HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2013.kepada anak anak di Panti Asuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dtujukan kepada Kepala Sekolah SMP N 2 Pabelan. Sebelumnya, penulis telah meminta izin

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Salatiga. Sebelumnya penulis telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1.Interaksi Sosial Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. No Nama Skor Kategori Kelompok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan ijin penelitian pada penulis. eksperimen dan kontrol yang berdasarkan jenis kelamin dan usia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. sekolah. Penulis membagikan Skala kebiasaan belajar kepada respondenpada tanggal 27 Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan pimpinan Ibu kepala sekolah Drs. Kriswinarti. Subyek penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. FKIP UKSW angkatan 2013 yang hasi pre-testnya menunjukkan kesadaran

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. XI IPS 2 yang berjumlah 34 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN. mahasiswa yang mengalami stres dengan kategori sebagai berikut: Tabel 4.1 Kategori Variabel Stres (N = 61)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian kelas XI yang berjumlah semua 40 siswa yaitu 20 siswa XI IPS dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Data Sebaran Responden. Kelas Putra Putri Jumlah X A X B XI BHS XI IPA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kedua kelompok dapat dilihat dari umur dan kategori skor skala konsep diri yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Nusantara Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. SMP Nusantara Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek penelitian adalah kelas X C SMA Negeri 1 Suruh yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. desain Pretest-Posttest Control Group.Menurut Azwar (2012) penelitian eksperimental

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sekolah SD Negeri Bawen 03 di Lingkungan Berokan Bawen. Kemudian pada. Tabel 4.1.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut

BAB III. subyek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri 2 Salatiga memberikan ijin penelitian pada penulis.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk eksperimen semu / Quasi

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kecemasan komunikasi interpersonal yang rendah.

BAB III METODE PENELITIAN. relevan dapat dikendalikan dan dimanipulasi. dengan hasil Pre-test skala kecemasan komunikasi interpersonal sangat tinggi,

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experimental design). Penelitian eksperimental ini meniru kondisi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. diberikan perlakuan. Penelitian eksperimen menurut Danim (2004) dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku disiplin belajar yangrendah. Selanjutnya 12 siswa yang memiliki perilaku

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A ( SOAL PRE TEST DAN POST TEST ) 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data penelitian berupa

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar. Dari penelitian ini penulis memilih subjek dari suatu populasi yang dibagi

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi anak laki-laki dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dipilih oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Balai ini berada di tengah

LAMPIRAN B. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. guru SMA N 1 Salatiga sebagai SMA RSBI dan guru SMA Muhmmadiyah Plus

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di FKIP UKSW program studi

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PUSAT PENGEMBANGAN ANAK IO-970 ABRAHAM MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SKRIPSI

PENINGKATAN BUDI PEKERTI MELALUI TEHNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA di KELAS VIII D SMP NEGERI 1 SURUH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Dizziness Handicap Inventory

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa kelas VIIC yang berjumlah 37 siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 17 siswa

PERSETUJUAN MENJADI RESPONSEN. penelitian, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini : Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian bertempat di TK Al-Hidayah yang beralamatkan di Jln

sambil kedua tangan didepan mulut.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yayasan bernardus yang Terakreditasi A. SMA Theresiana Weleri terdiri dari 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan bimbingan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. mengambil 7 subjek mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi.

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

UJI PERBEDAAN DUA SAMPEL. Materi Statistik Sosial Administrasi Negara FISIP UI

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN SELF-EFFICACY SISWA KELAS XI TEI B SMK N 2 SALATIGA SKRIPSI

LAMPIRAN. Keseimbangan berdiri. selisih1. sebelum2. Tests of Normality. Shapiro-Wilk. Statistic Df Sig. Statistic df Sig

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Data Dua Sample Tidak Berhubungan (Independent)

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Tanggal : No. responden : Tanda tangan : Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian pada tanggal 3 Maret 2012 penulis terlebih dahulu meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKSW yang ditujukan kepada kepala SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang. Surat ijin penulis berikan kepada kepala SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang pada tanggal 27 Februari 2012. Berdasarkan surat ijin yang sesuai dengan prosedur yang telah diserahkan maka penulis 67

mendapatkan ijin dari kepala sekolah SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang. 4.2 Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang. SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang terletak di desa Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang berdiri pada tahun 1983. Pada Tahun Ajaran 2011/2012 data siswa kelas VII berjumlah 274 siswa terdiri dari 145 laki-laki dan 129 perempuan, siswa kelas VIII berjumlah 266 siswa terdiri dari 142 laki-laki dan 124 perempuan, siswa kelas IX berjumlah 230 siswa terdiri dari 122 laki-laki dan 108 perempuan, jadi jumlah keseluruhan 770 siswa. Kelas VII terdapat 8 kelas yaitu (VII A, VII B, VII C, VII D, VII E,VII F, VII G dan VII H), kelas VIII juga terdapat 8 kelas yaitu (VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E,VIII F, VIII G dan VIII H), sedangkan kelas IX terdapat 7 kelas yaitu (IX A, IX B, IX C, IX D, IX F dan IX G). Kelas A merupakan kelas unggul, sedangkan kelas yang lain merupakan kelas yang sama tingkatnya. Dalam penelitian ini subjek yang diambil adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang yang terdiri dari 27 siswa. Dari 27 siswa tersebut diambil 16 siswa untuk menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari 16 siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu 8 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 8 siswa lagi sebagai kelompok kontrol, tiap kelompok terdiri atas 2 siswa laki-laki 68

dan 6 siswa perempuan. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang termasuk ke dalam 3 kategori yaitu sangat rendah, rendah, dan sedang. 4.3 Pengumpulan Data Dan Pelaksanaan Eksperimen Proses pengumpulan data dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Maret 2012 dengan menyebarkan skala kemandirian belajar yang terdiri dari 58 item pertanyaan kepada siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang yang berjumlah 27 siswa. Skala kemandirian belajar diisi langsung oleh siswa pada jam itu juga dan penulis menunggu sampai selesai diisi. Hal ini dilakukan oleh penulis untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam pengisian skala kemandirian belajar, kesalahan persepsi siswa terhadap butir-butir pertanyaan, dan kelengkapan skala kemandirian belajar pada waktu dikembalikan. Hasil dari pengisian skala kemandirian belajar tersebut digunakan sebagai data pre test. Setelah data pre test terkumpul maka dilakukan analisis untuk mengetahui berapa siswa yang perlu mendapatkan layanan konseling kelompok behavioral. Selanjutnya dilakukan post test setelah seluruh pemberian layanan konseling kelompok behavioral selesai, untuk mengetahui apakah layanan koseling kelompok behavioral yang diberikan penulis dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Penulis melakukan eksperimen kepada 8 siswa yang terpilih menjadi kelompok eksperimen mulai tanggal 28 Maret 2012 sampai dengan 16 April 2012 dengan rangkaian kegiatan konseling kelompok (behavioral) sebagai berikut : 69

Uraian Kegiatan 1) Pertemuan pertama tanggal 28 Maret 2012 Sebelum kegiatan konseling kelompok dilaksanakan terlebih dahulu diawali dengan doa yang dipimpin oleh penulis yang berperan sebagai pemimpin kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penulis sebagai pemimpin kelompok menjelaskan pengertian, tujuan, cara-cara dan asas-asas kegiatan konseling kelompok. Dilanjutkan dengan saling memperkenalkan diri yang dimulai dari pemimpim kelompok (penulis) dan kemudian anggota kelompok pertama sebelah kiri pemimpin kelompok dengan menyebutkan nama, dilakukan berurutan sampai anggota terakhir (ke 8). Dan untuk mengakrabkan suasana, pemimpin kelompok (penulis) membuat permainan kecil yaitu menyanyikan lagu lingkaran kecil, lingkaran besar dan diperagakan terbalik. Jadi kalau lingkaran kecil diperagakan lingkaran besar dan kalau lingkaran besar diperagakan lingkaran kecil, kalau ada yang salah memperagakan nanti ada hukuman dari yang memperagakan benar. Setelah permainan selesai kegiatan akan diakhiri dengan bersalaman dan akan dilanjutkan pada tanggal 30 Maret 2012. 2) Pertemuan ke dua pada tanggal 30 Maret 2012 Pada pertemuan ke dua konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Dan juga anggota kelompok diajak untuk melakukan permainan telur, ulat, 70

kepompong, kupu-kupu. Pemimpin menjelaskan kembali pelaksanaan konseling kelompok behavioral, satu persatu konseli mengungkapkan permasalahan yang sedang dihadapinya dan diharapkan konseli ikut berpartisipasi dalam pemberian alternatife pemecahan masalah dari berbagi konseli. Setelah semua konseli mengungkapkan permasalahnya, pemimpin menunjuk salah satu permasalahan yang akan dibahas dahulu. Masalah yang pertama yaitu siswa minder jika guru menjelaskan materi yang pelajaran yang tidak disukai konseli, konseli merasa takut tidak bisa mengerjakan tugas yang berkaitan dengan materi itu. Tindak lanjut dari pemimpin untuk menyelesaikan permasalahan itu dengan konseling kelompok behavioral dengan teknik asertife. Tujuan dari permainan ini untuk melatih konseli agar dapat melatih ketegasan. Cara permainannya,. Konseli sebagai siswa yang minder dalam pelajaran sulit. Sedangkan temannya sebagai guru yang mengajar pelajaran yang dianggap sulit. Kemudian konseli diminta untuk mengungkapkan segala emosi, perasaan yang mengganjal di hati. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang minder tidak bisa mengerjakan pelajaran yang sulit sedangkan konseli lain sebagai guru yang mengajar pelajaran yang sulit. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mendengarkan penjelasan materi dan mencoba mengerjakan materi yang konseli anggap sulit. Setelah proses konseling kelompok selesai, pemimpin mengakhiri pertemuan dengan berdoa dan akan dilanjutkan pada tanggal 71

3 April 2012. 3) Pertemuan ke tiga pada tanggal 3 April 2012 Pada pertemuan ini konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Selanjutnya memilih permasalahan yang akan dibahas dalam pertemuan ini. Masalah dari konseli yaitu takut mengajukan pendapat. Untuk mengatasi permasalahan konseli, pemimpin kelompok akan membantu menyelesaikan permasalahannya dengan konseling kelompok pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat bersikap lebih percaya diri dalam mengutarakan pendapat. Caranya, pemimpin akan mengajak konseli untuk melakukan role playing (bermain peran). Tujuan dari permainan ini adalah untuk melatih konseli agar dapat melatih kepercayaan diri.. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang akan mengutarakan pendapat kepada guru. sedangkan konseli lain berperan sebagai guru yang mendengarkan pendapat konseli. Kemudian konseli diminta mengungkapkan segala emosi, perasaan yang mengganjal di hatinya. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan niatnya dengan tegas untuk mengutarakan pendapatnya. Setelah permainan selesai, perasaan konseli berbeda dengan sebelumnya, konseli dapat melatih diri untuk berani mengatakan dengan tegas pendapatnya sendiri dan mampu mengutarakan pendapat di depan kelas dan di depan guru. 72

Dengan demikian proses konseling kelompok dengan pendekatan behavioral teknik asertif berhasil dalam menyelesaikan permasalahan konseli. Pemimpin kelompok menjelaskan bahwa kegiatan ini akan berakhir dan akan dilanjutkan pada tanggal 5 April 2012. Kegiatan diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 4) Pertemuan ke empat pada tanggal 5 April 2012 Pada pertemuan kali ini, Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli bisa dan mampu bersikap lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas dan pelajaran yang diberikan guru baik mudah ataupun sulit. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, yaitu konseli sulit untuk belajar sendiri tanpa ada yang membantu belajar. Teman-teman konseli mulai menanggapi permasalahan dan memberikan tanggapan serta membantu dalam penyelesaian permasalahannya. Pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat bersikap mandiri dalam hal belajar tanpa ada bantuan dari orang lain ataupun keluarga. 73

Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang tidak bisa mandiri dalam belajar dan harus didampingi orangtua untuk belajar. Sedangkan kedua konseli lain sebagai orangtua yang mendampingi belajar. Kedua siswa yang sebagai orangtua awalnya mendampingi dengan memberikan tebakkan tapi setelah itu hanya diam saja. Tetapi di dalam bermain peran, konseli yang awalnya tidak mandiri mulai membuat tebakkan dari kertas sesuai dengan materi yang dipelajarinya dan dapat melakukannya dengan baik tanpa harus dibantu oleh kedua orangtuanya. Kesan-kesan konseli setelah bermain peran yaitu konseli merasa senang dan mampu mengetahui kekurangan yang ada pada diri saya yaitu saya tidak mampu mandiri dalam belajar. Setelah selesai, pemimpin segera mengakhiri pertemuan ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 9 april 2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 5) Pertemuan ke lima pada tanggal 9 April 2012 Kegiatan ini dimulai dengan berdoa yang dipimpin oleh pemimpin kelompok (penulis). Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli sudah berani mengajukan pendapat pada waktu pelajaran berlangsung. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka 74

pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, yaitu konseli melakukan belajar kalau disuruh orang tua, kadang orang tua sampai marah-marah dulu baru konseli mau belajar. Pemimpin membuka tanggapan kepada konseli yang lain untuk mencoba menanggapi dan membantu memecahkan permasalahan konseli. Teman konseli ada yang berpendapat untuk membuat jadwal belajar. Setelah teman-teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat mempunyai kesadaran dalam belajar tanpa harus disuruh oleh orangtua dan bertanggung jawab melaksanakan jadwal yang telah dibuat. Pada kesempatan ini, konseli dibantu teman-teman dan konselor menyusun jadwal belajar yang harus dilaksanakan konseli setiap harinya. Tanpa harus menunggu orangtua menyuruhnya belajar. Dalam penyusunan jadwal belajar konseli sangat bersemangat dan antusias serta mengutarakan niatnya dengan tegas akan melaksanakan jadwal yang telah disusun bersama-sama ini. Konseli merasa senang dengan menyusun jadwal belajar, dan lebih bersemangat untuk belajar tanpa disuruh orang tua. Kesan dari konseli yaitu setelah melakukan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral, konseli mempunyai kesadaran untuk belajar demi kebaikan konseli tanpa orang tua menyuruh belajar. Selain itu konseli juga mampu mengetahui kekurangan pada diri konseli yaitu kurangnya kesadaran akan belajar sendiri dan mengatur waktu 75

yang sesuia untuk belajar. Karena kegiatan ini akan berakhir, maka sesi berikutnya akan dilanjutkan pada tangal 10 April 2012. Setelah itu kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 6) Pertemuan ke enam pada tanggal 10 April 2012 Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli mampu bersikap mandiri dalam belajar tanpa harus bergantung pada keluarga untuk menemani konseli belajar. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, yaitu konseli tidak berani mengajukan pertanyaan jika kurang paham terhadap materi pelajaran. Dari permasalahan konseli tersebut, pemimpin memberi kesempatan kepada teman-teman untuk menanggapi permasalahan konseli, banyak sekali tanggapan-tanggapan dari teman-teman yang ingin membantu menyelesaikan permasalahan koseli. Setelah teman-teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat bersikap berani dan mampu mengajukan pertanyaan ketika tidak paham materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. 76

Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang tidak paham akan materi pelajaran yang telah diajarkan. sedangkan konseli lain sebagai guru yang mengajar pelajaran. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan pertanyaan dengan berani tentang suatu materi yang konseli belum jelas. Pernyataan dari konseli setelah bermain peran, konseli dapat melatih untuk berani mengatakan dengan tegas dan berani mengajukan pertanyaan yang konseli tidak mengerti dan mengetahui kekurangan yang ada pada diri konseli yaitu tidak berani mengungkapkan pertanyan kepada guru ketika ada materi pelajarn yang konseli tidak mengerti dan konseli menjadi lebih tenang dalam mengajukan pertanyaan. Setelah konseli tidak ada keluhan lagi, maka pemimpin kelompok akan segera mengakhiri kegiatan konseling kelompok pada sesi ini, dan akan dilanjutkan pada tanggal 11 April 2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 7) Pertemuan ke tuju pada tanggal 11 April 2012 Pada pertemuan ke tuju konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli sudah menerapkan jadwal belajar dan melaksanakan walaupun masih belum terbiasa, tapi konseli bertekad 77

akan terus mencoba agar bisa menjadi mandiri dalam belajar. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, permasalahan pada sesi ini konseli merasa rendah diri apabila pendapat konseli berbeda dengan pendapat teman-teman lainnya. Dari permasalahan konseli tersebut, pemimpin memberi kesempatan kepada teman-teman untuk menanggapi permasalahan konseli, ternyata teman-teman sangat antusias sekali dalam menanggapi permasalahan konseli. Setelah teman-teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk melatih konseli agar dapat melatih kepercayaan diri konseli. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang mempunyai pendapat yang berbeda dengan teman-temannya. sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang mempunyai pendapat yang hampir sama. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mempertahankan pendapatnya dan tidak tergoda untuk mengikuti pendapat teman-temannya. Pernyataan dari konseli setelah bermain peran, konseli bisa melatih untuk berani mempertahankan pendapatnya dan mampu mengetahui kakurangan yang ada pada diri konseli. Konseli mengucapkan terima kasih kepada pemimpin karena konseli merasa senang dapat mempertahankan pendapatnya dengan cara melakukan konseling kelompok. Karena konseli sudah tidak ada permasalahan lagi, 78

maka pemimpin akan mengakhiri pertemuan pada sesi ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 12 April 2012. Setelah itu kegiatan kelompok doakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 8) Pertemuan ke delapan pada tanggal 12 April 2012. Sebelum kegiatan konseling kelompok dilaksanakan terlebih dahulu diawali dengan doa yang dipimpin oleh penulis yang berperan sebagai pemimpin kelompok. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli sudah mencoba mengutarakan pertanyaan kepada guru ketika ada beberapa materi yang konseli tidak mengerti, awalnya konseli masih takut dan gugup tapi konseli tetap berusaha melakukannya karena konseli bisa jadi memahami materi secara keseluruhan. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, permasalahan pada sesi ini yaitu konseli lebih suka kalau diajak teman mengobrol dari pada mendengarkan guru menerangkan. Inti dari permasalahan konseli, konseli tidak bisa menangkap pelajaran saat dikelas dan malas untuk memperhatikan guru saat menerangkan pelajaran. Dari permasalahan konseli tersebut, pemimpin memberi kesempatan kepada teman-teman untuk menanggapi permasalahan konseli, ternyata teman-teman sangat antusias sekali dalam menanggapi permasalahan konseli. Setelah teman- 79

teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk melatih konseli agar dapat melatih kedisiplinan. Konseli setuju dengan pendapat pemimpin dan bersedia melakukan proses konseling kelompok dengan pendekatan behavioral teknik asertif. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang diajak mengobrol waktu pelajaran sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang mengajak mengobrol. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan niatnya dengan tegas untuk mengobrol waktu pelajaran lagi kepada teman-temannya. Perasaan konseli sesudah proses konseling selesai, konseli merasa senang karena dapat melatih konseli untuk berani mengatakan dengan tegas dan berani menolak ajakan teman untuk mengobrol pada waktu jam pelajaran. Konseli memutuskan untuk terus berlatih agar bisa merubah perilakunya yang membawa dampak negatif pada dirinya dan merubah kedalam hal yang positif. Karena konseli sudah merasa puas, maka pemimpin akan segera mengakhiri proses konseling ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 14 April 2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 9) Pertemuan ke sembilan pada tanggal 14 April 2012 Sebelum kegiatan konseling kelompok dilaksanakan terlebih 80

dahulu diawali dengan doa yang dipimpin oleh penulis yang berperan sebagai pemimpin kelompok. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli sudah mencoba untuk tetap mempertahankan pendapat konseli meskipun bertentangan dengan teman, pada awalnya masih tidak percaya diri dengan pendapatnya, tapi konseli terus berusaha mencoba tetap berpegang pada pendapatnya. Konseli juga mampu bersikap percaya diri dengan pendapat konseli sendiri. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, permasalahan pada sesi ini yaitu konseli sering terlambat mengumpulkan tugas atau tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Dari permasalahan konseli tersebut, pemimpin memberi kesempatan kepada teman-teman untuk menanggapi permasalahan konseli, ternyata teman-teman sangat antusias sekali dalam menanggapi permasalahan konseli. Setelah teman-teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk melatih konseli agar dapat melatih ketegasan. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang dipaksa mengumpulkan tugas terlambat sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang memaksa mengumpulkan tugas terlambat. Tetapi di dalam bermain peran, konseli 81

mampu mengutarakan niatnya dengan tegas untuk tidak mau lagi mengumpulkan tugas terlambat kepada teman-temannya. Perasaan konseli sesudah proses konseling selesai, konseli merasa senang karena konseli menjadi mampu mengutarakan niat konseli untuk tidak mau mengumpulkan tugas terlambat lagidan konseli mampu memahami kesalahan pada diri konseli kalau konseli benarbenar tidak berani menolak ajakan teman untuk mengumpulkan tugas terlambat. Karena konseli sudah merasa puas dengan proses konseling kelompok, maka kegiatan kelompok akan segera diakhiri dan akan bertemu lagi pada tanggal 16 April, kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 10) Pertemuan ke sepuluh pada tanggal 16 April 2012 Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Dan juga anggota kelompok diajak untuk melakukan bernyanyi. Pada pertemuan sekarang ini adalah dimana proes konseling kelompok pendekatan behavioral dengan teknik asertif akan segera diakhiri. Pemimpin merasa senang dapat bersama-sama dengan konseli dan konseling kelompok yang telah dilakukan dari sesi pertama sampai saat ini. Sebelum menutup, konseli diminta untuk mengungkapkan kesan-kesan dalam mengikuti konseling kelompok dari awal sampai akhir. Setelah kesan-kesan pemimpin mengucapkan terimakasih atas pertisipasi dari semua konseli dalam konseling 82

kelompok ini. Kegiatan diakhiri dengan bersalam-salaman. Setelah penulis mengelompokkan siswa dalam kelompok eksperimen atau kelompok kontrol maka penulis segera melakukan analisis data (pre test). Pre test ini menggunakan format skala kemandirian belajar dan hasil pre test ini akan menjadi data perbandingan pada data pre test dan data post test. Tujuan dari pre test adalah untuk mengetahui berapa jumlah dan kategori siswa yang memiliki kategori kemandirian belajar sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Teknik pengujian yang digunakan dalam menganalisis data menggunakan teknik uji Mann-Whitney dengan program SPSS release 16.0. Pengujian pertama dilakukan pada data pre test untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antara dua sampel dalam hal ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang sebelum diberikan kegiatan layanan konseling kelompok (behavioral). Tabel 4.1 Kategori kemandirian belajar Siswa Kelas VIII H No. Kategori Frekuensi Persen 1. Sangat rendah 5 18,52% 2. Rendah 6 22,22% 3. Sedang 5 18,52% 4. Tinggi 6 22,22% 5. Sangat tinggi 5 18,22% Total 27 100% 83

Pada Tabel 4.1 di atas bisa dilihat bahwa siswa yang memiliki kategori kemandirian belajar sangat rendah sebanyak 5 siswa (18,52%), kategori kemandirian belajar rendah sebanyak 6 siswa (22,22%), untuk kategori kemandirian belajar sedang sebanyak 5 siswa (18,52%), kategori kemandirian belajar tinggi sebanyak 6 siswa (22,22%), dan kategori kemandirian belajar tinggi sebanyak 5 siswa (18,52%). 4.4 Temuan Penelitian Pengujian antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakan pre test dan post test pada masing-masing kelompok untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kemandirian belajar untuk kelompok yang diberikan treatment dengan kelompok yang tidak diberikan treatment. Hasil dari pre test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 4.2 Data Pre Test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen No. Nomor Absen Jenis Kelamin Skor Pre Test No. Nomor Absen Jenis Kelamin Skor Pre Test 1 4 L 202 1 3 P 194 2 10 P 201 2 6 P 195 3 16 P 172 3 7 P 182 4 17 P 192 4 8 L 179 84

5 20 P 183 5 14 P 190 6 24 P 184 6 18 P 202 7 26 P 199 7 19 P 204 8 27 L 198 8 22 L 172 Mean 8,88 Sum of Ranks 71,00 Mean 8,12 Sum of Ranks 65,00 Untuk mengetahui homogenitas pretest antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 4.3 Mean Rank dan uji Mann-Whitney Pretest Kemandirian belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Ranks KELAS N Mean Rank Sum of Ranks SKOR EKSPERIMEN 8 8.12 65.00 KONTROL 8 8.88 71.00 Total 16 85

Test Statistics b SKOR Mann-Whitney U 29.000 Wilcoxon W 65.000 Z -.316 Asymp. Sig. (2-tailed).752 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties..798 a b. Grouping Variable: KELAS Pada Tabel 4.3, jumlah subjek untuk kelompok eksperimen sebanyak 8 orang siswa dan jumlah subjek untuk kelompok kontrol sebanyak 8 siswa. Skor ranking rata-rata untuk kelompok eksperimen=8,12 dan skor ranking rata-rata untuk kelompok kontrol=8,88. Sedangkan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,752>0,050 tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, sehingga eksperimen dapat dilanjutkan dengan memberikan treatmen/perlakuan. Pengambilan data post test dilakukan setelah seluruh rangkaian kegiatan eksperimen selesai. Post test dilakukan pada tanggal 16 April 2012 yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, skala kemandirian belajar yang diberikan pada saat post test sama dengan skala yang diberikan pada saat pre test. 86

Hasil dari pretest dan postest masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 4.4 Data Pre Test dan Post Test Kelompok Eksperimen No. Nomor Absen Jenis Kelamin Skor Pre Test Skor Pos Test 1 3 P 194 205 2 6 P 195 212 3 7 P 182 208 4 8 L 179 213 5 14 P 190 190 6 18 P 202 211 7 19 P 204 204 8 22 L 172 208 Mean 5.12 11.88 87

Sum of Ranks 41.00 95.00 Hasil perhitungan dari Tabel 4.4 data pre test dan pos test kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 4.5 Mean Rank dan uji Mann-Whitney Data pre test dan pos test kelompok eksperimen Ranks Eksperi men N Mean Rank Sum of Ranks Kmbelajar pre test 8 5.12 41.00 pos test 8 11.88 95.00 Total 16 Test Statistics b kmbelajar 88

Mann-Whitney U 5.000 Wilcoxon W 41.000 Z -2.842 Asymp. Sig. (2-tailed).004 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)].003 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: eksperimen Pada Tabel 4.5 jumlah subjek untuk kelompok pre test eksperimen sebanyak 8 orang siswa dan jumlah subjek untuk kelompok pos test eksperimen sebanyak 8 siswa. Skor ranking rata-rata untuk kelompok pre test eksperimen=5,12 dan skor ranking rata-rata untuk kelompok pos test eksperimen=11,88. Sedangkan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,004>0,050 disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar pada kelompok pre test eksperimen dengan kelompok pos test eksperimen. Data pre test dan post test kelompok eksperimen di atas dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan pada semua siswa, hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya layanan konseling kelompok behavioral, siswa dapat meningkatkan kemandirian belajar mereka. Tabel 4.6 Data Pre Test dan Post Test Kelompok Kontrol 89

No. Nomor Absen Jenis Kelamin Skor Pre Test Skor Pos Test 1 4 L 202 186 2 10 P 201 179 3 16 P 172 163 4 17 P 192 183 5 20 P 183 199 6 24 P 184 190 7 26 P 199 202 8 27 L 198 201 Mean Sum of Ranks 9.00 72.00 8.00 64.00 Hasil perhitungan Mann-Whitney tes dari tabel 4.6 data pre test dan pos test kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 4.7 Mean Rank dan uji Mann-Whitney Data pre test dan pos test kelompok kontrol Ranks Kontrol N Mean Rank Sum of Ranks kmbelajar pre test 8 9.00 72.00 pos test 8 8.00 64.00 Total 16 Test Statistics b 90

kmbelajar Mann-Whitney U 28.000 Wilcoxon W 64.000 Z -.421 Asymp. Sig. (2-tailed).674 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)].721 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kontrol Pada Tabel 4.7 jumlah subjek untuk kelompok pre test kontrol sebanyak 8 orang siswa dan jumlah subjek untuk kelompok pos test kontrol sebanyak 8 siswa. Skor ranking rata-rata untuk kelompok pre test kontrol=9,00 dan skor ranking rata-rata untuk kelompok pos test kontrol=8,00. Sedangkan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,674>0,050 sehingga dapat di katakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar pada kelompok pre test kontrol dengan kelompok pos test kontrol. Pada data pretest dan post test kelompok kontrol di atas dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan ataupun penurunan skor, dan sebagian besar siswa mengalami penurunan dalam skor pos test mereka. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa adanya layanan konseling kelompok (behavioral), siswa masih belum dapat meningkatkan kemandirian belajar mereka. Untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang dilakukan perhitungan dengan 91

menggunakan Mann-Whitney Test. Hasil dari pos test masing-masing kelompok dan perhitungan uji Mann-Whitney Test dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 4.8 Data Pos Test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen No. Nomor Absen Jenis Kelamin Skor Pos Test No. Nomor Absen Jenis Kelamin Skor Pos Test 1 4 L 186 1 3 P 205 2 10 P 179 2 6 P 212 3 16 P 163 3 7 P 208 4 17 P 183 4 8 L 213 5 20 P 199 5 14 P 190 6 24 P 190 6 18 P 211 7 26 P 202 7 19 P 204 8 27 L 201 8 22 L 208 Mean 4.94 Sum of Ranks 39.50 Mean 12.06 Sum of Ranks 96.50 Tabel 4.9 Mean-Rank dan Uji Mann Whitney 92

Post Test Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang Ranks K Belajar N Mean Rank Sum of Ranks SKOR eksperimen 8 12.06 96.50 kontrol 8 4.94 39.50 Total 16 Test Statistics b SKOR Mann-Whitney U 3.500 Wilcoxon W 39.500 Z -2.998 Asymp. Sig. (2-tailed).003 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)].001 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: control Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa subjek untuk kelompok eksperimen sebanyak 8 siswa dan kelompok kontrol sebanyak 8 siswa. Skor ranking rata-rata untuk kelompok eksperimen=12,06 dan skor ranking rata-rata kelompok 93

kontrol=4,94. Selisih Mean Rank post test antara kelompok kontrol dan eksperimen sebesar 7,12. Selain itu dapat diketahui koefisien Asymp. Sig. (2- tailed) 0,003 < 0,050 maka ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 4.5 Uji Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini Layanan konseling kelompok (behavioral) dapat meningkatkan secara signifikan kemandirian belajar siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupeten Semarang. Hal ini di tunjukkan dengan nilai signifikansi 0,003 < 0,050. Sehingga dapat di simpulkan ada perbedaan kemandirian belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis yang dapat dilihat pada tabel 4.9, menunjukkan bahwa hasil mean rank skor ranking rata-rata untuk kelompok eksperimen=12,06 dan skor ranking rata-rata kelompok kontrol=4,94. Dengan kata lain dapat dinyatakan pemberian layanan konseling kelompok (behavioral) secara efektif dan signifikan dalam meningkatkan kemandirian belajar pada kelompok eksperimen. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. 4.6 Pembahasan Dari hasil penelitian ini tampak bahwa pemberian layanan konseling kelompok behavioral dapat meningkatkan secara signifikan kemandirian belajar. 94

Hal ini terbukti adanya perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dimana kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan layanan konseling kelompok behavioral sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan layanan konseling kelompok behavioral. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,003< 0,050. Hansen (dalam Rasjidan, 1994) merumuskan pengertian konseling behavioral cenderung lebih dekat dengan teori belajar. Konseling adalah situasi belajar yang khusus. Semua perubahan perilaku konseli sebagai hasil proses konseling merupakan hasil langsung penerapan prinsip belajar yang sama dengan prinsip belajar di luar suasana konseling. Proses konseling berurusan langsung dengan bagaiaman menerapkan prinsip-prinsip belajar. Loekmono (2003) menyatakan tentang tujuan utama konseling behavioral adalah menyediakan keadaan-keadaan lingkungan-lingkungan agar perilaku yang tidak sesuai dapat dihapuskan dan sesudah itu konseli akan diajarkan untuk menguasai perilaku baru yang sesuai untuk menggantikan perilaku yang tidak sesuai. Latipun (2006) juga mengemukakan tujuan umum konseling behavioral adalah mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku simtomatik yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang dan atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial. Latipun (2006) mengemukakan tujuan khusus konseling behavioral adalah mengubah perilaku salah dalam penyesuaian dengan cara-cara memperkuat 95

perilaku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat. Dalam penelitian ini pada saat pre test skor siswa kelompok eksperimen memiliki tingkat kemandirian belajar yang rendah hal yang sama dialami oleh kelompok kontrol. Setelah diberikan konseling kelompok behavioral, dilakukan post test untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemandirian belajar pada kelompok eksperimen. Dan dalam penelitian ini didapat bahwa kelompok eksperimen menunjukkan kenaikan kemandirian belajar sedangkan kelompok kontrol tidak menunjukkan kenaikan kemandirian belajar. Dengan adanya konseling kelompok (behavioral) siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang yang memiliki kemandirian belajar yang rendah dapat mengetahui kelemahan-kelemahan mereka sehingga dapat meningkatkan kemandirian belajar mereka. Di dalam pelayanan konseling kelompok behavioral siswa diberikan simulasi kegiatan. Hal ini dilakukan untuk melatih kemandirian belajar siswa. 96