1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Ivan Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai studi dan tinjauan dilakukan untuk mengetahui berbagai variasi interaksi dan keterkaitan pada sistem-sistem ini. Tak jarang, variasi sistem juga memiliki ketertarikan tersendiri untuk diteliti lebih lanjut. Pengamatan terhadap berbagai variasi sistem dapat dilakukan secara langsung melalui eksperimen, maupun secara tidak langsung melalui simulasi. Kedua metode pengamatan sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan perkembangan teknologi, khususnya bidang pemrograman, pengamatan secara tidak langsung lebih diminati karena pada umumnya eksperimen memerlukan waktu lebih lama dan biaya lebih mahal. Selain itu, eksperimen dapat mengganggu sistem yang sedang berjalan. Tinjauan yang dapat dilakukan pada eksperimen pun terbatas dan memiliki risiko yang tinggi apabila sistem yang diteliti melibatkan tekanan dan temperatur tinggi maupun reaksi kimia eksotermik. Pada simulasi, diperlukan pendeskripsian dari sistem yang ditinjau, hal ini biasa disebut dengan model. Umumnya, untuk tinjauan fenomena fisik atau proses, deskripsi sistem dituliskan dalam model matematik agar pengamatan terhadap sistem dapat dikuantifikasikan. Model matematik yang cocok untuk melihat keterkaitan berbagai variabel dalam sistem adalah persamaan diferensial. Penyelesaian persamaan diferensial dapat dilakukan secara analitik dan numerik. Pada penyelesaian analitik, diperlukan penyederhanaan pada model dengan melibatkan berbagai asumsi sehingga simulasi pada sistem yang ditinjau jauh dari keadaan nyata. Kemajuan teknologi khususnya pada bidang komputasi proses telah memudahkan penyelesaian model matematik yang rumit. Transformasi yang telah terjadi dari level pemrograman bahasa mesin hingga terciptanya piranti lunak dengan bahasa penyederhanaan komputasi untuk penyelesaian masalah model matematik memberikan harapan untuk menyelesaikan model yang rumit secara numerik. Kini, produk teknologi pemrograman untuk komputasi telah mencapai level penyelesaian masalah teknik atau engineering. Dengan demikian, model matematik (persamaan diferensial) yang rumit dapat diselesaikan dengan menghilangkan berbagai asumsi yang diperlukan untuk penyelesaian analitik sehingga simulasi yang dilakukan dapat mendekati keadaan yang nyata. Dewasa ini, komputasi fenomena unit proses dapat menghasilkan predicted performance yang dirumuskan dengan melibatkan dimensi ruang dan waktu. Salah satu pemanfaatan teknik komputasi ini adalah dalam peninjauan peristiwa
2 perpindahan, baik perpindahan panas maupun perpindahan massa dalam berbagai proses. Dalam penyelesaiannya, diperlukan konstruksi analisa perpindahan panas atau massa terlebih dahulu sehingga dapat diketahui domain tinjauan, nilai awal, nilai batas, dan juga perkiraan solusi yang akan diperoleh Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengonstruksikan analisa perpindahan panas pada proses perebusan bakso, pembuatan slab baja, dan perebusan telur agar dapat diselesaikan secara numerik Teori Dasar Perpindahan panas Sesuai dengan Hukum Termodinamika ke-0, panas berpindah dari material yang memiliki temperatur lebih tinggi ke material dengan temperatur lebih rendah hingga tercapai suatu kesetimbangan panas, yakni suatu kondisi dimana jumlah panas pada kedua tinjauan adalah sama. dimana jumlah panas pada kedua tinjauan adalah sama. Perpindahan panas dapat berlangsung melalui satu atau lebih dari tiga mekanisme dasar perpindahan panas yakni konduksi, konveksi, dan radiasi (Geankoplis, 2003). a. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas yang dapat berlangsung pada padatan, cairan, maupun gas. Panas berpindah secara estafet dari suatu partikel ke partikel lainnya dalam suatu medium akibat pergerakan elektron atau pertukaran energi kinetik. Perpindahan panas pada konduksi tidak melibatkan perpindahan zat atau medium perantaranya. Perambatan panas ini juga disebut difusi panas. Perpindahan panas secara konduksi dijelaskan oleh hukum Fourier seperti pada Persamaan 1.1 dimana q x adalah laju perpindahan panas (Watt), A adalah normal luas penampang pada arah perpindahan pans (m 2 ), T adalah temperatur (K), x adalah jarak dari acuan (m), dan k adalah konstanta konduktivitas termal (W/m.K). Konduktivitas termal adalah properti termal yang bernilai spesifik untuk setiap zat dan nilainya dapat berubah pada perubahan temperatur. Nilai konduktivitas untuk beberapa material ditunjukkan pada Tabel 1.1. (1.1)
3 b. Konveksi Tabel 1.1 Konduktivitas panas berbagai material pada tekanan 1 atm Material Temperatur (K) k (W/m.K) Udara* ,0242 0,0316 Air* ,569 0,680 Daging* 263 1,35 Baja* Telur ** ,4 0,6 Sumber: * Geankoplis, 2003 * Coimbra, 2006 Perpindahan panad pada fluida, baik cairan maupun gas, melibatkan konveksi yang umumnya berlangsung bersama dengan konduksi. Konveksi merupakan proses perpindahan panas dengan melibatkan pergerakan atau aliran molekul fluida akibat adanya perbedaan temperatur. Laju perpindahan panas secara konveksi dirumuskan sebagaimana dituliskan pada Persamaan 1.2. Variabel h menunjukan koefisien konveksi (W/m 2.K), T adalah temperatur curah fluida (K), dan T w adalah temperatur dinding yang bersinggungan langsung dengan fluida (K). (1.2) Nilai h dapat dicari dengan mendefinisikan dua bilangan tak berdimensi, yakni bilangan Prandtl (N Pr ) dan bilangan Nusselt (N Nu ) seperti yang tercantum pada Persamaan 1.3 dan 1.4 dengan c p adalah kapasitas panas (J/kg.K), μ adalah viskositas fluida (Pa.s), k adalah konduktivitas termal (W/m.K), dan D adalah karakteristik dimensi, misalnya pada aliran dalam pipa, D adalah diameter. (1.3) (1.4) Proses konveksi dapat terjadi secara alami (natural convection) maupun secara buatan (forced convection). Konveksi alami terjadi akibat perbedaan densitas yang ditimbulkan oleh perbedaan temperatur fluida pada dua tempat berbeda sedangkan konveksi buatan adalah konveksi yang terjadi akibat digerakkan oleh energi eksternal, seperti kipas. c. Radiasi Radiasi merupakan proses perpindahan panas yang terjadi pada temperatur tinggi, tanpa melalui medium perantara. Mekanisme ini terjadi pada material yang memancarkan gelombang elektromagnetik dengan fluks radiasi yang ditentukan oleh temperatur benda. Hal ini dijelaskan dalam Hukum Stefan-Boltzmann seperti pada Persamaan 1.5 dengan ε adalah emisivitas (0 untuk benda mengkilat sempurna dan 1 untuk benda hitam sempurna), σ adalah konstanta Boltzmann (5,676 x 10-8 W/m 2.K 4 ), T 1 adalah temperatur pada permukaan 1 (K), dan T 2 adalah temperatur pada permukaan 2 (K).
4 (1.5) Steady state dan transien Heat flux Domain perpindahan panas 2. BAB II PERMASALAHAN 2.1. Perebusan Bakso Bakso berbentuk bola direbus dalam air mendidih yang bergerak di sekitar bakso. Temperatur air mendidih adalah 100 o C. Temperatur awal di dalam bakso adalah seragam yakni 25 o C. Bakso memiliki jari-jari r, dengan pusat bakso adalah r b = 0 dan permukaan luar bola adalah r b = r. Diasumsikan tidak ada material yang mengalir di dalam ruang bakso. Pada perebusan bakso, diasumsikan tidak ada perubahan volume dan bentuk. Pada proses ini juga diasumsikan tidak ada massa yang hilang dalam ruang bakso selama perebusan Produksi Slab Baja Produksi slab baja di PT Krakatau Steel dilakukan pada salah satu tahapan proses, yakni di dalam Reheating Furnace. Pada keberjalanan proses, peruahan temperatur pada arah x diasumsikan dapat diabaikan (x adalah panjang slab). Selain itu diasumsikan tidak ada generasi panas, perubahan volume, dan ruang yang hilang dari slab. Slab berbentuk balok dengan ukuran (x,y,z) = (12 x 0,15 x 0,2) m. Reheating Furnace memiliki 3 zona panas yakni T 1 =1000 o C, T 2 =1200 o C, dan T 3 =1500 o C. Slab bergerak dengan kecepatan yang sama di setiap zona Perebusan Telur 3. BAB III PENYELESAIAN 3.1. Perebusan Bakso Koordinat Ruang bakso berlangsung secara konduksi, maka tinjauan ruang pada pemodelan dan simulasi perebusan bakso adalah pada koordinat bola atau spherical coordinate dengan komponen r (jarak radial), θ (sudut polar), dan ϕ (sudut azimuthal). Batas nilai tiap komponen adalah,, dan. Ilustrasi koordinat bola adalah seperti pada Gambar Dengan asumsi perpindahan panas pada ruang 3.1.
5 Gambar 3.1 Koordinat Bola Sumber: Time Dependence Pada perebusan bakso, kondisi yang berlangsung adalah kondisi unsteady state atau time dependent. Hal ini diyakini karena terdapat perubahan nilai beberapa variabel terhadap perubahan waktu, misalnya temperatur di sepanjang r akan berubah terhadap waktu. Selain sifat eksternal bakso, properti fisik dan termal bakso juga dapat berubah pada setiap t Persamaan Konservasi Energi Hukum kekekalan energi pada proses perebusan bakso diturunkan dari persamaan B.8-3 Buku Transport Phenomena Second Edition karangan R. Byron Bird, dkk (2002). Penulisan lengkap hukum kekekalan energi adalah : ( ) [ ] ( ) (3.1) Simplifikasi persamaan dapat dilakukan dengan substitusi atau memperhitungkan beberapa kondisi operasi dan asumsi. i. Tidak ada aliran material pada segala komponen arah dalam ruang bakso, sehingga v r =v θ =v ϕ =0, begitu pula halnya dengan komponen viscous dissipation ii. iii. iv. Perubahan panas hanya terjadi pada arah r, sehingga Air yang mendidih dijaga pada 100 o C sehingga selama perebusan dianggap tidak terdapat perubahan temperatur yang mengakibatkan perubahan densitas air, dengan demikian ( ) Perubahan panas pada arah r adalah konduksi, sehingga v. Didefinisikan difusivitas termal Bentuk sederhana dari Persamaan 3.1 adalah ( ) (3.2)
6 Dengan mendefinisikan beberapa variabel tak berdimensi: Persamaan 3.2. juga dapat ditulis sebagai ( ) (3.3) Initial Value Diasumsikan pada t=0, temperatur di dalam ruang bakso adalah seragam. Sehingga T 0 0 r R = 25 o C. Sementara itu, temperatur lingkungan, dalam hal ini temperatur air mendidih dijaga tetap pada 100 o C, sehingga T 1 0 t< =100 o C Analisa perubahan temperatur dengan jarak pada pusat bakso ( r = 0) Selama proses perebusan, temperatur di seluruh ruang bakso akan meningkat, begitu pula dengan temperatur pada pusat bakso. Namun perlu diingat bahwa laju peningkatan temperatur pada pusat bakso akan semakin menurun seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini disebabkan karena temperatur air mendidih dijaga tetap pada 100 o C dan semakin lama temperatur pusat bakso akan semakin mendekati nilai tersebut, hingga pada suatu nilai temperatur maksimum pada pusat bakso. Fenomena perubahan temperatur pada pusat bola digambarkan pada Gambar 3.2, dengan T adalah temperatur pada pusat bola. Gambar 3.2 Perubahan peningkatan temperatur pada pusat bola pada peristiwa konduksi unsteady-state Sumber: Geankoplis, Heat Flux pada permukaan luar bakso
7 2p Heat flux adalah jumlah rapat panas per satuan luas. Menurut Bird (2002), pada permukaan solid-fluida, normal heat flux adalah perbedaan temperatur antara permukaan solid dengan temperatur curah fluida. Mekanisme perpindahan panas konveksi adalah peristiwa yang dominan terjadi. Secara matematis dituliskan (3.4) Dengan T adalah T=f(t, r=r), yakni fungsi dari penyelesaian Persamaan 3.2. pada setiap t, pada jarak r=r (di permukaan bola) Pelaporan Solusi Numerik 3.2. Produksi Slab Baja Koordinat Ruang Dengan asumsi perpindahan panas pada slab baja berlangsung secara konduksi, maka tinjauan ruang pada pemodelan dan simulasi pembuatan slab baja ini adalah pada koordinat kartesian dengan komponen x, y, dan z. y x z z=-q 2l X,0,0 2q y=+p x=-l y=-p z=+q x=+l Gambar 3.3 Koordinat slab baja Time Dependence Pada pembuatan slab baja, kondisi yang berlangsung adalah kondisi unsteady state atau time dependent. Hal ini diyakini karena terdapat perubahan nilai beberapa variabel terhadap perubahan waktu, misalnya temperatur di sepanjang y dan z akan berubah terhadap waktu sedangkan perubahan temperatur di sepanjang x diabaikan karena nilai x jauh lebih besar dibandingkan y dan z. Selain sifat eksternal, properti fisik dan termal slab juga mungkin berubah pada setiap t Persamaan Konservasi Energi Hukum kekekalan energi pada proses pembuatan slab baja diturunkan dari persamaan B.8-1 Buku Transport Phenomena Second Edition karangan R. Byron Bird, dkk (2002). Penulisan lengkap hukum kekekalan energi adalah : ( ) [ ] ( ) Simplifikasi persamaan dapat dilakukan dengan substitusi atau memperhitungkan beberapa kondisi operasi dan asumsi. (3.1)
8 i. Slab hanya memiliki komponen kecepatan pada arah z, sehigga v x =v y =0. ii. Pada suku viscous dissipation, karena kecepatan hanya berada pada arah z dan v z adalah konstan, maka nilai suku ini adalah 0. iii. Tekanan di ketiga zona Reheating Furnace adalah sama sehingga suku ( ) iv. Perubahan panas pada arah x diasumsikan sangat kecil dibanding pada arah y dan z karena nilai x yang jauh lebih besar, sehingga =0 v. Perubahan panas pada arah y dan z adalah konduksi, sehingga dan vi. Didefinisikan difusivitas termal Bentuk sederhana dari Persamaan 3.1 untuk kasus pembuatan slab adalah ( ) [ ( ) ( )] (3.5) Initial Value Diasumsikan pada t=0, temperatur di dalam slab adalah seragam. Sehingga T t=0 =T 0. Sementara itu, temperatur lingkungan, dalam hal ini temperatur di ketiga zona furnace dijaga tetap pada, Analisa perubahan temperatur dengan jarak pada pusat slab ( y,z = 0) Temperatur pada pusat slab akan meningkat sepanjang perjalanan dari zona I ke zona III, namun demikian, pada setiap zona, semakin lama laju peningkatan temperatur akan semakin menurun karena temperatur pusat slab akan semakin mendekati tempearatur permukaan luar slab hingga pada akhir zona III, temperatur keseluruhan slab akan mencapai temperatur yang seragam Heat Flux pada permukaan luar slab Heat flux adalah jumlah rapat panas per satuan luas. Menurut Bird (2002), pada permukaan solid-fluida, normal heat flux adalah perbedaan temperatur antara permukaan solid dengan temperatur curah fluida. Mekanisme perpindahan panas dari ruang Reheating Furnace terjadi secara konveksi dan radiasi. Temperatur ruang Reheating Furnace sangat tinggi yakni berkisar antara 1000 o C-1500 o C mengakibatkan mekanisme perpindahan panas radiasi adalah peristiwa yang dominan terjadi. Reheating Furnace terbagi atas 3 zona, untuk menyederhanakan perhitungan, ketiga zona dideskritkan seperti pada Gambar 3.5.
9 Zona I, T=1000 o C Zona II, T=1200 o C Zona III, T = 1500 o C a b c d Gambar 3.4 Zona pada Reheating Furnace Sehingga total heat flux yang diterima slab pada tiap zona adalah: Pada ( ) (3.6) Dengan T adalah T=f(t, x, y=+p), yakni fungsi dari penyelesaian Persamaan 3.5. pada setiap t, pada jarak y=+p (di permukaan slab) Pelaporan Solusi Numerik 3.3. Perebusan Telur Koordinat Ruang Telur memiliki bentuk ruang oval. Analisis geometri terhadap ruang telur dapat dilakukan melalui koordinat kartesian. Narushin menyebutkan bahwa korelasi pada geometri telur adalah ( ) dengan rasio B/L bervariasi antara 0.5 dan 1, namun umumnya nilai pebandingan ini adalah 0,6495. y z x y z x Gambar 3.5 Geometri telur Sumber: Narushin, 2001
10 Time Dependence Perebusan telur dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Misalnya dengan mendidihkan air terlebih dahulu kemudian memasukkan telur atau memasukkan telur sedari air baru mulai dipanaskan. Kedua metode ini sama-sama memiliki perubahan temperatur terhadap waktu. Pada metode pertama, dimana air dididihkan terlebih dahulu, maka perubahan temperatur hanya terjadi pada cangkang dan isi telur. Sementara pada metode kedua, air yang merupakan lingkungan bagi telur juga mengalami perubahan temperatur. Hal ini mengakibatkan heat flux yang diterima oleh telur menjadi tidak konstan. Untuk memudahkan analisis, akan dipilih metode pertama untuk perebusan telur Persamaan Konservasi Energi Hukum kekekalan energi pada proses perebusan telur diturunkan dari persamaan B.8-1 Buku Transport Phenomena Second Edition karangan R. Byron Bird, dkk (2002). Penulisan lengkap hukum kekekalan energi adalah : ( ) [ ] ( ) (3.1) Simplifikasi persamaan dapat dilakukan dengan substitusi atau memperhitungkan beberapa kondisi operasi dan asumsi. i. Telur tidak memiliki komponen kecepatan pada segala arah, sehingga v x =v y = v z =0. Hal ini juga menyebabkan viscous dissipation = 0 ii. Tekanan di dalam wadah perebusan adalah sama selama prose sehingga suku ( ) iii. iv. Perubahan panas pada arah x diasumsikan sangat kecil dibanding pada arah y dan z karena nilai x yang jauh lebih besar, sehingga =0 Perubahan panas pada arah y dan z adalah konduksi, sehingga dan v. Didefinisikan difusivitas termal Bentuk sederhana dari Persamaan 3.1 untuk kasus pembuatan slab adalah Initial Value ( ) [ ( ) ( )] Analisa perubahan temperatur dengan jarak pada pusat telur ( y,z = 0) Heat Flux pada permukaan luar telur Pelaporan Solusi Numerik
11 DAFTAR PUSTAKA Geankoplis, C. J Transport Process and Separation Process Principles 4 th Edition. USA: Prentice Hall. Coimbra, Jane S. R., dkk. Density, heat capacity and thermal conductivity of liquid egg products. Journal of Food Engineering 74 (2006)
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciPanas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving
PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady
Lebih terperinciSatuan Operasi dan Proses TIP FTP UB
Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain
Lebih terperinciPERPINDAHAN PANAS DAN MASSA
DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat
BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Berikut adalah diagram alir penelitian konduksi pada arah radial dari pembangkit energy berbentuk silinder. Gambar 3.1 diagram alir penelitian konduksi
Lebih terperinciPerpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02
MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan
Lebih terperinciKonduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi
Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi
Lebih terperinciPerpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola
Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Pengantar KONDUKSI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI RADIASI Perpindahan Panas Konveksi Konveksi
Lebih terperinciSimulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga tercapainya kesetimbangan
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perancangan bangunan. Sebuah bangunan seharusnya dapat mengurangi pengaruh iklim
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran
Lebih terperinciPERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan
Nama : Ahmad Sulaiman NIM : 5202414055 Rombel :2 PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan energi yang berpindah antar
Lebih terperincisteady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu
Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat
Lebih terperinciTermodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika
Termodinamika Energi dan Hukum 1 Termodinamika Energi Energi dapat disimpan dalam sistem dengan berbagai macam bentuk. Energi dapat dikonversikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain, contoh thermal, mekanik,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan
Lebih terperinciBab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas
Bab 2 TEORI DASAR 2.1 Model Aliran Panas Perpindahan panas adalah energi yang dipindahkan karena adanya perbedaan temperatur. Terdapat tiga cara atau metode bagiamana panas dipindahkan: Konduksi Konduksi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses
Lebih terperinciKonsep Dasar Pendinginan
PENDAHULUAN Perkembangan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi (pendingin) merintis jalan bagi pertumbuhan dan penggunaan mesin penyegaran udara (air conditioning). Teknologi ini dimulai
Lebih terperinciWATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian
1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran
Lebih terperinciKonduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi
Konduksi Mantap 2-D Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi ermal) Konduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai
Lebih terperinciSidang Tugas Akhir - Juli 2013
Sidang Tugas Akhir - Juli 2013 STUDI PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DAN CRANK-NICHOLSON COMPARATIVE STUDY OF HEAT TRANSFER USING FINITE DIFFERENCE AND CRANK-NICHOLSON METHOD
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciSATUAN OPERASI FOOD INDUSTRY
SATUAN OPERASI RYN FOOD INDUSTRY Satu tujuan dasar industri pangan: mentransformasi bahan baku pertanian menjadi makanan yg layak dikonsumsi melalui serangkaian tahapan proses,. Tipe alat yg digunakan
Lebih terperinciINVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)
INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar
BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer
Lebih terperinciPemodelan Matematika dan Metode Numerik
Bab 3 Pemodelan Matematika dan Metode Numerik 3.1 Model Keadaan Tunak Model keadaan tunak hanya tergantung pada jarak saja. Oleh karena itu, distribusi temperatur gas sepanjang pipa sebagai fungsi dari
Lebih terperinciLAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal
64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester
Lebih terperinciFisika Dasar I (FI-321)
Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 15) Temperatur Skala Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor dan Energi Internal Kalor Jenis Transfer Kalor Termodinamika Temperatur? Sifat Termometrik?
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pendingin Mesin pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas ke suatu tempat yang temperaturnya
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas penurunan model persamaan panas dimensi satu. Setelah itu akan ditentukan penyelesaian persamaan panas dimensi satu secara analitik dengan metode
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN (RP) / GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) E-LEARNING MATA KULIAH FENOMENA TRANSPORT
RENCANA PEMBELAJARAN (RP) / GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) E-LEARNING MATA KULIAH FENOMENA TRANSPORT JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA
PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA Firmansyah Burlian, M. Indaka Khoirullah Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Panas merupakan suatu bentuk energi yang ada di alam. Panas juga merupakan suatu energi yang sangat mudah berpindah (transfer). Transfer panas disebabkan oleh adanya
Lebih terperinciBAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA
BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA IV. KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA 4.1. Penelitian Sebelumna Computational Fluid Dnamics (CFD) merupakan program computer perangkat lunak untuk memprediksi
Lebih terperinciTOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!
TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SOAL-SOAL KONSEP: 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! Temperatur adalah ukuran gerakan molekuler. Panas/kalor adalah
Lebih terperinciT P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer
Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan pada suhu di bawah 100 o C dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat mematikan sebagian mikroba dalam susu dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Kalor Kalor adalah energi yang diterima oleh benda sehingga suhu benda atau wujudnya berubah. Ukuran jumlah kalor dinyatakan dalam satuan joule (J). Kalor disebut
Lebih terperinci9/17/ KALOR 1
9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Wire Cut adalah Suatu mesin potong dengan cara menggunakan tembaga untuk pembakaran. Tembaga tersebut dialirkan panas untuk memotong baja sehingga. Air adalah media yang berguna sebagai
Lebih terperinciSimulasi Numerik Aliran Fluida pada Permukaan Peregangan dengan Kondisi Batas Konveksi di Titik-Stagnasi
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) A-83 Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Permukaan Peregangan dengan Kondisi Batas Konveksi di Titik-Stagnasi Ahlan Hamami, Chairul
Lebih terperinciP I N D A H P A N A S PENDAHULUAN
P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN RINI YULIANINGSIH APA ITU PINDAH PANAS? Pindah panas adalah ilmu yang mempelajari transfer energi diantara benda yang disebabkan karena perbedaan suhu Termodinamika digunakan
Lebih terperinciSimulasi Konduktivitas Panas pada Balok dengan Metode Beda Hingga The Simulation of Thermal Conductivity on Shaped Beam with Finite Difference Method
Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Simulasi Konduktivitas Panas pada Balok dengan Metode Beda Hingga The Simulation of Thermal Conductivity on Shaped Beam with Finite Difference Method 1 Maulana Yusri
Lebih terperinciGambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Resistance Spot Welding (RSW) atau Las Titik Tahanan Listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan plat yang disambung ditekankan satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kondensor Kondensor adalah suatu alat untuk terjadinya kondensasi refrigeran uap dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi. Kondensor sebagai alat penukar
Lebih terperinciBAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI
II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor
4 BAB II TEORI DASAR.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas.1.1 Kualitas Air Panas Air akan memiliki sifat anomali, yaitu volumenya akan mencapai minimum pada temperatur 4 C dan akan bertambah pada
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR PERMODELAN RESERVOIR PANAS BUMI. Sistem hidrotermal magma terdiri dari dua bagian utama yaitu ruang magma dan
BAB II KONSEP DASAR PERMODELAN RESERVOIR PANAS BUMI Sistem hidrotermal magma terdiri dari dua bagian utama yaitu ruang magma dan reservoir fluida. Ruang magma merupakan sumber massa dan energi untuk reservoir
Lebih terperinciPemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga
Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan
Lebih terperinciPENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)
TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP
Lebih terperinciFENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP
FENOMENA PERPINDAHAN LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com luqmanbuchori@undip.ac.id JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum Perpindahan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ANALISA PERPINDAHAN PANAS TERHADAP RECTANGULAR DUCT DENGAN TEBAL m MENGGUNAKAN ANSYS 12 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK
NASKAH PUBLIKASI ANALISA PERPINDAHAN PANAS TERHADAP RECTANGULAR DUCT DENGAN TEBAL 0.075 m MENGGUNAKAN ANSYS 12 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR
ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kolektor Surya Pelat Datar Duffie dan Beckman (2006) menjelaskan bahwa kolektor surya adalah jenis penukar panas yang mengubah energi radiasi matahari menjadi panas. Kolektor surya
Lebih terperinciMARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.
KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN
ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI
PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI Oleh IRFAN DJUNAEDI 04 04 02 040 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN
Lebih terperinciFisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa
Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor meliputu proses pelepasan maupun penyerapan kalor, untuk
Lebih terperinciLABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012
i KONDUKTIVITAS TERMAL LAPORAN Oleh: LESTARI ANDALURI 100308066 I LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 ii KONDUKTIVITAS
Lebih terperinciANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK
ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID
Lebih terperinciAnalisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks
Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks Dwi Arif Santoso Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
Lebih terperinciSOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER
SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER ABSTRAK Telah dilakukan perhitungan secara analitik dan numerik dengan pendekatan finite difference
Lebih terperinciUJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR
UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR Jotho *) ABSTRAK Perpindahan panas dapat berlangsung melalui salah satu dari tiga
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis
KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang
Lebih terperinciPENGARUH SUHU TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA MATERIAL YANG BERBEDA. Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi
Jurnal Dinamika, April 2016, halaman 62-73 ISSN 2087-7889 Vol. 07. No. 1 PENGARUH SUHU TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA MATERIAL YANG BERBEDA Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi Pogram Studi
Lebih terperinciSolusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)
Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2) 1) Program Studi Fisika Jurusan Fisika Universitas Tanjungpura 2)Program Studi Ilmu Kelautan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA
PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mesin pendingin BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mesin pendingin merupakan mesin yang berfungsi untuk memindahkan panas dari lingkungan bersuhu rendah ke lingkungan bersuhu tinggi. Mesin pendingin dapat dibayangkan
Lebih terperinciTRANSFER PANAS KK / 2 SKS
Logo TRANSFER PANAS KK. 1412 / 2 SKS Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng. Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS Tujuan dan Materi Pokok Tujuan Mahasiswa mampu menganalisa dan menginterpretasikan masalah-masalah fisika
Lebih terperinciBAB 7 SUHU DAN KALOR
BB 7 SUHU DN OR 65 66 Peta onsep 67 7. PENGUURN TEMPERTUR Temperatur biasanya dinyatakan sebagai fungsi salah satu koordinat termodinamika lainnya. oordinat ini disebut sebagai sifat termodinamikannya.
Lebih terperinciKarakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah
Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin
Lebih terperinciSIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan
SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan ABSTRAK SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Aliran panas pada pelat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi perangkat mikro berkembang sangat pesat seiring meningkatnya teknologi mikrofabrikasi. Aplikasi perangkat mikro diantaranya ialah pada microelectro-mechanical
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat dewasa ini sangat mempengaruhi jumlah ketersediaan sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui yang ada di permukaan
Lebih terperinciSUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB
SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Gas alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas, dengan komponen utamanya adalah metana (CH 4 ) yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan.
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13
B13 Studi Numerik Karakteristik Perpindahan Panas pada Membrane Wall Tube Boiler Dengan Variasi Jenis Material dan Ketebalan Insulasi di PLTU Unit 4 PT.PJB UP Gresik I Nyoman Ari Susastrawan D dan Prabowo.
Lebih terperinciStudi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
Lebih terperinciSTUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA
STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA Oleh : Farda Nur Pristiana 1208 100 059 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI
PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciFisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa
Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan metode pengawetan alami yang sudah dilakukan dari zaman nenek moyang. Pengeringan tradisional dilakukan dengan memanfaatkan cahaya matahari untuk
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Matahari. Radiasi matahari dapat digunakan untuk menghasilkan energi termal untuk air, bisa juga digunakan sebagai sumber pemanas pada siklus pemanas mesin sebagai tenaga
Lebih terperinciPENDINGIN TERMOELEKTRIK
BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena
Lebih terperinciSuhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5
Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5 PENGERTIAN KALOR Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda
Lebih terperinciPENGARUH KOEFISIEN PERPINDAHANKALOR KONVEKSI DAN BAHAN TERHADAP LAJU ALIRAN KALOR, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DUA DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK
i PENGARUH KOEFISIEN PERPINDAHANKALOR KONVEKSI DAN BAHAN TERHADAP LAJU ALIRAN KALOR, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DUA DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh
Lebih terperinci