BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Djaja Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaanperusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko, atau pun retail, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Supply chain management (SCM) adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya supply chain. SCM yang baik bisa meningkatkan kemampuan bersaing bagi supply chain secara keseluruhan, namun tidak menyebabkan salah satu pihak berkorban dalam jangka panjang. Idealnya, hubungan antar pihak pada suatu supply chain berlangsung jangka panjang. Hubungan jangka panjang memungkinkan semua pihak untuk menciptakan kepercayaan yang lebih baik serta menciptakan efisiensi. Efisiensi bisa tercipta karena hubungan jangka panjang berarti mengurangi ongkos-ongkos untuk mendapatkan perusahaan partner baru (I Nyoman dan Mahendrawathi, 2010) Ada lima bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang terkait dengan fungsi-fungsi utama di dalam supply chain. Kelima bagian utama tersebut yaitu: pengembangan produk, pengadaan, perencanaan dan pengendalian, operasi/produksi, dan pengiriman/distribusi. Pengiriman/distribusi merupakan salah satu dari kelima bagian tersebut. Pengiriman produk ke pelanggan atau pemakai akhir tentunya melibatkan kegiatan transportasi. Aktivitas pengiriman ini bisa dilakukan sendiri oleh perusahaan atau dengan menyerahkannya ke perusahaan jasa transportasi. Dalam cakupan kegiatan distribusi, perusahaan harus bisa merancang jaringan distribusi yang tepat. Keputusan tentang perancangan jaringan distribusi harus mempertimbangkan trade off antara aspek biaya, fleksibilitas, dan kecepatan respon terhadap pelanggan (I Nyoman dan Mahendrawathi, 2010). Manajemen transportasi adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian transportasi atau unit dalam organisasi industri atau perdagangan dan jasa lain ( manufacturing business and service) untuk 6
2 memindahkan/mengangkut barang atau penumpang dari suatu lokasi ke lokasi lainnya secara efektif dan efisien (Rahmi dan Murti, 2013). Kegiatan operasional distribusi bisa sangat kompleks terutama bila pengiriman harus dilakukan ke jaringan yang luas dan tersebar di mana-mana. Perusahaan harus menetapkan tingkat service level yang harus dicapai di masing-masing wilayah, menentukan rute tiap jadwal pengiriman, serta mencari cara-cara yang inovatif untuk mengurangi biaya serta meningkatkan service level ke pelanggan. Studi untuk menciptakan alat bantu penjadwalan pengiriman atau penentuan rute sudah sangat banyak dilakukan dan masih berkembang terus mengingat permasalahan ini sangat penting, namun tidak mudah untuk diselesaikan (I Nyoman dan Mahendrawathi, 2010). Cara-cara inovatif seperti travelling salesman problem, vehicle routing problem, saving heuristic, dan lain-lain memungkinkan distribusi barang bisa dilakukan dengan lebih efisien atau lebih cepat ke tangan pelanggan. Perancangan jaringan supply chain juga merupakan satu kegiatan strategis yang harus dilakukan pada supply chain management dan mencakup keputusan tentang lokasi, jumlah, dan kapasitas fasilitas produksi dan distribusi dalam suatu supply chain (baik yang dimiliki oleh satu atau sejumlah perusahaan yang berkolaborasi). Tujuan dari keberadaan jaringan supply chain adalah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang tentunya bisa berubah secara dinamis dari waktu ke waktu (I Nyoman dan Mahendrawathi, 2010). 2.2 Vehicle Routing Problem (VRP) Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan permasalahan dalam sistem distribusi yang bertujuan untuk membuat suatu rute yang optimal, untuk sekelompok kendaraan yang diketahui kapasitasnya, agar dapat memenuhi permintaan customer dengan lokasi dan jumlah permintaan yang telah diketahui. Suatu rute yang optimal adalah rute yang memenuhi berbagai kendala operasional, yaitu memiliki total jarak dan waktu perjalanan yang ditempuh terpendek dalam memenuhi permintaan customer serta menggunakan kendaraan dalam jumlah yang terbatas (Rahmi dan Murti, 2013). 7
3 Solusi dari sebuah VRP yaitu sejumlah rute pengiriman kebutuhan pelanggan dimana kendaraan berangkat dari depot menuju pelanggan dan kembali lagi ke depot. VRP pertama kali dipelajari oleh Dantzig dan Ramser pada tahun 1959 dalam bentuk rute dan penjadwalan truk. Pada tahun 1964, Clarke dan Wright kemudian melanjutkan penelitian ini dan berhasil menciptakan sebuah metode yaitu Saving Algorithm. Seiring dengan perkembangan dunia industri maka sejak saat itu perkembangan mengenai VRP terus berkembang karena memegang peranan yang penting dalam proses pendistribusian dalam dunia industri (Indra dkk, 2014). Berikut ini adalah karakteristik dari permasalahan dalam VRP yaitu: 1. Perjalanan kendaraan berawal dan berakhir dari dan ke depot awal, 2. Ada sejumlah tempat yang semuanya harus dikunjungi dan dipenuhi permintaannya tepat satu kali, 3. Jika kapasitas kendaraan sudah terpakai dan tidak dapat melayani