BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP JENIS KEBUTUHAN HIDUP
|
|
- Dewi Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP 6.1 Perempuan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Posisi perempuan menjadi bagian yang terpenting dalam pemenuhan kebutuhan hidup dalam rumah tangga, kebutuhan hidup akan sangat bervariasi dalam konteks kehidupan dari setiap keluarga tertentu. Berdasarkan hasil pengumpulan data dari peneliti bahwa hasil temuan dilapangan sangat beragam jenis kebutuhan hidup yang diprioritaskan dalam rumah tangga, hal tersebut dapat ditunjukan dalam gambar berikut ini: Gambar 6.1 Jenis Kebutuhan Hidup JENIS KEBUTUHAN HIDUP Sumber: hasil wawancara, diolah 2015 Jika di lihat dari skor yang ada, jenis kebutuhan hidup yang tertera dalam gambar 6.1 dapat di kelompokkan menjadi kebutuhan yang menjadi prioritas dan yang tidak menjadi prioritas. Kebutuhuan yang menjadi prioritas yaitu kebutuhan untuk makan sehari-hari, dan biaya sekolah anak bagi keluarga yang masih 63
2 memiliki anak usia sekolah. Sedangkan kebutuhan yang tidak menjadi prioritas, namun juga penting untuk di penuhi yaitu biaya listrik, biaya pirukunan, tempat tinggal, kebutuhan air bersih, dan membayar hutang. a. Makan Kebutuhan makan merupakan kebutuhan yang menjadi prioritas untuk di penuhi dalam perspektif perempuan. Delapan dari sembilan narasumber yang telah di wawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang pertama kali di ucapkan oleh narasumber perempuan baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja di luar rumah sebelum menyebutkan kebutuhan rumah tangga yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, dan para perempuan memiliki kendala dalam proses pemenuhannya. Untuk mengatasi kendala yang di hadapi perempuan dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan, ada banyak upaya yang dilakukan oleh para perempuan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan oleh perempuan antara lain: Bagi rumah tangga yang memiliki kebun maupun yang masih memiliki sedikit lahan di pekarangan rumah, biasanya di manfaatkan oleh para perempuan untuk menanam sayursayuran, cabai, dan umbi-umbian, sehingga dapat di masak untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Dengan adanya hasil dari kebun ini ternyata cukup membantu bagi para perempuan dalam menghemat pengeluaran untuk belanja, karena tidak harus membeli sayur, cabai maupun umbi-umbian, melainkan bisa di gunakan untuk membeli kebutuhan yang lainnya. Bagi rumah tangga yang tidak memiliki kebun maupun sisa lahan di pekarangan rumahnya, biasanya ia memenuhi kebutuhan makannya dengan cara berhutang pada tukang sayur, meminta hasil kebun tetangga untuk di masak, mengandalkan 64
3 bantuan beras raskin dari pemerintah dan dengan cara makan seadanya. Makan seadanya yang di maksud adalah makan dengan nasi dengan sayur seadanya tanpa lauk pauk, bahkan hanya dengan nasi dan garam saja. Upaya-upaya yang dilakukan oleh para perempuan dalam memenuhi kebutuhan akan pangan merupakan bentuk dari pemanfaatan modal sosial, modal alamiah, dan modal fisik yang dimilikinya. Dengan mengandalkan hasil bumi, baik yang berasal dari kebun maupun pekarangan rumah, sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan akan pangan merupakan bentuk dari pemanfaatan modal fisik dan modal alamiah yang ada di Keluarahan Kumpulrejo. Sedangkan bagi perempuan yang tidak memiliki lahan untuk dapat ditanami hasil bumi, mereka menggunakan modal sosial yang di milikinya berupa jejaring yang baik dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya, khususnya dengan tetangga yang memiliki lahan berkebunan, sehingga mereka dapat meminta hasil kebun dari tetangganya tersebut. b. Biaya sekolah anak Saat ini pendidikan menjadi kebutuhan yang di anggap penting dan pokok untuk di penuhi. Kebutuhan akan pendidikan merupakan kebutuhan kedua yang di ucapkan oleh perempuan setelah kebutuhan akan pangan. Menurut para perempuan, anak merupakan harapan bagi keluarga untuk mempertahankan dan memperbaiki kehidupan keluarga mereka di kemudian hari. Dengan adanya harapan tersebut membuat kebutuhan akan pendidikan bagi anak menjadi penting untuk di penuhi, meskipun dalam perjalannannya mengalami hambatan dalam proses pemenuhannya. Rendahnya penghasilan yang di peroleh rumah tangga miskin menjadi kendala bagi mereka. Telah di jelaskan sebelumnya bahwa hambatan ini membuat mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan akan makan, apalagi untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan anak dengan tingginya biaya pendidikan saat ini. Meskipun saat ini telah ada upaya-upaya dari pemerintah untuk membantu masyarakat miskin dalam memperoleh pendidikan, namun hal 65
4 tersebut masih belum membantu masyarakat miskin itu sendiri. Bantuan yang di berikan pemerintah hanya sebatas beasiswa uang SPP hingga tingkat SMP saja, padahal kebutuhan untuk pendidikan tidak hanya sebatas itu melainkan juga pada biaya transportasi, membeli buku, seragam sekolah, dan sepatu. Dengan banyaknya biaya pendidikan yang harus dipenuhi tersebut, solusi-solusi yang biasanya di gunakan khususnya bagi para perempuan adalah dengan menyisihkan penghasilan yang di peroleh untuk biaya sekolah, jika hal tersebut masih belum mencukupi biasanya mereka akan mendaftarkan anaknya untuk memperoleh beasiswa lagi dari berbagai pihak mulai dari pemerintah, hingga ke lembaga-lembaga keagamaan. Dengan menggunakan modal manusia, modal finansial dan juga modal sosial yang dimilikinya, perempuan berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan anak. Modal manusia yang dimaksudkan adalah kemampuan dari perempuan untuk bekerja dan menghasilkan modal finansial (uang) untuk dapat membayar biaya sekolah anaknya. Sedangkan modal sosial yang di gunakan oleh perempuan untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan ankanya terlihat dari usaha-usaha yang dilakukan untuk mencari beasiswa bagi anaknya. c. Membayar uang pirukunan. Bagi sebagai masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, nilai-nilai kekeluargaan antar masyarakat masih sangat erat hingga saat ini. Untuk itu, uang pirukunan menjadi salah satu kebutuhan penting bagi perempuan untuk di penuhi meskipun sebenarnya mereka merasa terbebani dengan kebutuhan hidup yang satu ini. Uang pirukunan merupakan iuran rutin semacam uang sosial masyarakat yang di kumpulkan oleh perempuan di tiap-tiap RT, kemudian uang tersebut dapat di gunakan untuk memodali usaha ternak bersama RT, menjenguk orang sakit, dan sebagainya. Pembayaran uang pirukunan menjadi penting untuk di penuhi karena adanya sebuah sanksi sosial yang muncul ketika seseorang yang menjadi 66
5 bagian dari sebuah masyarakat tidak membayar iuran tersebut, seperti yang nampak pada kutipan wawancara berikut ini. Macem-macem, buat makan, bayar listrik, bayar sosial, terus buat pirukunan sama tetangga-tetangga. Nha yang berat itu ya bayar pirukunan itu, kalo makan kan bisa seadanya ndak ada yang tahu, tapi kalo pirukunan itu ada orang berangkat, terus tidak sendiri kan ya malu, malunya itu kok kayanya ra duwe tonggo ra duwe sedulur gitu. 1 Karena adanya rasa malu ketika seseorang tidak membayar uang pirukunan inilah yang membuat uang pirukunan menjadi salah satu kebutuhan yang harus di penuhi bagi perempuan. Dengan rendahnya penghasilan yang di peroleh, agar perempuan tetap dapat membayar uang pirukunan biasanya mereka menyisihkan penghasilan yang mereka peroleh agar dapat membayar uang pirukunan tersebut. Jika dengan menyisihkan penghasilan yang di peroleh masih belum dapat membayar uang pirukunan, para perempuan akan berhutang terlebih dahulu dan membayarnya di bulan berikutnya. Selain itu para perempuan juga secara bersama-sama membuat kesepakatan untuk menentukan seberapa besar nominal uang iuran, sehingga tidak teralu membebani mereka. Dengan membayar uang pirukunan, merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh para perempuan untuk membangun modal sosialnya dengan orang-orang di sekitarnya, yaitu tetangga yang tinggal di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka membangun modal sosial dengan cara membuat jejaring yang baik dengan para tetangga, dengan harapan supaya ketika mereka mengalami kesulitan, tetangga sebagai orang yang paling dekat dengan mereka dapat memberi bantuan untuk meringankan kesulitan yang mereka alami. d. Membayar hutang. Salah satu solusi yang sering di lakukan oleh perempuan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya adalah dengan berhutang, baik dengan tetangga, saudara, maupun pada para pedagang sayur yang sering lewat di daerah tempat tinggal mereka. Membayar hutang merupakan sebuah kebutuhan yang dianggap penting bagi perempuan untuk dipenuhi. Dan 2 Wawancara dengan Ibu Sarmi tanggal 19 September
6 mereka mengidentikkan bahwa orang miskin adalah mereka yang masih terlilit dengan hutang. Karena berhutang merupakan solusi kunci yang sering di gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, biasanya perempuan akan sulit untuk keluar dari lingkaran hutang tersebut. Untuk dapat membayar hutang, selain membayar menggunakan penghasilan yang di peroleh, biasanya mereka akan berhutang lagi agar dapat membayar hutang yang sebelumnya. Untuk dapat berhutang, perempuan menggunakan modal sosial yang dimilikinya, sehingga orang lain mempercayainya dan mau untuk menolongnya dengan memberi hutangan.solusi yang dilakukan oleh perempuan untuk dapat membayar hutang, juga menggunakan modal sosial di samping ia menggunakan modal fiansial yang mereka miliki. Perempuan masih mengandalkan modal sosial untuk membayar hutang karena, kecilnya modal finansial yang di miliki, membuatnya masih harus berhutang lagi dengan orang lain untuk membayar hutang yang sebelumnya. Dari jenis-jenis kebutuhan yang menjadi priotitas menurut perempuan ternyata terdapat ketidak sesuaian jika di bandingkan dengan indikator kemiskinan menurut BPS. Untuk mengentaskan peroalan kemiskinan yang dihadapi rumah tangganya, perempuan hanya perlu memenuhi kebutuhan pokok rumah tangganya saja, sehingga ia akan dapat tetap untuk survive bertahan hidup. 6.2 Perempuan Dalam Menjalankan Strategi Sustainable Livelihood Jika melihat posisi perempuan dalam peningkatan kerja untuk menopang keberlanjutan kehidupan rumah tangga mereka, sangatlah banyak jenis kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan demikan untuk menilai peran dan kinerja perempuan dalam rangka mempertahankan keberlanjutan rumah tangganya, dapat di lihat menggunakan strategi sustainable livelihood. Dengan menggunakan pendekatan ini, tidak hanya melihat pada tingkat pendapatan dan pekerjaan dari perempuan saja, tapi juga melihat seperti apa prioritas kebutuhan hidup menurut perempuan dan usaha-usaha apa saja yang di lakukan oleh perempuan untuk memenuhi prioritas kebutuhan tersebut. 68
7 Banyaknya kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam kehidupan rumah tangga, dapat memicu seorang perempuan mengambil peran untuk meningkatkan tenaga kerjanya diluar rumah untuk menopang kebutuhan hidup mereka. Strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo, Kota Salatiga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu strategi ekonomi dan strategi sosial. Strategi ekonomi yang digunakan berupa optimalisasi tenaga kerja rumah tangga. Sedangkan strategi sosial berupa pemanfaatan lembaga kesejahteraan lokal dan jejaring sosial. a. Strategi Ekonomi Salah satu temuan dari peneliti dilapangan bahwa strategi ekonomi yang dijalankan dari perempuan sesuai konteks kehidupan yang ditemui pada Kelurahan Kumpulrejo, Kota Salatiga ini bahwa dengan mengandalkan pertanian lahan kering sebagai alternatif penghemat biaya belanjaan untuk pemenuhan kebutuhan akan biaya makan sehari-hari. Sudah tentunya pada pertanian lahan kering di Kumpulrejo cenderung kurang intensif sehingga kebutuhan tenaga kerja relatif rendah, karena hasil dari lahan kering itu untuk dikonsumsi bukan untuk dijual. Strategi ekonomi yang dijalankan oleh perempuan dalam rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo dapat dilihat dalam table berikut ini: 69
8 Tabel 6.1 Strategi Ekonomi Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Kumpulrejo Strategi Ekonomi Kegiatan Pelaku Optimalisasi tenaga kerja Terlibat dalam Perempuan dalam rumah tangga pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan. Terlibat dalam berbagai macam jenis pekerjaan di luar rumah. Meng-gadoh hewan Terlibat dalam Perempuan pemeliharaan dan perawatan hewan ternak Sumber: Data Primer Dari tabel 6.1 dapat dilihat situasi peran dan kinerja perempuan menjadi hal yang penting dalam menopang kebutuhan hidup mereka. Tidak menjadi batasan bagi setiap kegiatan ekonomi dapat dilakukan oleh kaum pria saja, tetapi bisa dilakukan oleh kaum perempuan juga untuk dapat menunjang taraf hidup mereka. b. Strategi Sosial Strategi sosial merupakan upaya dari salah satu penopang kebutuhan hidup bagi rumah tangga miskin, seperti yang terjadi di Kelurahan Kumpulrejo, bahwa perempuan salah satunya dapat dilihat bahwa mereka melakukan adanya pemanfaatan lembaga kesejahteraan lokal yaitu pirukunan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka karena dengan keterlibatan perempuan dalam kegiatan pirukunan ini dapat membawa keuntungan bagi kehidupan mereka seperti dari hasil simpanan iuran pirukunan ini dapat memberikan modal usaha ternak bersama rumah tangga miskin. Strategi yang dapat dilihat di Kelurahan Kumpulrejo seperti pada tabel berikut ini: 70
9 Tabel 6.2 Strategi Sosial Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Kumpulrejo Strategi Sosial Kegiatan Pelaku Pemanfaatan lembaga Pirukunan (uang sosial Perempuan kesejahteraan lokal dalam bentuk iuran) Jejaring sosial Hutang pada tetangga Perempuan atau kerabat Sumber: Data Primer Dari tabel 6.2 dapat dilihat bahwa peran dan kinerja perempuan dalam rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo dengan pemanfaatan strategi sosial dalam upaya guna menopang keberlangsungan kehidupan rumah tangga mereka. Penguatan dari strategi ekonomi dan strategi sosial dengan berbagai macam variasi kegiatan dari kedua strategi ini menjadi hal yang perlu diprioritaskan guna menjawab persoalan kemiskinan yang terjadi di Kelurahan Kumpulrejo. 6.3 Strategi Nafkah Berkelanjutan Pemanfaatan modal sebagai salah satu upaya dari strategi nafkah yang berkelanjutan, dalam melangsungkan hidup dan penghidupannya, dapat dilihat bahwa keluarga miskin khususnya para perempuan di Kelurahan Kumpulrejo, Kota Salatiga bertumpu pada beberapa jenis aset dan modal yang dimiliki yakni seperti berikut: a. Modal manusia (human capital) Modal manusia yang berupa keterampilan, pendidikan atau kualitas SDM yang dimiliki oleh istri RTM. Dengan adanya modal manusia, dapat menopang para perempuan dalam memperoleh pekerjaan, karena kebanyakan para perempuan hanya berpendidikan pada level SD dan SMP, memberikan pengaruh dengan jenis pekerjaan perempuan. Pekerjaan yang dijalani perempuan merupakan pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang cukup banyak dan memakan waktu yang banyak, namun hanya menghasilkan uang yang sedikit. 71
10 Terkait dengan keterbatasan modal manusia yang dimiliki oleh perempuan di Kelurahan Kumpulrejo, Kota Salatiga ini perlu ditinjau kembali penguatan dari modal tersebut, harapan dari keterbatasan pemilikan akses modal manusia ini dilakukan dengan peningkatan lewat berbagai pelatihanpelatihan ketrampilan, pengembangan skill. Akan tetapi bersebrangan dengan kemauan dari perempuan yang ada di Kelurahan Kumpulrejo kebanyakan dari mereka tidak mau ambil bagian untuk mengikuti pelatihan ketrampilan dan pengembangan skill untuk menopang keberlangsungan kehidupan mereka. Meskipun para perempuan memiliki keterbatasan pada rendahnya kualitas SDM dan keterampilan yang dimiliki, hal tersebut tidak mematahkan semangat mereka untuk tetap bekerja demi terpenuhinya kebutuhan hidup rumah tangganya. Karakter perempuan yang memiliki tanggung jawab akan keberlanjutan hidup rumah tangganya membuat mereka melakukan pekerjaan apapun meskipun dengan hasil yang rendah, asalkan hal tersebut dapat menopang keberlanjutan hidup rumah tangganya. b. Modal sosial (human capital) Modal sosial sebagai salah satu bentuk modal yang dikelola oleh perempuan dalam rumah tangga miskin di Kelurahan Kumpulrejo perlu untuk dipertimbangkan. Modal sosial dapat dirupakan dalam bentuk pemanfaatan ikatan sosial, lembaga kesejahteraan tradisional maupun pola-pola transaksi sosial yang telah melembaga di masyarakat. Kunci utama dari modal sosial adalah adanya rasa percaya (trust) yang tinggi antar warga. Rasa percaya menjadi kunci dalam introduksi aktivitas ekonomi dalam lembaga sosial di masyarakat. Kegiatan pirukunan membutuhkan rasa saling percaya antar warga, antar pengurus maupun antar pengurus dan warga. Tanpa rasa saling percaya yang tinggi kegiatan tersebut akan tidak dapat berjalan. Konsep modal sosial menjadi sebuah konsep yang diterima secara umum oleh ilmuan sosial dari berbagai disiplin ilmu. Konsep ini kemudian berkembang dengan pesatnya dan menjadi perhatian banyak pihak. Modal sosial bahkan dengan dahsyatnya dianggap sangat berperan dalam pembangunan ekonomi. Selain diterima oleh berbagai kalangan, kapital sosial 72
11 juga menjadi bahan perdebatan antara ilmuan sosiologi, antropologi, politik dan juga ekonomi. Modal sosial memiliki keunikan, yaitu relasional karena berada pada struktur hubungan antar individu. Menurut Portes (dalam Narayan, 1999), untuk mendapatkan modal sosial, seseorang harus berhubungan dengan orang lain dimana diantaranya saling mendapatkan manfaat. Coleman (dalam Narayan, 1999) mengatakan bahwa sebagai sebuah bagian dari struktur sosial dimana individu berada, modal sosial bukan merupakan hak milik salah satu individu pun dalam struktur sosial walaupun tiap-tiap individu mendapatkan kesempatan menikmati keuntungan atas modal sosial yang ada. Modal sosial hanya akan bermanfaat apabila didistribusikan antar individu dalam suatu struktur sosial. Modal sosial merupakan bagian dari struktur sosial yang mempunyai sifat barang milik umum. Strategi nafkah yang selama ini dijalankan oleh rumah tangga miskin di Kelurahan Kumpulrejo sangat kental sekali dengan pemanfaatan modal sosial. Akses terhadap modal sosial boleh dibilang sebagai satu-satunya akses terhadap modal. Kekuatan modal sosial perlu dimanfaatkan untuk memberikan kesempatan akses terhadap modal lainnya, seperti modal finansial, modal fisik, modal alam dan modal manusia. Temuan ini memperkuat pendapat Skoufias et al. (2010) yang menyatakan bahwa hubungan sosial memberikan kontribusi dalam kegiatan ekonomi pada masyarakat lokal. Akses terhadap modal finansial yang terbatas perlu untuk ditingkatkan melalui pembentukan lembaga keuangan mikro. Lembaga keuangan mikro akan dapat berjalan dengan baik ketika rasa saling mempercayai antar warga sangat tinggi. Lembaga keuangan mikro ini bukan merupakan lembaga baru yang dibentuk oleh orang dari luar komunitas tersebut, namun merupakan upaya memanfaatkan lembaga kesejahteraan tradisional yang sudah ada di masyarakat khususnya Kelurahan Kumpulrejo. Peran perempuan juga menjadi salah satu harapan dalam pengembangan strategi nafkah berkelanjutan. Pemanfaatan ikatan sosial antar penduduk perempuan yang 73
12 selama ini ada perlu untuk ditingkatkan sehingga memberi peluang akses terhadap modal finasial. Kegiatan perempuan selama ini masih terbatas pada kegiatan reproduktif dengan curahan waktu yang cukup tinggi. Sedangkan, kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga masih terbatas. Tanpa adanya dukungan dari luar, peningkatan peran perempuan nafkah rumah tangga menjadi terbatas. Kunci utama dari modal sosial adalah trust, hal ini memberikan sebuah keuntungan bagi para istri RTM karena masih ada tetangga yang peduli dan mau membantu persoalan mereka. Seperti situasi yang dialami oleh Ibu Sarmi, meskipun ia tidak memiliki kebun, ia bisa meminta hasil kebun miliki tetangganya untuk dimasak sebagai sayur. Terkait dengan lembaga tradisional pirukunan sebagai uang sosial untuk keberlanjutan kehidupan rumah tangga miskin ini menimbulkan sedikit persoalan bahwa bagi perempuan dalam rumah tangga miskin yang berpenghasilan rendah atau tidak tetap akan dilalui dengan cara berhutang dulu untuk dapat membayar uang sosial dari pirukunan teresebut, padahal pendapatan yang dimiliki sangat relatif rendah. c. Modal alamiah (natural capital) Modal alamiah menjadi salah satu penunjang bagi kehidupan manusia, Kelurahan Kumpulrejo adalah daerah yang sangat subur akan tanahnya, namun yang menjadi hambatan lain yang dihadapi oleh perempuan yang ada di sana yaitu sebagian dari mereka tidak mempunyai lahan untuk dijadikan sumber penopang kebutuhan hidup mereka. Tetapi tidak mematahkan semangat akan peran dan kinerja perempuan dalam pemanfaatan modal ini, bagi perempuan yang memiliki keterbatasan pemilikan tanah yang dijadikan lahan pertanian atau perkebunan, mereka dapat mengelola tanah milik orang lain dan pemanfaatan pekarangan rumah untuk ditanami sayur-sayuran, terlihat jelas bahwa pemanfaatan modal alamiah ini guna menghemat cost belanjaan kebutuhan sehari-hari dalam kehidupan mereka. d. Modal fisik (physical capital) Modal fisik seperti lahan, ternak, dan rumah. Secara umum bahwa situasi perempuan dalam rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo, 74
13 Kota Salatiga untuk dapat memiliki akses dalam modal fisik itu sangatlah kurang untuk dapat menopang taraf hidup mereka. Seperti yang sudah diuraikan dalam modal alamiah diatas bahwa rata-rata secara umum bagi rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo tidak mempunyai lahan pertanian dan perkebunan, tetapi berdasarkan temuan dilapangan bahwa ada upaya dari perempuan yang dapat mengelolah sebongkahan tanah milik orang lain untuk dijadikan lahan produktif untuk menanam sayur, umbiumbian, cabai, dan sayur-sayuran yang dapat menopang kebutuhan pangan mereka sehari-hari. Sumber lain seperti pemilikan ternak bagi keberlangsungan kehidupan perempuan dalam rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo, Kota Salatiga pun sangat minim, bahkan sebagian besar tidak mempunyai hewan ternak, seperti kambing dan sapi yang dapat dijadikan sebagai modal untuk menunjang kehidupan mereka. Namun dengan adanya sistem nilai kebudayaan dari gadoh yang dapat mendorong bagi perempuan di Kelurahan Kumpulrejo untuk meng-gadoh hewan milik orang lain, dengan sistem ini biasanya terjadi saat hasil peng-gadoh-an dari ternak yang produktif ini dilakukan dengan cara sistem bagi hasil dengan pemilik ternak sebesar ½ atau ¼ dari total harga hewan gadohan sesuai hasil yang didapat. Sistem gadoh untuk ternak ini merupakan investasi sosial yang memakan kurun waktu sangat lama, butuh kesabaran bagi setiap orang yang meng-gadoh hewan, seperti merawat hewan, memberikan makan, membuat kandang untuk ternak, dan kotoran hewan dapat dijadikan pupuk kandang untuk menyuburkan tanaman di lahan pertanian mereka. Untuk status kepemilikan bangunan rumah yang ada di Kelurahan Kumpulrejo, Kota Salatiga ini biasanya adalah rumah milik sendiri yang kondisinya belum layak, rumah warisan dari orang tua mereka atau menumpang dengan orang orang tua,yang kondisinya pun juga tidak layak huni, karena banyaknya jumlak kepala keluarga yang menempati dalam satu rumah. Situasi ini pun menjadi faktor utama dimana perempuan dalam rumah tangga miskin menjadi salah satu aktor yang dapat menunjang 75
14 keberlangsungan kehidupan mereka, selain memiliki tanggung jawab keluraga kecil mereka tetapi ikut serta dalam pemenuhan kebutuhan hidup untuk keluarga induk mereka. 6.4 Ringkasan Kebutuhuan yang menjadi prioritas meurut perempuan yaitu kebutuhan untuk makan sehari-hari, dan biaya sekolah anak bagi keluarga yang masih memiliki anak usia sekolah. Sedangkan kebutuhan yang tidak menjadi prioritas, namun juga penting untuk di penuhi yaitu biaya listrik, biaya pirukunan, tempat tinggal, kebutuhan air bersih, dan membayar hutang. Dari jenis-jenis kebutuhan yang menjadi priotitas menurut perempuan ternyata terdapat ketidak sesuaian jika di bandingkan dengan indikator kemiskinan menurut BPS. Untuk mengentaskan peroalan kemiskinan yang dihadapi rumah tangganya, perempuan hanya perlu memenuhi kebutuhan pokok rumah tangganya saja, sehingga ia akan dapat tetap untuk survive bertahan hidup. Strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo, Kota Salatiga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu strategi ekonomi dan strategi sosial. Strategi ekonomi yang digunakan berupa optimalisasi tenaga kerja rumah tangga. Sedangkan strategi sosial berupa pemanfaatan lembaga kesejahteraan lokal dan jejaring sosial. Selain itu, perlu dilihat pula pemanfaatan modal sebagai salah satu upaya dari strategi nafkah yang berkelanjutan, dalam melangsungkan hidup dan penghidupannya. 76
BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA
BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA Menurut Deacon dan Firebaugh (dalam Timisela: 2015), rumah tangga sebagai satuan sosial memiliki fungsi untuk bertanggung jawab dalam menjaga, menumbuhkan dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH 2.1 Permasalahan Keluarga Untuk mengidentifikasi masalah yang dialami keluarga, dilakukan beberapa kali kunjungan di kediaman keluarga dampingan. Selama kunjungan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD
IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD (SUL) (Studi Kasus : Kelurahan Tamansari, Bandung) Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2006
Lebih terperinciPENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK
PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK Alfiasari, Dwi Hastuti (Institut Pertanian Bogor, Indonesia) Child Poverty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir
Lebih terperinciKonsep Sustainable Livelihoods. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Konsep Sustainable Livelihoods Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya E-mail: eko_nug@yahoo.com Livelihood Secara sederhana = cara mencari nafkah Dalam konteks ketahanan pangan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Ketersediaan pangan yang cukup menjadi isu nasional untuk mengentaskan kerawanan pangan di berbagai daerah.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian
188 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian dan saran yang merupakan rekomendasi untuk tindak lanjut. A. Kesimpulan 1. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Hasil bumi yang berlimpah dan sumber daya lahan yang tersedia luas, merupakan modal mengembangkan dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki
Lebih terperinciSTRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN
STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT
Lebih terperinciVI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH
59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan
Lebih terperinciBAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN
68 BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus membangun tatanan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dalam hierarki struktur pemerintahan, desa adalah menempati posisi terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi terdepan dan langsung
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan
Lebih terperinciBAB VIII KELEMBAGAAN MAKANAN POKOK NON BERAS
92 BAB VIII KELEMBAGAAN MAKANAN POKOK NON BERAS Kelembagaan menurut Uphoff (1993) dikutip Soekanto (2009) adalah seperangkat norma dan perilaku yang bertahan dari waktu ke waktu dengan memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA WAWANCARA DENGAN KEPALA DESA
PEDOMAN WAWANCARA WAWANCARA DENGAN KEPALA DESA Nomor : 1 Nama Umur : Bapak Iksan, SH : 48 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat Jabatan Pendidikan : Desa Ngambakrejo : Kepala Desa : S1 1. Apa sebabnya
Lebih terperinciASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 1 Oleh: Almasdi Syahza 2 Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.staff.unri.ac.id Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian
BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,
Lebih terperinciBAB VI DINAMIKA AKSI PERUBAHAN. A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal. proses inkulturasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan peneliti
BAB VI DINAMIKA AKSI PERUBAHAN A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal Awal proses penelitian di masyarakat, peneliti tidak perlu melalui proses inkulturasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciKAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI
KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI Qanytah dan Trie Reni Prastuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN
BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset
Lebih terperinciKETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG
KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan modal sosial antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo (2012) yang melihat tentang penguatan modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan
Lebih terperinciKELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG
KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari didirikan pada tahun 1993. Pada awalnya, KUSP (KUSP) Gotong Royong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erupsi Merapi yang terjadi dua tahun lalu masih terngiang di telinga masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan kehilangan mata
Lebih terperinciBAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH
II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. A. KEBIJAKAN PROGRAM Pada Urusan pilihan Pertanian diarahkan pada Peningkatan produksi pertanian dan pemberdayaan petani lokal serta peningkatan akses modal dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Highmore, 2008 (dalam Bambang,2010: 33), Pangan adalah sebuah barang pemenuh kebutuhan manusia yang merupakan hasil dari usaha budidaya, artinya bahwa keberadaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN
45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai
Lebih terperinciOleh: Elfrida Situmorang
23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS
53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini
Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas
Lebih terperincipadi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam.berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat perempuan di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Kreatifitas pengrajin bambu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN
BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan
Lebih terperinciDisusun oleh FLipMAS BADUY Wilayah Banten
LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA TEGAL WANGI KECAMATAN MENES KABUPATEN PANDEGLANG (Minggu, 17 Mei 2015) KAMPUNG KORANJI DESA TEGAL WANGI KECAMATAN MENES KAB. PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
Lebih terperinciV. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI
54 V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 5. by Kondisi Umum Wilayah Penelitian 5. Kondisi Geografis Wilayah Penelitian Wilayah Kecamatan Sadang memiliki luas 5.7212,8
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian
60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA I. UMUM 1. Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah sejak lama
Lebih terperinciPOLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM
POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada
Lebih terperinciBAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN
BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru. Secara absolut jumlah penduduk Indonesia yang masih hidup dibawah garis kemiskinan masih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bogor, April Penulis
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-nya, shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan gagasan tertulis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian dengan daratannya yang subur dan didukung oleh iklim yang menguntungkan. Usaha pertanian, budidaya tanaman dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana yang tertuang dalam alinea ke empat Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian sebagai petani. Penggolongan pertanian terbagi atas dua macam, yakni
Lebih terperinci5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN
56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan ekonomi yang bersifat kerakyatan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, lebih fokus untuk tujuan mengurangi kemiskinan, pengangguran, kesenjangan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam proses Pembangunan Indonesia disadari oleh Pemerintah Era reformasi terlihat dari dicanangkannya Revitaslisasi Pertanian oleh Presiden
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan
16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa
Lebih terperinciBAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG
BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG Rumahtangga di Indonesia terbagi ke dalam dua tipe, yaitu rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat dengan pesat sehingga jumlah kebutuhan akan hunian pun semakin tidak terkendali. Faktor keterbatasan
Lebih terperinciPERAN PENYULUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh ; Dian Mirawati Penyuluh pertanian Pertama
PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh ; Dian Mirawati Penyuluh pertanian Pertama I. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang berbasiskan pertanian. Hal ini didukung oleh letak negara yang berada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi jenis Arabika masuk ke Jawa dari Malabar pada tahun 1699 dibawa oleh kapitalisme Belanda perkembangannya sangat pesat dan hal ini tidak bisa dilepaskan dari sistem
Lebih terperinciPEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR
PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR Oleh : RIAS ASRIATI ASIF L2D 005 394 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sektor pertanian dinegara-negara berkembang perannya sangat besar karena merupakan mata pencarian pokok sebagian besar penduduk. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
Lebih terperinciM-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN
M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya kemiskinan dan pengangguran yang meningkat menjadi ketimpangan masyarakat merupakan tantangan dalam pembangunan, Masyarakat miskin umumnya lemah dalam
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketela pohon (Manihot utilissima) adalah salah satu komoditas pangan yang termasuk tanaman penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, dan kacang
Lebih terperinciDAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.
DAFTAR ISI ISI SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... ABSTRAK RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
117 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuan akhirnya, yaitu menemukan suatu model pemberdayaan masyarakat yang aplikatif untuk meningkatkan keberdayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian
Lebih terperinciPoliteknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komputerisasi sering kali digunakan untuk membantu pencatatan dan pengolahan data dalam kegiatan instansi pemeritahan. Data yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata
Lebih terperinci