PEMBENTUKAN POLINOMIAL ORTOGONAL MENGGUNAKAN PERSAMAAN INTEGRAL NONLINEAR Susilawati 1 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia Susilawatiur@gmail.com ABSTRACT This article discusses how to construct a polynomial orthogonal with a certain weight function using a nonlinear integral equation. Discussions focus on the determination of the coefficients of the polynomial, so that a formed polynomial is orthogonal. Keywords: system of linear equation, polynomials, orthogonal polynomials, nonlinear integral equation. ABSTRAK Artikel ini mendiskusikan bagaimana membentuk polinomial ortogonal terhadap fungsi bobot tertentu dengan menggunakan persamaan integral nonlinear. Diskusi difokuskan pada penentuan koefisien-koefisien polinomial, sehingga polinomial yang terbentuk ortogonal. Kata kunci: sistem persamaan linear, polinomial, polinomial ortogonal, persamaan integral nonlinear. 1. PENDAHULUAN Salah satu persoalan dalam matematika yang sering dijumpai adalah bagimana menyelesaikan sebuah persamaan integral. Persamaan integral merupakan persamaan yang memuat fungsi tidak diketahui f(x) berada dalam integral. Persamaan integral terbagi atas dua kelas utama yaitu, persamaan integral linear dan persaman integral nonlinear. Persamaan integral nonlinear merupakan sebuah persamaan integral yang mana fungsi tidak diketahui berbentuk nonlinear. Persamaan integral nonlinear dapat digunakan untuk membentuk polinomial ortogonal. Polinomial berderajat maksimum n, dinotasikan dengan P n (x) adalah fungsi dengan bentuk [4, h. 27] P n (x) = a + a 1 x + a 2 x 2 + + a n x n. Dua metode yang umum untuk menentukan suatu himpunan polinomial ortogonal pertama dapat menetapkan domain [, β] dan fungsi bobot g(x) terhadap polinomial yang ortogonal, kemudian kedua dengan menggunakan prosedur Repository FMIPA 1
ortogonalisasi Gram-Schmidt, dengan menggunakan sebuah hubungan rekursif, akan menghasilkan polinomial Chebyshev. Metode yang diuraikan di artikel ini merupakan cara yang sederhana untuk membentuk polinomial ortogonal dengan menggunakan persamaan integral nonlinear. Artikel ini merupakan review dari artikel yang berjudul Nonlinear Integral Equation Formulation Of Orthogonal Polynomials [3]. Pembahasan diawali dengan pendahuluan, di bagian kedua pembahasan tentang pembentukan polinomial ortogonal menggunakan persamaan integral nonlinear, kemudian dilanjutkan bagian ketiga dengan contoh. 2. POLINOMIAL ORTOGONAL MENGGUNAKAN PERSAMAAN INTEGRAL NONLINEAR Pada bagian ini, dibahas mengenai bagaimana membentuk polinomial ortogonal terhadap fungsi bobot g(x), dengan menggunakan persamaan integral nonlinear. Kemudian dilakukan proses aljabar untuk mendapatkan koefisien-koefisien x k pada polinomial. 2.1 Persamaan Integral Nonlinear Metode yang dibahas untuk membentuk polinomial ortogonal dengan memanfaatkan persamaan integral nonlinear berikut ini. Bentuk umum persamaan integral nonlinear adalah sebagai berikut P n (x) = w(y)p n (y)p n (x + y)dy. (1) Batas integrasi dan β dengan fungsi w(x) yang berubah-ubah kecuali untuk batasan bahwa w(x) harus memenuhi, w(x)dx. Oleh karena itu, tanpa kehilangan bentuk umum, dapat diasumsikan bahwa w adalah normalisasi w(x)dx = 1. (2) 2.2 Pembentukan Polinomial Ortogonal Menggunakan Persamaan Integral Nonlinear Sebelum membentuk polinomial ortogonal dengan menggunakan persamaan integral nonlinear, diberikan notasi berikut f = w(y)f(y)dy. (3) Langkah untuk membentuk polinomial ortogonal menggunakan persamaan (1), pertama akan dicari solusi dalam bentuk sebarang polinomial berderajat n berikut P n (x) = n a n, k x k, (4) k= Repository FMIPA 2
yang mempertahankan derajat polinomial pada persamaan (1). Sebagai contoh, jika disubstitusikan polinomial linear sebarang dan polinomial kuadratik sebarang P 1 (x) = a 1, +a 1, 1 x, P 2 (x) = a 2, +a 2, 1 x + a 2, 2 x 2, ke persamaan (1), diperoleh berturut-turut dan a 1, +a 1, 1 x = w(y)p 1 (y)(a 1, +a 1, 1 x + a 1, 1 y)dy, (5) a 2, +a 2, 1 x + a 2, 2 x 2 = w(y)p 2 (y) ( a 2, +a 2, 1 x + a 2, 1 y + a 2, 2 x 2 + 2a 2, 2 xy + a 2, 2 y 2) dy. (6) Dengan memperhatikan notasi persamaan (3), maka persamaan (5) dapat ditulis menjadi a 1, +a 1, 1 x = P 1 (y)(a 1, +a 1, 1 x + a 1, 1 y), kemudian dengan cara yang sama persamaan (6) menjadi a 2, +a 2, 1 x + a 2, 2 x 2 = P 2 (y)(a 2, +a 2, 1 x + a 2, 1 y + a 2, 2 x 2 + 2a 2, 2 xy + a 2, 2 y 2 ). (7) Sehingga polinomial linear mempunyai derajat yang sama pada sisi kiri dan kanannya, dan polinomial kuadratik juga mempunyai derajat yang sama pada sisi kiri dan kanannya. Secara umum, polinomial sebarang berderajat n, pada sisi kiri dan kanan persamaan (1) merupakan polinomial berderajat yang sama, n. Pensubstitusian sebuah polinomial berderajat n ke sisi kanan pada persamaan (1) dan melakukan pengintegralan diperoleh sebuah polinomial berderajat n. Kedua, untuk kasus solusi polinomial, persamaan (1) berubah menjadi sepasang sistem persamaan yang diperoleh dengan menyamakan pangkat yang sama dalam x. Untuk polinomial linear berderajat n = 1, dengan menyamakan koefisien dari x 1 pada kedua sisi persamaan menghasilkan a 1, +a 1, 1 x = P 1 (y)a 1, + P 1 (y)a 1, 1 x + P 1 (y)a 1, 1 y (8) a 1, 1 x = P 1 (y)a 1, 1 x = a 1, 1 x = a 1, 1 x w(y)p 1 (y)a 1, 1 xdy w(y)p 1 (y)dy, Repository FMIPA 3
atau a 1, 1 = a 1, 1 P 1 (y). Karena polinomial harus berderajat satu maka a 1,1, sehingga P 1 (x) = 1, (9) dimana variabel y diganti x. Selanjutnya menyamakan koefisien x dari persamaan (8) diperoleh a 1, = P 1 (y)a 1, + P 1 (y)a 1, 1 y, (1) dengan mensubstitusikan (9) ke persamaan (1), diperoleh Karena a 1, 1, maka atau dengan notasi x dapat ditulis a 1, = a 1, +a 1, 1 P 1 (y)y. yp 1 (y) =, xp 1 (x) =. Terlihat bahwa persamaan (1) direduksi ke sebarang sistem dari persamaan linear nonhomogen dengan variabel a 1, dan a 1,1 yang tidak diketahui. Perhatikan bahwa persamaan integral yang didapat direduksi ke sistem linear hanya untuk polinomial, seperti terlihat dalam persamaan di atas bahwa deret pangkat x terpotong sampai suku berhingga. Selanjutnya prosedur yang sama diulang untuk polinomial kuadratik, yaitu untuk n = 2 dari persamaan (7) diperoleh a 2, +a 2, 1 x + a 2, 2 x 2 = P 2 (y)a 2, + P 2 (y)a 2,1 x + P 2 (y)a 2,1 y + P 2 (y)a 2,2 x 2 + P 2 (y)2a 2,2 xy + P 2 (y)a 2,2 y 2. (11) Dengan menyamakan koefisien x 2 dari persamaan (11), diperoleh a 2, 2 x 2 = P 2 (y)a 2, 2 x 2 = w(y)p 2 (y)a 2, 2 x 2 dy a 2, 2 x 2 = a 2, 2 x 2 w(y)p 2 (y)dy a 2, 2 = a 2, 2 P 2 (y), dimana variabel y diganti oleh x, sehingga diperoleh P 2 (x) = 1. (12) Selanjutnya menyamakan koefisien x 1 dari persamaan (11) menjadi a 2, 1 x = a 2, 1 x w(y)p 2 (y)dy + 2a 2, 2 x w(y)p 2 (y)ydy, Repository FMIPA 4
atau a 2, 1 = a 2, 1 P 2 (y) + 2a 2, 2 yp 2 (y), (13) dengan mensubstitusikan persamaan (12) ke persamaan (13) diperoleh 2a 2, 2 yp 2 (y) =, karena a 2, 2, maka yp 2 (y) =, (14) atau dapat ditulis xp 2 (x) =. Kemudian menyamakan koefisien x, dari persamaan (11) diperoleh a 2, = a 2, P 2 (y) + a 2, 1 yp 2 (y) + a 2, 2 y 2 P 2 (y), (15) dengan substitusikan persamaan (12) dan (14) ke persamaan (15), diperoleh a 2, 2 y 2 P 2 (y) =, atau dapat ditulis x 2 P 2 (x) =. Sebuah polinomial berderajat ke n merupakan solusi dari persamaan integral jika dan hanya jika himpunan n + 1 persamaan linear terlihat dipenuhi x k P n (x) = δ k,, (16) k =, 1, 2,..., n. Persamaan linear pada persamaan (16) mengimplikasikan bahwa polinomial P n (x) adalah ortogonal terhadap fungsi bobot Jika g(x) = xw(x). P m (x) = m a m,k x k, k= adalah polinomial berderajat m < n, kemudian dari persamaan (16) dapat disimpulkan bahwa xp n P m = w(x)xp n (x) m a m,k x k dx k= xp n P m =. (17) Persamaan (17) merupakan hasil utama dalam pembahasan ini, yaitu telah ditunjukkan bahwa polinomial tersebut saling ortogonal dengan menggunakan persamaan integral nonlinear pada persamaan (1). Himpunan solusi polinomial derajat n ini Repository FMIPA 5
adalah tunggal, yaitu terdapat satu dan hanya satu solusi polinomial berderajat n. Polinomial ini adalah ortogonal terhadap fungsi bobot g(x). Pendekatan polinomial ortogonal yang sudah ada dapat dilakukan dengan menggunakan P n P m = g(x)p n (x)p m (x)dx. (18) Berikut diberikan dua buah polinomial klasik, yaitu polinomial Laguerre dan polinomial Jacobi. 1. Generalized Polinomial Laguerre Generalized polinomial Laguerre L γ n(x) dengan menggunakan =, β = dan g(x) = x γ e x untuk semua γ 1, pada persamaan (18). Sebagai contoh, dengan menggunakan Definisi polinomial ortogonal berikut [1, h. 773] b a g(x)p n (x)p m (x)dx =, untuk semua n m (19) untuk n = 1, m = dan untuk γ = 1 maka x γ e x L γ 1(x)L γ (x)dx, (2) dengan menggunakan bentuk polinomial Laguerre berikut [1, h. 775] L γ n(x) = n ( ) n + γ 1 () m n m m! xm, (21) m= diperoleh L 1(x) = 1 x dan L (x) = 1, maka persamaan (2) menjadi x 1 e x (1 x)(1)dx = e x (1 x)(1)dx. (22) Apabila integral pada persamaan (22) diselesaikan maka diperoleh (e x xe x )dx = e x dx xe x dx =. Terlihat L 1(x) dan L (x) ortogonal terhadap fungsi bobot g(x) pada interval [, ]. Selanjutnya n = 2 dan m = 1, dengan cara yang sama diperoleh L 2(x)=1 x + 1 4 x2 dan L 1(x) = 1 x, sehingga persamaan (2) menjadi ( x e x 1 2x + 5 4 x2 1 ) 4 x3 dx = e x dx 2xe x dx + 5 4 x2 e x dx 1 4 x3 e x dx =. Sehingga polinomial L 2(x) dan L 1(x) terlihat saling ortogonal pada interval [, ], dengan fungsi bobot g(x). Repository FMIPA 6
2. Polinomial Jacobi Polinomial Jacobi G n (p, q, x), dengan menggunakan g(x) = x q 2 (1 x) p q, dan =, β = 1 untuk q > 1, p q > kemudian m n, pada persamaan (18) maka dari Definisi polinomial ortogonal pada persamaan (19), untuk n = 1, m = diperoleh x q 2 (1 x) p q G n (p, q, x)g m (p, q, x)(x)dx = x q 2 (1 x) p q G 1 (p, q, x)g (p, q, x)(x)dx. (23) Bila diambil q = 2 dan p = 2, kemudian dengan menggunakan bentuk polinomial Jacobi berikut [1, h. 775] Γ(q + n) n ( ) n Γ(p + 2n m) G n (p, q, x) = () m Γ(p + 2n) m Γ(q + n m) xn m, m= diperoleh G 1 (p, q, x) = 1 + x dan G 2 (p, q, x) = 1 maka persamaan (23) menjadi ( x 2 2 (1 x) 2 2 1 ) ( 2 + x (1)dx = x (1 x) 1 ) 2 + x (1)dx =. (24) Kemudian n = 2 dan m = 1, dengan cara yang sama diperoleh G 2 (p, q, x)= 1 3 x+x2, G 1 (p, q, x) = 1 + x kemudian disubstitusikan ke persamaan (23) diperoleh 2 x q 2 (1 x) p q G n (p, q, x)g m (p, q, x)(x)dx = maka persamaan (25) menjadi ( ) ( 1 x (1 x) 3 x + x2 1 ) 2 + x dx = x 2 2 (1 x) 2 2 (x 2 x + 1 3 ) ( 1 2 + x ) dx, (25) ( ) ( 1 3 x + x2 x 1 ) dx =. 2 (26) Sehingga polinomial Jacobi pada persamaan (24) dan persamaan (26) menunjukkan polinomial ini ortogonal terhadap fungsi bobot g(x), pada interval [, 1]. Perhatikan persamaan (16) dan momen m n = w(x)x n dx, (27) dapat ditulis sebagai solusi dari n + 1 buah persamaan linear dan untuk koefisien a n, j x k P n (x) n = a n,j m k+j, (28) j= Repository FMIPA 7
k =, 1,..., n. Dengan menjalankan nilai k pada persamaan (28) dan mengikuti δ i,j = 1 jika i = j dan δ i,j = jika i j [5, h. 68] yang merupakan kronecker delta didapat m m 1 m n a n, 1 m 1 m 2 m n+1 a n,1....... =., (29) m n m n+1 m 2n a n,n dengan asumsi m = 1, kemudian menggunakan aturan Cramer [2, h. 83-84] dan persamaan (4) pada persamaan (29) diperoleh P (x) = 1 P 1 (x) = m 2 m 1 x m 2 m 2 1 P 2 (x) = (m 2m 4 + m 2 3) + (m 3 m 2 m 4 m 1 )x + (m 2 m 3 m 2 2)x 2. (3) m 4 (m 2 m 2 1) m 2 3 + 2m 1 m 2 m 3 m 3 2 Didefinisikan R n (x) = 1 x x n m 1 m 2 m n+1......, S n(x) = m m 1 m n m 1 m 2 m n+1....... m n m n+1 m 2n m n m n+1 m 2n R n (x) = S n (x). Polinomial dari persamaan (3) dapat ditulis dalam bentuk umum sebagai berikut P n (x) = det(r n) det(s n ). (31) Normalisasi polinomial P n (x) dapat diberikan dalam bentuk normalisasi G n adalah determinan dari matrik xp n (x)p m (x) = δ n,m G n, (32) G n = det(c n) det(c n+1 ) det(s n ) 2, (33) dimana matrik C n diberikan oleh m 1 m 2 m n m 2 m 3 m n+1 C n =...... m n m n+1 m 2n. Repository FMIPA 8
Sehingga dengan menggunakan persamaan (33), diperoleh berturut-turut G = m 1 G 1 = m 1 m 1 m 3 m 2 2 m 2 m 2 1 G 2 = (m 1m 3 m 2 2)(m 1 m 3 m 5 m 2 2m 5 m 1 m 2 4 + 2m 2 m 3 m 4 m 3 3) (m 4 (m 2 m 2 1) m 2 3 + 2m 1 m 2 m 3 m 3 2) 2. Normalisasi polinomial P n (x) pada persamaan (32) terpenuhi, yaitu untuk n = 1, m = dan dengan menggunakan kronecker delta, diperoleh xp 1 (x)p (x) = δ 1, G 1 =. Dengan cara yang sama yaitu menggunakan kronecker delta, untuk n = 2 dan m = 1, diperoleh xp 2 (x)p 1 (x) = δ 2,1 G 2 =. 3. CONTOH Akan ditunjukkan bahwa polinomial Legendre [6, h. 55] d n P n (x) = 1 2 n n! dx n (x2 1) n, merupakan polinomial ortogonal dengan mengunakan bentuk pada persamaan (31), polinomial Legendre ortogonal pada interval [,β], dengan =, β = 1, dan g(x) = 1. Untuk memenuhi kondisi pada persamaan (2), pilih w(x) = 1 (iπx). (34) Akan ditentukan momen pada persamaan (27). Untuk n =, menggunakan persamaan (34) diperoleh 1 m = dx = 1. (iπx) Untuk n = 1, menggunakan persamaan (34) diperoleh m 1 = w(x)x 1 dx = 2 iπ. (35) Selanjutnya n = 2, 3, 4, 5, 6, dengan cara yang sama diperoleh m 2 =, m 3 = 2, 3iπ m 4 =, m 5 = 2, dan m 5iπ 6=. Selanjutnya akan ditentukan bentuk polinomial pada persamaan (31), untuk n =, 1, 2, 3 diperoleh berturut-turut P (x) = 1 (36) P 1 (x) = iπ 2 x (37) P 2 (x) = 1 3x 2 (38) P 3 (x) = 3(iπ) 8 (3x 5x3 ). (39) Repository FMIPA 9
Akan ditunjukkan bahwa bentuk polinomial pada persamaan (36)-(39) saling ortogonal pada interval [, 1], terhadap fungsi bobot g(x), dengan menggunakan Definisi polinomial ortogonal pada persamaan (19), kemudian dengan menggunakan persamaan (37) dan (36) maka diperoleh ( ) iπ g(x) 2 x dx = iπ xdx =. (4) 2 Dengan cara yang sama, kemudian menggunakan persamaan (38) dan (37) diperoleh ( ) iπ g(x)(1 3x 2 ) 2 x dx = iπ (1 3x 2 )xdx =. (41) 2 Selanjutnya dengan menggunakan persamaan (39) dan (38), diperoleh g(x) 3iπ 8 (3x 5x3 )(1 3x 2 )dx = 3iπ 8 (3x 14x 3 + 15x 5 )dx =. (42) Maka polinomial pada persamaan (4), (41) dan (42) terlihat ortogonal pada interval [, 1] terhadap fungsi bobot g(x) = 1, sehingga secara langsung dapat ditunjukkan bahwa polinomial pada persamaan (36)-(39) juga saling ortogonal terhadap fungsi bobot g(x) = 1. Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak Supriadi Putra, M.Si, dan Ibu Dra. Asli Sirait, M.Si yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Abramowitz, M. & I. A. Stegun. 1972. Handbook Of Mathematical Functions With Formulas, Graphs and Mathematical Tables. Government Printing Office, New York. [2] Anton, H. 1987. Aljabar Linear Elementer Edisi Kelima. Terj. dari Elementery Linear Algebra, Fifth Edition, oleh Silaban, P. & I. N. Susila. Penerbit Erlangga, Jakarta. [3] Bender, C. M. & E Ben-Naim. 27. Nonlinear Integral Equation Formulation of Orthogonal Polynomials. J. Phys. A: Math. Theor. 4: F9-F15. [4] Conte, S.D. & C. De Boor. 1993. Dasar-Dasar Analisis Numerik, Suatu Pendekatan Algoritma Edisi Ketiga. Terj. dari Elementary Numerical analysis, An Algorithmic Approach, Third Edition, oleh Ir. Mursaid. Penerbit Erlangga, Jakarta. [5] Matthews, P. C. 1998. Vector Calculus. Springer-Verlag, London. [6] Phillips, G. M. 23. Interpolation and Approximation by Polynomials. Springer, New York. Repository FMIPA 1