tempat berikutnya, kendaraan dapat kembali ke depot untuk memenuhi kapasitas kendaraan dan melayani tempat berikutnya, dan 4. Tujuan dari permasalahan ini adalah meminimumkan total jarak yang ditempuh kendaraan dengan mengatur urut-urutan tempat yang harus dikunjungi beserta kapan kembalinya kendaraan untuk mengisi kapasitasnya lagi. Ada empat tujuan umum VRP yaitu sebagai berikut: 1. Meminimalkan biaya transportasi global, terkait dengan jarak dan biaya tetap yang berhubungan dengan kendaraan, 2. Meminimalkan jumlah kendaraan (atau pengemudi) yang dibutuhkan untuk melayani semua konsumen, 3. Menyeimbangkan rute, untuk waktu perjalanan dan muatan kendaraan, dan 4. Meminimalkan penalti akibat pelayanan yang kurang memuaskan dari konsumen. 2.3 Klasifikasi Varian VRP Terhadap beberapa variasi VRP yang sangat bergantung pada jumlah faktor pembatas dan tujuan yang akan dicapai. Pembatas yang paling umum digunakan yaitu jarak, waktu, dan kapasitas (Indra dkk, 2014). 8
4 Tujuan yang ingin dicapai biasanya meminimalkan jarak tempuh, waktu, maupun biaya. Beberapa contoh variasi VRP di antaranya adalah: 1. VRP with multiple trips yaitu setiap kendaraan dapat melakukan lebih dari satu rute untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, 2. VRP with time windows yaitu setiap pelanggan dilayani oleh kendaraan dengan memiliki waktu pelayanan tertentu, 3. VRP with pick-up and delivery yaitu terdapat sejumlah barang yang perlu dipindahkan dari lokasi penjemputan tertentu ke lokasi pengiriman lainnya, 4. Capacitated VRP yaitu kendaraan yang memiliki keterbatasan daya angkut (kapasitas) barang yang harus diantarkan ke suatu tempat, 5. VRP with multiple products yaitu pelanggan memiliki pesanan lebih dari satu jenis produk yang harus diantarkan, 6. VRP with multiple depots yaitu depot awal untuk melayani pelanggan lebih dari satu, 7. Periodic VRP yaitu adanya horison perencanaan yang berlaku untuk satuan waktu tertentu, dan 8. VRP with heterogeneus feet of vehicles yaitu kapasitas antara satu kendaraan dengan kendaraan lainnya tidak selalu sama. Jumlah dan tipe kendaraan diketahui. Telah disebutkan sebelumnya bahwa ada berbagai variasi dari VRP. Masing-masing varian memiliki faktor pendorong tersendiri dan masalah tersendiri. Pada penelitian ini, ada tiga varian VRP yang memiliki hubungan dengan kasus yang diteliti, yaitu Capacitated VRP (CVRP), Vehicle Routing Problem with Multiple Trips and Fixed Fleet Split Delivery (VRPMTFFSD), dan Vehicle Routing Problem with Time Windows (VRPTW) Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) Capacitated VRP atau CVRP adalah sebuah VRP di mana diberikan sejumlah kendaraan dengan kapasitas tersendiri yang harus melayani sejumlah permintaan pelanggan yang telah diketahui untuk satu komoditas dari sebuah depot dengan biaya 9
5 transit minimum. Oleh karena itu, CVRP sama seperti VRP dengan faktor tambahan yaitu tiap kendaraan punya kapasitas tersendiri untuk satu komoditas (Indra dkk, 2014). Tujuan dari CVRP ini untuk meminimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu perjalanan, dan total permintaan barang untuk tiap rute tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan yang melewati rute tersebut. Solusi CVRP dikatakan layak jika jumlah total barang yang diatur untuk tiap rute tidak melebihi kapasitas kendaraan yang melewati rute tersebut. Misalkan Q melambangkan kapasitas sebuah kendaraan, maka solusi untuk CVRP sama dengan VRP, tapi dengan batasan tambahan total permintaan pelanggan pada rute R 1 tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan Q Vehicle Routing Problem with Multiple Trips and Fixed Fleet Split Delivery (VRPMTFFSD) Varian Vehicle Routing Problem with Multiple Trips and Fixed Fleet Split Delivery (VRPMTFFSD) digunakan pada saat kondisi satu unit kendaraan angkut dapat melakukan pengiriman barang lebih dari satu rute untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan satu pelanggan dapat dikunjungi lebih dari satu kali dengan jumlah kendaraan angkut yang dimiliki adalah tetap (Indra dkk, 2014). Varian ini dapat digunakan jika tiap pelanggan dapat dilayani dengan kendaraan yang berbeda andaikan biayanya dapat berkurang. Tujuan dari penggunaan varian VRPMTFFSD ini adalah untuk meminimasi jumlah kendaraan dan total waktu perjalanan untuk pelayanan serta mengurangi total biaya untuk semua rute. Solusi dianggap layak jika tiap rute memenuhi batasan standar VRP ditambah dengan tiap pelanggan bisa dilayani oleh lebih dari satu kendaraan Vehicle Routing Problem with Time Windows (VRPTW) Vehicle Routing Problem with Time Windows (VRPTW) pada dasarnya hampir sama dengan VRP, namun memiliki batas tambahan yaitu sebuah jangka waktu, yang berhubungan dengan setiap pelanggan, yang mendefinisikan sebuah jangka waktu di 10
