BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Sri Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks bias n, koefisien ekstinsi κ, koefisien absorpsi α, dan reflektivitas R. Kajian mengenai sifat-sifat optik material sangat berkaitan dengan respon elektromagnetik medium yang dikenainya atau dalam hal ini nanopartikel magnetik yang menjadi topik utama dalam penelitian ini. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Gelombang cahaya yang mengenai nanopartikel magnetik akan selalu terdiri dari medan listrik dan medan magnetik yang berosilasi. Tetapi pada frekuensi optik, nilai permeabilitas magnetik μ m = 1 + χ m 1, sehingga meskipun komponen magnetik gelombang cahaya umumnya memainkan peranan penting namun sering kali dapat diabaikan (Trugler, 2011). Sebagai cahaya yang berinteraksi dengan medium, gaya yang diberikan oleh medan listrik pada muatan adalah c v lebih besar dari gaya yang dikenakan oleh medan magnetik, dengan v adalah kecepatan muatan dan c adalah kecepatan cahaya dalam satuan m s. Sebagai hasilnya, respon medium terhadap medan magnetik, yakni suseptibilitas magnetik, memiliki faktor 10 4 lebih kecil dari kemudahan medium saat terpolarisasi yakni suseptibilitas elektrik. Hal tersebut dapat dengan mudah difahami dalam gambaran sederhana dengan menggunakan gaya Lorentz F L (Buressi et al., 2009; Giessen dan Vogelgesang, 2009; Jackson, 1962) yang dalam Satuan Internasional (SI) adalah berbentuk F L = q E + v B 1.1 Perbandingan kecepatan v dengan kecepatan cahaya c menentukan perbandingan kontribusi magnetik dengan kontribusi listrik imbangannya. Kecepatan muatan dalam zat padat kurang lebih diberikan oleh kecepatan Fermi 1
2 2 v F, yang menunjukkan perbandingan v F c (Giessen dan Vogelgesang, 2009). Dengan demikian, respon magnetik dari nanopartikel magnetik ditentukan oleh suseptibilitas magnetik χ m dengan orde besar v F c 2. Suseptibilitas magnetik merupakan ukuran kemudahan memagnetisasi suatu medium pada saat dikenai medan magnetik luar, dan pengaruh medan magnetik luar tersebut adalah membangkitkan momen magnet dwikutub tiap satuan volume di dalam medan tersebut. Suseptibilitas magnetik suatu zat padat bergantung pada struktur pita elektronik dan perbandingan antara hasil eksperimen dengan teori pada umumnya tidaklah mudah. Namun demikian, studi tentang suseptibilitas magnetik dapat menjadi perangkat yang memungkinkan untuk menguji kebenaran beberapa ragam struktur elektronik (DiSalvo et al., 1972). Telah diketahui bahwa nanopartikel merupakan salah satu bagian yang penting dari ilmu pengetahuan modern dan mendasari nanoteknologi yang tengah dikembangkan saat ini. Material dalam dimensi nanometer menunjukkan sifat fisika yang berbeda dan lebih unggul dalam sejumlah tujuan aplikasi, dibandingkan dengan material sejenis yang berukuran besar (bulk). Sebagai contoh, nanopartikel memiliki nilai perbandingan antara luas permukaan dan volume yang lebih besar jika dibandingkan dengan partikel sejenis dalam ukuran besar sehingga nanopartikel bersifat lebih reaktif. Reaktivitas material ditentukan oleh atom-atom di permukaan karena hanya atom-atom tersebut yang bersentuhan langsung dengan material lain. Ketika ukuran partikel menuju orde nanometer, maka hukum fisika yang berlaku lebih didominasi oleh hukum-hukum fisika kuantum. Fenomena kuntum muncul sebagai akibat keterbatasan ruang gerak elektron dan pembawa muatan lainnya dalam nanopartikel. Fenomena ini berimbas pada beberapa sifat material seperti perubahan warna yang dipancarkan, transparansi, kekuatan mekanik, konduktivitas listrik, dan magnetisasi. Perubahan rasio jumlah atom yang menempati permukaan terhadap jumlah total atom mengakibatkan perubahan pada titik didih, titik beku, dan reaktivitas kimia.
3 3 Sistem nanopartikel magnetik merupakan sistem yang sangat penting karena banyak memiliki aplikasi dalam memory devices magnetik, refrigeration, dan sensor (Dormannet al., 1997; Bobo et al., 2004). Koersivitas, retensivitas, superparamagnetisme, dan magnetisasi saturasi nampak sangat sensitif terhadap ukuran grain, ukuran klaster, dan interaksi dengan medan luar yang dikenakan (Sharma et al., 2005; Wanget al., 2001; Sharma et al., 2005). Secara eksperimen sifat-sifat tersebut dapat dikaji dari pengukuran histeresis, magnetisasi dalam siklus zero-field-cooled-field-cooled, dan pengkajian tentang respon suseptibilitas (Sharma et al., 2005). Meskipun kemagnetan suatu partikel telah dikaji sejak lama, terdapat beragam fenomena yang masih perlu mendapat perhatian penting. Kemajuan yang berarti dalam bidang ini, baik teoritik maupun praktis, cukup baru dan luar biasa dalam dua dekade terakhir ini. Hal yang paling signifikan dari nanopartikel magnetik yang disebabkan keseragaman dalam sifat magnetik dari partikel individu dalam sistem dispersi nyata, adalah memungkinkan kita untuk secara langsung menghubungkan sifat magnetik keseluruhan bahan dengan tiap partikelnya dan disertai dengan pendekatan teoritik yang memadai (Gubin, 2009). Oleh karena itu menarik untuk mengkaji suseptibilitas magnetik χ m nanopartikel magnetik dengan tujuan memperoleh beberapa formulasi parameter optik untuk mendeskripsikan perilaku cahaya dalam interaksinya dengan nanopartikel magnetik. Dalam penelitian ini, pengkajian suseptibilitas magnetik χ m nanopartikel magnetik akan dilakukan secara teoritik berdasarkan DFT dalam kerangka LSDA. Teori fungsional densitas atau biasa disebut DFT (Density Functional Theory) diperkenalkan oleh Hohenberg dan Kohn (Hohenberg dan Kohn, 1964) yang merupakan salah satu dari beberapa pendekatan populer untuk perhitungan struktur elektron banyak partikel secara mekanika kuantum pada sistem zat mampat. Sebagian besar aplikasi dari DFT dilakukan dalam kerangka pendekatan densitas spin lokal atau LSDA (local-spin density approximation) (Kohn dan Sham, 1965) dengan bagian korelasi pertukaran dari fungsi energi ditulis sebagai
4 4 fungsi lokal. DFT ini merupakan metode yang populer digunakan untuk mangamati keadaan dasar dari sistem banyak partikel. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan hal yang menjadi pokok masalah dalam tesis ini, yakni 1. bagaimana menentukan suseptibilitas magnetik χ m nanopartikel magnetik dengan pendekatan DFT dalam kerangka LSDA. 2. bagaimana menentukan beberapa formulasi parameter optik meliputi indeks bias n, koefisien ekstinsi κ, koefisien absorpsi α, dan reflektivitas R nanopartikel magnetik dengan tetap memperhitungkan parameter permeabilitas nanopartikel magnetik μ npm melalui formulasi suseptibilitas magnetik χ m nanopartikel magnetik. 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, perlu dikemukakan batasan-batasan permasalahan agar pokok-pokok bahasan dapat lebih terfokus, yaitu: 1. Pemodelan material yang digunakan dalam formulasi perhitungan disini hanya akan menggunakan model Hamiltonian nanopartikel klaster feromagnetik. 2. Formulasi suseptibilitas diungkapkan dalam sebuah fungsi yang bergantung momentum dan frekuensi. 3. Formulasi parameter optik yang akan ditentukan dalam penelitian ini meliputi indeks bias n, koefisien ekstinsi κ, koefisien absorpsi α, dan reflektivitas R yang bergantung momentum dan frekuensi dengan tetap memperhitungkan permeabilitas nanopartikel magnetik yang bergantung momentum dan frekuensi μ npm p, ω.
5 5 1.4 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah 1. Didapatkan formulasi untuk suseptibilitas nanopartikel magnetikdengan pendekatan DFT dalam kerangka LSDA. 2. Dapat menentukan beberapa formulasi parameter optik meliputi indeks bias n, koefisien ekstinsi κ, koefisien absorpsi α, dan reflektivitas R nanopartikel magnetik dengan tetap memperhitungkan permeabilitas nanopartikel magnetik yang bergantung momentum dan frekuensi μ npm p, ω melalui formulasi suseptibilitas magnetik χ m nanopartikel magnetik yang bergantung momentum dan frekuensi. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan bermanfaat khususnya dalam bidang fisika material. Beberapa manfaat penelitian tersebut antara lain bahwa formulasi suseptibilitas magnetik χ m nanopartikel magnetik akan memberikan penjelasan mengenai respon magnetik dari nanopartikel magnetik secara umum, serta memuat informasi mengenai struktur elektron dalam nanopartikel magnetik. Selain itu, formulasi suseptibilitas magnetik χ m nanopartikel magnetik dapat digunakan untuk mengetahui beberapa formulasi parameter optik diantaranya (yang menjadi fokus dalam penelitian ini) adalah indeks bias n, koefisien ekstinsi κ, koefisien absorpsi α, dan reflektivitas R yang bergantung momentum dan frekuensi dengan tetap memperhitungkan permeabilitas nanopartikel magnetik yang bergantung momentum dan frekuensi μ npm p, ω. 1.6 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan studi pustaka (literatur) yang terdiri dari jurnaljurnal ilmiah, buku, dan sumber internet dan website yang terpercaya. Perhitungan-perhitungan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, khususnya
6 6 merubah masalah invers matriks yang sangat besar pada basis kisi resiprokal menjadi masalah penginversian matriks yang lebih kecil pada basis orbital. Berikut tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian: 1. Mempelajari formulasi dasar suseptibilitas magnetik χ m material bulk. 2. Melakukan pendekatan yang sama dengan poin (1), namun untuk partikel feromagnetik dalam ukuran nanometer dengan menggunakan Hamiltonian nanopartikel magnetik untuk feromagnetik secara umum. 3. Menggunakan teorema gangguan yang bergantung waktu. 4. Menganalisis hasil perhitungan yang telah dilakukan berdasarkan pada DFT dalam kerangka LSDA. 5. Didapatkan formulasi suseptibilitas numerik untuk nanopartikel magnetik yang kemudian digunakan untuk mengetahui beberapa formulasiparameter optik yang telah ditentukan. 6. Menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapun alur penelitian yang dilakukan untuk mecapai tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mempelajari formulasi dasar suseptibilitas magnetik χ m material bulk dengan pendekatan DFT dalam kerangka LSDA. 2. Menggunakan Hamiltonian elektron tunggal yang telah ditetapkan (Callaway dan Chatterjee, 1978) (Pers. (4.1)). 3. Menggunakan pendekatan tambahan dalam penggunaan Hamiltonian pada poin (2) sebagai basis untuk perlakuan gangguan dari respon sebuah sistem untuk medan eksternal bergantung waktu. 4. Medan yang mengenai sistem berada dalam arah magnetisasi n (searah sumbu z) (Pers. (4.5)). 5. Perubahan orde pertama dalam densitas elektron δρ ς (Pers. (4.7)). 6. Didapatkan Hamiltonian total yang diekspansikan pada poin (5) (Pers. (4.9)).
7 7 7. Menyajikan persamaan densitas elektron sebagai deret Fourier (Pers. (4.10)). 8. Potensial korelasi pertukaran V xc r dan derivatifnya diekspansikan sebagai deret Fourier dalam vektor kisi resiprokal. 9. Memasukkan Pers. (4.10) ke dalam Pers. (4.9) untuk mendapatkan notasi baru (Pers. (4.14)-(4.18)). 10. Didefinisikan penjumlahan dan diferensiasi rapat muatan (Pers. (4.19) dan (Pers. (4.20)). 11. Didefinisikan kembali H 1 (Hamiltonian setelah dikenakan gangguan pada sistem) secara lengkap (Pers. (4.21)). 12. Didefinisikan gangguan total sebagai penjumlahan Pers. (4.21) dan Pers. (4.5) (Pers. (4.22)). 13. Diasumsikan bentuk besarnya gangguan. 14. Koefisien Fourier dari muatan induksi dan densitas magnetisasi (Pers. (4.23)). 15. Dibentuk fungsi matriks dari persamaan terkait yang telah didefinisikan sebelumnya. 16. Didapatkan elemen matriks (Pers. (4.26)). 17. Didapatkan bentuk matriks dari respon sistem terhadap gangguan total (Pers. (4.22)). 18. Didapatkan persamaan matriks dengan menganggap medan eksternal frekuensi tunggal yang telah ditentukan (Pers. (4.29)). 19. Didapatkan matriks suseptibilitas magnetik (Pers. (4.31)). 20. Pers. (4.31) diubah ke dalam bentuk matriks 2 2 sehingga didapatkan Pers. (4.33) yang merupakan persamaan umum dari suseptibilitas spin feromagnetik bulk. 21. Dikarakterisasi beberapa parameter yang berlaku pada nanopartikel magnetik sehingga didapatkan ketentuan pada Pers. (5.5). 22. Didapatkan fungsi respon spin dan muatan nanopartikel magnetik (Pers. (5.6)).
8 8 23. Dari poin (22) didapatkan fungsi dielektrik yang merupakan fungsi kompleks. 24. Dari fungsi kompleks dielektrik tersebut akan didapatkaan indeks bias nanopartikel magnetik. 25. Dengan mengunakan relasi indeks bias n dan konstanta dielektrik, didapatkan koefisien ekstinsi κ, koefisien absorpsi α, dan reflektivitas R. 26. Dengan menggunakan Persamaan (3.17) untuk Persamaan (5.6.b), maka didapatkan formulasi permeabilitas nanopartikel magetik μ npm p, ω seperti pada Persamaan (5.29) yang memiliki bagian real (Pers. 5.39) dan bagian imajiner (5.40). 27. Selanjutnya didapatkan formulasi beberapa parameter optik yang ditunjukkan pada Persamaan (5.33)-(5.36). 28. Ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian tesis ini terdiri dari enam bab, yaitu: 1. Bab 1 Pendahuluan: berisi tentang latar belakang penelitian ini dilakukan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan, keaslian tesis, dan jadwal penelitian. 2. Bab 2 Tinjauan Pustaka: memuat uraian sistematis tentang informasi hasil penelitian mengenai suseptibilitas, sifat optik, dan perkembangan penelitian tentang nanopartikel magnetik yang paling relevan dengan masalah penelitian tesis ini yang disajikan dalam pustaka. 3. Bab 3 Landasan Teori: memuat teori-teori sifat optik, suseptibilitas yang berlaku untuk material feromagnetik (suseptibilitas transversal dan longitudinal), pemodelan kuantum pada nanopartikel magnetik, fluktuasi Gaussian pada nanopartikel magnetik, dan Density Functional Theory (DFT).
9 9 4. Bab 4 Metode Perhitungan: memuat uraian tahapan formulasi DFT dalam kerangka LSDA (Local Spin Density Approximation) hingga didapatkan formulasi suseptibilitas. 5. Bab 5 Hasil dan Pembahasan: memuat penjelasan formulasi suseptibilitas yang telah didapatkan dari Bab 4 dengan pengkarakterisasian nanopartikel magnetik yang kemudian digunakan untuk mendapatkan beberapa formulasi parameter optik sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. 6. Bab 6 Kesimpulan: memuat secara singkat dan jelas tentang hasil perhitungan yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. 7. Daftar Pustaka: memuat pustaka yang digunakan dalam penelitian. 1.8 Kebaharuan Tesis Penelitian ini menggunakan metode pendekatan DFT dalam kerangka LSDA dalam menentukan formulasi suseptibilitas nanopartikel magnetik. Sejauh pengetahuan penulis, metode LSDA ini baru digunakan untuk menganalisis parameter pertukaran dalam material bulk dan belum diterapkan untuk material dalam skala nano. Dari beberapa jurnal yang telah didapat, metode yang umumnya digunakan untuk mengkaji suseptibilitas nanopartikel diantaranya melalui simulasi Monte Carlo (Sharma et al., 2005), mean-field theory (Singh, R.M., 2007), stochastic LLG (Basko dan Vavilov, 2009), dan lain-lain. Adapun hal-hal yang diteliti lebih lanjut dari penelitian sebelumnya yang menjadi acuan, yaitu adanya tinjauan mengenai beberapa parameter sifat optik nanopartikel magnetik meliputi indeks bias n, koefisien ekstinsi κ, koefisien absorpsi α, dan reflektivitas R yang bergantung momentum dan frekuensi dalam suatu formulasi dengan tetap memperhitungkan permeabilitas nanopartikel magnetik yang bergantung momentum dan frekuensi μ npm p, ω melalui formulasi suseptibilitas magnetik χ m nanopartikel magnetik yang bergantung momentum dan frekuensi.
DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)
DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik
Lebih terperinciBAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR
A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah teknologi pembuatan dan penggunaan material yang memiliki ukuran nanometer dengan skala (1-100 nm). Perubahan ukuran bulk ke nanomaterial mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia maka kemajuan dibidang teknologi mutlak adanya guna menyokong kebutuhan manusia. Efek daripada hal tersebut kini
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.
BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peran nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah & Khairurrijal, 2009). Material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penelitian dalam fisika material mampat mengenai semikonduktor yang difokuskan untuk aplikasi dalam bentuk divais spintronik, dimana spin elektron
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan penelitian dan pengembangan teknologi pada level atom, molekul dan makromolekul, dengan rentang skala 1-100 nm. Nanoteknologi dikembangkan
Lebih terperinciElektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam
Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam
Lebih terperinciMATERIAL FOSFOR KARBON NANODOT DAN SIFAT LUMINESCENCE
MATERIAL FOSFOR KARBON NANODOT DAN SIFAT LUMINESCENCE Ridwan Setiawan (1127030058) Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun 2014 Email: setiawan.ridwan@student.uinsgd.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan
Lebih terperinciGambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATA KULIAH : FISIKA DASAR NOMOR KODE / SKS : FIS 101 / 3(2-3) DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah Fisika Dasar ini diberikan di TPB untuk membekali seluruh mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil-hasil penelitian bidang nanoteknologi telah diaplikasikan diberbagai bidang kehidupan, seperti industri, teknologi informasi, lingkungan, pertanian dan kesehatan.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb
Lebih terperinciFENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir
FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Program
Lebih terperinciPENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN
PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN Maksud dan tujuan kuliah ini adalah memberikan dasar-dasar dari fenomena radiaktivitas serta sumber radioaktif Diharapkan agar dengan pengetahuan dasar ini kita akan mempunyai
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / I Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala dalam menyelesaikan masalah 1.1 gejala dan ciriciri secara umum.
Lebih terperinci16 Mei 2017 Waktu: 120 menit
OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) Tingkat Nasional Bidang Fisika: FISIKA MODERN & MEKANIKA KUANTUM (Tes 4) 16 Mei 2017 Waktu: 120 menit Petunjuk
Lebih terperinciBahan Listrik. Bahan Magnet
Bahan Listrik Bahan Magnet Sejarah Magnet Kata magnet berasal dari bahasa yunani magnitis lithos yang berarti batu magnesia. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama
Lebih terperinciGetaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Getaran atom dalam zat padat dapat disebabkan oleh gelombang yang merambat pada Kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digelombang yang digunakan dan dibandingkan
Lebih terperinciHANDOUT MATA KULIAH KONSEP DASAR FISIKA DI SD. Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd.
HANDOUT MATA KULIAH KONSEP DASAR FISIKA DI SD Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU 2013 HandOut Mata Kuliah Konsep Dasar Fisika Prodi. PGSD Semester
Lebih terperinciSOLUSI EKSAK GELOMBANG SOLITON: PERSAMAAN SCHRODINGER NONLINEAR NONLOKAL (NNLS)
Solusi Eksak Gelombang Soliton: Persamaan Schrodinger Nonlinier Nonlokal SOLUSI EKSAK GELOMBANG SOLITON: PERSAMAAN SCHRODINGER NONLINEAR NONLOKAL (NNLS) Riski Nur Istiqomah Dinnullah Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciGambar 1.1 Ilustrasi struktur MTJ (tanpa skala) dengan arah lapisan magentisasi (Ali, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang spintronik memberikan paradigma baru dalam teknologi modern saat ini. Elektron yang semula hanya dipandang sebagai muatannya saja,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron
PENDAHUUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron bebas dalam satu dimensi dan elektron bebas dalam tiga dimensi. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi perancangan,
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah : Fisika Kuantum Kode : SKS : 2 sks Semester : VIII/VII Nama Dosen : Drs. Iyon Suyana, M.Si Pustaka : Buku utama SATUAN ACARA PERKULIAHAN Standar Kompotensi : Menguasai pengetahuan yang mendalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material graphene merupakan material yang tersusun atas atom-atom karbon monolayer yang membentuk struktur heksagonal seperti sarang lebah dua dimensi. Graphene memiliki
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Skema Teori Listrik dan Magnetik Untuk mempelajari tentang ilmu kelistrikan dan ilmu kemagnetikan diperlukan dasar dari kelistrikan dan kemagnetikan yang ditunjukkan oleh gambar
Lebih terperinciK 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2
1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata Kuliah : Fisika Umum Kode/SKS : FIS 102 / 2 (2-0) Deskrisi : Mata Kuliah Fisika A ini diberikan untuk mayor yang berbasis IPA tetapi tidak memerlukan dasar fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia tidak dapat lepas dari teknologi, seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka seiring dengan hal itu juga kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sensor magnetik berbasis teknologi Giant Magnetoresistance (GMR) pada saat ini menarik minat banyak peneliti. Hal ini dikarenakan material GMR memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dunia penelitian sains hari ini dapat dikatakan telah dan akan terus memberikan banyak perhatian pada bidang nanoteknologi. Karakternya yang unik membuat
Lebih terperinciFISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si.
FISIKA MODERN Pertemuan Ke-7 Nurun Nayiroh, M.Si. Efek Zeeman Gerakan orbital elektron Percobaan Stern-Gerlach Spin elektron Pieter Zeeman (1896) melakukan suatu percobaan untuk mengukur interaksi antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang material nanokomposit akhir-akhir ini mendapatkan perhatian yang serius dari para ilmuwan. Berbagai penelitian dengan sangat cermat terus menerus dilakukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material Giant-Magnetoresistance (GMR) merupakan material yang sedang dikembangkan di berbagai negara. GMR pertama kali diselidiki oleh Baibich dkk (1988) dalam struktur
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1911 fisikawan Belanda H.Kamerlingh-Onnes menemukan fenomena alam baru yang dinamakan Superkonduktivitas. Pada saat itu Onnes ingin mengukur resistansi listrik
Lebih terperinciPENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium
PENDEKATAN TEORITIK Elastisitas Medium Untuk mengetahui secara sempurna kelakuan atau sifat dari suatu medium adalah dengan mengetahui hubungan antara tegangan yang bekerja () dan regangan yang diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel magnetik adalah partikel yang bersifat magnetik, berukuran dalam kisaran 1 nm sampai 100 nm. Ukuran partikel dalam skala nanometer hingga mikrometer identik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam tersusun atas empat jenis komponen materi yakni padat, cair, gas, dan plasma. Setiap materi memiliki komponen terkecil yang disebut atom. Atom tersusun atas inti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanomaterial memiliki sifat unik yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam bidang industri. Sebuah material dapat dikatakan sebagai nanomaterial jika salah satu
Lebih terperinciUM UGM 2017 Fisika. Soal
UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan
Lebih terperinciKegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu. Sumber/ Bahan/Alat. Penilaian kinerja (sikap dan praktik), test tertulis
SILABUS Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XII/1 Standar Kompetensi: 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah 1.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem inti dapat dipelajari melalui kesatuan sistem penyusun inti sebagai akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi proton
Lebih terperinci1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan
. (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan
Lebih terperinciKISI KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014
KISI KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Mata Pelajaran : Fisika Kurikulum : KTSP Alokasi waktu : 120 menit Jenis Sekolah : Madrasah Aliyah Jumlah soal : 40 butir Penyusun : FARLIN
Lebih terperinciFourier Dzar Eljabbar Latief
Fourier Dzar Eljabbar Latief Jadwal 11 12 : R.9107 41 42 : R.9107 Pertemuan 23 Januari 2012 3 Mei 2012 30 pertemuan 1 hari libur (23 Jan) -2 hari izin bertugas (2-6 April) -2 minggu training (tentatif)
Lebih terperinciILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.
ILMU FISIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DEFINISI ILMU FISIKA? Ilmu Fisika dalam Bahasa Yunani: (physikos), yang artinya alamiah, atau (physis), Alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi terus mengalami perkembangan dengan semakin besar manfaat yang dapat dihasilkan seperti untuk kepentingan medis (pengembangan peralatan baru untuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Mineral Magnetik Alamiah Mineral magnetik di alam dapat digolongkan dalam keluarga oksida besi-titanium, sulfida besi dan oksihidroksida besi. Keluarga oksida besi-titanium
Lebih terperinciHAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI
HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum Dosen Pengampu: Drs. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., PhD Disusun oleh kelompok 8:.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur atom Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran
Lebih terperinciKisi kisi Pedagogi dan Profesional Mapel Fisika SMA
Kisi kisi Pedagogi dan Fisika SMA Pedagogik 1. 1. Menguasai peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional, dan intelektual. 1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam
Lebih terperinciGARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)
Fisika Zat Padat Pendahuluan halaman 1 dari 9 GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) MATA KULIAH : FISIKA ZAT PADAT PENDAHULUAN KODE/BOBOT : PAF 225 / 2 SKS DESKRIPSI SINGKAT : Dalam pembelajaran iniakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Intan adalah salah satu jenis perhiasan yang harganya relatif mahal. Intan merupakan kristal yang tersusun atas unsur karbon (C). Intan berdasarkan proses pembentukannya
Lebih terperinci2. Deskripsi Statistik Sistem Partikel
. Deskripsi Statistik Sistem Partikel Formulasi statistik Interaksi antara sistem makroskopis.1. Formulasi Statistik Dalam menganalisis suatu sistem, kombinasikan: ide tentang statistik pengetahuan hukum-hukum
Lebih terperinciSMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012
PTUNJUK UMUM SMA T AL-NAA SLAMC OARDNG SCHOOL UJAN AKHR SMSTR GANJL TAHUN AJARAN 2011/2012 LMAR SOAL Mata Pelajaran : isika Pengajar : Harlan, S.Pd Kelas : X Hari/Tanggal : Senin/26 Desember 2011 AlokasiWaktu
Lebih terperinciFisika EBTANAS Tahun 1996
Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,
Lebih terperinciBAB II SALURAN TRANSMISI
BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknik surface plasmon resonance (SPR) merupakan teknik mengeksitasi surface plasmons oleh cahaya dengan menggunakan prinsip attenuated total reflection (ATR). Penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nano material memiliki sifat mekanik, optik, listrik, termal, dan magnetik yang unik. Sifat sifat unik tersebut tidak ditemukan pada material yang berukuran bulk
Lebih terperinci52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan
52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik
Lebih terperinciPerhitungan Nilai Eigen Sistem Quantum Dots Dengan Teori Kerapatan Fungsional Menggunakan Pendekatan Densitas Lokal. Fathi Fadhlur Rabbani
Perhitungan Nilai Eigen Sistem Quantum Dots Dengan Teori Kerapatan Fungsional Menggunakan Pendekatan Densitas Lokal Fathi Fadhlur Rabbani 1104100021 Motivasi Quantum dots banyak digunakan pada teknologi
Lebih terperinciARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996
ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran
Lebih terperinciFisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern
Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Pokok ahasan Medan Magnetik Abdul Waris Rizal Kurniadi Noitrian Sparisoma Viridi Topik Pengantar Gaya Magnetik Gaya Lorentz ubble Chamber Velocity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan nanopartikel saat ini sangat pesat. Dalam beberapa puluh tahun terakhir berbagai negara di Eropa, Amerika, Australia dan sebagian Asia mengarahkan
Lebih terperinci#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya
#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata Kuliah : Fisika Kode/SKS : FIS 100 / 3 (2-3) Deskrisi : Mata Kuliah Fisika A ini diberikan untuk mayor yang berbasis IPA tetapi tidak memerlukan dasar fisika yang
Lebih terperinciStudi Density Functional Theory (DFT) dan Aplikasinya Pada Perhitungan Struktur Elektronik Monolayer MoS 2
Studi Density Functional Theory (DFT) dan Aplikasinya Pada Perhitungan Struktur Elektronik Monolayer MoS Imam Abdul Rahman,a) dan Acep Purqon,b) KK Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, Departemen Fisika Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam komponen pembentuknya. Menurut sifatnya terhadap pengaruh kemagnetan, bahan dapat diklasifikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi adalah istilah untuk rentang teknologi, teknik dan proses yang menyangkut manipulasi materi pada tingkat molekul (kelompok atom), sistemsistem yang memiliki
Lebih terperinciMata Kuliah : ELEKTROMAGNETIKA I Kode Kuliah : FEG2C3 Semester : Genap 2014/2015 Kredit : 3 SKS
Mata Kuliah : ELEKTROMAGNETIKA I Kode Kuliah : FEG2C3 Semester : Genap 2014/2015 Kredit : 3 SKS Minggu Pokok 1 Analisis Vektor dan Sistem Koordinat a. Konsep vektor : - definisi dan arti, notasi/simbol
Lebih terperinciKumpulan Soal Fisika Dasar II.
Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]
Lebih terperinci10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA
10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Panas merupakan suatu bentuk energi yang ada di alam. Panas juga merupakan suatu energi yang sangat mudah berpindah (transfer). Transfer panas disebabkan oleh adanya
Lebih terperinciUji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell
Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FISIKA MAJOR FISIKA STRATA SATU ( S1 ) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata Kuliah
Lebih terperinciSILABUS KELAS/JURUSAN : XII /IPA
SILABUS MATA PELAJARAN : FISIKA KELAS/JURUSAN : XII /IPA DISUSUN OLEH : NAMA GURU MATA PELAJARAN KELAS/JURUSAN : IDA FARIDA MUTIA, S.Pd : FISIKA : XII / IPA TAHUN PELAJARAN : 2010 / 2011 Sekolah : SMA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi
Lebih terperinciMengenal Sifat Material. Teori Pita Energi
Mengenal Sifat Material Teori Pita Energi Ulas Ulang Kuantisasi Energi Planck : energi photon (partikel) bilangan bulat frekuensi gelombang cahaya h = 6,63 10-34 joule-sec De Broglie : Elektron sbg gelombang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Matahari adalah sumber energi yang sangat besar dan tidak akan pernah habis. Energi sinar matahari yang dipancarkan ke bumi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari lingkungan atau benda diluar sistem sensor. Input rangsangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sensor merupakan suatu alat yang dapat menerima sinyal atau rangsangan yang berasal dari lingkungan atau benda diluar sistem sensor. Input rangsangan dari
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL FISIKA OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL (OSTN) SMK SBI JATENG TAHUN 2009
SESI PERTAMA 50 SOAL PILIHAN GANDA WAKTU 120 MENIT MEKANIKA (60%) SK : Hukum - Hukum Newton KISI-KISI SOAL FISIKA OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL (OSTN) SMK SBI JATENG TAHUN 2009 1 Menguasai Hukum Newton
Lebih terperinci2016 PEMODELAN ARUS TEROBOSAN PADA TRANSISTOR DWIKUTUB N-P-N ARMCHAIR GRAPHENE NANORIBBON (AGNR) MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat-alat elektronik sudah menjadi pelengkap kehidupan manusia. Di dalamnya terdapat berbagai macam divais elektronik yang tersusun sehingga memiliki fungsinya tersendiri.
Lebih terperinciLATIHAN UJIAN NASIONAL
LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka
Lebih terperinciGaya merupakan besaran yang menentukan sistem gerak benda berdasarkan Hukum Newton. Beberapa fenomena sistem gerak benda jika dianalisis menggunakan
Gaya merupakan besaran yang menentukan sistem gerak benda berdasarkan Hukum Newton. Beberapa fenomena sistem gerak benda jika dianalisis menggunakan konsep gaya menjadi lebih rumit, alternatifnya menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu anak timbangan yang ada dipasaran. dan mengembangkan laboratorium massa Direktorat Metrologi menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan mutu anak timbangan yang ada dipasaran dan mengembangkan laboratorium massa Direktorat Metrologi menjadi laboratorium yang berskala nasional
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciDASAR PENGUKURAN LISTRIK
DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Contoh Simpulan Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai energi panas dan temperatur.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Atom Pion Atom pion sama seperti atom hidrogen hanya elektron nya diganti menjadi sebuah pion negatif. Partikel ini telah diteliti sekitar empat puluh tahun yang lalu, tetapi
Lebih terperinciFisika EBTANAS Tahun 1994
Fisika EBTANAS Tahun 1994 EBTANAS-94-01 Diantara kelompok besaran di bawah ini yang hanya terdiri dari besaran turunan saja adalah A. kuat arus, massa, gaya B. suhu, massa, volume C. waktu, momentum, percepatan
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi
APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi Pengertian Geofisika Geofisika: bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi melalui kaidah atau
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
Lebih terperinci