BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH"

Transkripsi

1 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan program tersebut. Penilaian terhadap keefektifan program dalam mencapai sasaran dilakukan dengan cara membandingkan antara kondisi di lapangan sebelum dan saat program berjalan serta membandingkan antara daerah yang melaksanakan kegiatankegiatan program dan daerah yang tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan program. Indikator dan tolok ukur penilaian yang digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi telah dijelaskan pada Bab 2. Setelah dilakukan penilaian terhadap keefektifan program, kemudian dilakukan kajian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan Proksi Mantap. 4.1 Karakteristik Responden Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data primer yang berkaitan dengan proses produksi di Kecamatan Karang Pawitan Kabupaten Garut. Jumlah responden sebanyak 70 rumah tangga tani yang berlokasi di dua desa, yaitu sebagai desa pelaksana program dan sebagai desa yang tidak melaksanakan program, dari masing-masing desa tersebut diambil 35 petani sebagai responden. Karakteristik responden yang dijelaskan meliputi jenis kelamin, umur dan pendidikan formal terakhir. Dari 70 sampel rumah tangga tani, mayoritas responden adalah laki-laki, baik di maupun. Hal ini disebabkan karena yang menjalani profesi sehari-hari sebagai petani adalah kepala keluarga atau laki-laki dalam rumah tangga tani. Target responden kepala keluarga dimaksudkan agar responden memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan kuesioner berdasarkan kondisi yang sebenarnya. Jika responden bukan kepala keluarga atau diwakili oleh anggota keluarga yang tidak berprofesi sebagai petani, maka ada potensi jawaban yang salah atau tidak dapat dijawab oleh responden, karena responden tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan bertani.

2 68 Di, petani responden yang berusia di atas 60 tahun mencapai 40%. Kelompok petani ini adalah petani pemilik sawah yang sudah tidak menggarap lahannya secara langsung di lapangan, tetapi menentukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya manajerial. Kegiatan yang dilakukan misalnya bermusyawarah dengan petani lain, mengusahakan ketersediaan modal usaha tani, menentukan sarana produksi yang digunakan dan aspek pemasaran hasil produksi. Di, responden memiliki rata-rata umur lebih muda, berkisar antara tahun dengan proporsi yang relatif seimbang. Dari segi pendidikan formal, responden di banyak yang berpendidikan sekolah dasar (SD). Tingkat pendidikan responden di lebih baik karena 40% lulusan sekolah menengah (SMP dan SMA). Perbedaan tingkat pendidikan di kedua desa tersebut selaras dengan usia responden seperti telah dijelaskan sebelumnya. Di rata-rata usia responden lebih muda dan memiliki pendidikan formal lebih tinggi, sebaliknya di rata-rata usia petani yang lebih tua berpendidikan lebih rendah. TABEL IV.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Karakteristik Desa Situjaya Desa Situsari Jenis Kelamin Laki-laki 91,4% 100% Perempuan 8,6% - Umur < 30 Tahun 8,6% Tahun 5,7% 20% Tahun 5,7% 22,9% Tahun 20% 25,7% > 60 Tahun 40% 31,4% Pendidikan Tidak Sekolah 2,9% 2,9% Terakhir Tidak Tamat - 2,9% SD SD/Sederajat 85,7% 48,6% SMP/Sederajat 2,9% 17% SMA/Sederajat 8,5% 22,9% Sarjana - 5,7% Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007

3 Evaluasi Keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) Dengan menggunakan indikator-indikator beserta tolok ukur keefektifan sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya, maka dilakukan penilaian keefektifan Proksi Mantap dalam mencapai sasaran-sasaran program. Sebagai input dalam menilai keefektifan program, data primer digunakan sebagai acuan. Penilaian dilakukan secara kualitatif dan tingkat keefektifan tolok ukur disimbolkan dengan *. Semakin banyak simbol * menunjukkan bahwa tingkat keefektifannnya semakin tinggi. Adapun dasar penetapan jumlah simbol yang diberikan berdasarkan atas dua hal, yaitu : Perbandingan kondisi antara sebelum dan setelah pelaksanaan program. Perbandingan kondisi antara desa program dan desa nonprogram Peningkatan Pemahaman Petani Mengenai Teknik Budidaya Pertanian yang Baik Sasaran Proksi Mantap yang pertama adalah meningkatkan pemahaman petani tentang teknik budidaya pertanian yang baik Pemahaman tersebut diperoleh saat petani mengikuti kegiatan penyuluhan, sehingga indikasi dari keberhasilan program adalah adanya peningkatan pemahaman petani atas teknik budidaya pertanian. Akan dikaji apakah petani di, yang merupakan desa program, mampu menyerap dan menerapkan hasil-hasil kegiatan penyuluhan. Tolok ukur keefektifan terdiri atas dua hal, yaitu jika petani di mampu menyerap materi penyuluhan dan mempraktekkan pengetahuan yang didapat dari kegiatan penyuluhan tersebut pada lahan sawah garapannya. Sebagai pembanding adalah petani di Desa Situsari, yang merupakan desa nonprogram. Desa ini dikaji untuk mengetahui apakah petani di desa yang tidak melaksanakan program juga telah melaksanakan teknik budidaya yang baik. Perbandingan tingkat pemahaman petani mengenai materi penyuluhan juga dilakukan pada saat sebelum dan setelah program untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan pemahaman petani akan teknik budidaya pertanian yang baik, atau jika petani telah memahami teknik budidaya yang baik apakah kegiatan penyuluhan mampu untuk mempertahankannya pada saat program berjalan.

4 70 Dari Tabel IV.2 terlihat bahwa pelaksanaan program efektif dalam meningkatkan jumlah petani yang mengikuti kegiatan penyuluhan sebesar 37,1%. Selain jumlah peserta penyuluhan, tingkat pemahaman petani akan teknik budidaya pertanian yang baik juga ikut naik karena persepsi seluruh petani yang ikut penyuluhan menyatakan bahwa materi penyuluhan mudah dimengerti dan bermanfaat bagi petani. Apabila dibandingkan dengan desa nonprogram (), peningkatan jumlah peserta kegiatan penyuluhan di desa program () lebih tinggi 34,2%. TABEL IV.2 TINGKAT PEMAHAMAN PETANI TENTANG TEKNIK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK Tolok ukur Petani mampu Sebelum Program Setelah Program menyerap 48,6% petani mengikuti penyuluhan dan 85,7% petani mengikuti penyuluhan materi seluruhnya menyatakan materi dan seluruhnya menyatakan materi penyuluhan penyuluhan mudah dimengerti & penyuluhan mudah dimengerti & bermanfaat. bermanfaat. Peningkatan jumlah petani yang ikut penyuluhan 37,1% Petani menerapkan seluruh materi penyuluhan 71,4% petani mengikuti penyuluhan dan seluruhnya menyatakan materi penyuluhan mudah dimengerti & bermanfaat. 70,6% petani (12 petani) selalu mempraktekkan hasil penyuluhan; 29,4% petani (5 petani) kadang-kadang mempraktekkan hasil penyuluhan 100% petani kadang-kadang mempraktekkan hasil penyuluhan Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, ,3% petani mengikuti penyuluhan dan seluruhnya menyatakan materi penyuluhan mudah dimengerti & bermanfaat. Peningkatan jumlah petani yang ikut penyuluhan 2,9% 60% petani (18 petani) selalu mempraktekkan hasil penyuluhan; 40% petani (12 petani) kadang-kadang mempraktekkan hasil penyuluhan Peningkatan jumlah petani yang selalu mempraktekkan hasil penyuluhan sebanyak 16,7% (6 petani) 100% petani kadang-kadang mempraktekkan hasil penyuluhan Dalam hal tindak lanjut terhadap anjuran dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), di desa program terjadi peningkatan jumlah petani yang selalu mempraktekkan anjuran PPL. Meskipun pada Tabel IV.2 di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase kelompok petani yang selalu mempraktekkan anjuran PPL, tetapi sebenarnya jumlah anggota kelompok tersebut bertambah dari sebelum

