BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah Langkah Evaluasi Investasi SI / TI dengan Metode IE

BAB IV ANALISA RETURN ON INVESTMENT

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

Kata Kunci : Information Economics, Teknologi Informasi, Sistem Informasi Pemasaran, Domain Bisnis, Domain Teknologi. DAFTAR ISI

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kuisioner Domain Bisnis

LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN UNTUK DOMAIN BISNIS

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DSLAM PADA TELKOM MSC (MAINTENANCE SERVICE CENTER)

LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT INDOSAT, Tbk

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

KONTRADIKSI PRODUKTIVITAS TEKNOLOGI INFORMASI: SEBUAH ANALISIS EKSISTENSI MOBILE BRANCH PADA BANK MUAMALAT KOTA SURABAYA

KUESIONER EVALUASI PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI PEMASARAN BAGI PERUSAHAAN

BAB 4. Helpdesk, dimana investasi ini meliputi pembeliaan hardware dan software yang

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. mencakup pengadaan peralatan teknologi informasi seperti hardware dan software yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard.

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Analisis investasi TI dengan menggunakan metode Information Economics

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. lebih terfokus pada kelayakan teknis dan kelayakan ekonomi. Adapun bobot prioritas dari kedua aspek tersebut adalah :

ANALISIS INVESTASI IMPLEMENTASI APLIKASI SAP MODUL SALES DISTRIBUTION DENGAN PENDEKATAN INFORMATION ECONOMIC STUDI KASUS PT EXCELCOMINDO PRATAMA

BAB 4 ANALISA DAN EVALUASI. besar investasi yang dikeluarkan untuk pengadaan hardware, software, dan biaya

ANALISIS INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. SATYA DJAYA RAYA TRADING DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

LAMPIRAN. LAMPIRAN - Kuesioner Domain Keuangan. informasi. Investasi teknologi informasi termasuk jaringan LAN dan komputer core 2

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA EVALUASI INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. FEMALINDO MEDIA SEJAHTERA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN

PENERAPAN METODOLOGI INFORMATION ECONOMICS DALAM IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI FRS (Form Registrasi Studi) DI UNIVERSITAS XYZ SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai organisasi. Namun masih banyak manager bisnis yang belum yakin akan

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap 2007/2008

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berdiri pada tahun 1982 oleh Djoni Muksin dan pada tanggal 19 maret 1996

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI APLIKASI NAVISION BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA PT. FRINA LESTARI NUSANTARA

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI APLIKASI SISTEM INFORMASI FINANSIAL MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS (IE) PADA CV. RINJANI AGRO SENTOSA

BAB II LANDASAN TEORI

Kuesioner Domain Bisnis

ANALISIS SISTEM APLIKASI SAP-CRM DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA PT XL AXIATA TBK

BAB I PENDAHULUAN. melakukan investasi sistem informasi, banyak hal-hal yang harus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. keputusan investasi TI, tentunya perusahaan mengharapkan hasil berupa

PERTEMUAN III INISIASI PROYEK

BAB 4 STUDI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PELAYARAN SINDUTAMA BAHARI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (TI) sebagai sebuah investasi untuk mendukung tujuan perusahaan.

BAB III DATA DAN ANALISIS. pada tanggal 10 Januari 1894 di Batavia.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Model Group Advanced Information Economic (G AIE) Financial Approach Non Financial Approach

ANALISIS SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 4 EVALUASI INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PT. GEMA INSANI

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat.

ANALISIS INVESTASI SISTEM INFORMASI PADA PT. RIAP INDO NESIA DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS SKRIPSI. Oleh: Yassavati

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sehari hari. Teknologi Informasi (TI) menjadi sangat penting dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi dan Teknologi Informasi

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai perhitungan Cost Benefit Analysis.

ANALISIS COST BENEFIT DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI JARINGAN PADA PT. INDO SUPER KENCANA

KATA PENGANTAR. Akhir ini sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini

PRESENTASI TUGAS AKHIR CF 1380

KAJIAN INVESTASI SISTEM INFORMASI AKADEMIK PADA UNIVERSITAS X DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

ANALISA PEMILIHAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIS MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT TNI AL DR. RAMELAN - SURABAYA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah langkah Dalam Studi Kelayakan. dilakukan dengan pendekatan metode Cost Benefit Analysis.

Bab 1. Pendahuluan. Dengan semakin berkembangnya kondisi perekonomian saat ini, semakin

PENERAPAN INFORMATION ECONOMICS (IE) UNTUK PENGKAJIAN INVESTASI SI/TI STUDI KASUS: PROYEK SIM PT ABCD

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI NILAI BISNIS INVESTASI JARINGAN KOMPUTER (STUDI KASUS UNIVERSITAS XYZ JAKARTA) ABSTRAK

ANALISIS INVESTASI SISTEM INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN DOMAIN TEKNOLOGI - METODE INFORMATION ECONOMICS

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak akan lepas dari kegiatan tersebut. Sejak dulu alat transportasi

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LAPORAN HIBAH INTERNAL IDENTIFIKASI NILAI BISNIS INVESTASI JARINGAN KOMPUTER (STUDI KASUS UNIVERSITAS XYZ JAKARTA)

Analisis Biaya Proyek

Panduan Non-Financial Cost Benefit Analysis

2. TEKNOLOGI INFORMASI DAN

Teknik Analisis Biaya / Manfaat

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI. lebih dari satu tahun. Hal yang penting dalam capital budgeting adalah

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005/2006

2.1 Konsep Sistem Informasi dan Teknologi Informasi.

BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2010/2011

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Biaya Investasi Proyek Sistem Informasi Remote Trading Pada pembangunan proyek sistem informasi ini, perusahaan akan dibebankan dengan sejumlah biaya investasi dan biaya pemeliharaan sistem dengan pertimbangan akan manfaat dari nilai ekonomis yang akan diperoleh dari sistem ini untuk menunjang kegiatan usaha dari PT. X. Manfaat nilai ekonomis ini mencakup Value Linking, Value Acceleration dan Value Restructuring terhadap manajemen perusahaan yang dikalkulasi dalam bentuk perhitugan ROI sederhana. Dalam implementasi awal Remote Trading ini diperlukan suatu investasi dalam perangkat lunak maupun perangkat keras. Biaya investasi ini dilakukan secara bertahap dimulai dengan perangkat keras yang dibutuhkan oleh perusahaan seperti mempersiapkan JONEC ( JSX One Client), BOFIS Server (Brokerage Office Information Sistem), Routers, Hub / Switch, LAN (Local Area Network) dan dari sisi perangkat lunak diperlukan FIX Engine (Financial Information Exchange) dan FireWall. Adapun perincian biaya investasi dalam implementasi proyek yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Biaya pembangunan infrastruktur jaringan dan peralatan jaringan dan komunikasi data sebesar Rp. 278.716.000,-. 2. Investasi awal yang dilakukan dalam perangkat keras adalah berupa penggunaan JONEC Server HP NetServer LH3000 sebagai Server Trading dan BOFIS Server

HP NetServer LH3000 sebagai Server Back Office, PC workstation, printer dan UPS (Uninterupttable Power Supply) sehingga total investasi perangkat keras Rp. 322.464.500,- 3. Perangkat lunak yang diinvestasi pada awal proyek ini adalah berupa sistem operasi dan modul-modul perangkat lunak aplikasi sebesar Rp. 155.358.000,- 4. Biaya-biaya lainnya berupa biaya pemasangan perlengkapan lain untuk ruang server sebesar Rp. 10.500.000,- 5. Total biaya investasi dalam proyek ini dengan asumsi 1 US Dollar sebesar Rp. 10.500,- adalah sebesar Rp. 767.038.500,- disajikan secara rinci dalam table 4.1 Tabel 4.1 Lembar kerja Biaya Pengembangan Remote Trading Infrastruktur Jaringan dan Komunikasi Harga Satuan 1 Instalasi Lan Cabling UTP Cat. V T 100 MBps 40 350,000 14,000,000 2 Data Switch 3Com SuperStack 10/100-24 Port 3C16465B 1 6,300,000 6,300,000 3 Data Hub 3Com SuperStack 10/100-24 Port 3C16593B 1 4,200,000 4,200,000 4 Open Rack 19, 25U + Power Outlet 1 2,500,000 2,500,000 Installasi Remote Trading, Networking, Fix Protocol, Fiber Driver, Authentication Token, Firewall, IDS, Router Cisco 2611 1 unit, 2link 5 & Fiber Optic BEJ - WBD 250,000,000 250,000,000 6 Aplly CabelVision untuk TV Cable dan Internet Cable 1 1,716,000 1,716,000 7 CableVision Modem 1 1,800,000 1,800,000 Total : 278,716,000 Hardware 1 HP NetServer LH3000 PIII/1 GHz, RAM 1 GB, H/D 40 GB 2 66,675,000 133,350,000 2 Internet, Security & Aceleration (ISA) Server 2000 1 20,989,500 20,989,500 3 UPS @ 4.2 KVA untuk Server Room Vektor Argo 6000 1 28,875,000 28,875,000 4 ORB Removable Media Drive 5.7 GB 1 5,250,000 5,250,000 5 PC Pentium III 450 Mhz 20 5,000,000 100,000,000 6 Printer Epson LX - 2180 4 5,500,000 22,000,000 7 Printer HP Laser Jet 5 3 4,000,000 12,000,000 Total : 322,464,500 Sotfware 1 O/S Windows 2000 Advanced Server 1 41,989,500 41,989,500 2 DataBase SQL 2000 Server Standard Edition 1 52,489,500 52,489,500 3 Development tools Visual Studio Enterprised Developer 1 18,889,500 18,889,500 4 Exchange Server 2000 Full Product 1 41,989,500 41,989,500 Total : 155,358,000

Lain-Lain 1 Perlengkapan Ruang Server 10,500,000 Total : 10,500,000 * Diasumsikan US$ 1 = Rp. 10.500,- Grand Total : 767,038,500 Dalam pengembangan sistem ini biaya berjalan yang dikeluarkan meliputi biaya pemeliharaan perangkat keras dan perangkat lunak, serta biaya pelatihan yang dikalkulasikan sebagai berikut : 1. Biaya pemeliharaan perangkat lunak aplikasi ada sebesar ± 10% dari total investasi perangkat lunak dari proyek tersebut, yakni 10% dari Rp. 155.358.000,- sebesar Rp. 15.535.800,- per tahun. 2. Biaya pemeliharaan perangkat keras secara rata-rata adalah 10% dari total investasi perangkat keras. Biaya investasi ini adalah Rp. 322.464.500,- sehingga biaya pemeliharaan akan menjadi Rp. 32.246.450,- per tahun. 3. Biaya rata-rata pemeliharaan infrastruktur jaringan dan peralatan komunikasi data adalah 5% dari total investasi jaringan yaitu 5% dari Rp. 278.716.000,- menjadi Rp. 13.935.800,- per tahun. 4. Biaya kegiatan pemeliharaan dan pengembangan sistem Remotre Trading ini secara keseluruhan adalah Rp. 15.535.800,- + Rp. 32.246.450,- + Rp. 13.935.800,- menjadi Rp. 61.718.050,- per tahun dan biaya ini diasumsikan tetap untuk setiap tahunnya. 5. Biaya abodemen untuk saluran komunikasi data berupa biaya langganan ISP Internet (M-Web) sebesar Rp. 3.900.000,- per tahun dan biaya langganan kabelvision sebesar Rp. 1.716.000,- per tahun sehingga total biaya sebesar Rp. 5.616.000,- per tahun.

6. Biaya berlangganan untuk program I-Clear dari KPEI dan C-Best dari KSEI sebesar Rp. 1.000.000,- perbulan menjadi Rp. 12.000.000,- per tahun. Perincian lengkap biaya berjalan ini akan ditunjukkan dalam lembar kerja berjalan proyek pada table 4.2. Tabel 4.2 Lembar Kerja Biaya Berjalan Remote Trading Lembar Kerja Biaya Berjalan Keterangan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V A. Biaya Pemeriksaan Perangkat Lunak 15,535,800 17,244,738 19,659,001 22,214,671 24,880,432 B. Biaya Pemeliharaan Perangkat Keras 32,246,450 35,793,560 40,804,658 46,109,263 51,642,375 C. Biaya Infrastruktur dan Jaringan 13,935,800 15,468,738 17,634,361 19,926,828 22,318,048 D. Biaya Langganan ISP ** 5,616,000 6,233,760 7,106,486 8,030,330 8,993,969 E. Biaya untuk Penyewaan PC *** 12,000,000 13,320,000 15,184,800 17,158,824 19,217,883 79,334,050 88,060,796 100,389,307 113,439,917 127,052,707 Inflasi * 0.11 0.14 0.13 0.12 F. Penambahan Perangkat Keras sebanyak 5 pc dengan asumsi @ 1 pc Rp. 5,000,000 25,000,000 79,334,050 88,060,796 125,389,307 113,439,917 127,052,707 * Sumber : Data Inflasi dari www.bps.go.id ** Langganan MWEB dan CableVision *** Penyewaan PC untuk Program E-Clear dan C-Best 1.2 Formulasi Komponen Information Economics Dalam uraian berikut ini akan dibahas mengenai formulasi dan pengolahan komponen-komponen Information Economics, mulai dari perhitungan biaya dan manfaat tradisional yang menggambarkan terdapatnya dampak dan manfaat ekonomis dalam proyek ini diikuti dengan analisis terhadap Value Linking, Value Acceleration dan Value Restructuring.

1.2.1 Dampak Ekonomis dan Perhitungan ROI (Return on Invesment) Bagi perusahaan pembangunan proyek Remote Trading ini akan membawa dampak yang besar pada proses bisnis yang sedang berjalan pada saat ini. Dampak ekonomis yang terlihat adalah dengan adanya perubahan pada pemindahan tenaga kerja dari BEJ ke kantor pusat atau ke kantor cabang, dengan pemindahan ini juga akan mengurangi biaya penyewaan booth yang ada pada BEJ. Disamping itu juga akan adanya penggurangan tenaga floor trader yang pada saat ini berjumlah 5 orang menjadi 3 orang, dan juga mengurangi pemakaian telepon yang pada saat ini harus tersambung secara terus menerus selama waktu trading yakni pada sesi I pada waktu 9:30 sampai 12:00 dan pada sesi II pada 13:30 sampai 16:00, dalam 2 sesi ini telepon harus tersambung secara terus menerus dihubungkan antara floor trader dengan dealer yang ada di kantor cabang untuk memasukan transaksi-transaksi yang terjadi pada hari itu. Dan dengan Remote Trading maka jumlah kegiatan trading yang terjadi akan lebih cepat karena Remote Trading akan memotong jalur trading sehingga menjadi lebih cepat, dan konfirmasi transaksi dapat diketahui lebih cepat dan penyelesaian transaksipun dapat dilakukan dengan cepat pula. Adapun perhitungan komponen-komponen pengurangan biaya sebagai manfaat yang langsung dirasakan oleh perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Dalam pengerjaan suatu trading yang seperti yang sedang berjalan saat ini diperlukan 3 orang dealer di kantro cabang untuk mendengarkan instruksi jual beli dari nasabah dan kemudian diinstruksikan kembali ke floor trader untuk diinputkan ke JATS. Dan untuk tenaga floor trader untuk saat ini diperlukan 5 orang. Dengan berjalannya sistem Remote Trading maka jumlah floor trader yang ada akan dapat

dikurangi hingga menjadi 3 orang pada saat berjalannya Remote Trading dan diharapkan dapat dihilangkan seluruhnya pada suatu saat nanti. Dengan berkurangnya floor trader yang ada di BEJ maka akan berkurang juga jumlah penyewaan booth di BEJ. Dimana saat ini penyewaan 1 booth komputer di BEJ adalah Rp. 3.500.000,- / bulan. Sehingga dapat dihitung bahwa pada penyewaan 5 booth adalah Rp. 23.500.000,- / bulan dan jika dikurangi hingga hanya 3 booth dengan biaya penyewaan Rp. 7.250.000,- / bulan, maka penghematan yang terjadi adalah Rp. 7.250.000,- per bulan x 12 bulan = Rp. 87.000.000,- per tahun. 2. Setiap staff yang ada memperoleh tunjangan uang makan dan transpotasi sebesar Rp. 16.000,- per hari dan tunjangan kesehatan Rp. 120.000,- per bulan. Sehingga total penguranggan biaya adalah ((Rp. 9000,- x 265 (Rp. 120.000,- x 12) ) x 2 = Rp. 7.650.000,- per tahun. 3. Dengan adanya sistem Remote Trading ini maka akan menyebabkan berkurangnya pemakaian telepon yang berjumlah 2 booth sebesar Rp. 1.000.000,- x 2 x 12 bulan = Rp. 24.000.000,- per tahun. Dan ditambah dengan biaya faksimili dan kertas faksimili antara kantor cabang dengan kantor pusat sejumlah (Rp. 12.000 x 15 roll) x 12 bulan = Rp. 2.160.000,- per tahun. 4. Tetapi setelah 2 tahun Remote Trading berjalan maka pada tahun ke tiga jumlah booth yang tersisa akan dihilangkan lagi sehingga akan mendapatkan kembali pengurangan biaya dari sewa booth sejumlah (Rp. 11.000.000,- per bulan x 12 ) = Rp. 132.000.000,- per tahun dan biaya uang makan diasumsikan sama yaitu ((Rp. 16.000,- x 265) + Uang Medical (Rp. 120.000 x 12)) x 3 = Rp. 17.040.000,- per tahun. Dan biaya telepon sebesar (Rp. 1.150.000,- per bulan x 12 x 3) = Rp.

36.000.000,- per tahun dan biaya faksimili sejumlah (Rp. 15.000 x 15 roll) x 12 bulan = Rp. 2.700.000,- per tahun. 5. Perincian total biaya pengurangan ini akan ditunjukkan pada table 4.3 Tabel 4.3 Lembar Kerja Pengurangan Biaya Remote Trading Lembar Pengurangan Biaya Keterangan Pada tahun I dan II I II A. Pengurangan biaya sewa booth & Trader 87,000,000 87,000,000 B. Pengurangan biaya uang makan dan medical 7,650,000 7,650,000 C. Pengurangan biaya telepon dan faksimili 26,160,000 26,160,000 Total pengeluaran tahun 1-2 120,810,000 120,810,000 Pada tahun III, IV dan V III IV V A. Pengurangan biaya sewa booth & Trader 132,000,000 151,800,000 151,800,000 B. Pengurangan biaya uang makan dan medical 17,040,000 17,040,000 17,040,000 C. Pengurangan biaya telepon dan faksimili 44,100,000 44,100,000 44,100,000 193,140,000 212,940,000 212,940,000 Dari perhitungan pengurangan biaya tersebut dan akan diperjelas dalam perhitungan ROI sederhana seperti ditunjukkna dalam tabel 4.4. Tabel 4.4 Lembar Kerja Dampak Ekonomis Lembar Dampak Ekonomis 767,038,500 Manfaat Biaya Ekonomis Pengurangan biaya 120,810,000.00 120,810,000.00 193,140,000.00 212,940,000.00 212,940,000.00 Biaya Berjalan 79,334,050.00 88,060,796.00 125,389,307.00 113,439,917.00 127,052,707.00 net cash flow 41,475,950.00 32,749,204.00 67,750,693.00 99,500,083.00 85,887,293.00 327,363,223.00 Cumulative 725,562,550.00 692,813,346.00 625,062,653.00 525,562,570.00 439,675,277.00 NPV (327,363,233/5/767,038,500) 8.54% 20% -732,489,033.65-709,761,086.07-670,533,434.83-622,574,394.82-588,047,703.04 30% -735,143,494.45-715,755,965.68-684,929,400.37-650,104,371.32-627,000,689.50 40% -737,424,671.70-720,722,577.66-696,061,325.41-670,191,303.83-654,216,267.33

IRR -20.74% Dalam perhitungan ini nilai perolehan adalah sama dengan Rp. 120.810.000,- pada tahun pertama dan kedua, dan pada tahun ketiga adalah sebesar Rp. 193.140.000,- dan pada tahun keempat dan kelima adalah sebesar Rp. 212.940.000,- per tahun. Dan dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai ROI yang diperoleh adalah sebesar 8,43 %, sehingga bobot nilai untuk proyek Remote Trading ini adalah bernilai 1. Dari hasil perhitungan dalam lembar dampak ekonomi, nilai Net Present Value (NPV) sangat rendah yang diakibatkan karena proyek dibebankan dengan sejumlah biaya pengembangan dan pemeliharaan sistem yang cukup besar, sehingga arus kas bersih (net cash flow) masih rendah. Bila diasumsikan suku bunga rata-rat adalah 20% nilai NPV proyek masih negatif sampai tahun ke 5. Ditinjau dari Internal Rate of Return (IRR), dalam proyek ini pada tahun kelima masih bernilai negatif (-20.74%) dan dibawah nilai suku bunga (diasumsikan 20%). Ini disebabkan oleh nilai arus kas bersih yang dihasilkan masih cukup rendah dibandingkan dengan nilai investasi awal. Dengan demikian berarti proyek ini masih merugi pada tahun kelima. 1.2.2 Value Linking Value Linking merupakan analisis dalam mengevaluasi secara financial dan dihubungkan dengan faktor-faktor dalam domain bisnis dan domain teknologi yang memberikan dampak terhadap peningkatan kinerja dan produktivitas serta penurunan biaya ataupun peningkatan pendapatan pada bagian lain dengan adanya implementasi dari proyek Remote Trading ini. Beberapa dampak yang menghasilkan peningkatan kinerja

sebagai manfaat intangible dalam implementasi sistem ini seperti yang diuraikan sebagai berikut : 1. Terdapat pengurangan biaya kertas dari cabang ke pusat. Karena pada sistem yang lama setiap hari kantor cabang akan membuat laporan konfirmasi transaksi sebanyak ± 50 lembar / hari x 265 hari = Rp. 1.749.000,- dan ditambah dengan pita printer Rp. 60.000,- x 12 x 3 = Rp. 2.160.000,- menjadi sebesar Rp. 3.909.000,-. 2. Berdasarkan ketersediaan akses data yang baik antara bagian marketing, account control dan settlement maka dapat mengurangi beberapa kelemahan dari sistem yang ada, seperti kesalahan informasi yang diterima marketing sehingga nasabah mengalami kerugian baik dalam hal bonus dari emiten, kerugian dari hasil short sell atau kesalahan dalam penginputan baik dari dealer maupun dari floor trader. Total biaya Rp. 50.000.000,- per tahun. 3. Pengurangan biaya yang terjadi adalah sebesar Rp. 53.909.000,- diuraikan dalam tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Manfaat ekonomis (Value Linking) Manfaat Ekonomis (Value Linking) No. Keterangan 1 Pengurangan Biaya Kertas 3,909,000 2 Pengurangan jumlah kesalahankesalahan 50,000,000 Total Pengurangan Biaya 53,909,000 Adapun perhitungan dalam lembar dampak ekonomi adalah dalam tabel 4.6 Tabel 4.6 Lembar Kerja Dampak Ekonomis, Value Linking Lembar Dampak Ekonomis A. Investasi yang dibutuhkan 767,038,500

Arus kas tahun : berdasarkan 5 periode 12 bulan setelah implementasi sistem Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Manfaat Biaya Ekonomis 53,909,000 53,909,000 53,909,000 53,909,000 53,909,000 Pengurangan biaya 120,810,000 120,810,000 193,140,000 212,940,000 212,940,000 Biaya Berjalan 79,334,050 88,060,796 125,389,307 113,439,917 127,052,707 net cash flow 95,384,950 86,658,204 121,659,693 153,409,083 139,796,293 596,908,223 ROI (596,908,223 / 5 /767,038,500) 15.56% NPV 20 % -687,582,836.65-627,442,043.07-557,001,080.83-483,057,902.82-426,859,793.04 30% -693,687,473.45-642,385,816.68-587,030,656.37-533,337,477.32-495,732,274.50 40% -698,933,645.70-654,737,961.66-610,453,833.41-570,567,471.83-544,565,361.33 IRR -16.65-7.25 Dengan adanya identifikasi untuk value linking, hasil ROI akan meningkat menjadi 15,56%. Nilai NPV selama periode berjalan belum menghasilkan nilai positif, dan IRR masih berada dibawah nilai suku bunga yang diasumsikan, dengan demikian investasi untuk proyek ini belum memberikan keuntungan. Berkaitan dengan perolehan skor dari Management Information Support dari domain bisnis yang bernilai 5 yang berarti proyek Remote Trading ini sangat penting untuk menyediakan informasi bagi pelayanan penyediaan informasi. Dan Strategic IS Architecture dari domain teknologi yang bernilai 4 yang berarti sistem akan sangat mendukung kegiatan utama perusahaan dan pembangunan proyek ini merupakan bagian dari perencaan strategis perusahaan yang dapat memberikan pay off yang tinggi tapi membutuhkan waktu yang agak lama. Hal ini ditunjukkan dari tabel 4.6 yang sampai pada tahun kelima NPV dan IRR masih menunjukkan nilai yang kecil atau negatif, tetapi nilai-nilai tersebut setiap tahun menunjukkan kenaikan yang berarti mungkin pada tahun-tahun berikutnya akan menunjukkan nilai pay off yang sesuai.

1.2.3 Value Acceleration Implementasi dari Remote Trading ini adalah akan memberikan dampak percepatan dalam menyelesaikan suatu kegiatan dalam perusahaan (time dependency) yang diidentifikasikan sebagai intangible benefit bagi perusahaan dalam mempercepat pencapaian tujuan. Berkaitan dengan bisnis perusahaan, beberapa aspek yang diidentifikasikan sebagai Value Acceleration adalah sebagai berikut : 1. Dengan adanya sistem Remote Trading ini maka kecepatan penyampaian order meningkat dari ± 15 detik menjadi ± 8 detik, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan order lebih banyak. Dengan sistem yang berjalan sekarang terdapat 800 booth atau 800 order/detik pada saat bersamaan yang berarti 4 order pada setiap Anggota Bursa. Dengan sistem Remote Trading maka rata-rata kemampuan menerima order menjadi 50 order per detik yang berarti bertambah 12,5 kali daripada sistem yang lama. 2. Semula kemampuan menerima order diasumsikan pada saat sekarang ini omzet rata-rata perusahaan bernilai Rp. 30.000.000.000,- per tahun. Juga frekuensi transaksi rata-rata per tahun diasumsikan 2300 kali. 3. Dengan adanya peningkatan kemampuan order maka diasumsikan menjadi : Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Perkiraan freq 2,500 3,000 3,750 4,000 4,500 Kenaikan Omzet 32,608,695,652 39,130,434,783 48,913,043,478 52,173,913,043 58,695,652,174 Net Omzet 2,608,695,652 9,130,434,783 18,913,043,478 22,173,913,043 28,695,652,174 Tabel 4.7 Peningkatan Kemampuan Order 4. Dengan asumsi bahwa setiap Rp. 20.000.000,- transaksi perusahaan menerima provisi sekitar Rp. 60.000,-, maka dari net omzet dapat diperoleh nilai provisi untuk masing-masing tahun menjadi Rp. 7.826.087,- pada tahun I, Rp.

27.391.304,- pada tahun II, Rp. 56.739.130,- pada tahun III, Rp. 66.521.739,- pada tahun IV dan Rp. 86.086.957,- pada tahun V. Tabel 4.8 Lembar Dampak Ekonomis, Value Acceleration Lembar Dampak Ekonomis A. Investasi yang dibutuhkan 767,038,500 Arus kas tahun : berdasarkan 5 periode 12 bulan setelah implementasi sistem Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Manfaat Biaya Ekonomis 7,826,087 27,391,304 56,739,130 66,521,739 86,086,957 Pengurangan biaya 120,810,000 120,810,000 193,140,000 212,940,000 212,940,000 Biaya Berjalan 79,334,050 88,060,796 125,389,307 113,439,917 127,052,707 net cash flow 49,302,037 60,140,508 124,489,823 166,021,822 171,974,250 571,928,440 20% -725,969,903.18-684,232,390.63-612,152,783.11-532,130,264.91-462,996,616.41 30% -729,125,233.55-693,522,052.81-636,879,183.35-578,771,545.65-532,510,472.40 40% -731,836,845.58-701,165,186.50-655,850,890.93-612,685,217.21-580,698,006.71 304,041,884 NPV (571,928,440 / 5 /7667,038,500) 14.91% IRR -18.82% -7.68% Nilai ROI yang diperoleh meningkat menjadi 14,91% dan Nilai NPV dengan asumsi suku bunga yang dipakai adalah 20%, proyek ini masih akan menghasilkan nilai NPV dibawah asumsi suku bunga rata-rata 20%. Dan IRR dari proyek ini sampai pada tahun kelima masih menunjukan nilai negatif, maka skor ROI yang didapat adalah 1. Dan diketahui dengan IRR negatif bahwa tingkat pengembaliannya sampai pada tahun kelima masih belum dapat terlaksana. Berkaitan dengan faktor Competitive Advantage pada analisis sebelumnya memperoleh skor 2, bagi perusahaan proyek ini akan sangat mendukung operasional

bahkan menjadi tulang punggung operasional perusahaan dan efisiensi operasional akan semakin baik karena beberapa kelemahan-kelemahan yang ada pada sistem yang lama dapat dicover dalam sistem yang baru ini, namun sistem ini tidak menciptakan adanya kemampuan pertukaran atau akses data, tetapi meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan meningkatkan efisiensi operasional dalam area strategik kunci perusahaan. 1.2.4 Value Restructuring Elemen Value Restructuring merupakan peningkatan produktivitas unit kerja atau suatu kegiatan pada suatu departemen yang dapat diukur akibat adanya implementasi otomatisasi perkantoran (Parker, 1988, p. 122). Nilai ini tercipta sebagai akibat restrukturisasi fungsi kerja departemen sehingga terjadi peningkatan produktivitas sebagai dampak dari adanya implementasi Teknologi Informasi. Adanya implementasi dari proyek Remote Trading ini diharapkan produktivitas setiap pengguna dari sistem akan meningkat serta efektifitas waktu kerja dapat ditingkatkan dengan mengurangi kegiatan-kegiatan yang kurang produktif ataupun lebih rendah prioritasnya dan waktu yang ada dapat untuk dipakai untuk mengerjakan tugas yang prioritasnya lebih tinggi. Penundaan sistem ini akan berpengaruh pada faktor Competitive Response. Pembangunan sistem ini digunakan oleh semua bagian dalam perusahaan yang berjumlah 39 staff, dimana terdiri dari 2 orang direktur, 2 orang branch manager dan 35 orang staff operasional. Secara rata-rata sebelum pelaksaan sistem seorang direktur menggunakan waktunya sebanyak 42% untuk melakukan kegiatan kedirekturan, 40% untuk kegiatan manajemen, 2% untuk kegiatan supervisi, 2% untuk kegiatan operasional dan 14% untuk

kegiatan tidak produktif. Nilai produktifitas ini dikonversikan dalam ukuran rupiah yang dihitung secara berurutan sebagai berikut : 1. Dengan asumsi gaji seorang direktur adalah Rp. 180.000.000,- per tahun. Nilai produktivitas direktur dapat ditentukan dengan 42% (kegiatan kedirekturan) x Rp. 180.000.000,- = Rp. 75.600.000,- 2. Dengan asumsi gaji seorang branch manager adalah Rp. 96.000.000,- per tahun, dalam melakukan kegiatan manager menjadi 40% x Rp. 96.000.000,- = Rp. 28.800.000,- 3. Dengan asumsi gaji seorang supervisor adalah Rp. 72.000.000,- per tahun, dalam melakukan kegiatan supervisor menjadi 2% x Rp. 72.000.000,- = Rp. 1.440.000,- 4. Untuk kegiatan operasional dengan asumsi gaji seorang staf Rp. 24.000.000,- per tahun maka akan menjadi 2% x Rp. 24.000.000,- = Rp. 480.000,- 5. Total produktivitas seorang direktur menjadi Rp. 106.320.000,- per tahun Tabel 4.9 Persentase Kegiatan Sebelum Implementasi Sistem Persentase Sebelum Implementasi Sistem Kategori Direktur Manajerial Supervisi Operational Tidak Produktif Jmlh Rp. 180,00,000 Rp. 96,000,000 Rp. 72,000,000 Rp. 24,000,000 1,680,000,000 % / tahun % / tahun % / tahun % / tahun % Direktur 2 42 151,200,000 30 57,600,000 2 2,880,000 2 960,000 14 212,640,000 Manager 2 2 7,200,000 48 92,160,000 20 28,800,000 14 6,720,000 16 134,880,000 Supervisor 6 2 11,520,000 45 194,400,000 41 59,040,000 12 264,960,000 Staff 29 3 62,640,000 77 535,920,000 20 598,560,000 Total 1,211,040,000 Total T / P 468,960,000 Total Sama halnya untuk seorang manajer dan karyawan lainnya dalam persentase yang berbeda-beda yang diambil secara rata-rata, seperti yang diuraikan dalam tabel 4.9. Total

produktivitas yang dihasilkan dalam rupiah adalah sebesar Rp. 1.211.040.000,- per tahun dan untuk non-produktif adalah sebesar Rp. 468.960.000,- per tahun. Setelah adanya pembangunan proyek ini, terlihat adanya pergeseran aktivitas masing-masing karyawan untuk lebih banyak melakukan kegiatan yang lebih produktif. Untuk saat ini seorang direktur akan dapat melakukan 63% kegiatan kedirekturan, 29% kegiatan manajerial, 1% kegiatan untuk supervisi dan 7% untuk kegiatan non produktif. Tabel 4.10 Persentase Kegiatan Setelah Implementasi Sistem Persentase Sesudah Implementasi Sistem Kategori Direktur Manajerial Supervisi Operational Tidak Produktif Total Jmlh Rp. 180,00,000 Rp. 96,000,000 Rp. 72,000,000 Rp. 24,000,000 1,680,000,000 % / tahun % / tahun % / tahun % / tahun % Direktur 2 63 226,800,000 29 104,400,000 1 3,600,000 0 0 7 334,800,000 Manager 2 1 1,920,000 54 103,680,000 15 28,800,000 4 7,680,000 8 142,080,000 Supervisor 6 1 4,320,000 69 298,080,000 22 95,040,000 8 397,440,000 Staff 29 2 13,920,000 84 584,640,000 14 598,560,000 Total 1,472,880,000 Total T / P 207,120,000 Sama halnya dengan kegiatan manajer, supervisor dan staff operasional yang ditunjukkan pada tabel 4.10 dan total produktifitas yang dihasilkan dalam rupiah adalah sebesar Rp. 1.472.880.000,- per tahun sedangkan total non-produktif menjadi Rp. 207.120.000,- per tahun. Adanya peningkatan produktivitas setelah implementasi sistem ini adalah sebesar Rp. 261.840.000,- per tahun dan diperlihatkan pada tabel 4.11 Tabel 4.11 Total Peningkatan Produktifitas Produktifitas (Ribuan Rp.) Sebelum adanya Sistem Remote Trading 1,211,040,000 Sesudah adanya Sistem Remote Trading 1,472,880,000 Total Peningkatan produktifitas 261,840,000 Analisa dampak ekonomis dilakukan dengan menambahkan nilai dari Value Restucturing dengan nilai-nilai dari manfaat ekonomis sebelumnya yaitu Value Acceleration sehingga nilai-nilainya seperti yang terlihat dalam tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4.12 Lembar Dampak Ekonomis, Value Restructuring Lembar Dampak Ekonomis / Value Restructuring Tabel 4.12 A. Investasi yang dibutuhkan 767,038,500 Arus kas tahun : berdasarkan 5 periode 12 bulan setelah implementasi sistem Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Manfaat Biaya Ekonomis 269,666,087 289,231,304 318,579,130 328,361,739 347,926,957 Pengurangan biaya 120,810,000 120,810,000 193,140,000 212,940,000 212,940,000 Biaya Berjalan 79,334,050 88,060,796 125,389,307 113,439,917 127,052,707 net cash flow 311,142,037 321,980,508 386,329,823 427,861,822 433,814,250 1,881,128,440 20% -507,857,183.18-284,402,710.63-60,717,743.11 145,511,655.09 319,904,983.59 30% -527,770,273.55-337,157,812.81-161,377,743.35-11,626,105.65 105,069,927.60 40% -544,883,085.58-380,673,026.50-240,048,970.93-128,804,897.21-48,115,446.71 NPV (1,881,128,440 / 5 /7667,038,500) 49.05% IRR -11.83% 15.08% 29.15% 36.53% Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat disimpilkan bahwa nilai ROI pada analisis information economics ini sangat sulit untuk melewati skor 1 (satu) atau untuk mendapatkan nilai ROI yang lebih besar dari 299%, apalagi untuk mendapatkan skor 2 (dua). Pada tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa dari Rp.1.000,- investasi maka sistem akan memberikan pengembalian sebesar Rp. 490,- dan payback period yang dibutuhkan adalah pada tahun keempat, meskipun pada tahun ketiga terlihat bahwa sistem sudah mulai menghasilkan untung tapi belum dapat menutup investasi awal. Pada perhitungan Net Present Value (NPV) di tabel 4.12 dengan cost of capital atau discount rate sebesar 20% diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 145 juta rupiah pada masa tahun keempat. Sedangkan untuk nilai IRR pada tahun keempat menjadi 29.15% dimana nilai ini masih lebih besar dari nilai cost of capital 20% pada NPV. Sehingga dapat dikatakan sistem ini

baru dapat memberikan pengembalian yang positif bagi perusaahaan pada tahun keempat dengan asumsi cost of capital sebesar 20%. Dikaitkan dengan analisis faktor domain bisnis sebelumnya, proyek ini memberikan nilai Competitive Response = 4, karena bila terjadi penundaan pembangunan proyek ini akan dapat menimbulkan kerugian kompetitif dan keberhasilan kegiatan yang ada pada perusahaan akan menjadi terbatas karena kurangnya sistem yang dibangun. Dengan implementasi sistem ini akan membantu mengurangi kerugian kompetitif perusahaan yang menciptakan manfaat ekonomis yang diindentifikasikan sebagai value restructuring. 1.3 Analisa Domain Bisnis Untuk mengetahui dampak penerapan Remote Trading dalam perusahaan ditinjau dari segi domain bisinis maka dapat dilihat dari kuesioner yang disebarkan kepada karyawan dalam domain bisnis yang menggunakan atau berhubungan langsung dengan Remote Trading ini. Kuesioner yang diterima kembali adalah sejumlah 39 respoden yang terdiri dari : 2 orang dari posisi direksi 2 orang dari posisi branch manager 6 orang dari posisi supervisor 29 orang dari posisi staff Rangkuman dari jawaban seluruh responden dapat dilihat pada tabel 4.13. Pada tabel ini telah dihitung skor rata-rata dari masing-masing nilai dan resiko dalam domain bisinis

yang nantinya akan digunakan dalam melengkapi information economic scorecard. Untuk resiko Project or Organizational Risk, Skor 1 hingga 4 dipecah ke tingkat skor yang lebih kecil hingga 0.5. Tabel 4.13 Rangkuman jawaban responden dari domain bisnis 0 1 2 3 4 5 Total Skor Averaged Skor Strategic Match 0 9 5 6 19 0 113 2.90 Competitve Advantage 2 5 22 6 3 11 134 3.44 Management Information Support 0 1 3 5 13 17 159 4.08 Competitive Response 0 1 7 3 25 3 139 3.56 0 0.5 1 1.5 2 2.5 4 5 Project or Organizational Risk 9 3 6 1 7 8 0 5 68 1.74 Berdasarkan pada hasil rangkuman pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada nilai Strategic Match didapatkan skor rata-rata 2.90 yang berarti sistem Remote Trading ini tidak memiliki hubungan langsung terhadap tujuan strategik perusahaan, namun proyek ini merupakan prasyarat bagi sistem lain yang mencapai sebagian dari tujuan strategik perusahaan. 2. Pada nilai Competitive Advantage di dapatkan skor rata-rata 3.44 yang berarti sistem Remote Trading ini menyediakan sedikit akses keluar atau pertukaran data dan memberikan kontribusi yang cukup dalam meningkatkan posisi kompetitif perusahaan.

3. Sedangkan pada nilai Management Information Support adalah 4.08 yang berarti bahwa proyek Remote Trading ini sangat penting untuk menciptakan MISCA (Management Information Support of Core Activities) di masa mendatang. 4. Untuk nilai Competitive Response menghasilkan nilai 3.18 yang berarti jika proyek Remote Trading ini ditunda, perusahaan akan tetap mampu memberikan respon terhadap perubahan yang diperlukan tanpa mempengaruhi posisi kompetitif perusahaan, walaupun kekurangan sistem yang baru, perusahaan secara substansial tidak kehilangan kemampuannya untuk berubah secara cepat dan efektif dalam lingkungan kompetitif. 5. Untuk Project or Organizational Risk didapatkan skor rata-rata 1.74 yang berarti bahwa perusahaan siap dalam melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan oleh sistem Remote Trading dalam penerapanannya. Perlu diperhatikan bahwa skor rata-rata dari seluruh variabel dalam domain bisnis merupakan masukan yang diberikan oleh responden yang merupakan pengguna sistem Remote Trading ini. 1.4 Analisa Domain Teknologi Selain nilai-nilai dan resiko dari domain bisnis yang diukur, tetapi nilai dari domain teknologi juga memiliki nilai-nilai dan resiko tersendiri yang perlu dikaji. Domain teknologi yang dimaksud adalah para personil TI yang ada dalam perusahaan yang terlibat dalam pengembangan sistem Remote Trading ini. Jumlah responden yang ada dalam domain teknologi ini berjumlah 3 orang. Rangkuman dari jawaban responden terhadap kuesioner domain teknologi akan dilihat pada tabel 4.14 dibawah ini. Pada

tabel ini juga telah dihitung skor rata rata pada setiap nilai dan resiko yang ada dalam domain teknologi yang diberikan oleh responden. Tabel 4.14 Rangkuman jawaban dari Domain Teknologi 0 1 2 3 4 5 Score Average Score Strategic IS Architecture 0 0 0 0 2 1 13 4.33 Definitonal Uncertainty 0 0 0 2 1 0 10 3.33 IS Infrastructure Risk 0 1 0 1 0 1 9 3.00 Technical Uncertainty 27 2.25 a. Skills 0 1 0 2 0 0 7 2.33 b. Hardware 0 1 2 0 0 0 5 1.67 c. Software 0 0 1 1 1 0 9 3.00 d. Aplication Software 0 1 1 1 0 0 6 2.00 Berdasakan nilai-nilai pada tabel diatas maka dapat disimpulkan : 1. Pada nilai Strategic IS Architecture didapatkan skor rata-rata 4.43 yang berarti sistem Remote Trading ini merupakan bagian integral dari perencanaan strategis informasi perusahaan dan memiliki payoff yang tinggi, bukan merupakan prasyarat bagi proyek lain yang terdapat dalam perencanaan strategis informasi, tetapi sangat terkait dengan prasyarat proyek lain. 2. Pada nilai Definitional Uncertainty didapatkan skor rata-rata 3.33 yang berarti sistem Remote Trading ini ditinjau dari sedi derajat kejelasan, persyaratan, spesifikasi dan kompleksitas dalam pembangunan sistem ini dinilai persyaratan cukup jelas. Spesifikasi cukup jelas. Area yang ditelaah jelas dan peruabahanperubahan hampir pasti dan hampir mendesak.

3. Berdasarkan nilai yang didapat secara perhitungan mendapatkan nilai sebesar 2.25 dari nilai rata-rata semua komponen yang ada dalam Technical Uncertainty. Adapun perincian masing-masing skor dari Technical Uncertainty yang dilihat dari faktor derajat kesiapan keterampilan, hardware, software dan perangkat aplikasi, maka dapat disimpulkan seperti dibawah ini : Keterampilan yang dibutuhkan, dibutuhkan beberapak keterampilan baru bagi staff dan manajemen Ketergantungan perangkat keras, perangkat keras yang sudah ada sekarang masih dapat digunakan tetapi aplikasi yang digunakan akan berbeda. Ketergantungan piranti lunak, dalam pengoperasian piranti lunak akan dibutuhkan beberapa feature baru, mungkin dibutuhkan juga antar muka yang kompleks antar piranti lunak. Piranti lunak aplikasi, program yang tersedia secara komersial namun membutuhkan modifikasi yang cukup banyak, atau program sudah tersedia dalam perusahaan namun membutuhkan banyak modifikasi yang banyak, atau piranti lunak akan dibangun sendiri dengan kompleksitas rancangan yang minimal, tetapi pemograman yang lumayan kompleks. 4. Pada nilai Information Sistem Infrastructure Risk, ditinjau dari segi kesiapan infrastruktur sistem dalam perusahaan mencakup jaringan, komunikasi data dan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan pembiayaan langsung diluar proyek ini maka mendapatkan nilai 3, sehingga dapat diartikan bahwa dibutuhkan perubahan yang cukup terhadap beberapa elemen sistem pengiriman layanan komputer. Beberapa investasi awal dibutuhkan untuk mengakomodasi proyek ini dan akan

dibutuhkan beberapa investasi berikutnya untuk integrasi lebih lanjut pada proyek Remote Trading ini ke dalam mainstream dari lingkungan SI. Perlu diperhatikan bahwa nilai dan resiko yang ada dalam variabel dalam domain teknologi ini merupakan masukan yang diberikan oleh personil teknologi dalam domain teknologi. 1.5 Pembahasan Hasil Analisa Setelah didapatkan skor untuk ROI dan pembobotan variabel-variabel dalam domain bisnis dan domain teknologi telah didapatkan maka sekarang kesemua nilai-nilai tersebut dapat dimasukan kedalan information economics scorecard, nilai-nilai untuk perhitungna bobot telah dihitung dan dapat dilihat pada tabel 3.4 dan untuk lebih jelasnya akan ditampilkan lagi nilai-nilai bobot yang telah didapat. ROI SM CA MI CR OR SA DU TU IR 2.52 3.71 4.13 2.65 2.49-2.20 4.13-2.20-3.42-2.32 Dan untuk menghitung skor implementasi Remote Trading ini akan terlihat pada tabel 4.15 dibawah ini Tabel 4.15 Information Economic Scorecard untuk penerapan Remote Trading Busines Domain Technology Domain ROI SM CA MI CR OR SA DU TU IR Factor + + + + + - + - - - Weight 2.52 3.71 4.13 2.65 2.49-2.20 4.13-2.20-3.42-2.32 Business Domain 1.00 2.90 3.44 4.08 3.18 1.74 Technology Domain 4.33 3.33 3.00 2.25 Weighted Score

Weighted Value 2.52 10.76 14.21 10.81 7.92-3.83 17.88-7.33-10.26-5.22 37.47 Untuk mendapatkan skor akhir (weighted value) bagi setiap variabel dalam kedua domain dan ROI maka nilai bobot setiap variabel dikalikan dengan skor rata-ratanya yang telah diperoleh dari bab 3 memlalui distribusi kuesioner domain bisnis dan domain teknologi. Kemudian seluaruh skor akhir dari variabel-variabel tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan skor penerapan Remote Trading. Melalui perhitungan yang telah dibuat pada tabel 4.15 maka didapatkan bahwa bobot skor untuk proyek Remote Trading adalah sebesar 37.47. Pada tabel 4.15, disini terlihat bahwa nilai ROI seharusnya tidak bisa dijadikan sebagai acuan untuk penilaian mengenai suatu investasi suatu proyek. Karena dalam information economics terlihat bahwa ROI hanya merupakan salah satu komponen / variabel yang ada didalamnya. ROI bukanlah suatu faktor yang dominan dalam penentuan dampak penerapan Remote Trading bagi PT. X. Namun bila pihak manajemen dari PT. X, hanya mengambil keputusan investasi proyek Remote Trading hanya berdasarkan pada nilai ROI saja maka nilai-nilai positif yang ada pada analisa Remote Trading ini akan tidak terpakai dan dampak nilai-nilai positif ini tidak akan diperhitungkan walaupun nilai-nilai positif ini nantinya sangat bermanfaat bagi perusahaan. Sedangkan nilai-nilai yang negatif juga tidak diperhitungkan sehingga pada saat implementasi dari sistem Remote Trading ini maka akan muncul efek-efek negatif dari perusahaan. Oleh karena itu analisis Information Economics sesungguhnya merupakan suatu pengkajian yang lebih jauh mendalam dan mencakup nilai-nilai dan resiko dalam

bsinis dan teknologi daripada hanya sekedar pengkajian finansial seperti yang dilakukan ROI. Setelah mendapatkan pengkajian dari Information Economics Scorecard maka akan dibuat suatu pengertian kualitatif dari skor penerapan Remote Trading ini, maka akan dibuat suatu jenjang predikat penerapan Remote Trading yang disusun berdasarkan skor tertinggi, skor tengah dan skor terendah yang mungkin didapat oleh skor penerapan Remote Trading. Skor tertinggi akan didapat jika semua variabel yang berbobot positif mendapatkan skor 5 (ROI, SM, CA, MI, CR dan SA) dan seluruh variabel berbobot negatif mendapatkan skor 0 (OR, DU, TU dan IR), maka dapat dibuat persamaan sebagai berikut: Persamaan untuk skor tertinggi (5*20) + ( 0* (-10)) = 100 Sedangkan untuk skor tengah berarti seluruh variabel mendapat skor 2.5 dimana persamaannya adalah : Persamaan untuk skor tengah (2.5*20) + (2.5*(-10)) = 25 Skor terendah akan didapatkan jika seluruh variabel positif mendapatkan skor 0 dan selurh variabel negatif mendapatkan skor 5 sehingga persamaannya adalah sebagai berikut : Persamaan untuk skor terendah (0*20) + (5*(-10)) = -50

Dari ketiga persamaan skor diatas ini maka dapat disusun jenjang predikat untuk penerapan Remote Trading, dimana skor patokan yang digunakan dlaah skor tengah 25 sehigga hasilnya akan terlihat seperti pada tabel 4.16 dibawah ini. Tabel 4.16 Jenjang predikat kesuksesan implementasi Remote Trading Skala Skor Predikat 75-100 Sangat Baik 50-74 Baik 25-49 Cukup -13.5-24 Kurang -13.4 - (-50) Buruk Berdasarkan jenjang predikat pada tabel 4.16 dan skor penerapan Remote Trading yang bernilai 37.47 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan Remote Trading dala PT. X ini akan memiliki predikat Cukup. Predikat ini dapat diartikan bahwa penerapan Remote Trading ini memberikan dampak yang cukup positif bagi kemajuan kinerja perusahaan walaupun tidak signifikan sekali. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan penerapan Remote Trading ini mendapat predikat Cukup diantaranya adalah : Skor dari ROI yang didapatkan adalah 1 yang berarti bahwa pengembalian finansial dari investasi ini masih cukup rendah. Sebagian besar dari bobot dan skor variabel berbobot positif masih rendah dengan rata-rata nilai antara 3 4, yang berarti bahwa tingkat kesadaran manajemen terhadap nilai-nilai positif ini masih rendah dalam proses pengambilan keputusan investasi mereka dan juga dampak positif ( sesuai dengan nilai-nilai positif dari kedua domain) dirasakan masih kurang oleh para karyawan yang akan terlibat dalam penerapan Remote Trading ini, terlihat dari skor rata-rata setiap bobot positif yang hanya bernilai antara 3 4.

Predikat yang didapatkan oleh penerapan Remote Trading melalui information economics scorecard merupakan gambaran umum dari dampak penerapannya pada PT. X. Namun dalam masing-masing skor variabel yang ada pada kedua domain tersebut terdapat hal-hal yang lebih detail yang dapat disimpulkan sebagai berikut. Untuk lebih meningkatkan dukungan Remote Trading terhadap kinerja perusahaan maka perlu ditingkatkan fungsionalnya terutama pada nilai-nilai yang mendapat skor rendah (anggap skor dibawah 3), yaitu: Nilai Strategic Match yang bernilai 2.9 yang berarti bahwa penerapan Remote Trading tidak mendukung secara langsung pencapaian tujuan perusahaan sehingga perlu adanya peningkatan fungsinya untuk mencapai ke arah tersebut. Nilai Competitive Advantage yang bernilai 3.44 yang berarti perusahaan dengan sistem ini harus dapat lebih bersaing dengan kompetitor karena dalam bidang yang digeluti oleh PT. X ini kecepatan dalam bertransaksi sangat dibutuhkan untuk memenangkan persaingan dan dengan sistem Remote Trading ini perusahaan mampu meningkatkan kecepatan transaksi dan volume transaksi. Pada resiko-resiko yang bernilai negatif seperti Definitional Uncertainty yang bernilai 3.33, juga harus diperhatikan dan sebaiknya ditekan agar efek-efek negatif yang timbul dapat dikurangi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara perencanaan pengembangan sistem yang matang dan terorganisasi. Supaya pada saat pengembangan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dapat dicover sehingga pada saat implementasi dapat menekan efek-efek negatif.