6 mana pelanggan harus disuplai. Interval waktu di depot disebut sebagai batas penjadwalan. Tujuan dari penggunaan metode VRPTW adalah untuk meminimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu perjalanan serta waktu menuggu yang dibutuhkan untuk menyuplai semua pelanggan pada jam-jam tertentu (Indra dkk, 2014). Kelayakan VRPTW dibatasi oleh hal-hal berikut, yaitu: solusi menjadi tidak layak jika kiriman pada pelanggan sampai setelah batas dari interval, di mana jika kendaraan sampai sebelum batas bawah interval, maka waktu menunggu pada rute tersebut menjadi bertambah. Setiap rute harus start dan berhenti dalam jangka waktu yang berkaitan dengan departemen-x. Namun, kasus soft time windows, sebuah pengiriman yang terlambat tidak mempengaruhi kelayakan solusi. Setelah didapatkan solusi dari VRPTW, maka dapat disesuaikan waktu keberangkatan tiap depot untuk setiap kendaraan untuk menghilangkan waktu menunggu yang tidak penting. 2.4 Metode Penyelesaian Vehicle Routing Problems Permasalahan untuk mendapatkan hasil solusi yang optimal dari pemecahan VRP menjadi bertambah jika terdapat penambahan kendala ( constraint) pada kasus yang harus diselesaikan. Kendala-kendala tersebut antara lain yaitu batasan waktu ( time window), jenis kendaraaan angkut yang berbea-beda kapasitas angkutnya, total waktu maksimum operator kendaraan melakukan pengiriman, hambatan-hambatan di perjalanan, waktu istirahat operator kendaraan ketika melakukan pengiriman, dan sebagainya. Dari banyak pendekata untuk memecahkan masalah VRP terdapat dua metode yang paling umum digunakan yaitu metode sweep dan metode saving heuristic. Kedua metode tersebut merupakan teknik pemecahan VRP secara heuristik Metode Sweep Metode sweep adalah metode yang sederhana dalam perhitungannya, bahkan untuk memecahkan masalah yang cukup besar. Keakuratan metode ini rata-rata kesalahan perhitungannya adalah sebesar 10 persen. Keakuratan metode ini adalah pada cara pembuatan jalur rutenya. Prosesnya terdiri dari dua tahap, pertama titik pemberhentian 11
7 ditentukan untuk kendaraan yang ada. Tahap kedua adalah menentukan urutan titik pemberhentian pada rute. Karena melibatkan dua tahapan proses maka total waktu dalam suatu rute dan batasan waktu tidak dapat ditangani dengan baik oleh metode ini (Ballou, 2005). Metode sweep ini terbagi menjadi dua macam, yaitu cluster first route second dan route first cluster second Metode Sweep Cluster First Route Second Penyelesaian dengan metode ini dilakukan dengan membuat kelompok lokasi pemberhentian terlebih dahulu, kemudian membuat rute (Cordeau dkk, 2002). Langkahlangkah dalam penyelesaian VRP dengan metode ini adalah sebagai berikut: 1. Gambarkan semua lokasi pemberhentian dan lokasi depot dalam sebuah peta. 2. Lakukan pembentukan kelompok dengan cara menarik garis pada peta ke arah mana saja dari lokasi depot, kemudian rotasikan garis ini hingga memotong lokasi pemberhentian. Arah rotasi dapat searah jarum jam ataupun berlawanan dengan arah jarum jam. 3. Setiap memotong lokasi pemberhentian, lakukan evaluasi kapasitas kendaraan untuk mengecek apakah apabila lokasi pemberhentian tersebut dimasukkan ke dalam kelompok, masih memenuhi batasan kapasitas kendaraan atau tidak. Jika dengan memasukkan lokasi tersebut batasan kapasitas kendaraan dilanggar, maka proses pengelompokkan harus dihentikan dan dilanjutkan dengan membuat kelompok baru terhadap lokasi pemberhentian yang masih belum dimasukkan kedalam kelompok manapun. 4. Selanjutnya, setelah seluruh lokasi pemberhentian masuk kedalam kelompoknya masing-masing, dalam tiap kelompok dilakukan penjadwalan kunjungan untuk lokasi pemberhentian. Penjadwalan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga didapatkan total jarak yang minimum untuk tiap kelompok rute. (Ballou, 2005) 12
8 Metode Sweep Route First Cluster Second Penyelesaian dengan metode ini merupakan kebalikan dari metode sebelumnya. Pada metode ini, pertama-tama dilakukan pembentukan rute terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan pengelompokan lokasi pemberhentian kedalam kelompok (Baldacci dkk, 2007). Langkah-langkah dalam penyelesaian VRP dengan metode ini adalah sebagai berikut: 1. Gambarkan semua lokasi pemberhentian dan lokasi depot dalam sebuah peta. 2. Buatlah rute yang dapat melayani seluruh lokasi pemberhentian dengan meminimumkan total jarak tempuh rute. Pembentukan rute ini dilakukan tanpa memperhatikan batasan kapasitas kendaraan. 3. Setelah didapatkan rute dengan total jarak tempuh yang minimum, kemudian lakukan pembentukan kelompok. 4. Pembentukan kelompok ini pertama-tama dilakukan dengan cara memilih satu lokasi pemberhentian. Selanjutnya, dengan mengikuti arah rute yang telah dibuat, tambahkan lokasi pemberhentian ke dalam kelompok dengan tidak melanggar batasan kapasitas. Apabila penambahan lokasi ini mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap batasan kapasitas kendaraan, maka harus dibuat kelompok baru untuk lokasi pemberhentian tersebut. (Baldacci dkk, 2007) Untuk mendapatkan letak lokasi pada koordinat cartesius pada proses pemetaan lokasi, maka dapat digunakan Persamaan 2.1 dan 2.2 sebagai berikut: Koordinat-X i = Koordinat BT i Koordinat BT 0... (2.1) dengan: koordinat-x i = koordinat-x lokasi i koordinat-bt i = koordinat-bt lokasi i koordinat-bt 0 = koordinat-bt lokasi depot Koordinat-Y i = Koordinat LS 0 Koordinat LS i... (2.2) dengan: koordinat-y i = koordinat-y lokasi i koordinat-ls i = koordinat-ls lokasi i koordinat-ls 0 = koordinat-ls lokasi depot 13
9 Pada pemetaan lokasi tersebut ditentukan bahwa lokasi depot (BT;LS) adalah sebagai titik pusat pada koordinat cartesius yaitu titik (0;0) Metode Saving Heuristic Salah satu metode heuristik yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam transportasi untuk menentukan rute dan jadwal distribusi adalah dengan menggunakan metode saving heuristic atau biasa disebut juga sebagai metode saving matrix. Metode saving heuristic/saving matrix pada hakekatnya adalah metode untuk meminimumkan jarak atau waktu atau ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada (I Nyoman dan Mahendrawathi, 2010). Kelebihan dari metode ini adalah terletak pada kemudahan untuk dimodifikasi jika terdapat batasan waktu pengiriman, kapasitas kendaraan, jumlah kendaraan atau batasan lainnya dan dapat memberikan solusi yang praktis dan cepat. Meskipun hasil yang diberikan tidak menjamin bahwa hasil merupakan solusi optimal, tetapi metode ini dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk menyelesaikan penjadwalan pengiriman dengan berbagai pembatas yang ada (Rahmi dan Murti, 2013). Langkah -langkah yang harus dikerjakan adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasikan matriks jarak dari depot ke masing-masing outlet dan sebaliknya, maupun dari outlet satu ke outlet lainnya. Pada langkah ini, jarak antar depot ke masing-masing tujuan dan jarak antar tujuan wajib diketahui. Apabila jarak riil antar lokasi diketahui, maka jarak riil tersebut lebih baik digunakan dibandingkan dengan jarak teoritis yang dihitung denga rumus. 2. Mengidentifikasikan matriks penghematan/saving matrix. Pada langkah awal tahap ini diasumsikan bahwa setiap outlet akan dikunjungi oleh satu kendaraan (truk) secara ekslusif. Akan ada penghematan yang diperoleh dengan menggabungkan dua atau lebih rute tersebut menjadi satu. Saving matrix mempresentasikan penghematan yang bisa direalisasikan dengan menggabungkan dua tujuan ke dalam satu rute. Perubahan jarak adalah sebesar total jarak pengiriman terpisah dikurangi total jarak pengiriman yang digabung. 14
10 Perhitungan saving matrix tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan 2.3 sebagai berikut: S ij = C i0 +C 0j -C ij... (2.3) dengan: S ij = nilai saving yang dihasilkan pada pengiriman i dan j (C i0 ) = jarak antara depot dan lokasi i (C 0j ) = jarak antara lokasi j dan depot i (C ij ) = jarak antara lokasi i dan lokasi j 3. Mengalokasikan lokasi pengiriman ke kendaraan atau ke dalam rute. Penggabungan dimulai dari nilai penghematan terbesar pertama lalu nilai penghematan terbesar kedua, dan seterusnya, sampai seluruh outlet teralokasikan. Diawal dialokasikan bahwa tiap outlet memiliki rute yang berbeda. Outlet-outlet tersebut bisa digabungkan sampai pada batas kapasitas truk yang ada dan horison perencanaan yang berlaku. Penggabungan dimulai dari nilai saving yang terbesar. 4. Mengurutkan outlet tujuan dalam rute yang sudah terdefinisi. Pada prinsipnya, tujuan dari pengurutan ini adalah untuk meminimumkan jarak perjalanan truk. Salah satu metodenya adalah nearest neighbour. Menggunakan prinsip selalu menambahkan outlet yang jaraknya paling dekat dengan outlet yang dikunjungi terakhir (Nurwidiana dkk, 2011) Metode Nearest Neighbour Terkait dengan penggunaan metode nearest neighbour pada metode sweep route first cluster second, metode nearest neighbour merupakan metode paling sederhana untuk menyelesaikan masalah vehicle routing problem maupun travelling salesman problem, yaitu dengan memilih salah satu node yang mewakili suatu lokasi tujuan, selanjutnya dipilih node tujuan yang akan dikunjungi berikutnya, dengan pertimbangan hanya memilih lokasi tujuan yang memiliki jarak terdekat dengan lokasi yang sebelumnya dikunjungi, dengan catatan hanya boleh menambahkan lokasi tujuan di akhir urutan rute, dan setelah seluruh lokasi tujuan dikunjungi atau seluruh nodes telah terhubung maka tutup rute perjalanan dengan kembali ke lokasi asal (node asal). 15
11 Nearest neighbour merupakan algoritma yang mudah untuk diimplementasikan dan mudah untuk dieksekusi, tetapi tidak menjamin solusi yang dihasilkan optimal. Pada algoritma ini, peraturannya hanya pergi ke pelanggan dengan jarak terdekat yang belum dikunjungi dengan mengikutkan beberapa batasan (Indra dkk, 2014). 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian rute pendistribusian air mineral dalam kemasan sebelumnya dilakukan oleh Indra Sidik Kurniawan, dkk. pada tahun 2013 dengan judul Usulan Rute Pendistribusian Air Mineral Dalam Kemasan Menggunakan Metode Nearest Neighbour dan Clarke & Wright Savings (Studi Kasus di PT. X Bandung). Persoalan yang diteliti di dalam penelitian tersebut yaitu usulan rute pendistribusian dari distributor kepada pelanggan. Penelitian ini hanya meneliti produk yang didistribusikan berupa galon 19 L dengan jarak rute perjalanan bolak-balik adalah sama. Hasil penentuan rute menggunakan metode nearest neighbour menghasilkan 11 tur untuk 1 depot kepada 66 pelanggan dengan total jarak yang dilalui sebanyak 402,39 km dan total waktu 4389,53 menit. Hasil penentuan rute menggunakan metode clarke & wright savings menghasilkan 11 tur dengan total jarak yang dilalui 490,84 km dengan total waktu 4509,215 menit. Jumlah truk yang dibutuhkan yaitu sebanyak 11 truk, dengan metode terpilih pada penentuan rute yaitu metode nearest neighbour. Penelitian lainnya dilakukan oleh Adhie Nurdiansyah Pamungkas, dkk. pada tahun 2013 dengan judul Pembentukan Rute Distribusi Air Mineral Al-Ma soem Menggunakan Metode Clarke Wright dan Nearest Neighbour di PT. Al-Ma soem Muawanah. Penelitian ini hanya meneliti produk yang didistribusikan adalah ar mineral jenis cup 240 ml. Terdapat satu depot dan 34 tempat untuk dikunjungi dengan permintaan yang bervariasi dengan asumsi jumlah kendaraan angkut yang tidak terbatas. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa metode nearest neighbour memiliki total jarak paling kecil yaitu 1453,5 km dengan total rute sebanyak 12 rute pengiriman. 16
APLIKASI VEHICLE ROUTING PROBLEM PADA PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI AIR MINERAL CLUB DI KOTA BALIKPAPAN (Studi Kasus: PT Tirta Makmur Perkasa Balikpapan)
APLIKASI VEHICLE ROUTING PROBLEM PADA PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI AIR MINERAL CLUB DI KOTA BALIKPAPAN (Studi Kasus: PT Tirta Makmur Perkasa Balikpapan) Hijri Virgiawan, Wahyuda, & Muriani Emelda Isharyani
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Bab II dalam penelitian ini terdiri atas vehicle routing problem, teori lintasan dan sirkuit, metode saving matriks, matriks jarak, matriks penghematan, dan penentuan urutan konsumen.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya kegiatan atau aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kegiatan manusia
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak supplier ke pihak konsumen dalan suatu supply chain (Chopra, 2010, p86). Distribusi terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Peranan jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital dalam proses bisnis dunia industri. Jaringan distribusi dan transportasi ini memungkinkan produk berpindah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberhasilan penjualan produk. Salah satu faktor kepuasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Distribusi adalah kegiatan yang selalu menjadi bagian dalam menjalankan sebuah usaha. Distribusi merupakan suatu proses pengiriman barang dari suatu depot ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem distribusi/trasportasi adalah salah satu hal yang penting bagi perusahaan, karena berkaitan dengan pelayana kepada konsumen. Dalam sistem distribusi/trasportasi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori graf 2.1.1 Defenisi graf Graf G adalah pasangan {,} dengan adalah himpunan terhingga yang tidak kosong dari objek-objek yang disebut titik (vertex) dan adalah himpunan pasangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan salah satu permasalahan yang terdapat pada bidang Riset Operasional. Dalam kehidupan nyata, VRP memainkan peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendistribusian suatu barang merupakan persoalan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari baik oleh pemerintah maupun oleh produsen. Dalam pelaksanaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Tirta Makmur Perkasa adalah perusahaan di bawah naungan Indofood yang bertugas mendistribusikan produk air mineral dalam kemasan dengan merk dagang CLUB di Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena penurunan biaya transportasi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dinas lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta adalah dinas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinas lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta adalah dinas pemerintahan yang bergerak di bidang lingkungan hidup daerah yang meliputi kegiatan dalam melakukan pengawasan,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep Supply Chain Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Stephen P. Robbins and Mary Coulter (2012:36), manajemen melibatkan koordinasi pengelolaan dan pengawasan kegiatan kerja sehingga selesai secara efisien dan efektif.
Lebih terperinciBAB III KEGIATAN RISET
BAB III KEGIATAN RISET 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu di PT. Tirta Makmur Perkasa, Jalan Telaga Sari RT. 36 No. 4B Martadinata, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. 3.2 Waktu Penelitian Waktu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.
Lebih terperinciPANDUAN APLIKASI TSP-VRP
PANDUAN APLIKASI TSP-VRP oleh Dra. Sapti Wahyuningsih, M.Si Darmawan Satyananda, S.T, M.T JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 0 Pengantar Aplikasi ini dikembangkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Transportasi merupakan bagian dari distribusi. Ong dan Suprayogi (2011) menyebutkan biaya transportasi adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian mengenai transportasi dan aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya studi
Lebih terperinciMANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI
MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih efektif dan efisien karena akan melewati rute yang minimal jaraknya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Distribusi merupakan proses penyaluran produk dari produsen sampai ke tangan masyarakat atau konsumen. Kemudahan konsumen dalam mendapatkan produk yang diinginkan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin tingginya perkembangan industri membuat persaingan setiap pelaku industri semakin ketat dan meningkat tajam. Setiap pelaku industri harus mempunyai strategi
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah transportasi merupakan aspek penting dalam kehidupan seharihari. Transportasi juga merupakan komponen yang sangat penting dalam manajemen logistik
Lebih terperinciMINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX
MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX Supriyadi 1, Kholil Mawardi 2, Ahmad Nalhadi 3 Departemen Teknik Industri Universitas Serang Raya supriyadimti@gmail.com,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah kegiatan manusia yang sangat penting dalam menunjang dan mewujudkan interaksi sosial serta ekonomi dari suatu wilayah kajian. Salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masalah pengiriman barang, sebuah rute diperlukan untuk menentukan tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui darat, air,
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan komponen penting dalam sistem pelayanan depot suatu perusahaan, proses tersebut dapat terjadi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Transportasi Menurut Nasution (2004), Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Proses pengangkutan merupakan gerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, salah satu program dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat berpendapatan rendah merupakan program nasional dari Pemerintah Pusat hingga Pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai tempat, sering menjadi masalah dalam dunia industri sehari-hari. Alokasi produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Indoberka Investama merupakan perusahaan nasional yang bergerak di bidang kontruksi, pabrikasi, dan distributor rangka atap. Bentuk badan usaha dari PT
Lebih terperinciPenentuan Rute untuk Pendistribusian BBM Menggunakan Algoritma Nearest neighbour (Studi Kasus di PT X)
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol. 01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2014 Penentuan Rute untuk Pendistribusian BBM Menggunakan Algoritma Nearest neighbour
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Distribusi 2.1.1 Definisi Transportasi dan Distribusi Menurut Pujawan dan Mahendrawati (2010), transportasi dan distribusi adalah suatu produk yang berpindah
Lebih terperinciPenentuan Rute Distribusi Es Balok Menggunakan Algoritma Nearest Neighbour dan Local Search (Studi Kasus di PT. X)*
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014 Penentuan Rute Distribusi Es Balok Menggunakan Algoritma Nearest Neighbour
Lebih terperinciUSULAN PERBAIKAN RUTE PENDISTRIBUSIAN ICE TUBE MENGGUNAKAN METODE NEAREST NEIGHBOUR DAN GENETIC ALGORITHM *
Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 205 USULAN PERBAIKAN RUTE PENDISTRIBUSIAN ICE TUBE MENGGUNAKAN METODE NEAREST NEIGHBOUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hal yang berpengaruh dalam meningkatkan pelayanan terhadap konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu dengan jumlah
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Penelitian ini dilakukan di PT. Tirta Makmur Perkasa yang beralamat di Jalan Telaga Sari RT. 36 No. 4B Martadinata, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Lebih terperinciPENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW
INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW Tjutju T. Dimyati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan Abstrak: Penentuan
Lebih terperinciMEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG)
Seminar Nasional IENACO 213 ISSN: 23374349 MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG) Putri Mety Zalynda Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi suatu produk mempunyai peran yang penting dalam suatu mata rantai produksi. Hal yang paling relevan dalam pendistribusian suatu produk adalah transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan manufaktur semakin ketat. Hal ini mendorong perusahaan untuk mencari strategi yang tepat agar dapat
Lebih terperinciPenentuan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Metode (1-0) Insertion Intra Route (Studi Kasus di PT X) *
Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.0 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 205 Penentuan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Metode (-0) Insertion Intra
Lebih terperinciPENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO
Penyelesaian Capacitated Vehicle (Marchalia Sari A) 1 PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO SOLVING CAPACITATED
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah salah satu bagian dari sistem logistik yang sangat penting. Transportasi itu sendiri digunakan untuk mengangkut penumpang maupun barang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang membahas mengenai penentuan rute optimum. Sebagian besar penelitian yang telah dilakukan menggunakan
Lebih terperinciPENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG
PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG Hafidh Munawir, Agus Narima Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang berjudul Evolution Strategies
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teori graf sangat pesat dari tahun ke tahun, pada tahun 1960-an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang
Lebih terperinciManajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N
Manajemen Transportasi dan Distribusi Diadopsi dari Pujawan N Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan menentukan rute distribusi secara optimal dapat membantu perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perusahaan yang bergerak di bidang industri harus dapat mengefektifkan penggunaan jalur distribusi dalam menghemat pengeluaran biaya transportasi. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usaha bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena
Lebih terperinciMANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI
MANAJEMEN TRANPRTASI DAN DISTRIBUSI PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Distribusi Distribusi (distribution) termasuk terminologi dalam ilmu ekonomi dan dalam kalangan perindustrian. Menurut Frank H. Woodward (2002) dijelaskan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dilaksanakan untuk memperoleh masukan mengenai objek yang akan diteliti. Pada penelitian perlu adanya rangkaian langkah-langkah yang
Lebih terperinciUSULAN RANCANGAN RUTE PENDISTRIBUSIAN MINUMAN TEH KEMASAN BOTOL MENGGUNAKAN ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR DAN LOCAL SEARCH *
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 USULAN RANCANGAN RUTE PENDISTRIBUSIAN MINUMAN TEH KEMASAN BOTOL MENGGUNAKAN
Lebih terperinciManajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq
Manajemen Tranportasi dan Distribusi Dosen : Moch Mizanul Achlaq Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pabrik atau distributor tentunya memiliki konsumen-konsumen yang harus dipenuhi kebutuhannya. Dalam pemenuhan kebutuhan dari masing-masing konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi minuman berisotonik yang terletak di daerah Bojonegoro. Perusahaan tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka pelaku bisnis perlu menerapkan suatu strategi yang tepat agar dapat
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sangat pesat, hal ini ditandai dengan adanya tingkat persaingan yang semakin meningkat. Mengingat hal ini, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang proses distribusi yang efektif dan efisien menjadi salah satu faktor yang posisinya mulai sejajar dengan indikator-indikator yang lain dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari hampir semua aktivitas industri adalah menekan biaya produksi dan biaya operasional seminimal mungkin guna mendapatkan keuntungan semaksimal
Lebih terperinciUSULAN RANCANGAN RUTE TRANSPORTASI MULTI TRIP
USULAN RANCANGAN RUTE TRANSPORTASI MULTI TRIP UNTUK MEMINIMASI BIAYA TRANSPORTASI DENGAN HETEROGENEOUS FLEET DAN TIME WINDOW MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA DI PT.XYZ Muhammad Zuhdi Aiman Anka 1,
Lebih terperinciPENYELESAIAN MULTIPLE DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) MENGGUNAKAN METODE INSERTION HEURISTIC
PENYELESAIAN MULTIPLE DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) MENGGUNAKAN METODE INSERTION HEURISTIC Dima Prihatinie, Susy Kuspambudi Andaini, Darmawan Satyananda JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS
Lebih terperinciPERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA
PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO
Lebih terperinciUSULAN RANCANGAN RUTE PENDISTRIBUSIAN AIR GALON HANAANG MENGGUNAKAN ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR DAN LOCAL SEARCH *
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2015 USULAN RANCANGAN RUTE PENDISTRIBUSIAN AIR GALON HANAANG MENGGUNAKAN ALGORITMA
Lebih terperinciOptimasi Rute Pengangkutan Sampah Dengan Metode Vehicle Routing Problem With Time Window Menggunakan Binary Integer Programming
Optimasi Rute Pengangkutan Sampah Dengan Metode Vehicle Routing Problem With Time Window Menggunakan Binary Integer Programming Dwi Sutrisno 1, M. Adha Ilhami 2, Evi Febianti 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan operasional pendistribusian suatu produk dilakukan menyusun jadual dan menentukan rute. Penentuan rute merupakan keputusan pemilihan jalur terbaik sebagai upaya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply
BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang
Lebih terperinciPembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion *
Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 204 Pembentukan Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma
Lebih terperinciOPTIMALISASI RUTE DISTRIBUSI AIR MINUM QUELLE DENGAN ALGORITMA CLARKE & WRIGHT SAVING DAN MODEL VEHICLE ROUTING PROBLEM
OPTIMALISASI RUTE DISTRIBUSI AIR MINUM QUELLE DENGAN ALGORITMA CLARKE & WRIGHT SAVING DAN MODEL VEHICLE ROUTING PROBLEM Ade Irman SM, Ratna Ekawati 2, Nuzulia Febriana 3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem transportasi memegang peran penting dalam masalah pendistribusian, karena harus menjamin mobilitas produk di antara berbagai sistem dengan efisiensi tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem logistik yang bertanggungjawab akan perpindahan material antar fasilitas. Distribusi berperan dalam membawa
Lebih terperinciPenentuan Rute Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor dan Metode Sequential Insertion *
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2014 Penentuan Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem distribusi pupuk terdapat beberapa masalah yang mucul. Masalah sistem distribusi pupuk antara lain berupa masalah pengadaan pupuk, penentuan stock, proses
Lebih terperinciPENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK OBAT MENGGUNAKAN METODE SEQUENTIAL INSERTION DAN CLARKE & WRIGHT SAVINGS (Studi Kasus di PT X Bandung)*
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK OBAT MENGGUNAKAN METODE SEQUENTIAL INSERTION
Lebih terperinciGambar 1.1 Contoh Ilustrasi Kasus CVRP 13
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan konsep umum yang digunakan untuk semua permasalahan yang melibatkan perancangan rute optimal untuk armada kendaraan yang melayani
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN
PENENTUAN RUTE PENGAMBILAN SAMPAH DI KOTA MERAUKE DENGAN KOMBINASI METODE EKSAK DAN METODE HEURISTIC Endah Wulan Perwitasari Email : dek_endah@yahoo.com Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi terdiri dari dua suku kata, yaitu sistem dan informasi. Kata sistem mengandung arti suatu tatanan yang kompleks yang terdiri dari elemen-elemen
Lebih terperinciUsulan Rute Distribusi Roti Dengan Menggunakan Metode Clarke Wright Algorithm
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Teknik Industri Itenas No.1 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juni 2013 Usulan Rute Distribusi Roti Dengan Menggunakan Metode Clarke Wright Algorithm Heru Chrystianto,
Lebih terperinciUSULAN RUTE DISTRIBUSI TABUNG GAS 12 KG MENGGUNAKAN ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR DAN ALGORITMATABU SEARCH DI PT. X BANDUNG *
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2015 USULAN RUTE DISTRIBUSI TABUNG GAS 12 KG MENGGUNAKAN ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicle Routing problem (VRP) merupakan topik penelitian yang telah lama ada, yang pertama kali dilakukan oleh Dantzig dan Ramser (1959) dengan judul The Truck Dispatching
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Dalam banyak perusahaan, pengaturan kegiatan distribusi barang dari produsen ke konsumen merupakan faktor yang memegang peranan penting, dikarenakan pengeluaran
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Pujawan dan Mahendrawati (2010) telah menjelaskan bahwa fungsi dasar manajemen distribusi dan transportasi pada umumnya yang terdiri dari:
Lebih terperinciUSULAN RANCANGAN RUTE PENDISTRIBUSIAN PRODUK KARPET DENGAN MENGGUNAKAN METODE (1-0) INSERTION INTRA ROUTE *
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2015 USULAN RANCANGAN RUTE PENDISTRIBUSIAN PRODUK KARPET DENGAN MENGGUNAKAN METODE
Lebih terperinciUsulan Perbaikan Rute Distribusi Menggunakan Metode Clarke Wright Savings Algorithm (Studi Kasus : PT Pikiran Rakyat Bandung) *
Reka Integra. ISSN; 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 Usulan Perbaikan Rute Distribusi Menggunakan Metode Clarke Wright Savings
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Teknis Perencanaan Teknis berhubungan dengan pemilihan lokasi usaha atau pabrik dan alokasi dari output pabrik tersebut, penentuan kapasitas pabrik, perancangan pabrik,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang saling berhubungan antara teori-teori yang digunakan untuk dijadikan sebagai refrensi dalam penelitian skripsi ini. 2.1 Logistik
Lebih terperinciPenentuan Rute Distribusi Air Mineral Menggunakan Metode Clarke-Wright Algorithm dan Sequential Insertion *
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Teknik Industri Itenas.2 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2013 Penentuan Rute Distribusi Air Mineral Menggunakan Metode Clarke-Wright Algorithm dan Sequential
Lebih terperincicommit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Vehicle Routing Problem (VRP)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Vehicle Routing Problem (VRP) Di dalam VRP setiap rute kendaraan dimulai pada depot, melayani semua pelanggan pada rute tersebut, dan kembali ke depot. Rute
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pengolahan Data Harian Divisi operasional di JNE Logistics and Distribution bertanggung jawab untuk memastikan bahwa komoditas dari vendor-vendor yang memakai jasa JNE Logistics
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjang apakah produk tersebut akan kompetitif di pasar nantinya. Mengingat
V-13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik merupakan hal yang akan menunjang apakah
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. menyelesaikan Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) yang meliputi. teori graf, Traveling Salesman Problem (TSP), Vehicle
BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan diberikan dasar-dasar teori yang digunakan untuk menyelesaikan Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) yang meliputi optimasi, distribusi, teori graf, Traveling
Lebih terperinciPENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV.
PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SARI JAYA MANDIRI SKRIPSI Oleh : DEDI INDRA GUNAWAN 0632010087 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini berisi paparan teori yang berhubungan dengan distribusi,
BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini berisi paparan teori yang berhubungan dengan distribusi, optimisasi, graf, vehicle routing problem (VRP), capatitated vehicle routing problem with time windows (CVRPTW),
Lebih terperinciPENENTUAN RUTE PENGIRIMAN DAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLARK AND WRIGHT SAVING HEURISTIC
PENENTUN RUTE PENGIRIMN DN BIY TRNSPORTSI DENGN MENGGUNKN METODE CLRK ND WRIGHT SVING HEURISTIC (Studi Kasus di PT TEH BOTOL SOSRO BNDUNG) gus Purnomo Universitas Pasundan Bandung Jl. Setiabudhi No. 193
Lebih terperinciPenentuan Rute dan Penjadwalan Kendaraan untuk Pengiriman Spon di CV. Prima Maju Jaya
Penentuan Rute dan Penjadwalan Kendaraan untuk Pengiriman Spon di CV. Prima Maju Jaya Thomas Hariono 1, Herry Christian Palit 2 Abstract: Competition in the industry is getting tighter forcing every company
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dan pembangunan di wilayah perkotaan di Indonesia, diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian penduduk perdesaan ke kota dengan anggapan akan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Profil Perusahaan PT Kaltim Multi Boga Utama atau yang sering disebut KMBU merupakan anak perusahaan PT Pupuk Kaltim yang bergerak dalam jasa Boga. KMBU didirikan pada Tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini, supply chain management (SCM) telah menjadi salah satu alat perbaikan bisnis yang paling kuat. Setiap organisasi harus melakukan transformasi baik dari segi
Lebih terperinci