5 71 pelaksanaan program sejumlah 12 orang petani menjadi 18 orang petani setelah pelaksanaan program. Di desa nonprogram tidak terjadi penambahan persentase ataupun anggota kelompok petani yang selalu mempraktekkan anjuran PPL. Hal ini terjadi karena metoda penyuluhan yang berbeda antara desa program dan desa nonprogram. Intensitas penyuluhan di desa program lebih tinggi dan dilengkapi dengan sarana penunjang berupa laboratorium lapangan, sedangkan penyuluhan di desa nonprogram hanya berupa kegiatan kunjungan PPL ke sawah petani. TABEL IV.3 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN TEKNIK BUDIDAYA PETANI Tolok Ukur Petani mampu menyerap materi penyuluhan Petani menerapkan seluruh hasil penyuluhan Sumber : Hasil analisis, 2007 Penilaian Alasan Keefektifan * * * * Ada peningkatan jumlah peserta kegiatan penyuluhan di desa program yang cukup besar (37,1%) dan seluruh peserta mampu memahami dan merasakan manfaatnya Peningkatan jumlah peserta kegiatan penyuluhan di desa program lebih tinggi dibanding desa nonprogram. Hal ini mengindikasikan bahwa program efektif meningkatkan jumlah peserta penyuluhan dan pemahaman teknik budidayanya * * * * Ada peningkatan jumlah petani yang menerapkan hasil penyuluhan dan tidak ada petani yang tidak pernah mempraktekkan hasil penyuluhan Petani di desa nonprogram semuanya hanya kadang-kadang mempraktekkan hasil penyuluhan. Berbeda dengan di desa program, 60% peserta penyuluhan selalu mempraktekkan hasil penyuluhan Dorongan terhadap Aktivitas Musyawarah Antarpetani Sasaran Proksi Mantap yang kedua adalah mendorong aktivitas musyawarah antarpetani. Indikator yang digunakan untuk mengukur keefektifan program yaitu petani selalu bersedia untuk bermusyawarah tentang pengembangan usaha tani. Tolok ukur yang harus tercapai agar program dikategorikan efektif adalah : Petani terlibat dalam kegiatan musyawarah usaha tani secara sukarela, Petani terlibat secara aktif dalam kegiatan musyawarah, tidak hanya hanya menerima hasil keputusan musyawarah. Program dikatakan efektif jika terjadi peningkatan jumlah petani yang terlibat secara aktif dan sukarela dalam setiap kegiatan musyawarah usaha tani pasca-

6 72 pelaksanaan program. Jika jumlah petani sebelum pelaksanaan program tergolong banyak yang aktif dan sukarela mengikuti musyawarah usaha tani, maka program dikatakan efektif jika setelah pelaksanaan program peserta musyawarah tetap banyak. Sebagai perbandingan untuk mengetahui kondisi aktivitas musyawarah petani di desa yang tidak melaksanakan program, dilihat juga jumlah petani untuk jenis kegiatan yang sama di desa nonprogram. Hasil survei (Tabel IV.4) menunjukkan bahwa kegiatan musyawarah di desa program () tidak menunjukkan keefektifan program baik dari segi kuntitas peserta maupun kualitas aktivitas musyawarah itu sendiri. Indikasinya adalah hanya ada peningkatan 17,1% peserta musyawarah setelah pelaksanaan program, selain itu alasan petani yang mengikuti musyawarah karena kesadaran sendiri hanya 59,3%. Jika dibandingkan dengan desa nonprogram (), jumlah peserta musyawarah lebih banyak, yaitu 71,4% sebelum program dan bertambah menjadi 80% setelah pelaksanaan program. Alasan petani mengikuti kegiatan musyawarah karena kesadaran sendiri juga lebih banyak ditemui di desa nonprogram yaitu 100% dan 92,9% untuk dua periode waktu (tahun 2001 dan tahun 2007). TABEL IV.4 AKTIVITAS MUSYAWARAH ANTAR-PETANI Tolok ukur Sebelum Program Setelah Program Petani terlibat dalam kegiatan musyawarah usaha tani secara sukarela Petani terlibat secara aktif dalam kegiatan musyawarah, tidak hanya hanya menerima hasil keputusan musyawarah 54,3% petani mengikuti musyawarah; Alasan ikut musyawarah : karena kesadaran sendiri 68,4%; karena diajak petani lain 26,3%; karena dianjurkan PPL 5,3%. 71,4% petani mengikuti musyawarah; Alasan ikut musyawarah : karena kesadaran sendiri 59,3%; karena diajak petani lain 29,6%; karena dianjurkan PPL 11,1% Peningkatan jumlah peserta musyawarah 17,1% 71,4% petani mengikuti musyawarah dan 80% petani mengikuti musyawarah; semuanya menyatakan karena kesadaran Alasan ikut musyawarah : karena sendiri. kesadaran sendiri 92,9%; karena diajak petani lain 3,6%; karena dianjurkan PPL 3,5% Peningkatan jumlah peserta musyawarah 8,6% 73,7% peserta musyawarah aktif 74,1% peserta musyawarah aktif Peningkatan jumlah peserta musyawarah aktif 0,4% 96% peserta musyawarah aktif 92,9% peserta musyawarah aktif Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007

7 73 TABEL IV.5 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENDORONG AKTIVITAS MUSYAWARAH ANTAR-PETANI Tolok Ukur Petani terlibat dalam kegiatan musyawarah usaha tani secara sukarela Petani terlibat secara aktif dalam kegiatan musyawarah, tidak hanya menerima hasil keputusan musyawarah Sumber : Hasil analisis, 2007 Penilaian Alasan Keefektifan * Ada peningkatan jumlah peserta musyawarah, namun peningkatan jumlah peserta musyawarah yang terlibat karena kesadaran sendiri hanya sedikit (2 orang) Kesadaran bermusyawarah petani di desa nonprogram lebih tinggi dari segi jumlah peserta maupun alasan mengikuti muyawarah * Hampir tidak ada peningkatan peserta musyawarah aktif, jika dibandingkan sebelum dan setelah pelaksanaan Proksi Mantap Petani di desa nonprogram justru lebih banyak yang aktif dalam aktivitas musyawarah Dorongan Agar Petani Bergabung dengan Kelompok Tani Sasaran Proksi Mantap yang ketiga adalah mendorong petani untuk bergabung dalam kelompok tani yang akan menjadi cikal bakal koperasi tani. Indikator penilaian keefektifan sasaran program yang ketiga adalah petani bergabung dalam kelompok tani secara aktif dan sukarela. Untuk mengukur indikator tersebut, tolok ukur yang digunakan adalah petani bergabung dalam kelompok tani dengan didasari alasan bahwa keanggotaannya dalam kelompok tani tersebut didasari oleh kebutuhan atau karena kesadaran sendiri dan keterlibatannya dalam kegiatan kelompok tani secara aktif. Hasil dari pengukuran indikator keefektifan di atas menunjukkan bahwa di desa program () terjadi peningkatan jumlah anggota kelompok tani setelah pelaksanaan Proksi Mantap. Motivasi keterlibatan petani dalam kelompok tani tersebut yang didasari oleh kesadaran pribadi juga mengalami peningkatan dari sebelum pelaksanaan program sebanyak 11 orang menjadi 14 orang saat pelaksanaan program. Dibandingkan dengan desa nonprogram (), peningkatan jumlah anggota kelompok tani tidak sebesar di desa program, yaitu hanya 2,9%. Berdasarkan tolok ukur tingkat keaktifan anggota kelompok tani, di desa program jumlah anggota aktif kelompok tani mencapai 37,5% atau 9 orang, yang kemudian menjadi 36,4% atau 12 orang pada saat pelaksanaan program. Proporsi

