Bab III Pemodelan Outsourcing Teknologi Informasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab III Pemodelan Outsourcing Teknologi Informasi"

Transkripsi

1 Bab III Pemodelan Outsourcing Teknologi Informasi III.1 Langkah Pemodelan Outsourcing Teknologi Informasi Beberapa framework yang telah dijelaskan di bab II digunakan untuk menjelaskan praktek dan sudut pandang outsourcing teknologi informasi dari banyak sisi. Pertimbangan yang digunakan dalam tiap framework akan menjadi landasan dalam memformulasikan model baru tahap pertimbangan outsourcing teknologi informasi. Seperti dilihat pada Gambar III.1, proses pemodelan dilakukan melalui empat langkah. Gambar III.1 Langkah Pemodelan Outsourcing Teknologi Informasi Untuk mendapatkan model outsourcing teknologi informasi(langkah 4), terlebih dahulu dilakukan identifikasi faktor faktor yang pertimbangan dalam tiap framework yang diteliti(langkah 1) dan tahapan yang dilakukan dalam pengambilan keputusan outsourcing teknologi informasi(langkah 2). Identifikasi pertimbangan pada tiap framework tersebut kemudian diintegrasikan pada tahapan outsourcing untuk mengetahui secara jelas apa yang harus dilakukan pada tiap tahapan berdasarkan faktor yang dipertimbangkan(langkah 3). Analisa lengkap pemodelan dapat dilihat sebagai berikut: 38

2 39 III.2 Identifikasi Pertimbangan Framework Beberapa framework yang diajukan Urquhart[24] menjadi landasan dalam pemodelan outsourcing teknologi informasi. Tulisan tersebut dipilih karena framework - framework yang disebutkan didalamnya sering digunakan dalam menjelaskan perjanjian dalam praktek dan derajat kesuksesan outsourcing teknologi informasi. Berikut adalah detil pertimbangan yang digunakan dalam tiap framework konseptual yang akan digunakan dalam pemodelan outsourcing teknologi informasi: III.2.1 Sudut Pandang Core Competencies Dalam Outsourcing Kompetensi inti dapat dilihat sebagai usaha utama yang memungkinkan menanggapi lingkungannya dan mengembangkan sebuah kebijakan pasar atau produk yang efektif dan unik. Kinerja dan pertumbuhan sebuah perusahaan datang dari sebuah set jelas kompetensi kompetensi inti. Untuk mempertahankan fokus pada kompetensi inti ini, perusahaan harus melibatkannya dalam strategi bisnis dan melakukan outsource pada setiap aktifitas yang tidak memberi keunggulan dalam berkompetisi. Dasar dari Core Competencies adalah aktifitas inti dari sebaiknya dilakukan secara internal, sedangkan aktifitas lain yang bukan inti, tidak kritis bagi misi atau fungsi, sebaiknya di-outsource untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi operasional. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pertimbangan dalam Core Competencies dapat dilihat sebagai berikut (Gambar III.2): Kriteria Aktivitas (Inti atau bukan Inti) Keputusan Outsource dalam Core Competencies Gambar III.2 Pertimbangan Outsource menurut Core Competencies

3 40 III.2.2 Sudut Pandang Resource Based dalam Outsourcing Pertimbangan dalam Resource Based berfokus pada nilai strategis sumber daya dan pengaruhnya pada dalam memperoleh keunggulan berkompetisi. Beberapa hal penting yang berkaitan dengan outsourcing dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Keunggulan berkompetisi didapat bilamana memiliki sumber daya yang bernilai. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan, semakin banyak sumber daya bernilai yang dimiliki, maka makin besar pula keuntungan yang dapat diperoleh. Semakin tinggi nilai sumber daya dalam, maka sumber daya tersebut sebaiknya dikelola secara internal b. Bilamana suatu sumber daya tidak unik, maka kompetitor akan lebih mudah memperolehnya. Hal ini akan menyebabkan hilangnya keunggulan berkompetisi yang didapat melalui sumber daya. Sebuah perlu memperoleh dan menguasai sumber daya unik dan menghindari sumber daya tersebut dikelola oleh pihak luar. c. Beberapa faktor seperti ambiguitas, kompleksitas sosial, dan sejarah budaya dapat menyebabkan kesulitan dalam memahami bagaimana sumber daya dapat memicu keunggulan berkompetisi. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan kesulitan mendapatkan sumber daya pengganti(subtitusi). Oleh sebab itu, sumber daya yang dipahami dengan baik oleh sebaiknya dikelola secara internal. d. Faktor faktor yang menyebabkan kesulitan mendapatkan sumber daya pengganti juga dapat memicu kesulitan dalam meniru suatu sumber daya(imitasi). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pertimbangan dalam Resource Based dapat disimpulkan seperti Gambar III.3:

4 41 Nilai sumber daya bagi Keunikan sumber daya Tingkat subtitusi sumber daya Keputusan Outsource dalam Resource Based Tingkat imitasi sumber daya Gambar III.3 Pertimbangan Outsource menurut Teori Resource Based III.2.3 Sudut Pandang Resource Dependencies dalam Outsourcing Sudut pandang Resource Dependencies berfokus pada penyebaran kekuasaan dan kekuatan yang mempengaruhi ketergantungan terhadap lingkungannya, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: a. Sebuah dapat membuat atau memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk operasinya. Untuk memenuhi kebutuhan ini, dipaksa untuk memperoleh sumber daya tersebut dari lain dalam lingkungannya untuk mengisi kekurangan tersebut (outsourcing). b. Lingkungan diasumsikan sebagai penampung sumber daya bernilai langka yang penting untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu, lingkungan merupakan masalah dalam menghadapi ketidakjelasan akuisisi sumber daya. Masalah ini dapat diselesaikan dengan bernegosiasi melalui outsourcing. c. Organisasi diasumsikan bekerja melalui 2 objektif terkait : 1. Memperoleh kendali sumber daya yang meminimasi ketergantungannya pada lain. 2. Mengendalikan sumber daya yang memaksimalkan ketergantungan lain pada dirinya sendiri.

5 42 Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pertimbangan dalam Resource Dependencies dapat disimpulkan seperti Gambar III.4: Pengaruh lingkungan terhadap sumber daya Kemudahan mendapat sumber daya kritis Keputusan Outsource dalam Resource Dependencies Keterhubungan dengan lain Gambar III.4 Pertimbangan Outsource menurut Teori Resource Dependencies III.2.4 Sudut Pandang Transaction Cost Economics dalam Outsourcing Transaction Cost Economics sangat dipengaruhi oleh tiga atributnya, yang terdiri dari : a. Asset Specificity adalah sebuah aset, baik nyata maupun tidak dimana makin tinggi aset ditetapkan, maka makin besar kemungkinan sebuah transaksi akan dikelola secara internal. b. Uncertainty, dimana makin besar kesulitan yang mempengaruhi sebuah hubungan perdagangan, makin besar pula ketidakpastian dan potensi munculnya kontrak yang tidak lengkap. Variasi dalam kebutuhan aktifitas dan kemampuan dalam mengawasi aktifitas ini akan memperngaruhi keputusan outsourcing. c. Frequency yang menyatakan bahwa makin besar extent sebuah transaksi, makin besar pula kemungkinan transaksi akan dikelola secara internal dikarenakan ekonomisasi produksi yang bisa diperoleh. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pertimbangan dalam Transaction Cost Economic dapat disimpulkan seperti Gambar III.5:

6 43 Spesifikasi aset dalam transaksi Kepastian lingkungan dan perjanjian (kontrak) Keputusan Outsource dalam TCE Frekwensi transaksi serupa Gambar III.5 Pertimbangan Outsource menurut Transaction Cost Economic III.2.5 Sudut Pandang Agency Cost dalam Outsourcing Berdasarkan studi literatur Agency Cost dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini: a. Seperti Transaction Cost, masalah ekonomi, teknologi dan politik menjadi salah satu pertimbangan dalam Agency Cost, hal ini juga ditujukan untuk meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi. b. Agency Cost fokus melihat risiko dari sudut pandang klien. Risiko tersebut akan menentukan strategi pembiayaan yang diambil oleh klien melalui kontrak. c. Bila klien tidak percaya pada suplier maka pengawasan lebih akan diperlukan oleh klien. Hal ini akan meningkatkan biaya pengawasan dan menjadi tambahan pertimbangan dalam outsourcing. d. Klien juga perlu mengevaluasi kinerja yang akan diberikan oleh suplier. Oleh sebab itu klien harus merencanakan perjanjian yang dapat menjamin hasil yang didapat dari suplier. e. Klien memiliki dua pilihan utama dalam penetapan kontrak: kontrak ditetapkan dari hasil(kontrak berdasarkan hasil), atau kontrak yang menyatakan bahwa suplier harus melakukan sesuatu pada waktu yang ditetapkan (menghabiskan waktu untuk fungsi tertentu). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pertimbangan dalam Agency Cost dapat disimpulkan seperti Gambar III.6:

7 44 Ketentuan ekonomi, teknologi dan politik Risiko menurut pendapat klien Prediksi sikap supplier Keputusan Outsource dalam Agency Cost Kemudahan pengukuran hasil Lama kontrak Gambar III.6 Pertimbangan Outsource menurut Agency Cost III.2.6 Sudut Pandang Partnership dalam Outsourcing Pertimbangan dalam framework Partnership adalah seberapa besar kepercayaan terhadap kemampuan vendor mengelola pelaksanaan outsourcing. Hal ini dapat dinilai melalui tiga hal berikut: a. Kontrak yang dapat ditentukan baik durasi dan ketentuan bagi kedua belah pihak. b. Budaya yang dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan, komunikasi, dan konteks. c. Keamanan yang dipengaruhi oleh ketentuan teknis dan administratif. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pertimbangan dalam Partnership dapat disimpulkan seperti Gambar III.7:

8 45 Durasi dan ketentuan kontrak Kepemimpinan, komunikasi, dan konteks Keputusan Outsource dalam Partnership Ketentuan administratif dan teknis Gambar III.7 Pertimbangan Outsource menurut Partnership III.2.7 Sudut Pandang Game Theory dalam Outsourcing Konsep dari Game Theory menyediakan bahasa dalam memformulasikan, menyusun, menganalisa dan mengerti skenario strategis, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: a. Metodologi yang digunakan dapat menyediakan pemilihan strategis untuk menyusun dan menganalisa masalah berdasarkan prediksi skenario yang diambil lawan. b. Payoff mencerminkan dampak yang diinginkan seorang pemain dengan tujuan apapun. Payoff ini ditimbang berdasar probabilitasnya dan berhubungan dengan sikap pemain terhadap risiko. Organisasi dikatakan sukses bila berhasil memaksimalisasi Payoff-nya. c. Tujuan dari Game Theory adalah penyediaan sebuah aksi yang memberi dampak paling diinginkan bagi pemain dan harapan aksi yang dilakukan lawan. Hal ini berguna juga untuk meminimalisasi risiko yang akan dihadapi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pertimbangan dalam Game Theory dapat disimpulkan seperti Gambar III.7:

9 46 Kemampuan prediksi strategi suplier Maksimalisasi Payoff Keputusan outsource dalam Game Theory Minimalisasi risiko Gambar III.8 Pertimbangan Outsource menurut Game Theory III.2.8 Kesimpulan Identifikasi Framework Dari analisa pemilihan framework yang ditawarkan The Conceptual Framework, dapat dilihat bahwa setiap framework dalam Conceptual Frameworks memiliki pertimbangan yang berbeda beda dalam menentukan keputusan outsourcing, meski begitu masing masing memiliki alasan yang kuat bagi keuntungan. Berdasarkan hasil analisa tersebut, maka tiap framework dapat dirangkum khusus berdasarkan pertimbangannya, yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran B. Meskipun pertimbangan dari masing masing framework telah jelas, namun pertimbangan tersebut masih bersifat umum dan perlu disesuaikan untuk pertimbangan dalam outsourcing teknologi informasi. Lampiran C menunjukkan rangkuman hasil penyesuaiannya. Hasil analisa The Conceptual Frameworks ditambahkan dengan Analytic Hierarchy Process memiliki tujuan mengukur aspek yang terdapat dalam aktifitas teknologi informasi. Masing masing pertimbangan yang telah dianalisa kemudian diberi nomer berdasarkan nama framework-nya dan diberi penjelasan mengenai lingkup analisa dan tujuannya agar mudah dikembangkan dalam pemodelan outsourcing teknologi informasi. Tabel III.1 menunjukkan rangkuman pertimbangan tersebut:

10 47 Tabel III.1 : Rangkuman Pertimbangan dalam Perancangan Model Outsourcing Teknologi Informasi Nama Framework No Pertimbangan Nama Lingkup Analisa Tujuan Framework Core Competence I Kompetensi Organisasi Aktifitas Mendefinisikan kompetensi inti II.1 Tingkat imitasi sumber daya Resource Based II.2 II.3 II.4 Tingkat subtitusi sumber daya Keunikan sumber daya Nilai sumber daya bagi Sumber daya intern Menilai sumber daya strategis yang dimiliki Mendefinisikan sumber daya yang dibutuhkan dari suplier Menentukan strategi keunggulan berkompetisi melalui sumber daya. Resource Dependencies III.1 III.2 Pengaruh lingkungan terhadap sumber daya Kemudahan mendapat sumber daya kritis Lingkungan Sumber daya intern Menilai Uncertainty (seberapa jelas kelancaran dari hubungan Outsourcing) Menilai sumber daya berdasarkan lingkungan Menentukan strategi keunggulan berkompetisi melalui sumber daya. III.3 Keterhubungan dengan lain. Lingkungan Mengukur hubungan antar dan pengaruhnya terhadap Stakeholder IV.1 Spesifikasi aset dalam transaksi Aset Menilai aset yang telibat dalam transaksi Transaction Cost Economic IV.2 Kepastian lingkungan dan perjanjian (kontrak) Lingkungan Menilai Uncertainty (seberapa jelas kelancaran dari hubungan Outsourcing) IV.3 Frekwensi transaksi serupa Sejarah transaksi Menentukan tingkat efisiensi sebuah transaksi

11 48 Lanjutan Tabel III.1 Nama Framework No Pertimbangan Nama Lingkup Analisa Tujuan Framework V.1 Ketentuan ekonomi, teknologi dan politik Lingkungan Menilai Uncertainty (seberapa jelas kelancaran dari hubungan Outsourcing) Agency Theory V.2 V.3 Risiko pelaksanaan outsourcing Kemudahan pengukuran hasil Visi dan misi Mengukur risiko Outsourcing dari sudut pandang klien Mengukur hasil yang didapat dalam Outsourcing V.4 Lama kontrak V.5 Prediksi sikap supplier Quotion/ Tawaran suplier Mengukur lama kontrak yang paling menguntungkan Menentukan sifat suplier saat Outsourcing dilakukan Parthnership VI.1 VI.2 Durasi dan ketentuan kontrak Kepemimpinan, komunikasi, dan konteks Quotion/ Tawaran suplier Mengukur hasil dan risiko yang didapat berdasarkan tingkat kepercayaan yang tercermin dalam profil dan tawaran suplier. VI.3 Ketentuan administratif dan teknis Game Theory VII.1 VII.2 Prediksi strategi suplier dalam memberikan layanan Maksimalisasi Payoff /manfaat Quotion/ Tawaran suplier Menentukan hasil dan risiko yang didapat melalui outsourcing dari sudut pandang hubungan klien dan suplier. VII.3 Minimalisasi risiko Analytic Hierarchy Process VIII Pendapat para pengambil keputusan dalam Aktifitas Memilih aktifitas teknologi informasi yang paling layak dioutsourcing.

12 49 III.3 Identifikasi Tahapan Outsourcing Teknologi Informasi Pengambilan keputusan outsourcing selalu dilakukan melalui beberapa tahapan[4]. Untuk dapat mempertimbangkan secara matang, setidaknya terdapat tiga tahapan yang diperlukan. Tiga tahapan tersebut antara lain adalah pemilihan perlunya pelaksanaan outsourcing, pemilihan aktifitas yang di-outsource, dan pemilihan rekan dalam melakukan outsourcing. Pertimbangan perlunya dilaksanakan outsourcing merupakan keputusan yang bersifat strategis. Keputusan tersebut bersifat strategis karena menyangkut risiko menggantungkan masa depan pada lain, teknologi dan pengetahuan juga dapat dimanfaatkan suplier untuk bersaing atau melayani klien lain. Berdasarkan pertimbangan tersebut keputusan pada tahap ini seringkali diambil pada tingkatan tinggi dalam seperti Chief Executif Officer(CEO) atau General Manager. Pemilihan aktifitas dilakukan terutama dengan pertimbangan masalah biaya. Tahapan ini menghitung apakah bila biaya administrasi, pengawasan, dan integrasi kompetensi disertakan dalam perjanjian outsourcing, biayanya masih lebih murah dibandingkan pelaksanaan secara internal. Keputusan tahap ini diserahkan pada tingkat menengah yang seringkali menangani masalah administrasi dan biaya. Pemilihan rekan dikaitkan dengan sumber daya yang diperlukan dan sumber daya yang dapat diperoleh melalui perjanjian outsourcing. Keputusan ini diserahkan pada tingkat bawah seperti supervisor atau bagian yang mengerti kebutuhan sumber daya yang terdapat dalam. Pengambilan keputusan outsourcing teknologi informasi dilaksanakan berdasarkan tiga tahapan yang dibagi menjadi enam belas langkah dengan detil sebagai berikut[4]:

13 50 Tahap 1:Pertimbangan Outsourcing 1. Memilih kandidat aktifitas Meneliti dan mempelajari kandidat aktifitas yang akan di-outsource 2. Analisa pasar Mengawasi pasar untuk mengukur apa yang dilakukan pesaing. 3. Benchmarking Benchmarking aktifitas saat ini dengan yang terbaik. Sasaran yang dicari adalah mengerti, meningkatkan, mendesain, membangun, dan mencari sumber paling efektif dalam biaya. 4. Analisa risiko Melakukan analisa risiko yang mungkin terjadi. 5. Menentukan sasaran Menentukan manfaat yang ingin dicapai melalui outsourcing. 6. Evaluasi biaya pelaksanaan Mengevaluasi biaya total pelaksanaan(gross Margin, biaya operasi, pajak), termasuk infrastruktur, manajemen, perolehan pengetahuan, dan biaya pelatihan. Tahap 2:Pemilihan Aktifitas 7. Analisa aktifitas Meninjau proses yang sudah ada 8. Memilih aktifitas Memutuskan proses dan fungsi yang di-outsource 9. Evaluasi kesiapan Mengevaluasi kesiapan dan pengukuran transisi 10. Resolusi konflik dan dokumentasi Membuat resolusi konflik dan dokumentasi untuk masalah yang mungkin

14 Evaluasi kesiapan HR Mengembangkan sebuah rencana sumber daya manusia untuk transfer dan penugasan. Penelitian kesempatan internal untuk pegawai. Mempersiapkan reaksi dari pegawai dan komunitasnya. Persiapkan sebuah komunikasi perencanaan. Tahap 3: Pemilihan Rekan Outsourcing 12. Analisa sumber daya aktifitas Memeriksa sumber daya yang dimiki dan tidak dimiliki, serta nilai strategis aktifitas yang akan di-outsource. 13. Penetapan sumber daya yang dibutuhkan Pemilihan jenis dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan. 14. RFQ(Request For Quotation) Mengundang supplier untuk memberikan penawaran untuk produk atau layanan yang diinginkan, beserta informasi pendukung yang dibutuhkan. 15. Evaluasi tawaran Mengevaluasi tawaran setelah kriteria pengembangan, mengunjungi rekan potensial, mendiskusikan sebuah pendekatan yang mengendalikan. 16. Memilih suplier Memilih suplier berdasarkan Track Record, sumber daya yang dimiliki, spesialisasi industri, budaya, dan kriteria lain. III.4 Integrasi Pertimbangan dalam Tahapan Outsourcing Teknologi Informasi Berdasarkan tahapan pertimbangan outsourcing teknologi informasi yang dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa kesesuaian antara faktor yang mempengaruhi pada tiap tahap dengan pertimbangan yang terdapat pada The Conceptual Frameworks. Beberapa kesesuaian tersebut dapat dilihat pada tabel III.2:

15 52 Tabel III.2 Pertimbangan dalam Tahapan Outsourcing di Tingkat Manajerial Tahap Nama Pengambil keputusan 1 Pertimbangan Outsource Tingkat tinggi(ceo, General Manager) Faktor penting yang mempengaruhi Risiko, teknologi dan pengetahuan Framework Pertimbangan Agency Cost, Core Competencies 2 Pemilihan Aktifitas Tingkat menengah(manager) Biaya TCE, Core Competencies, AHP 3 Pemilihan Rekan Tingkat bawah(supervisor) Sumber daya RBV, RDT Tingkat tinggi(ceo, General Manager) Layanan suplier Game Theory, Partnership, Agency Cost Seperti dapat dilihat pada Tabel III.2, terdapat kesesuaian antara faktor yang berpengaruh pada tiap tahapan dengan pertimbangan pada tiap framework. Hal ini menjelaskan pengambil keputusan dan framework yang dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan pada tiap tahap. Pertimbangan Game Theory,Parthnership,dan sebagian Agency Cost tidak sesuai dengan faktor berpengaruh pada tahap pemilihan rekan namun menjadi tambahan pertimbangan pada tahap ketiga. Ketiga pertimbangan tersebut diletakkan pada tahap ketiga dikarenakan tujuannya dalam memprediksi layanan yang akan diberikan suplier, dimana prediksi hanya bisa dilakukan dengan baik setelah spesifikasi calon suplier diketahui. Karena bersifat strategis, ketiga pertimbangan ini juga diputuskan oleh tingkatan tinggi dalam. Setelah pembagian framework untuk tiap tahapan diketahui dengan jelas, maka tiap pertimbangan dapat diintegrasikan dengan baik. Pemilahan dilakukan berdasarkan faktor berpengaruh dan dibagi menjadi beberapa proses untuk mengelompokkan fungsinya dalam tahapan. Hasil pemilahannya dapat dilihat pada Tabel III.3.

16 53 Tabel III.3.: Tahapan Pertimbangan Outsourcing berdasarkan Faktor yang Berpengaruh Proses Nama Framework No Pertimbangan Nama Lingkup Analisa Tujuan Framework Tujuan dalam Tahapan Outsourcing Seleksi Kandidat Aktifitas Core Competence I Kompetensi Organisasi Aktifitas Mendefinisikan kompetensi inti Membantu pemilihan kandidat aktifitas teknologi informasi yang akan di outsourcing Pertimbangan Manfaat dan Risiko Agency Theory V.2 V.3 Risiko pelaksanaan outsourcing Kemudahan pengukuran hasil Visi dan misi Mengukur risiko outsourcing dari sudut pandang klien Mengukur hasil yang didapat dalam outsourcing Mengukur risiko dan manfaat dalam outsourcing Pemilihan Aktifitas Transaction Cost Economic IV.1 IV.3 Spesifikasi aset dalam transaksi Frekwensi transaksi serupa Aset Sejarah transaksi Menilai aset yang telibat dalam transaksi Menentukan tingkat efisiensi sebuah transaksi Membantu analisa kandidat aktifitas (berdasarkan biaya transaksi) Analytic Hierarchy Process VIII Pendapat para pengambil keputusan dalam Aktifitas Memilih aktifitas teknologi informasi yang paling layak di-outsourcing. Pemilihan aktifitas teknologi informasi yang di-outsource.

17 54 Lanjutan Tabel III.3. Proses Nama Framework No Pertimbangan Nama Lingkup Analisa Tujuan Framework Tujuan dalam Tahapan Outsourcing Evaluasi Terhadap Aktifitas Terpilih Transaction Cost Economic IV.2 Agency Theory V.1 Kepastian lingkungan dan perjanjian (kontrak) Ketentuan ekonomi, teknologi dan politik Lingkungan Lingkungan Menilai uncertainty (seberapa jelas kelancaran dari hubungan outsourcing) Membantu menentukan biaya pengawasan terhadap suplier Analisa Sumber daya Resource Based II.1 II.2 II.3 II.4 Tingkat imitasi sumber daya Tingkat subtitusi sumber daya Keunikan sumber daya Nilai sumber daya bagi Sumber daya intern Menilai sumber daya strategis yang dimiliki Mendefinisikan sumber daya yang dibutuhkan dari suplier Menentukan strategi keunggulan berkompetisi melalui sumber daya. Membantu menentukan kebutuhan sumber daya dari suplier. Analisa Suplier Resource Dependencies III.1 III.2 Pengaruh lingkungan terhadap sumber daya Kemudahan mendapat sumber daya kritis Lingkungan Sumber daya intern Menilai uncertainty (seberapa jelas kelancaran dari hubungan outsourcing) Menilai sumber daya berdasarkan lingkungan Menentukan strategi keunggulan berkompetisi melalui sumber daya. Membantu pemilihan suplier (berdasarkan sumber daya yang dimiliki) III.3 Keterhubungan dengan lain. Lingkungan Mengukur hubungan antar dan pengaruhnya terhadap stakeholder

18 55 Lanjutan Tabel III.3. Proses Nama Framework No Pertimbangan Nama Lingkup Analisa Tujuan Framework Tujuan dalam Tahapan Outsourcing Analisa Suplier Agency Theory V.4 Lama kontrak V.5 Prediksi sikap supplier Quotion/ Tawaran suplier Mengukur lama kontrak yang paling menguntungkan Menentukan sifat suplier saat outsourcing dilakukan Membantu pemilihan suplier (berdasarkan lama kontrak yang diajukan dan prediksi layanan yang diberikan) Analisa Suplier Parthnership VI.1 VI.2 Durasi dan ketentuan kontrak Kepemimpinan, komunikasi, dan konteks Quotion/ Tawaran suplier Mengukur hasil dan risiko yang didapat berdasarkan tingkat kepercayaan yang tercermin dalam profile dan tawaran suplier. Membantu pemilihan suplier (berdasarkan kepercayaan dan prediksi sifat) VI.3 Ketentuan administratif dan teknis Analisa Suplier Game Theory VII.1 VII.2 Prediksi strategi suplier dalam memberikan layanan Maksimalisasi Payoff /manfaat Quotion/ Tawaran suplier Menentukan hasil dan risiko yang didapat melalui outsourcing dari sudut pandang klien dan suplier. Membantu pemilihan suplier (berdasarkan prediksi strategi layanan yang diberikan) VII.3 Minimalisasi risiko

19 56 Hasil pemilahan pada Tabel III.3 telah melingkupi seluruh pertimbangan yang terdapat dalam The Conceptual Framework dan Analytic Hierarchy Process. Bagaimanapun juga beberapa pertimbangan yang telah diintegrasikan perlu diperiksa tujuannya agar beberapa langkah yang sejalan tidak perlu dilakukan berulang. Pertimbangan diasumsikan sama bila memiliki lingkup analisa dan tujuan yang sama dalam tahapan pertimbangan outsourcing. Tabel III.4 menunjukkan beberapa pertimbangan dengan tujuan yang sama. Dari hasil pengelompokkan lingkup analisa dan tujuan pada Tabel III.4 dapat disimpulkan bahwa pertimbangan nomer IV.2 (kepastian lingkungan dan perjanjian (kontrak) dalam Transaction Cost Economic dan pertimbangan V.1(ketentuan ekonomi, teknologi dan politik) dalam Agency Cost Theory memiliki lingkup analisa dan tujuan yang sama dalam tahapan outsourcing teknologi informasi, sehingga hanya perlu dilakukan salah satunya. Diantara dua pertimbangan tersebut Agency Cost dipilih karena meliputi lingkup analisa yang lebih luas sehingga memberi keamanan yang lebih dalam menentukan perjanjian. Selain itu, sisa pertimbangan yang terdapat dalam Agency Cost Theory, Partnership, dan Game Theory juga memiliki pertimbangan dengan lingkup analisa dan tujuan yang sama, sehingga hanya perlu dipilih satu satu dalam proses pelaksanaannya. Diantara ketiga pertimbangan tersebut Partnership dipilih karena lebih mudah digunakan khususnya dalam mengukur layanan yang akan diberikan oleh suplier.

20 57 Tabel III.4 Rangkuman Pertimbangan dengan Tujuan sama Pengelompokan Pertimbangan Framework No Proses No Nama 1 Evaluasi Terhadap Aktifitas Terpilih(i,ii) Transaction Cost Economic IV.2 Agency Theory V.1 Kepastian lingkungan dan perjanjian (kontrak) Ketentuan ekonomi, teknologi dan politik Lingkup Analisa Lingkungan Tujuan dalam tahapan outsourcing Membantu menentukan biaya pengawasan terhadap supplier Analisa Suplier (i) Agency Theory V.4 Lama kontrak V.5 Prediksi sikap supplier Membantu pemilihan suplier (berdasarkan lama kontrak yang diajukan dan prediksi layanan yang diberikan) VI.1 Durasi dan ketentuan kontrak Analisa Suplier (ii) Parthnership VI.2 Kepemimpinan, komunikasi, dan konteks Membantu pemilihan suplier (berdasarkan kepercayaan dan prediksi sifat) 2 VI.3 Ketentuan administratif dan teknis Quotion/ Tawaran suplier VII.1 Prediksi strategi suplier dalam memberikan layanan Analisa Suplier (iii) Game Theory VII.2 Maksimalisasi Payoff /manfaat Membantu pemilihan suplier (berdasarkan prediksi strategi layanan yang diberikan) VII.3 Minimalisasi risiko

21 58 III.5 Pemodelan Berdasarkan Hasil Integrasi Framework dan Tahapan Outsourcing Teknologi Informasi Setelah pada langkah awal dilakukan analisa terhadap beberapa framework yang diteliti(sub Bab III.2), maka dapat diketahui tujuan, faktor, dan ruang lingkup pada tiap pertimbangan. Identifikasi tahapan kemudian dilakukan untuk mengetahui tahapan, faktor, dan pengambil keputusan yang bertanggung jawab dalam outsourcing teknologi informasi(sub Bab III.3). Pemodelan outsourcing teknologi informasi diselesaikan dengan mengintegrasikan pertimbangan tiap framework kedalam tahapan yang telah diidentifikasi(sub Bab III.4), hingga akhirnya didapat sebuah pedoman pertimbangan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan outsourcing teknologi informasi. Penyesuaian kemudian dilakukan dengan menemukan pertimbangan dengan tujuan yang sama untuk menghindari proses berulang. Tabel III.5 menunjukkan hasil akhir berupa rangkuman sub proses yang digunakan dalam membantu pengambilan keputusan outsourcing teknologi informasi.

22 59 Tabel III.5: Integrasi Pertimbangan dalam Tahapan Outsourcing Teknologi Informasi Sub Proses Pertimbangan Framework No Nama No Nama Lingkup Analisa Tujuan dalam Tahapan Outsourcing 1 Seleksi Aktifitas Core Competence I Kompetensi Organisasi Aktifitas 2 Analisa pasar 3 Benchmarking Memilih kandidat aktifitas teknologi informasi yang akan di outsourcing Mengawasi pasar untuk mengukur apa yang dilakukan pesaing. Benchmarking aktifitas saat ini dengan yang terbaik 4 Analisa Risiko Agency Theory V.2 Risiko pelaksanaan outsourcing Visi dan misi Mengukur risiko dalam outsourcing 5 Menentukan sasaran Agency Theory V.3 Kemudahan pengukuran hasil Visi dan misi Mengukur manfaat dalam outsourcing 6 Evaluasi biaya pelaksanaan Mengevaluasi biaya total pelaksanaan 7 Analisa Aktifitas Transaction Cost Economic IV.1 IV.2 Spesifikasi aset dalam transaksi Frekwensi transaksi serupa Aset Sejarah transaksi Menganalisa kandidat aktifitas (berdasarkan biaya transaksi) 8 Memilih Aktifitas Analytic Hierarchy Process VIII Pendapat para pengambil keputusan dalam Aktifitas Memilih aktifitas teknologi informasi yang di-outsource.

23 60 Lanjutan Tabel III.5 Sub Proses Pertimbangan Framework No Nama No Nama Lingkup Analisa Tujuan dalam Tahapan Outsourcing 9 Evaluasi kesiapan Agency Theory V.1 Ketentuan ekonomi, teknologi dan politik Lingkungan Membantu menentukan biaya pengawasan terhadap suplier 10 Resolusi konflik dan dokumentasi Membuat resolusi konflik dan dokumentasi untuk masalah yang mungkin. 11 Evaluasi kesiapan HR Mengembangkan sebuah rencana sumber daya manusia untuk transfer dan penugasan. 12 Analisa Sumber daya Resource Based II.1 II.2 II.3 Tingkat imitasi sumber daya Tingkat subtitusi sumber daya Keunikan sumber daya Sumber daya intern Membantu menentukan kebutuhan sumber daya dari suplier (berdasarkan sumber daya yang dimiliki ) Penetapan sumber daya yang dibutuhkan Request For Quotion (RFQ) II.4 Nilai sumber daya bagi Pemilihan jenis dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan Mengundang supplier untuk memberikan penawaran untuk produk atau layanan yang diinginkan, beserta informasi pendukung yang dibutuhkan.

24 61 Lanjutan Tabel III.5 Sub Proses Pertimbangan Framework No Nama No Nama Lingkup Analisa Tujuan dalam Tahapan Outsourcing III.1 Pengaruh lingkungan terhadap sumber daya Lingkungan 15.1 Evaluasi tawaran Resource Dependencies III.2 Kemudahan mendapat sumber daya kritis Sumber daya intern Membantu pemilihan suplier (berdasarkan sumber daya dan kekuatan suplier) III.3 Keterhubungan dengan lain. Lingkungan VI.1 Durasi dan ketentuan kontrak 15.2 Evaluasi tawaran Parthnership VI.2 Kepemimpinan, komunikasi, dan konteks Quotion/ Tawaran suplier Membantu pemilihan suplier (berdasarkan kepercayaan dan prediksi sifat) VI.3 Ketentuan administratif dan teknis 16 Memilih suplier Memilih suplier berdasarkan hasil evaluasi tawaran

25 62 Detil pelaksanaan pengambilan keputusan pada Tabel III.5 dapat disederhanakan atau diwakilkan melalui Gambar III.9 sebagai berikut: Gambar III.9 Model Keputusan Outsourcing Teknologi Informasi

26 63 Berdasarkan Gambar III.9 pertimbangan keputusan outsourcing teknologi informasi dapat dibagi menjadi enam proses utama, dan setiap dua proses digunakan untuk menjawab pertanyaan penting yang mewakili satu dari tiga tahapan dasar. Pada tiap proses digunakan beberapa pertimbangan yang terdapat pada The Conceptual Frameworks dan Analytic Hierarchy Process. Dengan total enam belas sub proses, detil tahapan dalam pertimbangan outsourcing teknologi informasi adalah sebagai berikut: Tahap 1: Tahap ini digunakan untuk mengetahui bilamana outsourcing perlu dilakukan. Keputusan diambil oleh bagian tinggi dalam seperti CEO atau General Manager. Keputusan diketahui melalui analisa dasar yang terdiri dari dua proses: Proses 1: Seleksi kandidat aktifitas Proses yang berfungsi untuk menyeleksi aktifitas yang perlu di-outsource Sub Proses 1: Memilih kandidat aktifitas Pemilihan kandidat aktifitas dilakukan dengan tes pasar eksternal terhadap kompetensi inti. Syarat dasar yang harus dipenuhi menurut ketatakelolaan teknologi informasi adalah tidak menyertakan aktifitas yang tidak lengkap. Selanjutnya bila beberapa proses teknologi informasi yang dipertimbangkan lulus kategori kompetensi inti melalui lima tes pasar eksternal (sulit ditiru, memiliki daya tahan, kemapanan nilai, sulit tergantikan, dan memiliki keunggulan strategis), maka aktifitas aktifitas tersebut sebaiknya tidak menjadi kandidat untuk di-outsource. Aktifitas teknologi informasi yang masuk dalam kategori kompetensi inti dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan mengenai perangkat keras atau lunak yang sangat diperlukan oleh dalam menjalankan fungsinya untuk melayani konsumen.

27 64 Sub Proses 2: Analisa pasar Analisa pasar dilakukan untuk mengukur apa yang dilakukan pesaing. Dari hasil analisa tersebut, dilakukan perencanaan strategi lebih lanjut untuk membantu menetapkan sasaran manfaat yang diinginkan. Sub Proses 3: Benchmarking Benchmarking dilakukan pada kandidat aktifitas untuk mencapai kinerja terbaik. Sasaran yang ingin dicapai adalah untuk mengerti, meningkatkan, mendesain, membangun, dan mencari biaya efektif. Proses 2: Pertimbangan manfaat dan risiko Proses yang berfungsi menimbang manfaat dan risiko yang dapat diperoleh melalui outsourcing. Sub Proses 4: Analisa Risiko Pada proses ini dilakukan analisa risiko outsourcing teknologi informasi yang mungkin terjadi. Seperti dijelaskan pada tinjauan pustaka, terdapat tiga jenis risiko outsourcing yang mungkin. Perbandingan dilakukan bilamana kandidat aktifitas dilakukan secara internal atau di-outsource. Langkah ini perlu untuk mengantisipasi risiko dalam pelaksanaan outsourcing. Sub Proses 5: Menentukan Sasaran Pada proses ini dilakukan pengumpulan hasil analisa pasar, benchmarking, manfaat dan risiko yang diinginkan. Hasil analisa akan digunakan untuk meramu sasaran yang ingin dicapai dalam outsourcing (misalnya : meningkatkan fokus, mempercepat keuntungan dari re-engineering, berbagi risiko, memperoleh akses ke pasar global). Hasil analisa juga digunakan untuk memperkirakan dampak yang terjadi bilamana melakukan outsource terhadap kandidat proses (misalnya: pengurangan pegawai, penyesuaian budaya, dan perpindahan pengetahuan).

28 65 Sub Proses 6: Evaluasi biaya pelaksanaan Bila hasil analisa risiko dan sasaran telah dilakukan, langkah berikutnya adalah evaluasi biaya. Dalam sub proses ini dilakukan penghitungan semua jenis biaya yang diperlukan untuk masing masing kandidat aktifitas outsourcing(biaya perpindahan(switching), biaya layanan, biaya kontrak, biaya transisi, biaya manajemen, dan biaya pengawasan). Penghitungan total biaya juga dilakukan bila terjadi kemungkinan terekstrim: semua kandidat lulus seleksi untuk di-outsource. Hasil analisa risiko, hasil dan biaya digunakan untuk menjawab pertanyaan perlu tidaknya outsourcing dilakukan. Bila tidak ada kandidat aktifitas yang lulus seleksi baik dari sisi risiko, hasil, dampak maupun biaya, maka dapat disimpulkan outsourcing tidak diperlukan. Tahap 2: Tahap ini digunakan untuk memilih aktifitas yang akan di-outsource. Pertimbangan menggunakan informasi mengenai aset yang terlibat, frekwensi pengontakan aktifitas, biaya pengawasan sebuah aktifitas dan sifat dari teknologi informasi(tingkat kritis, tingkat stabilitas, dan tingkat kesederhanaan). Keputusan diambil oleh bagian menengah seperti manager departemen teknologi informasi atau bagian yang menangani masalah administrasi teknologi informasi. Tahap ini juga dilakukan melalui dua proses: Proses 3: Pemilihan aktifitas Proses yang berfungsi menentukan aktifitas yang paling layak di-outsource. Sub Proses 7: Analisa aktifitas Dalam sub proses ini kandidat aktifitas yang telah diseleksi dianalisa kembali menggunakan dua atribut dalam pertimbangan transaction cost economics, yaitu asset specify, dan frekwensi pengontrakan aktifitas. Dalam atribut pertama, enam dimensi aset yang terlibat dalam sebuah proses (manusia, fisik, situs, terdedikasi, brand capital, dan penetapan aset sementara) diukur nilainya. Pertimbangan yang digunakan adalah makin tinggi nilai aset yang terlibat dalam suatu aktifitas, maka akan lebih baik bila aktifitas tersebut dikelola secara internal. Batasan untuk nilai

29 66 aset ini ditentukan oleh internal. Atribut kedua adalah mempertimbangkan frekwensi dari pengontrakan aktifitas dari tiap kandidat. Pertimbangannya adalah bila aktifitas sering dikontrakkan dalam sejarah, maka lebih baik aktifitas tersebut dikelola internal untuk menghemat waktu dan biaya. Sub Proses 8: Memilih aktifitas Berdasarkan kandidat yang ada sampai tahap ini, dipilih aktifitas teknologi informasi paling perlu di-outsource, pertimbangan menggunakan pendapat dari pengambil keputusan. Framework AHP yang terdiri dari faktor tingkat kritis(criticality), tingkat kestabilan(stability), dan tingkat kesederhanaan(simplicity) digunakan untuk mengumpulkan pendapat dari para pengambil keputusan. Hasilnya akan mendapatkan nilai dari aktifitas teknologi informasi yang paling layak untuk di-outsource menurut prioritasnya. Proses 4: Evaluasi terhadap aktifitas terpilih Proses untuk pelaksanaan evaluasi terhadap kesiapan dan HR, begitu juga perencanaan resolusi konflik dan dokumentasi. Sub Proses 9:Evaluasi Kesiapan Organisasi Pada bagian ini dilakukan evaluasi terhadap kesiapan meliputi kesiapan dalam mencukupi kebutuhan aktifitas yang akan di-outsource, terutama masalah operasional. Pertimbangan Agency Cost, yaitu uncertainty (variasi yang mungkin terjadi pada kebutuhan aktifitas dan pengelolaannya) digunakan. Fokus evaluasi yang utama adalah bagaimana dapat mendukung kelancaran pelaksanaan outsourcing, khususnya hal hal yang berkaitan dengan pengawasan aktifitas.

30 67 Sub Proses 10:Resolusi Konflik dan Dokumentasi Pada bagian ini dibuat rencana pengelolaan layanan khususnya resolusi konflik dan dokumentasi untuk masalah yang mungkin terjadi, khususnya yang telah diperkirakan terjadi dalam analisa risiko. Resolusi dan dokumentasi konflik ini sangat berguna untuk negosiasi kontrak. Sub Proses 11:Evaluasi Kesiapan HR Pada bagian ini dibuat sebuah rencana sumber daya manusia untuk transisi(transfer layanan pada suplier) dan penugasan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui akibat dan reaksi dari pegawai dan komunitasnya begitu juga terhadap transfer pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan. Komunikasi dan kepemimpinan yang baik sangat diperlukan dalam persiapan pelaksanaan outsourcing. Tahap 3: Digunakan untuk memilih rekan outsourcing(suplier) yang cocok berdasarkan sumber daya dan prediksi layanan yang diberikan oleh suplier. Pengambilan keputusan mengenai sumber daya dilakukan oleh tingkat bawah seperti supervisor yang mengerti sumber daya yang diperlukan aktifitas terpilih. Sedangkan keputusan mengenai prediksi layanan suplier bersifat strategis sehingga tetap dilakukan oleh tingkat tinggi seperti CEO. Proses 5: Analisa sumber daya Sumber daya teknologi informasi (manusia, perangkat keras, perangkat lunak, data, dan jaringan) yang dimiliki diukur menggunakan pertimbangan nilai strategis. Pertimbangan nilai strategis dilakukan berdasarkan kemampuan sumber daya teknologi informasi memberi nilai tambah(value driving) dan diputuskan oleh tingkat bawah.

31 68 Sub Proses 12:Analisa sumber daya aktifitas Pada bagian ini ditentukan sumber daya teknologi informasi yang dibutuhkan dan terlibat pada aktifitas terpilih. Sub Proses 13:Penetapan sumber daya yang dibutuhkan Hasil analisa sumber daya digunakan untuk menetapkan sumber daya yang dibutuhkan untuk aktifitas yang akan di-outsourcing. Langkah sangat diperlukan untuk menentukan klasifikasi proposal yang masuk pada tahapan Request For Quotation(RFQ). Proses 6: Analisa suplier Kinerja suplier dalam melaksanakan outsource diukur dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki, kekuatan, prediksi sifat, tingkat kepercayaan, dan hasil yang diperoleh. Sub Proses 14:Request For Quotion(RFQ) Penyebaran permintaan bagi suplier untuk memberikan penawaran untuk produk atau layanan yang diinginkan dan informasi pendukung yang dibutuhkan. Sub Proses 15:Evaluasi Tawaran Berdasarkan tawaran yang masuk dilakukan dua langkah evaluasi berdasarkan pertimbangan pada empat teori: Resource Dependencies, Agency Cost, Parthnership, dan Game Theory. Sub Proses 15.1 Langkah pertama adalah evaluasi menggunakan Resource Dependencies Theory untuk mempertimbangkan sumber daya yang ditawarkan suplier. Tingkat bawah mengukur sumber daya teknologi informasi yang dimiliki oleh calon suplier sedangkan tingkatan tinggi melakukan pembandingan kekuatan dengan suplier. Pengukuran sumber daya berguna untuk mengetahui tingkat pemenuhan sumber daya yang diperlukan dalam outsourcing. Sedangkan perbandingan kekuatan diperlukan untuk mengetahui kestabilan suplier dan

32 69 perkiraan perlakuan strategis yang akan diberikan saat perjanjian outsourcing dilakukan. Sub Proses 15.2 Melakukan pertimbangan kepercayaan klien terhadap suplier. Hal ini diperlukan untuk memprediksi kelancaran hubungan kedua pihak dan menghindari risiko perselisihan. Menurut framework Parthnership, kepercayaan dalam outsourcing teknologi informasi dapat ditingkatkan dengan perencanaan negosiasi kontrak, penyesuaian budaya, dan perbaikan keamanan. Sub Proses 16:Pemilihan suplier Hasil analisa suplier yang baik akan sangat berguna dalam menentukan suplier yang paling potensial sebagai rekan outsourcing teknologi informasi. Dari hasil pemodelan pada Gambar III.9 dan penjelasan masing masing proses pada tiap tahapannya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Framework Agency Cost menggunakan pertimbangan manfaat dan risiko, sedangkan framework Core Competencies menggunakan pertimbangan teknologi dan kompetensi. Kedua framework ini dapat digunakan untuk membantu memutuskan keperluan outsourcing. 2. Framework Transaction Cost menggunakan pertimbangan biaya transaksi, sedangkan framework Analytic Hierarchy Process menggunakan pertimbangan para pengambil keputusan. Kedua framework ini dapat digunakan untuk membantu memilih aktifitas yang akan dioutsource. 3. Framework Resource Based dan Resource Dependencies menggunakan pertimbangan sumber daya internal dan eksternal. Kedua framework ini digunakan untuk membantu mengetahui kebutuhan dan memperoleh sumber daya dari suplier.

33 70 4. Framework Game Theory menggunakan pertimbangan prediksi strategi klien dan suplier, sedangkan Framework Parthnership menggunakan pertimbangan tingkat kepercayaan terhadap suplier. Kedua framework ini dapat digunakan untuk membantu memilih suplier yang paling cocok.

Bab I Pendahuluan. Willcocks [24] membagi pendekatan outsourcing dibagi menjadi empat:

Bab I Pendahuluan. Willcocks [24] membagi pendekatan outsourcing dibagi menjadi empat: Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Willcocks [24] mendefinisikan outsourcing teknologi informasi sebagai keputusan yang diambil organisasi untuk mengontrakan, menjual sebagian, atau seluruh aset teknologi

Lebih terperinci

Model Keputusan Outsourcing Teknologi Informasi

Model Keputusan Outsourcing Teknologi Informasi Model Keputusan Outsourcing Teknologi Informasi Made Krisnanda Pasca Sarjana Jurusan Sistem Informasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10 Bandung Email

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Outsourcing Outsourcing didefinisikan sebagai penggunaan sumber daya strategis dari luar untuk melakukan aktifitas yang sebelumnya ditangani oleh staff dan sumber daya internal[19].

Lebih terperinci

Bab IV Validasi Model Outsourcing Teknologi Informasi

Bab IV Validasi Model Outsourcing Teknologi Informasi Bab IV Validasi Model Outsourcing Teknologi Informasi Bab ini membahas mengenai uji validasi model outsourcing teknologi informasi yang diusulkan sebelumnya dengan cara membandingkan model yang dihasilkan

Lebih terperinci

OUTSOURCING. Oleh : SITI JAMILLAH

OUTSOURCING. Oleh : SITI JAMILLAH OUTSOURCING Oleh : SITI JAMILLAH Saat ini banyak perusahaan IT outsourcing bermunculan. Hal ini disebabkan perusahaan merasa bahwa sistem informasi sudah meruapakan kebutuhan tetpi beberapa diantaranya

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan Insourcing

Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan Insourcing Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan Insourcing Pengembangan sistem informasi di suatu organisasi diperlukan dalam rangka mencapai keungulan kompetitifnya. Melihat persaingan yang begitu

Lebih terperinci

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory)

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Resource Dependence Theory adalah studi tentang bagaimana sumber daya eksternal organisasi mempengaruhi perilaku organisasi. Teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep outsourcing Dalam pengertian umum, istilah outsourcing diartikan sebagai contract (work) out seperti ditemukan dalam Concise Oxford Dictionary, sementara mengenai kontrak

Lebih terperinci

PEMBUATAN MODEL KEPUTUSAN OUTSOURCING TEKNOLOGI INFORMASI TESIS

PEMBUATAN MODEL KEPUTUSAN OUTSOURCING TEKNOLOGI INFORMASI TESIS PEMBUATAN MODEL KEPUTUSAN OUTSOURCING TEKNOLOGI INFORMASI TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh MADE KRISNANDA NIM : 23506028

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard. BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Mega Cipta Mandiri didirikan pada tanggal 6 Februari 1996 di Jakarta. PT. Mega Cipta Mandiri bergerak pada bidang periklanan yaitu billboard. Banyak

Lebih terperinci

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM ANALISA & PERANCANGAN SISTEM Pengembangan Sistem Informasi Mulyadi, S.Kom, M.S.I Proses dalam Pengembangan Sistem Proses pengembangan sistem - serangkaian kegiatan, metode, praktik, dan alat-alat terotomatisasi

Lebih terperinci

Mengevaluasi luas dan kedalaman struktur organisasi. 1.0 Develop Vision and Strategy (10002)

Mengevaluasi luas dan kedalaman struktur organisasi. 1.0 Develop Vision and Strategy (10002) 1.0 Develop Vision and Strategy (10002) 1.1 Tentukan konsep bisnis dan visi jangka panjang 1.1.1 Menilai lingkungan eksternal ( 10017 ) 1.1.1.1 Menganalisis dan mengevaluasi kompetisi ( 10021 ) 1.1.1.2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

Tata Kelola Teknologi Informasi

Tata Kelola Teknologi Informasi MODUL PERKULIAHAN Modul ke: 01Fakultas FASILKOM Tata Kelola Teknologi Informasi KONSEPTUALISASI TATA KELOLA TI Agus Hamdi.S.Kom,MMSI Program Studi Teknik Informatika KONSEPTUALISASI TATA KELOLA TI NILAI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Kahar Duta Sarana (KDS) yang bekedudukan di Jl. Peta Lingkar Selatan, Ruko Kopo Plaza BI D/5 Bandung 40233 Jawa Barat, Indonesia adalah perusahaan multinasional

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan Menggunakan

Lebih terperinci

Bab 2. Pembahasan. Definisi Outsourcing

Bab 2. Pembahasan. Definisi Outsourcing Bab1. Pendahuluan Dengan terus berkembangnya teknologi informasi maka berkembangnya pula sistem informasi itu. Saat ini sistem informasi sudah banyak digunakan oleh perusahaanperusahaan karena dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi informasi, perusahaan dapat menjalankan proses bisnis dengan

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi informasi, perusahaan dapat menjalankan proses bisnis dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi informasi telah berkembang dengan pesat, dengan memanfaatkan teknologi informasi, perusahaan dapat menjalankan proses bisnis dengan lebih cepat,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Portfolio Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini ada 3 tahap yang dilewati yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap pengembangan, dan (3) tahap akhir. Pada tahap awal dilakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Nilai (Value) Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

Lebih terperinci

Manajemen Sistem Informasi

Manajemen Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Oleh Iwan Sidharta, SE., MM NFORMASI Skenario Perkembangan Sistem Informasi di Dalam Perusahaan Teknologi informasi perlu melalui skenario untuk dapat memberikan kepuasan pelanggan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perencanaan Audit Sistem Informasi Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan beberapa tahap perencanaan audit. Hasil perencanaan audit

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN PENGADAAN SISTEM INFORMASI

PENGEMBANGAN DAN PENGADAAN SISTEM INFORMASI PENGEMBANGAN DAN PENGADAAN SISTEM INFORMASI Kelompok : All Teknik Informatika Generation 2015 Pengertian Pengembangan Sistem Pengembangan sistem merupakan penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan

Lebih terperinci

BAB 9 EVALUASI KINERJA DALAM PERUSAHAAN YANG TERDESENTRALISASI

BAB 9 EVALUASI KINERJA DALAM PERUSAHAAN YANG TERDESENTRALISASI BAB 9 EVALUASI KINERJA DALAM PERUSAHAAN YANG TERDESENTRALISASI 1 Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang mengukur hasil dari masing-masing pusat pertanggungjawaban

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

OUTSOURCING DALAM SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI DI PERUSAHAAN

OUTSOURCING DALAM SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI DI PERUSAHAAN TUGAS MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN OUTSOURCING DALAM SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI DI PERUSAHAAN DOSEN: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc Disusun oleh: Prima Roza Yulia P056131462.E45 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS Kuesioner ini dibuat untuk mengevaluasi nilai dan Risiko dalam investasi teknologi informasi (TI) yang diterapkan di PT TELKOM. Petunjuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kompetisi. Inovasi. Integrasi. Tiga kata yang saat ini sangat layak

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kompetisi. Inovasi. Integrasi. Tiga kata yang saat ini sangat layak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kompetisi. Inovasi. Integrasi. Tiga kata yang saat ini sangat layak diperhatikan lebih dalam dan harusnya diterapkan oleh para pelaku bisnis, terutama perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Pengembangan Strategi SI/TI Mengembangkan sebuah strategi SI/TI berarti berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen yang efektif untuk jangka waktu

Lebih terperinci

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution Oleh : Shelly Atriani Iskandar P056121981.50 KELAS R50 PROGRAM PASCA SARJANA

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Oleh : Ariyan Zubaidi 23509025 MAGISTER INFORMATIKA SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI Oleh : Luckhy Natalia Anastasye Lotte P.056091571.44

Lebih terperinci

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI 5.1 Rancangan Audit Sistem Informasi Rancangan audit sistem informasi dapat dilihat dari skor rata-rata dilakukan perhitungan pada bab sebelumnya dari nilai

Lebih terperinci

Bab III Analisa dan Kerangka Usulan

Bab III Analisa dan Kerangka Usulan Bab III Analisa dan Kerangka Usulan III.1 Perencanaan Strategis dalam Pengembangan CIF III.1.1 Kendala Pengembangan CIF Pembangunan dan pengembangan CIF tentunya melibatkan banyak sekali aspek dan kepentingan

Lebih terperinci

PENILAIAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN INSOURCING DAN OUTSOURCING

PENILAIAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN INSOURCING DAN OUTSOURCING PENILAIAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN INSOURCING DAN OUTSOURCING TUGAS MAKALAH MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Dosen Pengajar : Dr. Ir. Arif Imam Soeroso, M.Sc TYASTUTI RAHAYU NIM: P056131902.47E

Lebih terperinci

Materi Minggu 10. Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan

Materi Minggu 10. Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan M a n a j e m e n S t r a t e g i k 77 Materi Minggu 10 Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan 10.1 Implementasi Strategi Implementasi strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN KEGIATAN OUTSOURCING. Kuisioner yang dibagikann digunakan untuk mengetahui kelemahan dari hasil

BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN KEGIATAN OUTSOURCING. Kuisioner yang dibagikann digunakan untuk mengetahui kelemahan dari hasil 76 BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN KEGIATAN OUTSOURCING 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam mengevaluasi risiko yang dilakukan pada PT. Kartika Airlines, kami telah mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek TI dapat ditakdirkan untuk gagal sejak awal. Pertama, pengembangan sistem TI

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek TI dapat ditakdirkan untuk gagal sejak awal. Pertama, pengembangan sistem TI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut penelitian William (2007), ada empat alasan utama mengapa suatu proyek TI dapat ditakdirkan untuk gagal sejak awal. Pertama, pengembangan sistem TI baru yang

Lebih terperinci

CV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development

CV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi spektrum dalam kegiatan bisnis dunia. Investasi untuk pengembangan teknologi informasi merupakan sebuah fenomena yang diyakini para pelaku bisnis akan menambah nilai

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah skor antara dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan Memiliki hubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT SUPRAJAYA 2001

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT SUPRAJAYA 2001 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini dirintis oleh suami istri Ngadiman di Jakarta. Maka tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Analisa Sistem Berjalan 3.1.1 Riwayat Perusahaan PT. Xsis Mitra Utama didirikan di Jakarta pada awal tahun 2005, sebagai sebuah tambahan / cabang usaha dari PT.

Lebih terperinci

Manajemen Proyek Perangkat Lunak Minggu 1

Manajemen Proyek Perangkat Lunak Minggu 1 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Minggu 1 Danny Kriestanto, S.Kom., M.Eng Proyek Kumpulan orang-orang untuk menyelesaikan suatu permasalahan Sebuah aktivitas yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah hasil

Lebih terperinci

Bab 9: PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN. Hak cipta 2005 South-Western. Semua hak dilindungi undangundang.

Bab 9: PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN. Hak cipta 2005 South-Western. Semua hak dilindungi undangundang. Bab 9: PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN Western. Semua hak dilindungi undangundang. Pengembangan dan pelatihan Pengembangan dan pelatihan Mewakili investasi berkelanjutan dalam karyawan & menyadari karyawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Ayu (2011), pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan data

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 : LINGKUNGAN INTERNAL: SUMBER DAYA, KAPABILITAS DAN KOMPETENSI INTI

PERTEMUAN 4 : LINGKUNGAN INTERNAL: SUMBER DAYA, KAPABILITAS DAN KOMPETENSI INTI PERTEMUAN 4 : LINGKUNGAN INTERNAL: SUMBER DAYA, KAPABILITAS DAN KOMPETENSI INTI A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ke-4 ini akan di jelaskan mengenai Lingkungan Internal dalam Sumber daya, Kapabilitas,

Lebih terperinci

By dendar

By dendar www.dendar.co.nr By dendar INPUT OFFICE POLICY & PHYSICAL CONDITION LAYOUT & EQUIPMENT & WORK STATION OUTPUT CHAIR & DESK MACHINES SPACE UTILIZATION ENVIRONMENT REGULATION 1. TUJUAN BAB 2 2. KONSEP DASAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam organisasi dan perusahaan. Teknologi informasi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam organisasi dan perusahaan. Teknologi informasi dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini teknologi informasi merupakan salah satu hal terpenting yang dibutuhkan dalam organisasi dan perusahaan. Teknologi informasi dapat memberikan pengetahuan bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Internet Internet adalah kumpulan jaringan komputer yang saling berhubungan dan memiliki infrastruktur yang sangat unik, yang bisa menghubungkan

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM BAB 14 Mengelola Rancangan Proyek (Managing Projects)

RANGKUMAN SIM BAB 14 Mengelola Rancangan Proyek (Managing Projects) RANGKUMAN SIM BAB 14 Mengelola Rancangan Proyek (Managing Projects) A. PENTINGNYA MANAJEMEN RANCANGAN PROYEK Ada tingkat kegagalan yang sangat tinggi antara proyek-proyek sistem informasi. Di hampir setiap

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

KUESIONER EVALUASI PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI PEMASARAN BAGI PERUSAHAAN

KUESIONER EVALUASI PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI PEMASARAN BAGI PERUSAHAAN L-1 KUESIONER EVALUASI PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI PEMASARAN BAGI PERUSAHAAN 1. Faktor Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat untuk memperoleh gambaran mengenai biaya dan tingkat investasi yang dibutuhkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut The PMBOK Guide (Project Management Institute 2000), proyek adalah usaha sementara yang dijalankan untuk menyelesaikan sebuah tujuan yang khusus. Manajemen

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan Setelah membuat metode penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan ditampilkan hasil dari analisis yang dilakukan pada RSUD kota Salatiga. 4.1 Analisis Maturity Level

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

HUMAN RESOURCES PLANNING PROCESS (Proses Perencanaan Sumber Daya Manusia)

HUMAN RESOURCES PLANNING PROCESS (Proses Perencanaan Sumber Daya Manusia) HUMAN RESOURCES PLANNING PROCESS (Proses Perencanaan Sumber Daya Manusia) PROSES PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA perencanaan Sumber daya manusia adalah suatu proses yang terdiri dari peramalan penentuan

Lebih terperinci

THE VISIONING PHASE PART 2

THE VISIONING PHASE PART 2 THE VISIONING PHASE PART 2 3. DOKUMENTASI DAN KONFIRMASI ANALISA BISNIS Aktivitas dokumentasi dan konfirmasi Analisa Bisnis 1. Dokumentasi Deskripsi Bisnis, Visi, Value, Tujuan, Strategi, Arah, Visi Operasi,

Lebih terperinci

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

Manajemen Strategik dalam Pendidikan Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Politeknik Negeri Malang (Polinema) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan tinggi yang diberi kepercayaan untuk melaksanakan pola pengelolaan hibah penelitian

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap L1 Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Apa visi dan misi instansi? 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap bagian? 3. Bagaimana proses bisnis instansi? 4. Sejak tahun

Lebih terperinci

Strategi & Pola Pertumbuhan Struktur

Strategi & Pola Pertumbuhan Struktur 1 Pertemuan ke-7 struktur organisasi Definisi Stuktur Organisasi pengorganisasian terdiri dari 5 (lima) langkah Ada enam unsur kunci struktur organisasinya. dalam Strategi & Pola Pertumbuhan Struktur merancang

Lebih terperinci

Bab 9 - Project Human Resource Management Sumber: PMBOK 2000, Diterjemahkan oleh Mahasiswa STMIK Mardira Indonesia, Bandung

Bab 9 - Project Human Resource Management Sumber: PMBOK 2000, Diterjemahkan oleh Mahasiswa STMIK Mardira Indonesia, Bandung Bab 9 - Project Human Resource Management Sumber: PMBOK 2000, Diterjemahkan oleh Mahasiswa STMIK Mardira Indonesia, Bandung Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) suatu Proyek termasuk proses yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Organisasi Menurut Stephen P. Robbins dalam buku Teori Organisasi, teori organisasi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan

Lebih terperinci

MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN SISTEM INFORMASI INSOURCING DAN OUTSOURCING DISUSUN OLEH: REYNANDA MULYA P056121951.50 MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 Program Studi: Sistem Informasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEANGGOTAAN KOPERASI

MANAJEMEN KEANGGOTAAN KOPERASI MANAJEMEN KEANGGOTAAN KOPERASI PENGANTAR Anggota koperasi adalah aset/kekayaan sumber daya manusia koperasi yang sangat penting. Identitas ganda anggota koperasi sebagai pemilik dan pelanggan akan menentukan

Lebih terperinci

166 Simulasi rencana..., Beta Patrianto, FT UI, 2009

166 Simulasi rencana..., Beta Patrianto, FT UI, 2009 166 BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap sisa waktu dan biaya pelaksanaan proyek JORR Wx-Py maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Terdapat

Lebih terperinci

Strategic Management of IS/IT. Aspek Manajemen IS / IT 11/23/2011. O rganization and R esources Chapter 8. Context of This Session

Strategic Management of IS/IT. Aspek Manajemen IS / IT 11/23/2011. O rganization and R esources Chapter 8. Context of This Session Context of This Session External Business Environment Internal Business Environment Internal IS/IT environment Strategic Management of IS/IT O rganization and R esources Chapter 8 We are here Strategic

Lebih terperinci

BAB 3 PENENTUAN KEBUTUHAN DAN TUJUAN SISTEM

BAB 3 PENENTUAN KEBUTUHAN DAN TUJUAN SISTEM BAB 3 PENENTUAN KEBUTUHAN DAN TUJUAN SISTEM 3.1 Perumusan Objek Penelitian 3.1.1 Latar Belakang Perusahaan Perusahaan Vera Diana Fokus yang berdiri pada tahun 2001 ini bertempatkan di wilayah Pasar Rebo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Fakultas Ilmu Budaya (FIB) adalah salah satu dari 12 fakultas yang ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Fakultas Ilmu Budaya (FIB) adalah salah satu dari 12 fakultas yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakultas Ilmu Budaya (FIB) adalah salah satu dari 12 fakultas yang ada di Universitas Airlangga. Berdasarkan pada keterangan dari Adi Setijowati, Dra, M.Hum., sebagai

Lebih terperinci

Pertanyaan Kelompok 2:

Pertanyaan Kelompok 2: Pertanyaan Kelompok 2: 1. Sebutkan syarat-syarat perencanaan SDM! Syarat-syarat perencanaan SDM yaitu : Mengetahui secara jelas masalah yang akan direncanakannya. Mengumpulkan dan menganalisis informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riset pemasaran sangat penting untuk dilakukan sehingga perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Riset pemasaran sangat penting untuk dilakukan sehingga perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset pemasaran sangat penting untuk dilakukan sehingga perusahaan dapat mengetahui posisi merek di pasar, mengetahui selera atau kepuasan konsumen ataupun mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penggunaan komputer saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan primer. Komputer merupakan alat bantu yang sempurna apabila digunakan dengan baik karena mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB VII PRODUK Apa itu produk? Barang dan Jasa

BAB VII PRODUK Apa itu produk? Barang dan Jasa BAB VII PRODUK Apa itu produk? Produk adalah sesuatu yang diciptakan untuk tujuan transaksi. Produk memuaskan kebutuhan dan keinginan tertentu dari pelanggan dan memberikan pendapatan pada penjual atau

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengelolaan risiko..., Budi Suanda, FT UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengelolaan risiko..., Budi Suanda, FT UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri jasa konstruksi merupakan industri yang memiliki karakteristikkarakteristik khusus yang sulit untuk diantisipasi karena unik, sumber daya yang berfluktuasi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pengadaan barang atau jasa memegang peran kritis terhadap kegiatan

PENDAHULUAN. Pengadaan barang atau jasa memegang peran kritis terhadap kegiatan BAB I ENDAHULUAN PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Pengadaan barang atau jasa memegang peran kritis terhadap kegiatan produksi suatu perusahaan manufaktur, hal ini biasanya mendorong perusahaan tersebut

Lebih terperinci

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Proyek Outline Sumber Daya Proyek Tim Proyek dan Organisasi Stakeholder Sumber Daya Proyek Pada sebuah proyek diperlukan adanya sumber daya manusia,

Lebih terperinci

Proses Manajemen Stratejik. Dosen: Pristiana Widyastuti, S.AB.,M.AB.,MBA

Proses Manajemen Stratejik. Dosen: Pristiana Widyastuti, S.AB.,M.AB.,MBA Proses Manajemen Stratejik Dosen: Pristiana Widyastuti, S.AB.,M.AB.,MBA Proses Manajemen Stratejik Proses Manajemen Stratejik Visi dan Misi Stratejik Tingkatan Manajemen Stratejik Strategi Bisnis Penilaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan bidang keuangan yang harus selaras dan serasi dengan memaksimalisasi keuntungan suatu perusahaan. Kegiatan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori agensi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

Soal Jawab untuk Semua Materi 1. Ada dua landasan teori dalam pendekatan akuntansi keprilakuan, yakni pendekatan Normatif ke Deskriptif dan

Soal Jawab untuk Semua Materi 1. Ada dua landasan teori dalam pendekatan akuntansi keprilakuan, yakni pendekatan Normatif ke Deskriptif dan Soal Jawab untuk Semua Materi 1. Ada dua landasan teori dalam pendekatan akuntansi keprilakuan, yakni pendekatan Normatif ke Deskriptif dan Pendekatan Universal ke pendekatan Kontijensi. Dalam hal pendekata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyek Pembangunan Gedung Kuningan City dibangun pada lahan seluas

BAB I PENDAHULUAN. Proyek Pembangunan Gedung Kuningan City dibangun pada lahan seluas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proyek Pembangunan Gedung Kuningan City dibangun pada lahan seluas 27.247 m2 yang terdiri dari apartement 50 lantai dengan luas 43.858,55 m2, office 41 lantai dengan

Lebih terperinci

Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi

Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi Modul ke: Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational

Lebih terperinci

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang ABSTRAK Arsitektur enterprise merupakan suatu upaya memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan utama bagi. perusahaan dalam mempertahankan keberadaannya dalam dunia bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan utama bagi. perusahaan dalam mempertahankan keberadaannya dalam dunia bisnis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan utama bagi perusahaan dalam mempertahankan keberadaannya dalam dunia bisnis. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

Gambar V.1.Tindak lanjut arsitektur informasi rantai pasok BBM

Gambar V.1.Tindak lanjut arsitektur informasi rantai pasok BBM BAB V TINDAK LANJUT UNTUK ARSITEKTUR INFORMASI Tindak lanjut untuk arsitektur informasi BBM memberikan langkah berikutnya setelah dihasilkan rancangan arsitektur informasi rantai pasok BBM. Tindak lanjut

Lebih terperinci

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT 6.1 Identifikasi Tujuan Lembaga Pertanian Sehat Dalam Melakukan Kegiatan Supply Chain Management Perusahaan maupun

Lebih terperinci

Para akuntan mengalami berbagai kesulitan berikut ini dalam mengembangkan SIA : Permintaan atas sumber daya pengembangan begitu banyak.

Para akuntan mengalami berbagai kesulitan berikut ini dalam mengembangkan SIA : Permintaan atas sumber daya pengembangan begitu banyak. Para akuntan mengalami berbagai kesulitan berikut ini dalam mengembangkan SIA : Permintaan atas sumber daya pengembangan begitu banyak. SIA yang baru didesain tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan para

Lebih terperinci

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur Strategi t & Pengukuran Manajemen Pengetahuan Apa yang bisa diukur Apa yang bisa diukur tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur 1 Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Logistik Proses pemenuhan pesanan pelanggan dan distribusi merupakan salah satu kegiatan pada proses bisnis logistik. Kegiatan logistik dalam suatu perusahaan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000

Lebih terperinci