VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penawaran Kedelai Dunia Penawaran kedelai dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat setiap tahunnya mengikuti deret pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya konsumsi akan bahan pangan pokok terutama kedelai. Selain itu, semakin banyaknya luas lahan produktif yang digunakan untuk menanami kedelai didukung oleh inovasi teknologi, kebijakan pemerintah yang tepat terhadap petani setempat serta lembaga riset dalam menghasilkan benih kedelai unggul dalam meningkatkan volume produksi (penawaran) kedelai dunia Produksi Kedelai Dunia Perkembangan produksi kedelai dunia selama periode tahun memiliki tren yang fluktuatif. Pada tahun 2005 produksi kedelai sebesar 214 juta ton dan mengalami peningkatan sebesar 3,50 persen pada tahun berikutnya. Pada tahun 2006 peningkatan produksi kedelai disebabkan luas panen kedelai meningkat dari 92 juta ha menjadi 95 juta ha, sedangkan produktivitas meningkat dari 23,18 ku/ha menjadi 23,29 ku/ha jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini tidak berlangsung lama, karena pada tahun berikutnya luas panen kedelai defisit sebesar 5,41 persen menjadi 90 juta ha, sedangkan produktivitasnya justru meningkat sebesar 4,63 persen menjadi 24,37 ku/ha. Alhasil, produksi kedelai defisit 1,03 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun berikutnya produksi kedelai tumbuh sebesar 5,32 persen. Pertumbuhan ini ditengarai oleh adanya peningkatan luas panen kedelai sebesar 7,02 persen menjadi 96 juta ton walaupun produktivitasnya defisit 1,58 persen menjadi 22,43 ku/ha dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 luas panen kedelai meningkat sebesar 3,13 persen menjadi 99 juta ha namun tidak mampu menutupi defisit produktivitas kedelai dunia sebesar 6,48 persen menjadi 22,43 ku/ha sehingga produksi kedelai defisit 3,55 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Secara lengkap perkembangan produksi kedelai dunia periode tahun disajikan pada tabel di bawah ini. 46

2 Tabel 3. Perkembangan Produksi Kedelai Dunia Tahun Tahun Produksi (000 Ton) Pertumbuhan (%) , , , , , ,10 Sumber : FAO (2011) dan USDA (2012), (Diolah) Berdasarkan data di atas tercatat pada tahun 2010 produksi kedelai dunia mencapai angka tertinggi dengan meningkat sebesar 15,50 persen menjadi 264 juta ton jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2011 produksi kedelai justru defisit 2,10 persen jika dibandingkan tahun Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) seperti dikutip Bloomberg, penurunan produksi kedelai ini disebabkan karena luas areal tanam kedelai di negara produsen seperti Amerika Serikat setahun belakangan lebih banyak ditanami jagung dan gandum oleh petani setempat sehingga luas panen untuk kedua komoditas ini lebih besar. Produksi kedelai di dunia diperkirakan mempunyai rata-rata sebesar 233 juta ton dimana sekitar 81 persen diproduksi di benua Amerika oleh negara-negara produsen besar seperti Amerika Serikat, Brazil dan Argentina. Asia mengambil peran sekitar 10 persen dari total produksi kedelai dunia melalui negara-negara maju dan berkembang seperti China dan India, sedangkan sisanya menyebar diberbagai negara di benua Eropa, Asia dan Amerika. Posisi produsen kedelai dunia selama periode tahun tidak mengalami perubahan. Amerika masih menjadi negara produsen kedelai terbesar di dunia diikuti oleh Brazil, Argentina, China dan India. Berikut disajikan perkembangan produksi kedelai lima negara besar di dunia periode tahun

3 Tabel 4. Perkembangan Produksi Kedelai Lima Negara Besar di Dunia (000 Ton) No Negara Tahun USA ,08 2 Brazil ,18 3 Argentina ,71 4 China ,38 5 India ,19 Ratarata Share (%) 11 Indonesia ,32 Lainnya ,14 Dunia Sumber : FAO (2011) dan USDA (2012), (Diolah) Amerika sebagai negara penghasil kedelai terbesar di dunia memiliki ratarata produksi sebesar 84 juta ton per tahun atau dengan share 36,08 persen dari total produksi kedelai dunia. Produksi kedelai Amerika memiliki perkembangan yang fluktuatif sejak tahun 2005 dan mencapai angka tertinggi pada tahun 2009 sebesar 91 juta ton atau meningkat 13,21 persen (10,67 juta ton) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan produksi kedelai Amerika berasal dari penggunaan varietas unggul yang semakin tinggi daya hasilnya disertai cara tanam yang terus diperbaiki untuk mendapatkan pertumbuhan kedelai yang optimal dan juga melalui perluasan areal tanam. Perluasan areal tanam didukung oleh ketersediaan lahan yang sangat luas, tanah yang subur melalui luas skala usaha besar sehingga biaya efisien. Selain itu pemerintah Amerika juga mendukung melalui pemberian insentif kepada petani kedelai setempat untuk menjaga loyalitas dan motivasi petani dalam menanam kedelai. Seperti yang sudah disebutkan di atas, penurunan produksi kedelai Amerika dalam dua tahun belakangan dikarenakan luas areal tanamnya lebih banyak ditanami jagung dan gandum sehingga luas panen untuk kedua komoditas itu lebih besar. Produksi kedelai di Brazil pada periode tahun memiliki perkembangan yang fluktuatif namun cenderung meningkat. Brazil sebagai negara produsen kedelai terbesar setelah Amerika memiliki rata-rata produksi sebesar 61 juta ton atau dengan share 26,18 persen dari total produksi kedelai dunia. Produksi 48

4 kedelai Brazil mencapai angka tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar 75,5 juta ton atau meningkat 31,66 persen (18,16 juta ton) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi dan peningkatan kedelai yang stabil di negara Brazil tidak lepas dari peran pemerintah dalam mendukung petani kedelai setempat. Bentuk dukungan pemerintah salah satunya adalah melalui pemberian kredit liberal dengan suku bunga rendah untuk pembelian peralatan dan sarana produksi. Selain itu, Brazil memiliki Lembaga Penelitian Kedelai Nasional yang berperan dalam merakit varietas-varietas baru yang berasal dari Amerika, China, Jepang dan Korea. Perusahaan multinasional juga berperan dalam memberikan pinjaman modal, manajemen serta bantuan tenaga ahli. Negara lain yang termasuk dalam lima besar adalah Argentina, Cina dan India masing-masing memiliki rata-rata produksi sebesar 43 juta ton, 14 juta, 9 juta ton atau dengan share 18,71 persen, 6,38 persen, dan 4,19 persen dari total produksi kedelai dunia. Sedangkan Indonesia berada di peringkat kesebelas dengan rata-rata 741 ribu ton atau dengan share 0,32 persen dari total produksi kedelai dunia. Produksi kedelai Argentina mencapai angka tertinggi pada tahun 2011 sebesar ribu ton atau meningkat 7,55 persen (4 juta ton) jika dibandingkan tahun sebelumnya. China mencapai produksi tertinggi pada tahun 2005 sebesar 16 juta ton sedangkan India pada tahun 2007 sebesar 10,9 juta ton. Dewasa ini kebutuhan kedelai di China melebihi tiga kali lipat produksi dalam negerinya sendiri mengikuti deret pertumbuhan penduduknya yang fantastis. Hal ini tidak didukung oleh semakin terbatasnya lahan pertanian di China sehingga selain sebagai produsen, China juga mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya terutama berasal dari Amerika Selatan seperti Brazil dan Argentina. Sedangkan India untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemerintahnya menggenjot produksi kedelai dengan cara meningkatkan pendapatan petani komoditi tersebut yang secara tidak langsung meningkatkan motivasi petani dalam menanam kedelai. Di pasar kedelai internasional, Amerika sebagai negara produsen sekaligus eksportir kedelai nomor satu dunia menguasai perdagangan kedelai dunia. Setiap perubahan penawaran yang dilakukan oleh Amerika, dapat mempengaruhi stabilitas harga kedelai internasional termasuk harga kedelai Indonesia. 49