8 74 anggota kelompok tani aktif ini lebih besar dibanding petani di desa nonprogram yang jumlahnya mencapai 8% kemudian menjadi 7,7% saat program berlangsung atau tidak terjadi peningkatan anggota aktif. TABEL IV.6 KEGIATAN KELOMPOK TANI Tolok ukur Keterlibatan Sebelum Program Setelah Program petani dalam 68,6% petani adalah anggota kelompok 94,3% petani adalah anggota kelompok kelompok tani tani; Alasan menjadi anggota kelompok tani; Alasan menjadi anggota kelompok didasarkan pada kebutuhan tani : karena kesadaran sendiri 45,8%; tani : karena kesadaran sendiri 42,4%; karena diajak petani lain 50%; karena karena diajak petani lain 54,6%; karena dianjurkan PPL 4,2%. dianjurkan PPL 3% Peningkatan jumlah anggota kelompok tani 25,7% 71,4% petani adalah anggota kelompok tani; Alasan menjadi anggota kelompok tani : karena kesadaran sendiri 64%; karena diajak petani lain 24%; karena dianjurkan PPL 12%. 74,3% petani adalah anggota kelompok tani; Alasan menjadi anggota kelompok tani : karena kesadaran sendiri 61,5%; karena diajak petani lain 26,9%; karena dianjurkan PPL 11,6% Peningkatan jumlah anggota kelompok tani 2,9% Petani banyak terlibat secara 37,5% anggota kelompok aktif; 62,5% 36,4% anggota kelompok aktif; 63,6% aktif dalam kadang mengikuti kegiatan kelompok tani kadang mengikuti kegiatan kelompok tani setiap kegiatan kelompok tani 8% anggota kelompok aktif; 92% kadang 7,7% anggota kelompok aktif; 92,3% mengikuti kegiatan kelompok tani kadang mengikuti kegiatan kelompok tani Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007 Kondisi aktivitas kelompok tani pada kedua desa berbanding terbalik dengan aktivitas musyawarah yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yaitu di desa program lebih sedikit petani yang terlibat dalam kegiatan musyawarah secara aktif dibandingkan dengan petani di desa nonprogram. Sementara itu peserta aktif kegiatan kelompok tani di desa program lebih banyak daripada di desa nonprogram. Hal ini terjadi karena kegiatan musyawarah petani dapat dilaksanakan tanpa melalui prakarsa kelompok tani, sehingga petani yang bukan anggota kelompok tani pun dapat ikut bermusyawarah. Komunikasi antara pemerintah daerah dengan petani saat merumuskan kebijakan-kebijakan yang bersifat teknis, misalnya penentuan varietas padi yang akan ditanam, terjadi melalui wadah kelompok tani. Hasilnya adalah pada saat pencanangan program-program pertanian, anggota kelompok tani yang dilibatkan

9 75 dalam sasaran program akan lebih banyak yang berperan aktif daripada anggota kelompok tani yang tidak terlibat dalam program pertanian. Demikian juga halnya dengan Proksi Mantap yang merupakan program Pemerintah Kabupaten Garut, tentunya interaksi antara aparat pemerintah dengan anggota kelompok tani di daerah yang ditetapkan sebagai desa program lebih tinggi dibanding desa nonprogram sehingga aktivitas anggota kelompok tani lebih dinamis. Selama ini keterlibatan petani dalam kegiatan kelompok hanya diikuti oleh petani yang menjadi pengurus saja. Jarang petani bukan pengurus terlibat secara aktif dalam kegiatan kelompok tani jika tidak ada program dari pemerintah. Ini terlihat seperti yang terjadi pada tahun 1999 pada saat program penyaluran dana Kredit Usaha Tani (KUT). Program bantuan KUT mensyaratkan pemberian dana bantuan hanya bagi anggota kelompok tani. Akibatnya banyak petani yang bergabung dengan kelompok tani karena berharap mendapat dana KUT. TABEL IV.7 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENDORONG KEGIATAN KELOMPOK TANI Tolok Ukur Keterlibatan petani dalam kelompok tani didasarkan pada kebutuhan Petani banyak terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan kelompok tani Sumber : Hasil analisis, 2007 Penilaian Alasan Keefektifan * * * Ada peningkatan jumlah anggota kelompok tani yang cukup besar (25,7%), namun masih banyak petani yang bergabung karena ajakan pihak lain dibanding petani yang merasa perlu untuk bergabung karena kesadaran sendiri Dibanding desa nonprogram, jumlah anggota kelompok di desa program lebih banyak. Sasaran Proksi Mantap memang dikhususkan bagi kelompok tani. * * Relatif tidak ada perubahan besar pada persentase anggota kelompok aktif. Hal ini sejalan dengan proporsi petani yang bergabung dengan kelompok karena kesadaran sendiri, yaitu sama-sama relatif tidak berubah. Jika dibanding kelompok tani di desa nonprogram, anggota aktif di desa program lebih banyak walaupun hanya berkisar 35-38%

10 Dukungan terhadap Kegiatan Intensifikasi Padi Sasaran Proksi Mantap yang keempat adalah mendukung kegiatan intensifikasi padi. Pengukuran indikator keefektifan sasaran keempat ini dilakukan dengan cara membandingkan setiap komponen intensifikasi yang dilakukan petani sebelum dan saat pelaksanaan program berdasarkan standar petunjuk pelaksanaan Proksi Mantap yang terdiri atas: a. Membandingkan cara bercocok tanam yang sesuai rekomendasi sebelum dan saat program, yaitu mengatur pola tanam, mengolah tanah secara bijak, pergiliran varietas antarmusim dan menggunakan bahan organik. b. Membandingkan penggunaan pupuk sebelum dan saat program c. Membandingkan penggunaan benih sebelum dan saat program d. Membandingkan cara pengendalian hama sebelum dan saat program e. Membandingkan cara pengairan sebelum dan saat program Berdasarkan Tabel IV.8, Proksi Mantap hanya efektif pada beberapa komponen cara bercocok tanam yang baik, diantaranya adalah cara melakukan pengaturan pola tanam dan pengolahan tanah secara bijak. Komponen lainnya yang tidak dilakukan oleh seluruh petani adalah pergiliran varietas antarmusim dan penggunaan bahan organik. Program efektif dalam mempertahankan cara pengaturan pola tanam yang baik karena di desa program () seluruh petani tetap melakukannya setelah program berlangsung. Hal ini juga terjadi untuk pengolahan tanah secara bijak. Kondisi yang sama terjadi di desa nonprogram () untuk kedua komponen tersebut.

