BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT BPS didirikan pada tahun 2000 dan bergerak di agroindustri dan agribisnis, tepatnya dalam perkebunan kelapa sawit. Perusahaan ini berlokasi di Jakarta (kantor) dan Kalimantan (perkebunan). Dalam kegiatan operasionalnya, PT BPS menggunakan Pola Kemitraan Inti Plasma atau Perkebunan Inti Rakyat, yaitu model dimana pengembangan perkebunan dilakukan dengan perkebunan besar (dalam hal ini PT BPS) sebagai Inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat di sekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan dan berkesinambungan. Sebagai contoh, PT BPS membantu para penduduk setempat dalam mengembangkan kebun mereka, dan di sisi lain mereka harus menjual hasilnya pada PT BPS dalam suatu perjanjian. Visi PT BPS adalah untuk mengembangkan agroindustri dan agribisnis kelapa sawit yang unggul dan berkembang. Misi PT BPS adalah untuk menghasilkan produk bermutu tinggi dan memberikan kontribusi untuk perkembangan ekonomi daerah. 31

2 Evaluasi Kinerja Perusahaan Sebagai langkah awal, tim GFP pertama-tama melakukan evaluasi kinerja perusahaan pada tahapan pembibitan periode pertama. Evaluasi kinerja ini diharapkan menjadi gambaran mengenai keadaan dan kinerja perusahaan sampai akhir periode pembibitan yang pertama Rencana Pembibitan Kelapa Sawit Didalam pembibitan kelapa sawit ini, PT. BPS berencana untuk menanam kelapa sawit pada area seluas hektar yang dijadwalkan akan selesai pada akhir tahun 2008 dan akan dibagi menjadi empat periode kerja. Berikut adalah rencana yang dimiliki oleh PT. BPS: Tabel 4.1 Rencana Pembibitan Kelapa Sawit Pekerjaan Luas Lahan (HA) Periode Jumlah Bibit (136 bibit/hektar) Pembibitan Periode Jan-2003 s/d Agt Pembibitan Periode Jan-2005 s/d Apr Pembibitan Periode Mei-2006 s/d Agt Pembibitan Periode Sep-2007 s/d Des Total Tahun Sumber: Data PT. BPS Workflow Pembibitan Kelapa Sawit PT. BPS didalam melakukan proses pembibitan kelapa sawit menggunakan metode pembibitan dua tahap. Didalam metode pembibitan ini, aktivitas kegiatan dibagi menjadi dua tahapan yaitu: pre nursery dan main nursery. Dibawah ini adalah alur pembibitan yang dilakukan oleh PT. BPS:

3 Gambar 4.1. Tahap Pre nursery 33

4 Gambar 4.2. Tahap Main nursery 34

5 35 Secara garis besarnya, proses pembibitan kelapa sawit yang digunakan oleh PT. BPS adalah sebagai berikut: Gambar 4.3. Diagram Proses Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Langkah 1 : Melakukan persiapan penanaman, pada tahap ini aktivitas yang dilakukan antara lain: mengumpulkan tanah untuk polybag kecil, pengayakan tanah, pengisian dan penempatan polybag dan akhirnya perataan tanah polybag. Yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah polybag harus disiapkan 4 minggu sebelum kecambah ditanam ke polybag.

6 36 Langkah 2 : Melakukan persiapan pre nursery, aktivitas yang dilakukan adalah membuat bedengan dan mengisi pasir lapis atas bedengan. Langkah 3 : Melakukan penanaman bibit, pada tahap ini kecambah harus ditanam sesegera mungkin setelah pengiriman dan tidak disimpan lebih dari 5 hari. Apabila lebih dari 5 hari maka kecambah tersebut tidak dapat lagi digunakan/rusak. Langkah 4 : Tahapan pre nursery, pada tahapan ini aktivitas yang dilakukan hanyalah maintenance/perawatan bibit selama 3 bulan. Perawatan yang dilakukan antara lain: memupuk, menyiram, membersihkan rumput, memberantas hama dan yang terakhir adalah seleksi bibit(pemilihan bibit yang akan dipindahkan ke main nursery). Langkah 5 : Melakukan persiapan transplanting, pada tahap ini aktivitas yang dilakukan adalah mengumpulkan tanah untuk polybag besar, mengisi tanah di polybag, menyiram tanah di polybag. Langkah 6 : Melakukan persiapan main nursery, pada tahap ini aktivitas yang dilakukan adalah memancang yakni membuat jarak antar polybag secara seragam sehingga bibit memperoleh kesempatan yang sama untuk menerima sinar matahari. Langkah 7 : Tahapan transplanting, pada tahap ini yang dilakukan adalah memindahkan bibit dari pembibitan awal (pre nursery) ke pembibitan utama (main nursery). Pemindahan ini harus pada saat yang tepat sehingga tidak terjadi transplanting shock yang dapat menghambat pertumbuhan bibit.

7 37 Langkah 8 : Tahapan main nursery, pada tahapan ini aktivitas yang dilakukan hanyalah maintenance/perawatan bibit selama 9 bulan. Perawatan yang dilakukan antara lain: memupuk, menyiram, merumput, memberantas hama dan melakukan seleksi bibit. Setelah tahapan ini diharapkan menghasilkan bibit unggul yang siap ditanam Pelaksanaan Pembibitan Kelapa Sawit Pada akhir 2002 lahan pre nursery telah selesai disiapkan, sehingga proses penanaman kecambah sudah bisa dilakukan. Pembibitan periode pertama dimulai dari bulan januari 2003 ketika kecambah pertama kali diterima. Data pelaksanaan pembibitan dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.2 Penerimaan Kecambah Penerimaan (butir) Pembayaran (Rp) No Tanggal Jumlah Jumlah 1. 15/01/ /02/ /02/ /03/ /03/ /04/ /04/ /05/ /05/ /06/ /07/ /08/ TOTAL Sumber: Data PT. BPS Harga perkiraan Rp ,-

8 38 Tabel 4.3 Pre nursery Periode I No Penerimaan (butir) Tanam di Pre nursery Bibit Afkir Tanggal Jumlah Tanggal Jumlah Jumlah % , , , , , , , , , , , ,52 TOTAL ,07 Sumber: Data PT. BPS (Perkebunan) Tanggal penerimaan kecambah pada tabel 4.3 adalah tanggal dimana kecambah tersebut sampai dilokasi perkebunan. Sedangkan jumlah kecambah yang diterima juga lebih besar dari jumlah pesanan dikarenakan setiap pembelian kecambah akan diberikan lebih banyak 2,5% dari total pesanan. Hal ini dilakukan oleh pemasok disebabkan kecambah yang diterima tidak 100% dijamin dalam kondisi bagus seluruhnya. Jadwal pelaksanaan main nursery adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Main nursery Periode I No Tanam di Main nursery Tanggal Jumlah 1. September Oktober November Desember Januari Februari

9 39 7. Maret April Mei Juni Juli Agustus September TOTAL Sumber: Data PT. BPS Tabel 4.5 Data Seleksi Bibit Afkir s/d Desember 2004 No. penanaman Bibit Mati Bibit Afkir Jumlah Bibit Sehat Blok Bulan Bibit Bibit % Bibit % Bibit % a b c d e F g h=(d+f) i j=(c-h) A Mei , , B Jun , , C Apr , , D Mei , , E Jun , , F Jun , , G Apr , , H Mar , , I Apr , , J Mar , , K Feb , , L Jul , , M Mar , , N Feb , , O Jul , , P Des , , , Q Jul , , R Nop , , , S Jan , , , T Des , , , U Jan , , , V Okt ,94 2 0, , W Sep , , X Agust , , Y Sep , , Z Agust ,02 6 0, AA Jul , , AB Mei , , , Jumlah , , , Jumlah lahan tanam dengan populasi 136 Phn/Ha + Sisipan 9 Phn/Ha Ha Sumber: Data PT. BPS

10 40 Untuk data tenaga kerja yang digunakan pada proses pembibitan hingga seluruh bibit dipindahkan ke main nursery dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.6 Data Tenaga Kerja Perkebunan Periode Januari 2003 s/d Desember 2004 No Bulan Jumlah HK Harga Total 1 Januari , Februari , Maret , April , Mei , Juni , Juli , Agustus , September , Oktober , Nopember , Desember , Januari , Februari , Maret , April , Mei , Juni , Juli , Agustus , September , Desember , Total , Sumber: Data PT. BPS Sedangkan untuk bagan rencana keseluruhan periode pembibitan yang disusun oleh PT. BPS beserta realisasi dari periode 1, dapat dilihat dibawah ini:

