OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016"

Transkripsi

1

2

3 OUTLOOK SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

4

5 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN: Ukuran Buku Jumlah Halaman : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) : viii+ 52 halaman Penasehat: Dr. Ir. Suwandi, M.Si Penyunting: Dr. Ir. Leli Nuryati, M.Sc Drh. Akbar Yasin, MP Penulis: Titin Agustina, S.Si Design Sampul: Titin Agustina, S.Si Diah Indarti, SE Diterbitkan oleh: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

6

7 OUTLOOK SUSU 2016 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya sehingga buku Outlook Susu 2016 dapat diselesaikan. Buku ini mengulas analisis perkembangan komoditas strategis peternakan khususnya susu yang menyajikan keragaan data series secara nasional dan global selama tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik untuk tahun 2017 sampai dengan tahun Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditas susu secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbit publikasi berikutnya. Jakarta, Desember 2016 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, M.Si NIP Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

8 2016 OUTLOOK SUSU ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

9 OUTLOOK SUSU 2016 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP... 4 II. METODOLOGI SUMBER DATA DAN INFORMASI METODE ANALISIS ANALISIS DESKRIPTIF ANALISIS PENAWARAN ANALISIS PERMINTAAN KELAYAKAN MODEL... 7 III. KERAGAAN NASIONAL POPULASI DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH NASIONAL SENTRA POPULASI DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH NASIONAL KONSUMSI SUSU SAPI NASIONAL HARGA SUSU SAPI NASIONAL EKSPOR DAN IMPOR SUSU NASIONAL IV. KERAGAAN DUNIA PERKEMBANGAN SUSU CAIR DUNIA POPULASI SAPI PERAH DAN PRODUKSI SUSU CAIR DUNIA 17 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

10 2016 OUTLOOK SUSU NEGARA SENTRA POPULASI DAN PRODUKSI SUSU CAIR DUNIA KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI SUSU CAIR DUNIA EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR SUSU CAIR DUNIA V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN PROYEKSI PENAWARAN SUSU SAPI INDONESIA PROYEKSI PERMINTAAN SUSU SAPI INDONESIA NERACA SUSU SAPI VI. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

11 OUTLOOK SUSU 2016 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data... 5 Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Produksi Susu Sapi di Indonesia 25 Tabel 5.2. Proyeksi Produksi Susu Sapi di Indonesia, Tabel 5.3. Proyeksi Permintaan atau Konsumsi Susu Sapi di Indonesia, Tabel 5.4. Neraca Susu Sapi Indonesia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

12 2016 OUTLOOK SUSU vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

13 OUTLOOK SUSU 2016 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Perkembangan Populasi Sapi Perah di Jawa dan Luar Jawa, Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Susu Sapi di Jawa dan Luar Jawa, Gambar 3.3. Sentra Populasi Sapi Perah Indonesia, Gambar 3.4. Sentra Produksi Susu Sapi Perah Indonesia, Gambar 3.5. Perkembangan Ketersediaan Susu Indonesia, Gambar 3.6. Perkembangan Konsumsi Susu Murni Indonesia, Gambar 3.7. Perkembangan Harga Susu Perah/Murni Tingkat Konsumen Indonesia, Gambar 3.8. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Indonesia, Gambar 4.1. Perkembangan Populasi Sapi Perah Dunia, Gambar 4.2. Perkembangan Produksi Susu Cair Dunia, Gambar 4.3. Kontribusi Populasi Sapi Perah Beberapa Negara Dunia, Gambar 4.4. Kontribusi Produksi Susu Sapi Dunia, Gambar 4.5. Kontribusi Produksi Susu Sapi Cair Lainnya Dunia, Gambar 4.6. Tingkat Konsumsi Susu Cair Beberapa Negara di Dunia, Gambar 4.7. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Cair Dunia, Gambar 4.8. Negara Pengekspor Susu Cair Terbesar Dunia, Gambar 4.9. Kontribusi Negara Pengimpor Susu Cair Terbesar Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

14 2016 OUTLOOK SUSU viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

15 OUTLOOK SUSU 2016 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Populasi Sapi Perah Indonesia, *) Lampiran 2. Produksi Susu Sapi Indonesia, *) Lampiran 3. Sentra Populasi Sapi Perah Indonesia, *) Lampiran 4. Sentra Produksi Susu Sapi Indonesia, *) Lampiran 5. Ketersediaan Susu Indonesia, ***) Lampiran 6. Konsumsi Susu Murni Indonesia, *) Lampiran 7. Harga Susu Perah/Murni Tingkat Konsumen, Lampiran 8. Perkembangan Neraca Perdagangan Susu Indonesia, Lampiran 9. Perkembangan Populasi Sapi Perah Dunia, *) Lampiran 10. Perkembangan Produksi Susu Sapi Dunia, *) Lampiran 11. Kontribusi Populasi Sapi Perah Beberapa Negara di Dunia, *) Lampiran 12. Kontribusi Produksi Susu Sapi Beberapa Negara di Dunia, *) Lampiran 13. Kontribusi Produksi Susu Cair Lainnya Beberapa Negara di Dunia, *) Lampiran 14. Negara dengan Konsumsi Susu Cair Terbesar Dunia, *) Lampiran 15. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Cair Dunia, *) Lampiran 16. Negara Pengekspor Susu Cair Dunia, *) Lampiran 17. Negara Pengimpor Susu Cair Dunia, *) Lampiran II. Model dan Hasil Proyeksi Variabel Komoditas Susu a. Model Proyeksi Produksi Susu b. Model Proyeksi Populasi Sapi c. Model Proyeksi Harga Susu Kental Manis d. Model Proyeksi Ketersediaan Susu Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

16 2016 OUTLOOK SUSU x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

17 OUTLOOK SUSU 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Produksi susu sapi tahun 2016 (Angka Sementara) diperkirakan sebesar 852,95 ribu ton, meningkat sebanyak 17,83 ribu ton (0,39%) dibandingkan tahun Peningkatan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan populasi sapi perah yang cukup tinggi sebesar 15,21 ribu ekor (2,93%). Sementara perkiraan populasi sapi perah sebesar 528,32 ribu ekor, relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur. Adapun perkiraan kenaikan produksi susu sapi tahun 2016 yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2012 sampai 2016 rata-rata sebesar 470,12 ribu ton atau sebesar 55,5% dari produksi nasional. Urutan kedua adalah provinsi Jawa Barat dengan ratarata produksi mencapai 260,43 ribu ton atau 30,74%, kemudian Jawa Tengah pada urutan ketiga dengan rata-rata produksi sebesar 98,86 ribu ton atau 11,67%. Sementara provinsi lainnya atau di luar Pulau Jawa hanya berkontribusi sebesar 2,09%. Prediksi konsumsi susu sapi pada tahun 2016 sebesar 972,62 ribu ton. Pada tahun , proyeksi konsumsi susu sapi untuk konsumsi cenderung meningkat rata-rata 4,1% per tahun, sehingga total kebutuhan susu sapi untuk konsumsi pada tahun 2017 diramalkan sebesar 1,01 juta ton, 2018 sebesar 1,05 juta ton, 2019 sebesar 1,10 juta ton dan 2020 sebesar 1,14 juta ton. Pada tahun 2016, defisit ketersediaan susu sapi mencapai 119,67 ribu ton. Pada tahun berikutnya, 2017 defisit menurun dan diperkirakan terjadi kekurangan suplai susu sapi sebesar 71,40 ribu ton. Pertumbuhan produksi susu sapi dalam negeri sekitar 3 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan kebutuhan susu sapi lebih dari 4 persen per tahun. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

