1,),(,1,2,9,,),(,,),(,,3,), (,8,)}. 3. Perluasan rute Perluasan rute yang didapat dari iterasi ini dengan metode yang sama ialah U={7}, R={(,1,),(,1,2,9,,),(,,),(,,3,), (,8,),(,8,6,)}. Pada iterasi ini tidak perlu melakukan metode 2-opt. Dilanjutkan ke langkah 2. Iterasi : 2. Pemilihan verteks seed Pelanggan i=7 menjadi verteks seed sehingga: F={,1,,8,7}, U={ }, R={(,1,),(,1,2,9,,),(,,),(,,3,), (,8,),(,8,6,),(,7,)}. 3. Perluasan rute Pada Iterasi tidak perlu dilakukan perluasan rute karena tidak ada lagi pelanggan yang dikunjungi. Selanjutnya dilakukan metode PH menggunakan kendaraan Tipe 3 dengan kapasitas krat. Kendaraan Tipe 3 juga melakukan langkah-langkah yang sama sehingga didapat : Iterasi 1: F={,1},R={(,1,),(,1,,9,2,)}, U={3,,6,7,8}, setelah dilakukan metode 2-opt (detail penghitungan dapat dilihat di Lampiran ) maka terjadi perubahan R menjadi R={(,1,),(,1,2,9,,)}. Iterasi 2: F={,1,}, R={(,1,),(,1,,9,2,),(,,),(,,3,8,)}, U={6,7}, setelah dilakukan metode 2-opt R={(,1,),(,1,2,9,,),(,,),(,8,,3,)}. (detail penghitungan dapat dilihat di Lampiran ). Iterasi 3: F={,1,,7}, R={(,1,),(,1,,9,2,),(,,),(,,3,8,),(,7,),(,7,6,)}, U={ }, metode 2-opt tidak perlu dilakukan.. Evaluasi rute Rute-rute yang dihasilkan tiap iterasi pada setiap tipe kendaraan, dapat dimisalkan seperti berikut : e 1 = rute (,1,,) kendaraan Tipe 1 e 2 = rute (,,3,) kendaraan Tipe 1 e 3 = rute (,8,9,2,) kendaraan Tipe 1 e = rute (,7,) kendaraan Tipe 1 e = rute (,6,) kendaraan Tipe 1 e 6 = rute (,1,,9,2,) kendaraan Tipe 2

22 12 e 7 = rute (,,3,) kendaraan Tipe 2 e 8 = rute (,8,6,) kendaraan Tipe 2 e 9 = rute (,7,) kendaraan Tipe 2 e 1 = rute (,1,2,9,,) kendaraan Tipe 3 e 11 = rute (,8,,3,) kendaraan Tipe 3 e 12 = rute (,7,6,) kendaraan Tipe 3 sehingga biaya tiap rute ialah: π 1 = (26.76) = 1.1 π 2 = (29.7) = π 3 = (39.92) = π = (27.8) = π = (36.) = 1. π 6 = (1.88) = π 7 = (28.) = 178. π 8 = (3.2) = 18.2 π 9 = (27.8) = π 1 = (1.88) = π 11 = (31.32) = π 12 = (36.) = 2.. Penentuan solusi masalah pemartisi himpunan yang diperumum Fungsi objektif Min 1.1 x x x x + 1. x x x x x x x x 12 terhadap kendala x 1 + x 6 + x 1 = 1 x 3 + x 6 + x 1 = 1 x 2 + x 7 + x 11 = 1 x 2 + x 7 + x 1 = 1 x 1 + x 6 + x 11 = 1 x + x 8 + x 12 = 1 x + x 9 + x 12 = 1 x 3 + x 8 + x 11 = 1 x 3 + x 6 + x 1 = 1 x 1 + x 2 + x 3 + x + x 2 x 6 + x 7 + x 8 + x 9 2 x 1 + x 11 + x 12 1 Dengan LINGO 11. diperoleh solusi untuk masalah SPP sebagai berikut: x 1 =x 3 =x =x 7 =x 9 =x 1 =x 11 =x 12 =, x 2 =x =x 6 =x 8 =1, dan nilai fungsi objektif sebesar 661. (detail penghitungan dapat dilihat di Lampiran 6)..2 Tahap Perbaikan dari Setiap Heuristik.2.1 Perbaikan rute NNH Rute-rute yang dihasilkan dari setiap iterasi kemudian diperbaiki dengan metode 3- opt, metode pembatasan 2-interchange, dan pencarian rute gabungan. Metode-metode tersebut akan lebih mudah diterapkan jika rute-rute yang ada direpresentasikan dalam bentuk sebagai berikut: Rute Iterasi 1 Rute iterasi 2 7 Rute Iterasi 3 Rute Iterasi Rute Iterasi Gambar 13 Rute awal tiap iterasi pada metode NNH. 1. Metode 3-opt Metode 3-opt tidak dapat dilakukan pada rute NNH karena banyaknya verteks yang dihasilkan setiap iterasi tidak dimungkinkan untuk mendapatkan rute lain. 2. Metode pembatasan 2-interchange Pencarian rute baru dengan menggunakan metode pembatasan 2-interchange ialah dengan memperhatikan perubahan total jarak sebelum dan sesudah dilakukannya metode ini. Pembatasan 2-interchange dimulai dengan mencari pasangan terbaik dari Iterasi 1 dengan tetap memperhatikan kapasitas kendaraan. a) Pembatasan 2-interchange rute Iterasi 1 Selisih jarak total terbesar pada iterasi 1 ialah dengan melakukan 2-pemindahan verteks antara Iterasi 1 dengan Iterasi. Total jarak awal ialah km dan total jarak akhir 39.2 km, sehingga selisih totalnya yaitu sebesar 23.2 km (detail penghitungan dapat dilihat di Lampiran 7). 1 1 Gambar 1 2-pemindahan verteks antara Iterasi 1 dan Iterasi