11 77 TABEL IV.8 KEGIATAN INTENSIFIKASI PADI Tolok ukur Sebelum Program Setelah Program Cara bercocok tanam sesuai standar : mengatur pola tanam, mengolah tanah sesuai anjuran, pergiliran varietas antar musim, menggunakan bahan organik Penggunaan benih unggul : Ciherang, Widas, Way Apo Buru, Cisadane, Cimelati, Towuti, IR-64 Pemupukan berimbang : Urea 250 kg, ZA 100 kg, SP 125, KCl 100 kg (per Ha) Pengendalian hama : Pengendalian hama terpadu (PHT) yang memprioritaskan pengendalian alami (budidaya tanaman sehat & musuh alami) dan penggunaan pestisida secara bijaksana Pengairan yang baik : minimal air mencukupi 100% petani mengatur pola tanam; 100% mengolah tanah sesuai anjuran; 94,3% melakukan pergiliran varietas antar musim; 20% menggunakan bahan organik 100% petani mengatur pola tanam; 100% mengolah tanah sesuai anjuran; 97,1% melakukan pergiliran varietas antar musim; 20% menggunakan bahan organik 100% petani mengatur pola tanam; 100% Cara bercocok tanam tetap sama mengolah tanah sesuai anjuran; 80% melakukan pergiliran varietas antar musim; 71,4% menggunakan bahan organik 77,1% petani menanam IR-64; 22,9% 100% petani menanam Sarinah menanam Sarinah (bibit lokal) 25,7% petani menanam IR-64; 74,3% Proporsi penggunaan bibit IR-64 dan menanam Sarinah (bibit lokal) Sarinah tetap sama Kisaran penggunaan pupuk : Urea 100- Kisaran penggunaan pupuk: Urea kg, ZA kg, KCL 0-60 kg, SP 300kg, ZA 0 kg, KCL 0-50 kg, SP kg. 135 kg. Tidak ada yang menggunakan Tidak ada yang menggunakan komposisi pupuk secara berimbang komposisi pupuk secara berimbang 2,9% petani mengganti komposisi; 11,4% menambah dosis; 8,6% mengurangi dosis. Perubahan tetap di bawah dosis yang dianjurkan Kisaran penggunaan pupuk: Urea kg, ZA kg, KCL kg, SP kg. Tidak ada yang menggunakan komposisi pupuk secara berimbang 73,7% petani melakukan pengendalian hama, dengan proporsi 89,3% melakukan PHT, 10,7% hanya memakai pestisida 77,1% petani melakukan pengendalian hama, seluruhnya hanya menggunakan pestisida 11,4% petani menyatakan kondisi pengairan baik; 85,7% cukup; 2,9% kurang 40% petani menyatakan kondisi pengairan baik; 34,5% cukup; 25,5% kurang Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007 Kisaran penggunaan pupuk tetap sama, tidak ada yang menggunakan komposisi pupuk secara berimbang 94,3% petani melakukan pengendalian hama; dengan proporsi 93,9% melakukan PHT, 6,1% hanya memakai pestisida Proporsi cara pengendalian hama oleh petani tetap sama 2,9% petani menyatakan kondisi pengairan baik; 91,4% cukup; 5,7% kurang 42,9% petani menyatakan kondisi pengairan baik; 31,4% cukup; 25,7% kurang

12 78 Jumlah petani di desa program yang melakukan pergiliran varietas antarmusim mengalami peningkatan sebesar 2,8% dari sebelum pelaksanaan program sebanyak 94,3% menjadi 97,1% saat program berlangsung. Namun proporsi yang relatif besar ini, dibanding jumlah petani yang melakukan pergiliran varietas antarmusim di desa nonprogram () yaitu 80%, tidak menunjukkan keefektifan program karena sebenarnya benih yang ditanam adalah varietas lokal yang tidak dianjurkan dalam petunjuk pelaksanaan program. Para petani di sangat mengandalkan varietas Sarinah yang merupakan benih lokal, apalagi setelah diketahui bahwa produktivitas benih berlabel ternyata lebih rendah dibanding benih lokal tersebut. Kejadian ini disebabkan oleh ketidakcocokan benih berlabel yang disediakan pemerintah daerah dengan kondisi tanah yang ada di. Sementara di daerah yang memiliki ketinggian lebih rendah dari, produksi padi lebih tinggi dari benih lokal. Oleh karena itu, petani di saat ini semuanya menggunakan benih padi lokal seperti terlihat pada Tabel IV.8. Di penggunaan benih padi lokal juga masih mendominasi dibanding benih berlabel jenis IR-64. Tolok ukur penggunaan benih unggul menunjukkan ketidakefektifan program karena para petani malah semakin terpaku pada penggunaan benih lokal daripada mencoba varietas padi unggul lainnya yang lebih cocok untuk kondisi tanah setempat. Kelemahan dari varietas lokal adalah kulit buah padi yang terlalu tebal sehingga berat beras yang dihasilkan jauh berkurang setelah pemanenan padi. Para petani terlanjur menganggap bahwa benih berlabel tidak menjamin peningkatan produksi beras, padahal masih banyak varietas unggul lainnya yang bisa dicoba. Cara bercocok tanam lainnya yang belum dilaksanakan oleh mayoritas petani di desa program adalah penggunaan bahan organik. Hanya 20% petani di desa program yang menggunakan bahan organik dalam proses produksi, baik sebelum maupun saat program berlangsung. Di desa nonprogram penggunaan bahan organik jauh lebih besar mencapai 71,4% sejak tahun 2001 sampai dengan sekarang. Dapat dikatakan bahwa program tidak efektif dalam mendorong petani menggunakan bahan organik dalam proses produksi. Pemupukan berimbang tidak dilakukan oleh seluruh petani di kedua desa. Di desa program, terjadi perubahan penggunaan pupuk diantaranya ada yang mengubah dosis komposisi (2,9%), menambah dosis (11,4%) dan mengurangi dosis (8,6%). Walaupun ada perubahan, tetapi tetap tidak sesuai dengan dosis pemupukan yang dianjurkan. Di desa nonprogram pemupukan juga hanya difokuskan pada pemberian

13 79 urea, sedangkan jenis pupuk lainnya bervariasi pada setiap petani. Ada petani yang mengkombinasikan urea dengan satu jenis pupuk lainnya saja, atau lengkap dengan jenis pupuk yang disarankan namun dosisnya masih di bawah anjuran. Cara pengendalian hama dengan metoda pengendalian hama terpadu (PHT) seperti yang dianjurkan dalam petunjuk pelaksanaan Proksi Mantap sebagian besar telah dilaksanakan petani di desa program. Setelah program berlangsung, jumlah petani yang menggunakan metoda PHT bertambah banyak. Dibandingkan dengan petani di desa nonprogram, kondisinya lebih baik karena petani di desa nonprogram mengendalikan hama hanya mengandalkan pestisida saja tanpa menerapkan PHT secara lengkap. Pengairan di desa program mengalami penurunan kuantitas. Dari sebelum pelaksanaan program, jumlah petani yang kekurangan air sebanyak 2,9% meningkat menjadi 5,7% saat program berlangsung. Jumlah petani yang kekurangan air di desa nonprogram lebih besar mencapai 25,5-25,7%. Data ini menunjukkan bahwa upaya perbaikan sistem irigasi tidak efektif dalam memenuhi kebutuhan air untuk tanaman budidaya. Sistem pengairan untuk persawahan memerlukan kerjasama antar-petani. Terlihat bahwa pengaturan kebutuhan air antara kedua desa belum mencapai hasil yang optimal untuk mengurangi jumlah petani yang kekurangan air. TABEL IV.9 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENDUKUNG KEGIATAN INTENSIFIKASI PADI Tolok Ukur Cara bercocok tanam sesuai standar Penggunaan benih unggul Penilaian Keefektifan Alasan * * Setelah pelaksanaan program, cara bercocok tanam masih sama seperti sebelumnya. Petani di desa nonprogram juga tidak melakukan perubahan cara bercocok tanam. Dalam penggunaan pupuk organik masih lebih baik dibanding petani di desa program * Benih berlabel ternyata tidak cocok ditanam di desa program sehingga seluruhnya beralih ke benih varietas lokal Di desa nonprogram penggunaan benih varietas lokal juga masih banyak ditemui, namun masih ada yang menanam varietas unggul Pemupukan berimbang * * Perubahan dosis pupuk yang digunakan masih dibawah anjuran Di desa nonprogram penggunaan pupuk tetap masih dibawah kebutuhan tanaman Pengendalian hama sesuai anjuran * * * * Ada peningkatan cara pengendalian hama yang sesuai dengan anjuran (PHT) Di desa nonprogram, tidak ada perubahan jumlah petani yang berusaha mengendalikan hama dan hanya mengandalkan pestisida saja Pengairan yang baik * Terjadi penurunan kualitas pelayanan pengairan selama program berlangsung Di desa nonprogram, petani yang kekurangan air lebih banyak, tetapi petani yang mendapat pengairan yang baik juga lebih banyak dibanding di desa program Sumber : Hasil analisis, 2007