18 2016 OUTLOOK SUSU 2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

19 OUTLOOK SUSU 2016 I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis di dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, dan meningkatnya pendapatan sehingga konsumsi pangan meningkat. Peningkatan pembangunan sektor pertanian sejalan dengan Kebijakan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Lebih spesifik adalah peningkatan peran besarnya subsektor peternakan yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan baru perekonomian Indonesia. Salah satu komponen dari subsektor peternakan yang memiliki banyak manfaat dan berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah agribisnis persusuan. Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan agribisnis persusuan. Selain itu, dari sisi konsumsi, produksi susu dalam negeri masih belum mencukupi untuk menutupi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Saat ini produksi dalam negeri baru bisa memasok tidak lebih dari 21% dari konsumsi nasional, sisanya 79% berasal dari impor. Tingginya impor susu dari luar negeri mengakibatkan timbulnya kerugian langsung pada peternakan sapi perah di Indonesia. Selain itu banyak dari impor susu menyebabkan terkurasnya devisa nasional, hilangnya kesempatan terbaik (opportunity loss) yang berasal dari menganggurnya atau tidak dimanfaatkannya potensi sumberdaya yang ada untuk pengembangan agribisnis persususan, serta hilangnya potensi revenue yang seharusnya diperoleh pemerintah dari pajak apabila agribisnis persusuan dikembangkan secara baik. Mengingat potensi sumberdaya alam Indonesia yang besar bagi pengembangan agribisnis persusuan, adalah ironis jika sebagian besar dari kebutuhan susu Indonesia masih harus diimpor. Dengan demikian, sudah sewajarnyalah bila pemerintah dan stakeholder lainnya perlu berupaya keras Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

20 2016 OUTLOOK SUSU meningkatkan pangsa pasar (market share) para pelaku pasar domestik dalam agribisnis persusuan Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut maka disusunlah Outlook Susu 2016 ini TUJUAN Tujuan penyusunan outlook susu adalah melakukan analisis data susu menggunakan metode statistik ekonometrik dan menyediakan bahan dan informasi bagi penyusunan kebijakan dan program pengembangan komoditas peternakan khususnya susu di masa yang akan datang. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) mencoba menyusun Outlook Susu yang berisi keragaman dan proyeksi produksi serta konsumsi susu berdasarkan keragaman dan perkembangan susu selama tahun terakhir RUANG LINGKUP Ruang lingkup Outlook Susu ini meliputi variabel-variabel terpenting dari komponen produksi dan konsumsi komoditi susu yang meliputi produksi, populasi sapi perah, harga konsumen, konsumsi, ekspor dan impor baik dalam lingkup nasional maupun global. Keseimbangan produksi dan konsumsi diprediksi hingga tahun 2020, dengan terlebih dahulu memproyeksi variabel-variabel yang mempengaruhi maupun komponen yang menyusun produksi dan konsumsi susu. 4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

21 OUTLOOK SUSU 2016 II. METODOLOGI 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI Outlook Susu tahun 2016 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan The United States Department of Agriculture (USDA). Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan Populasi Sapi Perah Indonesia Produksi Susu Sapi Indonesia Ketersediaan Susu di Indonesia Konsumsi Susu Murni di Indonesia Harga Susu Murni/Perah di Indonesia Ekspor Impor Susu di Indonesia Populasi Sapi Perah Dunia Produksi Susu Cair Dunia Konsumsi Susu Cair Dunia Ekspor Impor Susu Cair Dunia Jumlah Penduduk Indonesia Ditjen PKH Ditjen PKH Susu Segar BPS BPS NBM, BKP Kementan Susenas, BPS USDA USDA USDA USDA BPS Hasil Proyeksi BPS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

22 2016 OUTLOOK SUSU 2.2. METODE ANALISIS Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Susu adalah sebagai berikut: ANALISIS DESKRIPTIF Metode analisis keragaan atau perkembangan komoditi susu dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator populasi, produksi, konsumsi, harga serta ekspor dan impor di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen dengan analisis deskriptif sederhana ANALISIS PRODUKSI Produksi suatu komoditi dicerminkan respon atau keputusan produsen terhadap mekanisme pasar dan pengaruh faktor non pasar. Proyeksi produksi direpresentasikan berdasarkan besaran produksi susu nasional. Analisis produksi susu dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi. Model analisis yang digunakan adalah model Regresi Berganda (Multiple Regression). Secara teoritis bentuk umum dari model ini adalah: Y b0 b1 X 1 b2 X 2... bn X b 0 n j 1 b j X j dimana: Y = peubah respons/tak bebas X n = peubah penjelas/bebas n = 1, 2, b 0 = nilai konstanta b n = koefisien arah regresi atau parameter model regresi untuk peubah x n = sisaan n 6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

23 OUTLOOK SUSU 2016 Produksi pada periode ke-t merupakan fungsi dari produksi, populasi, harga di tingkat konsumen, harga komoditas pesaingnya di tingkat konsumen, dan konsumsi. Dengan memperhatikan ketersediaan data, analisis produksi dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk peubah-peubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan menggunakan model analisis trend (Trend Analysis) atau model pemulusan eksponensial berganda (Double Exponential Smoothing) ANALISIS KONSUMSI Analisis konsumsi susu merupakan analisis konsumsi langsung masyarakat terhadap susu yang dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen. Oleh karena adanya keterbatasan data, maka analisis konsumsi dilakukan dengan menggunakan model Trend Analysis dari data ketersediaan per kapita per tahun KELAYAKAN MODEL Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t, dan koefisien determinasi (R 2 ). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubahpeubah bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan: R 2 SS Regresi SSTotal dimana: SS Regresi = jumlah kuadrat regresi SS Total = jumlah kuadrat total Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

24 2016 OUTLOOK SUSU 8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

25 OUTLOOK SUSU 2016 III. KERAGAAN NASIONAL 3.1. POPULASI DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH NASIONAL Salah satu unsur penting dalam pengembangan persusuan nasional adalah pengembangan sapi perah baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pada tahun populasi sapi perah Indonesia cenderung meningkat dengan pertumbuhan sebesar 5,26%. Selama lima tahun terakhir populasi sapi perah turun dengan rata-rata sebesar 1,14%. Pada tahun 2011, peningkatan populasi sapi perah meningkat cukup tajam, yaitu 22,27% atau 108,76 ribu ekor lebih banyak dari tahun sebelumnya. Pada periode berikutnya pertumbuhan populasi sapi perah masih meningkat, kecuali tahun 2013 terjadi penurunan populasi sapi perah. Pertumbuhan populasi sapi perah di Jawa periode mengalami penurunan sebesar 1,14% per tahun, sedangkan di luar Pulau Jawa mengalami peningkatan 5,01% per tahun. Jika ditelusuri keadaan populasi sapi perah sejak tahun 1980 hingga 2016, populasi di luar Pulau Jawa rata-rata tumbuh lebih tinggi dari pulau Jawa yaitu sebesar 14,17%. Hal ini dapat dilihat dari data tahun 1983, dimana populasi di luar pulau Jawa tercatat meningkat sebesar 26,65 ribu ekor dari tahun sebelumnya atau mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu 649,63%. Kondisi peternakan sapi perah di Indonesia masih didominasi usaha peternakan di Pulau Jawa, hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya populasi sapi perah di Pulau Jawa yang mencapai lebih dari 99% dari total populasi sapi perah Indonesia sebanyak 518,65 ribu ekor pada tahun 2015 dan 533,86 ribu ekor pada tahun Dari jumlah tersebut, 513,51 ribu ekor dan 528,32 ribu ekor berada di Pulau Jawa. Sementara itu, tahun 2015 dan 2016 populasi sapi perah di luar pulau Jawa hanya mencapai 5,13 ribu ekor dan 5,54 ribu ekor atau masing-masing 0,99% dan 1,04% dari populasi sapi perah di Indonesia (Lampiran 1). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

26 OUTLOOK SUSU (Ekor) Jawa Luar Jawa Indonesia Gambar 3.1. Perkembangan Populasi Sapi Perah di Jawa dan Luar Jawa, Produksi susu di Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa (Lampiran 2). Pada kurun waktu , pertumbuhan produksi susu di Pulau Jawa sebesar 8,43% per tahun, dengan peningkatan tertinggi pada tahun 2010 sebesar 87,44% atau 420,66 ribu ton dari tahun Perkembangan periode , produksi susu justru menurun dengan rata-rata hasil berkurang 1% per tahun atau turun menjadi 840,43 ribu ton. Perkembangan produksi susu di Luar Pulau Jawa kurun waktu menunjukkan peningkatan ratarata pertumbuhan per tahun sebesar 6,95%. Namun pada periode 5 tahun terakhir menunjukkan penurunan sebesar 3,05% per tahun. (Ton) Jawa Luar Jawa Indonesia Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Susu Sapi di Jawa dan Luar Jawa, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