5 Perdagangan Kedelai Dunia Pasar kedelai merupakan pasar yang besar dengan produksi dunia rata-rata sebesar ton/tahun. Struktur pasar internasional kedelai lebih mendekati pasar oligopoli, dimana penawaran dan ekspor kedelai dunia dikuasai oleh beberapa negara produsen seperti Amerika (36,08%), Brazil (26,18), dan Argentina (18,71%), yang saat ini masih mengacu ke pasar berjangka Chicago (Chicago Board of Trade Cibot) dengan jumlah importir yang banyak, antara lain China (48,44%), Uni Eropa (10,44%), Jepang (5,34%), Meksiko (4,92%), dan Indonesia (1,90%). Berdasarkan data statistik, ekspor kedelai masih dikuasai oleh tiga negara produsen kedelai dunia saat ini yaitu USA, Brazil dan Argentina diikuti Paraguay serta Kanada. Amerika sebagai produsen kedelai nomor satu di dunia, mengekspor rata-rata sebesar 31 juta ton atau dengan share sebesar 42,94 persen dari total ekspor kedelai dunia per tahun. Angka ini hanya sepertiga dari total produksi kedelai Amerika pada tahun 2009 yang mencapai 91 juta ton per tahun. Sedangkan Brazil, Argentina, Paraguay dan Kanada masing-masing mengekspor rata-rata sebesar 24 juta ton, 9 juta ton, 2,9 juta ton dan 1,7 juta atau dengan besar share 33,72 persen, 12,41 persen, 3,95 persen dan 2,35 persen dari total ekspor dunia per tahun. Tabel 5. PerkembanganVolume Ekspor Kedelai Lima Negara Besar Dunia (Ton) No Negara Tahun Rata-Rata 1 USA ,94 2 Brazil ,72 3 Argentina ,41 4 Paraguay ,95 5 Canada ,35 44 Indonesia Share (%) Lainnya ,63 Dunia Sumber : FAO, 2011 (Diolah) Perkembangan rata-rata nilai ekspor Amerika Serikat selama kurun waktu tersebut mencapai 11 juta USD atau dengan share 44,9 persen dari total keseluruhan nilai ekspor kedelai dunia. Diikuti Brazil, Argentina, Paraguay, 50

6 Kanada masing-masing sebesar 8 juta USD, 2 juta USD, 800 ribu USD, 600 ribu USD atau dengan share 32,57 persen, 11,18 persen, 3,39 persen, dan 2,61 persen dari total keseluruhan nilai ekspor kedelai dunia. Tabel 6. Perkembangan Nilai Ekspor Kedelai Lima Negara Besar di Dunia (USD) No Negara Tahun Rata-Rata 1 USA ,9 2 Brazil ,57 3 Argentina ,18 4 Paraguay ,39 5 Canada ,61 Share (%) Lainnya ,34 Dunia Sumber : BPS, 2011 (Diolah) Bila ditinjau berdasarkan data statistik impor kedelai dunia dalam kurun waktu , China menduduki peringkat pertama sebagai negara pengimpor kedelai terbesar di dunia dengan rata-rata mencapai 35,4 juta ton atau dengan besar share 48,44 persen dari total impor kedelai dunia diikuti oleh Belanda, Jepang, Meksiko, dan Jerman. Masing-masing dari keempat negara lainnya memiliki impor rata-rata sebesar 4,1 juta ton, 3,9 juta ton, 3,6 juta ton, 3,5 juta ton atau masingmasing dengan besar share 5,62 persen, 5,34 persen, 4,92 persen dan 4,85 persen dari total impor kedelai dunia. Sedangkan Indonesia dengan kebutuhan kedelai rata-rata di atas 2 juta ton per tahun, untuk memenuhi sebagian kebutuhan dalam negerinya dengan impor rata-rata 1,3 juta ton per tahun atau dengan besar share 1,90 persen dari total impor kedelai dunia. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 51

7 Tabel 7. Perkembangan Volume Impor Kedelai Lima Negara Besar Dunia (Ton) No Negara Tahun Rata-rata Share (%) China ,44 Netherlands ,62 Japan ,34 Mexico ,92 Germany ,85 11 Indonesia ,9 Lainnya ,92 Dunia Sumber : FAO, 2011 (Diolah) Bila dilihat dari nilai impornya sepanjang tahun , China sebagai negara pengimpor kedelai terbesar di dunia memiliki rata-rata sebesar 14 juta USD atau dengan share 50,19 persen dari total keseluruhan nilai impor kedelai dunia. Diikuti oleh Belanda, Jepang, Jerman dan Meksiko masing-masing sebesar 1,6 juta USD, 1,38 juta USD, 1,3 juta USD, 1,25 USD atau dengan share 5,92 persen, 4,85 persen, 4,55 persen, 4,39 persen dari total keseluruhan nilai impor kedelai dunia. Sedangkan Indonesia berada di peringkat kesebelas sebesar 481 ribu USD atau dengan share 1,68 persen dari total keseluruhan nilai impor kedelai dunia. Indonesia sebagai negara importir berisiko tinggi terhadap instabilitas pasokan dan fluktuasi harga kedelai impor. Hal tersebut karena struktur pasar oligopolistik bersifat penentu harga (price taker) dan bukan pengikut harga 4. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 4 Iptek. [Diakses 07 Juni 2012] 52

8 Tabel 8. Perkembangan Nilai Impor Kedelai Lima Negara Besar Dunia (USD) No Negara Tahun Rata-rata Share (%) 1 China ,19 2 Netherlands ,92 3 Japan ,85 4 Germany ,55 5 Mexico ,39 11 Indonesia ,68 Lainnya ,4 Dunia Sumber : BPS, 2011 (Diolah) Tingkat Harga Kedelai Dunia Harga kedelai dunia sangat dipengaruhi oleh ketersediaan kedelai di pasar internasional. Menipisnya stok kedelai dunia sering kali menjadi pemicu kenaikan harga kedelai di pasar internasional. Sedangkan pada saat produksi oleh sejumlah negara penghasil kedelai mengalami peningkatan maka harga akan turun Dec-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Gambar 6. Soybean Monthly Price (USD/Metric Ton) Sumber : World Bank, 2012 Berdasarkan gambar di atas ini, harga kedelai dunia periode Desember 2011 sampai Juni 2012 mengalami tren yang fluktuatif namun memiliki 53