14 Peningkatan Kemampuan Permodalan dan Pendapatan Petani Sasaran Proksi Mantap yang kelima adalah membantu permodalan usaha tani dan meningkatkan nilai tambah produk agar produksi dan pendapatan petani meningkat. Penilaian keefektifan sasaran kelima melalui pengukuran ketercapaian tiga indikator, yaitu petani mampu membiayai usaha taninya secara mandiri, peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan petani. Tolok ukurnya terdiri atas : Petani dapat melepaskan ketergantungan modal dari tengkulak atau sumber informal lain. Diharapkan petani mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan usaha taninya yang dimulai dengan melepaskan ketergantungan modal yang berasal dari sumber informal, sehingga tercipta kemandirian. Kemandirian modal usaha tani memiliki keuntungan yang besar bagi petani, diantaranya adalah petani tidak akan terjerat beban bunga yang tinggi jika meminjam modal kepada sumber informal, petani dapat mengatur pembelian input produksi yang sesuai dengan kebutuhan lahan sawahnya dan petani dapat menjual hasil panen dengan harga yang wajar karena terhindar dari praktek ijon. Peningkatan produksi. Produksi yang meningkat diharapkan menciptakan dampak ikutan, yaitu meningkatnya pendapatan petani. Jika hasil produksi meningkat, jumlah komoditas yang dijual semakin banyak dan pendapatan yang diterima pun semakin besar. Peningkatan pendapatan petani. Pendapatan petani akan bertambah setiap tahun seiring dengan kenaikan harga gabah yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Namun peningkatan pendapatan petani tersebut tidak akan berarti jika hanya secara nominal saja karena ada faktor yang membuat nilai uang menjadi turun yakni inflasi. Sehingga peningkatan pendapatan yang paling penting adalah peningkatan secara riil.

15 81 TABEL IV.10 PERMODALAN DAN PENDAPATAN PETANI Tolok ukur Sebelum Program Setelah Program Petani dapat melepaskan 88,6% petani menggunakan modal milik Kondisi permodalan tidak berubah ketergantungan pribadi; 11,4% menggunakan modal modal dari tengkulak atau keluarga. Petani menggunakan modal sumber informal pribadi karena tidak memiliki pilihan lain sumber pembiayaan lain untuk membiayai usaha tani Seluruh petani menggunakan modal milik Kondisi permodalan tidak berubah pribadi Hasil produksi meningkat jika Kisaran produksi per Ha mencapai 4-8 Kisaran produksi per Ha tetap sama dibandingkan ton sebelum pelaksanaan program. Kisaran produksi per Ha mencapai 1,5-10 Kisaran produksi per Ha tetap sama ton Pendapatan petani Kisaran pendapatan petani Rp Kisaran pendapatan petani Rp meningkat Rp Rp secara riil Petani bisa 25,7% petani dapat menabung; 77,3% 28,6% petani dapat menabung; 71,4% menyisihkan tidak dapat menabung karena habis tidak dapat menabung karena habis sebagian untuk kebutuhan sehari-hari atau modal untuk kebutuhan sehari-hari atau modal penghasilan bertani musim selanjutnya bertani musim selanjutnya untuk ditabung Kisaran pendapatan petani Rp Rp ,3% petani dapat menabung; 85,7% tidak dapat menabung karena habis untuk kebutuhan sehari-hari atau modal bertani musim selanjutnya Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007 Kisaran pendapatan petani Rp Rp Proporsi petani yang dapat menabung tetap sama Dari Tabel IV.10 di atas terlihat bahwa kondisi permodalan di desa program () lebih banyak yang bersumber dari modal pribadi dan sebagian kecil modalnya berasal dari keluarga. Proses untuk mendapatkan pinjaman modal dan pengembalian pinjaman tersebut relatif mudah sehingga petani yang menggunakan modal usaha tani dari keluarga memilihnya sebagai alternatif pembiayaan modal usaha tani. Di desa nonprogram () seluruh petani responden menggunakan modal pribadi untuk usaha tani. Tetapi jika dicermati dari alasan responden yang menggunakan modal pribadi adalah karena tidak memiliki pilihan lain, maka dapat dikatakan bahwa sebenarnya petani tidak terbantu dalam upaya menciptakan pemenuhan kebutuhan modal usaha yang mandiri. Karena keterbatasan modal pribadi, banyak petani yang mengijonkan komoditas pertaniannya kepada tengkulak. Dari gambaran di atas dapat dikatakan bahwa Proksi Mantap tidak efektif

16 82 dalam usaha melepaskan ketergantungan petani terhadap modal yang berasal dari sumber pembiayaan informal seperti tengkulak. Program tidak efektif dalam meningkatkan produksi padi karena baik di desa program maupun desa nonprogram tidak terjadi peningkatan produksi padi selama program berlangsung jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pelaksanaan program. Seluruh petani responden mendapatkan besaran hasil produksi yang sama pada tahun 2001 sebelum program berjalan dan tahun 2007 saat program berjalan. Pendapatan petani selama kurun waktu 2001 sampai dengan 2007 mengalami peningkatan secara nominal seiring dengan naiknya harga gabah di tingkat petani. Pada tahun 2001 harga gabah berada di kisaran Rp 1100 Rp 1500 per kikogram, sedangkan pada tahun 2007 harga gabah naik menjadi Rp 1700 Rp Kenaikan harga gabah ini secara otomatis meningkatkan pendapatan petani, tetapi jika dihitung dengan menggunakan analisis Time Value of Money, dengan menggunakan data BPS untuk input besaran inflasi sebesar 15%, pendapatan petani secara riil sebenarnya menurun. Penurunan pendapatan riil dialami petani di kedua desa. Dari segi tabungan, hanya 25,7% petani di desa program yang dapat menyisihkan sebagian penghasilannya dari kegiatan bertani sebelum pelaksanaan program dan bertambah menjadi 28,6% saat pelaksanaan program. Kelompok petani yang dapat menabung seluruhnya adalah petani yang memiliki pekerjaan lain selain bertani sehingga petani mampu untuk menabung. Petani yang tidak memiliki pekerjaan selain bertani tetapi dapat menabung, termasuk kedalam kelompok petani yang memiliki penghasilan bersih dari kegiatan bertani di atas Rp 4 juta pada tahun 2001 dan di atas Rp 7 juta pada tahun Jumlah penghasilan juga mempengaruhi besarnya persentase penghasilan yang ditabung, semakin besar penghasilan maka semakin besar pula persentase untuk tabungan. Di desa nonprogram petani yang menabung proporsinya lebih kecil yaitu 14,3% dan tidak mengalami perubahan jumlah sampai saat ini. Di desa ini juga terdapat kelompok petani yang memiliki pekerjaan off farm dan mampu menabung. Petani yang tidak memiliki pekerjaan sampingan tidak mampu menyisihkan penghasilannya untuk ditabung karena habis untuk kebutuhan sehari-hari dan modal bertani di musim selanjutnya.

