Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Outsourcing Outsourcing didefinisikan sebagai penggunaan sumber daya strategis dari luar untuk melakukan aktifitas yang sebelumnya ditangani oleh staff dan sumber daya internal[19]. Semua aktifitas bisnis dapat di-outsource, namun outsourcing memerlukan sebuah persetujuan antara pelaku dengan organisasi eksternal. Outsourcing bukanlah sebuah konsep baru, namun berasal dari pelaksanaan subkontrak aktifitas produksi. Tujuannya tidak hanya untuk mengurangi biaya non inti, namun juga untuk mengendalikan nilai strategis, transformasi bisnis, atau bahkan mengubah dinamika industri secara fundamental. Ed Frey [8], mengambil contoh dari beberapa organisasi dan menyimpulkan bahwa outsourcing memberi lapisan ekstra dalam supply chain, yang berarti memberi satu perlindungan ekstra. Hal ini disebabkan outsourcing yang biasa diikat oleh kontrak, meningkatkan kapasitas produksi dengan menggunakan sumber daya dari luar. II.2 Outsourcing Teknologi Informasi Menurut penelitian yang dilakukan Goldsmith[7] terhadap beberapa firma, area fungsional yang paling umum di outsource adalah teknologi informasi, yang meliputi semua aspek manajemen sistem informasi. Lebih rinci, survey yang dilakukan Lackow [22] pada industri outsourcing teknologi informasi menunjukkan, bahwa kategori layanan penyediaan teknologi informasi meliputi dukungan pengguna, Voice Network Management, pemulihan bencana, pengembangan perangkat, manajemen jaringan data, perawatan perangkat lunak, Data Center Operations, strategi dan perencanaan teknologi informasi, layanan pendukung, Application Hosting, dan proses bisnis. Survey tersebut juga menyimpulkan bahwa outsourcing teknologi informasi akan terus berkembang sesuai kepentingannya. 7

2 8 II.2.1 Ketatakelolaan Outsourcing Teknologi Informasi Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam ketatakelolaan outsourcing teknologi informasi, terutama saat menggunakan layanan pihak ketiga. Diantaranya adalah hasil yang lebih cepat dengan pemanfaatan evolusi teknologi dan penggunaan tenaga ahli suplier yang lebih siap dalam menghadapi perkembangan lingkungan. Hal ini seringkali membutuhkan pembedaan, bahkan konflik dan kemungkinan baru. Satu satunya cara yang merupakan fungsi dari ketatakelolaan outsourcing adalah implementasi pendekatan untuk memfasilitasi dan membantu antarmuka klien dan suplier. Disaat tidak terdapat cara untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan outsourcing, beberapa pendekatan berikut dianggap merupakan pendekatan terbaik[10]: a. Memastikan outsourcing diterima dan dimengerti oleh bisnis organisasi dan strategi operasi. Hal ini dapat membantu memisahkan aktivitas inti organisasi dan penentuan kandidat outsourcing. b. Tidak melakukan outsourcing pada aktifitas yang rusak atau tidak lengkap. Bila organisasi klien tidak dapat mengelolanya, kemungkinan besar organisasi lain juga tidak. c. Organisasi klien perlu mengetahui atau mengerti jumlah dan kualitas kebutuhan outsourcing dan layanan suplier yang potensial untuk memastikan terpenuhinya tujuan, harapan, dan sumber daya. d. Merencanakan dengan baik proses transisi(transfer layanan pada suplier). Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Staff 2. Pengetahuan dan ketrampilan 3. Pengelolaan layanan 4. Biaya layanan dibawah kontrak. 5. Program pengembagan lebih lanjut 6. Evaluasi dan pembaruan prosedur.

3 9 e. Merencanakan dengan baik transformasi proses bisnis, metode operasi, dan pembuatan maupun penyaluran layanan. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut: 1. Aktifitas ketatakelolaan yang disertakan dalam perjanjian 2. Benchmarking 3. Pengukuran biaya proyek melalui implemantasi 4. Manfaat yang didapat 5. Aset yang sesuai dengan kebutuhan 6. Pengelolaan perubahan lingkungan. II.2.2 Manfaat Outsourcing Teknologi Informasi Manajemen dapat memutuskan untuk melakukan outsourcing teknologi informasi dengan mempertimbangkan manfaat yang diperoleh. Seperti dapat dilihat pada Gambar II.1, jenis manfaat dari outsourcing teknologi informasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu operasional, teknologi, dan keuangan[13]. Jenis Manfaat Outsourcing Manfaat Operasional Manfaat Teknologi Manfaat Keuangan Gambar II.1 Manfaat Outsourcing Teknologi Informasi[13] Manfaat manfaat ini dapat digunakan oleh pengambil keputusan dalam menentukan masa depan organisasi. Berikut adalah penjelasan detil dari tiap manfaat: II Manfaat Operasional Dibandingkan dengan keberadaan teknologi informasi dalam bisnis modern, operasi pemrosesan data seringkali tidak menjadi kompetensi inti banyak organisasi. Kebutuhan peningkatan kualitas layanan, kompetensi personil

4 10 teknologi informasi, dan pengembangan dan perawatan sistem yang handal dapat mempengaruhi manajemen sumber daya dan mengurangi kemampuan organisasi dalam menangani nilai bisnis yang sebenarnya. Outsourcing dapat menyelesaikan masalah ini dengan memindahkan pelayanan teknologi informasi kepada spesialis, sehingga manajemen dapat fokus pada aktifitas inti. Dengan meminimalisasi sumber daya untuk aktifitas non inti. Sebuah unit bisnis dapat meningkatkan kinerjanya dengan pembangunan dan perbaikan proses bisnis. Outsourcing juga merupakan pilihan umum dalam meminimalisai waktu pengenalan dan menghindari tingginya biaya memasuki pasar baru. II Manfaat Teknologi Outsourcing dapat meningkatkan efisiensi dengan memperoleh akses pada personil, proses, dan teknologi yang tidak ekonomis bila dilakukan secara internal. Akses pada teknologi dapat menyebabkan keunggulan secara teknis dalam berkompetisi. Hal ini merupakan salah satu cara dalam mengikuti perubahan teknologi informasi yang selalu berubah dan memperoleh keahlian teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas layanan bagi bisnis dan pelanggan. II Manfaat Keuangan Manfaat lain yang tidak kalah penting dalam outsourcing teknologi informasi adalah keuangan. Outsourcing menawarkan kemungkinan kendali terhadap biaya pengelolaan teknologi informasi melalui efisiensi dengan berbagi biaya dengan suplier. Sebagai tambahan, outsourcing dapat mengurangi risiko dari kesalahan investasi teknologi yang seringkali membatasi sumber daya keuangan untuk aktifitas strategis lain.

5 11 II.2.3 Risiko Outsourcing Teknologi Informasi Saat keputusan outsourcing dibuat, hal tersebut bisa jadi hanya sementara karena banyaknya faktor yang memungkinkan terjadinya kegagalan. Keputusan tersebut bahkan seringkali tidak mempertimbangkan relasi terhadap publik atau dampak terhadap karir dari orang -orang yang terlibat di dalamnya. Gambar II.2 menunjukkan pembagian risiko dalam outsourcing teknologi informasi[12]. Jenis Risiko outsourcing Risiko Operasional Risiko Strategis Risiko Komposit Teknis Suplier Pengetahuan Manusia Kemampuan Proses Gambar II.2 Elemen Risiko Outsourcing Teknologi Informasi[12] Tiga jenis risiko tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Risiko operasional : Dipengaruhi faktor teknis, manusia, dan proses. Dapat berupa penurunan kualitas, biaya atau kecepatan eksekusi proses. b. Risiko strategis : Berhubungan dengan masalah yang ditimbulkan oleh suplier dan pekerjanya, seperti perlindungan properti intelektual, keamanan, dan privasi. c. Risiko komposit : Berhubungan dengan risiko jangka panjang, seperti hilangnya kemampuan melakukan suatu proses bisnis secara internal di masa depan karena hilangnya talenta dan pengetahuan dari aktifitas yang dioutsourcing-kan.

6 12 Diantara risiko risiko ini dampaknya dapat dikurangi dengan kendali pada perjanjian kontrak dan operasional. Bagaimanapun juga, mengelola risiko operasional adalah aktifitas berjalan yang perlu dilakukan secara berkelanjutan II.3 Sumber Daya, Nilai Strategis dan Lingkungan Teknologi Informasi Nilai strategis sumber daya dapat didefinisikan sebagai pemahaman dan pemanfaatan terhadap sifat dari masing masing sumber daya dalam berinteraksi untuk menciptakan sebuah nilai. Nilai strategis sumber daya membantu organisasi mengembangkan sudut pandang yang dinamis dan terintegrasi. Dengan mengintegrasikan beberapa area fungsional dalam organisasi untuk membentuk sumber daya yang bernilai bagi stakeholder, pengambil keputusan dapat lebih fokus pada sumber daya yang tepat dalam menciptakan nilai. Pada dasarnya sumber daya dalam bidang teknologi informasi dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori[8]. Kategori tersebut antara lain: a. Manusia : Terdiri dari personil yang memiliki kemampuan, berkontribusi, atau pengguna dari teknologi informasi, misalnya spesialis teknologi informasi atau pengguna akhir. b. Perangkat keras: Alat bantu dalam teknologi informasi yang bersifat nyata, dapat berupa CPU, monitor atau perangkat pendukung lainnya. c. Perangkat lunak: Alat bantu yang bersifat tidak nyata, dapat berupa sistem, aplikasi, atau prosedur. d. Data: fakta, informasi atau hasil analisa yang digunakan komputer. e. Jaringan : alat bantu sebagai media komunikasi di bidang teknologi informasi. Lima jenis sumber daya utama teknologi informasi (manusia, perangkat keras, perangkat lunak, data, dan jaringan) digunakan untuk mengumpulkan beberapa tipe sumber daya lain yang mengendalikan nilai bagi pelanggan, shareholder, dan stakeholder. Tipe sumber daya ini disebut sebagai sumber daya value driving. Sumber daya ini biasanya tidak terukur seperti[8]:

7 13 a. Kepuasan Pelanggan b. Kepuasan Suplier c. Tingkat Kompetisi Produk d. Keuntungan e. Brand/Image/Prestige/Reputation f. Kepuasan pegawai g. Efisiensi operasional Dalam departemen atau bagian teknologi informasi sebuah organisasi, sumber daya utama digunakan untuk meningkatkan nilai dari sumber daya value driving. Oleh sebab itu, nilai sumber daya value driving yang dipengaruhi departemen/bagian teknologi informasi dapat menjadi salah satu indikator kinerja teknologi informasi suatu organisasi. Selain nilai strategis, nilai dari sumber daya dalam teknologi informasi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi sumber daya teknologi informasi antara lain infrastruktur, standar(baik untuk teknologi, operasional, teknis, dan aplikasi), penelitian, instruksi, sistem administratif, dukungan baik internal(kebijakan organisasi) maupun eksternal(kebijakan pemerintah), perencanaan dan laporan organisasi, kerjasama atau kolaborasi dengan pihak lain. II.4 The Conceptual Frameworks Beberapa sudut pandang teoritis menjelaskan dengan baik sikap dari klien, suplier, dan organisasi penghubung dalam outsourcing. Beberapa mode pertimbangan dalam melakukan outsourcing teknologi informasi atau disebut the conceptual frameworks dapat digunakan dalam menjelaskan perjanjian dalam praktek dan derajat kesuksesan outsourcing[24]. The Conceptual Frameworks terdiri dari tujuh bagian. Tiap bagian dijelaskan dengan rinci sebagai berikut:

8 14 II.4.1 Core Competencies Menurut Deloitte [3], Core Activities berarti aktifitas inti menuju bisnis yang tidak memberi sebuah keunggulan dalam berkompetisi. Istilah Core Competency sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Prahalad [17] yang mendeskripsikannya sebagai kumpulan pengetahuan dalam organisasi, terutama bagaimana mengkoordinasi bermacam ketrampilan produksi dan mengintegrasikan berbagai aliran teknologi. Kompetensi adalah sebuah kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah tugas atau kumpulan tugas[6]. Hubungan nyata antara kompetensi inti dan produk akhir adalah apa yang kita sebut produk dasar (perwujudan fisik dari satu atau lebih kompetensi inti). Untuk menopang pertumbuhan dan mengungguli perusahaan lain, sebuah organisasi perlu membuat sebuah perbedaan untuk memperoleh keunggulan berkompetisi. Perbedaan yang dimaksud adalah dapat melakukan aktifitas lebih baik dengan biaya yang lebih efektif dibandingkan kompetitor. Mengembangkan sebuah keunggulan berkompetisi seringkali dilakukan belakangan, saat organisasi memilih untuk bertumbuh dibandingkan mengembangkan kompetensi intinya[3]. Beberapa masalah terkait dengan kompetensi inti adalah sebagai berikut: a. Saat organisasi memilih untuk bertumbuh, risiko menjadi lebih mudah muncul, karena perlu disadari pesatnya pertumbuhan dalam organisasi juga dipengaruhi oleh Core Competency-nya b. Pengalihan pada pertumbuhan dapat menyebabkan kurangnya fokus pada pondasi sukses di masa depan. c. Para manajer enggan menyerahkan manajemen dari aktifitas bisnis, terutama aktifitas inti, kepada pihak eksternal.

9 15 Kinerja dan pertumbuhan sebuah perusahaan datang dari sebuah set kompetensi inti. Untuk mempertahankan fokus pada kompetensi inti ini, perusahaan harus melibatkannya dalam strategi bisnis dan melakukan outsource pada aktifitas yang tidak memberi keunggulan dalam berkompetisi. II Tes pasar eksternal terhadap kompetensi inti organisasi Untuk dapat dikualifikasikan sebagai dasar, sebagai inti dari strategi yang efektif, kompetensi harus lulus sejumlah tes dari pasar eksternal mengenai nilai yang dimilikinya [3]. Gambar II.3 menunjukkan sebuah cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah kompetensi masuk kategori inti atau tidak. kemungkinan imitasi apakah kompetensi sulit untuk ditiru? daya tahan: seberapa cepat sumber daya menurun? ketepatan: siapa yang mendapatkan nilai yang dibuat sumber daya? Nilai Sebuah Kompetensi inti pengganti: bisakah sebuah kompetensi unik tergantikan oleh sumber daya yang lain? keunggulan kompetitif: kompetensi siapa yang sebenarnya lebih baik? Gambar II.3 Test Pasar Eksternal pada Sebuah Kompetensi Inti[3] Seperti dapat dilihat pada Gambar II.3 tes kompetensi inti dapat dilakukan melalui lima cara. Lima cara tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Tes kemungkinan imitasi : apakah kompetensi sulit untuk ditiru? Tidak dapat diimitasi adalah jantung dari pembentukan nilai dan keunggulan berkompetisi karena batas yang diberikannya. Bila strategi kompetensi tidak dapat diimitasi, maka keuntungan yang didapat akan mudah dipertahankan. Tidak dapat diimitasi diturunkan dari keunikan fisik (mis: paten, lokasi), ketergantungan(kompetensi yang telah dibangun lama

10 16 sulit ditiru karena dibuat berdasarkan akumulasi), ambiguitas penyebab(kesulitan dalam mendapat kompetensi atau bagaimana membuat ulang), atau keunggulan gerakan awal usaha pasar untuk menjadi yang pertama dalam investasi aset atau teknologi). b. Tes daya tahan: seberapa cepat sumber daya menurun? Sebuah kompetensi lebih bernilai bila dapat mempertahankan keunggulan berkompetisinya selama mungkin. Kompetensi inti harus memiliki daya tahan atau akan cepat hilang dan turun nilai keuntungannya. c. Tes ketepatan: siapa yang mendapatkan nilai yang dibuat sumber daya? Mendasarkan sebuah strategi pada kompetensi yang tidak terpisahkan dalam sebuah organisasi dapat menyebabkan keuntungan sulit diraih dan dipertahankan. Sebagai contoh, kompetensi yang bergantung pada individu yang dapat meninggalkan perusahaan, atau persediaan yang terikat pada kontrak yang dapat dibatalkan, bukan merupakan keputusan yang tepat. d. Tes pengganti: bisakah sebuah kompetensi unik tergantikan oleh sumber daya yang lain? Pengganti seringkali tidak diketahui. Sebagai contoh, teknologi baru dapat dengan mudah menggantikan solusi lama. Mencari kemungkinan bilamana kompetensi inti dapat tergantikan merupakan hal penting. Terutama bila sebuah organisasi bergantung pada hal tersebut untuk mendukung kemampuannya dalam menghasilan sebuah barang atau jasa yang berkualitas. e. Tes keunggulan kompetitif: kompetensi siapa yang sebenarnya lebih baik? Organisasi harus mengevaluasi kompetensi inti yang berhubungan dengan kompetitornya. Strategi organisasi yang dibangun berdasar set kemampuan spesifik akan menjadi kurang spesifik bila kompetitor dengan kemampuan lebih baik menggunakan strategi yang sama. II.4.2 Resource Based Resource based theory ditemukan oleh Barney dan Grant, tahun teori ini menjelaskan bahwa aset dan sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjelaskan perbedaan kinerja yang dihasilkan. Sumber daya dapat bersifat nyata

11 17 atau tidak, dan berdampak pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi yang pada akhirnya berpengaruh pada keunggulan berkompetisi. Wernerfelt[16] mengartikan sumber daya (resource) sebagai segala sesuatu yang bisa dianggap sebagai sebuah kekuatan atau kelemahan dari firma. Sumber daya dianggap penting untuk mendahului produk, terutama kinerja. Teori ini mengalamatkan masalah utama mengenai bagaimana keunggulan kinerja dapat dicapai oleh firma lain pada pasar yang sama dengan cara memperoleh dan mengekploitasi sumber daya unik yang dimiliki firma. Conner dan Prahalad [16] berpendapat bahwa keunggulan berkompetisi dapat ditopang dengan sekumpulan sumber daya unik pada inti organisasi. Dengan kata lain, dapat disimpulkan sudut pandang Resource Based melihat bagaimana pemilik bisnis membangun usahanya berdasarkan sumber daya dan kemampuan yang mereka miliki saat ini atau yang bisa didapatkan kelak. Pendekatan Resource Based berdasar pada sumber daya organisasi dan bagaimana sumber daya tersebut dikombinasikan menjadi sebuah kemampuan. Dalam Resource Based, organisasi dikatakan memiliki keunggulan berkompetisi saat dapat memenuhi beberapa syarat berikut[16]: a. Melakukan sewa yang memerlukan heteroginitas antar organisasi b. Menikmati sewa yang tidak ternilai biaya, dengan cara mendapatkan sebuah set sumber daya yang memerlukan Ex-Ante Limit untuk berkompetisi mendapatkan sumber daya tersebut. c. Menyimpan sewa tersebut dalam organisasi, yang memerlukan mobilitas sumber daya yang tidak sempurna d. Mempertahankan sewa tersebut, yang memerlukan Ex-Post Limit dalam kompetisi. Faktor pendukung tercapainya keunggulan berkompetisi dalam Resource Based ditunjukkan oleh Gambar II.4 dimana ada empat faktor yang mempengaruhi tercapainya keunggulan berkompetisi:

12 18 Heterogeneity Ex-Ante Limit dalam berkompetisi Keunggulan berkompetisi Mobility tidak sempurna Ex-Post Limit dalam berkompetisi Gambar II.4 Sudut Pandang Teori Resource Based[16] Faktor faktor yang mendukung tercapainya keunggulan berkompetisi dalam Resource Based dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Heteroginity: Industri dibuat dari organisasi yang memiliki akses pada banyak sumber daya dan ketrampilan berbeda, dengan cara berikut: 1. Mengikat sumber daya dan kemampuan yang berbeda dalam organisasi. Heteroginitas menyatakan secara tak langsung bahwa organisasi dengan bermacam kemampuan akan belajar dengan tingkatan berbeda pula. 2. Kelas penting sumber daya adalah kelas yang terbatas dalam jangka pendek, namun dapat diperbarui dan dikembangkan dalam organisasi yang menggunakannya. b. Ex-Post Limit untuk berkompetisi: meningkatkan teknologi yang potensial yang ada. Kekuatan dalam berkompetisi yang membatasi imitator dengan cara.: 1. Membatasi peniruan atau imitasi, dipertahankan dengan cara mengisolasi mekanisme. 2. Membatasi sumber daya pengganti.

13 19 c. Ex-Ante Limit untuk berkompetisi: reputasi dan pengetahuan spesialis 1. Menganut asumsi bahwa sumber penyewa dalam organisasi adalah sebuah posisi superior sumber daya. 2. Bila terdapat banyak organisasi menyadari potensinya, perjuangan dalam kompetisi akan terjadi untuk memperebutkan posisi superior yang dimaksud. 3. Proses ini akan merugikan semua target sewa yang dapat diperoleh bila posisi tersebut didapat. 4. Sebuah organisasi membutuhkan perkiraan masa depan untuk memperoleh atau membangun kekosongan dalam berkompetisi. Hal ini memerlukan informasi yang tidak tentu dan tidak lengkap, atau akan terdapat perbedaan dalam biaya yang dibutuhkan organisasi dalam mengimplementasikan pilihan strategis. d. Mobilitas tidak sempurna: berbagi reputasi dan pengetahuan spesialis Tidak berbagi pengetahuan spesialis dan reputasi untuk mempertahankan keunggulan berkompetisi. II.4.3 Resource Dependencies Menurut teori Resource Dependencies, pihak yang kekurangan sumber daya yang diperlukan akan berusaha menjalin hubungan dengan pihak lain untuk mengisi kekurangan tersebut[2]. Organisasi berusaha merubah ketergantungan dalam suatu hubungan dengan meminimalisasi ketergantungannya atau dengan meningkatkan ketergantungan organisasi lain kepadanya. Dengan sudut pandang tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam Resource Dependencies, organisasi dilihat sebagai koalisi yang merubah struktur dan pola kelakuannya agar dapat memperoleh dan memelihara sumber daya eksternal yang diperlukan. Resource Dependencies berasal dari teori sistem terbuka dimana organisasi memiliki perubahan derajat kebergantungan pada lingkungan eksternal, khususnya untuk sumber daya yang dibutuhkan untuk beroperasi. Hal ini menyebabkan masalah karena organisasi memiliki ketidakpastian dalam

14 20 mendapatkan sumber daya dan meningkatkan masalah ketergantungan organisasi dalam mendapatkan sumber daya kritis. Seringkali, kendali eksternal dari sumber daya ini mengurangi keleluasaan manajerial, mengganggu tercapainya sasaran organisasi dan mengancam eksistensi dari organisasi itu sendiri. Dihadapkan pada situasi ini, manajemen akan mengarahkan organisasi agar mengelola ketergantungan eksternal sebagai keunggulan. Dalam Resource Dependencies organisasi memiliki ketidakpastian dalam mendapatkan sumber daya yang meningkatkan masalah ketergantungan organisasi dalam mendapatkan sumber daya kritis. Dari sudut pandang ini dapat dilihat bahwa sebuah organisasi dapat mengelola peningkatan ketergantungan dengan mengadaptasi atau menghindari kebutuhan eksternal dengan melakukan strategi strategi berikut[2]: a. Mengubah kebergantungan organisasi melalui integrasi, merger dan penggolongan. b. Menciptakan struktur kolektif untuk membentuk lingkungan yang bisa dinegosiasikan c. Menggunakan aksi legal, politis, atau sosial untuk membentuk lingkungan baru yang lebih bersahabat. Resource Dependencies menggunakan set strategi spesifik untuk mengelola lingkungan eksternal dan mendiskusikan kondisi yang paling tepat. Sudut pandang Resource Dependencies mencari cara pengendalian sumber daya untuk mencapai efektifitas dalam organisasi. Esensi dari sudut pandang Resource Dependencies adalah keunggulan kinerja finansial yang didapat dari pengelolaan ketergantungan dan ketidaktentuan. Pemilihan strategi yang tepat untuk mempengaruhi lingkungan sebagai keunggulan harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan karena dapat menciptakan sebuah pilihan dalam berkontribusi atau menyembunyikan sumber daya penting atau masukan yang dapat digunakan sebagai alat tawar menawar antara rekan dan pelanggan. Gambar II.5 menunjukkan model framework konseptual Resource Dependencies yang digunakan untuk menganalisa sebab dan akibat dari sebuah Controlling Orientation(CO):

15 21 Dependency (Clark et al., 1994; Heide dan Stump, 1995; Pfeffer dan Salancik, 1978) Uncertainty (Balakrishnan dan Wernerfelt, 1986; Heide, 1994; Pfeffer dan Salancik, 1978 Controlling Orientation (CO) H1 (Aldrich, 1999; Pfeffer dan Salancik, 1978; H Scott, 1998) Firm Power (Asymmertric Interdependence) (Emerson, 1962; Frazier, 1991) Financial Outcomes -ROA, Sales Growth, Market H3(+) Share, Profitability (Mcalister et al., 1986; Wathne dan Heide, 2000) Customer H4(-) Outcomes Kepuasan pelanggan, Value (Anderson dan Weitz, 1992; Ganesan, 1994; Geyskens et al.,1999) Gambar II.5: Framework Konseptual Resource Dependencies [2] Dalam framework konseptual Resource Dependencies, Dependency(ketergantungan pada pihak lain) dan Uncertainty(tidak pastinya aliran sumber daya) menjadi faktor penentu utama peningkatan efektifitas dalam organisasi (dampak terhadap keuangan dan pelanggan). Berikut adalah beberapa asumsi dan pengertian yang digunakan dalam framework Resource Dependencies [2]: a. Dependency: kurangnya sumber daya dalam tubuh organisasi membuat ketergantungan potensial pada pihak lain. b. Uncertainty : aliran sumber daya bukanlah subyek kendali organisasi sehingga tidak dapat diprediksi secara akurat. Dengan begitu, organisasi mencari cara mengelola lingkungan untuk menjamin kelangsungan hidup jangka panjang dengan meminimalisasi ketergantungan dan mengurangi ketidaktentuan(uncertainty) dalam mendapatkan sumber daya melalui hubungan formal maupun informal (outsourcing) dengan organisasi lain. c. Controlling Orientation: kemampuan dalam mengelola lingkungan dianggap sebagai suatu keunggulan berkompetisi. d. Firm power : keunggulan yang dimiliki sebuah organisasi e. Financial Outcomes : kinerja keuangan organisasi f. Customer Outcomes : dampak sebuah hubungan yang dirasakan pihak customer atau pelanggan.

16 22 II.4.4 Transaction Cost Economics Robin [14] mendefinisikan Transaction Cost sebagai biaya yang berhubungan dengan pertukaran ekonomi, yang sangat bergantung pada harga pasar kompetitif dari barang atau jasa yang dipertukarkan. Sebagai contoh, dua klien dapat membeli barang dari dua suplier yang sama, namun dengan biaya transaksi yang berbeda, mengingat jarak transportasi atau perbedaan dalam cara membeli dan ketatakelolaan departemennya. Coase [14] adalah orang pertama yang mempertanyakan kendali dalam sebuah organisasi. Framework teoritis yang dia kembangkan menanggapi pertanyaan tersebut akhirnya dikenal sebagai Transaction Cost Economics(TCE). TCE berpendapat bahwa ekonomisasi biaya transaksi menentukan aktifitas ekonomi organisasi, dan pemisahan aktivitas antara firma dan pasar. Relevansi ide ini dalam praktek outsourcing dianggap sangat berguna bagi peneliti. Transaction Cost dapat diklasifikasikan dalam dua kategori: biaya koordinasi dan biaya motivasi. Biaya koordinasi didefinisikan sebagai biaya dalam mengawasi lingkungan, merencanakan dan tawar menawar untuk memutuskan apa yang harus diselesaikan. Biaya koordinasi meliputi biaya mempertemukan pembeli dan penjual, penelitian pasar, pemasaran, prosedur penetapan harga, dan usaha pembeli dalam menemukan produk yang diinginkannya. Biaya motivasi terdiri dari dua elemen : biaya yang berhubungan dengan informasi yang belum lengkap atau tidak dapat diandalkan dan biaya yang berhubungan dengan komitmen yang tidak sempurna. Informasi dikatakan belum lengkap atau tidak dapat diandalkan bila satu pihak dalam transaksi tidak pernah yakin pihak lain menyediakan informasi yang lengkap atau dapat diandalkan. Komitmen dikatakan tidak sempurna karena pihak pihak dalam suatu transaksi tidak pernah yakin bahwa komitmen atau ancaman yang dibuat akan dijalankan dengan baik.

17 23 II Atribut dalam Transaction Cost Economics Coase [14] menganjurkan firma mengganti pasar saat biaya transaksi didalam firma lebih kecil dibanding biaya transaksi melalui pasar sebelumnya. Dari sudut pandang ini, dapat disimpulkan notasi dari peminimalan biaya atau efisiensi merupakan aspek pokok dari Transaction Cost Economics. Williamson[14] mendefinisikan tiga atribut kritis dalam transaction cost, antara lain: (i) asset specify, (ii) uncertainty, dan (iii) frequency (dikombinasikan dengan durasi). II Asset Specificity Lohtia [14] mendeskripsikan Asset Specificity sebagai sebuah aset, baik nyata maupun tidak, yang memiliki nilai kecil saat berada diluar hubungan khusus. Transaction Cost Economics menganggap makin tinggi aset ditetapkan, maka makin besar kemungkinan sebuah transaksi akan dikelola secara internal. Penetapan aset cukup komplek. Terdapat enam dimensi spesifikasi aset, yang meliputi: manusia, fisik, situs, terdedikasi, Brand capital, dan penetapan aset sementara. Enam dimensi aset tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Penetapan Aset Manusia Meliputi semua keahlian atau pengetahuan khusus yang pegawai kembangkan melalui latihan, dan mewakili spesialisasi atau pengalaman yang spesifik pada sebuah hubungan pegawai dan majikan. b. Penetapan Aset Fisik Menyangkut investasi aset fisik yang berkenaan dengan hubungan perdagangan tertentu. Sebagai contoh adalah fasilitas produksi sayap yang dibuat oleh sebuah suplier Boeing. Sayap sayap ini dibuat spesifik pada transaksi tersebut dan tidak dapat dibuat oleh pabrik pesawat manapun. c. Penetapan Aset Situs Berhubungan dengan investasi pada sebuah situs yang tertutup bagi penjual atau pembeli dengan tujuan memfasilitasi sebuah transaksi. Sebagai contoh, Toyota memiliki supplier yang dibangun disebelah mereka dan mengirimkan produknya

18 24 langsung dari suplier ke Toyota. Situs menspesifikasi pemakaian, dimana aset tidak dapat memiliki kegunaan alternatif, mengingat tingginya biaya relokasi. d. Penetapan Aset Terdedikasi Berhubungan dengan aset dengan tujuan umum, yang berlawanan dengan aset yang spesifik, dibeli sehubungan dengan kontrak hubungan perdagangan jangka panjang yang spesifik. Sebagai contoh, hotel dapat mengembangkan fasilitasnya untuk digunakan delegasi dalam menyelenggarakan konferensi. e. Brand Capital Berhubungan dengan investasi reputasi. Masalah dapat muncul dimana satu pihak memiliki kendali atas aset yang dapat merusak reputasi baru pihak lain. f. Penetapan Sementara Berhubungan dengan investasi aset dimana waktu dan koordinasi dari aktifitas merupakan hal kritis. Pembangunan kapal dapat digunakan sebagai contoh. Bila semua aktifitas yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah kapal dikoordinasikan dan dijadwalkan, kegagalan pengiriman satu barang yang dibutuhkan untuk kapal dapat dirasa mahal bagi pabrik kapal tersebut. Bisa terdapat suplier alternatif untuk barang tersebut, namun bila diperlukan waktu lebih untuk membuatnya, maka biaya transaksinya dapat menjadi signifikan bagi si pembuat kapal. g. Intelektual Sebagai tambahan enam aspek dari Asset Specify, aspek ketujuh yang disebut Intellectual Asset Specificity dapat disertakan. Aset ini berhubungan dengan penelitian, desain, pengembangan, dan kepatenan. Saat terdapat Asset Specificity yang bercampur, firma kemungkinan besar akan melakukan outsource atau mengadakan perjanjian bilateral.

19 25 II Uncertainty Atribut kedua dari Transaction Cost Economics adalah Uncertainty. Dalam transaksi, Uncertainty menggarisbawahi ketidaklengkapan kontrak. Makin besar kesulitan dalam melihat saat yang mempengaruhi sebuah hubungan perdagangan, makin besar pula ketidakpastian dan potensi munculnya kontrak yang tidak lengkap. Widener and Selto [14] mengklasifikasikan Uncertainty sebagai Environmental (variasi dalam kebutuhan aktifitas) dan Behaviourial (ketidakmampuan mengawasi aktifitas). Transaction Cost Economics menganggap bahwa dengan makin besarnya kehadiran Uncertainty, maka ada kemungkinan lebih besar transaksi akan dilakukan secara internal. II Frequency Frequency mengacu pada pengulangan dan volume transaksi yang mirip. Saat menjelaskan hal ini, Colbert dan Spicer [14] menggunakan kata extent untuk mewakili kata frekwensi dan volume. Makin besar extent sebuah transaksi, makin besar pula kemungkinan transaksi akan dikelola secara internal dikarenakan ekonomisasi produksi yang bisa diperoleh. II.4.5 Agency Cost Agency Cost ditemukan oleh Alchian dan Demsetz tahun Agency Cost merupakan salah satu pengembangan aspek dari teori transaction cost, yang mempertimbangkan sudut pandang risiko antara pelaku(klien) dan rekan outsourcing-nya(agen atau suplier)[14]. Teori ini berfokus pada ketentuan kontrak dan hubungan antara kedua belah pihak yang terlibat dalam outsourcing. Teori ini membedakan antara kontrak yang berdasar pada hasil dengan kontrak yang berdasar pada sifat. Bila organisasi klien tidak mempercayai suplier, maka biaya pengawasan yang lebih besar akan diperlukan agar suplier memberi produk atau layanan yang baik. Organisasi klien memiliki dua pilihan: kontrak yang mengatur pembayaran berdasarkan produk atau layanan yang dihasilkan atau kontrak yang

20 26 mengatur pelaksanaan sebuah fungsi dalam batasan waktu. Bila klien tidak dapat mempercayai rekannya untuk menyediakan layanan sesuai perjanjian, maka kontrak berdasarkan pada hasil dapat diterapkan. Pada pihak suplier, kontrak berdasarkan sifat setidaknya memastikan bahwa pihaknya telah menghabiskan kurun waktu tertentu untuk aktifitas terkait, terlepas hasilnya baik atau buruk. Menurut teori Agency Cost, masalah kunci manajemen adalah pemilihan tipe kontrak yang efisien antara klien dan suplier. Teori ini mengemukakan bahwa perbedaan keuntungan klien dan suplier terdiri dari tiga bagian[5]: a. Biaya pengawasan klien Biaya pengawasan klien,muncul saat klien mengawasi kinerja dari suplier. b. Sisa biaya klien Sisa biaya klien muncul saat klien membeli sebuah fungsi dari suplier dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki. c. Biaya pengikat suplier Biaya pengikat suplier muncul saat agen gagal memenuhi kebutuhan klien sesuai ketentuan dalam kontrak. Biaya biaya tersebut memiliki implikasi kebijakan sebagai berikut[5]: a. Information Costs in Contract Management. Sebagai tambahan untuk menjelaskan manajemen kontrak yang melibatkan Agency Cost, satu yang harus diamati adalah bahwa keunggulan informasi dari kontraktor dalam kinerja berarti kontraktor dapat menetapkan biaya agen tinggi dengan mengabaikan usaha pelaku dalam memperoleh informasi. Makin sulit pelaku mendapatkan informasi sebagai akibat kinerja, makin besar kemungkinan kontrak akan disusun berdasarkan sifat kontraktor. Makin tidak pasti akibatnya, makin besar kemungkinan agen akan memiliki dorongan untuk menolak usaha pengumpulan informasi pelaku begitu juga keberanian sifat dibandingkan akibat standar kinerja. b. Goal Incongruity(perbedaan sasaran) antara pelaku dan agen meningkatkan dorongan bagi agen untuk menyembunyikan informasi dari pelaku. c. Agent Risk Aversion. Beberapa agen lebih menolak risiko dibandingkan agen lain, hal ini kemungkinan dikarenakan budaya organisasi. Penolakan risiko

21 27 oleh agen cenderung dilakukan dengan cara menahan informasi pada pelaku, yang akan meningkatkan biaya yang ditanggung agen. d. Interdependence dapat juga membuat proses menjadi lebih komplek dan tak pasti, sebagai akibat pertukaran peningkatan biaya agen dalam memperoleh kinerja informasi. e. Communication Costs. Agen dapat tidak mengikuti maksud dari pelaku saat ada investasi untuk waktu dan personil. Selain itu, investasi dalam saluran komunikasi oleh pelaku, menyebabkan kurangnya klarifikasi dan konsistensi pesan dari pelaku. Agen menghadapi biaya informasi saat ini dan ketidaktentuan masa depan, hal ini membatasi kemampuan pengambilan keputusan dan memaksa agen membuat keputusan dengan mencari solusi yang paling memuaskan dibanding optimasi (memerlukan informasi lengkap). II.4.6 Partnership Partnership bukanlah sebuah teori melainkan beberapa penelitian yang mengamati pengembangan kepercayaan antara klien dan suplier dalam outsourcing teknologi informasi[20]. Partnership tidak hanya mempertimbangkan pihak lain dalam transaksi, namun berdasar pada elemen pertukaran (bila anda melakukan hal ini untuk saya, maka saya akan melakukan hal itu untuk anda). Dalam sebuah persekutuan outsourcing, organisasi klien dan penyedia layanan berusaha mencapai sikap yang saling menguntungkan agar dapat menciptakan solusi saling menguntungkan(win win). Hal ini memerlukan strategi yang hati hati karena kebanyakan persekutuan outsourcing tidak berdasar pada kontrak formal, melainkan berdasar pada pengembangan hubungan antar organisasi dan semacamnya, dimana mekanisme pengawasan difokuskan pada kepercayaan dan kendali kontraktual seadanya. Lebih jauh sebuah persekutuan memerlukan sasaran umum dan keseimbangan sasaran antara klien dan penyedia layanan.

22 28 Kepercayaan menjadi masalah yang makin penting saat menjalin hubungan dalam outsourcing teknologi informasi. Untuk mencapai harapan dan pencapaian dalam sebuah hubungan outsourcing, organisasi harus mempercayai vendor outsourcenya. Kepercayaan sendiri dapat didefinisikan sebagai perasaan dari hasil sebuah proses mengerti, pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan ekonomi, dan hubungan sosial. II Framework Kepercayaan dalam Hubungan Outsourcing Framework ini terdiri dari tiga area utama: kontrak, budaya, dan keamanan. Sebagai contoh budaya dapat mempengaruhi bagaimana kontrak dibuat dan dikelola, dan bagaimana masalah keamanan dipilih untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya sukses dalam pelaksanaan outsourcing[20]. Ketentuan kontrak akan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan keamanan, begitu juga sebaliknya. Gambar II.6 menunjukkan framework dalam Parthnership dan menjelaskan bagaimana area kontrak, budaya dan keamanan berhubungan satu dengan lain dalam meningkatkan kepercayaan dalam perjanjian antara klien dan suplier. Kontrak Budaya Kepercayaan Keamanan Gambar II.6 Framework Kepercayaan dalam Outsourcing[20] Area area yang terdapat dalam framework Partnership dapat dijelaskan sebagai berikut:

23 29 a. Kontrak Area kritis dalam kontrak meliputi kontrak mutual dan tertulis, meminimalisasi ketidaktentuan, durasi kontrak b. Budaya Area kritis dalam budaya meliputi kepemimpinan, komunikasi, konteks c. Keamanan Area kritis dalam keamanan meliputi bidang administratif dan bidang teknis. II.4.7 Game Theory Bidang Game Theory muncul pada tahun 1944 ditulis oleh John Von Neumann dan Oskar Morgenstern[23]. Game Theory merupakan cabang dari matematika terapan yang sering digunakan dalam kontek ekonomi. Teori ini mempelajari interaksi antar agen. Dalam strategi permainan, organisasi memilih strategi mana yang akan memaksimalkan hasil pekerjaan mereka, memberi pilihan strategi untuk agen yang lain. Ciri ciri utama teori ini adalah menyediakan sebuah pendekatan pemodelan formal bagi situasi sosial dimana pengambil keputusan berinteraksi dengan agen yang lain. Game Theory mengembangkan pendekatan optimasi sederhana dalam ekonomi neoklasikal. Meski beberapa analisa dari Game Theory mirip dengan Decision Theory, studi mengenai keputusan Game Theory dibuat dalam sebuah lingkungan dimana para pemain berinteraksi. Dengan kata lain, studi Game Theory memilih sifat optimal dimana biaya dan keuntungan dari tiap pilihan bergantung pada pilihan individu lain. Permainan yang dipelajari Game Theory didefinisikan dengan baik melalui objek matematik. Sebuah permainan terdiri dari sebuah set pemain, set langkah atau strategi yang dimiliki tiap pemain, dan sebuah spesifikasi harga kombinasi dari tiap kombinasi. Permainan paling kooperatif diwakili dalam bentuk fungsi, sementara perluasan bentuk normal digunakan untuk mendefinisikan permainan non kooperatif.

24 30 II Definisi Pendukung Game theory Berikut adalah beberapa definisi pendukung dalam Game Theory[23]: a. Game Sebuah game adalah deskripsi formal dari sebuah situasi strategis. b. Game theory Game theory adalah pelajaran resmi mengenai pengambilan keputusan dimana beberapa pemain yang terlibat didalamnya harus memilih akibat potensial dari kepentingan pemain lain. c. Payoff Payoff adalah sebuah angka, disebut juga kegunaan, yang mencerminkan dampak yang diinginkan seorang pemain, dengan tujuan apapun. Saat dampak diacak, payoff ditimbang berdasar probabilitasnya. Payoff yang diinginkan berhubungan dengan sikap pemain terhadap risiko. d. Pemain Agen yang mengambil keputusan dalam permainan. e. Rasionalitas Seorang pemain disebut rasional bila pemain tersebut bermain untuk memaksimalkan payoff-nya sendiri. f. Strategi Strategi adalah satu dari banyak aksi yang mungkin dilakukan oleh seorang pemain. II Penerapan Permainan Prisoner Dilemma dalam Penentuan Outsourcing Prisoner Dilemma adalah permainan dalam bentuk strategis antara dua pemain. Dalam permainan ini terdapat matrik 2x2 yang berisi Payoff dari masing masing pemain. Tiap sel dalam matrik berisi dua nomer yang menunjukkan Payoff yang didapat dari setiap pemain untuk strategi yang dipilihnya. Bila pemain I memainkan sisi bagian bawah, maka nomer bagian bawah dari tiap sel adalah Payoff yang didapat untuk strategi yang dipilih. Pada gambar II.7 diberikan

25 31 contoh penerapan permainan Prisoner Dilemma pada penentuan keputusan membeli(outsource) atau menyediakan secara internal(insource). Gambar II.7 Penerapan Prisoner Dilemma dalam Pemilihan Strategi Suplier dan Klien[23] Pada Gambar II.7 ditunjukkan pemain I mewakili penyedia layanan yang diperlukan(suplier), sedangkan pemain II mewakili organisasi yang mempertimbangkan kemungkinan outsource(klien). Pada matrik tersebut ditunjukkan pemain I memiliki dua pilihan strategis, antara menyediakan layanan dengan kualitas baik(high) atau buruk(low). Tentu saja pilihan low merupakan pilihan yang dicari oleh penyedia karena memerlukan biaya dan usaha lebih kecil. Pemain II juga memiliki dua pilihan strategis, antara membeli(buy) atau tidak membeli(don t buy) layanan yang disediakan pemain I (suplier). Bila pemain I memilih memberi kualitas layanan yang baik(high), dan pemain II memilih untuk membeli layanan tersebut(buy), maka masing masing pemain akan mendapatkan Payoff yang sama (2). Bila pemain I memilih memberi kualitas layanan rendah(low), namun pemain II tetap memilih untuk membeli layanan tersebut, pemain I akan mendapat Payoff besar(3), sedangkan pemain II tidak mendapatkan Payoff (0). Bila skenario tersebut terjadi, dapat dikatakan pemain I memilih strategi yang baik, dan pemain II memilih strategi yang buruk. Bila pemain II berpikir rasional bahwa pemain I akan berusaha memberi kulitas layanan yang buruk(low), maka tidak akan terjadi transaksi jual beli, dan masing masing pemain juga mendapat Payoff sama(1).

26 32 II.5 Analytic Hierarchy Process(AHP) Analytic Hierarchy Process adalah sebuah teknik terstruktur untuk membantu menyelesaikan pengambilan keputusan yang komplek. Analytic Hierarchy Process tidak membantu mengambil keputusan yang tepat, namun memilih satu diantara banyak berdasarkan teori matematika dan psikologi manusia. Analytic Hierarchy Process menyediakan framework luas dan rasional untuk menyusun masalah, menilai dan menghitung elemen yang terkandung untuk mencapai sasaran tertentu. Analytic Hierarchy Process juga dapat digunakan untuk membantu manajemen menentukan aktifitas yang di-outsource, khususnya dibidang teknologi informasi. Analytic Hierarchy Process menggunakan tiga faktor dalam pemilihan aktifitas teknologi informasi yang di-outsource, yaitu tingkat kritis(criticality), tingkat kestabilan(stability), dan tingkat kesederhanaan(simplicity). Analytic Hierarchy Process terdiri dari tiga level. Pada Gambar II.8 menujukkan bahwa tiap level merupakan langkah tersendiri untuk mendapatkan aktivitas yang paling sesuai untuk di-outsource. Level 1 Outsourcing aktifitas bisnis Level 2 Criticality Stability Simplicity Level 3 A B C D Gambar II.8 Hirarki Keputusan untuk Memilih Aktifitas yang di- Outsource[15] Klasifikasi tiga hirarki keputusan untuk memilih aktifitas outsourcing dapat dijelaskan sebagai berikut:

27 33 Level 1: Mengetahui prioritas kategori Level ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari tiga kategori teknologi informasi yang digunakan. Hasilnya akan digunakan untuk menilai tingkat prioritas tiap aktifitas yang menjadi kandidat dalam outsourcing. Level 2: Penilaian aktifitas untuk tiap kategori Berdasarkan kandidat aktifitas yang ada, responden diberi pertanyaan untuk memberi tingkat kepentingan tiap kandidat aktifitas seperti yang telah dilakukan pada Level 1. Responden diberi pertanyaan untuk membuat perbandingan diantara aktifitas tersebut berdasarkan kriteria criticality, stability dan simplicity. Level 3: Pemilihan aktifitas outsourcing Level tiga digunakan untuk menentukan vektor prioritas outsourcing untuk tiap kandidat aktifitas. Hasil analisa pada tingkat ini dapat digunakan untuk menilai aktifitas yang paling layak di-outsource mengacu pada rendahnya vektor prioritas aktifitas tersebut. Contoh perhitungan lengkap dari perhitungan Analytic Hierarchy Process dapat dilihat pada Lampiran A. II.6 Metode Penelitan Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Jenis metode penelitian sendiri dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan obyek yang diteliti. Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar, penelitian terapan dan penelitian pengembangan. Sedangkan berdasarkan tingkat kealamiahannya, metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan naturalistik. Berdasarkan jenis penelitiannya, metode penelitian eksperimen dan survey termasuk dalam kelompok metode kuantitatif, sedangkan metode penelitian naturalistik termasuk dalam kelompok metode kualitatif.

28 34 II.6.1 Proses Penelitian Kuantitatif Proses penelitian kuantitatif dimulai dari masalah. Selanjutnya supaya masalah dapat dijawab dengan baik, maka masalah dirumuskan secara spesifik dengan kalimat tanya. Untuk menjawab rumusan masalah yang bersifat sementara(hipotesis), maka hipotesis tersebut harus diuji dengan pendekatan yang sesuai. Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, peneliti dapat menyusun instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Data yang terkumpul digunakan untuk menguji hipotesis, apakah diterima atau tidak. Hasil pengujian ini akan digunakan untuk membuat kesimpulan dan saran dari penelitian. II.6.2 Rumusan Masalah Penelitian Seperti telah dikemukakan sebelumnya, rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Pada dasarnya rumusan masalah dibagi menjadi tiga bagian: a. Rumusan masalah deskriptif Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik pada satu variabel atau lebih. b. Rumusan masalah komparatif Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. c. Rumusan masalah assosiatif Rumusan masalah assosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

29 35 II.6.3 Variabel Penelitian Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi: a. Variabel Independen Variabel ini sering disebut sebagai variabel bebas yang mempengaruhi atau menjadi penyebab timbulnya variabel dependen. b. Variabel Dependen Variabel ini sering disebut variabel terikat, yang merupakan akibat adanya variabel bebas. c. Variabel Moderator Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen. d. Variabel Interviewing Variabel interviewing adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen menjadi hubungan tidak langsung dan tidak dapat diukur. e. Variabel Kontrol Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi faktor luar. II.6.4 Hipotesis Penelitian Bentuk bentuk hipotesis sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat ekplanansinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian dibagi menjadi tiga yaitu: a. Hipotesis Deskriptif Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.

30 36 b. Hipotesis Komparatif Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama, namun menggunakan sampel yang berbeda. c. Hipotesis Assosiatif Hipotesis assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah assosiatif, yaitu menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. II.6.5 T-test Satu Sampel dan Pearson Product-Moment Correlation Hipotesis deskriptif dapat diuji menggunakan t-test satu sampel, yang memiliki rumusan: Rumus II.1 : Dimana, t = Nilai t yang dihitung n = Jumlah data X = Nilai rata- rata µ 0 = Nilai hipotesis s = Simpangan baku sampel Sedangkan hipotesis assosiatif dapat diuji menggunakan teknik korelasi Pearson Product-Moment yang memiliki rumusan: Rumus II.2 : Dimana, r = Korelasi Pearson Product Moment n = Jumlah data Xi = Nilai X ke i Yi = Nilai Y ke i

31 37 X = Rata - rata X Y = Rata rata Y Sx = Simpangan baku X Sy = Simpangan baku Y

Bab III Pemodelan Outsourcing Teknologi Informasi

Bab III Pemodelan Outsourcing Teknologi Informasi Bab III Pemodelan Outsourcing Teknologi Informasi III.1 Langkah Pemodelan Outsourcing Teknologi Informasi Beberapa framework yang telah dijelaskan di bab II digunakan untuk menjelaskan praktek dan sudut

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Willcocks [24] membagi pendekatan outsourcing dibagi menjadi empat:

Bab I Pendahuluan. Willcocks [24] membagi pendekatan outsourcing dibagi menjadi empat: Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Willcocks [24] mendefinisikan outsourcing teknologi informasi sebagai keputusan yang diambil organisasi untuk mengontrakan, menjual sebagian, atau seluruh aset teknologi

Lebih terperinci

Model Keputusan Outsourcing Teknologi Informasi

Model Keputusan Outsourcing Teknologi Informasi Model Keputusan Outsourcing Teknologi Informasi Made Krisnanda Pasca Sarjana Jurusan Sistem Informasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10 Bandung Email

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Nilai (Value) Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

Lebih terperinci

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory)

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Resource Dependence Theory adalah studi tentang bagaimana sumber daya eksternal organisasi mempengaruhi perilaku organisasi. Teori

Lebih terperinci

OUTSOURCING. Oleh : SITI JAMILLAH

OUTSOURCING. Oleh : SITI JAMILLAH OUTSOURCING Oleh : SITI JAMILLAH Saat ini banyak perusahaan IT outsourcing bermunculan. Hal ini disebabkan perusahaan merasa bahwa sistem informasi sudah meruapakan kebutuhan tetpi beberapa diantaranya

Lebih terperinci

Bab IV Validasi Model Outsourcing Teknologi Informasi

Bab IV Validasi Model Outsourcing Teknologi Informasi Bab IV Validasi Model Outsourcing Teknologi Informasi Bab ini membahas mengenai uji validasi model outsourcing teknologi informasi yang diusulkan sebelumnya dengan cara membandingkan model yang dihasilkan

Lebih terperinci

PENILAIAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN INSOURCING DAN OUTSOURCING

PENILAIAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN INSOURCING DAN OUTSOURCING PENILAIAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN INSOURCING DAN OUTSOURCING TUGAS MAKALAH MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Dosen Pengajar : Dr. Ir. Arif Imam Soeroso, M.Sc TYASTUTI RAHAYU NIM: P056131902.47E

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Referensi : 1. Management Information Systems : A Managerial End User Perspective, James A. O'Brien 2. Management Information Systems, Raymond McLeod, Jr. Sistem Informasi dan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MODEL KEPUTUSAN OUTSOURCING TEKNOLOGI INFORMASI TESIS

PEMBUATAN MODEL KEPUTUSAN OUTSOURCING TEKNOLOGI INFORMASI TESIS PEMBUATAN MODEL KEPUTUSAN OUTSOURCING TEKNOLOGI INFORMASI TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh MADE KRISNANDA NIM : 23506028

Lebih terperinci

Strategic Management of IS/IT. Aspek Manajemen IS / IT 11/23/2011. O rganization and R esources Chapter 8. Context of This Session

Strategic Management of IS/IT. Aspek Manajemen IS / IT 11/23/2011. O rganization and R esources Chapter 8. Context of This Session Context of This Session External Business Environment Internal Business Environment Internal IS/IT environment Strategic Management of IS/IT O rganization and R esources Chapter 8 We are here Strategic

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

Sistem kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem.

Sistem kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Sistem kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Karakteristik Sistem a. Komponen Sistem (Components) suatu sistem terdiri dari sejumlah komponenyang saling berinteraksi,

Lebih terperinci

Anggota Tim Proyek. Manajer Proyek 22/09/2007

Anggota Tim Proyek. Manajer Proyek 22/09/2007 Tim Proyek Adalah semua personil yang tergabung gdalam organisasi pengelola proyek. Ada personil fungsional dan organisasi induk, ada juga personil yang menjadi inti dari tim. Project office : Staf pendukung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Latar Belakang CMMI (Capability Maturity Model Integration) Menurut Dennis M. Ahern, Aaron Clouse, dan Richard Turner, dalam buku mereka yang berjudul CMMI Distilled: A Practical

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard. BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Mega Cipta Mandiri didirikan pada tanggal 6 Februari 1996 di Jakarta. PT. Mega Cipta Mandiri bergerak pada bidang periklanan yaitu billboard. Banyak

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI DALAM ORGANISASI ASIH ROHMANI,M.KOM

SISTEM INFORMASI DALAM ORGANISASI ASIH ROHMANI,M.KOM SISTEM INFORMASI DALAM ORGANISASI ASIH ROHMANI,M.KOM PERAN TEKNOLOGI INFORMASI 5 peranan mendasar TI di sebuah perusahaan : 1. Fungsi Operasional 2. Fungsi Monitoring and Control 3. Fungsi Planning and

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap strategi di dalam perusahaan. Petunjuk Bobot : Berilah bobot antara 0-1 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 191 BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 6.1. KESIMPULAN ATAS MASALAH PENELITIAN Kontribusi utama dalam penelitian ini adalah memberikan bukti empiris bahwa CSR bukan hanya sebagai bentuk tanggung

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

Bagaimana suatu perusahaan menggunakan sistem informasi untuk menunjang strategisnya

Bagaimana suatu perusahaan menggunakan sistem informasi untuk menunjang strategisnya Bagaimana suatu perusahaan menggunakan sistem informasi untuk menunjang strategisnya Sistem informasi secara umum dapat diartikan sebagai kesatuan elemen-elemen yang saling berinteraksi secara sistematis,

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Pengembangan Strategi SI/TI Mengembangkan sebuah strategi SI/TI berarti berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen yang efektif untuk jangka waktu

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI Oleh : Luckhy Natalia Anastasye Lotte P.056091571.44

Lebih terperinci

Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi

Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi Modul ke: Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut The PMBOK Guide (Project Management Institute 2000), proyek adalah usaha sementara yang dijalankan untuk menyelesaikan sebuah tujuan yang khusus. Manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Standard Operating Procedure (SOP) 2.1.1 Pengertian SOP Setiap organisasi perusahaan memiliki pola dan mekanisme tersendiri dalam menjalankan kegiatannya, pola dan mekanisme itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep outsourcing Dalam pengertian umum, istilah outsourcing diartikan sebagai contract (work) out seperti ditemukan dalam Concise Oxford Dictionary, sementara mengenai kontrak

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah skor antara dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan Memiliki hubungan

Lebih terperinci

PERANAN IT DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

PERANAN IT DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN PERANAN IT DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN Saat ini penerapan teknologi informasi dan komunikasi diperlukan dalam dunia bisnis sebagai alat bantu dalam upaya memenangkan persaingan. Pembangunan Teknologi Informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Total Quality Management 2.1.1.1 Pengertian Total Quality Management Pendefinisian total quality management mengacu

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 3. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 3. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 3 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 29/09/2014 Perancangan Produk -

Lebih terperinci

Analisis Sumberdaya dan Kapabilitas Internal Perusahaan Menggunakan RBV

Analisis Sumberdaya dan Kapabilitas Internal Perusahaan Menggunakan RBV Analisis Sumberdaya dan Kapabilitas Internal Perusahaan Menggunakan RBV Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi Mahasiswa S3, Strategic Management, PSIM-FEUI Mengapa suatu perusahaan secara terus menerus mampu

Lebih terperinci

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur Strategi t & Pengukuran Manajemen Pengetahuan Apa yang bisa diukur Apa yang bisa diukur tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur 1 Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

Kolaborasi (Collaboration)

Kolaborasi (Collaboration) Kolaborasi (Collaboration) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Topik Organisasi logistik Pengembangan hubungan kolaborasi Manajemen hubungan/relasi

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #2 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #2 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #2 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa, pedoman, dan visualisasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan sebuah pemodelan arsitektur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Dasar Enterprise Arsitektur 3.1.1. Enterprise Architecture Enterprise Architecture atau dikenal dengan arsitektur enterprise adalah deskripsi yang didalamnya termasuk

Lebih terperinci

A. Proses Pengambilan Keputusan

A. Proses Pengambilan Keputusan A. Proses Pengambilan Keputusan a) Definisi Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar

Lebih terperinci

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention)

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention) L1 Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan Arahan Strategi ( Strategic Intention) Untuk menjawab pertanyaan dibawah ini menggunakan format skor dengan skala ( 0-5 ) dan lingkari skor yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi saat ini pertumbuhan perekonomian dunia telah berkembang. Perusahaan-perusahaan harus dengan cepat mengubah cara strategi bisnisnya supaya

Lebih terperinci

CSG3A3/ SISTEM INFORMASI KK SIDE

CSG3A3/ SISTEM INFORMASI KK SIDE CSG3A3/ SISTEM INFORMASI KK SIDE Reference : Whitten Bentley, Systems Analysis and Design Method, edisi 7, Bab 1. 1 8/27/2015 Perkenalan Nama : Anisa Herdiani, S.T., M.T. Kode dosen : NDN KK : SIDE Ruang

Lebih terperinci

KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Manajemen Strategi Bisnis Saat ini sebagian besar organisasi menyadari bahwa strategi sistem informasi harus dikembangkan dalam konteks

Lebih terperinci

NARA SUMBER : aan/

NARA SUMBER :  aan/ NARA SUMBER : http://jodie.ngeblogs.com/2010/04/13/peranan-it-dalam-organisasi-perusah aan/ Saat ini penerapan teknologi informasi dan komunikasi diperlukan dalam dunia bisnis sebagai alat bantu dalam

Lebih terperinci

MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI SERVIS STRATEGI & DESIGN 2KA30

MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI SERVIS STRATEGI & DESIGN 2KA30 MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI SERVIS STRATEGI & DESIGN 2KA30 Disusun oleh: Mukhamad Arif Kurniawan (17114619) Richart Wirianto (19114247) Indra Oktamara (15114300) FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN INFORMASI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perencanaan Audit Sistem Informasi Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan beberapa tahap perencanaan audit. Hasil perencanaan audit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perusahaan menyadari besarnya peranan teknologi. dalam menunjang bisnis yang dijalani. Berbagai macam proyek teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perusahaan menyadari besarnya peranan teknologi. dalam menunjang bisnis yang dijalani. Berbagai macam proyek teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hampir semua perusahaan menyadari besarnya peranan teknologi dalam menunjang bisnis yang dijalani. Berbagai macam proyek teknologi informasi mulai dari otomatisasi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Oleh: Deni Mahdiana,S.Kom,MM,M.Kom E-BUSINESS GLOBAL : BAGAIMANA BISNIS MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI 1 PROSES BISNIS DAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI II.1 Pekerjaan II.2 Proses

BAB II DASAR TEORI II.1 Pekerjaan II.2 Proses BAB II DASAR TEORI Bab ini akan membahas dasar teori yang melandasi penulisan tesis ini yaitu pekerjaan, proses, struktur organisasi, sistem informasi, sistem informasi yang peduli proses, teknik pemodelan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

Manajemen Proyek Perangkat Lunak Minggu 1

Manajemen Proyek Perangkat Lunak Minggu 1 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Minggu 1 Danny Kriestanto, S.Kom., M.Eng Proyek Kumpulan orang-orang untuk menyelesaikan suatu permasalahan Sebuah aktivitas yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi menuntun perusahaan untuk melakukan pembaharuan dengan cara berfikir global dan bertindak secara lokal. Inovasi teknologi yang makin mempercepat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan

LAMPIRAN LAMPIRAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan LAMPIRAN LAMPIRAN I. KUISIONER HUBUNGAN LIGHTS-ON DAN PROYEK DENGAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan dan staf senior dari departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi. sasarannya telah digariskan dengan jelas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi. sasarannya telah digariskan dengan jelas. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegiatan Proyek Menurut Soeharto (1997), kegiatan proyek adalah satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya.

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya. BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi penjualan pada PT. Bangunan Jaya adalah merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN 4. Sistem Manajemen Mutu (=SMM) 4.1 Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu SMM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia menjadikan negeri ini

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia menjadikan negeri ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia menjadikan negeri ini sebagai tujuan dari investasi para investor baik yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri. Hampir

Lebih terperinci

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Proyek Outline Sumber Daya Proyek Tim Proyek dan Organisasi Stakeholder Sumber Daya Proyek Pada sebuah proyek diperlukan adanya sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian. Simpulan dan saran dibuat berdasarkan hasil penelitian dan. pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

BAB V PENUTUP. penelitian. Simpulan dan saran dibuat berdasarkan hasil penelitian dan. pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. BAB V PENUTUP Bab lima berisi simpulan, saran atau rekomendasi dan keterbatasan penelitian. Simpulan dan saran dibuat berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN A. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Sistem informasi akuntansi manajemen asalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Terkadang tidak jarang bagi seorang manajer untuk melakukan mark up

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Terkadang tidak jarang bagi seorang manajer untuk melakukan mark up BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penjualan merupakan kekuatan utama yang perlu diperhatikan dalam dunia usaha. Dengan meningkatnya penjualan, berbanding lurus dengan profit yang diperoleh.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Teori permainan (game theory) adalah bagian dari ilmu matematika yang mempelajari interaksi antar agen, di mana tiap strategi yang dipilih akan memiliki matriks perolehan

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Oleh : Ariyan Zubaidi 23509025 MAGISTER INFORMATIKA SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3. Heru Lestiawan, M.Kom

Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3. Heru Lestiawan, M.Kom 1 Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3 Heru Lestiawan, M.Kom Learning Objectives 2 Menggambarkan suatu kerangka keseluruhan untuk manajemen integrasi proyek yang berkaitan dengan bidang pengetahuan

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan Insourcing

Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan Insourcing Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan Insourcing Pengembangan sistem informasi di suatu organisasi diperlukan dalam rangka mencapai keungulan kompetitifnya. Melihat persaingan yang begitu

Lebih terperinci

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM ANALISA & PERANCANGAN SISTEM Pengembangan Sistem Informasi Mulyadi, S.Kom, M.S.I Proses dalam Pengembangan Sistem Proses pengembangan sistem - serangkaian kegiatan, metode, praktik, dan alat-alat terotomatisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Program stokastik merupakan program matematika, dimana beberapa data yang termuat pada tujuan atau kendala mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian biasanya dicirikan oleh distribusi

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEMATIS TERHADAP INFORMASI MANAJEMEN LABORATORIUM Oleh Luh Putu Ary Sri Tjahyanti, S.T., M.Kom. 8

ANALISIS SISTEMATIS TERHADAP INFORMASI MANAJEMEN LABORATORIUM Oleh Luh Putu Ary Sri Tjahyanti, S.T., M.Kom. 8 ANALISIS SISTEMATIS TERHADAP INFORMASI MANAJEMEN LABORATORIUM Oleh Luh Putu Ary Sri Tjahyanti, S.T., M.Kom. 8 Abstrak: Abad ke-21 adalah abad Informasi dan Era Internet. Dengan pesatnya perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Bab 9: PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN. Hak cipta 2005 South-Western. Semua hak dilindungi undangundang.

Bab 9: PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN. Hak cipta 2005 South-Western. Semua hak dilindungi undangundang. Bab 9: PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN Western. Semua hak dilindungi undangundang. Pengembangan dan pelatihan Pengembangan dan pelatihan Mewakili investasi berkelanjutan dalam karyawan & menyadari karyawan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan

BAB II LANDASAN TEORI. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya. Pendekatan

Lebih terperinci

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OUT-SOURCING, IN-SOURCING, DAN CO-SOURCING

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OUT-SOURCING, IN-SOURCING, DAN CO-SOURCING Tugas Individu Dosen : MK. Sistem Informasi Manajemen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc. (CS) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OUT-SOURCING, IN-SOURCING,

Lebih terperinci

Soal Jawab untuk Semua Materi 1. Ada dua landasan teori dalam pendekatan akuntansi keprilakuan, yakni pendekatan Normatif ke Deskriptif dan

Soal Jawab untuk Semua Materi 1. Ada dua landasan teori dalam pendekatan akuntansi keprilakuan, yakni pendekatan Normatif ke Deskriptif dan Soal Jawab untuk Semua Materi 1. Ada dua landasan teori dalam pendekatan akuntansi keprilakuan, yakni pendekatan Normatif ke Deskriptif dan Pendekatan Universal ke pendekatan Kontijensi. Dalam hal pendekata

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi dengan menggunakan Metode Information Economics Evaluasi sistem dan teknologi informasi dengan metode

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI KONSEP SISTEM INFORMASI PENDAHULUAN Tulisan ini akan menjelaskan konsep dasar dari sistem informasi. Sebelum membahas suatu sistem lebih baik jika mengetahui dulu apa sistem itu, pada bagian berikutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori agensi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Karya Ilmiah E-Business SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Manajemen Siklus Hidup Produk SAP Disusun oleh : Nama : Achmad Mustagfiri NIM : 09.11.2962 Kelas : 09-S1TI-06 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika Modul ke: Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational Theory, Design,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 ini, dapat dirasakan dengan jelas bahwa persaingan bisnis kian kompetitif dan berdampak pada seluruh pelaku bisnis yang ada. Pelaku bisnis

Lebih terperinci

CV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development

CV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi spektrum dalam kegiatan bisnis dunia. Investasi untuk pengembangan teknologi informasi merupakan sebuah fenomena yang diyakini para pelaku bisnis akan menambah nilai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang menentukan kinerja pada industri mikro, kecil, dan menengah (IKM) makanan khas minang di kota Padang dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan Menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN 3.1. Analisis dan Pemberian Bobot Nilai Metode yang digunakan dalam memberikan bobot nilai untuk IE versi kedua (Parker, 1996) diambil dari IE versi pertama (Parker, 1988).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. yang berfungsi dengan tujuan yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. yang berfungsi dengan tujuan yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Sistem Nugroho Widjajanto (2001:2) mengartikan sistem sebagai sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

Presented by: M Anang Firmansyah

Presented by: M Anang Firmansyah Perspectives in Organizations: Resource Dependence, Efficiency, and Population Presented by: M Anang Firmansyah Ada tiga perspektif organisasi Resource dependence perspective Efisiensi Populasi Alasan

Lebih terperinci

Pertemuan 7 GAME THEORY / TEORI PERMAINAN

Pertemuan 7 GAME THEORY / TEORI PERMAINAN Pertemuan 7 GAME THEORY / TEORI PERMAINAN Objektif: 1. Mahasiswa dapat merumuskan masalah dalam game theory / teori permainan 2. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dalam proses pengambilan keputusan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERTEMUAN 2 SISTEM INFORMASI MANAJEMEN 25 BERSAING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DASAR- DASAR KEUNGGULAN STRATEGIS TI Strategis Teknologi tidak lagi merupakan pemikiran terakhir dalam membentuk

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE II (KONSUMEN) DALAM KERJASAMA RANTAI PASOK. Nama Mahasiswa : Afriani Sulastinah NRP :

ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE II (KONSUMEN) DALAM KERJASAMA RANTAI PASOK. Nama Mahasiswa : Afriani Sulastinah NRP : ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE II (KONSUMEN) DALAM KERJASAMA RANTAI PASOK Nama Mahasiswa : Afriani Sulastinah NRP : 1206 100 030 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : Dra. Laksmi Prita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii PERNYATAAN ORISINALITAS...iii KATA PENGANTAR...iv ABSTRAK...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR LAMPIRAN...xii

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori Peneliti merangkai kerangka teori berdasarkan olah data yang di ambil dari responden yang menggunakan sistem ERP di satuan kerja kementerian keuangan. sistem ERP

Lebih terperinci