9 kecenderungan meningkat. Harga kedelai dunia per Desember 2011 sebesar 420,02 USD per metrik ton dan naik 5,16 persen pada Januari 2012 menjadi 441,73 USD per metrik ton. Harga kedelai dunia terus meningkat masing-masing 4,49 persen pada Februari 2012, 4,49 persen pada Maret 2012 dan 6,68 persen pada April Pada Mei 2012 harga kedelai dunia turun 1,60 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan meningkat 0,27 persen pada Juni Faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga kedelai dunia pada beberapa bulan awal 2012 karena adanya pengaruh permintaan dan penawaran kedelai dunia. Sejak bulan April permintaan kedelai didominasi oleh China, dimana China yang pada bulan-bulan sebelumnya membeli dari Amerika Selatan mengalami kehabisan stok akibat kegagalan panen kedelai di Amerika Selatan karena pengaruh cuaca panas. China sebagai importir kedelai terbesar di dunia membeli ton kedelai Amerika selama empat minggu dalam bulan April dimana permintaan ini tiga kali lipat dibanding periode yang sama pada tahun China juga telah memesan kedelai dari panen berikutnya untuk dikirim sebanyak juta ton atau naik 21 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain penawaran produksi kedelai dunia turun dari tahun sebelumnya dikarenakan output dari Amerika Selatan, Brazil, Argentina dan Paraguay mengalami penurunan akibat cuaca yang buruk di Amerika Selatan. Selain itu menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) seperti dikutip Bloomberg, penurunan produksi kedelai ini disebabkan karena luas areal tanam kedelai di negara produsen seperti Amerika Serikat setahun belakangan menurun karena petani lebih banyak menanami jagung dan gandum sehingga luas panen untuk kedua komoditas ini lebih besar. Berdasarkan data tersebut kemungkinan harga kedelai masih akan meningkat seiring dengan ketatnya persediaan dari kedelai dan akan terus bertahan sampai ada perubahan cuaca yang mendukung pertumbuhan tanaman kedelai yang diprediksi akan berlangsung lama. Sehingga Indonesia harus meningkatkan produksi kedelai jika tidak mau terimbas tingginya harga kedelai impor. 54

10 Kebijakan Perkedelaian Negara Produsen Kedelai Dunia Brazil Brazil merupakan negara produsen kedelai nomor dua di dunia dengan rata-rata produksi sebesar 61 juta ton per tahun atau sekitar 26,18 persen dari total produksi kedelai dunia (tabel 4). Brazil juga menjadi negara eksportir kedelai dunia setelah Amerika dengan total ekspor rata-rata sebesar 24,8 juta ton per tahun atau sekitar 33,72 persen dari total ekpor kedelai dunia. Total ekspor Brazil menghasilkan nilai rata-rata sebesar 8 milyar US Dollar per tahun atau 32,57 persen dari total nilai ekspor kedelai dunia (tabel 5). Hal ini tidak bisa dipungkiri mengingat Brazil telah menjadi produsen kedelai utama di dunia sejak tahun an. Pada tahun 1965, Brazil melakukan peningkatan produksi kedelai dengan membuka areal kedelai baru sekitar ha (produksi 520 ribu ton) dan meningkat menjadi 8,774 juta ha (produksi 15,2 juta ton) pada tahun Pertumbuhan produksi kedelai di Brazil sangat mengesankan, yaitu rata-rata 25 persen, khususnya pada periode tahun Pemerintah Brazil lebih mendorong untuk mengembangkan processing kedelai menjadi minyak dan bungkil di dalam negeri yang kemudian minyak dan bungkil tersebut di ekspor daripada mengeskpor biji kedelai. Brazil terutama mengekspor ke MEE, Jepang, Spanyol, Rusia, China dan Eropa Timur. Brazil memiliki musim panen kedelai yang berbeda dengan Amerika Serikat. Perbedaan tersebut dimanfaatkan oleh Brazil untuk menikmati harga kedelai yang tinggi dengan menjual pada musim yang berbeda dengan Amerika. Hal ini dilakukan mengingat Amerika Serikat merupakan produsen kedelai utama sehingga dapat mempengaruhi fluktuasi harga kedelai dunia. Pemerintah Brazil menerapkan sejumlah kebijakan perdagangan untuk mengendalikan volume ekspor. Kebijakan diarahkan untuk mendorong perkembangan industri pengolahan biji kedelai menjadi minyak dan bungkil. Kebijakan perdagangan meliputi kuota ekspor, lisensi, pajak ekspor dan subsidi, embargo ekspor, dan perjanjian dagang bilateral 5. 5 Sejarah Sukses Kedelai di Brazil dan Swasembada di Indonesia. Error! Hyperlink reference not valid. [Diakses 1 Mei 2012] 55

11 Ada empat faktor yang mendorong pengembangan kedelai di Brazil: 1. Pengembangan kedelai di Brazil didorong oleh kebijakan pemerintah yang menciptakan pasar yang baik untuk kedelai. Pemerintah menawarkan kredit yang liberal dengan tingkat suku bunga yang rendah, guna pembelian peralatan dan sarana produksi. Keadaan ini memberikan kemudahan bagi petani untuk melakukan perluasan areal kedelai. 2. Perusahaan multinasional yang melihat adanya peluang ekonomi membantu petani melalui bantuan tenaga ahli, modal dan manajemen dalam rangka pengembangan industri pertanian Brazil. 3. Brazil mempunyai Lembaga Penelitian Kedelai Nasional (National Center for Soybean Research) di bawah Brazilian Enterprize of Agricultural Research (EMBRAPA) yang memiliki plasma nutfah yang diperlukan untuk merakit varietas-varietas baru diperoleh dari Amerika Serikat, Cina, Jepang dan Korea. 4. Tingginya harga kedelai pada akhir tahun 1960-an hingga akhir tahun 1970-an dan terjadinya embargo ekspor kedelai oleh Amerika Serikat pada tahun 1973 menyebabkan kedelai menjadi tanaman yang lebih menguntungkan dan berupaya mengembangkan tanaman kedelai di dalam negeri Brazil sendiri Permintaan Impor Kedelai Indonesia Permintaan kedelai akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, membaiknya pendapatan perkapita, meningkatnya kesadaran akan kecukupan gizi, dan berkembangnya berbagai industri berbahan pokok kedelai seperti tahu, tempe, dan kecap. Namun, permintaan kedelai di Indonesia selalu lebih tinggi daripada penawaran kedelai itu sendiri sehingga pemerintah melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Indonesia Berdasarkan data statistik perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai Indonesia menurut wilayah periode tahun dapat dikatakan fluktuatif. Sejak tahun 2005 luas areal panen kedelai Indonesia terus menurun hingga tahun 2007 dan kembali meningkat sampai tahun 2009 sebelum akhirnya turun kembali pada tahun Pada tahun 2012 (ARAM I) luas areal panen kedelai diperkirakan sebesar 566,7 ribu ha atau lebih rendah 55,55 ribu ha 56