17 83 TABEL IV.11 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MEMBANTU PERMODALAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN Tolok Ukur Petani dapat melepaskan ketergantungan modal dari tengkulak atau sumber informal lain PETANI Penilaian Alasan Keefektifan * Modal berasal dari modal pribadi atau keluarga. Sebenarnya modal tersebut diperoleh dari hasil menjual hasil panen secara ijon kepada tengkulak. Jadi secara tidak langsung modal petani berasal dari tengkulak. Kondisi ini tetap tidak berubah baik sebelum dan setelah pelaksanaan Proksi Mantap Hasil produksi meningkat jika dibandingkan sebelum pelaksanaan program * Tidak ada petani yang mampu meningkatkan hasil produksi setelah pelaksanaan program Pendapatan petani meningkat secara riil * Tidak ada petani yang meningkat pendapatannya secara riil Petani bisa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung * Dapat dikatakan tidak ada petani yang dapat menabung dari hasil bertani saja Sumber : Hasil analisis, Peningkatan Kemudahan Akses Petani terhadap Sarana Produksi dan Pemasaran Sasaran Proksi Mantap yang keenam adalah membantu kemudahan akses petani terhadap sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Indikator keefektifan program adalah petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian dan Petani mudah untuk memasarkan produk pertanian. Tolok ukur untuk menilai ketercapaian indikator keefektifan sasaran keenam program adalah : Petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian Petani mampu membeli sarana produksi pertanian Petani mudah untuk memasarkan hasil produksi pertanian Petani mendapatkan informasi tentang pasar dari lembaga formal Dari Tabel IV.12 terlihat bahwa petani masih kesulitan mendapatkan harga yang wajar karena peran tengkulak yang begitu dominan sebagai pelaku pemasaran hasil produksi. Apalagi ditambah dengan kebiasaan yang selalu dilakukan oleh petani ketika bertransaksi dengan tengkulak yaitu menggunakan praktek penjualan tebas.

18 84 Penjualan dengan cara tebas atau ijon adalah melakukan transaksi jual beli ketika tanaman padi masih muda dan belum siap untuk dipanen. Harga yang disepakati berdasarkan perkiraan harga yang ditentukan oleh tengkulak. Keuntungan yang diperoleh oleh petani dengan menjual tebas yaitu lebih cepat mendapatkan hasil penjualan padi, walaupun sebenarnya petani mengalami kerugian karena harga yang disepakati ditentukan oleh tengkulak dan karena padi masih belum siap panen, secara otomatis harga yang ditentukan oleh tengkulak jauh dibawah harga pembelian pemerintah (HPP). Di desa program (), tidak ada petani yang mendapatkan informasi tentang pemasaran dari lembaga formal seperti misalnya pemerintah daerah dengan dinas-dinas terkaitnya atau KUD. Kondisi ini berbeda dengan petani di desa nonprogram () yang sebagian (40%) masih mendapat informasi dari KUD tentang pemasaran.

19 85 TABEL IV.12 AKSES TERHADAP SARANA PRODUKSI PERTANIAN DAN PEMASARAN HASIL Tolok ukur Sebelum Program Setelah Program Petani mudah untuk Kios sarana produksi pertanian setempat Kios sarana produksi pertanian setempat mendapatkan telah tersedia dan dapat dijangkau oleh telah tersedia dan dapat dijangkau oleh sarana produksi pertanian seluruh petani seluruh petani Petani mampu membeli sarana produksi pertanian Petani mudah untuk memasarkan hasil produksi pertanian Petani mendapatkan informasi tentang pasar dari lembaga formal Kios sarana produksi pertanian setempat telah tersedia dan dapat dijangkau oleh seluruh petani 100% petani tidak melakukan pemupukan berimbang karena harganya mahal Dari 22,9% petani bukan pengguna benih berlabel, 11,1% petani menyatakan alasannya karena mahal; 11,1% karena sulit didapat; 11,1% karena dapat memproduksi sendiri; 66,7% karena tidak cocok atau tidak berminat 73,7% petani mampu membeli pestisida 100% petani tidak melakukan pemupukan berimbang karena harganya mahal 74,3% petani tidak menggunakan benih berlabel karena harganya mahal 77,1% petani mampu membeli pestisida 100% hasil produksi dijual ke tengkulak. Kesulitan yang dialami petani : harga ditentukan oleh tengkulak dan harganya terlalu rendah 71,4% dipasarkan sendiri; 28,6% hasil produksi dijual ke tengkulak. Kesulitan yang dialami petani : harga ditentukan oleh tengkulak dan harganya terlalu rendah 2,9% petani mendapatkan info dari televisi; 37,1% dari tengkulak; 60% dari sesama petani Kios sarana produksi pertanian setempat telah tersedia dan dapat dijangkau oleh seluruh petani 100% petani tidak melakukan pemupukan berimbang karena harganya mahal 77,1% petani tidak menggunakan benih berlabel karena tidak cocok atau tidak berminat 94,3% petani mampu membeli pestisida 100% petani tidak melakukan pemupukan berimbang karena harganya mahal 74,3% petani tidak menggunakan benih berlabel karena harganya mahal 77,1% petani mampu membeli pestisida Kondisi tetap sama Kondisi tetap sama Kondisi tetap sama 20% petani mendapatkan info dari Kondisi tetap sama tengkulak; 40% dari sesama petani; 40% dari KUD Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007

20 86 TABEL IV.13 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MEMBANTU KEMUDAHAN AKSES TERHADAP SARANA PRODUKSI Tolok Ukur Petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian PERTANIAN DAN PEMASARAN HASIL Penilaian Alasan Keefektifan * * * * Saprotan mudah didapat oleh petani Petani mampu membeli sarana produksi pertanian Petani mudah untuk memasarkan hasil produksi pertanian Petani mendapatkan informasi tentang pasar dari lembaga formal * Saprotan, terutama pupuk, harganya mahal bagi petani. Hanya benih yang disediakan secara gratis oleh pemda. * Petani sangat tergantung pada tengkulak. Harga pembelian tengkulak merugikan petani Petani di desa nonprogram masih ada sebagian kecil yang memasarkan sendiri * Tidak ada petani yang mendapat informasi tentang pasar dari lembaga resmi pemerintah Sumber : Hasil analisis, Kajian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Proksi Mantap Pada uraian sebelumnya telah diketahui bahwa Proksi Mantap belum sepenuhnya dapat mencapai seluruh sasaran yang diinginkan. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap proses pengembangan wilayah yang berbasis pertanian, seperti yang sedang dirintis di Kabupaten Garut, khususnya pada wilayah studi. Keberhasilan dalam mencapai sasaran-sasaran program diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, yang akan dikaji pada bagian berikut ini. Faktor internal dan eksternal yang diuji pengaruhnya terhadap pencapaian keefektifan program, diidentifikasi dari hasil studi literatur sebagaimana yang telah dikemukakan pada Subbab 2.2. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keefektifan Proksi Mantap adalah pendidikan formal petani, keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan, luas lahan, status lahan, ketersediaan sarana produksi pertanian (pupuk, benih dan pestisida), ketersediaan air, sumber modal usaha tani dan pelaku pemasaran.

21 Kajian Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Keefektifan Proksi Mantap Dari hasil studi literatur yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, diketahui beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi keefektifan program dalam mencapai sasaran-sasaran yang spesifik. Faktor-faktor internal tersebut adalah pendidikan formal petani, keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan, luas lahan dan status lahan. Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui faktor mana saja yang turut mempengaruhi keefektifan sasaran tertentu, seperti yang dijelaskan berikut ini. A1. Faktor Internal yang Mempengaruhi Peningkatan Pemahaman Petani Mengenai Teknik Budidaya Pertanian yang Baik TABEL IV.14 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN PETANI MENYERAP MATERI PENYULUHAN Faktor Internal Nilai Signifikansi Nilai Signifikansi Keikutsertaan petani dalam penyuluhan 0,000 0,000 Sumber : Hasil analisis, Nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan tingkat keeratan yang tinggi antara variabel kemampuan petani menyerap materi penyuluhan dengan faktor internal yang diuji. Batasan maksimum nilai signifikansi yang menunjukkan adanya keeratan hubungan antara dua variabel yang diuji adalah 0,05. Semakin kurang dari 0,05, maka semakin kuat hubungannya. Dari hasil perhitungan tabulasi silang antara variabel tingkat kemampuan petani menyerap materi penyuluhan dengan seluruh faktor internal yang diduga mempengaruhinya, diketahui bahwa kemampuan petani dalam menyerap materi penyuluhan dipengaruhi oleh tingkat tingkat keikutsertaan petani dalam penyuluhan. Terlihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 yang menunjukkan tingkat keeratan sangat tinggi antara variabel kemampuan petani menyerap materi penyuluhan dengan variabel faktor eksternal. Sementara batasan maksimal keterkaitan adalah sebesar 0,05. Baik di atau desa program maupun atau desa nonprogram, faktor keikutsertaan dalam penyuluhan sangat mempengaruhi keefektifan peningkatan kemampuan petani menyerap materi penyuluhan. Semakin

22 88 sering petani berinteraksi dengan PPL dalam rangka kegiatan penyuluhan, maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan petani dalam menyerap materi penyuluhan yang disampaikan. A2. Faktor Internal yang Mempengaruhi Peningkatan Penerapan Hasil Penyuluhan TABEL IV.15 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PETANI DALAM MEMPRAKTEKKAN HASIL PENYULUHAN Faktor Internal Nilai Signifikansi Nilai Signifikansi Keikutsertaan petani dalam penyuluhan 0,000 0,000 Status lahan - 0,001 Sumber : Hasil analisis, Ket : - : Data sama sehingga tidak diproses Nilai signifikansi sebesar 0,000 dan 0,001 menunjukkan bahwa ada tingkat keeratan yang sangat tinggi antara variabel penerapan hasil penyuluhan dengan faktor internal yang diuji. Hasil perhitungan tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi petani ketika memutuskan apakah pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan penyuluhan akan dipraktekkan sepenuhnya, sebagian atau tidak sama sekali adalah tingkat keikutsertaan petani dalam penyuluhan. Faktor tersebut sama alasannya dengan alasan mengapa intensitas penyuluhan dapat mempengaruhi tingkat pemahaman petani tentang teknik budidaya pertanian yang baik. Semakin tinggi intensitas penyuluhan, maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman petani dan petani semakin sadar untuk mempraktekkan pemahamannya di lapangan. Faktor status lahan tidak berpengaruh di, tetapi sangat berpengaruh di. Di, pemilik lahan menentukan pelaksanaan pengolahan lahan, sedangkan di, penggarap lahan lebih leluasa dalam mengolah lahan dan tidak terlalu tergantung pada pemilik lahan.

23 89 B. Faktor Internal yang Mempengaruhi Dorongan terhadap Aktivitas Musyawarah TABEL IV.16 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS MUSYAWARAH PETANI Faktor Internal Nilai Signifikansi Nilai Signifikansi Keikutsertaan petani dalam penyuluhan 0,017 0,000 Status lahan - 0,003 Sumber : Hasil analisis, Ket : - : Data sama sehingga tidak diproses Nilai signifikasi 0,000; 0,003; dan 0,017 menunjukkan bahwa ada keeratan hubungan antara variabel pengaruh aktivitas musyawarah petani dengan faktor internal yang diuji. Aktivitas musyawarah yang berkaitan dengan usaha tani sangat dipengaruhi oleh tingkat keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan. Petani yang sering mengikuti musyawarah adalah petani yang juga rajin mengikuti kegiatan penyuluhan. PPL biasanya menganjurkan petani untuk mengikuti aktivitas musyawarah yang diadakan di desanya masing-masing. Akibatnya terjadi peningkatan jumlah responden yang mengikuti musyawarah sejak tahun 2001 sampai sekarang. Petani dengan status kepemilikan hak milik atas lahan sawah, lebih sering mengikuti musyawarah dibanding petani penggarap. Kondisi ini terjadi di Desa Situjaya, dimana kelompok tani hanya mengundang petani pemilik lahan untuk bermusyawarah. Di, aktivitas musyawarah tidak selalu diadakan oleh kelompok tani sehingga petani bukan pemilik lahan dapat ikut bermusyawarah C. Faktor Internal yang Mempengaruhi Dorongan Petani untuk Bergabung dengan Kelompok Tani TABEL IV.17 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MENDORONG PETANI UNTUK BERGABUNG DENGAN KELOMPOK TANI Faktor Internal Nilai Signifikansi Nilai Signifikansi Keikutsertaan petani dalam penyuluhan - 0,000 Luas lahan 0,000 0,379 Status lahan - 0,010 Sumber : Hasil analisis, Ket : - : Data sama sehingga tidak diproses Nilai signifikansi sebesar 0,000 dan 0,010 menunjukkan bahwa ada keeratan hubungan antara variabel dorongan petani untuk bergabung dengan kelompok tani

24 90 dan faktor internal yang diuji. Sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,379 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengaruh antarvariabel karena batasan nilai signifikansi untuk dapat dikatakan memiliki hubungan pengaruh adalah sebesar 0,05. Keikutsertaan petani dalam penyuluhan lebih berpengaruh mendorong kelompok tani di yang bukan desa pelaksana program daripada Desa Situjaya yang merupakan desa program, karena di pendirian kelompok tani sebagai bagian dari tujuan Proksi Mantap secara keseluruhan. Penyuluhan tidak mempengaruhi petani untuk bergabung dengan kelompok tani, tetapi pencanangan Proksi Mantap yang lebih mendorong kegiatan pertanian secara berkelompok. Luas lahan di mempengaruhi keterlibatan petani dalam kegiatan kelompok tani. Semakin luas lahan sawah yang dimiliki, petani akan semakin terlibat dalam kegiatan kelompok tani. Sedangkan di, luas lahan tidak berpengaruh dengan keterlibatan petani dalam kegiatan kelompok tani. Di status lahan menentukan keterlibatan petani dalam kelompok tani. Di desa ini status kepemilikan terhadap lahan menentukan apakah petani bergabung dengan kelompok tani atau tidak. Status hak milik menunjukkan kebebasan petani dalam menentukan hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi dan pemasaran, sehingga petani merasa perlu untuk bergabung dengan kelompok tani. Di, status lahan tidak berpengaruh terhadap keterlibatan petani dengan kelompok tani karena desa tersebut adalah desa pelaksana program yang memang dirancang untuk pertanian secara berkelompok, baik petani pemilik ataupun penggarap. D. Faktor Internal yang Mempengaruhi Dorongan terhadap Intensifikasi Padi TABEL IV.18 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MENDORONG INTENSIFIKASI PADI Faktor Internal Nilai Signifikansi Nilai Signifikansi Keikutsertaan petani dalam penyuluhan - 0,000 Luas lahan 0,000 0,126 Status lahan - 0,001 Sumber : Hasil analisis, Ket : - : Data sama sehingga tidak diproses Nilai signifikansi sebesar 0,000 dan 0,001 menunjukkan bahwa ada keeratan hubungan antara variabel dorongan melakukan intensifikasi padi dengan faktor

25 91 internal yang diuji. Nilai signifikansi 0,126 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengaruh antarvariabel karena melewati batas maksimal signifikansi sebesar 0,05 untuk dapat dikatakan memiliki hubungan pengaruh. Cara bercocok tanam petani di dipengaruhi oleh tingkat keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan. Tujuan utama penyuluhan memang berupaya mengarahkan petani agar usaha taninya sesuai dengan metoda bertani yang benar, sehingga hasilnya menjadi optimal. Namun di, keikutsertaan petani tidak berpengaruh terhadap cara bercocok tanam. Hal ini berkaitan dengan status lahan yang digarap. Petani Di banyak yang tergantung dengan pemilik lahan dalam menentukan cara bercocok tanam, sedangkan di petani lebih bebas menentukannya karena lahan sawah milik sendiri dan hasil produksi dipasarkan sendiri. Keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan tidak berpengaruh dalam mendorong penggunaan benih unggul di. Walaupun petani di Desa Situjaya mendapat bantuan pengadaan benih unggul, tetapi petani tidak tertarik karena benih unggul tersebut tidak cocok ditanam pada kondisi tanah setempat. Di Desa Situsari nilai signifikansi 0,049 juga tidak menunjukkan tingkat keeratan yang tinggi.. Di, keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan dan status lahan garapan mempengaruhi penggunaan pupuk yang dilakukan oleh petani. Semakin sering petani mengikuti kegiatan penyuluhan dan memiliki status hak milik atas lahan yang digarap, maka semakin mendekati penggunaan pupuk secara berimbang. Sebaliknya di kedua faktor tersebut tidak berpengaruh dalam mendorong penggunaan pupuk dengan komposisi berimbang. Sama seperti input produksi yang lain, petani tergantung pada pemilik lahan. Petani penggarap tidak terlalu menentukan dalam input produksi. Pengendalian hama dengan metoda PHT relatif tidak memerlukan pembelian sarana produksi yang banyak tetapi diperlukan keterampilan yang memadai untuk melaksanakannya. Keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan petani untuk melaksanakan PHT di kedua desa. Luas lahan berpengaruh dalam cara pengendalian hama yang dilakukan petani di. Semakin luas lahan yang digarap, semakin besar proporsi petani yang mengendalikan hama sesuai anjuran. Di luas lahan tidak berpengaruh karena petani lebih banyak mengendalikan hama menggunakan pestisida

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai. mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai. mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan. BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai Karakter demografi petani kedelai yang dibahas dalam penelitian ini mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Perberasan Indonesia Kebijakan mengenai perberasan di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1969/1970. Kebijakan tersebut (tahun 1969/1970 s/d 1998) mencakup kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana V. HASIL DANPEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu petani penangkar benih padi yang bermitra dengan UPT Balai Benih Pertanian

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN 75 BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN 6.1. identitas Karakteristik Karakteristik konsumen diperlukan dalam penelitian ini, hal ini dilakukan karena bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini 95% masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modal merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting keberadaannya dalam usahatani. Keterbatasan modal masih menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

KUISIONER RESPONDEN. 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Berapa lama pengalaman yang Bapak/Ibu miliki dalam budidaya padi?

KUISIONER RESPONDEN. 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Berapa lama pengalaman yang Bapak/Ibu miliki dalam budidaya padi? LAMPIRAN 105 106 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER RESPONDEN Nama : Alamat : Umur : Tahun 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Tidak Sekolah Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menegah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di berbagai bidang memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah defisiensi nutrisi Zn.

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi 45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA Lampiran 1 Questioner ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Pertanyaan dalam Kuisioner ini tujuannya hanya semata-mata untuk penelitian

Lebih terperinci

EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM AKSI MASYARAKAT AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN (PROKSI MANTAP) DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : YUSMAN PERMADI

EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM AKSI MASYARAKAT AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN (PROKSI MANTAP) DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : YUSMAN PERMADI EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM AKSI MASYARAKAT AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN (PROKSI MANTAP) DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR Oleh : YUSMAN PERMADI 15402041 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA BERBAGAI TIPE DESA

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA BERBAGAI TIPE DESA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA BERBAGAI TIPE DESA Bambang Irawan dan Sri Hastuti Suhartini PENDAHULUAN Kelembagaan memiliki pengertian yang sangat luas. Kelembagaan dapat diartikan sebagai aturan main yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 75 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Cucu Kodir Jaelani 1 1) Badan Pelaksana Penyuluhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN GOL. LUAS LAHAN (m 2 ) 1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN ST.2003 ST.2013 PERUBAHAN RTUP RTUP (juta) (%) (juta) (juta) < 1000 9.38 4.34-5.04-53.75 1000-1999 3.60 3.55-0.05-1.45 2000-4999 6.82 6.73-0.08-1.23

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh

Lebih terperinci

Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK ANALISIS PENDAPATAN PADA USAHATANI PADI SAWAH LEBAK DENGAN SISTEM YARNEN DAN TUNAI DI KECAMATAN RAMBUTAN KABUPATEN BANYUASIN Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis A. Karakteristik Petani V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, luas lahan dan pengalaman bertani. Jumlah responden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi

Lebih terperinci

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan ACARA 3. KELEMBAGAAN!! Instruksi Kerja : a. Setiap praktikan mengidentifikasi kelembagaan pertanian yang ada di wilayah praktek lapang yang telah ditentukan. b. Praktikan mencari jurnal mengenai kelembagaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satu negara berkembang yang mayoritas. penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian.

PENDAHULUAN. salah satu negara berkembang yang mayoritas. penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mayoritas penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian. Hingga saat ini dan beberapa tahun mendatang,

Lebih terperinci

Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang. digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang. digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertanian Padi dalam Pengembangan Wilayah Pengertian Pengembangan Wilayah

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertanian Padi dalam Pengembangan Wilayah Pengertian Pengembangan Wilayah 17 BAB 2 LANDASAN TEORI Subsektor pertanian tanaman pangan mempunyai posisi yang strategis dan penting dalam pembangunan. Subsektor ini merupakan penghasil makanan pokok penduduk yang tidak dapat disubstitusi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK KETERKAITAN PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI DENGAN PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEROLEHAN KREDIT USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok) Diarsi Eka Yani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan Perkembangan luas lahan sawah dan produksi padi mengalami penurunan yang disebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus di Desa Bugel Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Husni Khamdan Fariz 1, Dedi Herdiansah S

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 109 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data yang telah penulis lakukan dalam penelitian tentang Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah populasi penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun 2000-2010 jumlah penduduk Indonesia meningkat

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran Halaman 1 Foto-Foto Penelitian... 81 xvi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan visi dan misi Provinsi Bali tahun 2009, prioritas pembangunan Provinsi Bali sesuai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. yaitu konversi lahan sawah dan luas panen.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. yaitu konversi lahan sawah dan luas panen. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi Dalam penelitian ini ada tiga variabel untuk melihat dampak konversi lahan sawah yang mempengaruhi produksi padi di Kecamatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang pertanian. Pembangunan dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA Eddy Makruf, Yulie Oktavia, Wawan Eka Putra, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I)

SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I) SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I) Dr. Dewa K. S. Swastika Dr. Bambang Irawan Ir. Herman Supriadi, MS Dr. Edi Basuno Ir. Endang L. Hastuti,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian jika ditinjau dari struktur perekonomian nasional menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam kontribusinya terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Februari 2011 ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara I. PENDEKATAN PETAK OMISI Kemampuan tanah menyediakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sembunglor merupakan sebuah desa yang terletak dalam cakupan wilayah Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Desa Sembunglor itu desa yang amat kecil dan terpencil

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian

Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian PENDAHULUAN 1. Dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat di perdesaan, Departemen Pertanian memfokuskan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih menghadapi sejumlah permasalahan, baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, maupun

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015 BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Letak geografis dan batas administrasi Desa Banjararum merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci