Analisis Persediaan Multy Item dengan Mempertimbangkan Faktor Kadaluarsa

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FUNGSI BIAYA UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PEMESANAN OPTIMUM MULTI ITEM INDEPENDEN BERDISTRIBUSI KONTINU. H. Bernik Maskun

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS PENENTUAN UKURAN PEMESANAN OLI MENGGUNAKAN METODE EOQ DI BENGKEL XYZ

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perbaikan Sistem Persediaan Tinta Fotokopi di CV. NEC, Surabaya

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PERBAIKAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DI CV XYZ SURABAYA. Denny Herdianto, Amelia Santoso, Dina Natalia Prayogo.

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN - DISTRIBUTOR - PENGECER DENGAN MULTI - PRODUK DAN KENDALA TINGKAT LAYANAN

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. smoothing, dan siklis untuk barang jadi Mie Atom Metode Regresi Linier. Nama barang jadi: Mie Atom.

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

Bab III Analisis Rantai Markov

Oleh : Fifi Fisiana

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

MODEL PERSEDIAAN PROBABILISTIK YANG MEMUAT VARIABEL LEAD TIME DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI NORMAL

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

REDUKSI PEMBOROSAN UNTUK PERBAIKAN VALUE STREAM PRODUKSI MI LETHEK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

I. PENGANTAR STATISTIKA

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI PERSEDIAAN DAN PRODUKSI KOMPONEN LAMPU DI LAMP COMPONENT FACTORY (LCF) PT. PHILIPS INDONESIA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

Transkripsi:

Analss Persedaan Multy Item dengan Mempertmbangkan Faktor Kadaluarsa 1 onny Cputra 1, Theresa Sunarn Jurusan Teknk Industr Sekolah Tngg Teknk Mus, Palembang E-mal : donnycputra@gmal.com Jurusan Teknk Industr Sekolah Tngg Teknk Mus, Palembang E-mal : nan_ys@sttmus.ac.d ABSTRAK Home ndustry Rot Tga Saudara merupakan suatu ndustr yang memproduks rot dengan beberapa jens rot, yakn : rot tawar, rot zebra, rot 9 merah, rot s 1, dan rot 577. Permasalahan yang serng terjad adalah banyaknya jumlah rot yang kadaluarsa, sehngga menyebabkan kerugan bag perusahaan yang berdampak pada penurunan pendapatan. Home ndustry n ngn mengoptmalkan perencanaan persedaan rot dengan memperhatkan kapastas tap jens rot berdasarkan faktor kadarluasa. Untuk mengatas hal tersebut, dalam peneltan n akan dbahas mengena perencanaan dengan model multy tem terhadap pertmbangan faktor kadaluarsa untuk mengurang produk yang akan kadaluarsa. alam model n ddapatkan tngkat produks optmum () setap har sebanyak 4 unt rot tawar, 88 unt pada rot zebra, 110 unt pada rot 9 merah, 11 unt pada rot s 1 dan 16 unt pada rot 577. engan kemungknan adanya rot yang akan kadaluarsa berdasarkan tngkat produks optmum ( k ) sebanyak 5 unt pada rot tawar, 8 unt pada rot zebra, 13 unt pada rot 9 merah, 16 unt pada rot s 1, dan 0 unt pada rot 577. Berdasarkan data dan k, ddapatkan Total Baya Persedaan (TAC) pada masng-masng rot yatu pada rot tawar sebesar Rp.476.056,67, pada rot zebra sebesar Rp 1.351.58,67, pada rot 9 merah sebesar Rp 1.363.646,19, rot s 1 sebesar Rp 1.367.478,37, dan pada rot 577 sebesar Rp 1.157.65,79. Jumlah nput () yang dperoleh dharapkan merupakan jumlah pesanan yang optmum dar jens rot yang sesua dengan pertmbangan kadaluars, sehngga mampu mengendalkan baya persedaan yang ada. Kata kunc : Persedaan, Model Multy Item, Pertmbangan Kadaluarsa 1. PENAHULUAN alam ndustr manufaktur maupun non-manufaktur, adanya persedaan merupakan faktor yang memcu penngkatan baya. Meskpun demkan, persedaan tetap dperlukan karena pada konds nyata, kebutuhan atau permntaan dar konsumen bersfat tdak past. Penetapan jumlah persedaan yang terlalu banyak akan berakbat pemborosan dalam baya smpan. Sebalknya, jka terlalu sedkt akan mengakbatkan hlangnya kesempatan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jka permntaan nyata lebh besar darpada permntaan yang dperkrakan. Home ndustry Rot Tga Saudara merupakan suatu ndustr yang memproduks rot. Jens rot yang dbuat adalah rot tawar, rot zebra, rot 9 merah, rot s 1, dan rot 577. Hal yang serng terjad pada Home ndustry Rot Tga Saudara adalah banyaknya jumlah rot yang kadaluarsa, sehngga menyebabkan kerugan bag perusahaan yang berdampak pada penurunan pendapatan Home ndustry n. Setap harnya rot yang kadaluarsa berksar antara 5% sampa 35%, n menyebabkan kerugan yang harusnya bsa dmnmas. Oleh karena tu, peneltan n melakukan perbakan terhadap penentuan jumlah produks optmal yang dhaslkan dengan menggunakan model persedaan multy tem dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa. harapkan dengan model persedaan multy tem dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa dapat mengurang rot kadaluarsa dan baya persedaan serta baya-baya pendukung dar baya persedaan tersebut sehngga dapat mengoptmalkan pendapatan Home Industry Rot Tga saudara Palembang. Peneltan terkat dengan persedaan adalah peneltan dengan judul Pengendalan Persedaan Barang Jad Mult Item dengan Metode Lagrange Multpler pada epo Es Krm Perusahaan X d Magelang dlakukan oleh [7]. Pada peneltan n membahas dalam pengelolaan produk jad yang bersfat mult tem. Permasalahan yang terjad adalah serng terjadnya overstock atau kelebhan bahan persedaan pada jens tertentu dan konds stockout atau kekurangan persedaan pada produk jens tertentu. Perbedaan dengan peneltan n adalah pada model persedaan yang dgunakan. Pada [7] menggunakan model 67

persedaan dengan metode Langrange, sedangkan peneltan n menggunakan model persedaan dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa. emkan juga dengan peneltan yang berjudul Sstem Persedaan Mult Item dengan Kendala Investas an Luas Gudang []. Model persedaan yang dgunakan adalah model persedaan dengan kendala nvestas dan luas gudang. Peneltan yang menggunakan model persedaan yang sama adalah peneltan dengan judul Model Persedaan Multy Item dengan Mempertmbangkan Faktor Kadaluarsa dan Faktor All Unt scount [3].. PERSEIAAN Persedaan adalah sumber daya menganggur (dle resources) yang menunggu proses lebh lanjut, yang dmaksud dengan proses lebh lanjut tersebut adalah berupa kegatan produks pada sstem manufaktur, kegatan pemasaran pada sstem dstrbus [4]. ar sudut pandang sebuah perusahaan maka persedaan adalah sebuah nvestas modal yang dbutuhkan untuk menympan materal pada konds tertentu. Pengendalan terhadap persedaan kontrol adalah aktvtas mempertahankan jumlah persedaan pada tngkat yang dkehendak. Pada produk barang, pengendalan persedaan dtekankan pada pengendalan materal. Persedaan adalah sejumlah bahan atau barang yang terseda untuk dgunakan d masa yang akan datang. engan kata lan, persedaan adalah stok barang fsk bak materal dasar, barang setengah jad, maupun barang jad yang dadakan pada suatu lokas dan perode tertentu [5]..1 Komponen Persedaan Referens [8] menyatakan bahwa secara umum ada beberapa komponen yang selalu berkatan erat dalam sstem persedaan, antara lan: a. Permntaan (emand) Merupakan sejumlah unt barang yang dambl dar persedaan. Jens permntaan dapat dkategorkan menurut ukuran, laju dan polanya, yatu: 1) emand sze (ukuran), merupakan ukuran besar keclnya permntaan dan memlk dmens kuantt atau jumlah. ) emand rate (laju) adalah ukuran permntaan per satuan waktu. 3) emand pattern (pola) mengacu pada bagamana cara barang yang dkeluarkan dar persedaan. b. Pemesanan Kembal (Replenshment) Pemensanan kembal n juga dbedakan berdasarkan ukuran, pola dan lead tme, yatu: 1) Replenshment sze, mengacu pada kuanttas barang yang akan dmasukan dalam persedaan. ) Replenshment pattern, mengacu pada bagamana sejumlah unt tertentu dtambahakan dalam persedaan. 3) Replenshment lead tme adalah rentang atau tenggang waktu antara saat pemesanan suatu tem dan penambahan sejumlah unt tersebut pada persedaan yang dapat juga bersfat konstan ataupun varabel. c. Pembatas atau Kendala (Constrants) Constrants merupakan komponen pembatas sstem persedaan yang ada sepert: 1) Kendala ruang penympanan gudang dapat membatas jumlah persedaan yang harus dadakan. ) Kendala kaptal membatas baya nvestas persedaan. 3) Kendala fasltas, peralatan tua dapat membatas kemampuan supla dan tngkat operas perusahaan. 4) Kendala faktor kadaluarsa.. Baya Persedaan Baya total persedaan melput baya pembelan (purchase cost), baya pemesanan (setup cost), baya penympanan (holdng cost), dan baya kekurangan (stockout cost). Secara gars besar, baya total persedaan melput keempat komponen jens baya tersebut, namun tdak menutup kemungknan terdapat komponen baya-baya lan yang mempengaruh baya total persedaan. Pada model persedaan multy tem dengan melbatkan faktor kadaluarsa selan keempat kompenen baya tersebut, juga terdapat komponen baya lan yatu baya kadaluarsa yang dapat mempengaruh baya total persedaan [1]. 1) Baya Pembelan (Purchase Cost) Baya pembelan adalah baya yang dkeluarkan untuk membel bahan baku/barang. Maka besarnya baya pembelan dalam satu perode adalah: C p = P... (1) Keterangan: C p = Total baya pembelan selama satu perode P = Harga bel per unt barang untuk kuanttas tertentu = Jumlah permntaan barang ) Baya Produks 68

Baya produks adalah total baya yang dkeluarkan ketka akan memproduks suatu barang. Jka besarnya baya yang dkeluarkan untuk setap kal produks dajukan sebesar S, maka besarnya baya produks dalam satu perode adalah : S = Baya Bahan Baku + Baya Pengantaran + Gaj... () S = Baya produks 3) Baya Penympanan (Holdng Cost) Baya penympanan adalah baya yang dkeluarkan untuk keperluan pemelharaan, sewa tempat, atau baya asurans atas barang/bahan baku yang ada. Besarnya total baya smpan (C st ) dan baya penympanan dalam satu perode (C s ) adalah : C = depresas gudang + baya lstrk....... ( 3) C st s C st = x persentase produks...... (4) Rumus fraks baya smpan (Rusdansyah, 005) : F = S harga ketka akan kadaluarsa... (5) C s = Baya penympanan dalam satu perode Cst= Total baya smpan F = fraks baya smpan barang per unt per perode perencanaan h = baya penympanan per produk per perode 4) Baya Kekurangan Persedaan (Stockout Cost) Baya kekurangan adalah baya yang dkeluarkan karena kehabsan barang akbat adanya barang yang kadaluarsa. Maka besarnya baya kekurangan barang dalam satu perode adalah : S C k =........ (6) C k = Baya kekurangan persedaan per unt 5) Jumlah pesanan yang optmum adalah : = S ( P j) +... (7) P F P F( P F C ) k j = Harga jual barang ketka akan kadaluarsa = jumlah pesanan yang optmum C k = Baya kekurangan persedaan per unt 6) Penentuan rumus jumlah barang yang akan kadaluarsa () dpaka untuk produk yang mudah terjual dan jangka kadaluarsa produk yang relatf sngkat (< 10 har). Rumus Jumlah barang yang akan kadaluarsa ( P ) j k =..... (8) P FxC k k = Jumlah barang yang akan kadaluarsa 7) Baya kadaluarsa Baya kadaluarsa adalah baya yang dkeluarkan karena barang telah melewat masa paka. alam hal n, baya kadaluarsa merupakan selsh antar harga bel barang (P ) dengan harga jual barang yang akan kadaluarsa (j). Maka besarnya baya kadaluarsa adalah: Ckd = k ( P j)...... (9) Keterangan = C kd = baya kadaluarsa 69

8) Fraks barang bak adalah : θ = k....... (10) Keterangan = θ = Fraks barang bak.3 Ttk Pemesanan Ulang (Reorder Pont) Model persedaan mengasumskan bahwa suatu perusahaan akan menunggu sampa tngkat persedaannya mencapa nol sebelum perusahaan memesan lag, dan dengan seketka krman akan dterma. Keputusan akan memesan basanya dungkapkan dalam konteks ttk pemesanan ulang, tngkat persedaan dmana harus dlakukan pemesanan [6]. ROP batas jumlah pemesanan kembal termasuk permntaan yang dngnkan atau dbutuhkan selama masa tenggang, msalnya suatu tambahan/ekstra stock. Reorder pont mempunya beberapa model, dantaranya yatu [5]: a. Jumlah permntaan maupun masa tenggang adalah konstan b. Jumlah permntaan adalah varable, sedangkan masa tenggang adalah konstan c. Jumlah permntaan adalah konstan, sedangkan masa tenggang adalah varabel d. Jumlah permntaan maupun masa tenggang adalah varabel. Reorder Pont sangat membantu perusahaan dbandngkan MRP (Materal requrement plannng)dalam mengatas masalah kapan harus dlakukan pemesanan. MRP adalah suatu jens sstem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan materal untuk produks yang memerlukan beberapa tahapan proses/fase [5]. MRP dgunakan untuk persedaan dengan system dependent nventor, sedangkan reorder pont dgunakan untuk ndependent nventory..4 Model Persedaan Multy Item engan Mempertmbangkan Faktor Kadaluarsa Bag perusahaan makanan atau ndustr bahan kma, masa kadaluarsa barang menjad salah satu faktor yang juga mempengaruh besarnya baya total persedaan. Ketka barang tersebut telah melewat batas waktu paka (barang telah kadaluarsa), maka barang tersebut sudah tdak dapat dgunakan lag. Barang akan memlk nla jual yang lebh rendah serng dengan mendekatnya masa paka (waktu kadaluarsa), bahkan tdak memlk nla jual sama sekal ketka barang tersebut telah kedaluarsa. Pengadaan persedaan barang dengan waktu kadaluarsa dalam jumlah yang banyak akan menngkatkan baya kadaluarsa bag perusahaan. Perusahaan akan mengalam kerugan mengngat banyaknya barang yang memlk nla jual yang lebh rendah atau bahkan tdak memlk nla jual sama sekal ketka barang tersebut telah kadaluarsa. Sebalknya, jka pengadaan persedaan barang dengan waktu kadaluarsa dalam jumlah yang sedkt akan mengakbatkan frekuens pemesanan yang lebh serng sehngga baya pemesanan menjad mahal. Varabel-varabel yang dgunakan dalam model persedaan multy tem n adalah: l : jumlah pesanan yang optmum untuk jens barang ke l (unt) : jumlah barang yang akan kadaluarsa untuk jens barang ke-l (unt) kl Baya total persedaan untuk satu jens barang dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa merupakan penjumlahan dar baya pembelan, baya pemesanan, baya penympanan, baya kekurangan, dan baya kadaluarsa [3]. Kelma komponen baya n tetap dgunakan untuk masalah persedaan dengan banyak jens barang, namun yang berbeda tampak pada baya pemesanan jka perusahaan melakukan kebjakan jont order. S PF ( ) Ck ( P j) TAC (, ) = P + + + +... (11) TAC(Total Annual Cost) = Baya total persedaan C kd = Baya kadaluarsa = Jumlah barang yang akan kadaluarsa P = Harga bel per unt barang untuk kuanttas tertentu j = Harga jual barang ketka akan kadaluarsa = Jumlah yang d produks = Jumlah pesanan yang optmum 70

F S = Fraks baya smpan barang per unt per perode perencanaan = Baya produks 3. HASIL AN PEMBAHASAN 3.1. Permntaan ata produks yang dkumpulkan adalah hasl produks rot selama 6 bulan atau 151 har. ata produks dar ke-5 jens rot selama 151 har dagregas (dtunjukkan pada Gambar 1), kemudan hasl agregas dgunakan untuk meramalkan permntaan 48 har ke depan. Gambar 1 Grafk ata Agregat Rot Berdasarkan grafk yang dperoleh, maka dapat dketahu bahwa data membentuk pola trend karena secara keseluruhan produks untuk setap harnya cenderung semakn menngkat walaupun terkadang sedkt menurun. Oleh karena tu, metode peramalan yang dgunakan adalah Movng Average, Sngle Exponental Smoothng wth Trend, ouble Exponental Smoothng wth Trend, dan Lnear Regresson. ar ketga metode tersebut dplh metode Lnear Regresson dengan nla MA terkecl untuk meramalkan permntaan selama 48 har ke depan. Hasl ramalan dengan metode terplh selanjutnya ddsaggregas untuk mengetahu permntaan pada setap jens rot. Tabel 1 berkut menunjukkan hasl ramalan permntaan rata-rata per har dar tap rot. Tabel 1. Rata-rata permntaan rot per har Jens rot Rot Tawar Rot Zebra Rot 9 Merah Rot Is 1 Rot 577 Rata-rata permntaan 73 87 11 16 15 3.. Baya Persedaan Pada permasalahan d Home ndustry Rot Tga Saudara, baya-baya yang terkat dengan baya persedaan melput baya smpa, baya produks, baya kekurangan persedaan dan baya produks bersama. Besarnya baya smpan dpengaruh oleh depresas gudang, baya lstrk dan baya keamanan. Baya produks terdr dar komponen baya bahan baku, baya tenaga kerja dan baya pengantaran. Baya kekurangan persedaan dhtung berdasarkan baya yang dkeluarkan karena kehabsan barang akbat adanya barang yang kadaluarsa. Baya produks bersama dhtung dar penjumlahan baya produks untuk semua jens rot. ar perhtungan baya per unt produk dapat dlhat pada Tabel. Tabel. Baya smpan, produks, kekurangan persedaan dan produks bersama Baya No Produk Kekurangan Smpan/har/unt Produks/unt Persedaan 1 Rot Tawar Rp 51,38 1.843,85 Rp 6,75 Rot Zebra Rp 51,40 7.005,73 Rp 80,53 3 Rot 9 Merah Rp 51,38 5.49,69 Rp 49,04 4 Rot Is 1 Rp 51,40 4.940,19 Rp 39,1 5 Rot 577 Rp 51,38 3.447,6 Rp 7,58 Produks Bersama.730,08 71

3.3. Fraks Baya Smpan Fraks baya smpan dapat dhtung menggunakan persamaan (5). Untuk penentuan fraks baya smpan selan data produks dperlukan juga harga jual ketka akan kadaluarsa. Harga jual rot, harga jual ketka akan kadaluarsa dan fraks baya smpan dtunjukkan pada Tabel 4 berkut: No Produk Harga Jual (Rp) Tabel 4 Harga jual rot dan fraks Harga Ketka Akan Kadaluarsa(Rp) Fraks baya smpan 1 rot tawar 8.000 6.000 0,31 rot zebra 11.500 10.500 0,67 3 rot 9 merah 9.000 8.000 0,69 4 rot s 1 8.000 7.000 0,71 5 rot 577 6.500 5.500 0,63 3.4. Model Persedaan Multy Item dengan Mempertmbangkan Faktor Kadaluarsa Berdasarkan data dan persamaan (11), model persedaan multy tem dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa pada Home ndustry Rot Tga Saudara adalah : Fungs tujuan : 503.371,05 480 x ( ) 6,75 x x 546.000 TAC (Rp) =.184.000 + + + + Fungs kendala : k (rot tawar) < 5% (rot zebra) < 5% (rot 9 merah) < 5% (rot s 1) < 5% (rot 577) < 5% Selanjutnya berdasarkan persamaan (7) dan (8) dperoleh nla dan k yang masng-masng menunjukkan banyaknya jumlah pesanan yang optmum dan jumlah barang yang akan kadaluarsa. Banyaknya jumlah pesanan optmum, jumlah rot yang akan kadaluarsa, baya persedaan dar masng-masng jens rot dtunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Total baya persedaan untuk masng-masng rot Jens Rot Rot tawar Rot zebra rot 9 merah rot s 1 rot 577 4 88 110 11 16 5 8 13 16 0 Fraks barang bak,3% 9,09% 11,8% 13, 1,35 TAC (Rp).476.056,67 1.351.58,67 1.363.646,19 1.367.478,37 1.157.65,79 Berdasarkan pengolahan data d atas, dalam model n ddapatkan tngkat produks optmum () melput 4 unt rot tawar, 88 unt pada rot zebra, 110 unt pada rot 9 merah, 11 unt pada rot s 1 dan 16 unt pada rot 577. engan kemungknan adanya rot yang akan kadaluarsa berdasarkan tngkat produks optmum ( k ) melput 5 unt pada rot tawar, 8 unt pada rot zebra, 13 unt pada rot 9 merah, 16 unt pada rot s 1, dan 0 unt pada rot 577. engan demkan ddapatkan total baya persedaan (TAC) pada masng-masng rot yatu pada rot tawar sebesar Rp.476.056,67, pada rot zebra sebesar Rp 1.351.58,67, pada rot 9 merah sebesar Rp 1.363.646,19, rot s 1 sebesar Rp 1.367.478,37, dan pada rot 577 sebesar Rp 1.157.65,79. Jumlah nput () yang ddapat dharapkan merupakan jumlah pesanan yang optmum dar jens rot yang sesua dengan pertmbangan kadaluarsa dan mampu mengendalkan tngkat proftabltas akan mengarah kepada persedaan yang bak pula. 7

4. SIMPULAN ar peneltan yang telah dlakukan, maka dapat dsmpulkan bahwa: 1. engan model multy tem dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa ddapatkan total produks optmal () tap jens rot melput 4 unt rot tawar, 88 unt pada rot zebra, 110 unt pada rot 9 merah, 11 unt pada rot s 1 dan 16 unt pada rot 577. engan kemungknan adanya rot yang akan kadaluarsa berdasarkan tngkat produks optmum ( k ) melput 5 unt pada rot tawar, 8 unt pada rot zebra, 13 unt pada rot 9 merah, 16 unt pada rot s 1, dan 0 unt pada rot 577.. Berdasarkan pengolahan yang ada dengan pemasalahan multy tem dengan faktor kadaluarsa ddapatkan Total Baya Persedaan (TAC) pada masng-masng rot yatu pada rot tawar sebesar Rp.476.056,67, pada rot zebra sebesar Rp 1.351.58,67, pada rot 9 merah sebesar Rp 1.363.646,19, rot s 1 sebesar Rp 1.367.478,37, dan pada rot 577 sebesar Rp 1.157.65,79. Hal n dharapkan, pengendalan akan persedaan terkat dengan permasalahan multy tem dengan faktor kadaluarsa dapat dkendalkan sehngga bsa memnmas total baya persedaan. AFTAR PUSTAKA [1] Kasthur, R.011. Mult Item Fuzzy Inventory Model Involvng Three Constran: A Karush-khun-Tucker Condtons Approach. Amercan: Journal of Operatons Research. [] Kusrn,E. 009. Sstem Persedaan Mult Item engankendala Investas an Luas Gudang. Yogyakarta: Unverstas Islam Indonesa [3] Lmansyah, T.011. Model Persedaan Mult Item engan Mempertmbangkan Faktor Kadaluarsa dan Faktor All Unt scount. Jurnal Teknk Industr. Vol.13, No., esember 011. [4] Nasuton, A.003.PerencanaandanPengendalanproduks.CetakanKedua. Surabaya: GunaWdya. [5] Rangkut,F.000.Manajemen Persedaan.Jakarta: Raja Grafndo Persada. [6] Render, B & Jay Hazer.005.Prnsp-PrnspManajemenOperas.Jakarta Salemba Empat. [7] Setawan, A. dan Hayat, E. N. 011. Teknk Industr. Unsbank. Pengendalan Persedaan Barang Jad Mult Item dengan Metode Lagrange Multpler. Semarang. [8] Tersne, R. J.1994. Prncples of Inventory and Materal Management. New Jersey: Prentce-Hall. Lampran A : Gambar Jens Rot (a) Rot Zebra (b) Rot s 1 (c) Rot 577 (d) Rot 9 merah (e) Rot tawar 73