12 daripada tahun sebelumnya. Rata-rata luas areal panen kedelai di wilayah Jawa masih lebih tinggi daripada luas areal panen di luar Jawa. Dimana sekitar 60 persen panen di Jawa didapat dari pertanaman di lahan sawah sedangkan di luar Jawa hanya 20 persen dari lahan sawah. Sisanya ditanam di lahan tegal. Baik di Jawa maupun di luar Jawa, hasil pertanaman di lahan sawah lebih tinggi dibandingkan di lahan tegal. Namun tiap tahun luas lahan baku di Jawa terus menurun akibat perubahan fungsi penggunaan di luar pertanian yang pada akhirnya menurunkan luas areal penanaman sehingga berdampak pada menurunnya luas areal panen kedelai. Produktivitas kedelai Indonesia tahun 2005 sebesar 13,01 ku/ha, kemudian menurun pada tahun 2006 dan kembali meningkat sampai tahun Pada tahun 2012 (ARAM I) produktivitas kedelai Indonesia diperkirakan mencapai angka tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yakni sebesar 13,76 ku/ha atau meningkat 0,08 ku/ha dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata produktivitas kedelai wilayah Jawa lebih tinggi daripada di Luar Jawa. Salah satu penyebab yang memungkinkan karena petani di luar Jawa belum menggunakan kedelai varietas unggul, penerapan teknik budidaya kedelai masih kurang tepat dan sebagian besar belum menerapkan pendekatan produksi melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada kedelai. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) bukanlah suatu paket produksi kedelai, melainkan suatu pendekatan inovatif dan dinamis melalui perakitan teknologi secara partisipasif bersama petani sesuai dengan kondisi lingkungan setempat seperti lahan, keadaan sosial ekonomi serta status kelembagaan yang terkait dengan pembangunan pertanian. PTT diterapkan di sentra-sentra produksi kedelai baik lahan sawah maupun di lahan kering. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai diharapkan dapat memberikan produktivitas tinggi dengan proses produksi yang efisien dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani. Produksi kedelai Indonesia tahun 2005 sebesar 808,36 ribu ton dan terus menurun sampai tahun Produksi kedelai mulai meningkat kembali pada tahun 2008 sampai tahun 2009 sebelum akhirnya turun sampai tahun Pada tahun 2012 (ARAM I) produksi kedelai Indonesia diperkirakan sebesar 779,74 ribu ton atau menurun daripada tahun sebelumnya. Penurunan produksi kedelai 57

13 pada tahun kemungkinan dipengaruhi oleh menurunnya luas areal panen dan produktivitas kedelai pada tahun tersebut dan meningkat seiring dengan meningkatnya luas areal panen dan produktivitas kedelai pada tahun Pada tahun penurunan produksi kedelai Indonesia lebih dipengaruhi oleh penurunan luas panen kedelai dibandingkan dengan penurunan produktivitasnya terutama di wilayah Jawa. Yang perlu dicermati pada tahun 2011 produksi kedelai di luar Jawa meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun pada tahun tersebut luas panen kedelai berkurang tetapi produktivitasnya meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 (ARAM I) produksi kedelai Indonesia diperkirakan sebesar 779,74 atau menurun sebesar 71,55 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun produktivitas kedelai diperkirakan meningkat sebesar 0,08 ku/ha, namun luas areal panennya menurun 55,55 ribu ha dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 9. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kedelai Menurut Wilayah Tahun Uraian Luas Panen (000 ha) 2012 (ARA M 1) Jawa 423,87 390,57 325,69 389,78 460,48 439,59 404,18 374,19 Luar Jawa 197,67 189,97 133,42 201,18 262,31 221,23 218,07 192,51 Indonesia 621,54 580,54 459,11 590,96 722,79 660,82 622,25 566,7 2. Produktivitas (ku/ha) Jawa 13,29 13,27 13,05 13,32 14,05 14,4 14,2 14,23 Luar Jawa 12,4 12,06 12,56 12,76 12,49 12,38 12,71 12,85 Indonesia 13,01 12,88 12,91 13,13 13,48 13,73 13,68 13,76 3. Produksi (000 ton) Jawa 563,23 518,43 424, ,84 663,21 574,12 532,35 Luar Jawa 245,13 229,19 167,55 256,71 327,67 273,82 277,17 247,39 Indonesia 808,36 747,62 592,54 775,71 974,51 937,03 851,29 779,74 Sumber : BPS, 2012 (Diolah) Konsumsi Kedelai Indonesia Kedelai di Indonesia merupakan komoditi terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Sifat multiguna yang terdapat pada kedelai menyebabkan tingginya 58

14 permintaan kedelai di dalam negeri. Selain itu, manfaat kedelai sebagai salah satu sumber protein murah membuat kedelai semakin diminati. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka permintaan kedelai di dalam negeri pun berpotensi untuk meningkat. Di Indonesia, lebih dari 90 persen kedelai digunakan sebagai bahan pangan, terutama pangan olahan yaitu sekitar 88 persen oleh industri tahu dan tempe, 10 persen untuk pangan olahan lainnya seperti industri tepung dan pati serta sisanya sebanyak 2 persen untuk benih. Konsumsi kedelai secara umum terdiri dari konsumsi langsung dan tidak langsung, dimana konsumsi tidak langsung yang dimaksud adalah kedelai yang diolah lebih lanjut menjadi produk tertentu. Olahan biji kedelai dapat dibuat menjadi berbagai bentuk seperti tahu (tofu), bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai hitam), tempe, susu kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa), tepung kedelai, minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel), serta taosi atau tauco. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10. Perkembangan Konsumsi Perkapita dan Total Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Jumlah Penduduk ( Jiwa) Konsumsi Perkapita (kg/thn) Langsung*) Tidak Langsung**) Konsumsi Perkapita (Kg/thn) Total Konsumsi (Ton) ,10 8,51 8, ,05 8,38 8, ,10 8,77 8, ,05 8,46 8, ,05 9,92 9, ,05 11,34 11, *) ,05 12,54 12, Rata-rata ,06 9,70 9, Sumber : BPS, 2012 (Diolah) Keterangan: *) Angka Ramalan III Berdasarkan data statistik di atas, dapat kita ketahui bahwa peningkatan jumlah penduduk tidak selalu berbanding lurus dengan perkembangan konsumsi dan ketersediaan kedelai perkapita di Indonesia periode tahun namun memiliki kecenderungan yang meningkat. Sejak tahun 2005 konsumsi kedelai perkapita selalu menunjukan perkembangan yang fluktuatif namun mulai menunjukan peningkatan yang stabil pada tahun 2009 hingga Pada tahun 59