23 13 b) Pembatasan 2-interchange rute Iterasi 2 Pembatasan 2-interchange pada rute Iterasi 2 hanya didapat pada 1-pemindahan verteks dengan Iterasi 3. Total jarak awal ialah km dan total jarak akhir ialah 6.12 km, sehingga selisih totalnya yaitu sebesar 3.2 km (detail penghitungan dapat dilihat di Lampiran 8). 9 3 Gambar 1 1-pemindahan verteks antara Iterasi 2 dan Iterasi 3. Rute yang tersisa hanya rute Iterasi maka tidak perlu mencari pasangan pembatasan 2- interchange. 3. Pencarian rute gabungan Pencarian rute gabungan dapat dilakukan dengan memperhatikan tabel di bawah ini. Tabel 1 Rute-rute hasil dari pembatasan 2- interchange pada NNH Iterasi Sisa Total Tipe kapasitas permintaan kendaraan kendaraan Pada Tabel 1 terlihat bahwa tidak ada rute yang dapat digabungkan sehingga ruterute yang telah diperbaiki dapat dihitung biayanya. Tabel 11 Biaya perbaikan NNH Iterasi Rute Jarak (km) Biaya (ribu rupiah) 2 (,,) (,9,8,2,3,) (,7,) (,6,1,,) Total Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa setelah perbaikan maka biaya yang dikeluarkan pada metode NNH yaitu sebesar 71.3 ribu rupiah, sehingga perusahaan dapat menghemat biaya sebesar 1.26 ribu rupiah Tahap perbaikan PH Rute-rute yang dihasilkan oleh metode PH dapat direpresentasikan sebagai berikut: 3 Rute e 2 Rute e Rute e 6 Rute e 8 Gambar 16 Rute awal yang dihasilkan pada metode PH. 1. Metode 3-opt Metode 3-opt hanya bisa diaplikasikan pada rute e 6, namun dari semua kemungkinan yang ada tidak terdapat rute dengan jarak yang lebih baik, sehingga rute yang digunakan tetap rute awal. (detail penghitungan dapat dilihat di Lampiran 9). 2. Metode pembatasan 2-interchange Berdasarkan data sebelumnya, rute e 2 dan rute e menggunakan kendaraan Tipe 1 dengan kapasitas 2 krat sedangkan rute e dan rute e 6 menggunakan kendaraan Tipe 2 dengan kapasitas 3 krat. a) Pembatasan 2-interchange rute e 2 Selisih jarak total terbesar pada e 2 hanya didapat dengan melakukan 2-penukaran verteks antara e 2 dengan e 6. Total jarak awal ialah 7.32 km dan total jarak akhir 7.2 km, sehingga selisih totalnya yaitu sebesar.12 km (detail penghitungan dapat dilihat di Lampiran 1) Gambar 17 2-penukaran verteks antara Rute e 2 dan Rute e

24 1 Rute e dan Rute e 8 tidak dapat mengaplikasikan metode pembatasan 2- interchange karena kendala kapasitas. 3. Pencarian rute gabungan Pencarian rute gabungan dapat dilakukan dengan memperhatikan tabel di bawah ini Tabel 12 Rute-rute hasil dari pembatasan 2- interchange pada PH Rute Sisa Total Tipe kapasitas permintaan kendaraan kendaraan e e e e Pada Tabel 12 terlihat bahwa tidak ada rute yang dapat digabungkan sehingga ruterute yang telah diperbaiki dapat dihitung biayanya. Rute yang dihasilkan pada PH perbaikan dapat dilihat pada Tabel 13 Tabel 13 Biaya PH perbaikan Rute Jarak (km) Biaya (ribu rupiah) e 2 (,1,,) e (,7,) e 6 (,,3,9,2,) e 8 (,8,6,) Total Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa setelah perbaikan maka biaya yang dikeluarkan pada metode PH yaitu sebesar 66.8 ribu rupiah, sehingga perusahaan dapat menghemat biaya sebesar.96 ribu rupiah..3 Hasil Hasil yang didapat dari penerapan metodemetode yang ada dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Data jarak dan biaya tiap heuristik Heuristik Heuristik dengan perbaikan NNH PH NNH PH Jarak (km) Biaya (ribu rupiah) Berdasarkan Tabel 1 heuristik dengan perbaikan menampilkan biaya yang lebih baik bila dibandingkan dengan heuristik tanpa perbaikan. Setiap heuristik memiliki rute berbeda, rute-rute yang diambil menyebabkan perbedaan jarak yang ditempuh dan kendaraan tertentu yang digunakan, jenis kendaraan yang digunakan akan sangat memengaruhi biaya yang dikeluarkan sehingga jarak yang lebih kecil belum tentu menghasilkan biaya yang lebih kecil pula. Setelah rute tiap heuristik terbentuk, maka aktivitas pick-up berupa pengangkutan botol kosong yang ada pada tiap pelanggan mulai diperhitungkan. Aktivitas pick-up ini dapat mengurangi biaya pendistribusian. Adapun biaya yang dikeluarkan oleh pendistribusi jika memperhitungkan aktivitas pick-up dapat dilihat pada Tabel 1 (detail penghitungan dapat dilihat pada Lampiran 11). Tabel 1 Biaya pendistribusian dengan mempertimbangkan aktivitas pick-up Heuristik Heuristik dengan perbaikan Biaya (ribu rupiah) NNH PH NNH PH