27 OUTLOOK SUSU SENTRA POPULASI DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH NASIONAL Dari sebaran populasi sapi perah yang ada, pusat populasi sapi perah terbesar terdapat di Jawa Timur sekitar 259,57 ribu ekor atau 49,70% dari total populasi sapi perah Indonesia. Provinsi lain yang memiliki populasi sapi perah cukup besar adalah Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing 130,57 ribu ekor atau 25% dan 119,74 ribu ekor atau 22,93% dari total populasi sapi perah Indonesia. Beberapa provinsi seperti Kalimantan Tengah, Maluku Utara dan Papua Barat sepanjang 5 tahun terakhir tidak ada populasi sapi perah (Lampiran 3). DI. Yogyakarta 0,78% DKI Jakarta 0,50% Provinsi Lainnya 1,08% Jawa Barat 22,93% Jawa Timur 49,70% Jawa Tengah 25,00% Gambar 3.3. Sentra Populasi Sapi Perah Indonesia, Provinsi penghasil susu terbesar juga berasal dari Jawa Timur, pada tahun 2012 sampai 2016 rata-rata produksi sapi perah di Jawa Timur sebesar 475,12 ribu ton atau sebesar 55,50% dari produksi nasional. Urutan kedua adalah provinsi Jawa Barat dengan rata-rata produksi mencapai 260,43 ribu ton atau 30,74%, kemudian Jawa Tengah pada urutan ketiga dengan rata-rata produksi sebesar 98,86 ribu ton atau 11,67%. Sementara provinsi lainnya hanya berkontribusi sebesar kurang dari 1% (Lampiran 4). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

28 2016 OUTLOOK SUSU DI. Yogyakarta 0,69% Jawa Tengah 11,67% DKI Jakarta 0,61% Provinsi Lainnya 0,79% Jawa Barat 30,74% Jawa Timur 55,50% Gambar 3.4. Sentra Produksi Susu Sapi Perah Indonesia, KONSUMSI SUSU SAPI NASIONAL Konsumsi susu di Indonesia saat ini masih rendah dibandingkan dengan negara lainnya yaitu hanya berkisar di 11,8 liter/kapita/tahun termasuk produk olahan yang mengandung susu. Dibandingkan negara-negara lainnya, kondisi persusuan Indonesia masih perlu perhatian lebih intens lagi. Negara tetangga seperti Malaysia konsumsi susunya mencapai 36,2 liter/kapita/tahun, Myanmar mencapai 26,7 liter/kapita/tahun, Thailand mencapai 22,2 liter/kapita/tahun dan Filipina mencapai 17,8 liter/kapita/tahun. Berdasarkan data Neraca Bahan Makanan (NBM), ketersediaan susu untuk konsumsi pada periode tahun terdiri dari dua jenis, yaitu susu sapi dan susu impor. Ketersediaan susu sapi dan susu impor sebesar 14,85 kg/kapita/tahun dengan rata-rata pertumbuhan untuk susu sapi naik 0,93% per tahun atau 2,98 kg/kapita/tahun. Sementara itu untuk susu impor naik 4,78% per tahun atau sebesar 11,87 kg/kapita/tahun. Ketersediaan susu dalam negeri sebanyak 79,93% dipasok dari susu impor, sementara itu susu sapi hanya memberikan berkontribusi sebesar 20,07% (Lampiran 5). 12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

29 *) 2015**) 2016***) OUTLOOK SUSU 2016 (Kg/Kap/Thn) Susu Sapi Susu Impor Indonesia Gambar 3.5. Perkembangan Ketersediaan Susu Indonesia, Ketersediaan susu di Indonesia tahun mengalami peningkatan sebesar 7,53% per tahun. Diperkirakan ketersediaan susu sapi pada tahun 2016 akan mengalami peningkatan 20,15% dan susu impor juga menigkat 18,93% (Gambar 3.5). Konsumsi susu yang disajikan dalam perhitungan ini adalah konsumsi susu murni. Rata-rata pertumbuhan konsumsi susu murni di Indonesia menurut data dari Susenas dari tahun mengalami peningkatan yaitu sebesar 1,86 liter/kapita/tahun (Gambar 3.6). Konsumsi susu murni pada tahun 2016 akan mengalami penurunan 6,83% (Lampiran 6). Perkembangan rata-rata konsumsi susu murni tahun meningkat 1,86 liter/kapita/tahun dimana penurunan tertinggi sebesar 50,24% terjadi pada tahun Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi susu cair olahan, perlu ditingkatkan agar terus memaksimalkan serapan produksi susu sapi lokal. Salah satunya dengan mendorong industri untuk meningkatkan produksi produk susu olahan segar dibanding olahan bubuk. Saat ini produksi susu olahan segar cair, baik itu dalam bentuk UHT (Ultra High Temperature) maupun susu pasteurisasi masih sedikit diproduksi. Kalangan industri pengolahan susu dalam negeri masih lebih suka memproduksi susu bubuk yang bahan bakunya lebih banyak dipasok dari impor. Bahan baku susu bubuk olahan lebih banyak dari susu impor karena memang impor susu dalam negeri berupa susu bubuk, bukan susu cair. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

30 OUTLOOK SUSU (Ltr/Kap/Thn) 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 0,00 Gambar 3.6. Perkembangan Konsumsi Susu Murni di Indonesia, HARGA SUSU SAPI NASIONAL Harga susu sapi di tingkat konsumen diperoleh dari data harga susu perah/murni dari Badan Pusat Statistik yang dikumpulkan setiap bulan melalui Survei Harga Konsumen Perdesaan di 33 provinsi di Indonesia. Harga susu murni tahun terus meningkat, rata-rata sebesar 9,53% per tahun (Lampiran 7 dan Gambar 3.7). Pada periode 4 tahun terakhir ( ), harga susu mengalami peningkatan sebesar 6,45% per tahun, dengan peningkatan tertinggi di tahun 2014 sebesar 17,32% dari tahun sebelumnya atau dari Rp 6.962/liter menjadi Rp 8.168/liter. Hal ini merupakan indikasi yang cukup baik bagi kelangsungan persusuan Indonesia. Jika dilihat dari kacamata produsen, harga di tingkat produsen atau peternak masih lebih rendah dibanding harga tingkat konsumen. Bila harga susu di tingkat peternak sapi dihargai rendah, maka dapat menyebabkan jumlah populasi sapi perah menyusut. Hal ini otomatis berimbas pada jumlah produksi susu sapi yang dihasilkan. 14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

31 OUTLOOK SUSU 2016 (Rp/Liter) Gambar 3.7. Perkembangan Harga Susu Perah/Murni Tingkat Konsumen Indonesia, EKSPOR DAN IMPOR SUSU NASIONAL Berdasarkan data Ekspor Impor BPS yang diolah Pusdatin Kementan, yang dimaksud komoditas susu yang diekspor atau diimpor adalah susu dan kepala susu tidak dipekatkan maupun tidak mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya, susu, yoghurt, mentega dan keju. (Ton) Ekspor Impor Gambar 3.8. Perkembangan Volume Ekspor Impor Susu Indonesia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

32 2016 OUTLOOK SUSU Selama hampir dua dekade ( ), realisasi impor susu Indonesia masih jauh di atas realisasi ekspornya (Gambar 3.8 dan Lampiran 8), sehingga menyebabkan defisit neraca perdagangan. Hal ini dapat dilihat dari angka rasio ekspor terhadap impor setelah 2010 cenderung menurun antara 10,82% hingga 17,42%. Nilai rasio ekspor impor susu Indonesia tahun 2015 sebesar 10,82%, hal ini menandakan bahwa kebutuhan susu nasional lebih dari 80% dipenuhi oleh produksi impor. Impor sebagian besar dalam bentuk susu bubuk (skim powder) dan condensed/evaporated milk. Pertumbuhan volume ekspor susu yang terjadi pada periode mengalami peningkatan rata-rata sebesar 12,21% per tahun dan nilainya meningkat 54,23% per tahun. Sementara itu volume impor susu juga mengalami peningkatan pada periode sebesar 2,62% per tahun dengan rata-rata peningkatan nilai impor 1,91%. 16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