11 41

12 42 Berikut summary dari kinerja pembibitan Kelapa Sawti PT. BPS pada periode pertama pembibitan: Tabel 4.7 Summary Pembibitan Periode 1 Jenis Kegiatan : Pembibitan Kelapa Sawit Lokasi : Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur Waktu : Januari 2003 s/d desember 2004 Luas Lahan : Ha dengan populasi 136Phn/Ha + sisipan 9 Phn/Ha Sumber: Data PT. BPS DATA PEMAKAIAN BIBIT A. PRE NURSERY Bibit Persentase Pembelian kecambah Kecambah afkir/rusak ,07% Kecambah tertanam ,93% Bibit Mati & afkir ,65% Transplanting ke MN ,28% B. MAIN NURSERY Bibit Persentase Transplanting Bibit Mati ,24% Bibit Afkir ,28% Bibit Sehat ,48% C. PN & MN Bibit Persentase Pembelian kecambah Kecambah afkir/rusak ,07% Bibit mati & afkir di PN ,65% Bibit mati di MN ,38% Bibit afkir di MN ,24% Total bibit afkir & mati ,34% Total bibit Sehat di MN ,66% TOTAL PENGELUARAN UNTUK BIBIT & TENAGA KERJA Keterangan Quantity Jumlah Pembelian ,00 Tenaga Kerja: Jan s/d Jul 3.576, ,00 Agt 03 s/d des , ,00 Total Pengeluaran ,00 KERUGIAN DARI BIBIT : total bibit afkir & mati * harga kecambah : * : ,-

13 Kesimpulan dari Kinerja Perusahaan pada Periode 1 PT. BPS didalam perencanaannya membagi tahapan pembibitan menjadi empat bagian seperti yang sudah dibahas diatas. Tahap pertama yakni yang direncanakan dimulai pada Januari 2003 dan berakhir pada Agustus 2004 telah selesai dikerjakan dimana hasil kerjanya dapat dilihat diatas. Dari pembahasan sebelumnya terlihat dengan jelas bahwa telah terjadi penyimpangan dari rencana semula, dimana pada awalnya periode 1 direncanakan mulai masuk pada tahap pananaman kecambah di bulan Januari 2003 dan berakhir pada Agustus 2004 dimana pada bulan ini diharapkan seluruh bibit telah dipindahkan dari main nursery kelokasi permanen. Tetapi yang terjadi di lapangan jauh diluar dari apa yang diharapkan yakni pada September 2004 bibit baru selesai dipindahkan dari pre nursery ke main nursery. Sehingga baru pada Juni 2005 seluruh bibit baru bisa selesai dipindahkan dari main nursery ke lokasi permanen. Dari sini dapat kita lihat bahwa telah terjadi keterlambatan selama 11 bulan. Sejauh ini dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menyebabkan terjadinya keterlambatan pada periode 1 ini adalah karena tidak adanya perencanaan yang matang oleh PT. BPS. Untuk memperkuat kesimpulan ini maka tim GFP lebih jauhnya akan mencoba untuk melakukan analisa bottle neck yang akan membantu menemukan bagian mana dari proses yang menyebabkan keterlambatan. Selain itu tim GFP juga melakukan management analysis untuk memperkuat dugaan bahwa PT. BPS didalam periode 1 pembibitan kelapa sawit ini tidak melakukan perencanaan yang matang.

14 Pengolahan Data Pada bagian ini, tim GFP akan melakukan dua jenis analisa. Analisa yang pertama adalah bottle neck analysis, dimana pada bagian ini yang coba untuk didapatkan adalah proses pembibitan yang menyebabkan keterlambatan. Tujuan dari analisa pertama ini adalah selain untuk mengetahui proses mana yang menyebabkan keterlambatan juga untuk lebih fokus didalam memberikan rekomendasi kepada PT. BPS. Sedangkan untuk analisa yang kedua yakni management analysis, tim GFP melakukan survey untuk membuktikan kesimpulan sementara yang telah diambil yakni didalam operasinya PT. BPS tidak melakukan perencanaan yang matang sehingga menyebabkan keterlambatan yang merugikan perusahaan Bottle Neck Analysis Pada Gambar 4.5 diperlihatkan jadwal penanaman kelapa sawit di kebun PT. BPS untuk periode I. Permasalahan terjadi dimana antara rencana dan realisasi waktu kerja tidak sama, dengan kata lain terjadi pergeseran pada aktivitas-aktivitas perkebunan.

15 45

16 46 Dalam memulai tahap pre nursery sebenarnya tidak ditemukan masalah karena ketika bibit diterima, lahan untuk pre nursery telah disiapkan sehingga bibit dapat langsung ditanam di pre nursery. Tahap pre nursery selanjutnya lebih bersifat perawatan rutin terhadap bibit sementara lahan untuk main nursery dipersiapkan. Tahap main nursery mengalami keterlambatan, dimana main nursery untuk bibit pengiriman pertama direncanakan dimulai pada pertengahan April Pada kenyataannya transplanting dari pre nursery ke main nursery untuk bibit pengiriman pertama baru dimulai pada bulan September 2003 dan berakhir pada Desember Keterlambatan ini merupakan akibat dari perencanaan yang tidak berjalan baik, terutama untuk tahap main nursery sehingga seiring semakin matangnya bibit di pre nursery, main nursery terlambat atau justru belum disiapkan sama sekali sehingga akhirnya ketika sudah tiba waktunya bagi bibit untuk di-transplanting dari pre nursery ke main nursery, main nursery belum siap untuk menerimanya. Keterlambatan ini berjalan terus ke belakang sehingga setiap bibit mengalami keterlambatan transplanting ke main nursery. Keterlambatan ini berakibat juga pada tidak optimalnya hasil yang diberikan oleh bibit Management Analysis Tim GFP melalukan survei untuk menilai aspek manajerial di PT. BPS, terutama dari sistem perencanaan dan continuous improvement. Sebagai pedoman untuk melakukan survei ini, tim GFP menggunakan konsep PDCA. Konsep ini digunakan karena dianggap yang paling tepat untuk mengetahui apakah suatu perusahaan sudah memiliki perencanaan yang matang atau belum.

17 47 Survei dilakukan dengan menyebar kuosioner ke Direktur Operasional, Manajer Kebun, dan Mandor Kebun. Dari survei tersebut, didapatkan hasil seperti yang direkap berikut ini: Survei Manajemen (Direktur Operasional) 1. Apakah Anda membuat perencanaan proses kerja pembibitan? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 100% c. Tidak pernah 0% 2. Apakah Anda membuat perencanaan kebutuhan untuk proses-proses tersebut? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 100% c. Tidak pernah 0% 3. Apakah Anda membuat perkiraan finansial sehubungan dengan kebutuhan prosesproses tersebut? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 0% c. Tidak pernah 100% 4. Apakah Anda telah mengkomunikasikan dan menjabarkan perencaan ini ke lapisan di bawah Anda sehingga mereka dapat membuat perencanaan yang lebih detail dari rencana Anda? a. Selalu 100% b. Kadang-kadang 0% c. Tidak pernah 0%

18 48 5. Apakah secara periodik Anda memeriksa jika pelaksanaan sesungguhnya sudah sesuai atau belum dengan rencana Anda? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 100% c. Tidak pernah 0% 6. Apakah ada tindak lanjut dari analisa perbandingan rencana dan pelaksanaan sesungguhnya? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 0% c. Tidak pernah 100% 7. Apakah tindak lanjut ini diaplikasikan ke perencanaan untuk periode berikutnya? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 0% c. Tidak pernah 100% 8. Apakah bawahan Anda selalu melaporkan hasil pekerjaannya pada Anda? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 100% c. Tidak pernah 0% 9. Apakah Anda menerima laporan dari bawahan Anda dalam waktu yang cukup bagi Anda untuk membuat penyempurnaan rencana untuk siklus selanjutnya? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 0% c. Tidak pernah 100%

19 49 Direktur Operasi terkadang membuat perencanaan dan selalu mengkomunikasikan rencananya itu ke Manajer Kebun. Direktur Operasi terkadang memeriksa perkembangan sesungguhnya, namun tidak pernah membuat tindak lanjut dari hasil analisis ini. Bawahannya terkadang membuat laporan ke Direktur Operasi, namun laporan ini tidak pernah tiba dalam waktu yang cukup bagi Direktur Operasi untuk membuat perencanaan dalam siklus selanjutnya. Dalam lapisan manajemen atas, siklus PDCA belum dilaksanakan secara optimal karena kadang-kadang Plan dan Check dijalankan, namun Act tidak dijalankan sama sekali. Siklus PDCA tidak dapat bergulir secara kontinu dikarenakan tidak rutinnya laporan dari Manajer Kebun ke Direktur Operasi sehingga continuous improvement pada level atas tidak dapat dilakukan. Survei Manajer Kebun 1. Apakah Anda membuat perencanaan proses kerja pembibitan? a. Selalu 100% b. Kadang-kadang 0% c. Tidak pernah 0% 2. Apakah Anda membuat perencanaan kebutuhan untuk proses-proses tersebut? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 100% c. Tidak pernah 0% 3. Apakah Anda telah mengkomunikasikan dan menjabarkan perencanaan ini ke lapisan di bawah Anda sehingga mereka dapat membuat perencanaan yang lebih detail dari rencana Anda?

20 50 a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 100% c. Tidak pernah 0% 4. Apakah secara periodik Anda memeriksa jika pelaksanaan sesungguhnya sudah sesuai atau belum dengan rencana Anda? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 100% c. Tidak pernah 0% 5. Apakah ada tindak lanjut dari analisa perbandingan rencana dan pelaksanaan sesungguhnya? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 100% c. Tidak pernah 0% 6. Apakah tindak lanjut ini diaplikasikan ke perencanaan untuk periode berikutnya? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 100% c. Tidak pernah 0% 7. Apakah bawahan Anda selalu melaporkan hasil pekerjaannya pada Anda? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 100% c. Tidak pernah 0% 8. Apakah Anda menerima laporan dari bawahan Anda dalam waktu yang cukup bagi Anda untuk membuat penyempurnaan rencana untuk siklus selanjutnya? a. Selalu 0%

21 51 b. Kadang-kadang 0% c. Tidak pernah 100% Manajer kebun selalu membuat rencana kerja namun hanya terkadang membuat perencanaan kebutuhan terkait dengan rencana tersebut. Manajer kebun terkadang mengkomunikasikan rencana ini ke bawahannya dan terkadang memeriksa perkembangan real di lapangan. Manajer kebun terkadang membuat tindak lanjut terhadap analisis gap yang ada dan terkadang mengaplikasikannya untuk siklus selanjutnya. Manajer kebun terkadang menerima laporan dari bawahannya, namun laporan ini tidak pernah tiba dalam waktu yang cukup untuk memperbaiki perencanaan siklus selanjutnya. Dalam lapisan tengah, Plan dilakukan namun belum secara rutin sehingga operasi sehari-harinya terkadang tidak memiliki pegangan pasti. Manajer Kebun terkadang melakukan Check dan Act, namun Act belum menjadi suatu standar dan perubahan yang dibawanya tidak diimplementasikan secara permanen dalam siklussiklus selanjutnya. Survei Mandor Lapangan 1. Apakah manajer kebun memberikan perencanaannya kepada Anda? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 100% c. Tidak pernah 0%

22 52 2. Jika Anda menjawab Ya pada pertanyaan (1), apakah rencana tersebut diberikan pada waktu yang sebenarnya mencukupi untuk membuat rencana yang menjabarkannya secara lebih detail? a. Selalu 20% b. Kadang-kadang 40% c. Tidak pernah 40% 3. Apakah Anda membuat perencanaan yang lebih detail sebagai tindak lanjut perencanaan puncak tadi? a. Selalu 20% b. Kadang-kadang 20% c. Tidak pernah 60% 4. Apakah peralatan dan personel yang tersedia bagi Anda telah mencukupi rencana Anda? a. Selalu 20% b. Kadang-kadang 0% c. Tidak pernah 80% 5. Apakah secara periodik Anda memeriksa pelaksanaan sesungguhnya dan membandingkannya dengan perencanaan yang telah Anda buat? a. Selalu 20% b. Kadang-kadang 60% c. Tidak pernah 20% 6. Apakah ada tindak lanjut dari perbandingan tersebut? a. Selalu 0% b. Kadang-kadang 40% c. Tidak pernah 60%

23 53 7. Apakah tindak lanjut ini diaplikasikan juga untuk perencanaan periode berikutnya dan dikomunikasikan ke lapisan di atas Anda? a. Selalu 20% b. Kadang-kadang 20% c. Tidak pernah 60% Mandor Kebun mayoritas kadang-kadang atau tidak pernah menerima rencana kerja dari Manajer Kebun dalam waktu yang cukup untuk membuat rencana detail mereka. Kebanyakan Mandor Kebun tidak pernah membuat perencanaan detail. Mayoritas Mandor Kebun merasa peralatan dan personel yang tersedia bagi mereka tidak mencukupi. Kebanyakan Mandor Kebun hanya kadang-kadang memeriksa pelaksanaan lapangan dan mayoritas tidak pernah melakukan tindak lanjut dari analisis tersebut. Jika ada, analisis ini tidak pernah dikomunikasikan dan diaplikasikan untuk siklus berikutnya. Oleh karena Mandor Kebun tidak selalu mendapatkan rencana kerja Manajer Kebun, Mandor Kebun umumnya tidak membuat rencana detail yang merupakan penjabaran lebih detail dari rencana Manajer Kebun sehingga dapat saja rencana yang dibuat lapisan tengah tidak sinkron dengan rencana pada lapisan Mandor Kebun. Selain itu, tindakan Check hanya kadang-kadang saja dilakukan dan tidak ada usaha Act dari apa yang didapatkan melalui Check. Secara umum, siklus PDCA belum konsisten dijalankan di seluruh jajaran perusahaan. Pada tiap lapisan, ada komponen-komponen dari PDCA yang telah dijalankan, namun belum dijalankan secara terus-menerus dan belum ada keterkaitan

24 54 yang kuat antara PDCA di lapisan yang satu dengan lapisan lainnya. Sebagai akibatnya, continuous improvement dalam seluruh perusahaan belum dapat terwujud. 4.4 Rekomendasi Model Setelah mempelajari proses yang berjalan, kemudian mempelajari serta menganalisa kelemahan dan permasalahan yang ada dalam sistem berjalan, maka kami membuat sebuah rancangan model berbasiskan PDCA.

25 55

26 Membuat Perencanaan (Planning) Direktur Operasional Alur Kerja Direktur Operasional menetapkan alur kerja (workflow) yang akan dipakai dalam kegiatan proses produksi. Alur kerja ini akan menjadi standar dalam seluruh proses produksi yang berjalan. Perencanaan Proses Kerja (Process Planning) Setelah menentukan alur kerja, Direktur Operasional menetapkan proses kerja pada tiap-tiap kegiatan dalam proses kerja tersebut. Bentuk process planning seperti pada Lampiran 1. Faktor-faktor dalam process planning mencakup : a. Tujuan Menyatakan mengapa kegiatan ini penting dan merupakan suatu goal yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan. b. Standar Menunjukkan kualitas pekerjaan yang diperlukan dan hasil akhir yang diharapkan. c. Peralatan Daftar peralatan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan standar. d. Kendaraan dan Peralatan Berat Daftar kendaraan dan peralatan berat yang diperlukan.

27 57 e. Bahan Daftar bahan/ material habis pakai yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar. f. Tenaga kerja Jenis dan kompentensi tenaga kerja yang diperlukan dalam tahapan kegiatan. g. Prosedur Kerangka kegiatan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan standar (misalnya bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan). h. Waktu Menunjukkan kapan kegiatan harus dilakukan. i. Norma (Kecepatan kerja) dan Standar Kerja Suatu nilai harapan kecepatan kerja yang dijadikan patokan untuk melakukan perbandingan terhadap hasil pekerjaan yang dilakukan. j. Satuan Produksi Kegiatan k. Lain-lain Informasi tambahan berkaitan dengan kegiatan yang dikemukakan pada bagian tersebut dengan tujuan untuk membantu Manager dan Supervisor menerapkan kegiatan lapangan yang baik.

28 58 Kapasitas Produksi Direktur Operasional menentukan kapasitas produksi pembibitan yang ditentukan oleh jumlah kecambah yang dipesan dan jadwal kedatangan kecambah. Jadwal kedatangan kecambah merupakan faktor yang sangat penting dikarenakan proses pembelian dan penjadwalan kedatangan kecambah tersebut sampai dengan di lokasi pembibitan sudah ditetapkan bersama-sama dengan produsen kecambah pada waktu 9 bulan sebelum jadwal kedatangan kecambah. Manager Kebun Rencana Kerja Induk Berdasarkan alur kerja, rencana proses kerja dan kapasitas produksi yang telah ditetapkan Direktur Operasional, Manager Kebun membuat suatu rencana kerja induk kegiatan dari tahapan persiapan Pre nursery sampai dengan Main nursery sesuai dengan alur kerja yang ada, dan menentukan tingkat produksi dari masing-masing kegiatan tersebut menurut satuan waktu per minggu. Bentuk rencana kerja induk seperti pada Lampiran 2. Seluruh persyaratan standar kerja, norma, waktu dan persyarataan lainnya yang tercantum dalam rencana proses kerja (process planning) harus terpenuhi. Selanjutnya, rencana induk yang telah disusun akan diperiksa dan disetujui oleh Direktur Operasional. Rencana kerja induk tersebut dapat diakses oleh seluruh karyawan agar progress kegiatan dapat diketahui.

29 59 Rencana Detail Kegiatan Target produksi mingguan yang telah dibuat dalam Rencana Kerja Induk dijadikan acuan untuk menentukan alokasi sumber daya yang diperlukan. Untuk itu, Manager Kebun membuat Rencana Detail dari setiap kegiatan dan menentukan kuantitas bahan/material habis pakai dan peralatan yang diperlukan, jadwal pemakaian kendaraan dan alat berat serta kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan untuk menjalankan masing-masing kegiatan tersebut. rencana kerja induk seperti pada Lampiran 3. Sama halnya dengan Rencana Induk Kegiatan, seluruh persyaratan, standar kerja, norma, waktu dan persyaratan lainnya yang tercantum dalam rencana proses kerja (process planning) dijadikan acuan dalam penyusunan rencana detail ini. Rencana detail kegiatan yang telah disusun akan diperiksa dan disetujui oleh Direktur Operasional. Rencana Detail Kegiatan ini juga dapat diakses oleh seluruh supervisor dan kepala bagian. Supervisor Rencana Kerja Mingguan Setiap minggunya, Supervisor membuat sebuah buku supervisor mingguan yang terdiri dari rencana kegiatan mingguan dan rencana kegiatan harian. Bentuk penyusunan Rencana Kerja Mingguan seperti pada Lampiran 4. Berdasarkan rencana detail kegiatan yang dibuat oleh Manager Kebun, Supervisor dapat mengetahui target jumlah produksi mingguan yang harus

30 60 dicapai dan diharuskan membuat rencana produksi harian dalam minggu tersebut. Rencana kerja mingguan yang telah disusun akan dicek oleh Manager Kebun. Rencana Kerja Harian Supervisor membuat target produksi harian yang harus dicapai setiap harinya. Bentuk penyusunan Rencana Kerja Harian seperti pada Lampiran 5. Dari target tersebut, Supervisor harus mengkoordinasikan kebutuhan bahan, peralatan, kendaraan dan peralatan berat dan tenaga kerja pada bagian terkait untuk dapat melancarkan kegiatan harian. Rencana kerja harian yang telah disusun akan dicek oleh Manager Kebun. Kepala Mekanik Berdasarkan rencana detail kegiatan yang dibuat oleh Manager Kebun, Kepala Mekanik dapat mengetahui jadwal pemakaian kendaraan dan peralatan berat untuk masing-masing kegiatan untuk per minggunya. Setelah itu, Kepala Mekanik membuat rekapitulasi rencana pemakaian kendaraan dan peralatan berat dari berbagai kegiatan tersebut dan menyusun jadwal kebutuhan maintenance dari kendaraan kecil dan peralatan berat. Berdasarkan rencana kerja harian yang disusun oleh Supervisor dari masingmasing kegiatan, Kepala Mekanik mengalokasikan peralatan berat yang telah dijadwalkan dalam minggu tersebut untuk melayani kegiatan tersebut.

31 61 Apabila ada unit Kendaraan atau Peralatan Berat yang rusak, maka Kepala Mekanik membuat rencana kerja perbaikan unit berupa tahapan kerja yang dicapai, jangka waktu setiap tahapan dan membuat estimasi selesainya perbaikan. Kepala Logistik dan Gudang Berdasarkan rencana detail kegiatan yang dibuat oleh Manager Kebun, Kepala Logistik dan Gudang dapat mengetahui jadwal pemakaian bahan dan peralatan untuk per minggunya dan menentukan inventory strategy untuk bahan/material habis pakai dan mengelola peralatan yang merupakan aset perusahaan. Kepala Personalia Kepala personalia dapat mengetahui kebutuhan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan kompetensi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan tersebut dengan baik. Dengan mengetahui kebutuhan tersebut, jumlah dan kompetensi tenaga kerja yang diperlukan dapat dialokasikan pada kegiatan tersebut. Selanjutnya, jika terdapat kekurangan tenaga kerja atau tidak memenuhinya kompetensi tenaga kerja untuk melakukan kegiatan tersebut, Kepala Personalia dapat menyusun strategi untuk merekrut atau melatih tenaga kerja agar dapat memenuhi rencana kebutuhan tenaga kerja.

32 Melaksanakan Rencana Kerja (Do) Seluruh rencana kerja yang disusun dilaksanakan menurut kegiatan lapangan yang ada. Supervisor memegang peranan penting dan dalam hal ini melakukan pengawasan dan pencatatan kegiatan dalam laporan aktualisasi kegiatan yang mencakup pencatatan produksi yang dihasilkan tenaga kerja (shift I dan shift II), pemakaian bahan, peralatan, kendaraan dan peralatan berat, serta mengisi data hari hujan Melakukan Pengecekan antara Rencana dan Aktualisasi (Checking) Supervisor Setelah melakukan pencatatan dan perhitungan, Supervisor harus menganalisa hasil kegiatan harian lapangan dan mengisi tanda cek (V) yang tersedia dalam laporan aktualisasi kegiatan harian. Pengecekan progress kegiatan termasuk dilakukan pada tanda cek tersebut adalah sebagai kontrol hasil kegiatan harian terhadap rencana produksi harian, kesesuaian prestasi dan norma kerja serta standar kualitas produksi. Jika terdapat salah satu dari kontrol cek tersebut yang terisi, maka Supervisor diharuskan mengisi kolom evaluasi yang menjabarkan sebab akibat mengapa target, norma maupun standar tidak tercapai. Hasil kegiatan produksi harian yang mencakup realisasi, deviasi, jumlah HK dan kontrol cek selanjutnya dicantumkan dalam laporan aktualisasi kegiatan mingguan.

33 63 Kepala Mekanik Berdasarkan laporan aktualisasi kegiatan harian yang dibuat Supervisor, Kepala Mekanik meng-update penggunaan kendaraan kecil dan peralatan berat menurut satuan kerjanya masing-masing dan kemudian menceknya dengan jadwal maintenance. Terhadap unit yang rusak, Kepala Mekanik mencek jadwal perbaikan serta tahapan yang sudah dilakukannya apakah sudah sesuai dengan rencana. Kepala Logistik dan Gudang Berdasarkan laporan aktualisasi kegiatan harian yang dibuat Supervisor, Kepala Logistik dan Gudang meng-update penggunaan bahan/material yang ada dari stock gudang dan mencek apakah pemakaian sudah sesuai dengan rencana pemakaian yang telah ditentukan. Langkah selanjutnya adalah kepala logistik dan gudang mencek persediaan yang masih tersisa apakah perlu untuk diorder kembali bahan/material yang diperlukan. Kepala Logistik juga mengecek keadaan peralatan yang dipakai dalam kegiatan yang datanya didapat dari laporan kegiatan harian yang dibuat oleh Supervisor.

34 64 Kepala Personalia Berdasarkan laporan aktualisasi kegiatan harian yang dibuat Supervisor, Kepala Personalia dapat mengetahui tenaga kerja yang melakukan pekerjaannya sesuai dengan performance yang diharapkan. Selain itu, Kepala Personalia juga mencek jadwal kebutuhan tenaga kerja yang direncanakan dengan aktualisasi. Manager Kebun Berdasarkan laporan kegiatan harian yang dibuat oleh Supervisor, Manager Kebun mencek aktualisasi pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan target harian yang dibuat oleh Supervisor. Selain itu, Manager Kebun juga mencek hasil mingguan dari Supervisor apakah target mingguan yang dibuat oleh Manager Kebun, norma dan standar hasil pekerjaan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil produksi mingguan kemudian meng-update Rencana Detil Kegiatan dan Rencana Induk Kegiatan. Manager Kebun melakukan pengecekan atas rencana perbaikan yang diusulkan oleh Supervisor apabila pada hari kerja yang bersangkutan, hasil dari kegiatan tidak mencapai target, norma atau standar kerja yang telah ditentukan. Apabila pada hari sebelumnya terdapat usulan rencana perbaikan atas kegiatan pada hari ini, Manager Kebun mencek sampai sejauh mana efektifitas dari rencana perbaikan yang diusulkan oleh Supervisor tersebut.

35 65 Tools visualisasi yang dipakai untuk memudahkan pengecekan terhadap hasil produksi adalah run chart hasil produksi seperti pada Lampiran 6. Direktur Operasional Dengan berdasarkan laporan mingguan Manager Kebun, Rencana Detil Kegiatan dan Rencana Induk Kegiatan yang telah di-update, Direktur Operasional mencek keseluruhan progress kegiatan pembibitan. Bentuk laporan mingguan Manager Kebun seperti pada Lampiran Mengambil Langkah-Langkah Perbaikan (Action) Supervisor Jika terdapat satu atau lebih dari kolom cek yang terisi, maka Supervisor harus menyusun rencana perbaikan yang dicantumkan pada rencana kegiatan harian untuk keesokan harinya. Rencana perbaikan tersebut menjadi bagian dari rencana kerja harian untuk keesokan harinya. Kepala Mekanik Apabila hasil pengecekan jadwal perawatan unit sudah dekat, maka Kepala Mekanik akan melakukan perawatan unit kendaraan dan peralatan berat. Untuk unit yang rusak, apabila terdapat ketidaksesuaian antara jadwal perbaikan dan aktualisasi progress perbaikan, maka Kepala Mekanik membuat atau merevisi rencana perbaikan.

36 66 Kepala Logistik dan Gudang Hasil pengecekan menentukan apakah bahan/material telah mencapai batas minimum stok atau akan diperlukan untuk kegiatan yang telah dijadwalkan. Jika sudah mencapai minimum stok, maka Kepala Logistik dan Gudang akan membuat daftar bahan/material yang akan diorder. Terhadap peralatan yang merupakan aset perusahaan, Kepala Logistik dan Gudang akan menentukan apakah peralatan tersebut dalam keadaan baik, perlu direparasi atau mungkin perlu diremajakan. Kepala Personalia Terhadap tenaga kerja yang tidak menunjukkan unjuk kerja yang tidak sesuai dengan standar akan dievaluasi kinerjanya. Tindakan yang dapat diambil salah satunya adalah dengan memberikan trainning agar kompetensi yang disyaratkan dalam melakukan suatu pekerjaan dapat tercapai. Bagi tenaga kerja yang unjuk kerjanya diatas standar dan menunjukkan kestabilan dalam unjuk kerja, maka terhadap tenaga kerja yang bersangkutan dapat diusulkan untuk dipromosikan atau memberikan trainning khusus agar yang bersangkutan dapat menduduki jabatan yang lebih tinggi. Dengan melakukan pengecekan antara jumlah tenaga kerja yang tersedia dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan telah ditentukan dalam jadwal kegiatan, Kepala Personalia dapat menentukan strategi yang tepat

37 67 untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Strategi tersebut antara lain dengan melakukan sub contracting terhadap pihak ketiga, melakukan perekrutan tenaga kerja untuk waktu tertentu, atau bahkan melakukan perekrutan tenaga kerja tetap. Manager Kebun Dengan mengevaluasi laporan mingguan hasil kegiatan yang dibuat Supervisor, Manager Kebun akan menilai keberhasilan rencana kerja Supervisor tersebut. Jika ternyata norma, standar dan target produksi di atas rata-rata atau nilai yang telah ditetapkan, maka Manager Kebun dapat merevisi Rencana Kerja Induk dan Rencana Kerja Detail untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan yang ada dengan menetapkan target produksi yang lebih besar. Akan tetapi jika yang terjadi sebaliknya, Manager Kebun dapat merevisi unsur-unsur yang ada dalam Rencana Detail Kegiatan, antara lain jumlah tenaga kerja, peralatan yang dipakai, dan lain-lain. Direktur Operasional Direktur Operasional akan menentukan perlunya merevisi alur kerja maupun faktor-faktor perencanaan proses kerja (process planning), termasuk di dalamnya modifikasi prosedur pekerjaan, norma, peralatan, bahan/material habis pakai, jumlah dan kompetensi tenaga kerja maupun kendaraan dan alat berat. Revisi terhadap salah satu faktor produksi tersebut di atas akan merubah Rencana Kerja Induk dan Rencana Kerja Detil.

38 Individual Behaviour Penentuan Level dan Kategori Perilaku Berdasarkan kebutuhan sistem manajemen operasional berbasiskan PDCA yang dirancang, Tim GFP memetakan dan menetapkan tingkat behaviour atau kompetensi yang diharapkan dari seseorang ketika orang tersebut menempati suatu posisi dalam struktur organisasi yang mempunyai tugas, tanggung jawab, dan wewenang tertentu. Komunikasi Peduli pada Ketelitian Pengawasan Mengarahkan Berpikir secara analitis Orientasi pada pencapaian sasaran Mengambil inisiatif Memberi pengaruh Expected Individual Behaviour Kemampuan mencari informasi Kepemimpinan untuk melakukan perubahan Mendorong orang lain untuk berkembang Orientasi pada kerja sama kelompok Kepemimpinan dalam kelompok Gambar 4.7. Bagan Individual Behaviour dan Kompetensi

39 69 Masing-masing tingkatan dibedakan dengan beberapa kategori : 1. Pengawasan Tingkat pengawasan yang diperlukan. Level Perilaku yang diharapkan 1 Pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat dan terus menerus oleh seorang pengawas. 2 Mendapatkan pengawasan secara ketat, tetapi tidak secara terus menerus 3 Pengawasan agak longgar dan mencakup pengawasan atas sejumlah kecil anak buah 4 Melakukan pengawasan terhadap anak buah 2. Berpikir secara analitis Kemampuan untuk memahami suatu situasi/masalah dengan cara memisahnya menjadi bagian-bagian kecil dan mengidentifikasi hubungan antara bagian-bagian tersebut. Level Perilaku yang diharapkan 1 Mampu membilah masalah/situasi ke dalam bagian-bagian sederhana secara acak/tanpa prioritas 2 Berfikir dengan menggunakan analisis sebab akibat serta mampu melihat hubungan dasar/pokok antara beberapa data yang terpisah-pisah dan meliat hubungan dasar/pokok antara beberapa

40 70 data yang terpisah-pisah. 3 Mengetahui beberapa kemungkinan penyebab dan atau akibatakibatnya serta memperhitungkan kemungkinan adanya hambatan di masa datang. 4 Menggunakan beberapa teknik analisis untuk memecah masalah yang rumit ke dalam bagian-bagian serta untuk mengidentifikasi kemungkinan alternatif pemecahan masalah dengan memperhitungkan untung ruginya. 3. Kemampuan menggali/mencari/memperoleh informasi Kemampuan untuk menggali informasi di luar cara-cara yang biasa dilakukan denan tujuan meningkatkan kinerja Level Perilaku yang diharapkan 1 Bertanya, mengajukan pertanyaan sederhana dan langsung dari orang yang paling dekat dengan sumber informasi serta terjun ke lapangan untuk investigasi langsung 2 Dapat menanyakan permasalahan sampai pada akarnya, mencari penyebab dan faktor yang mendasarinya dan tidak puas dengan hanya mengetahui permukaan masalah saja. 3 Dapat menghubungi orang lain untuk mendapatkan pandangan/masukan yang berbeda atau informasi yang baru/aktual

41 71 4 Melakukan penelitan formal atas suatu subjek dan mengembangka pengertian yang mendalam tentang suatu masalah, menciptakan suatu sistem untuk mendapatkan informasi secara benar dan teratur, serta membiasakan diri untuk melakukan pengamatan agar tetap aktual dengan pengembangan terakhir. 4. Kepemimpinan untuk melakukan perubahan Kemampuan untuk mencapi suatu perubahan Level Perilaku yang diharapkan 1 Menyatakan dan mendukung perubahan secara terbuka 2 Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan hal-hal yang perlu diubah di daerah kerjanya/tanggung jawabnya 3 Menyebarluaskan tujuan perubahan secara aktif dan mengupayakan hasil yang optimal kepada pekerja, misalkan setiap ada kesempatan mengulangi tujuan-tujuan perubahan-perubahan sistem imbal jasa/penghargaan 4 Mengambil tindakan-tindakan yang mantap dan drasmatis untuk memantapkan perlunya perubahan 5. Kepemimpinan dalam kelompok

42 72 Kemauan dan kemampuanuntuk memberikan tujuan dan arah yang jelas, memimpin dan memotivasi orang lain serta memfokuskan dan mengoptimalkan usaha Level Perilaku yang diharapkan 1 Memastikan tim sudah efektif dan dapat mencapai tujuan/sasaran serta mampu menjelaskan agenda dan sasaran kerja, mengontrol waktu dan menyampaikan kemungkinan hambatan yang timbul dalam mencapai tujuan. 2 Mendapatkan sumber daya dan informasi yang diperlukan kelompok. Memimpin dan menyebarluaskan keberhasilan kelompok kepada orang lain, menciptakan iklim yang mendukung dan membantu/memberi dukungan kepada anggota kelompok saat terdesak. 3 Memberi contoh yang baik sebagai pemimpin yang mempunyai kredibilitas yang tinggi, memberi motivasi kepada orang lain untuk mematuhi jadwal, iklim kerja, kebijakan dan keputusan. 4 Mengkomunikasikan dan tetap berpegang teguh pada visi bersama yang dapat meningkatkan semangat dan menggalang komitmen serta dapat menggerakkan inspirasi orang lain untuk berkinerja 6. Orientasi pada kerja kelompok

43 73 Kemampuan untuk bekerja sama baik dalam kelompok maupun dengan kelompok lain Level Perilaku yang diharapkan 1 Memberi kontribusi kepada tim/kelompok, berpartisipasi dalam membuat keputusan tim, menjadi pelaku yang baik dalam melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabya serta membantu anggota tim secara sukarela pada saat dibutuhkan 2 Melibatkan orang lain, membagi informasi, menjaga agar setiap anggota tim selalu mendapat informasi dan saling tukar menkar informasi. 3 Membina/ membangun identitas dan semangat tim, menghargai pendapat dan keahlian orang lain serta mampu mendorong partisipasi anggota Tim. 4 Menunjukkan rasa tanggung jawab yang tinggi atas kerja Tim secara aktif menjaga arah gerak Tim agar tetap kepada sasaran dan kinerja yang lebih unggul/tinggi, serta menyelesaikan konflik di antara anggota Tim 7. Mendorong orang lain untuk berkembang Kemampuan untuk membantu orang lain untuk belajar dan berkembang serta membantu anggota menjangkau/mengembangkan potensi orang lain. Level Perilaku yang diharapkan

44 74 1 Memberi komenter positif atas potensi orang lain. 2 Memberi masukan yang konstruktif, dan meyakinkan bahwa seseorang dapat melakukan tugasnya sesuai tuntutan, serta memberi dorongan dan dukungan demi kemajuan mereka 3 Memberi penugasan dengan tujuan pengembangan, dan membantu orang lain untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi 4 Mengatur agar anggota mendapat kesempatan untuk berkembang, misalnya melalui penugasan di proyek-proyek. 8. Memberi pengaruh Kemampuan untuk membujuk, mempengaruhi dan meyakinkan orang lain dengan tujuan agar orang tersebut mengikuti/mendukung tujuan. Level Perilaku yang diharapkan 1 Mampu membujuk/mempengaruhi dengan argumentasi yang masuk akal dan kuat dengan menggunakan alasan pembenaran dan kongkrit serta menyampaikannya dengan cara-cara yang menyenangkan. 2 Mempertimbangkan hal-hal yang diharapkan oleh lawan komunikasi serta menyampaikan ide-ide dengan cara yang menyenangkan mereka. 3 Menampilkan sikap tertentu dengan sengaja untuk memperoleh

45 75 pengaruh dan mengantisipasi reaksi orang lain. 4 Menggunakan strategi tertentu untuk mempengaruhi orang lain dengan menggunakan keahliannya. 9. Mengambil inisiatif Kemampuan untuk mengambil tindakan yang perlu dilakukan dengan tujuan menciptakan peluang dan menghindari masalah yang mungkin timbul. Level Perilaku yang diharapkan 1 Mengetahui apa yang perlu dilakukan dalam kaitan dengan tugasnya dan benar-benar melakukannya serta tidak membawa masalah tersebut pada atasan. 2 Mampu bertindak cepat dan tepat pada waktu timbul krisis atau masalah. 3 Mengantisipasi masalah potensial dan bertindak untk mencegahnya serta menciptakan peluang kegiatan dalam jangka pendek. 4 Mengamati kondisi lingkungan dan bertindak dengan tepat untuk mengantisipasi keadaan yang mungkin timbul dalam jangka panjang serta bertindak untuk menciptakan peluang atau mencegah timbulnya masalah di masa mendatang.

46 Orientasi pada pencapaian sasaran Kemauan untuk mengerjakan segala sesuatu dengan lebih baik untuk mencapai atau melebihi sasaran yang telah disepakati dan membuat perbaikan-perbaikan Level Perilaku yang diharapkan 1 Mau melaksanakan pekerjaan dengan baik, berupaya untuk mencapai sasaran kerja, mempunyai semangat kerja dan pendekatan yang berorientasi pada hasil kerja, 2 Mampu menetapkan tolak ukur keberjasilan untuk diri sendiri/orang lain dan mampu menyarankan perbaikan/ pengembangan. 3 Menetapkan prioritas dan menentukan sasaran serta membuat keputusan berdasarkan input dan output yang telah dipertimbangkan dengan teliti, termasuk melakukan usulan perbaikan/pengembangan prosedur keja, serta mengevaluasi efektifitas tindakan yang telah diambil 4 Siap untuk mengambil resiko yang telah diperhitungkan secara masak yang mempengaruhi baik dirinya maupun Perusahaan dengan tujuan mencapai hasil yang positif untuk Perusahaan, serta menunjukkan komitmen yang kuat untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

47 Pengarahan Kemampuan untuk menggunakan kekuatan pribadi seara tepat untuk membuat orang lain mengikuti perintahnya. Level Perilaku yang diharapkan 1 Mampu memberi perintah dan penugasan secara rinci. 2 Menetapkan batas perilaku yang dapat diterima serta menolak permintaan yang tidak beralasan kuat. 3 Menentukan kinerja yang berkualitas tinggi dan menekankan pentingnya kepatuhan terhadap peraturan/kesepakatan 4 Memantau kinerja anggota dan memastikan bahwa anggota bertanggung jawab atas kinerja masing-masing serta mengambil tindakan bagi anggota yang kurang/tidak berprestasi. 12. Komunikasi Kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tulisan Level Perilaku yang diharapkan 1 Mampu meneruskan informasi yang diterima dengan lugas/apa adanya. 2 Mampu menyampaikan informasi yang diterima dengan lebih jelas, menelaah, merangkum dan mengambil inti suatu informasi secara tepat. 3 Mampu menelaah data, mengambil inti suatu informasi dan

48 78 mengubahnya dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain serta mampu menyapaikan informasi secara lisan dan tulisan dalam bahasa asing (Inggris) dengan pilihan kosakata yang tepat. 4 Menggunakan beberapa teknik penyampaian informasi yang efektif kepada lawan komunikasi dalam dwi bahasa (nasional dan bahasa inggris) baik secara lisan maupun tulisan dengan memperhatikan faktor-faktor sosiokultural. 13. Peduli pada keteraturan dan ketelitian Kemampuan untuk memberikan perhatian terhadap pelaksanaan kerja dan secara rinci mengorganisir rincian tersebut untuk memastikan ketelitian. Level Perilaku yang diharapkan 1 Memasukan data, mencatat informasi-informasi atau membuat dokumentasi dengan tepat dan konsisten. 2 Memahami dan mengikuti prosedur dan memenuhi standar yang telah ditetapkan, mengerti dan menghayati arti pentingnya melakukan sesuatu sesuai dengan standar/aturan. 3 Memeriksa pekerjaan diri sendiri atau orang lain untuk memastikan ketelitan dan konsistensinya, bertindak untuk memperbaiki kesalahan, membantu orang lain untuk memahaminya 4 Memastikan pemakaian prosedur yang tepat dengan menjelaskan

49 79 kepada orang lain tentang prosedur baku dan pentingnya ketepatan dan ketelitian, serta menentukan dan mempergunakan sistem untuk memantau pekerjaan orang lain, mengantisipasi dan menyelesaikan masalah yang mungkin dapat mempengaruhi kualitas kerja Perilaku Individu yang Diharapkan Berdasarkan tingkatan behaviour dan klasifikasi di atas, Tim GFP memetakan kebutuhan tenaga kerja yang ada dengan tingkatan behaviour yang diharapkan agar individu tersebut dapat menjalankan sistem sesuai dengan harapan dan rancangan, pada tabel berikut :

50 80

51 Simulasi Model PDCA Simulasi proses planning dari model manajemen operasi berbasiskan PDCA yang akan dilakukan adalah pada proses Persiapan Main Nursery, Persiapan Transplanting dan Transplanting untuk menentukan jadwal kegiatan Transplanting. Hal ini menjadi sangat penting karena keterlambatan melakukan transplanting secara kultur teknis akan mengurangi produksi pohon kelapa sawit sebesar 40% pada 3 tahun pertama. Pada ketiga sub proses pembibitan tersebut tercakup kegiatan : Memancang Mengumpulkan Tanah Mengisi dan Menempatkan Polybag di Titik Pancang Langsir Bibit ke Lokasi Main Nursery Transplanting. Langkah Pertama : Direktur Operasional menetapkan process planning, work flow dan menentukan kapasitas produksi. Dalam simulasi model ini, process planning untk masing-masing kegiatan di atas adala seperti tercantum pada Lampiran 8 sampai dengan Lampiran 12. Sedangkan work flow kegiatan yang sesuai dengan standar pembibitan kelapa sawit adalah seperti tercantum pada Lampiran 13. Kapasitas produksi sangat ditentukan oleh jadwal kedatangan bibit. Dalam simulasi ini, kapasitas produksi akan mengikuti kapasitas produksi proses pembibitan tahap I dari PT BPS sebagaimana tercantum pada Tabel 4.3.

52 82 Langkah Kedua : Berdasarkan work flow, kapasitas produksi dan process planning yang telah ditetapkan oleh Direktur Operasional, Manager Kebun dapat menyusun Rencana Kerja Induk pada kegiatan tersebut diatas. Hasil simulasi dapat dilihat pada Lampiran 13. Secara ringkas, Tabel 4.9 memuat hasil simulasi antara jadwal transplanting yang dihasilkan dari model manajemen operasi berbasiskan PDCA dan jadwal kegiatan transplanting yang sebenarnya. Tabel 4.9 Perbandingan Jadwal Transplanting Model Simulasi dengan Aktual Tahun Jumlah Bibi di transplanting Bulan Model PDCA Aktual Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember 5291 Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September 7070

53 83 Dari Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dengan sistem operasional berbasiskan PDCA, kegiatan transplanting untuk kapasitas produksi yang sama dengan actual, dijadwalkan berlangsung dari bulan Maret 2003 sampai dengan Oktober Jadwal yang dihasilkan tersebut memenuhi persyaratan teknis budidaya kelapa sawit sehingga diharapkan pada saat produksi, dapat memberikan tingkat produksi sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, proses transplanting yang sebenarnya dilakukan dimulai pada bulan September 2003 dan berakhir pada bulan September 2004, atau dapat dikatakan terlambat memulai selama 6 bulan dan melewati batas waktu penyelesaian proses transplanting selama 11 bulan. Keterlambatan proses transplanting akan membawa dampak pada penuruan tingkat produksi sebesar 40% pada 3 tahun pertama.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA TAHAP PEMBIBITAN KELAPA SAWIT

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA TAHAP PEMBIBITAN KELAPA SAWIT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA TAHAP PEMBIBITAN KELAPA SAWIT (STUDI KASUS : PT. BPS) BINA UNIVERSITAS NUSANTARA GROUP FIELD PROJECT RIAN ANKAA SAGARA (0340008494) YOHANIS IWAN VIONCY SURYONO (0340008582)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode konsultasi. Berikut ini adalah konsep kerangka berpikir yang digunakan

Lebih terperinci

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian PDCA a) Pengertian Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu manajemen, ada konsep problem

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan untuk menjawab pertanyaan dengan justifikasi hasil penelitian penerapan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001 di PT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran 1. Pengertian Anggaran Pengertian anggaran terus berkembang dari masa ke masa. Dulu anggaran hanya merupakan suatu alat untuk menyeimbangkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia 46 BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia PT Indomo mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi peralatan rumah tangga salah satu produk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture.

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture. BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Tirtakencana Tatawarna adalah perusahaan yang bergerak dalam distribusi produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui. satunya anggaran pembelian bahan baku.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui. satunya anggaran pembelian bahan baku. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan melakukan penyusunan anggaran bahan baku. Hal ini terlihat dengan

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, serta harga yang tepat untuk memuluskan pelaksanaan organisasi. Berbagai bisnis perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Karya Mandiri Persada merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor (bahan konstruksi, mekanikal,

Lebih terperinci

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan? Nama Perusahaan Dilengkapi oleh Jabatan : PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK : PROCUREMENT & HUMAN RESOURCES : MANAGER & STAFF FUNGSI PEMBELIAN A. Umum Ya Tidak Ket. 1 Apakah struktur organisasi telah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survei Pendahuluan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal pada PT Bondor Indonesia diawali dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar belakang perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang ekonomi saat ini menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang ekonomi saat ini menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di bidang ekonomi saat ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan muncul dan tumbuhnya berbagai perusahaan yang

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek? Nama : Bagian : A. Analisis Sasaran Perusahaan Analisis Dukungan Fungsi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan No. Kategori Pertanyaan Y T 1. Rencana Jangka Panjang (Strategis) 1. Apakah selama ini fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut Ir. Abrar Husen, MT., Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi. yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi. yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sukses atau tidaknya sebuah organisasi sangat tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya manusia memegang peranan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persediaan merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan manufaktur. Tanpa tersedianya persediaan, maka perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pembahasan audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada Lei Garden Restaurant dijelaskan pada bab keempat ini. Berdasarkan ruang lingkup yang telah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan CV. Hikmah Utama adalah sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang Kontraktor Mekanikal dan Elektrikal telah ikut menyumbangkan partisipasinya

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Putra Mas Prima PT. Putra Mas Prima merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli bijih plastik yang berdiri

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

Deskripsi Kerja Usulan Struktur Organisasi Saat Ini

Deskripsi Kerja Usulan Struktur Organisasi Saat Ini Deskripsi Kerja Usulan Struktur Organisasi Saat Ini a. Direktur: (1) Membuat keputusan strategis perusahaan pada seluruh aktivitas operasional; (2) Menentukan kebijakan manajemen atas kegiatan operasional

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan PERENCANAAN Tujuan Instruksional Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai perencanaan, proses pembuatan rencana dan tingkat rencana organisasi serta hambatan-hambatan dalam perencanaan. Materi Pembahasan

Lebih terperinci

SOP/UJM-L/LM/002 AUDIT MUTU INTERNAL

SOP/UJM-L/LM/002 AUDIT MUTU INTERNAL Page 1 of 22 SOP/UJM-L/LM/002 AUDIT MUTU INTERNAL Dibuat oleh Paraf Direvisi oleh Paraf : Ir. Slamet Riyadi,M.Eng : : : LPMI Tgl. Pembuatan : 20 Mei 2013 Disetujui oleh Paraf : Rektor : Tgl. Revisi : I.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS DAN HASIL

Bab IV ANALISIS DAN HASIL Bab IV ANALISIS DAN HASIL 4.1 Efektifitas dan Efisiensi Penilaian Kinerja Suatu kinerja dikatakan efektif bila dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat atau lebih cepat dari perkiraan target penyelesaian

Lebih terperinci

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TABEL 1 DAFTAR EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL Indepedensi Auditor Internal Apakah auditor internal yang ada pada perusahaan merupakan fungsi yang terpisah dari fungsi operasional

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Proses pembagian tugas pada lantai produksi dibagi menjadi 17 bagian, yaitu: 1. Direktur a. Merencanakan arah, strategi, dan kebijakan perusahaan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA

UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA PELATIHAN BIMTEK dan JABFUNG PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN TERAMPIL UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA 23-25 OKTOBER 2017 UNSRI PALEMBANG andi.setiawan@fmipa.unila.ac.id

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA LAMPIRAN LAMPIRAN STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS PT. CISANGKAN 1. Commisaris Fungsi : Merencanakan dan menentukan visi dan misi serta mengawasi kegiatan perusahaan maupun kinerja serta jalannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sujarweni (2015:74), penelitian komparatif adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Lampiran 1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Lampiran 1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama No. 1 2 Lapangan Pekerjaan Utama 2011 2012 Februari Agustus Februari Agustus Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penulis melakukan observasi langsung pada PT. BROCO MUTIARA ELECTRICAL INDUSTR dan melakukan wawancara dengan bagian MR (Management Representative)

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PD. Cahaya Fajar adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur. Perusahaan ini menjalankan usahanya dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Total Quality Management (TQM) 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) Total Quality Management (TQM) merupakan suatu bukti pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT National Label, kami telah mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan kuisioner

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Sekarang komputer bukan

Bab 1 PENDAHULUAN. keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Sekarang komputer bukan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi khususnya teknologi informasi berbasis komputer dewasa ini dirasa sangat pesat dan hal ini berpengruh terhadap aspek pekerjaan.

Lebih terperinci

JUDUL : GKM PERKASA MENURUNKAN KONSUMSI PEMAKAIAN LISTRIK PADA PJU KAWASAN INDUSTRI KRAKATAU I CILEGON PROFIL GKM PERKASA PT KIEC

JUDUL : GKM PERKASA MENURUNKAN KONSUMSI PEMAKAIAN LISTRIK PADA PJU KAWASAN INDUSTRI KRAKATAU I CILEGON PROFIL GKM PERKASA PT KIEC JUDUL : GKM PERKASA MENURUNKAN KONSUMSI PEMAKAIAN LISTRIK PADA PJU KAWASAN INDUSTRI KRAKATAU I CILEGON PROFIL GKM PERKASA PT KIEC Dibentuk : 22 Juli 2013 Divisi : Pengawasan Pemb. & Perawatan Judul GKM

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN DATA WAREHOUSE. Untuk melakukan analisis dan perancangan pada data warehouse terdapat dua

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN DATA WAREHOUSE. Untuk melakukan analisis dan perancangan pada data warehouse terdapat dua BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN DATA WAEHOUSE 3.1 Metode Analisis dan Perancangan Untuk melakukan analisis dan perancangan pada data warehouse terdapat dua metode yang dapat digunakan. Kedua metode tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat CV. Jawara Kasih Sejati CV. Jawara Kasih Sejati (Perusahaan) secara resmi didirikan pada tanggal 23 Desember 2005 di hadapan notaris publik Laurensia Emilia,S.H.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun Penelitian : Fifi Irmalinda (2004) Judul Penelitian : Perencanaan dan Pengawasan Persediaan pada PT. Samafitro Perwakilan Medan Perumusan

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 448/P/SK/HT/2010

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 448/P/SK/HT/2010 PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 8/P/SK/HT/00 TENTANG TATA CARA PENILAIAN KINERJA DAN PEMBERIAN INSENTIF KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri dan organisasi bisnis yang semakin maju membuat. iklim persaingan bisnis semakin ketat. Untuk terus bertumpu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri dan organisasi bisnis yang semakin maju membuat. iklim persaingan bisnis semakin ketat. Untuk terus bertumpu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri dan organisasi bisnis yang semakin maju membuat iklim persaingan bisnis semakin ketat. Untuk terus bertumpu mempertahankan kelangsungan usaha

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN Evaluasi atas sistem akuntansi dimulai pada saat perusahaan mengalami kekurangan bahan baku untuk produksi saat produksi berlangsung. Selain itu evaluasi juga dilakukan pada

Lebih terperinci

Materi 03. Sistem Kantor

Materi 03. Sistem Kantor Materi 03 Sistem Kantor Materi 03 Sistem Kantor 1. Urgensi Sistem Kantor 2. Pengertian Sistem Kantor 3. Karakteristik Sistem Kantor 4. Tujuan Sistem Kantor 5. Kelebihan Sistem Kantor 6. Keterbatasan Sistem

Lebih terperinci

BAB IV Rencana Implementasi & Kebutuhan Sumber Daya

BAB IV Rencana Implementasi & Kebutuhan Sumber Daya BAB IV Rencana Implementasi & Kebutuhan Sumber Daya 4.1. Rencana Implementasi Setelah rancangan sistem manajemen kinerja dibuat berikut dengan program strategis agar tolok ukur yang telah ditetapkan dapat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. SURYAPRABHA JATISATYA merupakan suatu perusahaan swasta yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang terbagi menjadi karyawan direktorat, non- direktorat, proyek dan

BAB I PENDAHULUAN. orang yang terbagi menjadi karyawan direktorat, non- direktorat, proyek dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung adalah salah satu Badan Usaha Milik Nergara (BUMN) yang bergerak di bidang pos yang memberikan pelayanan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. BATANGHARI TEBING PRATAMA adalah anak perusahaan dari PT. BATANGHARI & GROUP yang beralamat di Menara Kuningan

Lebih terperinci

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN I. Persiapan Penerapan a. Langkah-langkah penerapan SML; Tahap 1 : Pengembangan dan komitmen terhadap kebijakan lingkungan Tahap 2 : Perencanaan Aspek lingkungan dan dampak

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN PT. TIRTAKENCAN A TATAWARN A YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN PT. TIRTAKENCAN A TATAWARN A YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN PT. TIRTAKENCAN A TATAWARN A YANG BERJALAN 3.1. Profil Perusahaan PT. Tirtakencana Tatawarna adalah perusahaan yang bergerak dalam distribusi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sebelum memulai pemeriksaan operasional terhadap salah satu fungsi dalam perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman menuntut perusahaan untuk berubah. Perubahan ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman menuntut perusahaan untuk berubah. Perubahan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman menuntut perusahaan untuk berubah. Perubahan ini mengarahkan perusahaan menuju ke arah yang lebih baik, baik secara ekonomi, sosial, budaya dan teknologi.

Lebih terperinci

Manajemen Proyek Perangkat Lunak Minggu 1

Manajemen Proyek Perangkat Lunak Minggu 1 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Minggu 1 Danny Kriestanto, S.Kom., M.Eng Proyek Kumpulan orang-orang untuk menyelesaikan suatu permasalahan Sebuah aktivitas yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah hasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rekayasa Ulang Proses Bisnis Hammer dan Champy (1995, hal 27-30) mengatakan bahwa Rekayasa Ulang adalah pemikiran ulang secara fundamental dan perancangan ulang secara radikal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimasa sekarang ini perindustrian di Indonesia sudah semakin berkembang kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit manajemen pada PT. MJPF Farma Indonesia akan dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan

Lebih terperinci

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Jabatan di. PT. Intan Suar Kartika. 1. Menentukan visi dan misi perusahaan

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Jabatan di. PT. Intan Suar Kartika. 1. Menentukan visi dan misi perusahaan L-1 Lampiran 1 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Jabatan di PT. Intan Suar Kartika Di bawah ini diuraikan masing-masing pembagian tugas dan tanggung jawab tiap jabatan yaitu sebagi berikut:

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini, audit operasional atas fungsi produksi pada PT Dunia Daging Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI UU No.4 Tahun 2014 tentang ASN PEMBINAAN KARIR JABATAN DAN JENJANG PANGKAT POLA DASAR KARIR PERPINDAHAN JABATAN POLA KARIR MANAJEMEN KARIR TALENT POOL SDM

Lebih terperinci

LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI

LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI Jabatan/Eselon : Unit Kerja : NO. KOMPETENSI LEVEL KOMPETENSI STANKOM 1 ANALISIS STRATEGI (AS) Mengidentifikasi,menguraikan, 1. Mempelajari informasi yang didapatkan meghubungkan

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 2 3.1 Pihak Yang Berkepentingan... 3 3.2 Lingkungan Pengendalian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

Lebih terperinci

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS SEMESTER II-2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, tidak hanya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, tidak hanya perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini akan sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang mendorong terjadinya perubahan berbagai ilmu, baik dalam kajian ataupun

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Sejarah dan Latar Belakang Perusahaan PT Trans Makmur Abadi berdiri pada tanggal 28 Agustus 2002, Kantornya terletak di TRANS MOBIL Jl.Bandengan Utara dalam no.38d Jakarta

Lebih terperinci

MAGANG PROGRAM UNGGULAN INSTIPER

MAGANG PROGRAM UNGGULAN INSTIPER SILABUS MAGANG PROGRAM UNGGULAN INSTIPER INSTIPER YOGYAKARTA TAHUN 2018 1 M a g a n g I N S T I P E R 1. Budidaya Kelapa Sawit (Kultur Teknik) 2. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 3. Administrasi (Kebun, Gudang,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS Juni 2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I. Total Simpanan...

Lebih terperinci

Fungsi Internal Quality Audit yang baik! Bukan sekedar Memastikan sistem dijalankan sesuai aturan (prosedur/ persyaratan ISO 9001)

Fungsi Internal Quality Audit yang baik! Bukan sekedar Memastikan sistem dijalankan sesuai aturan (prosedur/ persyaratan ISO 9001) Fungsi Internal Quality Audit yang baik! Bukan sekedar Memastikan sistem dijalankan sesuai aturan (prosedur/ persyaratan ISO 9001) Tetapi dapat membantu melihat kelemahan dari sistem manajemen mutu 1 Perbandingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permintaan produk yang tinggi dari pelanggan akan membuat perusahaan semakin giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO IV.1 Perencanaan Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang mencakup serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyukai segala sesuatu yang praktis, tetapi sekarang telah mengalami persaingan

BAB I PENDAHULUAN. menyukai segala sesuatu yang praktis, tetapi sekarang telah mengalami persaingan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri susu di Indonesia semakin menjanjikan seiring dengan pertumbuhan pasar susu cair di Indonesia dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan tersebut

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Survei pendahuluan adalah permulaan yang digunakan dalam merencanakan tahap-tahap audit berikutnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai semua

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam PT. Sinar Sanata Electronic Industry secara garis besar dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA

BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA 3.1. Gambaran Umum KPP PMA Lima Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Lima (KPP PMA Lima) dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK/0172001

Lebih terperinci

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2000/SNI 19-9001-2001 ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 1 OBJEKTIF : Mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan PT Anugrah Plastindo Lestari adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan pada tanggal 01 Desember 1994 dengan nomor akte pendirian 02-2185.HT.01.01.

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, dunia usaha mengalami persaingan yang semakin ketat disertai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tumbuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BPR Nusamba dalam definisi UU Perbankkan adalah salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. BPR Nusamba dalam definisi UU Perbankkan adalah salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BPR Nusamba dalam definisi UU Perbankkan adalah salah satu jenis lembaga keuangan perbankkan yang diperbolehkan untuk menjalankan fungsi dan usaha sebagai lembaga

Lebih terperinci

Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai. tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki.

Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai. tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah satu sumber daya yang sangat perlu

Lebih terperinci

BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan CV. Kurnia Agung adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan alat alat tulis untuk digunakan oleh konsumen akhir. CV. Kurnia Agung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat di Jalan Kembang Jepun No , surabaya diterbitkan oleh PT. Haji

BAB I PENDAHULUAN. pusat di Jalan Kembang Jepun No , surabaya diterbitkan oleh PT. Haji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Surat kabar Memorandum didirikan oleh Drs. H. Agil H. Ali berkantor pusat di Jalan Kembang Jepun No.167 169, surabaya diterbitkan oleh PT. Haji Ali Sejahtera.

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA 1 Dengan : Andy Chandra Jabatan : Kepala Bagian Perencanaan PT. Global Teknikindo Berkatama Tanggal : 18 Maret 2013

HASIL WAWANCARA 1 Dengan : Andy Chandra Jabatan : Kepala Bagian Perencanaan PT. Global Teknikindo Berkatama Tanggal : 18 Maret 2013 L1 HASIL WAWANCARA 1 Dengan : Andy Chandra Jabatan : Kepala Bagian Perencanaan PT. Global Teknikindo Berkatama Tanggal : 18 Maret 2013 1. Bisa tolong dijelaskan bagaimana sejarah perusahaan PT. Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan. V-21 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur di Indonesia semakin pesat, masing-masing perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing

Lebih terperinci