25 1 DEPOT DEPOT Keterangan: Tipe kendaraan Jarak (km) Biaya (ribu rupiah) Gambar 18 Rute hasil NNH. Keterangan: Tipe kendaraan Jarak (km) Biaya (ribu rupiah) Gambar 19 Rute hasil NNH perbaikan. DEPOT DEPOT Keterangan: Tipe kendaraan Jarak (km) Biaya (ribu rupiah) Gambar 2 Rute hasil PH. Keterangan: Tipe kendaraan Jarak (km) Biaya (ribu rupiah) Gambar 21 Rute hasil PH perbaikan.

26 16 V SIMPULAN DAN SARAN.1 Simpulan Masalah penentuan rute distribusi barang dapat diselesaikan menggunakan metode heuristik. Penelitian ini menggunakan metode nearest neighbour heuristic dan petal heuristic serta beberapa metode perbaikan. Metode-metode perbaikan yang digunakan ialah metode 2- opt, metode 3-opt, metode 2-interchange terbatas, dan penggabungan rute. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa semakin banyak metode perbaikan yang dilakukan, maka rute yang diperoleh semakin baik..2 Saran Beberapa hal yang dapat dilakukan agar penelitian ini lebih baik terkait dengan implementasinya di lapangan adalah 1. banyaknya pelanggan dapat diperbesar agar semua metode dapat digunakan, 2. dapat ditambahkan kendala waktu pada model matematikanya. DAFTAR PUSTAKA Chartrand G, Zhang P. 29. Chromatic Graph Theory. London: CRC Pr Foulds LR Graph Theory Applications. New York: Springer-Verlag. Garfinkel S, Nemhauser G Integer Programming. New York:A Wiley Interscience Publication. Grötschel M Approaches to hard combinatorial optimization Problems. Di dalam: Bernhard K, editor. Modern Applied Mathematics Optimization and Operations Research. New York: North- Holland Publishing Company. hlm Nilsson C. 23. Heuristics for the Traveling SalesmanProblem. ~TDDB19/reports/htsp.pdf. [2 Agustus 212]. Raditya A. 29. Penggunaan Metode Heuristik dalam Permasalahan Vehicle Routing Problem dan Implementasinya di PT Nippon Indosari Corpindo [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Yen J, Birge J. 26. A Note on A Stochastic Programming Approach to the Airline Crew Scheduling Problem. Transportation Science :3-1. ILOG. 22. User s Manual ILOG Dispatcher 2.1. France: ILOG. Prive J, Renaud J, Boctor F, Laporte G. 26. Solving a vehicle-routing problem arising in soft-drink distribution. Journal of Operational Research Society 7: 1-12.

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

merupakan himpunan sisi-sisi tidak berarah pada. (Yaoyuenyong et al. 2002)

merupakan himpunan sisi-sisi tidak berarah pada. (Yaoyuenyong et al. 2002) dari elemen graf yang disebut verteks (node, point), sedangkan, atau biasa disebut (), adalah himpunan pasangan tak terurut yang menghubungkan dua elemen subset dari yang disebut sisi (edge, line). Setiap

Lebih terperinci

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH SIMULTANEOUS PICK-UP AND DELIVERY SERVICE MENGGUNAKAN ALGORITME TABU SEARCH SYUKRIO IDAMAN

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH SIMULTANEOUS PICK-UP AND DELIVERY SERVICE MENGGUNAKAN ALGORITME TABU SEARCH SYUKRIO IDAMAN PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH SIMULTANEOUS PICK-UP AND DELIVERY SERVICE MENGGUNAKAN ALGORITME TABU SEARCH SYUKRIO IDAMAN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH

MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

MASALAH PENDISTRIBUSIAN BARANG MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ANGGUN ARYANTI

MASALAH PENDISTRIBUSIAN BARANG MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ANGGUN ARYANTI MASALAH PENDISTRIBUSIAN BARANG MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ANGGUN ARYANTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming 4 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami permasalahan yang berhubungan dengan penentuan rute optimal kendaraan dalam mendistribusikan barang serta menentukan solusinya maka diperlukan beberapa konsep teori

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW Tjutju T. Dimyati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan Abstrak: Penentuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori graf 2.1.1 Defenisi graf Graf G adalah pasangan {,} dengan adalah himpunan terhingga yang tidak kosong dari objek-objek yang disebut titik (vertex) dan adalah himpunan pasangan

Lebih terperinci

v 2 v 5 v 3 Gambar 3 Graf G 1 dengan 7 simpul dan 10 sisi.

v 2 v 5 v 3 Gambar 3 Graf G 1 dengan 7 simpul dan 10 sisi. Contoh Dari graf G pada Gambar 1 didapat e 1 incident dengan simpul dan, e incident dengan simpul dan, e 3 tidak incident dengan simpul, v, dan. Definisi 3 (Adjacent) Jika e={p,q} E, maka simpul p dikatakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 8 I PENDAHULUAN Latar elakang Pendistribusian suatu barang merupakan persoalan yang sering diumpai baik oleh pemerintah maupun oleh produsen Dalam pelaksanaannya sering kali dihadapkan pada berbagai masalah

Lebih terperinci

ALGORITMA RUTE TERPENDEK BERBASIS TEORI GRAPH

ALGORITMA RUTE TERPENDEK BERBASIS TEORI GRAPH ALGORITMA RUTE TERPENDEK BERBASIS TEORI GRAPH PRAPTO TRI SUPRIYO Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 6680

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI LASO DARI TRAVELING SALESMAN PROBLEM WITH PICK-UP AND DELIVERY DENGAN METODE HEURISTIK ATIKAH NURBAITI

PENENTUAN SOLUSI LASO DARI TRAVELING SALESMAN PROBLEM WITH PICK-UP AND DELIVERY DENGAN METODE HEURISTIK ATIKAH NURBAITI PENENTUAN SOLUSI LASO DARI TRAVELING SALESMAN PROBLEM WITH PICK-UP AND DELIVERY DENGAN METODE HEURISTIK ATIKAH NURBAITI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA CLARKE AND WRIGHT S SAVINGS DALAM MENYELESAIKAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) SKRIPSI DONNA DAMANIK

IMPLEMENTASI ALGORITMA CLARKE AND WRIGHT S SAVINGS DALAM MENYELESAIKAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) SKRIPSI DONNA DAMANIK IMPLEMENTASI ALGORITMA CLARKE AND WRIGHT S SAVINGS DALAM MENYELESAIKAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) SKRIPSI DONNA DAMANIK 110803063 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak supplier ke pihak konsumen dalan suatu supply chain (Chopra, 2010, p86). Distribusi terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelum sampai pada pendefenisian masalah lintasan terpendek, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan mengenai konsep-konsep dasar dari model graph dan

Lebih terperinci

4 PENYELESAIAN MASALAH DISTRIBUSI ROTI SARI ROTI

4 PENYELESAIAN MASALAH DISTRIBUSI ROTI SARI ROTI 24 4 PENYELESAIAN MASALAH DISTRIBUSI ROTI SARI ROTI 4.1 Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kegiatan distribusi roti Sari Roti di daerah Bekasi dan sekitarnya yang dilakukan setiap

Lebih terperinci

Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion *

Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion * Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 204 Pembentukan Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma

Lebih terperinci

Matematika dan Statistika

Matematika dan Statistika ISSN 1411-6669 MAJALAH ILMIAH Matematika dan Statistika DITERBITKAN OLEH: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS JEMBER Majalah Ilmiah Matematika dan Statistika APLIKASI ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA CHEAPEST

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. 6. Sisi eg dipilih sebagai sisi yang memiliki bobot terkecil (lihat Gambar 18).

III PEMBAHASAN. 6. Sisi eg dipilih sebagai sisi yang memiliki bobot terkecil (lihat Gambar 18). a d b f 8 e 8 Gambar Sisi be hasil dari algoritme Prim tahap ke-.. Sisi ec dipilih sebagai sisi yang memiliki bobot terkecil (lihat Gambar ). a d b f 8 e 8 Gambar Sisi ec hasil dari algoritme Prim tahap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II dalam penelitian ini terdiri atas vehicle routing problem, teori lintasan dan sirkuit, metode saving matriks, matriks jarak, matriks penghematan, dan penentuan urutan konsumen.

Lebih terperinci

TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN KENDALA TIME WINDOWS ACHMAD KAMILLUDDIN

TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN KENDALA TIME WINDOWS ACHMAD KAMILLUDDIN TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN KENDALA TIME WINDOWS ACHMAD KAMILLUDDIN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER JMA, VOL. 9, NO.1, JULI 2010, 43-48 43 PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER PRAPTO TRI SUPRIYO Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PELABELAN EDGE MAGIC PADA GRAF BUKU DAN SUPER EDGE MAGIC PADA GRAF MERGE HESTY NUGRAHENI

PELABELAN EDGE MAGIC PADA GRAF BUKU DAN SUPER EDGE MAGIC PADA GRAF MERGE HESTY NUGRAHENI PELABELAN EDGE MAGIC PADA GRAF BUKU DAN SUPER EDGE MAGIC PADA GRAF MERGE HESTY NUGRAHENI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FLEET SIZE AND MIX VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS PADA PENDISTRIBUSIAN KORAN

IMPLEMENTASI FLEET SIZE AND MIX VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS PADA PENDISTRIBUSIAN KORAN IMPLEMENTASI FLEET SIZE AND MIX VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS PADA PENDISTRIBUSIAN KORAN Maya Widyastiti *), Farida Hanum, Toni Bakhtiar Departemen Matematika FMIPA, Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan interupsi signifikan terhadap kegiatan operasional sehari-hari yang bersifat normal dan berkesinambungan. Interupsi ini dapat menyebabkan entitas

Lebih terperinci

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN NEAREST NEIGHBOUR PADA PENDISTRIBUSIAN ROTI DI CV.

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN NEAREST NEIGHBOUR PADA PENDISTRIBUSIAN ROTI DI CV. PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN NEAREST NEIGHBOUR PADA PENDISTRIBUSIAN ROTI DI CV. JOGJA TRANSPORT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR Dian Kurniawati Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta dian_kurniawati83@yahoo.com Agus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan rute terpendek merupakan suatu jaringan pengarahan rute perjalanan di mana seseorang pengarah jalan ingin menentukan rute terpendek antara dua kota berdasarkan

Lebih terperinci

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN GREEDY RANDOMIZED ADAPTIVE SEARCH PROCEDURE VIVIANISA WAHYUNI

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN GREEDY RANDOMIZED ADAPTIVE SEARCH PROCEDURE VIVIANISA WAHYUNI PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN GREEDY RANDOMIZED ADAPTIVE SEARCH PROCEDURE VIVIANISA WAHYUNI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGATURAN RUTE KENDARAAN DENGAN MUATAN KONTAINER PENUH MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI LAGRANGIAN

OPTIMASI PENGATURAN RUTE KENDARAAN DENGAN MUATAN KONTAINER PENUH MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI LAGRANGIAN Tugas Akhir KI 091391 OPTIMASI PENGATURAN RUTE KENDARAAN DENGAN MUATAN KONTAINER PENUH MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI LAGRANGIAN Akhmed Data Fardiaz NRP 5102109046 Dosen Pembimbing Rully Soelaiman, S.Kom.,

Lebih terperinci

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

Artikel Ilmiah oleh Siti Hasanah ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

Artikel Ilmiah oleh Siti Hasanah ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing. Artikel Ilmiah oleh Siti Hasanah ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing. Malang, 1 Agustus 2013 Pembimbing Dra. Sapti Wahyuningsih,M.Si NIP 1962121 1198812 2 001 Penulis Siti Hasanah NIP 309312426746

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai tempat, sering menjadi masalah dalam dunia industri sehari-hari. Alokasi produk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini menjelaskan tentang hal-hal yang erat kaitannya dengan masalah m- ring star. Salah satu cabang matematika yang cukup penting dan sangat luas penerapannya di banyak bidang

Lebih terperinci

SIRKUIT EULER DAN PENENTUAN RUTE OPTIMAL AGUNG SURYA PERMADI

SIRKUIT EULER DAN PENENTUAN RUTE OPTIMAL AGUNG SURYA PERMADI SIRKUIT EULER DAN PENENTUAN RUTE OPTIMAL AGUNG SURYA PERMADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 00 ABSTRAK AGUNG SURYA PERMADI. Sirkuit Euler dan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERMASALAHAN PENJEMPUTAN DAN PENGANTARAN TRAVELING SALESMAN SESUAI ATURAN FIFO DENGAN ALGORITMA ITERATED LOCAL SEARCH

PENYELESAIAN PERMASALAHAN PENJEMPUTAN DAN PENGANTARAN TRAVELING SALESMAN SESUAI ATURAN FIFO DENGAN ALGORITMA ITERATED LOCAL SEARCH PENYELESAIAN PERMASALAHAN PENJEMPUTAN DAN PENGANTARAN TRAVELING SALESMAN SESUAI ATURAN FIFO DENGAN ALGORITMA ITERATED LOCAL SEARCH Ajeng Dwi Andina ) dan Sri Mardiyati ) ).) Departemen Matematika, FMIPA

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten)

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten) PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Steiner Tree dalam Konstruksi Jaringan Pipa Gas

Penerapan Algoritma Steiner Tree dalam Konstruksi Jaringan Pipa Gas Penerapan Algoritma Steiner Tree dalam Konstruksi Jaringan Pipa Gas Achmad Baihaqi, NIM: 13508030 Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesa 10 Bandung e-mail: baihaqi@students.itb.ac.id

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MAGIC SQUARE SEBAGAI PERMASALAHAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) RISMANTO FERNANDUS SIRINGO-RINGO

PENYELESAIAN MAGIC SQUARE SEBAGAI PERMASALAHAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) RISMANTO FERNANDUS SIRINGO-RINGO PENYELESAIAN MAGIC SQUARE SEBAGAI PERMASALAHAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) RISMANTO FERNANDUS SIRINGO-RINGO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

AN ANALISIS RANCANGAN PENAWARAN DISKON DENGAN BANYAK PELANGGAN DAN TITIK IMPAS TUNGGAL

AN ANALISIS RANCANGAN PENAWARAN DISKON DENGAN BANYAK PELANGGAN DAN TITIK IMPAS TUNGGAL AN ANALISIS RANCANGAN PENAWARAN DISKON DENGAN BANYAK PELANGGAN DAN TITIK IMPAS TUNGGAL Oleh: Endang Nurjamil G05497044 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SUPER EDGE MAGIC STRENGTH PADA GRAF FIRE CRACKERS DAN GRAF BANANA TREES ANDINI QASHRINA DARMANAGARI

SUPER EDGE MAGIC STRENGTH PADA GRAF FIRE CRACKERS DAN GRAF BANANA TREES ANDINI QASHRINA DARMANAGARI SUPER EDGE MAGIC STRENGTH PADA GRAF FIRE CRACKERS DAN GRAF BANANA TREES ANDINI QASHRINA DARMANAGARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE HEURISTIK DALAM SUPPLY CHAIN NETWORK UNTUK MENENTUKAN JALUR DISTRIBUSI TERPENDEK FAJAR ADIYATNO

PENERAPAN METODE HEURISTIK DALAM SUPPLY CHAIN NETWORK UNTUK MENENTUKAN JALUR DISTRIBUSI TERPENDEK FAJAR ADIYATNO PENERAPAN METODE HEURISTIK DALAM SUPPLY CHAIN NETWORK UNTUK MENENTUKAN JALUR DISTRIBUSI TERPENDEK FAJAR ADIYATNO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK RUDIANSYAH. Evaluasi

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberhasilan penjualan produk. Salah satu faktor kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberhasilan penjualan produk. Salah satu faktor kepuasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Distribusi adalah kegiatan yang selalu menjadi bagian dalam menjalankan sebuah usaha. Distribusi merupakan suatu proses pengiriman barang dari suatu depot ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masalah pengiriman barang, sebuah rute diperlukan untuk menentukan tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui darat, air,

Lebih terperinci

PANDUAN APLIKASI TSP-VRP

PANDUAN APLIKASI TSP-VRP PANDUAN APLIKASI TSP-VRP oleh Dra. Sapti Wahyuningsih, M.Si Darmawan Satyananda, S.T, M.T JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 0 Pengantar Aplikasi ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK DISTRIBUSI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Pendekatan Metode Column Generation pada Vehicle Routing Problem dengan Soft Time Windows

Pendekatan Metode Column Generation pada Vehicle Routing Problem dengan Soft Time Windows Pendekatan Metode Column Generation pada Vehicle Routing Problem dengan Soft Time Windows Nurul Nafartsani 1, Yudi Satria 2, Helen Burhan 3 1 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia MEMBANDINGKAN ALGORITMA D SATUR DENGAN ALGORITMA VERTEX MERGE DALAM PEWARNAAN GRAF TAK BERARAH Daratun Nasihin 1 Endang Lily 2, M. D. H. Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan salah satu permasalahan yang terdapat pada bidang Riset Operasional. Dalam kehidupan nyata, VRP memainkan peranan penting dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA OPTIMASI DISTRIBUSI LPG DARI AGEN KE TOKO KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI

PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA OPTIMASI DISTRIBUSI LPG DARI AGEN KE TOKO KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA OPTIMASI DISTRIBUSI LPG DARI AGEN KE TOKO KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI I MADE HARY KARTIKA PUTRA NIM. 0808605070 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Sebelum memulai pembahasan lebih lanjut, pertama-tama haruslah dijelaskan apa yang dimaksud dengan traveling salesman problem atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai persoalan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN BEBERAPA METODE HEURISTIK KONSTRUKTIF

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN BEBERAPA METODE HEURISTIK KONSTRUKTIF i PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN BEBERAPA METODE HEURISTIK KONSTRUKTIF DEIBY TINEKE SALAKI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 iii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Algoritma Penentuan Rute Kendaraan Dengan Memperhatikan Kemacetan Muhammad Nashir Ardiansyah (hal 88 92)

Algoritma Penentuan Rute Kendaraan Dengan Memperhatikan Kemacetan Muhammad Nashir Ardiansyah (hal 88 92) ALGORITMA PENENTUAN RUTE KENDARAAN DENGAN MEMPERHATIKAN KEMACETAN Muhammad Nashir Ardiansyah Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University nashir.ardiansyah@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Penentuan Rute Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor dan Metode Sequential Insertion *

Penentuan Rute Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor dan Metode Sequential Insertion * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2014 Penentuan Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor

Lebih terperinci

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HYBRID ALGORITMA GENETIKA DENGAN TEKNIK KENDALI LOGIKA FUZZY UNTUK MENYELESAIKAN VEHICLE ROUTING PROBLEM SKRIPSI DICKY ANDRYAN

IMPLEMENTASI HYBRID ALGORITMA GENETIKA DENGAN TEKNIK KENDALI LOGIKA FUZZY UNTUK MENYELESAIKAN VEHICLE ROUTING PROBLEM SKRIPSI DICKY ANDRYAN IMPLEMENTASI HYBRID ALGORITMA GENETIKA DENGAN TEKNIK KENDALI LOGIKA FUZZY UNTUK MENYELESAIKAN VEHICLE ROUTING PROBLEM SKRIPSI DICKY ANDRYAN ( 060803049 ) DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graf Definisi Graf Suatu graf G terdiri atas himpunan yang tidak kosong dari elemen elemen yang disebut titik atau simpul (vertex), dan suatu daftar pasangan vertex

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ALGORITMA CLARKE-WRIGHT DAN SEQUENTIAL INSERTION DALAM PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN TABUNG GAS LPG

EFEKTIVITAS ALGORITMA CLARKE-WRIGHT DAN SEQUENTIAL INSERTION DALAM PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN TABUNG GAS LPG EFEKTIVITAS ALGORITMA CLARKE-WRIGHT DAN SEQUENTIAL INSERTION DALAM PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN TABUNG GAS LPG Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MENGGUNAKAN METODE SIMPLE HILL CLIMBING

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MENGGUNAKAN METODE SIMPLE HILL CLIMBING Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 0, No. (2015), hal 17 180. PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MENGGUNAKAN METODE SIMPLE HILL CLIMBING Kristina Karunianti Nana, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA RELAKSASI PADA PERMASALAHAN MINIMUM COST FLOW

PENERAPAN ALGORITMA RELAKSASI PADA PERMASALAHAN MINIMUM COST FLOW PENERAPAN ALGORITMA RELAKSASI PADA PERMASALAHAN MINIMUM COST FLOW Supiatun, Sapti Wahyuningsih, Darmawan Satyananda Universitas Negeri Malang E-mail: nuta_ipuzzz@yahoo.com Abstrak : Minimum cost flow merupakan

Lebih terperinci

USULAN RANCANGAN RUTE PENDISTRIBUSIAN MINUMAN TEH KEMASAN BOTOL MENGGUNAKAN ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR DAN LOCAL SEARCH *

USULAN RANCANGAN RUTE PENDISTRIBUSIAN MINUMAN TEH KEMASAN BOTOL MENGGUNAKAN ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR DAN LOCAL SEARCH * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 USULAN RANCANGAN RUTE PENDISTRIBUSIAN MINUMAN TEH KEMASAN BOTOL MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI ) ISSN: `1907-5022 Yogyakarta, 19 Juni STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN

Lebih terperinci

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2012 ISBN No. 978-979-96964-3-9 Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti Fifi Herni Mustofa 1), Hari Adianto

Lebih terperinci

Penentuan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Metode (1-0) Insertion Intra Route (Studi Kasus di PT X) *

Penentuan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Metode (1-0) Insertion Intra Route (Studi Kasus di PT X) * Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.0 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 205 Penentuan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Metode (-0) Insertion Intra

Lebih terperinci

OPERASI PADA GRAF FUZZY

OPERASI PADA GRAF FUZZY OPERASI PADA GRAF FUZZY Budi Setiawan, Prof. Dr. Dwi Juniati, M.Si. Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya Jalan Ketintang Surabaya 60231 Email: b_diset@yahoo.com,

Lebih terperinci

Penentuan Rute Belanja dengan TSP dan Algoritma Greedy

Penentuan Rute Belanja dengan TSP dan Algoritma Greedy Penentuan Rute Belanja dengan TSP dan Algoritma Greedy Megariza 13507076 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PENYEESAIAN TRAVEING SAESMAN PROBEM DENGAN AGORITMA BRANCH AND BOND Yogo Dwi Prasetyo Pendidikan Matematika, niversitas Asahan e-mail: abdullah.prasetyo@gmail.com Abstract The shortest route search by

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH TRANSPORTASI KLASIK MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR

ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH TRANSPORTASI KLASIK MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH TRANSPORTASI KLASIK MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN CLUSTERED TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITME LEXISEARCH FIKRI HIDAYAT

PENYELESAIAN CLUSTERED TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITME LEXISEARCH FIKRI HIDAYAT PENYELESAIAN CLUSTERED TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITME LEXISEARCH FIKRI HIDAYAT DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Peranan jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital dalam proses bisnis dunia industri. Jaringan distribusi dan transportasi ini memungkinkan produk berpindah

Lebih terperinci

Penentuan Rute Distribusi Air Mineral Menggunakan Metode Clarke-Wright Algorithm dan Sequential Insertion *

Penentuan Rute Distribusi Air Mineral Menggunakan Metode Clarke-Wright Algorithm dan Sequential Insertion * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Teknik Industri Itenas.2 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2013 Penentuan Rute Distribusi Air Mineral Menggunakan Metode Clarke-Wright Algorithm dan Sequential

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN OPEN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK SARIKLIS- POWELL

PENYELESAIAN OPEN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK SARIKLIS- POWELL PENYELESAIAN OPEN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK SARIKLIS- POWELL INDAKA, A. ), SISWANDI ), DAN F. HANUM ) ) Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

MASALAH PENENTUAN RUTE KENDARAAN ANTARJEMPUT ROTI SONIA MEITHANIA

MASALAH PENENTUAN RUTE KENDARAAN ANTARJEMPUT ROTI SONIA MEITHANIA MASALAH PENENTUAN RUTE KENDARAAN ANTARJEMPUT ROTI SONIA MEITHANIA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN BARU UNTUK PENYELESAIAN MASALAH TRANSPORTASI SOLID ABSTRACT

PENDEKATAN BARU UNTUK PENYELESAIAN MASALAH TRANSPORTASI SOLID ABSTRACT PENDEKATAN BARU UNTUK PENYELESAIAN MASALAH TRANSPORTASI SOLID Siti Agustina Simanjuntak 1, Tumpal P. Nababan 2, M. D. H. Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN PATH TERPENDEK DENGAN ALGORITME DEKOMPOSISI JARVIS-TUFEKCI. Oleh: DWI ADE RACHMA PUTRI G

PENENTUAN PATH TERPENDEK DENGAN ALGORITME DEKOMPOSISI JARVIS-TUFEKCI. Oleh: DWI ADE RACHMA PUTRI G PENENTUAN PATH TERPENDEK DENGAN ALGORITME DEKOMPOSISI JARVIS-TUFEKCI Oleh: DWI ADE RACHMA PUTRI G00000 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN PADA MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN KOEFISIEN INTERVAL ANA FARIDA

PENGOPTIMUMAN PADA MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN KOEFISIEN INTERVAL ANA FARIDA i PENGOPTIMUMAN PADA MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN KOEFISIEN INTERVAL ANA FARIDA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i ABSTRAK ANA

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada BAB II akan dibahas beberapa teori yang diperlukan untuk pembahasan pada BAB III. Teori-teori yang akan dibahas tersebut mengenai Graf, Vehicle Routing Problem, Capacitated Vehicle

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH RUTE PENYIRAMAN TANAMAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL IMMUNE SYSTEM (AIS) DI KOTA YOGYAKARTA

PENYELESAIAN MASALAH RUTE PENYIRAMAN TANAMAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL IMMUNE SYSTEM (AIS) DI KOTA YOGYAKARTA SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 PENYELESAIAN MASALAH RUTE PENYIRAMAN TANAMAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL IMMUNE SYSTEM (AIS) DI KOTA YOGYAKARTA Viga Apriliana Sari, Eminugroho

Lebih terperinci

SUPER (a,d) EDGE ANTIMAGIC TOTAL LABELING PADA GRAF PETERSEN RAHMAT CHAIRULLOH

SUPER (a,d) EDGE ANTIMAGIC TOTAL LABELING PADA GRAF PETERSEN RAHMAT CHAIRULLOH SUPER (a,d) EDGE ANTIMAGIC TOTAL LABELING PADA GRAF PETERSEN RAHMAT CHAIRULLOH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX Supriyadi 1, Kholil Mawardi 2, Ahmad Nalhadi 3 Departemen Teknik Industri Universitas Serang Raya supriyadimti@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini berisi paparan teori yang berhubungan dengan distribusi,

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini berisi paparan teori yang berhubungan dengan distribusi, BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini berisi paparan teori yang berhubungan dengan distribusi, optimisasi, graf, vehicle routing problem (VRP), capatitated vehicle routing problem with time windows (CVRPTW),

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. MEGA ELTRA PERSERO CABANG MEDAN SKRIPSI

OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. MEGA ELTRA PERSERO CABANG MEDAN SKRIPSI OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. MEGA ELTRA PERSERO CABANG MEDAN SKRIPSI DIAH PURNAMA SARI 090803062 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya kegiatan atau aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kegiatan manusia

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI VEHICLE ROUTING PROBLEM DAN IMPLEMENTASINYA ISKANDAR

MODEL OPTIMASI VEHICLE ROUTING PROBLEM DAN IMPLEMENTASINYA ISKANDAR MODEL OPTIMASI VEHICLE ROUTING PROBLEM DAN IMPLEMENTASINYA ISKANDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

ALGORITMA HARMONY SEARCH DALAM OPTIMALISASI VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW (VRPTW)

ALGORITMA HARMONY SEARCH DALAM OPTIMALISASI VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW (VRPTW) ALGORITMA HARMONY SEARCH DALAM OPTIMALISASI VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW (VRPTW) Irinne Puspitasari 1, Purwanto 2 Email : irinne.puspitasari@gmail.com JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf (Graph) Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E) yang dinotasikan dalam bentuk G = {V(G), E(G)}, dimana V(G) adalah himpunan vertex (simpul) yang tidak kosong

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR Karels, Rheeza Effrains 1), Jusmawati 2), Nurdin 3) karelsrheezaeffrains@gmail.com

Lebih terperinci