33 OUTLOOK SUSU 2016 IV. KERAGAAN DUNIA 4.1. PERKEMBANGAN SUSU CAIR DUNIA POPULASI SAPI PERAH DAN PRODUKSI SUSU CAIR DUNIA Berdasarkan data yang diperoleh dari The United States Department of Agriculture (USDA), perkembangan populasi sapi perah dunia selama periode cenderung menurun (Gambar 4.1). Selama periode tersebut rata-rata pertumbuhan populasi sapi perah turun sebesar 0,11% per tahun. Populasi sapi dunia pada 5 tahun terakhir rata-rata sebesar 137,4 juta ekor dengan peningkatan pertumbuhan mencapai 1,62% per tahun. Lonjakan yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2014 dengan peningkatan 1,91% dibandingkan tahun sebelumnya dan terendah pada tahun 2015 sebesar 1,43% dibandingkan tahun Secara rinci, perkembangan populasi sapi perah di dunia tahun (angka estimasi USDA) disajikan pada Lampiran 9. (000 Ekor) Gambar 4.1. Perkembangan Populasi Sapi Perah Dunia, Produksi susu cair dunia didominasi dari susu segar asal sapi, namun pertumbuhan susu cair yang berasal dari selain sapi tersebut lebih tinggi daripada susu sapi. Rata-rata pertumbuhan produksi susu cair yang berasal bukan dari sapi sebesar 4,04% per tahun sementara susu sapi sebesar 0,71% per tahun. Produksi susu cair dunia pada lima tahun terakhir yang berasal dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

34 OUTLOOK SUSU susu sapi sebesar 84,80% sementara dari susu cair lainnya 15,20% per tahun. Perkembangan produksi susu sapi dan susu cair lainnya di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 10. (000 Ton) Susu Sapi Susu Cair Lainnya Total Susu Gambar 4.2. Perkembangan Produksi Susu Cair Dunia, NEGARA SENTRA POPULASI DAN PRODUKSI SUSU CAIR DUNIA Berdasarkan data yang dipublikasikan USDA, pada lima tahun terakhir ( ) terdapat sepuluh negara yang memberikan kontribusi populasi sapi perah terbesar di dunia. Sepuluh negara tersebut secara total memberikan kontribusi kumulatif sebesar 80,42% terhadap total populasi sapi perah di dunia (Gambar 4.3). India merupakan negara terbesar dengan ratarata populasi sapi perah sebesar 50,43 juta ekor atau berkontribusi sebesar 36,70% dari populasi sapi perah di dunia. Kemudian Brazil dengan rata-rata populasi sapi perah 16,98 juta ekor atau kontribusi dunia 12,36%. Sementara Amerika Serikat menempati urutan ketiga, kemudian disusul Cina, Rusia, Meksiko, Selandia Baru, Ukraina, Argentina, dan Australia. Data populasi sapi perah dunia secara rinci dapat dilihat pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

35 OUTLOOK SUSU 2016 Argentina 1,40% Australia 1,22% Negara Lainnya 19,58% India 36,70% Ukraina 1,77% Selandia Baru 3,66% Meksiko 4,64% Rusia 5,85% Cina 6,06% Amerika Serikat 6,75% Brazil 12,36% Gambar 4.3. Kontribusi Populasi Sapi Perah Beberapa Negara Dunia, Sentra produksi susu sapi di dunia berdasarkan data USDA tahun terdapat di sepuluh negara yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 64,53% terhadap total produksi susu sapi di dunia (Gambar 4.4). Meskipun India merupakan negara terbesar yang memiliki populasi sapi terbesar di dunia, tetapi India merupakan negara produsen susu sapi di urutan kedua setelah Amerika Serikat dengan rata-rata produksi sebesar 61,1 juta ton per tahun atau memberikan kontribusi sebesar 12,69% terhadap produksi susu sapi dunia. Sementara Amerika Serikat yang mempunyai populasi sapi pada peringkat ketiga dunia ternyata merupakan negara produsen susu sapi terbesar di dunia dengan rata-rata produksi sebesar 93,35 juta ton per tahun. Negara-negara produsen susu sapi cair lainnya adalah Cina, Rusia, Brazil, Selandia Baru, Meksiko, Argentina, Ukraina, dan Australia dengan rata-rata produksi masing-masing sebesar sebesar 35,94 juta ton, 30,7 juta ton, 25,23 juta ton, 21,08 juta ton, 11,54 juta ton, 11,22 juta ton, 10,84 juta ton dan 9,68 juta ton. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 12. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

36 2016 OUTLOOK SUSU Ukraina 2,25% Australia 2,01% Negara Lainnya 35,47% Amerika Serikat 19,39% Argentina 2,33% Meksiko 2,40% Selandia Baru 4,38% Brazil 5,24% Rusia 6,38% Cina 7,46% India 12,69% Gambar 4.4. Kontribusi Produksi Susu Sapi Dunia, Meksiko 0,187% Ukraina 0,313% Belarus 0,043% Taiwan 0,018% Filipina 0,003% Uni Eropa 5,222% Cina 1,693% India 92,521% Gambar 4.5. Kontribusi Produksi Susu Cair Lainnya Dunia, KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI SUSU CAIR DUNIA Selama 5 tahun terakhir Amerika Serikat sebagai produsen susu cair terbesar dunia memproduksi susu sebesar 93,35 juta ton. Konsumsi susu negara ini cenderung relatif rendah dibandingkan konsumsi India sebagai negara produsen susu kedua setelah Amerika Serikat, dengan rata-rata konsumsi 5 tahun terakhir ( ) sebesar 27,09 juta ton (Lampiran 14). Besarnya konsumsi susu dunia sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk. India selain faktor jumlah penduduknya besar, tingkat kesadaran penduduknya untuk mengkonsumsi susu juga tinggi. Tingkat produksi susu cair India sebesar 20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

37 OUTLOOK SUSU ,1 juta ton, dengan konsumsi susu perkapita pertahun penduduk India lebih rendah dari produksinya yaitu 57,18 juta ton. Negara terbesar lainnya adalah Cina, Rusia dan Brazil dengan rata-rata konsumsi susu cair per tahun sebesar 14,79 juta ton, 9,94 juta ton, dan 9,45 juta ton (Gambar 4.6). Selisih antara produksi dengan konsumsi penduduk beberapa negara tersebut merupakan peluang ekspor ke berbagai belahan dunia. Beberapa negara produsen susu cair seperti Amerika Serikat, Cina, Brazil, Rusia dan Selandia Baru merupakan pemasok bagi negara lain. Indonesia sudah sejak lama mengimpor bahan baku susu cair dari Selandia Baru. Australia 1,47% Kanada 1,68% Jepang 2,23% Meksiko 2,36% Ukraina 3,06% Brazil 5,34% Negara Lainnya 22,29% Rusia 5,61% Cina 8,36% India 32,30% Amerika Serikat 15,30% Gambar 4.6. Tingkat Konsumsi Susu Cair Beberapa Negara di Dunia, EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR SUSU CAIR DUNIA Volume ekspor susu cair dunia mengalami peningkatan sebesar 16,32% per tahun. Pada periode yang sama pertumbuhan rata-rata volume impor pun mengalami peningkatan sebesar 24,36% per tahun (Gambar 4.7). Volume ekspor dan impor tahun 2016 diperkirakan akan meningkat sebesar 6,54% dan 24,49% dari tahun sebelumnya. Data perkembangan ekspor dan impor susu cair dunia tahun selengkapnya pada Lampiran 15. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

