BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

IV. METODE PENELITIAN

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

III. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

III METODE PENELITIAN

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB 2 DASAR TEORI. Dewasa ini dengan meningkatnya pertumbuhan industri industri baik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

III KERANGKA PEMIKIRAN

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

LATIHAN SOAL KWU XII

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Model dan Contoh Numerik

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Sistem

BAB 2 LANDASAN TEORI

RUMAH KOST DI SEMARANG DALAM KAJIAN EKONOMI. Isnadi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang

Bab IV Pengembangan Model

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

2

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP PERTUMBUHAN LABA (Studi Kasus Pada BUMN Perbankan Terbuka Yang Berdomisili Di Kota Pangkalpinang)

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase bisnis mereka. Belanja modal biasanya memerlukan pengeluaran yang besar seperi pembelian bangunan baru dan pembaruan fasilias yang ada. Capial Expendiure juga erkadang disebu sebagai capial expense aau capial spending dan dilaporkan pada laporan ahunan dari perusahaan sehingga pemegang saham dapa dengan jelas meliha seberapa besar uang yang diinvesasikan unuk jangka panjang. Anandarajah (1998:31) menyaakan Capial Expendiure dalam definisi beriku ini : Capial Expendiure is an expendiure on long-lived asses, also referred o as fixed asses or non-curren physical asses Dari deskripsi ersebu, dapa disimpulkan bahwa Capial Expendiure berkaian dengan dua unsur, yaiu : 1. Expendiure aau pengeluaran 2. Long lived asses aau ase yang memiliki masa ekonomis yang panjang Sedangkan menuru Saphiro (2005), Capial Expendiure merupakan invesasi yang dikeluarkan dengan harapan akan menghasilkan aliran kas masuk di masa depan. Oleh karenanya dibuuhkan persiapan yang maang dalam merencanakan Capial Expendiure. Terkai dengan deskripsi di aas, erkadang Capial Expendiure juga dideskripsikan sebagai capial invesmen. 7

8 Jenis jenis Capial Expendiure Ada beberapa jenis Capial Expendiure menuru Saphiro (2005), yaiu : 1. Equipmen Replacemen Hal yang dimaksud dalam poin ini adalah adanya ambahan ase karena adanya kebuuhan baru aaupun karena usangnya peralaan yang lama.sebagai conoh adanya pengganian kompuer di sebuah perusahaan karena rusaknya kompuer yang ada, maka kompuer baru ersebu dikaegorikan sebagai Capial Expendiure. 2. Expansion o mee growh in exising producs Jika suau perusahaan memuuskan unuk melakukan ekspansi demi meningkakan produk yang ada (baik dari segi efisiensi maupun pengembangan pangsa pasar) maka biaya dalam proyek ekspansi ersebu dapa dikaegorikan sebagai Capial Expendiure. 3. Expansion generaed by new producs Begiu pula dengan adanya rencana unuk mengeluarkan produk baru, sehingga dibuuhkan, misalnya pabrik baru. Seluruh biaya dalam menghasilkan pabrik yang siap beroperasi dapa dimasukkan ke dalam Capial Expendiure. 4. Projeced mandaed by law Hal ini berkaian dengan keegasan hukum yang erjadi. Jenis erahir ini, makin sering dihadapi perusahaan belakangan ini, eruama yang bergerak di bidang perambangan aaupun indusri lain yang bidang operasinya mengambil sesuau dari alam. Ininya, seluruh pengeluaran yang dikeluarkan demi kesesuaian dengan hukum (perauran) yang berlaku dapa dikaegorikan sebagai Capial Expendiure. Misalnya jika ada perauran negara yang menyebukan bahwa di sekiar pabrik yang mengeluarkan limbah yang berbahaya diwajibkan keberadaan

9 empa pengolahan limbah, maka seluruh pengeluaran yang berkaian dengan siap dipakainya empa pengolahan limbah ersebu dapa dikapialisasi dan digolongkan sebagai Capial Expendiure Dalam pelaksanaannya erkadang susah unuk membedakan biaya manakah yang ermasuk ke dalam Capial Expendiure dan biaya yang ermasuk ke dalam rouine expense. Perbedaan yang jelas anara keduanya erleak pada hasil yang diperoleh, jika suau biaya dapa menaikkan nilai dari sebuah ase maka biaya ersebu digolongkan sebagai Capial Expendiure namun jika biaya yang ada hanya dipakai unuk memperahankan kondisi kerja yang ada maka biaya ersebu digolongkan sebagai rouine expense. Sebagai conoh biaya unuk insalasi kamar mandi di sebuah warne adalah Capial Expendiure karena meningkakan nilai dari warne ersebu namun biaya unuk memperbaiki kompuer yang rusak besar pun biayanya ermasuk ke dalam rouine expense karena hanya memperahankan kinerja warne seperi yang dulu. Perusahaan dalam melakukan kepuusan Pembelian Capial Expendiure memang idak digolongkan ke dalam biaya produksi, namun eap merupakan sebuah pengeluaran dan beban bagi perusahaan. Selain iu pengaruh kepuusan Capial Expendiure yang signifikan erhadap cash flow dan biaya depresiasi membua kedua jenis beban ersebu jelas sanga besar pengaruhnya bagi keadaan keuangan perusahaan, eruama dari segi likuidias dan renabilias karena akan memakai ase perusahaan dalam jumlah yang besar. Dalam hal ini, pengendalian sangalah dibuuhkan unuk mencapai efisiensi dan efekifias dalam Capial Expendiure, sehingga kebuuhan akan Capial Expendiure dapa erpenuhi dan kegiaan perusahaan dapa berjalan dengan lancar dan beban keuangan yang erjadi idak sampai mengganggu operasi perusahaan.unuk iu sebagai salah sau ala pengendaliannya dibualah penganggaran Capial Expendiure.

10 Tujuan dari pengendalian Capial Expendiure menuru Rina (2008) adalah : 1.1 Agar pelaksanaan invesasi benar benar sesuai dengan rencana yang dibua dalam anggaran 2.1 Unuk memanfaakan pendayagunaan dana perusahaan seopimal mungkin agar ercapai ingka efisiensi yang inggi dengan mengaur skala priorias baik dari segi pendanaan maupun segi waku 3.1 Menjaga efisiensi dengan cara menyeleksi perminaan invesasi sesuai dengan cos dan benefinya Unuk mencapai ujuan uama perusahaan yaiu memaksimalkan kekayaan pemegang saham maka perusahaan harus erus berumbuh dan erus mengimprovisasi bisnisnya unuk mencapai keunungan di jangka panjang sehingga unuk mencapai hal iu sekarang perusahaan harus mengambil suau kepuusan yang dapa erus membua perusahaan iu eap eksis. Unuk mencapai perumbuhan di masa mendaang diperlukan invesasi pada masa sekarang yang epa dan efisien dimana unuk melakukannya diperlukan suau perencanaan Capial Expendiure yang memadai. Capial Expendiure yang dikeluarkan bisa berbeda jumlahnya sesuai dengan skala dari perusahaan ersebu. Pada perusahaan besar bisa saja mereka mengeluarkan sampai rausan milliar hanya unuk Capial Expendiure seperi misal membeli uni usaha lain dan lain lain. Namun pada skala perusahaan kecil pembelian priner pun bisa digolongkan sebagai Capial Expendiure dimana pengambilan kepuusan Capial Expendiure ini harus hai hai karena akan membua ase dari perusahaan akan menjadi idak likuid dalam jumlah yang besar. Besarnya nilai Capial Expendiure yang ada membua nilai yang ada pun di amorisasi sepanjang hidup dari ase bisa berkisar dari 3 ahun sampai 40 ahun, hal ini karena idaklah mungkin unuk membebankan semua biaya Capial Expendiure

11 hanya pada suau kurun waku erenu karena idak efisien dan fungsi ase yang dibeli pun biasanya idak langsung hilang hanya dalam suau kurun waku erenu. 2.2 Laba Perusahaan Pada peneliian kali ini yang dipakai sebagai laba perusahaan adalah Operaing Profi aau Earnings Before Ineres Taxes (EBIT)/laba operasional. Menuru Keown (2005) Laba operasional didapa dengan cara mengurangkan penjualan dengan harga pokok penjualan dan dengan beban operasional Nilai dari laba operasional mencerminkan laba yang didapa dari kegiaan uama perusahaan dengan juga memasukkan pos penyusuan dari Capial Expendiure sedangkan laba koor hanya mengurangkan penjualan dengan harga pokok penjualan belum menghiung beban sampai barang yang ada sampai ke konsumen adapun laba bersih memasukkan pula unsur non kegiaan uama perusahaan seperi laba lain-lain dan beban lain-lain. Sehingga unuk dengan epa mengeahui berapa efisiensi dari perusahaan dalam menjalankan kegiaan uamanya diliha dari laba operasionalnya. 2.3 Akiva ( Asse ) Adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan, Menuru Keown (2005) Dalam pelaksanaannya akiva dapa dibagi ke dalam 3 bagian yaiu : a. Akiva Lancar, yaiu akiva yang manfaa ekonominya diharapkan akan diperoleh dalam waku sau ahun aau kurang misalnya kas, sura berharga, piuang dan persediaan. b. Akiva Berwujud, yaiu akiva yang memiliki wujud fisik, digunakan dalam operasi sehari- hari perusahaan dan memberikan manfaa ekonomi lebih dari sau ahun. Conohnya adalah anah, gedung, mesin, peralaan dan kendaraan.

12 c. Akiva lain-lain aau akiva Tak Berwujud, yaiu akiva yang idak memiliki wujud fisik dan biasanya berupa hak isimewa yang memberikan manfaa ekonomi bagi perusahaan unuk jangka waku lebih dari sau ahun. Misalnya hak paen, goodwill,royaly, copyrigh, franchise dan license. 2.4 Reurn on Asse (Tingka Pengembalian Aas Toal Akiva) Produkivias akiva keseluruhan dapa dinyaakan sebagai ingka pengembalian aas oal akiva (ROA) aau ingka produkivias akiva. Tingka ini dihiung dengan membagi laba bersih dengan oal akiva yang digunakan unuk menghasilkan laba bersih. Menuru Young and O Bryne (2001) Tingka ini mengukur efisiensi dengan menggunakan sumber daya unuk mencipakan laba bersih. Semakin besar nilai ROA maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan akiva yang ada unuk mendapakan laba bersih. Perusahaan dapa memperoleh nilai ROA yang inggi dengan cara meningkakan profi margin aau dengan memanfaakan akiva yang dimilikinya dengan lebih efisien unuk meningkakan penjualan perusahaan Damodaran (2002:45). Nilai ROA dapa juga digunakan invesor unuk membandingkan kinerja perusahaan yang sau dengan perusahaan lainnya 2.5 Capial Budgeing Capial Budgeing merupakan ala yang harus dikuasai oleh manajer eruama dalam hal kepuusan invesasi dalam meliha cash flow yang benar benar dapa dihasilkan perusahaan di masa daang. Dalam hal ini manajer harus benar benar jeli dalam meliha dan memilih sau dari berbagai alernaif yang ada.sebelum memilih manajer harus melakukan evaluasi, pembandingan dan pada akhirnya ialah pemilihan dari pilihan yang ada dan kegiaan inilah yang disebu sebagai Capial Budgeing. Capial Budgeing diperlukan karena belanja modal yang dilakukan perusahaan biasanya besar dan akan berpengaruh erhadap keuangan perusahaan sehingga dengan iu perlu

13 dilakukan perencanaan capial budgeing yang epa dalam memilih kepuusan belanja modal yang epa. Capial Budgeing yang epa juga dapa membua perusahaan lebih logis, rasional dan sisemais dalam mengambil kepuusan sehingga kepuusan yang diambil dapa menghasilkan keunungan jangka panjang dan pada akhirnya memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Hal ini menjadi pening karena Capial/Modal adalah sumber daya yang erbaas, memang perusahaan bisa erus meminjam uang ke bank eapi bank pun memiliki baasan erenu dalam memberikan pinjaman selain iu perusahaan juga bisa menerbikan sebanyak banyaknya saham namun hal ini pun malah akan membua kepemilikan pemegang saham individu menjadi semakin kecil sehingga pengumpulan uang yang sebesar besarnya memang akan membua perusahaan dapa dengan lebih mudah unuk memilih invesasi yang akan dijalankan namun jelas hal ini idaklah efisien karena semakin ingginya cos of capial yang mesi perusahaan bayarkan. Dalam melakukan Capial Budgeing manajer harus memperhaikan fakor inernal dan fakor eksernal Perusahaan. Fakor inernal perusahaan mencakup kekuaan dan kelemahan dari perusahaan seperi ase, jumlah karyawan, dana yang dimiliki dan sebagainya. Fakor-fakor ini dapa dikendalikan oleh manajer perusahaan. Sedangkan fakor-fakor eksernal seperi kurs, harga bahan baku,harga anah, bangunan, dan kendaraan, biaya eap dan biaya variabel, inflasi, ingka suku bunga, selera konsumen, perauran pemerinah, dan sebagainya idak dapa dikendalikan oleh manajer.namun sanga berpengaruh erhadap Capial Budgeing yang ada sehingga disini pening bagi perusahaan unuk selalu mengawasi dan mengevaluasi perubahan dari fakor-fakor eksernal dan fakor-fakor inernal yang dimiliki sehingga mengurangi ancaman keidakpasian di masa daang dan mendapa sebuah kepuusan invesasi yang benar benar epa. Ada beberapa ala yang biasanya menjadi pedoman bagi manajer unuk memilih suau invesasi dibanding invesasi lainnya Keown (2005) yaiu :

14 Payback period : Meliha seberapa cepa invesasi yang dilakukan perusahaan mencapai break even poin nya sehingga lebih cepa maka lebih menarik invesasi ersebu. Ne presen value (NPV) : Meliha nilai presen cash flow yang benar benar akan dierima perusahaan dikurangi dengan nilai dari iniial oulay yang dikeluarkan perusahaan lebih inggi nilai dari NPV maka semakin menarik invesasi ersebu. NPV FCF n =1 (1 + k) IO Inernal rae of reurn (IRR) : Meliha rae sebenarnya yang dihasilkan perusahaan dengan invesasi yang dilakukannya, semakin besar nilai IRR maka semakin menarik sebuah proyek, nilai IRR juga biasanya dibandingkan dengan nilai yang didapa jika berinvesasi di empa lain seperi bunga deposio dan lainlain. IRR FCF n =1 (1 + IRR) = IO Profiabiliy index (PI) : meliha nilai dari presen value cash flow perusahaan dibagi dengan iniial oulay yang ada semakin inggi nilai dari PI maka semakin menarik suau invesasi unuk dilakukan. PI n FCF 1 (1 k) = + IO Dengan FCF = Free Cash Flow Pada Periode IO n k = Iniial Oulay = Ekspekasi umur proyek = Discoun rae

15 Pada akhirnya perencanaan dan pelaksanaan Capial Budgeing yang epa akan mampu menggambarkan kondisi perusahaan di masa depan sehingga sangalah pening bagi manajer unuk memilih eknik yang epa dalam melaksanakan Capial Budgeing agar dapa menggunakan sumber daya dengan efisien sera menghasilkan kepuusan invesasi yang epa dan berkepanjangan bagi perusahaan menuju ercapainya kekayaan pemegang saham.