15 2005 konsumsi perkapita sebesar 8,61 kg/tahun yang terdiri dari 0,10 kg konsumsi langsung dan 8,51 kg konsumsi tidak langsung. Namun pada tahun 2007 konsumsi perkapita turun sebesar 0,18 kg/tahun yang terdiri dari 0,05 kg konsumsi langsung dan 0,13 konsumsi tidak langsung. Penurunan konsumsi perkapita kembali menurun pada tahun 2008 sebesar 0,36 kg/tahun yang terdiri dari 0,05 konsumsi langsung dan 0,31 kg konsumsi tidak langsung dari tahun sebelumnya. Padahal pada tahun 2007 konsumsi kedelai perkapita meningkat sebesar 0,44 kg/tahun jika dibandingkan tahun 2006 yang terdiri dari 0,05 konsumsi langsung dan 0,39 konsumsi tidak langsung. Konsumsi kedelai perkapita mulai menunjukan peningkatan sejak tahun 2009 hingga tahun Pada tahun 2009 konsumsi kedelai perkapita meningkat sebesar 1,46 kg/tahun jika dibandingkan dengan tahun Peningkatan ini merupakan peningkatan tertinggi jika dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar 1,42 kg/tahun dan 1,2 kg/tahun pada tahun Dimana peningkatan konsumsi kedelai tidak langsung memiliki kontribusi lebih besar daripada konsumsi langsung dalam meningkatkan konsumsi kedelai perkapita di Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa konsumsi kedelai dalam bentuk olahan masih jauh diminati masyarakat Indonesia daripada konsumsi langsung terutama tahu dan tempe. Total konsumsi kedelai di Indonesia mempunyai tren yang sama dengan perkembangan konsumsi kedelai perkapita. Pada tahun 2005, total konsumsi kedelai Indonesia sebesar 1,89 juta ton dan menurun 0,02 juta ton pada tahun Namun, kembali meningkat sebesar 0,13 juta ton pada tahun Seperti halnya konsumsi perkapita, total konsumsi kedelai menurun pada tahun 2008 sebesar 0,06 juta ton jika dibandingkan tahun sebelumnya dan terus meningkat sampai tahun Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh menurunnya konsumsi kedelai perkapita terutama konsumsi tidak langsung (olahan) pada tahun 2008 sebesar 0,36 kg/tahun. Peningkatan konsumsi kedelai tertinggi terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 0,37 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya dan meningkat sebesar 0,32 juta ton pada tahun Perlu dicermati bahwa tren peningkatan konsumsi kedelai dalam beberapa tahun belakangan ditunjukan oleh peningkatan jumlah penduduk yang secara langsung mempengaruhi peningkatan konsumsi kedelai terutama konsumsi tidak langsung (olahan) dalam hal ini tahu dan tempe yang 60

16 merupakan makanan pokok olahan berbasis kedelai. Secara rataan selama periode tahun konsumsi perkapita kedelai adalah sebesar 9,77 kg/tahun yang terdiri dari 0,06 kg konsumsi langsung dan 9,70 kg konsumsi tidak langsung, sedangkan total konsumsi kedelai rata-rata sekitar 2,256 juta ton/tahun. Menurut Direktorat Jendral Tanaman Pangan, permintaan kedelai berdasarkan ketersediaan perkapita sempat mengalami penurunan pada masa krisis tahun 1998, walaupun kemudian kembali meningkat drastis pada tahun berikutnya. Hal ini menunjukan bahwa kedelai masih terimbas krisis dibandingkan komoditas pertanian lainnya, karena penyediaan kedelai masih ada ketergantungan dengan impor, meskipun demikian kondisinya dapat pulih dengan cepat karena sebagian masih dipenuhi oleh produksi dalam negeri untuk bahan baku tahu dan oncom. Sedangkan tempe lebih banyak menggunakan kedelai impor Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai Indonesia Berdasarkan data statistik perkembangan volume ekspor, impor dan neraca perdagangan kedelai Indonesia selama periode tahun memiliki tren yang fluktutif terutama pada perkembangan volume ekspor kedelai. Sedangkan perkembangan volume impor kedelai Indonesia walaupun fluktuatif, namun memiliki kecenderungan yang meningkat. Perbedaan yang sangat signifikan antara volume ekspor dengan volume impor kedelai menyebabkan neraca perdagangan kedelai di Indonesia selalu defisit. Pada tahun 2005 Indonesia mengekspor kedelai sebesar ton, namun tidak dapat menutupi volume impor kedelai sebesar 1,08 juta ton, sehingga neraca perdagangan pada tahun tersebut defisit 1,07 ribu ton. Defisit neraca perdagangan yang lebih tinggi terjadi pada tahun 2006 dikarenakan volume ekspor kedelai menurun sebesar 362 ton, sedangkan volume impor kedelai Indonesia meningkat 45 ribu ton jika dibandingkan pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 defisit neraca perdagangan kembali meningkat sebesar 287 ribu ton. Padahal pada tahun tersebut volume ekspor kedelai Indonesia meningkat sebesar 935 ton jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun peningkatan yang kecil tidak mampu menutupi peningkatan impor kedelai sebesar 288 ribu ton. Volume ekspor kedelai Indonesia tahun 2008 menurun tajam sebesar ton 6 Kedelai Transgenik Untuk Atasi Ketergantungan Impor. [Diakses 27 Juni 2012] 61

17 diikuti penurunan volume impor kedelai sebesar 243 ribu ton namun neraca perdagangan masih defisit. Defisit neraca perdangan terus terjadi sampai tahun 2011 dalam jumlah yang semakin besar seiring dengan meningkatnya volume impor dan kecilnya volume ekspor kedelai Indonesia. Meningkatnya volume impor kedelai salah satunya disebabkan oleh penurunan produksi kedelai pada periode yang sama (tabel 9), sehingga kekurangan kebutuhan kedelai dalam negeri harus dipenuhi melalui mekanisme impor. Berikut secara lengkap disajikan tabel perkembangan volume ekspor, impor dan neraca perdangan kedelai Indonesia. Tabel 11. Perkembangan Volume Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai Indonesia Tahun Tahun Ekspor (Ton) Impor (Ton) Neraca (Ton) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Rata-rata ( ) Sumber : BPS, Pusdatin, Ditjen Tanaman Pangan, 2012 (Diolah) Keterangan : Ekspor dalam bentuk segar dan impor dalam bentuk biji Indonesia mengimpor kedelai yang sangat besar, namun di pihak lain Indonesia juga melakukan ekspor walaupun masih sangat kecil sekali. Sama halnya dengan jenis kedelai impor maka kedelai yang diekspor juga dalam dua macam bentuk juga yaitu biji kedelai dan olahan kedelai. Biji kedelai berupa biji kedelai kuning, hitam, hijau, coklat, campuran, pecah dan lainnya. Ekspor biji kedelai baru berkembang sejak tahun 1990-an dan masih dalam jumlah yang relatif kecil. Sedangkan jenis ekspor olahan kedelai baru mulai berkembang sejak 1990-an berupa bungkil kedelai, tepung dan minyak kedelai Harga Kedelai Indonesia Harga kedelai pada tingkat produsen dan konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: harga faktor produksi, dan kebijaksanaan pemerintah dalam pemasaran kedelai. Selain itu harga kedelai lokal juga dipengaruhi oleh ketersediaan kedelai dalam negeri dan fluktuasi harga kedelai internasional. 62

18 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, * Ratarata Tk. Produsen 3,391 3,381 4,533 6,698 6,292 6,332 5,400 6,970 5,375 Tk. Grosir 4,540 4,364 4,821 7,117 6,847 6,650 6,834 6,860 6,004 Tk. Eceran 4,634 4,488 4,924 8,131 8,929 7,487 7,210 7,620 6,678 Gambar 7. Grafik Perekmbangan Harga Kedelai Tingkat Produsen, Grosir, dan Eceran Tahun Sumber : PPHP, Pusdatin, Kementan, Ditjen Tanaman Pangan, 2012 (Diolah) Keterangan: *) Data rata-rata sampai bulan Mei Berdasarkan gambar di atas, perkembangan harga kedelai untuk tingkat produsen, grosir dan eceran pada periode tahun 2005 hingga pertengahan tahun 2012 masing-masing memiliki tren yang fluktuatif, namun cenderung meningkat. Pada tahun 2005 harga kedelai di tingkat produsen, grosir dan eceran masingmasing sebesar Rp 3.391/kg, Rp 4.540/kg dan Rp 4.634/kg dan terus meningkat sampai tahun Harga kedelai mulai turun pada tahun 2009 sebesar Rp 406/kg di tingkat produsen dan Rp 270/kg di tingkat grosir, sedangkan pada tingkat eceran harga kedelai naik sebesar Rp 798/kg dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Harga kedelai di tingkat produsen kembali meningkat pada tahun 2010 sebesar Rp 40/kg, sedangkan harga kedelai di tingkat grosir dan eceran masing-masing turun sebesar Rp 197/kg dan Rp 1.442/kg. Pada tahun 2011 harga kedelai di tingkat produsen dan di tingkat eceran masing-masing turun sebesar Rp 932/kg dan Rp 277/kg, sedangkan harga kedelai di tingkat grosir justru naik sebesar Rp 184/kg. Pada tahun 2012 yang merupakan harga rata-rata kedelai sampai bulan Mei, harga kedelai di setiap tingkatan masing-masing meningkat sebesar Rp 1.570/kg di tingkat produsen, Rp 26/kg di tingkat grosir dan Rp 410/kg di tingkat eceran jika dibandingkan dengan tahun Peningkatan harga kedelai lokal pada beberapa 63

19 bulan awal tahun 2012 salah satunya disebabkan oleh fluktuasi harga kedelai internasional yang cenderung semakin mahal. Tingginya harga kedelai impor dalam beberapa bulan belakangan dikarenakan oleh menurunnya produksi kedelai di negara produsen besar seperti Brazil dan Argentina karena adanya perubahan cuaca yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman kedelai. Pada saat bersamaan, produksi kedelai lokal semakin menurun dan tidak menjanjikan, sehingga berimbas pada semakin tidak stabilnya harga kedelai lokal. Selain itu, mahalnya harga kedelai impor ditengarai oleh adanya permainan harga yang dilakukan oleh para distributor (importir). Distributor ikut menjual kedelai eceran dalam rantai tataniaga yang akan mengakitbatkan harga kedelai menjadi tidak stabil,bisa naik bisa turun tak terkendali. Harga kedelai rata-rata di setiap tingkatan sebesar Rp 5.375/kg di tingkat produsen, Rp 6.004/kg di tingkat grosir, dan Rp 6.678/kg di tingkat eceran. Harga kedelai tertinggi di tingkat produsen dan tingkat grosir terjadi pada tahun 2012 masing-masing sebesar Rp 6.970/kg dan Rp 6.860/kg, sedangkan harga kedelai di tingkat eceran tertinggi sebesar Rp 8.929/kg pada tahun Disparitas harga kedelai tertinggi antara tingkat produsen dan tingkat grosir terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 1.434/kg. Sedangkan disparitas harga tertinggi antara harga kedelai di tingkat grosir dengan harga kedelai di tingkat eceran terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp 2.082/kg. Menurut data FAO, harga produsen kedelai Indonesia berada pada level tinggi jika dibandingkan lima negara penghasil kedelai terbesar dunia. Secara ratarata harga produsen kedelai di Indonesia pada periode tahun adalah 511,6 USD/ton (lampiran 5). Disparitas harga yang cukup jauh antara harga di tingkat produsen dan harga internasional dapat membawa dampak rendahnya harga kedelai impor sehingga harga kedelai dalam negeri sulit untuk bersaing. Selain itu, rantai tataniaga kedelai dalam negeri yang panjang sering membuat harga kedelai lokal menjadi lebih tinggi daripada kedelai impor. 64

20 Petani Importir Pedagang Pengumpul KOPTI/KPKD Grosir Pengecer Pengolah Konsumen Akhir Gambar 8. Rantai Tataniaga Kedelai Indonesia Sumber : Sudaryanto dan Swastika, 2007 Keterangan: = jalur tataniaga kedelai dalam negeri oleh petani = jalur tataniaga kedelai dalam negeri oleh importir Dari gambar di atas, terlihat bahwa kedelai di tingkat petani dibeli oleh pedagang pengumpul yang kemudian dijual ke pedagang grosir dan pengolah. Dalam pemasaran kedelai, petani umumnya berada dalam posisi tawar yang lemah, sehingga harga kedelai di tingkat petani lebih banyak ditentukan oleh pedagang 7. Sedangkan importisasi yang dilakukan oleh importir umumnya dibeli oleh Koperasi Pengrajin Tahu dan Tempe Indonesia (KOPTI), kemudian dipasarkan ke pengrajin atau industri tahu dan tempe yang merupakan anggota KOPTI. Sedangkan pengusaha industri tempe, tahu dan kecap pada sentra industri tempe, tahu dan kecap yang bukan anggota KOPTI mendapatkan jaminan pasokan kedelai dari Kelompok Pedagang Kacang Kedelai (KPKD). KPKD di sini merupakan salah satu distributor kedelai impor selain KOPTI. Kedua lembaga ini merupakan lembaga penting dalam ekonomi kedelai yang dapat berfungsi mengatur stabilitas harga dan kontinuitas pasokan terutama kepada pengusaha industri tahu, tempe dan kecap. Konsumen juga bisa mendapatkan kedelai secara langsung dari pengecer atau pengolah untuk selanjutnya diolah sesuai kebutuhan. Kedelai yang beredar di pasaran Indonesia umumnya didominasi oleh kedelai impor, sisanya merupakan 7 Rantai Tataniaga Kedelai. [Diakses 22 Mei 2012] 65

21 hasil produksi oleh petani lokal baik tingkat desa, kecamatan maupun di tingkat kabupaten. Pada rantai pemasaran kedelai di Jawa, pedagang besar tingkat propinsi, kabupaten dan kecamatan tidak langsung membeli kedelai dari petani tetapi melalui pedagang pengumpul desa. Sedangkan pedagang pengecer pada setiap pasar menyalurkan kedelai dari masing-masing pedagang besar tingkat propinsi dan kabupaten untuk dijual kepada konsumen. Pedagang besar tingkat propinsi dan kabupaten merupakan salah satu mata rantai yang menyalurkan kedelai impor. Oleh karena itu, agar harga kedelai relatif lebih stabil, pemerintah harus ikut menangani tataniaga kedelai supaya terhindar dari permainan harga oleh para distributor atau importir Perkembangan Impor Kedelai Indonesia Sejak tahun 1995 hingga tahun 2011 volume impor kedelai mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat. Volume impor kedelai mulai mengalami peningkatan drastis, dimana pada tahun 1995 volume impor kedelai sebesar 0,607 juta ton dan meningkat drastis pada tahun 2000 sebesar 1,27 juta ton. Hal ini dikarenakan berlakunya perdagangan bebas bagi komoditas kedelai sehingga kedelai impor bebas masuk ke dalam pasar kedelai dalam negeri. Kondisi yang perlu dicermati adalah tidak tercatatnya stok kedelai yang kemungkinan memang tidak ada lembaga yang melaksanakannya atau tidak tercatat adanya stok kedelai. Apabila tidak ada lembaga yang melakukan stok maka dapat diperkirakan bahwa pasar domestik akan terpengaruh langsung oleh fluktuasi kondisi pasar internasional. Dewasa ini impor kedelai Indonesia semakin merajalela. Pada tahun 2011 impor kedelai Indonesia sudah mencapai angka 2,125 juta ton dari total kebutuhan 2,5-3 juta ton dengan nilai US$ 1,27 milyar, jauh lebih besar daripada tahun sebelumnya yang hanya 1,7 juta ton. Sedangkan sisanya masih bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri, yaitu sekitar ribu ton/tahun 8. Berdasarkan gambar di bawah, persentase perbandingan antara impor kedelai dengan produksi kedelai nasional selama periode tahun , impor kedelai Indonesia rata-rata 8) Menyedihkan, Indonesia Impor Kedelai Rp 7,14 Triliun. [Diakses 14 Mei 2012] 66

22 sebesar 63,41 persen berbanding 36,59 persen dengan produksi kedelai nasional per tahun. Ketergantungan terhadap impor kedelai tertinggi tercatat pada tahun 2011 yakni sebesar 71,40 persen atau 2,125 juta ton. Impor Kedelai Produksi Kedelai Nasional 42.67% 39.77% 29.44% 39.73% 42.05% 33.85% 28.60% 36.59% 57.33% 60.23% 70.56% 60.27% 57.95% 66.15% 71.40% 63.41% Rata-rata Gambar 9. Persentase Perbandingan Impor dan Produksi Kedelai Nasional Tahun Jika dilihat negara pengekspor kedelai ke Indonesia selama selang tahun 2000/2010, lebih banyak didominasi oleh Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya seperti Argentina, Kanada, Malaysia, Singapura, dan Myanmar secara bergantian. Sejak tahun 2000, Amerika Serikat sudah mendominasi dengan mengekspor kedelainya sebesar ton ke Indonesia atau dengan persentasi 42,21 persen dari keseluruhan total impor kedelai Indonesia dari berbagai negara. Impor kedelai dari Amerika Serikat terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan kedelai. Pada tahun 2005, Indonesia mengimpor kedelai dari Amerika Serikat sebesar ton atau dengan persentasi 83,59 persen dari keseluruhan total impor kedelai Indonesia. Pada tahun 2010, angka ini meningkat tiga kalinya jika dibandingkan dengan tahun 2000 dan hampir dua kalinya pada tahun 2005 yakni sebesar ton atau dengan persentasi 89,5 persen dari total impor kedelai Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain. Tingginya impor kedelai dari Amerika Serikat selain karena faktor harga dan kualitas, disebabkan karena pasar kedelai Brazil dan Argentina sudah didominasi lebih dahulu oleh importir yang berasal dari Eropa dan Asia 67

23 seperti Spanyol, Rusia, Meksiko, Jerman, Belanda, China dan Jepang yang banyak memasok kedelai dari negara-negara Amerika Selatan tersebut. Tabel 12. Negara Pengekspor Kedelai Ke Indonesia Tahun Negara Asal Volume (Ton) Persentasi (%) 2000 Amerika Serikat ,21 Argentina ,21 Canada ,63 Malaysia ,45 Singapura , Amerika Serikat ,59 Argentina ,45 Canada ,61 Malaysia ,32 Myanmar 304 0, Amerika Serikat ,5 Argentina ,41 Malaysia ,25 Canada ,48 Taiwan ,33 Sumber : BPS dan Departemen Pertanian, 2010 (Diolah) Kontroversi Impor Kedelai Transgenik Kedelai transgenik merupakan tanaman hasil proses rekayasa genetika atau biologi molekuler yang dikenal dengan Genetically Modified Organism (GMO), sebagai sebuah proses dalam dunia kedokteran untuk mendapatkan bentuk-bentuk baru yang lebih bernilai atau memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman sebelumnya. Tanaman yang dihasilkan melalui teknik rekayasa genetika dapat diproduksi dalam waktu singkat, sehingga produktivitasnya lebih baik 9. Rata-rata produktivitas kedelai transgenik sekitar persen lebih tinggi daripada kedelai biasa. Sehingga sangat menguntungkan bagi negara yang memiliki tingkat konsumsi kedelai yang tinggi seperti di Indonesia. Data Direktorat Jendral Tanaman Pangan Departemen Pertanian mencatat kedelai transgenik mengisi sekitar bagian dari total impor kedelai Indonesia dari Amerika Serikat. Namun, polemik keamanan konsumsi kedelai transgenik masih terus menjadi perbincangan hangat di tanah air terkait dampak buruk yang 9 Polemik Konsumsi Kedelai Transgenik. [Diakses 27 Juni 2012] 68

