NORMALISASI PERSAMAAN TDGL SEBAGAI PARAMETER DAN FUNGSI TEMPERATUR

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN NUMERIK PENGARUH DIMENSI PADA PARAMETER BENAHAN SUPERKONDUKTOR TIPE II BERBENTUK PERSEGI PANJANG

Pengaruh Rapat Arus Eksternal terhadap Gerakan Vortex Tunggal dalam Superkonduktor Tipe II

Disain Arus Vortex sebagai Gerbang Logika Dasar

Reproduksi Kurva Magnetisasi bagi Superkonduktor Mesoskopik Tipe II Berdasarkan Simulasi Numerik Persamaan TDGL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KAJIAN KOMPUTASI PENGARUH UKURAN SUPERKONDUKTOR TERHADAP SIFAT MAGNET SUPERKONDUKTOR TIPE II

KAJIAN NUMERIK PENGARUH LUASAN TERHADAP SIFAT MAGNET SUPERKONDUKTOR TIPE II PADA KEADAAN ADA EFEK PROKSIMITAS

ABSTRACT. The Study of the Ginzburg-Landau Model on Mesoscopic Superconductors and Its Potential Application on SQUID

ANALISIS SIMULASI DISTRIBUSI PARAMETER BENAHAN SUPERKONDUKTOR SLAB DAN SILINDER MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Implikasi Ukuran Maksimum Sambungan pada JJ-SNS sebagai Komponen SQUID Berdasarkan Model Ginzburg-Landau Termodifikasi

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

Arus Listrik dan Resistansi

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal

BAB IX SUPERKONDUKTOR

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persoalan yang melibatkan model matematika sering kali muncul dalam

Studi Pengaruh Variasi Bentuk Geometri Potensial Penghalang pada Kasus Difusi Plasma dengan Metode Particle-In-Cell (PIC)

PERHITUNGAN NUMERIK DALAM MENENTUKAN KESTABILAN SOLITON CERAH ONSITE PADA PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINIER DISKRIT DENGAN PENAMBAHAN POTENSIAL LINIER

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D

KB 2. Teknologi Kereta Api Yang Berkecepatan Tinggi. Aplikasi superkonduktor dalam teknologi kereta Api supercepat adalah memanfaatkan

Detektor Medan Magnet Tiga-Sumbu

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA DAERAH UNDER-DOPED

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik

Fisika Dasar. Pertemuan 11 Muatan & Gaya Elektrostatis

Analisis Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Model Slip di Bawah Pengaruh Gaya Gravitasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

EFEK MESON σ PADA PERSAMAAN KEADAAN BINTANG NEUTRON

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ ELECTRON-DOPED

METODE BERTIPE STEFFENSEN SATU LANGKAH DENGAN KONVERGENSI SUPER KUBIK UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Neng Ipa Patimatuzzaroh 1 ABSTRACT

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi

NOISE TERMS PADA SOLUSI DERET DEKOMPOSISI ADOMIAN DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL ABSTRACT

Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik

Rangkuman Listrik Statis

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial

FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

SOLUSI EKSAK GELOMBANG SOLITON: PERSAMAAN SCHRODINGER NONLINEAR NONLOKAL (NNLS)

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

EFEK PAIRING PADA ISOTOP Sn (N>82) DALAM TEORI BCS MENGGUNAKAN SEMBILAN TINGKAT ENERGI

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : xnd x )Cu 3 O 10+δ ) M. Sumadiyasa Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana Bali

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l'

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

MODEL LOGISTIK DENGAN DIFUSI PADA PERTUMBUHAN SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES. Hendi Nirwansah 1 dan Widowati 2

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Solusi Persamaan Laplace Menggunakan Metode Crank-Nicholson. (The Solution of Laplace Equation Using Crank-Nicholson Method)

METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT

MODEL MATEMATIKA DENGAN SYARAT BATAS DAN ANALISA ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS PADA PELAT HORIZONTAL. Leli Deswita 1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al.,

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear)

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE)

INFORMASI PENTING Massa electron NAMA:.. ID PESERTA:.. m e = 9, kg Besar muatan electron. e = 1, C Bilangan Avogadro

Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

Dinamika Model Spin XY 2 Dimensi

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 MODEL DINAMIKA NEURON FITZHUGH-NAGUMO

SKEMA NUMERIK UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS MENGGUNAKAN METODE CUBIC B-SPLINE QUASI- INTERPOLANT DAN MULTI-NODE HIGHER ORDER EXPANSIONS

KARAKTERISTIK ALIRAN PANAS DALAM LOGAM PENGHANTAR LISTRIK THE CHARACTERISTICS OF HEAT FLOW IN AN ELECTRICAL METAL CONDUCTOR

Sagita Charolina Sihombing 1, Agus Dahlia Pendahuluan

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

Gelombang Elektromagnetik

BEBERAPA METODE ITERASI ORDE TIGA DAN ORDE EMPAT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Neli Sulastri 1 ABSTRACT

METODE PENELITIAN Sumber Data

Muatan dan Gaya Listrik

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

PENYELESAIAN MASALAH STURM-LIOUVILLE DARI PERSAMAAN GELOMBANG SUARA DI BAWAH AIR DENGAN METODE BEDA HINGGA

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro

TINJAUAN KASUS PERSAMAAN GELOMBANG DIMENSI SATU DENGAN BERBAGAI NILAI AWAL DAN SYARAT BATAS

UM UGM 2017 Fisika. Soal

BAB I PENDAHULUAN. Ciri pokok superkonduktor yang dipandang dari sifat magnetik dan sifat

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

Materi 18 Listrik dan Magnet 2: Hambatan dan Arus Listrik. Tim Dosen Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

Bab 1. Muatan dan Materi. 1.1 Teori Elektromagnetisme Muatan listrik. (ref: Bab 23)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

Transkripsi:

NORMALISASI PERSAMAAN TDGL SEBAGAI PARAMETER DAN FUNGSI TEMPERATUR Hari Wisodo 1,2, Pekik Nurwantoro 1, Agung Bambang Setio Utomo 1 1 Jurusan Fisika FMIPA UGM, Yogyakarta, Indonesia 2 Jurusan Fisika FMIPA UM, Malang, Indonesia, E-mail: wisodo fisikaum@yahoo.com Abstrak Persamaan TDGL (Time Dependent Ginzburg-Landau sebagai parameter temperatur, T, tertransfomasikan menjadi persamaan TDGL fungsi temperatur melalui kaitan koefisien Landau α(t = α(0 (1 T/T c. Penormalisasi bagi kedua persamaan TDGL ini berbeda. Penormalisasi persamaan TDGL sebagai parameter T adalah besaran superkonduktivitas sebagai parameter T. Penormalisasi persamaan TDGL fungsi T adalah besaran superkonduktivitas pada T = 0 kecuali penormalisasi bagi parameter benahan yang diungkapkan sebagai fungsi T, Ψ = Ψ 0,gl (0(1 T 1 2 Ψ. Walaupun berbeda kedua penormalisasi tersebut memiliki bentuk yang sama. Diperlukan dua langkah sederhana untuk menormalisasi persamaan TDGL: substitusikan variabel ternormalisasi pada Tabel 2 yang sesuai ke persamaan yang akan dinormalisasi dan sederhanakan persamaan yang diperoleh dengan memanfaatkan Tabel 3. Solusi persamaan TDGL ternormalisasi yang dihasilkan dapat mereproduksi kurva magnetisasi dan kurva rapat energi bebas milik Sardella dkk [14]. Solusi persamaan TDGL ternormalisasi sebagai parameter T tidak dapat ditransformasikan menjadi solusi persamaan TDGL ternormalisasi untuk T tertentu dan sebaliknya. Kata kunci: persamaan TDGL, normalisasi, reproduksi kurva 1 PENDAHULUAN Normalisasi persamaan TDGL (Time Dependent Ginzburg-Landau pada umumnya dibedakan menjadi dua cara sesuai dengan tujuannya. Normalisasi pertama dilakukan untuk menghasilkan persamaan TDGL ternormalisasi dengan variabel temperatur, T, sebagai parameter [1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8]. Normalisasi kedua dilakukan untuk menghasilkan persamaan TDGL ternormalisasi dengan variabel T disajikan secara eksplisit [9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21]. Penggunaan persamaan TDGL ternormalisasi dapat memberikan keuntungan. Keuntungan pertama adalah nilai yang terlibat dalam komputasi dapat dijamin tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Selain itu persamaan yang terlibat menjadi berbentuk sederhana. Keuntungan ketiga adalah ketelitian proses komputasi yang tinggi dapat dicapai karena orde angka numerik yang terlibat sesuai batas ketelitian komputer. Artikel ini memaparkan bagaimana menemukan kedua persamaan TDGL ternormalisasi tersebut. Selanjutnya ditunjukkan bahwa solusi persamaan TDGL tersebut telah berhasil mereproduksi kurva magnetisasi dan kurva rapat energi bebas milik Sardella dkk [14]. Persamaan dan besaran yang disajikan dituliskan dalam satuan MKS. Tabel 1 menyajikan semua besaran dan lambang yang digunakan. Kolom ketiga pada tabel tersebut menyajikan cara penulisan setiap besaran. Tabel ini memberikan tiga keuntungan: mempercepat menemukenali lambang yang tertulis untuk mewakili besaran apa dan sebagai fungsi apa, meringkas penulisan, dan menjaga konsistensi penulisan. 1

2 Tabel 1: Besaran dan Lambang dalam Teori Superkonduktivitas Ginzburg-Landau Besaran Lambang Penulisan Posisi r r Waktu t t Parameter Order Ψ(r, t = n s (re is(r,t Ψ Fase fungsi gelombang makroskopik S(r, t S Potensial Vektor Magnet A(r, t A Induksi Magnet B(r, t B Medan Listrik E(r, t E Potensial Listrik Φ(r, t Φ Rapat Arus Super J s (r, t J s Rapat Arus Normal J n (r, t J n Rapat Arus Eksternal J ex (r, t J ex Medan Magnet Eksternal H(r H Magnetisasi M(r M Temperatur T T Koefisien ekspansi Landau α(t α(t Koefisien ekspansi Landau β β Rapat Energi Bebas Ginzburg-Landau g(ψ, T, H g Konstanta Difusi D D Konduktivitas Normal σ σ Panjang Ekstrapolasi b b Muatan elektron super e s = 2e e s Muatan elektron e e Massa elektron super m s = 2m e m s Massa elektron m e m e Konstanta Planck per 2 h = h 2 m s Permeabilitas hampa µ 0 µ 0 Rapat elektron super n s n s Bilangan natural e = 2, 718281828... e Bilangan imajiner i = 1 i Tera potensial listrik χ(r, t χ Operator Nabla = î x + ĵ y + ˆk z

3 2 NORMALISASI Rumus umum untuk menormalisasi suatu variabel adalah V = V V p (1 dengan V variabel yang dinormalisasi, V p variabel penormalisasi, dan V variabel ternormalisasi. Pada umumnya V dan V p berdimensi sama sehingga menghasilkan V yang tak berdimensi. Persamaan (1 akan menjamin V bernilai di antara nol dan satu jika V p merupakan nilai maksimum dari V. Sebagai contoh, pada Tabel 2 dituliskan r = ξ(t r. (2 Pada persamaan ini variabel yang dinormalisasi adalah r, variabel penormalisasi adalah ξ(t, dan variabel ternormalisasi adalah r. Dengan kata lain variabel posisi, r, yang dinormalisasi terhadap panjang koheren, ξ(t, akan menghasilkan variabel posisi ternormalisasi, r. Besaran ξ(t dipilih sebagai penormalisasi karena parameter benahan, Ψ(r, hanya bervariasi dalam rentang ξ(t. Bagaimana langkah menormalisasi suatu persamaan? Berikut disajikan contoh menormalisasi persamaan magnetisasi M = B µ 0 H. (3 Langkah pertama mensubstitusikan setiap variabel yang sesuai pada Tabel 2 kolom Normalisasi 1 ke persamaan (3. Dalam hal ini variabel yang dimaksud adalah M, B, dan H. Langkah ini menghasilkan H c2 (T M = H c2 (T B H c2 (T H. (4 Langkah kedua menyederhanakan persamaan ternormalisasi yang dihasilkan, persamaan (4. Langkah ini menghasilkan persamaan magnetisasi ternormalisasi sebagai M = B H. (5 Persamaan ini memiliki bentuk lebih sederhana dari persamaan aslinya, persamaan (3. Sekarang diberikan dua contoh menormalisasi persamaan rapat energi bebas Ginzburg-Landau sebagai parameter dan fungsi temperatur dengan menggunakan kembali dua langkah untuk menemukan persamaan (5. Ungkapan rapat energi bebas Ginzburg-Landau sebagai parameter T adalah [5, 24, 25] g = α(t Ψ 2 + 1 2 β Ψ 4 + h2 ( i e s 2m s h A Ψ + 1 2µ 0 ( A µ 0 H 2. (6 Substitusikan g, Ψ,, A dan H dari Tabel 2 kolom Normalisasi 1 ke persamaan (6. Lanjutkan dengan menyederhanakan persamaan yang dihasilkan dengan menggunakan persamaan pada Tabel 3 kolom kedua, Parameter T. Kedua langkah ini memberikan persamaan g = Ψ 2 + 1 2 Ψ 4 + ( ia Ψ 2 dimana telah digunakan identitas 2 +κ 2 ( A H 2 (7 e s µ 0 H c2 (T ξ 2 (T = 1 h (8 α(t 2 = µ 0 Hc 2 (T. β (9 Rapat energi bebas Ginzburg-Landau sebagai fungsi T berbentuk g = α(0 (1 TTc Ψ 2 + 1 2 β Ψ 4 + h2 ( i e s 2m s h A Ψ 2 + 1 2µ 0 ( A µ 0 H 2. (10 Substitusikan g, Ψ,, A, H, dan T pada Tabel 2 kolom Normalisasi 2 ke persamaan (10. Sederhanakan persamaan yang diperoleh menggunakan persamaan pada Tabel 3 kolom keempat, Parameter pada T = 0. Kedua langkah ini menghasilkan [14] ( 1 g = (1 T 2 Ψ 2 2 Ψ 2 1 +(1 T ( ia Ψ 2 dengan telah digunakan identitas +κ 2 ( A H 2 (11 e s µ 0 H c2 (0ξgl(0 2 = 1, h (12 α(0 2 = µ 0 H 2 β c,gl(0. (13

4 Contoh-contoh di atas telah memberikan gambaran dengan jelas bagaimana menormalisasi suatu persamaan melalui dua langkah sederhana dengan memanfaatkan Tabel 2 dan 3. 3 NORMALISASI PERSAMAAN TDGL Tabel 2 menyajikan dua kelompok variabel ternormalisasi: Normalisasi 1 dan Normalisasi 2. Normalisasi 1 digunakan untuk menormalisasi persamaan TDGL sebagai parameter T dan persamaan lain yang dihitung menggunakan solusi numerik persamaan TDGL ini, sebagai contoh persamaan (5 dan (7. Tabel 3 kolom kedua, Parameter T, digunakan untuk menyederhanakan persamaan ternormalisasinya. Normalisasi 2 digunakan untuk menormalisasi persamaan TDGL sebagai fungsi T dan persamaan lain yang dihitung menggunakan solusi numerik persamaan TDGL ini, contoh persamaan (11. Tabel 3 kolom keempat, Parameter pada T = 0, digunakan untuk menyederhanakan persamaan ternormalisasinya. 3.1 Persamaan TDGL Persamaan TDGL merupakan dua persamaan diferensial parsial terkopel bagi parameter benahan (order parameter dan rapat arus. Persamaan TDGL 1 yang diungkapkan sebagai parameter temperatur berbentuk h 2 ( 2m s D t + ie s h Φ Ψ = h 2 ( i e s 2 2m s h A Ψ + α(t Ψ β Ψ 2 Ψ. (14 Persamaan (14 dapat diungkapkan secara eksplisit sebagai fungsi temperatur dengan cara mengganti α(t dengan α(t = α(0 (1 TTc, (15 lihat persamaan No. 6 kolom ketiga pada Tabel 3. Persamaan TDGL 2 untuk rapat arus total, J t, ungkapannya adalah dengan A = µ 0 (J s + J n + J ex (16 J s = he ( s S e s m s h A Ψ 2, (17 ( J n = σ Φ A = σe, (18 t J ex = H. (19 Persamaan TDGL dilengkapi dengan syarat batas untuk parameter benahan dan potensial vektor listrik. Syarat batas untuk A pada permukaan bahan adalah B = ( A = µ 0 H (20 dengan H adalah medan magnet eksternal yang diberikan pada bahan. Syarat batas bagi parameter order untuk superkonduktor yang berbatasan dengan bahan isolator atau vakum (syarat batas SI adalah [16] ( i e s h A n Ψ = 0 (21 Syarat batas bagi superkonduktor yang berbatasan dengan logam normal (syarat batas SN adalah [10, 11, 23] ( i e s h A n Ψ = Ψ (22 b dengan b adalah panjang ekstrapolasi permukaan. Nilai b mulai dari nol untuk bahan magnet sampai tak berhingga untuk isolator dan vakum. 3.2 Parameter Temperatur Persamaan TDGL 1 ternormalisasi sebagai parameter T diperoleh dengan cara sebagai berikut. Substitusikan t, Φ, Ψ,, A dari kolom Normalisasi 1 pada Tabel 2 ke persamaan (14. Sederhanakan persamaan yang dihasilkan menggunakan kaitan pada kolom kedua dari Tabel 3. Untuk mempermudah, gunakan juga identias persamaan (8. Hasilnya adalah [4, 5] ( t + iφ Ψ = ( ia 2 Ψ + ( 1 Ψ 2 Ψ. (23 Berikut dicari persamaan TDGL 2 ternormalisasi sebagai parameter T. Substitusikan setiap variabel yang sesuai pada kolom Normalisasi 1 dari Tabel 2 ke persamaan (16, (17, (18, dan (19. Sederhanakan persamaan yang dihasilkan menggunakan kaitan pada kolom kedua dari Tabel 3. Hasilnya berturut-turut adalah dengan κ 2 A = J s + J n + J ex (24 J s = ( S A Ψ 2 (25 ( J n = σ Φ A t (26 J ex = κ 2 H. (27

5 Tabel 2: Normalisasi variabel yang disajikan dalam satuan MKS No. Variabel Normalisasi 1 Normalisasi 2 1 Posisi r = ξ(t r r = ξ gl (0r 2 Operator Nabla = 1 ξ(t = 1 ξ gl (0 3 Waktu [2, 4, 5, 7] t = ξ2 (T D t t = ξ2 gl(0 D t 4 Parameter Order Ψ = Ψ 0 (T Ψ Ψ = Ψ 0,gl (0(1 T 1 2 Ψ 5 Potensial Vektor Magnet A = µ 0 H c2 (T ξ(t A A = µ 0 H c2 (0ξ gl (0A 6 Potensial Listrik Φ = µ 0 H c2 (T DΦ Φ = µ 0 H c2 (0DΦ 7 Medan Magnet Induksi B = µ 0 H c2 (T B B = µ 0 H c2 (0B 8 Rapat Arus Super J s = H c2(t ξ(t κ 2 J s 9 Rapat Arus Normal J n = H c2(t ξ(t κ 2 J n 10 Rapat Arus Eksternal J ex = H c2(t ξ(t κ 2 J ex J s = H c2(0 ξ gl (0κ 2 J s J n = H c2(0 ξ gl (0κ 2 J n J ex = H c2(0 ξ gl (0κ 2 J ex 11 Medan Magnet Eksternal H = H c2 (T H H = H c2 (0H 12 Magnetisasi M = H c2 (T M M = H c2 (0M 13 Konduktivitas Normal [4, 5] σ = 1 1 µ 0 Dκ 2 σ σ = µ 0 Dκ 2 σ 14 Panjang Ekstrapolasi b = ξ(t b b = ξ gl (0b 15 Temperatur T = T c T T = T c T 16 Rapat Energi Bebas Ginzburg-Landau g = µ 0 H 2 c (T g g = µ 0 H 2 c,gl(0g

6 Tabel 3: Besaran Superkonduktivitas sebagai Penormalisasi [22]. No. Parameter T Fungsi T Terlinearkan Parameter pada T = 0 ms 1 λ(t = µ 0 e 2 s n s (T 2 H c2 (T = 2m s α(t = H c2 (0 e s hµ 0 hh c2 (T 3 H c (T = 2µ 0 e s λ 2 (T 4 n s (T = n s,gl(0 h 2 5 ξ(t = 2m s α(t 6 α(t = µ 0H 2 c (T n s (T 7 β = µ 0Hc 2 (T n 2 s (T α(t 8 Ψ 0 (T = β 9 n s (T = Ψ 2 0(T = No. 8 10 κ = λ(t ξ(t = H c2(t 2Hc (T = λ gl (0 1 (T/Tc (1 TTc = H c,gl (0 (1 TTc = (1 TTc λ gl (0 = λ(0 2 H c,gl (0 = 2H c (0 n s,gl(0 = 4n s (0 ξ gl (0 ξ gl (0 = 1 T/Tc = α(0 (1 TTc 1 = Ψ 0,gl (0 (1 TTc 2 α(0 = µ 0H 2 c,gl(0 n s,gl(0 = µ 0H 2 c,gl (0 n 2 s,gl (0 Ψ 0,gl (0 = h 2 2m s α(0 = ξ(0 α(0 β = λ gl(0 ξ gl (0 = H c2(0 2Hc (0 Untuk memperoleh persamaan (25 telah digunakan identitas he s α(t = 1. (28 m s β H c2 (T κ 2 Persamaan (24 dapat dituliskan lebih kompak sebagai [4, 5] ( A σ t + Φ = ( S A Ψ 2 κ 2 A + κ 2 H. (29 3.3 Fungsi Temperatur Cara normalisasi persamaan TDGL sebagai fungsi T sama dengan cara normalisasi persamaan TDGL sebagai parameter T. Yang membedakan adalah penggunaan variabel penormalisasi dan penggunaan kaitan besaran superkonduktivitas untuk menyederhanakan persamaan ternormalisasi. Sekarang variabel pada kolom Normalisasi 2 dari Tabel 2 digunakan sebagai variabel penormalisasi. Kaitan pada kolom keempat dari Tabel 3 digunakan untuk menyederhanakan persamaan ternormalisasi. Sama seperti sebelumnya, persamaan TDGL 1 ternormalisasi sebagai fungsi T diperoleh dengan cara mensubstitusikan setiap variabel yang sesuai pada kolom Normalisasi 2 dari Tabel 2 ke persamaan (14 dengan α(t pada persamaan ini diganti dengan persamaan (15. Sederhanakan persamaan yang dihasilkan menggunakan kaitan pada kolom keempat dari Tabel 3 dan identias persamaan (12. Hasilnya adalah [14] ( t + iφ Ψ = ( ia 2 Ψ +(1 T ( 1 Ψ 2 Ψ. (30 Persamaan TDGL 2 ternormalisasi sebagai fungsi T diperoleh dengan cara sebagai berikut. Substitusikan setiap variabel yang sesuai pada kolom Normalisasi 2 dari Tabel 2 ke persamaan (16, (17, (18, dan (19. Sederhanakan persamaan yang dihasilkan menggunakan kaitan pada kolom keempat dari Tabel 3. Persamaanpersamaan yang dihasilkan adalah κ 2 A = J s + J n + J ex (31

7 dengan J s = (1 T ( S A Ψ 2 (32 ( J n = σ Φ A t (33 J ex = κ 2 H. (34 Untuk menyederhanakan persamaan (32 gunakan identitas he s α(0 = 1. (35 m s β H c2 (0 κ 2 Persamaan (31 dapat dituliskan lebih kompak sebagai ( A σ t + Φ = (1 T ( S A Ψ 2 κ 2 A + κ 2 H. (36 3.4 Transformasi Tera Persamaan TDGL 1 dan TDGL 2 ternormalisasi yang diungkapkan sebagai parameter dan fungsi T secara berturut-turut dapat dituliskan kembali dalam bentuk ( t + iφ Ψ = ( ia 2 Ψ dan + ( 1 Ψ 2 Ψ, (37 ( A σ t + Φ = ( S A Ψ 2 κ 2 A + κ 2 H, (38 ( t + iφ Ψ = ( ia 2 Ψ +(1 T ( 1 Ψ 2 Ψ, (39 ( A σ t + Φ = (1 T ( S A Ψ 2 κ 2 A + κ 2 H. (40 Sekarang untuk menyederhanakan penulisan tanda aksen (... tidak dituliskan. Dinamika kuantitas E, B, Ψ 2, dan J invarian dibawah transformasi tera à = A + χ Ψ = Ψe iχ Φ = Φ χ t, (41 dengan tera potensial listrik, χ, merupakan medan skalar sebarang. Jika dipilih tera potensial listrik bernilai nol, berarti Φ 0 untuk seluruh waktu karena χ = Φ dt. Persamaan TDGL ternormalisasi sebagai parameter dan fungsi T dibawah transformasi tera ini menjadi dan Ψ t = ( ia2 Ψ + ( 1 Ψ 2 Ψ, (42 σ A t }{{} J n = ( S A Ψ 2 }{{} J s κ 2 A + κ 2 H }{{} J ex, (43 Ψ t = ( ia2 Ψ + (1 T ( 1 Ψ 2 Ψ, (44 σ A t }{{} J n = (1 T ( S A Ψ 2 }{{} J s κ 2 A + κ 2 H }{{} J ex. (45 Arus eksternal J ex = 0 jika H homogen. 3.5 Syarat Batas Syarat batas bagi A dan Ψ dalam bentuk ternormalisasi adalah B s = ( A s = H. (46 Syarat batas bagi parameter order untuk superkonduktor yang berbatasan dengan bahan isolator atau vakum (syarat batas SI adalah [8, 14, 13, 16, 17, 18] ( ia n Ψ = 0 (47 sedangkan yang berbatasan dengan logam normal adalah [16, 23] ( ia n Ψ = Ψ b. (48 3.6 Penggunaan Persamaan TDGL Secara matematis persamaan TDGL ternormalisasi sebagai parameter dan fungsi T hanya berlaku untuk T sekitar T c. Tinjau persamaan yang terrangkum dalam Tabel 3. Persamaan penormalisasi pada kolom ketiga disajikan sebagai fungsi T terlinearkan. Linearisasi ini mensyaratkan nilai T hanya sekitar T c. Jadi T pada persamaan (39 hanya untuk nilai T sekitar T c. Akan tetapi pada implementasinya persamaan TDGL dapat digunakan untuk memodelkan suatu sistem dengan T yang bervariasi diantara

8 Gambar 1: Variasi temperatur kurva magnetisasi (atas dan rapat energi bebas (bawah bagi superkonduktor ukuran 8ξ(0 8ξ(0 dengan κ = 5 yang sama dengan milik Sardella dkk [14]. 0 T < T c [13, 14]. Gambar 1 menyajikan variasi temperatur kurva magnetisasi dan rapat energi bebas Gibbs yang diperoleh dari solusi numerik persamaan TDGL bagi bahan ukuran 8ξ(0 8ξ(0, κ = 5. Bahan ini terletak dalam vakum dan padanya tidak dialirkan arus eksternal. Kurva pada gambar tersebut sama seperti kurva magnetisasi dan rapat energi bebas yang dihasikan Sardella dkk. Solusi persamaan TDGL ternormalisasi sebagai parameter T tidak dapat ditransformasikan menjadi solusi persamaan TDGL ternormalisasi sebagai fungsi T pada nilai T tertentu. Tinjau kurva magnetisasi dan rapat energi bebas sebagai parameter T pada Gambar 2. Dari gambar ini diperoleh bahwa M z = 0, 0138H c2 (T pada H z = 0, 2H c2 (T. Menggunakan kaitan H c2 (T = H c2 (0(1 T/T c, kedua nilai tersebut menjadi M z = 0, 0069H c2 (0 pada H z = 0, 1H c2 (0 untuk T = 0, 5T c. Jika langkah ini dilakukan untuk seluruh nilai H z dan M z pada Gambar 2, maka kurva magnetisasi ini tertransformasi menjadi kurva magnetisasi pada T = 0, 5T c seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Sekarang bandingkan kurva magnetisasi pada Gambar 3 dan kurva magnetisasi pada Gambar 1 untuk T = 0, 5T c. Tampak bahwa kedua kurva magnetisasi ini sama sekali berbeda. Artinya solusi persamaan TDGL ternormalisasi sebagai parameter T tidak dapat ditransformasikan dengan cara seperti di atas menjadi solusi persamaan TDGL ternormalisasi sebagai fungsi T pada T tertentu. Persamaan TDGL ternormalisasi sebagai parameter memiliki bentuk yang sama dengan persamaan TDGL ternormalisasi sebagai fungsi T untuk T = 0. Kedua persamaan ini juga memiliki solusi yang sama. Tinjau Gambar 2 dan Gambar 1 untuk T = 0. Tampak bahwa kedua kurva tersebut memiliki bentuk yang sama. Walaupun demikian penormalisasi kedua besaran pada kedua kurva tersebut berbeda. Besaran pada kur-

9 Gambar 3: Kurva magnetisasi sebagai fungsi T pada T = 0, 500T c hasil transformasi dari Gambar 2. Gambar 2: Kurva magnetisasi (atas dan rapat energi bebas (bawah sebagai parameter T. va dalam Gambar 1 dinormalisasi menggunakan Normalisasi 1 pada Tabel 2 sedangkan besaran pada kurva dalam Gambar 3 dinormalisasi menggunakan Normalisasi 2 pada Tabel 2. Penormalisasi sebagai parameter T dan sebagai parameter T = 0 pada Tabel 3 kolom kedua dan kolom keempat memiliki makna berbeda. Penormalisasi sebagai parameter T = 0 merupakan nilai penormalisasi yang diukur pada T = 0. Penormalisasi H c2 (0 pada nilai M z = 0, 00196H c2 (0 bagi suatu superkonduktor merupakan medan kritis kedua bagi superkonduktor tersebut yang diukur pada T = 0. Sementara penormalisasi sebagai parameter T mewakili keadaan penormalisasi sebagai fungsi T. Penormalisasi sebagai parameter T tidak mewakili nilai penormalisasi pada nilai T tertentu. Penormalisasi H c2 (T pada nilai H z = 0, 2H c2 (T yang diberikan pada suatu superkonduktor merupakan medan kritis kedua bagi superkonduktor tersebut yang diukur pada sebarang temperatur T < T c. Variasi temperatur dari medan kritis kedua, H c2, bagi bahan berukuran 8ξ(0 8ξ(0 pada κ = 5 dapat diperoleh melalui variasi temperatur kurva rapat energi bebas sebagai fungsi medan magnet eksternal, H z, seperti ditunjukkan Gambar 1. Suatu bahan berada dalam fase superkonduktif atau fase normal ditunjukkan oleh rap- Gambar 4: Variasi temperatur H c2 untuk bahan 8ξ(0 8ξ(0 pada κ = 5. at energi bebasnya. Rapat energi bebas bernilai negatif menunjukkan bahwa bahan dalam keadaan superkonduktif. Rapat energi bebas bernilai positif menunjukkan bahwa bahan dalam keadaan normal. Karena itu nilai H c2 dapat diperoleh dari nilai H z yang memberikan rapat energi bebas tepat mulai bernilai positif. Dengan cara ini dapat diperoleh kurva variasi temperatur dari H c2 seperti ditunjukkan pada Gambar 4. 4 KESIMPULAN Persamaan TDGL sebagai parameter temperatur, T, tertransfomasikan menjadi persamaan TDGL fungsi temperatur melalui kaitan koefisien Landau α(t = α(0 (1 T/T c. Penormalisasi bagi kedua persamaan TDGL ini berbeda. Diperlukan dua langkah sederhana untuk menormalisasi persamaan TDGL: substitusikan variabel ternormalisasi pada Tabel 2 yang sesuai ke

10 persamaan yang akan dinormalisasi dan sederhanakan persamaan yang diperoleh dengan memanfaatkan Tabel 3. Persamaan TDGL yang dinormalisasi dengan cara tersebut dapat mereproduksi kurva magnetisasi dan rapat energi bebas sebagai fungsi temperatur milik Sardella dkk [14]. Solusi persamaan TDGL ternormalisasi sebagai parameter T tidak dapat ditransformasikan menjadi solusi persamaan TDGL ternormalisasi sebagai fungsi T pada T tertentu. Selain itu variasi temperatur dari medan kritis kedua dapat diperoleh dari variasi temperatur dari rapat energi bebas. PUSTAKA [1] X.H. Chao, B.Y. Zhu, A.V. Silhanek, V.V. Moshchalkov, 2009, Current-induced Giant Vortex and Asymmetric Vortex Confinement in Microstructured Superconductors, Physical Review B, 80, hlm. 054506 [2] S. Miyamoto, T. Hikihara, 2004, Dynamical Behavior of Fuxoid and Arrangement of Pinning Center in Superconductor Based on TDGL Equation, Physica C, 417, hlm. 7-16 [3] D.Y. Vodolazov, I.L. Maksimov, E.H. Brandt, 2003, Vortex Entry Conditions in Type-II Superconductors. Effect of Surface Defects, Physica C, 384, hlm. 211226 [4] T. Winiecki, C.S. Adams, 2002, A Fast Semi-Implicit Finite-Difference Method for the TDGL Equations, Journal of Computational Physics, 179, hlm. 127-139. [5] T. Winiecki, C.S. Adams, 2002, Timedependent Ginzburg-Landau Simulations of the Voltage-current Characteristic of Type- II Superconductors with Pinning, Physical Review B, 65, hlm. 104517 [6] D.Y. Vodolazov, 2000, Effect of Surface Defects on the First Field for Vortex Entry in Type-II Superconductors, Physical Review B, 62, hlm. 8691-8694 [7] W.D. Gropp, H.G. Kaper, G.K. Leaf, D.M. Levine, M. Palumbo, V.M. Vinokur, 1996, Numerical Simulation of Vortex Dynamics in Type-II Superconductors, Journal of Computational Physics, 123, hlm. 254-266 [8] R. Kato, Y. Enomoto, S. Maekawa, 1991, Computer Simulations of Flux Lines in Type-II Superconductors, Journal of Computational Physics, 44, hlm. 6916-1920 [9] L.R.E. Cabral, J. Barba-Ortega, C.C. de Souza Silva, J.A. Aguiar, 2010, Vortex Properties of Mesoscopic Superconducting Samples, Physica C, doi:10.1016/j.physc.2010.02.022 [10] J. Barba-Ortega, A. Becerra, J.A. Aguiar, 2010, Two Dimensional Vortex Structures in a Superconductor Slab at Low Temperatures, Physica C, 470, hlm. 225230 [11] J. Barba-Ortega, C.C. de Souza Silva, J.A. Aguiar, 2009, Superconducting Slab in Contact with Thin Superconducting Layer at Higher Critical Temperature, Physica C, 469, hlm. 852856 [12] J.J. Barba, C.C. de Souza Silva, L.R.E. Cabral, J.A. Aguiar, 2008, Flux Trapping and Paramagnetic Effects in Superconducting Thin Films - The Role of de Gennes Boundary Conditions, Physica C, 468, hlm. 718721 [13] J.J. Barba, L.R.E. Cabral, J.A. Aguiar, 2007, Magnetization in a Superconducting Square Ring, Revista Mexicana de Fisica S, 53, hlm. 5356 [14] E. Sardella, A.L. Malvezzi, P.N Lisboa- Filho, 2006, Temperature-dependent Vortex Motion in a Square Mesoscopic Superconducting Cylinder: Ginzburg-Landau Calculations, Physical Review B, 74, hlm. 014512 [15] M. Machida, M. Itakura, 2003, Direct Numerical Simulations for Local Superconductivity Above Upper Critical Field - Theoretical Confirmation of Stable Precursors, Physica C, 392396, hlm. 331335 [16] A.D. Hernandez, D. Dominguez, 2002, Surface Barrier in Mesoscopic Type-I and Type- II Superconductors, Physical Review B, 65, hlm. 144529 [17] A.D. Hernandez, D. Dominguez, 2002, AC Magnetic Response of Mesoscopic Type-II Superconductors, Physical Review B, 66, hlm. 144505 [18] C. Bolech, G.C. Buscaglia, A. Lopez, 1995, Numerical Simulation of Vortex Arrays in Thin Superconducting Films, Physical Review B, 52, hlm. R15719-R15722

11 [19] M. Machida, H. Kaburaki, 1994, Numerical Simulation of Flux-Pinning Dynamics for a Defect in a Type-II Superconductor, Physical Review B, 50, hlm. 1286-1289 [20] R. Kato, Y. Enomoto, S. Maekawa, 1993, Effects of the Surface Boundary on the Magnetization Prosess in Type-II Superconductors, Physical Review B, 47, hlm. 8016-8024 [21] M. Machida, H. Kaburaki, 1993, Direct simulation of the Time Dependent Ginzburg- Landau Equation for Type II Superconducting Thin Film Vortex Dynamics and V-I Characteristics, Physical Review Letter, 71, hlm. 3206-3209 [22] Hari W., Pekik N., Agung B.S.U., 2010, Kebergantungan Pergerakan Vortex dalam Superkonduktor Mesoskopik terhadap Temperatur, diajukan ke Jurnal Berkala MIPA UM [23] P.G. de Gennes, 1999, Superconductivity of Metals and Alloys, Westview Press: hal. 227 [24] D. R. Tilley dan J. Tilley, 1990, Superfluidity and Superconductivity, Bristol: IOP Publishing Ltd, hlm. 295, 299 [25] Waldram, J. R., 1996, Superconductivity of Metais adn Cuprates, Intitute of Physics, London, hlm. 43