38 OUTLOOK SUSU (000 Ton) Ekspor Impor Gambar 4.7. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Cair Dunia, Terdapat 4 negara pengekspor susu cair terbesar yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 51,97% terhadap total volume ekspor susu cair dunia (Gambar 4.8). Belarus merupakan negara pengekspor susu cair terbesar dunia dengan rata-rata volume ekspor dari tahun sebesar 317 ribu ton per tahun atau berkontribusi sebanyak 23,42%. Selanjutnya diikuti oleh Selandia Baru dengan rata-rata volume ekspor 155 ribu ton per tahun atau berkontribusi 11,44%. Australia dan Amerika Serikat mengekspor susu cair sebesar 151 ribu ton (11,12%) dan 81 ribu ton (5,99%). Sementara itu negara pengekspor lainnya seperti Cina, Rusia, Argentina, Meksiko, Ukraina dan Brazil masing-masing hanya memberikan kontribusi terhadap dunia di bawah 1%. Brazil 0,34% Negara Lain Ukraina 41,62% 0,56% Meksiko 0,81% Argentina 0,96% Rusia 1,83% Cina 1,90% Amerika Serikat 5,99% Australia 11,12% Selandia Baru 11,44% Belarus 23,42% Gambar 4.8. Negara Pengekspor Susu Cair Terbesar Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

39 OUTLOOK SUSU 2016 Negara pengimpor susu cair terbesar di dunia terdapat di 6 negara yang secara kumulatif memberikan pangsa sebesar 93,62% terhadap total volume impor susu cair di dunia (Gambar 4.9). Cina merupakan negara pengimpor susu cair terbesar di dunia dengan rata-rata volume impor dari tahun sebesar 342 ribu ton per tahun atau berkontribusi 37,09% terhadap impor susu cair dunia. Negara pengimpor tertinggi berikutnya adalah Rusia dengan volume impor rata-rata 338 ribu ton per tahun atau 36,72%. Posisi ketiga adalah Belarus dengan volume impor sebesar 50 ribu ton atau 5,47%. Posisi keempat adalah Kanada dengan volume impor 47 ribu ton atau 5,14%. Selanjutnya adalah Filipina dan Meksiko dengan volume impor 46 ribu ton (4,95%) dan 39 ribu ton (4,25%). Sementara negara lainnya berkontribusi di bawah 3%. Data negara pengimpor susu cair terbesar di dunia secara rinci tersaji pada Lampiran 17. Meksiko 4,25% Taiwan 2,41% Brazil 0,80% Australia 0,61% Ukraina 0,43% Negara Lain 2,13% Filipina 4,95% Kanada 5,14% Cina 37,09% Belarus 5,47% Rusia 36,72% Gambar 4.9. Kontribusi Negara Pengimpor Susu Cair Terbesar Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

40 2016 OUTLOOK SUSU 24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

41 OUTLOOK SUSU 2016 V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI 5.1. PROYEKSI PRODUKSI SUSU SAPI INDONESIA Analisis sisi produksi susu sapi di Indonesia dicerminkan oleh besaran produksi susu sapi nasional. Untuk menduga produksi susu sapi dilakukan dengan melakukan analisis dengan model-model statistik. Berdasarkan kajian beberapa model fungsi respon produksi susu, maka diperoleh model yang signifikan untuk menerangkan dinamika produksi susu sapi, yaitu produksi susu dipengaruhi oleh peubah populasi sapi perah satu tahun berjalan dan peubah harga susu kental manis satu tahun sebelumnya dengan koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 90,2% (Tabel 5.1). Besaran koefisien determinasi menjelaskan bahwa 90,2% keragaman produksi susu sapi dapat diterangkan oleh keragaman peubah populasi sapi perah dan harga susu kental manis satu tahun sebelumnya, hanya 9,8% yang dipengaruhi oleh peubah lain. Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Produksi Susu Sapi di Indonesia Peubah Koefisien p_value Populasi sapi perah tahun berjalan 1,16 0,000 Harga riil susu kental manis satu periode sebelumnya 29,99 0,004 Intercept ,00 0,639 R 2 = 90,2% Tabel 5.1. di atas menerangkan bahwa produksi susu sapi secara nyata dipengaruhi oleh besarnya populasi sapi perah tahun berjalan dengan koefisien regresi sebesar 1,16 (p_value = 0,000 < α = 5%), dan peubah harga riil susu kental manis tahun sebelumnya dengan koefisien regresi 29,99 (p_value = 0,004 < α = 5%). Persamaan tersebut menjelaskan bahwa setiap kenaikan populasi sapi perah sebanyak satu ekor akan meningkatkan produksi susu sapi sebesar 1,16 ton dan setiap kenaikan harga susu kental manis satu rupiah satu tahun sebelumnya akan menaikkan produksi susu sapi sebesar 29,99 ton. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

42 2016 OUTLOOK SUSU Berdasarkan model produksi yang dihasilkan di atas selanjutnya dilakukan proyeksi terhadap produksi susu sapi untuk tahun 2017 hingga tahun 2020 seperti tersaji pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Proyeksi Produksi Susu Sapi di Indonesia, Tahun Penawaran (Ton) Pertumbuhan (%) *) , **) , **) , **) , **) ,28 Rata-Rata ,51 Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Prediksi Pusdatin Pada tahun 2016 produksi susu sapi Indonesia diperkirakan mencapai ribu ton atau meningkat 2,13% dibandingkan produksi satu tahun sebelumnya. Pada tahun 2017, diperkirakan naik sebesar 88,89 ribu ton atau 10,42% dari tahun sebelumnya. Tahun 2018, 2019 dan 2020 diproyeksikan produksi susu sapi akan kembali meningkat menjadi 973,64 ribu ton, 1,01 juta ton dan 1,04 juta ton atau tumbuh masing-masing sebesar 3,38%, 3,33% dan 3,28% dari tahun sebelumnya PROYEKSI KONSUMSI SUSU SAPI INDONESIA Total konsumsi susu sapi di Indonesia dicerminkan oleh besaran konsumsi susu sapi nasional. Berdasarkan hasil perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM), komponen pemakaian dalam negeri atau konsumsi untuk susu sapi terdiri dari pakan, tercecer dan bahan makanan. Komponen bahan makanan ini jika dibagi dengan jumlah penduduk merupakan ketersediaan per 26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

43 OUTLOOK SUSU 2016 kapita dalam satu tahun. Asumsi proyeksi pemakaian dalam negeri atau konsumsi susu sapi adalah: 1. Proyeksi pemakaian dalam negeri atau konsumsi susu sapi untuk pakan, tercecer dan bahan makanan berdasarkan data NBM dengan menggunakan Trend Analysis Quadratic. 2. Proyeksi jumlah penduduk berdasarkan data BPS dengan tingkat pertumbuhan 1,2% per tahun. Tahun Tabel 5.3. Proyeksi Konsumsi atau Konsumsi Susu Sapi di Indonesia, Permintaan (Ton) Pakan Tercecer Bahan Makanan Total Pertumbuhan , *) , , **) , , **) , , **) , , **) , ,60 Pertumbuhan (%/tahun) Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Prediksi Pusdatin (%) Jumlah Penduduk (000 Orang) Ketersediaan Susu (kg/kap/thn) 7,42 1,19 6,47 Berdasarkan hasil proyeksi tahun , total ketersediaan per kapita susu sapi mengalami peningkatan sebesar 3% per tahun. Pada tahun 2017, konsumsi domestik susu sapi Indonesia sebesar 1,01 juta ton, tahun berikutnya naik menjadi 1,05 juta ton. Tahun 2019 diprediksi kembali meningkat 4,09% menjadi sebesar 1,1 juta ton, dan tahun 2020 diprediksi meningkat menjadi 1,14 juta ton NERACA SUSU SAPI Berdasarkan hasil proyeksi produksi dan konsumsi susu sapi, diperkirakan 4 tahun kedepan Indonesia akan terus mengalami defisit susu sapi (Tabel 5.4). Pada tahun 2016, defisit ketersediaan susu sapi mencapai 119,67 ribu ton. Pada tahun berikutnya, 2017 defisit turun menjadi 71,40 ribu ton. Tahun 2018 hingga 2020 defisit mencapai 81 hingga 103 ribu ton. Konsumsi susu sapi yang terus meningkat di tanah air ternyata belum bisa Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

44 2016 OUTLOOK SUSU diimbangi dengan kemampuan peternak sapi nasional untuk menyediakan produksi susu sapi yang berkualitas. Tabel 5.4. Neraca Susu Sapi Indonesia, Tahun Penawaran (Ton) Permintaan (Ton) Selisih (Ton) 2016*) **) **) **) **) Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Prediksi Pusdatin Pertumbuhan produksi susu sapi dalam negeri pada kisaran 3 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan kebutuhan susu sapi lebih dari 4 persen per tahun. Kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) mencapai 3,8 juta ton per tahun. Angka ini belum mencukupi pasokan bahan baku SSDN yang hanya mencapai 21% atau 798 ribu ton per tahun pada tahun lalu. Sisanya sebanyak 79% masih harus diimpor dalam bentuk skim milk powder, anhydrous milk fat, dan butter milk powder dari berbagai negara. Misalnya, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (Tempo, 2016). Banyak hal yang menyebabkan produksi susu nasional semakin menurun antara lain sulitnya pakan hijauan, mahalnya harga bahan baku pakan konsentrat, penurunan genetik sapi perah dan manajemen peternakan yang belum optimal. Menurunnya produksi susu nasional lebih karena menurunnya kualitas sapi perah itu sendiri. Karena jika kualitas sapinya saja sudah kurang baik maka bukan tidak mungkin produksinya juga akan menurun. Sulitnya mencari pakan hijauan serta harga pakan konsentrat yang mengalami kenaikan juga merupakan salah satu faktor turunnya kualitas, karena petani pun terkadang mengurangi kadar konsentrat untuk pakan ternaknya. Akibatnya terjadi penurunan genetik dari sapi tersebut. Selain itu disebabkan 28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

45 OUTLOOK SUSU 2016 pula karena masih sedikitnya sentra peternakan sapi perah di Indonesia, di mana lebih dari 97% populasi sapi perah hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Apabila produksi dalam negeri tidak dapat mengejar ketinggalan pasokan tersebut, maka kondisi defisit akan terus terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Kekurangan persediaan susu ini akan membuka kran impor susu dari negara-negara produsen seperti Amerika, Australia, Selandia Baru, dan Eropa. Kekurangan pasokan dapat diinterpretasikan bahwa peluang usaha budidaya sapi perah di Indonesia masih terbuka lebar, terutama di beberapa daerah/wilayah potensi. Upaya pembinaan untuk memperbaiki manajemen peternakan sapi serta peningkatan kualitas dan kuantitas dari produksi susu perlu dilakukan sehingga setiap sapi perah mampu memproduksi susu sampai 20 liter per hari per ekor. Pengembangan usaha persusuan di Indonesia sesungguhnya tak hanya menjadi tanggungjawab Kementerian Pertanian, tetapi juga harus melibatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta banyak stakeholder seperti peternak, industri pengolahan susu (IPS) serta pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan peternakan sapi perah (industri pakan, obat hewan, peralatan, koperasi susu). Kerjasama antara Kementerian Pertanian dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta PT. Perkebunan Nasional juga diperlukan guna pemanfaatan lahan yang tidak terpakai untuk tanam pakan ternak. Dengan begitu diharapkan skala ekonomi peternak mampu diperbaiki menjadi lebih baik. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

46 2016 OUTLOOK SUSU 30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

47 OUTLOOK SUSU 2016 VI. KESIMPULAN Perkembangan populasi sapi perah secara nominal terjadi pertumbuhan yang signifikan, periode rata-rata sebesar 522,45 ribu ekor. Produksi susu dominan terdapat di Pulau Jawa dengan kontribusi susu dari Pulau Jawa 98,34% sementara Luar Jawa 1,66%. Produksi susu 5 tahun terakhir menurun rata-rata 1,03% per tahun atau rata-rata sebesar 847,09 ribu ton. Pada tahun 2017 hingga 2020, Indonesia diperkirakan akan mengalami defisit susu sebesar 71 ribu hingga 103 ribu ton. Konsumsi/kebutuhan susu segar maupun produk turunannya diperkirakan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi, pertumbuhan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran gizi dan perubahan gaya hidup. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

48 2016 OUTLOOK SUSU 32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

49 OUTLOOK SUSU 2016 DAFTAR PUSTAKA Anonim pada tanggal 1 November Anonim Bahan Baku Susu Segar Indonesia Masih Didominasi Impor. Diakses dari pada tanggal 5 November Anonim Hari Susu Nusantara NUSANTARA% pdf pada tanggal 5 November Badan Pusat Stastisik Statistik Harga Konsumen Perdesaan Kelompok Makanan. Jakarta. Badan Pusat Stastisik dan BKP Kementan Neraca Bahan Makanan Indonesia Jakarta. Jahansyahtono, Ramanda Mentan Sebut Konsumsi Susu di Indonesia Masih Rendah /Mentan.Sebut.Konsumsi.Susu.di.Indonesia.Masih.Rendah pada tanggal 3 November Kementerian Pertanian Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun Jakarta. Rahayu, Ika Peringatan Hari Susu Nusantara 2016, Usaha Sapi Perah Masih Dipandang Sebelah Mata pada tanggal 9 November Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

50 2016 OUTLOOK SUSU 34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

51 OUTLOOK SUSU 2016 LAMPIRAN Lampiran 1. Populasi Sapi Perah Indonesia, *) Tahun Jawa (Ekor) Pertumbuhan (%) Luar Jawa (Ekor) Pertumbuhan (%) Indonesia (Ekor) Pertumbuhan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , , ,93 Rata-rata per Tahun Populasi Sapi Perah *) , , , *) , , ,14 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara (%) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

52 2016 OUTLOOK SUSU Lampiran 2. Produksi Susu Sapi Indonesia, *) Tahun Jawa (Ton) Pertumbuhan (%) Luar Jawa (Ton) Pertumbuhan (%) Indonesia (Ton) Pertumbuhan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , , ,52 Rata-rata per Tahun Produksi Susu Sapi *) , , , *) , , ,03 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara (%) 36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

53 OUTLOOK SUSU 2016 Lampiran 3. Sentra Populasi Sapi Perah Indonesia, *) No. Provinsi *) Kumulatif Kontribusi (%) 1 Jawa Timur ,70 49,70 2 Jawa Tengah ,00 74,70 3 Jawa Barat ,93 97,63 4 DI. Yogyakarta ,78 98,41 5 DKI Jakarta ,50 98,92 6 Provinsi Lainnya ,08 100,00 Indonesia Populasi Sapi Perah (Ekor) Rata-rata (Ekor) Kontribusi ,00 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara (%) Lampiran 4. Sentra Produksi Susu Sapi Indonesia, *) No. Provinsi *) Kumulatif Kontribusi (%) 1 Jawa Timur ,50 55,50 2 Jawa Barat ,74 86,24 3 Jawa Tengah ,67 97,91 4 DI. Yogyakarta ,69 98,60 5 DKI Jakarta ,61 99,21 6 Provinsi Lainnya ,79 100,00 Indonesia Produksi Susu Sapi (Ton) Rata-rata (Ton) Kontribusi ,00 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara (%) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

54 2016 OUTLOOK SUSU Lampiran 5. Ketersediaan Susu Indonesia, ***) Tahun Indonesia (Kg/Kap/Thn) Pertumbuhan (%) Susu Sapi (Kg/Kap/Thn) Pertumbuhan (%) Susu Impor (Kg/Kap/Thn) Pertumbuhan (%) Susu Sapi (%) Susu Impor ,49 1,70 1,79 48,71 51, ,48 28,37 1,76 3,53 2,72 51,96 39,29 60, ,31-3,79 1,66-5,68 2,65-2,57 38,52 61, ,18-3,02 1,80 8,43 2,38-10,19 43,06 56, ,58 9,57 1,78-1,11 2,80 17,65 38,86 61, ,94 51,53 1,90 6,74 5,04 80,00 27,38 72, ,65-18,59 1,89-0,53 3,76-25,40 33,45 66, ,26-6,90 1,79-5,29 3,47-7,71 34,03 65, ,13-21,48 1,56-12,85 2,57-25,94 37,77 62, ,08 23,00 1,78 14,10 3,30 28,40 35,04 64, ,42 26,38 2,03 14,04 4,39 33,03 31,62 68, ,79-9,81 2,04 0,49 3,75-14,58 35,23 64, ,08 22,28 1,97-3,43 5,11 36,27 27,82 72, ,69-5,51 2,18 10,66 4,51-11,74 32,59 67, ,47 41,55 2,14-1,83 7,33 62,53 22,60 77, ,29-1,90 2,06-3,74 7,23-1,36 22,17 77, ,95 17,87 2,34 13,59 8,61 19,09 21,37 78, ,84 8,13 2,12-9,40 9,72 12,89 17,91 82, ,51-19,68 2,39 12,74 7,12-26,75 25,13 74, ,58 21,77 3,01 25,94 8,57 20,37 25,99 74, ,12 13,30 3,16 4,98 9,96 16,22 24,09 75, ,26 8,69 3,35 6,01 10,91 9,54 23,49 76, ,77 3,58 3,30-1,49 11,47 5,13 22,34 77, ,87 0,68 2,67-19,09 12,20 6,36 17,96 82, *) 14,13-4,98 2,68 0,37 11,45-6,15 18,97 81, **) 14,23-4,30 2,66-0,37 11,57-5,16 18,69 81, ***) 16,84 19,16 3,22 20,15 13,62 18,93 19,12 80,88 Rata-rata Ketersediaan Susu Persentase terhadap Total ***) 8,85 7,53 2,26 2,96 6,59 10,80 29,01 70, ***) 14,85 3,80 2,98 0,93 11,87 4,78 20,10 79,90 Sumber : Neraca Bahan Makanan Kementerian Pertanian, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Perkiraan ***) Angka Perhitungan Pusdatin (%) 38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

55 OUTLOOK SUSU 2016 Lampiran 6. Konsumsi Susu Murni Indonesia, *) Tahun Susu Murni Pertumbuhan (Ltr/Kap/Thn) (%) , ,30-5, ,28-5, ,26-6, ,24-6, ,23-7, ,21-7, ,21 0, ,21 0, ,21 0, ,16-25, ,16 0, ,10-33, ,16 50, ,21 33, ,21 0, ,10-50, ,10 0, ,16 50, ,16 0, ,10-33, ,16 55, *) 0,15 41, *) 0,15-6,83 Rata-rata *) 0,19 1, *) 0,14 11,32 Sumber : Susenas BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Estimasi Pusdatin Lampiran 7. Harga Susu Perah/Murni Tingkat Konsumen, Tahun Harga (Rp/Liter) Pertumbuhan (%) , , , , , , ,19 Rata-rata , ,45 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

56 2016 OUTLOOK SUSU Lampiran 8. Perkembangan Neraca Perdagangan Susu Indonesia, Tahun Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai (Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$) Pertumbuhan Rata-rata per Tahun ,21 54,23 2,62 1,91 2,90 2, ,37-7,69 0,78-5,85 1,90-5,68 Sumber Ekspor Impor Neraca : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin 40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

57 OUTLOOK SUSU 2016 Lampiran 9. Perkembangan Populasi Sapi Perah Dunia, *) Tahun Populasi Sapi Pertumbuhan (000 Ekor) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,53 Rata-rata per Tahun *) , , *) , *) ,62 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

58 2016 OUTLOOK SUSU Lampiran 10. Perkembangan Produksi Susu Dunia, *) Tahun Susu Cair Produksi Susu Susu Sapi Susu Cair Lainnya Susu Sapi Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Lainnya Total terhadap Total terhadap Total (000 Ton) (%) (%) (%) (000 Ton) (000 Ton) (%) (%) , , ,16 94,30 5, , , ,69 93,77 6, , , ,94 93,77 6, , , ,03 93,49 6, , , ,64 93,23 6, , , ,04 93,10 6, , , ,25 92,82 7, , , ,42 92,56 7, , , ,04 93,00 7, , , ,47 93,32 6, , , ,11 92,54 7, , , ,69 92,20 7, , , ,38 91,45 8, , , ,95 90,92 9, , , ,64 90,79 9, , , ,30 90,33 9, , , ,86 89,72 10, , , ,09 89,60 10, , , ,74 89,42 10, , , ,55 88,80 11, , , ,54 88,50 11, , , ,66 88,09 11, , , ,62 87,70 12, , , ,17 86,87 13, , , ,66 86,53 13, , , ,26 86,78 13, , , ,16 86,42 13, , , ,27 86,55 13, , , ,25 86,17 13, , , ,02 85,87 14, , , ,98 85,61 14, , , ,84 85,24 14, , , ,36 84,79 15, , , ,70 84,86 15, , , ,15 84,68 15, , , ,55 84,42 15,58 Rata-rata per Tahun *) , , ,03 89,39 10, , , ,03 92,43 7, *) , , ,92 86,68 13, *) , , ,32 84,80 15,20 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

59 OUTLOOK SUSU 2016 Lampiran 11. Kontribusi Populasi Sapi Perah Beberapa Negara di Dunia, *) No *) Kontribusi 1 India ,70 36,70 2 Brazil ,36 49,06 3 Amerika Serikat ,75 55,81 4 Cina ,06 61,87 5 Rusia ,85 67,72 6 Meksiko ,64 72,37 7 Selandia Baru ,66 76,02 8 Ukraina ,77 77,79 9 Argentina ,40 79,19 10 Australia ,22 80,42 11 Negara Lainnya ,58 100,00 Dunia Negara Populasi Sapi Perah (000 Ekor) Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Rata-rata (000 Ekor) ,00 100,00 (%) Kumulatif Kontribusi (%) Lampiran 12. Kontribusi Produksi Susu Sapi Beberapa Negara di Dunia, *) No *) Kumulatif Kontribusi (%) 1 Amerika Serikat ,39 19,39 2 India ,69 32,08 3 Cina ,46 39,54 4 Rusia ,38 45,92 5 Brazil ,24 51,16 6 Selandia Baru ,38 55,54 7 Meksiko ,40 57,94 8 Argentina ,33 60,26 9 Ukraina ,25 62,52 10 Australia ,01 64,53 11 Negara Lainnya ,47 100,00 Dunia Negara Produksi Susu Sapi (000 Ton) Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Rata-rata (000 Ton) Kontribusi ,00 100,00 (%) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

60 2016 OUTLOOK SUSU Lampiran 13. Kontribusi Produksi Susu Cair Lainnya Beberapa Negara di Dunia, *) No *) Rata-rata (000 Ton) Kontribusi 1 India ,52 92,52 2 Cina ,69 94,21 3 Ukraina ,31 94,53 4 Meksiko ,19 94,71 5 Belarus ,04 94,76 6 Taiwan ,02 94,77 7 Filipina ,003 94,78 8 Uni Eropa ,22 100,00 Dunia Negara Produksi Susu Cair Lainnya (000 Ton) Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA ,00 100,00 (%) Kumulatif Kontribusi (%) Lampiran 14. Negara dengan Konsumsi Susu Cair Terbesar Dunia, *) No. Negara Konsumsi Susu Cair (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif *) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 India ,30 32,30 2 Amerika Serikat ,30 47,61 3 Cina ,36 55,96 4 Rusia ,61 61,58 5 Brazil ,34 66,92 6 Ukraina ,06 69,98 7 Meksiko ,36 72,33 8 Jepang ,23 74,57 9 Kanada ,68 76,24 10 Australia ,47 77,71 11 Negara Lainnya ,29 100,00 Dunia ,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

61 OUTLOOK SUSU 2016 Lampiran 15. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Cair Dunia, *) Tahun Ekspor (000 Ton) Pertumbuhan (%) Impor (000 Ton) Pertumbuhan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , ,49 Rata-rata *) , , , , *) , , *) , ,36 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA (%) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

62 2016 OUTLOOK SUSU Lampiran 16. Negara Pengekspor Susu Cair Dunia, *) No. Negara Ekspor Susu Cair (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif *) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Belarus ,42 23,42 2 Selandia Baru ,44 34,86 3 Australia ,12 45,98 4 Amerika Serikat ,99 51,97 5 Cina ,90 53,88 6 Rusia ,83 55,71 7 Argentina ,96 56,67 8 Meksiko ,81 57,48 9 Ukraina ,56 58,04 10 Brazil ,34 58,38 11 Negara Lain ,62 100,00 Dunia ,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Lampiran 17. Negara Pengimpor Susu Cair Dunia, *) No. Negara Impor Susu Cair (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif *) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Cina ,09 37,09 2 Rusia ,72 73,81 3 Belarus ,47 79,28 4 Kanada ,14 84,42 5 Filipina ,95 89,37 6 Meksiko ,25 93,62 7 Taiwan ,41 96,03 8 Brazil ,80 96,83 9 Australia ,61 97,44 10 Ukraina ,43 97,87 11 Negara Lain ,13 100,00 Dunia ,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

63 OUTLOOK SUSU 2016 LAMPIRAN II Model dan Hasil Proyeksi Variabel Komoditas Susu a. Model Proyeksi Produksi Susu Regression Analysis: Produksi t versus Populasi t; Harga SKM t-2;... The regression equation is Produksi t = ,856 Populasi t Harga SKM t-2-5,24 Harga SPerah t Konsumsi SPerah t 6 cases used, 2 cases contain missing values Predictor Coef SE Coef T P Constant ,87 0,034 Populasi t 0, , ,78 0,046 Harga SKM t-2-103,606 7,091-14,61 0,044 Harga SPerah t-1-5,242 2,571-2,04 0,290 Konsumsi SPerah t ,23 0,435 S = 3173,86 R-Sq = 100,0% R-Sq(adj) = 99,8% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression ,06 0,026 Residual Error Total Source DF Seq SS Populasi t Harga SKM t Harga SPerah t Konsumsi SPerah t Unusual Observations Obs Populasi t Produksi t Fit SE Fit Residual St Resid ,00 X X denotes an observation whose X value gives it large leverage. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

64 2016 OUTLOOK SUSU Regression Analysis: Prod t versus Pop t; HSKM t-1 The regression equation is Prod t = ,16 Pop t + 30,0 HSKM t-1 32 cases used, 1 cases contain missing values Predictor Coef SE Coef T P Constant ,47 0,639 Pop t 1,1622 0,2732 4,25 0,000 HSKM t-1 29,988 9,566 3,13 0,004 S = 70134,8 R-Sq = 90,2% R-Sq(adj) = 89,6% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 2 1,31837E+12 6,59183E ,01 0,000 Residual Error 29 1,42648E Total 31 1,46101E+12 Source DF Seq SS Pop t 1 1,27003E+12 HSKM t Unusual Observations Obs Pop t Prod t Fit SE Fit Residual St Resid ,88R ,01R ,13R R denotes an observation with a large standardized residual. b. Model Proyeksi Populasi Sapi Trend Analysis for Pop t Data Pop t Length 33 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = *t + 84,3*t**2 48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

65 Pop t OUTLOOK SUSU 2016 Accuracy Measures MAPE 9 MAD MSD Forecasts Period Forecast Trend Analysis Plot for Pop t Trend Analysis Plot for Pop t Quadratic Trend Model Yt = *t + 84,3*t** Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 9 MAD MSD Index c. Model Proyeksi Harga Susu Kental Manis Trend Analysis for HSKM t-1 Data HSKM t-1 Length 34 NMissing 1 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

66 HSKM t OUTLOOK SUSU Fitted Trend Equation Yt = ,5*t + 6,75*t**2 Accuracy Measures MAPE 14 MAD 372 MSD Forecasts Period Forecast , , , ,5 Trend Analysis Plot for HSKM t-1 Trend Analysis Plot for HSKM t-1 Quadratic Trend Model Yt = ,5*t + 6,75*t** Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 14 MAD 372 MSD Index Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

67 OUTLOOK SUSU 2016 d. Model Proyeksi Ketersediaan Susu Trend Analysis for Ketersediaan Data Ketersediaan Length 23 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 1, ,0349*t + 0,00127*t**2 Accuracy Measures MAPE 8,97370 MAD 0,22021 MSD 0,07988 Forecasts Period Forecast 24 3, , , , ,60366 Trend Analysis Plot for Ketersediaan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

68 Ketersediaan 2016 OUTLOOK SUSU Trend Analysis Plot for Ketersediaan Quadratic Trend Model Yt = 1, ,0349*t + 0,00127*t**2 3,5 3,0 2,5 Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 8,97370 MAD 0,22021 MSD 0, ,0 1, Index Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

69

70

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Outlook Komoditas Perkebunan 2007 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Pusat Data Dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian 2007 Pusat Data dan Informasi Pertanian i » Outlook Komoditas Perkebunan

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Outlook Komoditas Daging Sapi 2015 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK JERUK

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

OUTLOOK KOMODITI TOMAT ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI ISSN 1907-1507 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian i ii ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 89 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, M.Si. Penyunting : Dr.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA ISSN 1907-1507 OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK LADA ii

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

OUTLOOK KOMODITI KAKAO ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI KAKAO 2014 OUTLOOK KOMODITI KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT ISSN 1907-1507 2014 OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK NENAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK TELUR Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK TELUR ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 58 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Penyunting

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI JAHE

OUTLOOK KOMODITI JAHE ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI JAHE 2014 OUTLOOK KOMODITI JAHE Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VII Nomor 1 Tahun 2015 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI PISANG

OUTLOOK KOMODITI PISANG ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI PISANG 2014 OUTLOOK KOMODITI PISANG Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 2 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 4 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 3 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TELUR ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TEBU

OUTLOOK KOMODITI TEBU ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TEBU 2014 OUTLOOK KOMODITI TEBU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 1 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian OUTLOOK ISSN 1907-1507 KAKAO 2016 OUTLOOK KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK KAKAO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KELAPA ISSN SAWIT 1907-15072016 OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun PENGANTAR Latar Belakang Upaya peningkatan produksi susu segar dalam negeri telah dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun ke tahun. Perkembangan usaha sapi perah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS ISSN 197-157 216 Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 216 i 216 ii 216 ISSN : 197-157 Ukuran Buku : 1,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi. Penyunting

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH 2014 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI JALAR ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

7.2. PENDEKATAN MASALAH

7.2. PENDEKATAN MASALAH kebijakan untuk mendukung ketersediaan susu tersebut. Diharapkan hasil kajian ini dapat membantu para pengambil kebijakan dalam menentukan arah perencanaan dan pelaksanaan penyediaan susu serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

OUTLOOK KOMODITI MANGGA ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI MANGGA 2014 OUTLOOK KOMODITI MANGGA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan satu atau lebih komoditi. Salah satu contoh koperasi primer yang memproduksi komoditi pertanian adalah koperasi

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari ketersediaan sumberdaya yang ada di Indonesia, Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI

ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK KOPI ii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan usaha sapi perah dilakukan untuk memenuhi gizi masyarakat dan mengurangi tingkat ketergantungan nasional terhadap impor susu. Usaha susu di Indonesia sudah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Sulawesi Selatan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Sulawesi Selatan Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Sulawesi Selatan 1 Eka Triana Yuniarsih, 2 Abd. Gaffar Tahir dan 3 M. Isya Anshari 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Hadirin sekalian yang saya hormati, Sambutan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Pada acara Kunjungan Industri di PT. Sarihusada Generasi Mahardika (SGM) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Jakarta, 17 September 2015 Yth. Saudara Rahmat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TEBU 2014 OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB I. PENDAHULUAN.  [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI TINGKAT PETERNAK : Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat

DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI TINGKAT PETERNAK : Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Bogor, 19 Nopember 2008 DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama : Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG » Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI Indikator yang lazim digunakan untuk mendapatkan gambaran kondisi pemakaian energi suatu negara adalah intensitas energi terhadap penduduk (intensitas energi per kapita)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67 persen kopinya diekspor sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan produk cair berwarna putih yang mengandung nilai gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina dengan tujuan utama untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 0 tahun terakhir terus menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan perekonomian Indonesia walaupun kontribusi sangat sedikit tetapi sangat menentukan kesejahteran masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumberdaya alam, terutama dari hasil pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kegiatan yang terpenting dalam meningkatkan perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk memperdagangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci