KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *"

Transkripsi

1 KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52 persen penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pedesaan masih berkutat dengan beragam persoalan. Pembangunan nasional yang telah dilakukan selama beberapa dekade memang telah membawa perbaikan di daerah pedesaan (contohnya angka partisipasi sekolah penduduk berumur 7-18 tahun telah meningkat pesat dan persentase penduduk yang buta huruf menurun), namun keadaan sosial ekonomi penduduk pedesaan masih jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan penduduk perkotaan. Pembangunan pertanian yang terlalu difokuskan pada peningkatan produksi pangan boleh dibilang cukup berhasil (produksi padi tahun 2007 diramalkan mencapai 57,05 juta ton gabah kering giling, naik 4,76 persen dibandingkan tahun 2006), namun peningkatan produksi ini nampaknya tak mempunyai korelasi positif dengan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang mayoritas petani. Sekedar contoh adalah kondisi petani di Jawa Timur yang merupakan salah satu sentra produksi beras dan jagung. Pada tahun 2004 rata-rata pendapatan rumahtangga pertanian di Jawa Timur hanya sebesar Rp.7,7 juta per tahun, tidak jauh berbeda dengan rata-rata pendapatan rumahtangga pertanian di NTT (Rp.7,4 juta per tahun), yang sering kali dikonotasikan sebagai daerah terbelakang. Di tengah berlangsungnya pembangunan ekonomi yang tidak lagi menempatkan sektor pertanian sebagai fondasi ekonomi nasional, berbagai persoalan mendasar masih dihadapi penduduk pedesaan. Produktivitas tenaga kerja yang rendah, sempitnya lahan garapan, terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian, meningkatnya pengangguran dan petani gurem telah menyebabkan tingkat kesejahteraan penduduk pedesaan tak kunjung membaik, sehingga daerah pedesaan tetap menjadi kantong kemiskinan. Dengan memperhatikan sempitnya lahan garapan, sulit bagi penduduk pedesaan untuk dapat hidup layak hanya dari sektor pertanian, sehingga mereka harus mencari alternatif sumber penghidupan dari kegiatan di luar pertanian. Berbagai program kebijakan sudah dilaksanakan Pemerintah untuk memacu perkembangan sektor non-pertanian di pedesaan, dengan harapan sektor ini dapat menyerap tenaga kerja di pedesaan dan berperan serta dalam meningkatkan pendapatan penduduk pedesaan. Paper singkat ini bertujuan untuk melihat beberapa persoalan mendasar yang dihadapi penduduk pedesaan dan peranan sektor non-pertanian dalam ekonomi pedesaan. Untuk melihat kemampuan sektor nonpertanian dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan, digunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 1998 dan 2006, sementara untuk mengamati struktur perusahaan/usaha non-pertanian di pedesaan berdasarkan lapangan, lokasi dan skala usaha, digunakan data listing Sensus Ekonomi 2006 (SE06). * Disampaikan pada Seminar Nasional Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dengan tema Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat, Bogor, 4 Desember

2 2. PERMASALAHAN DI DAERAH PEDESAAN Beberapa permasalahan mendasar di daerah pedesaan yang perlu ditangani dengan serius antara lain: a. Produktivitas tenaga kerja di pedesaan rendah Mayoritas penduduk pedesaan bekerja di sektor pertanian. Rendahnya produktivitas tenaga kerja di pedesaan bisa dilihat dari perbandingan jumlah tenaga kerja yang diserap sektor pertanian dan sumbangan sektor pertanian dalam perekonomian nasional. Tahun 2002 sektor pertanian menyumbang 16,04 persen terhadap PDB, sementara penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar 44,30 persen dari total penduduk yang bekerja. Tahun 2006 sumbangan sektor pertanian terhadap PDB turun menjadi 12,90 persen, namun jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini hanya berkurang menjadi 42,10 persen. Ini menyebabkan produktivitas tenaga kerja pada sektor pertanian menjadi rendah. Nilai produktivitas pekerja sektor pertanian hanya sebesar Rp.6,51 juta per pekerja pada tahun 2006, menempati urutan terakhir dibanding sektor lainnya. Angka tersebut jauh dibawah produktivitas sektor lainnya seperti sektor perdagangan (Rp.16,23 juta), angkutan (Rp.21,96 juta), bangunan (Rp.24,01 juta), maupun sektor industri (Rp.43,25 juta). Produktivitas tertinggi dicapai oleh pekerja sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai Rp.182,69 juta per pekerja. b. Luas Lahan yang Dikuasai Rumahtangga Pertanian Semakin Sempit Rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumahtangga pertanian pengguna lahan semakin kecil, dari 0,80 hektar pada tahun 1993 menjadi 0,72 hektar pada tahun 2003 (data Sensus Pertanian 2003). Penurunan rata-rata penguasaan lahan di Jawa lebih cepat dibandingkan dengan luar Jawa. Di Jawa turun dari 0,47 hektar menjadi 0,38 hektar, sementara di luar Jawa turun dari 1,20 hektar menjadi 1,14 hektar. Semakin mengecilnya rata-rata penguasaan lahan pertanian terjadi karena berbagai faktor seperti meningkatnya jumlah rumahtangga pertanian, terjadinya fragmentasi pemilikan lahan, dan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang berkaitan erat dengan kemiskinan. Berdasarkan data Podes 2003, selama periode Agustus 1999-Agustus 2002 telah terjadi pengurangan lahan sawah yang cukup besar di Indonesia yaitu seluas hektar atau rata-rata hektar per tahun. Pengurangan lahan sawah terjadi karena fungsinya digunakan untuk keperluan lain seperti lahan pertanian bukan sawah (41,32%), perumahan (28,73%), industri (4,82%), perusahaan/perkantoran (8,59%) dan keperluan lainnya (16,60%). Perlu diperhatikan bahwa berdasarkan beberapa temuan dilapangan, konversi lahan sawah menjadi lahan pertanian bukan sawah umumnya hanya bersifat sementara saja, karena pada akhirnya akan digunakan untuk kepentingan non-pertanian seperti perumahan dan industri. c. Jumlah Rumahtangga Petani Gurem Meningkat Rumahtangga petani gurem adalah rumah tangga pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 ha. Lahan yang dikuasai bisa berasal dari milik sendiri atau menyewa dari pihak lain. Selama periode jumlah rumahtangga petani gurem secara rata-rata meningkat 2,39% pertahun, yaitu dari 10,8 juta rumah tangga pada tahun 1993 menjadi 13,7 juta rumah tangga pada tahun 2003 atau sekitar 56,2 persen dari 2

3 total rumahtangga pertanian pengguna lahan. Sempitnya penguasaan lahan ini akan menjadi kendala besar dalam upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Tabel 1. Indikator Pendidikan, Ketenagakerjaan, dan Kemiskinan 1998/ /2007 INDIKATOR Unit Kota Desa Kota Desa PENDIDIKAN a APS Penduduk 7-12 tahun % 97,8 94,10 97,98 96,75 b APS Penduduk tahun % 88,6 70,60 89,74 80,25 c APS Penduduk tahun % 67,7 36,20 65,50 45,01 d Penduduk =15 tahun yang buta huruf % 5,2 16,10 4,72 11,60 KETENAGAKERJAAN a Penduduk =15 thn bekerja di pertanian % 11,07 62,86 11,05 62,88 b Penduduk =15 thn bekerja di non-pertanian % 88,93 37,14 88,95 37,12 c TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) % 59,56 71,94 62,31 69,17 d TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) % 9,29 3,30 12,94 8,39 e Setengah Pengangguran thd bekerja % 22,10 44,31 17,25 39,38 KEMISKINAN a Jumlah Penduduk Miskin Juta 17,60 31,90 13,56 23,61 b Persentase Penduduk Miskin (P 0 ) % 21,92 25,72 12,52 20,37 c Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) - 3,52 4,84 2,15 3,78 d Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) - 0,98 1,39 0,57 1,08 e Indeks Gini - 0, ,374 0,302 Catatan: a. Data Ketenagakerjaan adalah kondisi Agustus tahun 1998 dan 2006 (data Sakernas) b. Data Kemiskinan adalah data tahun 1999 dan Maret 2007 (data Susenas) c. APS: Angka Partisipasi Sekolah d. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. e. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P 1 ) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. f. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P 2 ) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. d. Pendapatan Rumahtangga Pertanian Rendah, Keadaan Ekonominya Stagnan Pada tahun 2004, rata-rata pendapatan per rumahtangga pertanian hanya sebesar Rp.9,3 juta setahun, dimana 48,6 persennya adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan nonpertanian seperti industri pengolahan hasil pertanian, industri pengolahan bukan hasil pertanian, perdagangan, buruh di luar pertanian, dan lainnya (BPS, 2005). Jika dihitung per bulan, rata-rata pendapatan rumahtangga pertanian hanya berkisar 775 ribu rupiah. Dengan memperhitungkan rata-rata jumlah anggota rumahtangga pertanian yang sekitar 4 orang per rumahtangga, nilai pendapatan ini tergolong kecil untuk dapat hidup layak. 3

4 Lebih dari separuh (58,02 persen) rumahtangga pertanian menyatakan bahwa keadaan ekonomi rumahtangganya sama saja atau tidak berubah dibandingkan dengan keadaan ekonomi rumahtangga setahun yang lalu. Yang lebih menyedihkan, sebagian rumahtangga pertanian (22,12 persen) mengaku bahwa keadaan ekonomi rumahtangganya justru menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya, hanya sekitar 19,86 persen rumahtangga pertanian yang menyatakan keadaan ekonominya meningkat. Berbagai kebijakan pertanian yang diterapkan Pemerintah nampaknya masih belum berhasil mengangkat kesejahteraan petani, karena banyaknya kendala yang dihadapi, seperti sempitnya pengusahaan lahan, rendahnya pendidikan petani, kurangnya diversifikasi usaha sub-sektor pertanian, dan sebagainya. e. Upah Buruh Tani Lebih Rendah Dari Upah Buruh Bangunan dan Industri Sekitar 70 persen penduduk miskin di daerah pedesaan mempunyai sumber penghasilan utama di sektor pertanian. Mudah diduga mereka adalah petani gurem atau buruh tani. Secara nasional, rata-rata upah nominal harian buruh tani selalu meningkat dari bulan ke bulan, namun secara riil rata-rata upah harian buruh tani cenderung mengalami penurunan. Rata-rata upah nominal harian buruh tani naik dari Rp ,- pada Maret 2005 menjadi Rp ,- pada Agustus 2007, namun upah riilnya turun dari Rp.2.614,- menjadi Rp.2.591,-. Penurunan upah riil ini menunjukkan melemahnya daya beli para buruh tani. Dibandingkan dengan upah buruh bangunan atau industri, upah buruh tani jauh lebih kecil. Pada Agustus 2007, upah harian buruh bangunan Rp ,-, sementara upah buruh industri sekitar Rp ,- per hari. f. Mayoritas Penduduk Miskin Berada Di Pedesaan Hingga saat ini, desa masih menjadi kantong kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta orang atau sekitar 16,58 persen dari total penduduk Indonesia. Sebagian besar (63,51 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan sehingga jumlah penduduk miskin di pedesaan 1,74 kali jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan. Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di daerah pedesaan jauh lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada bulan Maret 2007, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) untuk perkotaan hanya 2,15 sementara di daerah pedesaan mencapai 3,78. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) untuk perkotaan hanya 0,57 sementara di daerah pedesaan mencapai 1,08. Ini mengindikasikan bahwa tingkat kemiskinan di daerah pedesaan lebih parah dari pada daerah perkotaan. 4

5 3. KEGIATAN NON-PERTANIAN DI PEDESAAN Dengan memperhatikan berbagai permasalahan yang dihadapi, upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk pedesaan hanya dengan mengandalkan sektor pertanian akan sulit tercapai. Dengan penguasaan lahan yang sempit, sulit diharapkan bagi para petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak tanpa adanya usaha lain diluar sektor pertanian. Karena itu pengembangan sektor pertanian harus dibarengi dengan pengembangan usaha non-pertanian dengan memberi perhatian khusus pada usaha yang sudah ada atau usaha yang berpotensi besar di masing-masing daerah. Pengembangan sektor pertanian sendiri jangan hanya difokuskan pada upaya peningkatan produksi pangan, tetapi juga produk-produk pertanian lain yang lebih beragam dan bernilai tinggi sehingga dapat digunakan tidak hanya untuk keperluan konsumsi namun juga dapat menjadi bahan baku bagi kegiatan usaha non-pertanian. Sudah banyak program dan kebijakan yang dijalankan Pemerintah untuk mengembangkan usaha non-pertanian di pedesaan. Untuk melihat seberapa besar peranan sektor non-pertanian dalam ekonomi pedesaan, bisa disimak dari data Sakernas dan hasil listing SE Penyerapan Tenaga Kerja Di Sektor Non-Pertanian Di Pedesaan Membandingkan situasi ketenagakerjaan di Indonesia antara periode Agustus 1998 (saat Indonesia sedang dilanda krisis) dan Agustus 2006 diperoleh gambaran yang tidak menggembirakan. Dalam periode tersebut jumlah pengangguran meningkat, yang tercermin dari meningkatnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) baik di perkotaan maupun pedesaan. TPT di perkotaan naik dari 9,29 persen pada tahun 1998 menjadi 12,94 persen pada tahun 2006, sementara TPT di pedesaan naik dari 3,30 persen menjadi 8,39 persen. Tingkat pengangguran di pedesaan naik lebih cepat daripada perkotaan. Peningkatan tenaga kerja di pedesaan yang tidak diikuti oleh kesempatan kerja telah menyebabkan mereka menjadi penganggur. TPT di daerah pedesaan lebih rendah dari pada perkotaan, baik pada tahun 1998 maupun tahun Lebih rendahnya TPT di pedesaan karena jumlah penduduk setengah penganggur (bekerja kurang dari 35 jam seminggu) di pedesaan jauh lebih besar dari pada perkotaan. Persentase penduduk setengah penganggur terhadap total orang yang bekerja di pedesaan mencapai 44,31 persen pada tahun 1998 dan 39,38 persen pada tahun 2006, sementara di perkotaan hanya 22,10 persen dan 17,25 persen (Tabel 1). Sebagian besar penduduk pedesaan masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Dari 57,1 juta penduduk yang bekerja di daerah pedesaan pada bulan Agustus 2006, sekitar 62,88 persennya bekerja di sektor pertanian, sementara yang mempunyai lapangan pekerjaan utama di sektor non-pertanian hanya 37,12 persen. Komposisi ini tidak jauh berbeda dengan situasi yang ditemukan di daerah pedesaan pada tahun 1998, dimana 62,86 persen penduduk bekerja di sektor pertanian dan 37,14 persen di sektor nonpertanian (Tabel 2). Artinya, selama delapan tahun terakhir ini kemampuan sektor nonpertanian dalam menyerap tenaga kerja di pedesaan tidak menunjukkan perubahan yang berarti dan belum sesuai dengan harapan. Selama periode , jumlah penduduk yang bekerja di sektor non-pertanian turun 0,07 persen per tahun. Kegiatan non-pertanian yang cukup banyak menyerap tenaga kerja di pedesaan pada Agustus 1998 adalah perdagangan, rumah makan dan hotel (12,91 persen), diikuti oleh usaha indutri (9,02 persen), jasa kemasyarakatan (7,60 persen), bangunan (3,36 persen), dan pengangkutan (3,30 persen). Pada Agustus 2006, kelima 5

6 sektor tersebut masih merupakan sektor-sektor yang cukup banyak menyerap tenaga kerja di pedesaan, namun selama periode telah terjadi pergeseran-pergeseran pekerjaan yang cukup berarti. Selama periode , kegiatan non-pertanian yang mengalami pertumbuhan tenaga kerja adalah sektor keuangan (12,92 persen per tahun), pertambangan (5,62 persen per tahun), pengangkutan (2,73 persen per tahun), listrik/gas/air (2,33 persen per tahun), dan bangunan (2,11 persen per tahun). Sebaliknya usaha jasa kemasyarakatan turun 2,02 persen, usaha perdagangan turun sekitar 0,96 persen, dan usaha industri 0,21 persen. Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar (46,52 persen) penduduk yang bekerja di sektor non-pertanian mempunyai status berusaha, artinya bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis. Berusaha disini baik dilakukan sendiri, dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, maupun dibantu buruh tetap/buruh dibayar. Persentase penduduk yang bekerja di sektor non-pertanian yang berstatus buruh/karyawan sebesar 32,51 persen dan yang berstatus pekerja keluarga/ pekerja tak dibayar sebesar 9,29 persen atau sekitar 1,97 juta orang (Tabel 3). Besar kecilnya persentase pekerja di sektor non-pertanian menurut status pekerjaan utama sangat tergantung pada jenis kegiatan usaha yang dilakukan. Untuk sektor keuangan, jasa kemasyarakatan, dan listrik/gas/air, sebagian besar penduduk yang bekerja berstatus buruh/karyawan, sementara untuk sektor bangunan sebagian besar (56,81 persen) berstatus pekerja bebas, artinya mereka bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap dan mempunyai lebih dari 1 majikan dalam tiga bulan terakhir. Khusus untuk sektor perdagangan dan industri, masih banyak pekerja yang berstatus pekerja keluarga/tidak dibayar. Di sektor industri persentasenya mencapai 17,86 persen dan di perdagangan 13,21 persen. Tabel 2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 1998 dan 2006 Pedesaan Agustus 1998 Agustus 2006 No Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah (org) % Jumlah (org) % Pertumbuhan per tahun (%) 1 Pertanian Pertambangan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, RM, Hotel Angkutan, Komunikasi Keuangan Jasa Kemasyarakatan Total Non-Pertanian Sumber: Sakernas 1998 dan

7 Jumlah jam kerja dapat dijadikan sebagai salah satu indikator produktivitas pekerja, dengan asumsi semakin besar jumlah jam kerja maka produktivitas pekerja juga semakin tinggi. Dari seluruh penduduk yang bekerja di sektor non-pertanian di pedesaan pada Agustus 2006, sekitar 77,58 persennya bekerja lebih dari 35 jam seminggu dan sisanya sebesar 22,42 persen dapat dikategorikan sebagai penduduk setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam seminggu. Beberapa sektor non-pertanian yang mempunyai persentase penduduk setengah menganggur yang relatif tinggi adalah jasa kemasyarakatan (35,47 persen), pertambangan (24,40 persen), industri (24,01 persen), dan perdagangan (22,16 persen). Tabel 3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Status Pekerjaan Utama, Agustus 2006 Pedesaan Status Pekerjaan Utama N o Lapangan Pekerjaan Utama Berusaha (sendiri, dg buruh tdk tetap, dg buruh tetap) Buruh/ karyawan Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja tak dibayar Jumlah 1 Pertanian Pertambangan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, RM, Hotel Angkutan, Komunikasi Keuangan Jasa Kemasyarakatan Total Non Pertanian Sumber: Sakernas Agustus 2006 Rata-rata jam kerja seminggu dari pekerja yang bekerja di berbagai sektor non-pertanian tidak terlalu bervariasi, antara jam per minggu (Tabel 4). Meskipun demikian, besarnya upah/gaji/pendapatan pekerja per bulan yang diperoleh sangat bervariasi. Pendapatan tertinggi diterima pekerja yang bekerja di sektor keuangan (Rp.1,27 juta) dan pertambangan (Rp.1,09 juta). Sebaliknya, upah/gaji/pendapatan terendah diterima pekerja di sektor industri (Rp.0,61 juta) dan perdagangan (Rp.0,57 juta). 7

8 Tabel 4. Rata-Rata Jam Kerja Seminggu Yang Lalu Dan Rata-Rata Upah/Gaji/Pendapatan Bersih (Rp) Selama Sebulan Pekerja *) Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Agustus 2006 No Lapangan Pekerjaan Utama Jam kerja Kota Upah/Gaji/ pendapatan Jam kerja Desa Upah/Gaji/ pendapatan 1 Pertanian , ,880 2 Pertambangan Penggalian 49 2,009, ,094,336 3 Industri Pengolahan , ,463 4 Listrik, Gas dan Air 42 1,349, ,819 5 Bangunan , ,480 6 Perdagangan, RM, Hotel , ,535 7 Angkutan, Komunikasi 50 1,190, ,393 8 Keuangan 45 1,655, ,272,218 9 Jasa Kemasyarakatan 43 1,123, ,220 Jumlah 46 1,004, ,321 Sumber: Sakernas Agustus 2006 * Pekerja adalah buruh/karyawan/pegawai, pekerja bebas di pertanian dan pekerja bebas di non-pertanian 3.2 Struktur Perusahaan/Usaha Non-Pertanian Di Pedesaan Informasi mengenai profil perusahaan/usaha di daerah pedesaan beserta beberapa karakteristik usahanya dapat dilihat dari data hasil Listing Sensus Ekonomi 2006 (SE06). Gambaran perusahaan/usaha di daerah pedesaan dapat dilihat menurut lapangan usaha, lokasi tempat usaha, skala usaha, status badan hukum, tahun berdiri, maupun jaringan usaha. Struktur Perusahaan/Usaha Menurut Lapangan dan Lokasi Usaha Berdasarkan hasil listing SE06 yang mencakup seluruh kegiatan perusahaan/usaha selain sektor pertanian, jumlah perusahaan/usaha di daerah pedesaan tercatat 11,2 juta perusahaan/usaha (Tabel 5). Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran tercatat sebagai usaha terbanyak dengan jumlah 5,1 juta (45,78 persen), diikuti oleh usaha industri pengolahan (20,24 persen), angkutan (10,96 persen), jasa-jasa (10,05 persen), dan akomodasi/makan/minum (9,86 persen). Dalam pelaksanaan SE06, pencacahan perusahaan/usaha dilakukan dengan pendekatan lokasi usaha yang dipilah menjadi perusahaan/usaha yang menggunakan lokasi permanen (bangunan khusus usaha atau bangunan campuran) dan lokasi tidak permanen. Berdasarkan tempat lokasi usaha, 60,28 persen perusahaan/usaha di daerah pedesaan melaksanakan kegiatannya pada lokasi permanen, dan sisanya (39,72 persen) pada lokasi tidak permanen seperti seperti usaha keliling, pedagang kaki lima di jalan atau trotoar, pangkalan ojek sepeda motor, los-los pasar, koridor stasiun dan lain-lain. 8

9 Tabel 5. Jumlah Perusahaan/Usaha Menurut Lapangan Usaha Dan Lokasi Usaha Di Daerah Pedesaan Tahun 2006 Lokasi Tempat Usaha Kategori Lapangan Usaha Tidak Permanen Permanen Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % C Pertambangan dan Penggalian , , D Industri Pengolahan 37, ,234, ,272, E Listrik, Gas dan Air , , F Konstruksi 2, , , G Perdagangan Besar dan Eceran 2,603, ,537, ,141, H Akomodasi/Makan/Minum 565, , ,107, I Angkutan 1,047, , ,230, J Perantara Keuangan 1, , , K-P Jasa-jasa 202, , ,128, Jumlah 4,460, ,769, ,229, Sumber: Sensus Ekonomi 2006 (Angka Sementara) Dari distribusi perusahaan/usaha perdagangan besar dan eceran menurut lokasi usaha dapat dilihat bahwa sekitar 50,64 persennya mempunyai lokasi usaha tidak permanen. Persentase usaha perdagangan yang dilakukan secara keliling mencapai 44,36 persen, sementara yang dilakukan di kaki lima 36,10 persen dan sisanya di los-los/koridor. Karakteristik yang serupa juga terjadi pada usaha akomodasi/makan/minum. Mayoritas usaha akomodasi/makan/minum dilakukan secara keliling (56,33 persen), di kaki lima (33,64 persen), dan di los-los/koridor (10,03 persen). Perlu dicatat bahwa untuk usaha transportasi mayoritas usaha dilakukan pada lokasi tidak permanen. Hal ini bisa dimengerti karena data yang ada menunjukkan bahwa 51,77 persen dari usaha transportasi di pedesaan adalah usaha ojek motor. Struktur Perusahaan/Usaha Menurut Skala Usaha Penentuan skala usaha dalam pelaksanaan SE06 menggunakan kriteria tenaga kerja atau omset yang mengacu pada UU No.9 Tahun 1995, Inpres No. 10 Tahun 1999 dan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan usaha mikro, kecil, menengah, dan besar. Berdasarkan kriteria tenaga kerja yang biasa digunakan dalam industri pengolahan, skala usaha dibedakan menjadi usaha mikro (1-4 orang), kecil (5-19 orang), menengah (20-99 orang), dan besar (= 100 orang). Berdasarkan omset, skala usaha dirinci menjadi usaha mikro (< Rp.50 juta), kecil (Rp.50 juta- Rp. 1 Milyar), menengah (Rp. 1 Milyar-Rp. 3 Milyar), dan besar (= Rp. 3 Milyar). Hasil tabulasi struktur perusahaan/usaha menurut skala usaha berdasarkan tenaga kerja tidak jauh berbeda dengan berdasarkan omzet. Kegiatan non-pertanian di pedesaan didominasi oleh usaha berskala mikro dan kecil. Dari 11,2 juta perusahaan/usaha yang ada di daerah pedesaan, mayoritas merupakan perusahaan/usaha berskala mikro (89,62 persen) 9

10 dan usaha kecil (10,04 persen), yang biasanya sangat lemah dari segi permodalan, managerial dan ketrampilan (Tabel 6). Tabel 6. Persentase Perusahaan/Usaha Menurut Lapangan Usaha dan Skala Usaha (berdasarkan jumlah TK) di Daerah Pedesaan Tahun 2006 Kategori Lapangan Usaha Mikro Kecil Skala Usaha (berdasarkan jumlah TK) Menengah Besar Unit pembantu Jumlah C Pertambangan dan Penggalian D Industri Pengolahan E Listrik, Gas dan Air F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran H Akomodasi/Makan/Minum I Angkutan J Perantara Keuangan K-P Jasa-jasa Jumlah Sumber: Sensus Ekonomi 2006 (Angka Sementara) 4. KESIMPULAN Daerah pedesaan masih menjadi kantong kemiskinan karena berbagai persoalan mendasar yang dihadapi penduduk pedesaan belum terpecahkan. Untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk pedesaan, pengembangan sektor pertanian harus dibarengi dengan pengembangan usaha non-pertanian. Selama periode , kemampuan sektor non-pertanian dalam menyerap tenaga kerja di pedesaan tidak menunjukkan perubahan yang berarti dan belum sesuai dengan harapan. Kegiatan non-pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja di pedesaan adalah usaha perdagangan dan indutri pengolahan. Pekerja pada kedua sektor ini masih banyak yang berstatus pekerja keluarga/ tidak dibayar dan sekitar seperempatnya adalah setengah pengangguran. Mayoritas perusahaan/usaha non-pertanian di pedesaan merupakan usaha berskala mikro dan kecil yang biasanya lemah dalam managemen, modal, dan ketrampilan. Sekitar 40 persen kegiatan non-pertanian tersebut dilakukan di lokasi yang tidak permanen. 10

11 DAFTAR PUSTAKA BPS (1999). Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 1998, BPS, Jakarta. BPS (1999). Keadaan Pekerja Di Indonesia Agustus 1998, BPS, Jakarta. BPS (2005). Sensus Pertanian 2003: Hasil Pencacahan Survei Pendapatan Rumahtangga Pertanian, BPS, Jakarta. Suhariyanto, K. (2006). Dibalik Angka Kemiskinan, Kompas, 14 September Suhariyanto, K. (2006). Kemiskinan dan Konversi Lahan, Kompas, 16 Oktober BPS (2007). Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2006, BPS, Jakarta. BPS (2007). Keadaan Pekerja Di Indonesia Agustus 2006, BPS, Jakarta. BPS (2007). Laporan Perekonomian Indonesia 2006, BPS, Jakarta. BPS (2007). Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2007, BPS, Jakarta. 11

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NONPERTANIAN DALAM EKONOMI PERDESAAN

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NONPERTANIAN DALAM EKONOMI PERDESAAN KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NONPERTANIAN DALAM EKONOMI PERDESAAN Kecuk Suhariyanto Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. Jakarta Pusat Abstract Agricultural development focusing on food production

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.79 /11/33/Th.X, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,63 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2016 sebanyak 17,31 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.35 /05/33/Th.X, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,20 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2016 sebanyak 17,91 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,55 PERSEN No. 08/11/Th.IX, 5 November 2015 Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,70 PERSEN No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.81 /11/33/Th.IX, 05 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,99 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2015 sebanyak 17,30 juta orang,

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN (Di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No. 28/05/33/Th.VI, 07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,88 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2012 mencapai 17,12 juta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 52/11/34/Th.XIV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Th. XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,49 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 No.62/11/ 63/Th XX/07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,08 juta orang atau terjadi penambahan sebesar 91,13 ribu orang dibanding Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 08/11/Th.X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,78 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Februari 2016 mencapai 1.212.040

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 28/05/73/Th. X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016 Struktur ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Selatan berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 30/05/12/Th. XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,41 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 No.08/05/62/Th.IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 Februari 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,14 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013 No.65/11/63/Th XVII/6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2013 sebesar 69,08 persen. Mengalami

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 28/5/13/Th XX, 05 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,80 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Februari 2017 sebanyak 2,62 juta,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 No.027/05/63/Th XV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2011 sebesar 1,840 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,36

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.37/05/33/Th.IX, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2015 yang sebesar 18,29 juta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010 AGUSTUS 2010: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,14 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 33/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,10 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/05/33/Th.III, 15 Mei 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011 No. 04, 5Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI FEBRUARI : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 2,67% Angkatan kerja NTT pada mencapai 2.234.887 orang, bertambah8,0 ribuorang (0,36 persen) dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan terus menunjukkan perbaikan. Pada bulan ruari 2011, TPT Aceh tercatat 8,27%, sementara TPAK juga menunjukkan peningkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 74/11/Th. XIV, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 42/05/21/Th. X, 4 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,05 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015 No. 28/5/94/Th.VII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,72 PERSEN. Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2015 mencapai 1.709.668

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 No. 66/11/13/Th XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,09 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Agustus 2016 sebanyak 2,47 juta

Lebih terperinci

No. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 No.08/11/62/Th.IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 Agustus 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 4,54 persen angkatan kerja

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 20/05/34/Th. XI, 15 Mei 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015 No. 56/11/36/Th.IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2015 mencapai 5,34 juta orang, turun sebesar tiga ribu orang dibandingkan jumlah angkatan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th. XI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,03 PERSEN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 01/03/Th. VIII, 28 Maret 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 1,32 PERSEN Angkatan kerja di Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016 No. 26/05/94/Th.VIII, 4 Mei 2016 FEBRUARI 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,97 PERSEN. Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 220/12/21/Th. V, 1 Desember 20 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 20 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEMAKIN TURUN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014 No.66 /11/ 63 / Th XVIII / 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014 Pada bulan Agustus 2014, jumlah angkatan kerja mencapai 1,94 juta orang atau terjadi penambahan sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 19/05/31/Th.XI, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2009 SEBESAR 11,99 PERSEN angkatan kerja pada Februari 2009

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan terus menunjukkan perbaikan. Pada bulan Agustus 211, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Aceh tercatat 7,43% sementara Tingkat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 67/11/34/Th.XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2017 No. 24/05/14/Th.XVIII, 5 Mei 2017 Jumlah angkatan kerja (pekerja dan pengangguran) di Riau pada 2017 mencapai 3,13 juta orang, atau naik 150 ribu orang (5,03

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 08/05/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,14 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 96/11/64/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2016 tercatat sebanyak 1.717.892

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 65/11/12/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,84 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 No. 22/5/Th.XVII, 5 Mei 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,75 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 NO.21/05/34/TH. XIII, 5 MEI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN Hasil Sakernas menunjukkan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 33/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011 FEBRUARI 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,18 persen Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 67/11/32/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 Agustus 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,72 PERSEN Jawa Barat mengalami penurunan

Lebih terperinci

HASIL PENDAFTARAN (LISTING) PERUSAHAAN/USAHA SENSUS EKONOMI 2006

HASIL PENDAFTARAN (LISTING) PERUSAHAAN/USAHA SENSUS EKONOMI 2006 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 07/05/34/Th.IX, 01 Mei 2007 HASIL PENDAFTARAN (LISTING) PERUSAHAAN/USAHA SENSUS EKONOMI 2006 Hasil final pendaftaran (listing) perusahaan/usaha Sensus Ekonomi 2006 (SE06)

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 33 /05/76/Th.IX, 5 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI FEBRUARI : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 1,81 PERSEN Pada bulan, jumlah angkatan kerja di Sulawesi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 81/11/21/Th. IX, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 33/05/73/Th. IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2015 Struktur ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Selatan berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 71 /11/76/Th.IX, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,35 PERSEN Jumlah penduduk usia kerja di Sulawesi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.32/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2015 mencapai 1,65 juta orang yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No. 66/11/13/Th XVIII, 05 November 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,89 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Agustus 2015 sebanyak 2,35

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014 No. 66/11/13/Th XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT Jumlah angkatan kerja di Sumatera Barat pada Agustus mencapai 2,33 juta orang, naik 110 ribu orang dibandingkan dengan jumlah angkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini terdiri dari data sekunder. Sumber data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 No.08/05/62/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 Februari 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,13 persen angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 35/05/21/Th. VIII, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,39 PERSEN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 69/11/73/Th. IX, 5 Nopember 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2015 Struktur ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Selatan berfluktuasi dari tahun ke

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 74/11/35/Th.XV, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017 No. 08/11/62/Th.XI, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Agustus 2017 Agustus 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2011 No.061/11/63/Th. XV, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2011 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2011 mencapai 1,92 juta orang, mengalami peningkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2011 No. 08/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2011 Februari 2011 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,66 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 29 /05/16/Th. XVIII, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016 Februari 2016: Tingkat Pengangguran Terbuka Sebesar 3,94 Persen Jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012 No. 63/11/63/Th XVI /05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2012 sebesar 71,93 persen.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 80/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2015 tercatat sebanyak

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LUWU TIMUR No : 03/10/7325/Th. I, 25 Oktober 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN LUWU TIMUR AGUSTUS 2015 RINGKASAN Pada tahun 2015 (Agustus) jumlah angkatan kerja di Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No 81/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Agustus 2015 tercatat sebanyak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.33/05/52/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,86 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA

ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA KETENAGAKERJAAN Pendekatan Labour Force : Seseorang masuk angkatan kerja adalah yang aktif secara ekonomi (mencari pekerjaan),

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,94 PERSEN No. 26/05/14/Th.XVII, 4 Mei 2016 Jumlah angkatan kerja di Riau pada 2016 mencapai 2.978.238 orang,

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.51/11/31/Th. XIV, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu

Lebih terperinci