24 ditimbulkan. Kekhawatiran yang paling sering dikemukakan oleh masyarakat adalah produk transgenik ini potensial menimbulkan kanker serta gangguan penyakit lainnya. Meski belum ada penelitian yang pasti tentang dampak buruk kedelai transgenik, namun beberapa peneliti sudah menemukan adanya allergen atau zat pemicu alergi di kedelai transgenik. Selain itu, banyak pula yang menolak produk transgenik dengan alasan selera. Rasa kedelai transgenik misalnya tidak segurih kedelai biasa, meskipun ukuran biji kedelai transgenik bisa tiga kali lipat daripada kedelai biasa. Di Indonesia, para pengrajin tahu lebih memilih kedelai lokal dibandingkan kedelai impor karena kualitas dan rendemen sebagai bahan tahu kalah dibanding kedelai lokal. Tetapi untuk bahan baku tempe kualitas dan rendemen kedelai impor lebih tinggi 10. Dalam perkembangannya di Indonesia sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa mengkonsumsi pangan transgenik termasuk kedelai menyebabkan gangguan kesehatan. Namun beberapa penelitian terus dilakukan oleh badan terkait untuk membuktikan ada atau tidaknya karakter atau sifat-sifat berbahaya yang terkandung dalam kedelai transgenik Kebijakan Perkedelaian Nasional Kebijakan merupakan salah satu alat pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan yang seimbang dalam masyarakat. Berbagai kebijakan tentang perkedelaian pernah dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas perkedelaian di Indonesia yaitu peningkatan produksi, perbaikan tataniaga, perbaikan harga produsen dan yang pasti mengurangi jumlah impor Kebijakan Pengembangan Kedelai Nasional Kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengembangan (peningkatan) kedelai nasional juga terus dilakukan melalui beberapa program sebagai berikut: 1) Program Kedelai Mandiri tahun 2000 (Prokema 2000) Program tersebut bertitik tolak dari adanya Keputusan Menteri Pertanian dan Ketua Badan Pengendali Bimas Nomor 102/SK/Mentan/Bimas/IV/1998 tanggal 15 April 1998, yaitu mengenai pembentukan kelompok kerja peningkatan produksi kedelai. Program tersebut tentang pembuatan rencana pengembangan 10 Benih Hibrida Versus Transgenik. [Diakses 28 Juni 2012] 69

25 kedelai lokal dan impor dengan menggunakan sarana produksi pertanian sampai dengan tahun Sasaran program Prokema 2000 adalah menghilangkan peranan impor dan meningkatkan produksi, sehingga tercapai surplus kedelai. Berikut disajikan sasaran produksi dan peranan impor Indonesia pada tabel program Prokema Tabel 13. Program Prokema 2000: Sasaran Produksi dan Peranan Impor Indonesia Tahun Keterangan * 2001* 2002* 2003* 1 Produksi Konsumsi Surplus Kebutuhan Impor Peranan Impor ada ada tda tda tda tda Sumber : Deptan diolah Prokema 2000 Keterangan: *) Angka Sasaran Berdasarkan tabel di atas, pemerintah menargetkan pada tahun 2000, Indonesia sudah bisa bebas dari peranan impor kedelai. Diharapkan juga pada tahun 2000, Indonesia sudah bisa memproduksi kedelai sebanyak ribu ton. Surplus produksi kedelai pun ditargetkan pada tahun 2003 sudah bisa mencapai 360 ribu ton. Namun, pada nyatanya program ini belum mampu mencapai sasaran dan target pemerintah. Berikut disajikan secara lengkap tabel hasil perbandingan dengan kondisi riil perkembangan impor kedelai di Indonesia. Tabel 14. Hasil Perbandingan Program Prokema dengan Perkembangan Riil Kedelai di Indonesia, Tahun No Keterangan Realisasi Produksi Selisih dengan Kondisi Riil Realisasi Konsumsi Selisih dengan Kondisi Riil Surplus Kebutuhan Impor Riil Peranan Impor Riil ada ada ada ada ada ada Sumber : Diolah Dari Tabel. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa realisasi produksi pada kondisi riil perkembangan kedelai di Indonesia semakin menurun sampai tahun Sementara, realisasi konsumsi menunjukan perkembangan yang fluktuatif 70

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tetapi kontradiktif dalam sistem usaha tani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN I. PENDAHULUAN 1. Salah satu target utama dalam Rencana Strategis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG » Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L)) merupakan komoditas strategis di Indonesia. Kedelai adalah salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia tidaklah dapat dihindarkan. Indonesia merupakan negara yang sedang

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama : Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia karena menjadi salah satu tanaman pangan penting setelah beras dan jagung, sehingga kedelai menjadi sumber

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong ke dalam tanaman polong-polongan. Biji kedelai merupakan bahan baku utama pembuatan makanan pokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia setelah beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber pangan penduduk yang tersebar

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemandirian pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bioteknologi adalah salah satu bentuk pemuliaan non konvensional yang dapat dipakai untuk meningkatkan mutu pemuliaan tanaman. Bioteknologi didefinisikan sebagai penggunaan proses

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia Komoditi perkebunan Indonesia rata-rata masuk kedalam lima besar sebagai produsen dengan produksi tertinggi di dunia menurut Food and agriculture organization (FAO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Pengaruh harga dunia minyak bumi dan minyak nabati pesaing terhadap satu jenis minyak nabati ditransmisikan melalui konsumsi (ket: efek subsitusi) yang selanjutnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016 No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 33/06/12/Thn. XX, 02 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN APRIL SEBESAR US$775,84 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PREDIKSI PENAWARAN DAN PERMINTAAN KEDELAI DENGAN ANALISIS DERET WAKTU

PREDIKSI PENAWARAN DAN PERMINTAAN KEDELAI DENGAN ANALISIS DERET WAKTU PREDIKSI PENAWARAN DAN PERMINTAAN KEDELAI DENGAN ANALISIS DERET WAKTU Prediction of Soybeans s Supply and Demand Using Time Series Analysis Wieta B. Komalasari Statistisi pada Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia salah satunya adalah komoditi kedelai.kedelai merupakan tanaman pangan yang penting

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Pengembangan ekspor tidak hanya dilihat sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga untuk mengembangkan ekonomi nasional. Perkembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 43/08/12/Thn. XX, 01 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JUNI SEBESAR US$632,13 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HARGA TUJUH KOMODITI POKOK HINGGA 25 MEI 2009 Kamis, 28 Mei 2009

PERKEMBANGAN HARGA TUJUH KOMODITI POKOK HINGGA 25 MEI 2009 Kamis, 28 Mei 2009 PERKEMBANGAN HARGA TUJUH KOMODITI POKOK HINGGA 25 MEI 2009 Kamis, 28 Mei 2009 Pergerakan harga tujuh komoditi pokok yang diamati pada seminggu terakhir cukup beragam. Empat komoditi mengalami kenaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011 INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011 Sekretariat Negara Republik Indonesia Tahun 2010 telah terlewati dan memberi catatan inflasi diatas yang ditargetkan yakni mencapai 6,96%. Inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 41/07/12/Th. XV, 01 Juli 2012 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MEI 2012 SEBESAR US$771,76 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017 No. 38/07/36/Th.XI, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI NAIK 9,95 PERSEN MENJADI US$1.001,75 JUTA Nilai ekspor Banten naik 9,95 persen dibanding ekspor April,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

Cara Jitu Mengendalikan Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Wijen

Cara Jitu Mengendalikan Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Wijen Cara Jitu Mengendalikan Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Wijen Oleh : Cece Suhara Salah satu kendala dalam pengusaha wijen adalah gangguan penyakit. Hasil inventarisasi di daerah pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 60/11/32/Th.XVIII, 1 November 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER 2016 MENCAPAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci