BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Salatiga. Sebelumnya penulis telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk eksperimen semu / Quasi

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dtujukan kepada Kepala Sekolah SMP N 2 Pabelan. Sebelumnya, penulis telah meminta izin

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan pimpinan Ibu kepala sekolah Drs. Kriswinarti. Subyek penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam menjalin hubungan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kedua kelompok dapat dilihat dari umur dan kategori skor skala konsep diri yang

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1.Interaksi Sosial Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. No Nama Skor Kategori Kelompok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. sekolah. Penulis membagikan Skala kebiasaan belajar kepada respondenpada tanggal 27 Juni

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2013.kepada anak anak di Panti Asuhan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan ijin penelitian pada penulis. eksperimen dan kontrol yang berdasarkan jenis kelamin dan usia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Nusantara Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. SMP Nusantara Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. FKIP UKSW angkatan 2013 yang hasi pre-testnya menunjukkan kesadaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. XI IPS 2 yang berjumlah 34 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri 2 Salatiga memberikan ijin penelitian pada penulis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian kelas XI yang berjumlah semua 40 siswa yaitu 20 siswa XI IPS dan

BAB III. subyek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku disiplin belajar yangrendah. Selanjutnya 12 siswa yang memiliki perilaku

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. mahasiswa yang mengalami stres dengan kategori sebagai berikut: Tabel 4.1 Kategori Variabel Stres (N = 61)

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. desain Pretest-Posttest Control Group.Menurut Azwar (2012) penelitian eksperimental

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek penelitian adalah kelas X C SMA Negeri 1 Suruh yang memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Data Sebaran Responden. Kelas Putra Putri Jumlah X A X B XI BHS XI IPA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. relevan dapat dikendalikan dan dimanipulasi. dengan hasil Pre-test skala kecemasan komunikasi interpersonal sangat tinggi,

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di FKIP UKSW program studi

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experimental design). Penelitian eksperimental ini meniru kondisi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kecemasan komunikasi interpersonal yang rendah.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental

PERSETUJUAN MENJADI RESPONSEN. penelitian, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini : Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam

LAMPIRAN A ( SOAL PRE TEST DAN POST TEST ) 73

LAMPIRAN. Keseimbangan berdiri. selisih1. sebelum2. Tests of Normality. Shapiro-Wilk. Statistic Df Sig. Statistic df Sig

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar. Dari penelitian ini penulis memilih subjek dari suatu populasi yang dibagi

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa kelas VIIC yang berjumlah 37 siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 17 siswa

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 17

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diberikan perlakuan. Penelitian eksperimen menurut Danim (2004) dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sekolah SD Negeri Bawen 03 di Lingkungan Berokan Bawen. Kemudian pada. Tabel 4.1.

MENURUNKAN RASA RENDAH DIRI SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK ADLERIAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 8 SALATIGA SKRIPSI. Oleh DILLA DWI YOGA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. mengambil 7 subjek mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi.

Lampiran 1. Tanggal : No. responden : Tanda tangan : Universitas Sumatera Utara

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PUSAT PENGEMBANGAN ANAK IO-970 ABRAHAM MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I

Dizziness Handicap Inventory

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi anak laki-laki dan

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BAB 1 PENDAHULUAN. sejatinya bisa memberikan banyak pelajaran bagi hidup. Peristiwa yang mengharukan

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN / ORANGTUA / KELUARGA PASIEN

LAMPIRAN 1 ALAT UKUR PENELITIAN

UJI PERBEDAAN DUA SAMPEL. Materi Statistik Sosial Administrasi Negara FISIP UI

sambil kedua tangan didepan mulut.

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA di KELAS VIII D SMP NEGERI 1 SURUH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan bimbingan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 10 siswa sebagai kelompok eksperimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dipilih oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Balai ini berada di tengah

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden :

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Remaja Putri SMK Negeri 3 Pematang Siantar. : Ruang Aula SMK Negeri 3 Pematang Siantar

LAMPIRAN. Statistics. nilai selisih. nilai sesudah. nilai selisih perlakuan 1. perlakuan 1. perlakuan 1. N Valid

Lampiran I Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya Cara kerja : 1. Sediakan bahan baku berupa daun lidah buaya dengan berat 80 gram yang telah

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

PENINGKATAN KETERBUKAAN DIRI MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK HOMEROOM PADA SISWA KELAS XI SMA KANISIUS AMBARAWA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI.


PENINGKATAN BUDI PEKERTI MELALUI TEHNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. metodologi dari konsep serta menyusun hipotesis; c) membuat alat ukur

Transkripsi:

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Izin Penelitian Pada tanggal 11 September 2011 penulis meminta surat permohonan izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang ditujukan kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Salatiga. Sebelumnya penulis telah meminta izin kepada kepala sekolah SMP Negeri 8 Salatiga secara informal untuk menyampaikan maksud dan tujuan penulis mengadakan penelitian di SMP Negeri 8 Salatiga. Berdasarkan surat permohonan izin penelitian tersebut, kepala sekolah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Penulis juga melakukan persiapan instrumen alat test berupa check list, satuan layanan konseling kelompok Adlerian, sebuah permainan sebelum melakukan konseling kelompok Adlerian dan silabus pelaksanaan konseling kelompok sampai selesai. Penulis juga membentuk kelompok kontrol dan eksperimen sebagai sampel penelitian. 4.2 Gambaran Mengenai Siswa Sebelum memulai penyebaran instrumen, penulis diberikan guru BK (pamong) subjek 4 kelas VII SMP N 8 Salatiga. Kelas tersebut terdiri kelas VII A yang terdiri dari 32 siswa, kelas VII C terdiri dari 30 siswa, kelas VII D terdiri dari 32 siswa, kelas VII F terdiri dari 30 siswa yang masing-masing totalnya ada 124 siswa. Alasan guru BK memberikan 4 kelas karena penulis mencari siswa 67

yang mempunyai masalah rasa rendah diri yang tinggi. Kemudian penulis mendapatkan 12 siswa dari 4 kelas tersebut yang mempunyai rasa rendah diri yang tinggi. Siswa dibagi dua untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok dibagi dua yang sama-sama 6 anggota, memiliki 4 laki-laki dan 2 perempuan, hasil skor hampir sama pada tiap-tiap masalah rasa rendah diri yang dialami tiap siswa yang dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2. Hal inilah yang membuat kelompok bisa dilaksanakan dan menjadikan layanan konseling kelompok Adlerian sangat dibutuhkan. 4.3 Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dua kali yaitu pre test dan post tes. Pre test dilaksanakan pada tanggal 20 September 2011 dengan jadwal yang ditentukan guru BK (pamong) karena di hari tersebut ada 4 kelas jam BK dengan menyebarkan Check List masalah rasa rendah diri yang terdiri dari 48 item. Pre tes diberikan kepada siswa kelas VII A, VII C, VII D, VII F SMP Negeri 8 Salatiga yang berjumlah 124 siswa. Pengambilan data post test dilaksanakan setelah seluruh rangkaian kegiatan eksperimen selesai. Post test dilaksanakan pada tanggal 04 Februari 2012 dan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang masingmasing terdiri dari 6 siswa. Daftar pernyataan yang diberikan pada post test sama dengan daftar pernyataan pre test. 68

4.4 Pelaksanaan Eksperimen Pelaksanaan eksperimen ini dilakukan dalam 9 sesi. Berikut sesi pertama sampai dengan sembilan. Sesi pertama (Pembentukan Kelompok) : 4 Januari 2012 Konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, sebelum itu penulis belajar dari Adler (yang khas dari Adler dalam konseling kelompok Adlerian) yaitu mengajarkan untuk memanfaatkan dinamika kelompok dan konseli diajak untuk menemukan perubahan diri yang merupakan tanggung jawabnya, dan konselor memberi penguatan serta pandangan yang benar dan selalu memberikan kompensasi untuk ke arah superioritas. Hal ini selalu diterapkan atau dilakukan penulis dalam proses konseling kelompok Adlerian setiap sesinya. Konselor membuka pertemuan dengan doa dan memperkenalkan diri. Pemimpin kelompok mempersilahkan para konseli memperkenalkan diri, untuk mempererat dan membuat suasana menjadi akrab. Pemimpin kelompok menjelaskan pengertian, tujuan, asas-asas dalam konseling kelompok, serta menjelaskan teknik permainan yang digunakan penulis untuk meningkatkan dinamika kelompok sebagai manfaat dari konseling kelompok Adlerian, meyakinkan kelompok untuk tidak merasa ragu dalam mengungkapkan masalahnya. Pemimpin kelompok juga memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada semua peserta akan kerahasiaan dari masalahmasalah yang akan diungkapkan nantinya. Pemimpin kelompok mengajak kelompok untuk memainkan sebuah permainan kelompok. 69

Sesi Dua (pembentukan kelompok dan identifikasi masalah) : 7 Januari 2012 Pada sesi kedua ini, pemimpin kelompok memberikan permainan kepada anggota kelompok. Pemimpin kelompok menanyakan lagi mengenai pengertian konseling kelompok, tujuan, asas-asas konseling kelompok kepada anggota kelompok agar anggota kelompok lebih mengerti tujuan diadakan konseling kelompok. Pemimpin kelompok mengadakan kontak waktu dengan anggota kelompok. Disepakati bahwa konseling kelompok ini dilakukan selama 9 sesi, dengan durasi waktu 110 menit per sesinya yang di potong waktu sekitar 20 menit untuk melakukan permainan terlebih dahulu agar suasana konseling lebih nyaman. Setelah itu identifikasi masalah dilakukan. Karena pemimpin kelompok sudah membawa data hasil jawaban anggota kelompok eksperimen. Pada sesi selanjutnya yang akan disepakati dan dibahas adalah masalah rasa rendah diri yang tertinggi. Pemimpin kelompok membacakan tiap skor yang dijawab anggota kelompok. Dari skor 32 adalah masalah rasa rendah diri M.FH, skor 31 adalah masalah rasa rendah NIP, skor 31 adalah masalah rasa rendah diri FKN, Skor 30 adalah masalah rasa rendah diri PPW, Skor 30 adalah masalah rasa rendah diri NN, Skor 30 adalah masalah rasa rendah DA. Dengan masalah yang dibacakan pemimpin kelompok dan semua anggota kelompok (konseli) setuju dengan apa yang dijelaskan pemimpin kelompok kalau konseling kelompok Adlerian akan dimulai membahas masalah dari skor yang paling tinggi dan memberikan kompensasi kepada setiap konseli untuk kearah superioritas. Setelah itu kegiatan diakhiri dan bersepakat untuk sesi ke tiga. 70

Sesi Tiga : 11 Januari 2012 Pada sesi ketiga ini, disepakati akan membantu dan menyelesaikan masalah M.FH. Sebelum dilakukan pemimpin kelompok memberikan sebuah permainan agar dalam konseling kelompok yang akan dilakukan tidak membuat anggota kelompok yang lain tegang. Berdasarkan skor check list yang dibagikan oleh pemimpin kelompok untuk mengetahui masalah rendah diri siswa, pemimpin kelompok mendapatkan bahwa M.FH memiliki keluhan paling tinggi terhadap masalah rasa rendah diri dengan skor 32. Berdasarkan prinsip konseling kelompok yang melibatkan seluruh anggota konseling kelompok untuk mengeluarkan pendapat, ide atau saran, konselor kembali meyakinkan M.FH untuk terbuka dengan masalah yang dihadapi dan pemimpin kelompok memberikan kompensasi untuk kearah superioritas. Pemimpin kelompok membantu menyelesaikan permasalahan dengan membahas tiap pernyataan yang diisi M.FH dan memberikan kompensasi kepada konseli untuk kearah superioritas, ke arah superioritas disini maksudnya terus berjuang menjadi lebih baik lagi menjadi dekat dan dekat dengan tujuan menjadi individu yang ideal. Setelah semua pernyataan yang diisi M.FH di selesaikan pemimpin kelompok menghimbau M.FH untuk mencoba semua saran, pendapat semua anggota kelompok demi menurunkan rasa rendah diri M.FH agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan tidak terpuruk dengan rasa rendah diri yang selalu menakuti M.FH. 71

Sesi Empat : 14 Januari 2012 Pada awal pertemuan keempat, konselor kembali meyakinkan konseli untuk selalu terbuka terhadap apa yang menjadi masalahnya sebelum konselor memberikan permainan dengan tujuan mengakrabkan sesama anggota kelompok. Pada sesi keempat ini, merupakan pembahasan konseli bernama NIP yang memiliki skor yang tergolong kategori tinggi dalam masalah rasa rendah diri dengan skor 31. Melalui checklist yang diisi oleh NIP, pemimpin kelompok dapat mengetahui apa saja yang membuat NIP merasa rendah diri. Kemudian pemimpin kelompok memberikan kompensasi kepada konseli untuk kearah superioritas, membantu NIP untuk mengurangi rasa rendah diri dengan cara membahas dan menyelesaikan masalah dari pernyataan dalam checklist tersebut satu per satu. Seperti pertemuan sebelumnya, pemimpin kelompok sangat berharap temanteman yang lain memberi pendapat ataupun saran untuk membantu mengurangi masalah rendah diri yang dialami NIP. Pada akhir pertemuan, NIP berjanji untuk mencoba saran pemimpin kelompok dan teman-temannya tentang mengurangi rasa rendah diri. Sesi kelima : 18 Januari 2012 Pada pertemuan kelima ini, akan membahas tentang permasalahan FKN yang juga merupakan siswa dengan skor rasa rendah diri kategori tinggi yaitu 31. skor FKN setingkat dengan NIP tetapi permasalahan rendah diri tidak sama. Seperti pertemuan sebelumnya, pemimpin kelompok menggunakan permainan untuk meningkatkan kedekatan sesama konseli dan tercipta sebuah keterbukaan 72

pada saat mengungkapkan permasalahan mereka. Pemimpin kelompok memberikan kompensasi untuk ke arah superioritas dan membantu membahas permasalahan satu per satu supaya tidak ada yang tertinggal satu pun masalah rasa rendah diri. Hal ini bukan hanya pemimpin kelompok yang memberikan saran ataupun gagasan. Tetapi teman sesama konseli juga berkewajiban untuk memberikan pandangan atau gagasan yang berguna untuk membantu FKN memperbaiki dirinya. Pada akhir pertemuan, FKN berjanji untuk mencoba mengurangi permasalahan rendah diri yang dimiliki berdasarkan saran konselor dan teman-temannya. Sesi keenam : 21 Januari 2012 Pertemuan keenam ini digunakan untuk membahas permasalahan PPW, konseli dengan skor 30 dan tergolong kategori rasa rendah diri tinggi. Tidak lupa konselor memberikan permainan supaya membantu konseli semakin akrab dengan anggota konseli yang lain. Tidak lupa pemimpin kelompk selalu memberikan kompensasi untuk kearah superioritas dan PPW mengungkapkan permasalahannya tetapi dalam pertemuan ini sudah tampak meningkatnya kepercayaan konseli satu sama lain. Konseli dengan kepercayaan diri yang tinggi mengungkapkan permasalahan dalam dirinya. Sedangkan anggota kelompok mencoba untuk memberikan saran yang membangun untuk PPW yang membuat terjadinya komunikasi yang baik dalam konseling kelompok ini. Konselor juga menambahkan apa yang dirasa saran dan ide dari anggota kelompok (konseli) yang kurang. Untuk bisa membantu PPW menyelesaikan permasalahan rasa rendah dirinya. Acara diakhiri setelah PPW sudah tidak memiliki pertanyaan 73

seputar penurunan masalah rendah diri yang harus ditanyakan oleh konselor ataupun teman konseli lain. Sesi ketujuh : 25 Januari 2012 Pertemuan ketujuh ini digunakan untuk membahas permasalahan NN yang merupakan siswa dengan skor rasa rendah diri kategori tinggi yaitu 30. Pemimpin kelompok kembali menggunakan permainan untuk menciptakan komunikasi dan suasana yang hangat pada pertemuan konseling kelompok sesi ketujuh ini. Pemimpin kelompok selalu memberikan kompensasi kearah superioritas kemudian membahas permasalahan yang dialami oleh NN dan menyuruh NN untuk terbuka dengan masalahnya didepan teman-temannya. Dengan tujuan pertemuan konseling ini bisa membantunya menyelesaikan permasalahan yang dialami. Tidak lupa pula teman sesama konseli berkewajiban untuk memberikan ide atau gagasan supaya membantu NN menyelesaikan masalahnya. Pada akhir acara, NN berjanji untuk memperbaiki dirinya dengan cara mencoba saran yang diberikan konselor dan teman-temannya. Sesi kedelapan : 28 Januari 2012 Pertemuan kedelapan ini membahas permasalahan yang dialami DN. DN merupakan siswa dengan masalah rendah diri kategori tinggi yaitu 30. Pemimpin kelompok memulai pertemuan dengan memainkan permainan yang biasanya dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Seusai permainan, Pemimpin kelompok selalu memberikan kompensasi untuk kearah superioritas dan mulai membahas pernyataan DN yang terdapat pada checklist yang sudah diisi. Karena pertemuan 74

ini adalah pertemuan akhir dalam membahas permasalahan konseli, teman-teman konseli DN sangat termotivasi untuk mengeluarkan ide dan pendapat yang diharapkan dapat membantu DN memperbaiki dirinya. Pada akhir pertemuan, DN mengucapkan terima kasih kepada konselor dan teman-temannya atas saran yang sangat membangun dan berjanji untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan DN. Sesi kesembilan : 1 Februari 2012 Pertemuan kesembilan ini merupakan pertemuan evaluasi untuk membahas segala macam permasalahan rasa rendah diri yang dialami konseli. Satu per satu konseli harus mengungkapkan apa saja yang menurut konseli sudah berubah setelah pertemuan konseling kelompok beberapa kali pertemuan. Pemimpin kelompok merasa puas karena beberapa konseli mengungkapkan bahwa pertemuan konseling yang sudah dilakukan sudah dapat membantu konseli mengurangi permasalahan rendah diri yang dialami yang bisa diambil kesimpulan kalau konseli sudah bisa menuju kearah superioritas. Urutan berbagi pengalaman dilakukan dari M.FH dengan skor yang paling tinggi menuju ke skor terendah. Lalu pemimpin kelompok bertanya setiap pernyataan dalam checklist. Apabila ada permasalahan yang belum bisa sepenuhnya terselesaikan, konselor kembali memberi saran supaya dikemudian hari bisa diperbaiki. Setelah menonton video yang bisa memotivasi siswa untuk bisa lebih menghargai diri-sendiri dan orang tua anggota kelompok (konseli) untuk tidak menjadi pribadi yang mempunyai rasa rendah diri yang semoga saja konseling kelompok Adlerian ini bermanfaat untuk hari kedepan konseli. Diharapkan dari pertemuan kesembilan ini, konseli bisa semakin menurunkan angka permasalahan rasa rendah diri yang dialami. 75

Post Test: 4 Februari 2012 Konselor memberikan post test kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di ruang yang berbeda. Kelompok eksperimen di ruang VIII F dan kelompok kontrol di ruang VIII E. Tindak lanjut: 6 Februari 2012 Setelah selesai, penulis menemui guru BK dan membicarakan bahwa konseling kelompok telah selesai. Penulis memberikan hasil dan data yang digunakan untuk menurunkan permasalahan rendah diri konseli. Tanggapan guru pamong terhadap hasil dan data yang diberikan peneliti beliau merasa senang karena penulis bisa membantu beliau selaku guru BK untuk menurunkan angka rasa rendah diri yang dialami muridnya. 4.5 Analisis Data 4.5.1 Analisis data Deskriptif Pengujian pertama dilakukan pada data pre tes. Pre test dilaksanakan sebelum pemberian layanan konseling kelompok Adlerian pada tanggal 20 September 2011. Pengujian kedua adalah post test yang diberikaan setelah pemberian konseling kelompok Adlerian pada tanggal 4 Februari 2012. Adapun hasil dari analisis deskriptif pre test dan post test dapat dilihat pada tabel berikut: 76

Tabel 4.1 Kategori rasa rendah diri kelompok eksperimen sebelum perlakuan Range Kategori Frekuensi Pre Test Persen 40-48 Sangat Tinggi - - 30-39 Tinggi 6 100% 20-29 Sedang - - 10-19 Rendah - - 0-9 Sangat Rendah - - Jumlah 6 100% Pada tabel pre test kelompok eksperimen variabel rasa rendah diri pada kategori tinggi (100%) Tabel 4.2 Kategori rasa rendah diri kelompok eksperimen sesudah perlakuan Range Kategori Frekuensi Persen Post test 40-48 Sangat Tinggi - - 30-39 Tinggi - - 20-29 Sedang - - 10-19 Rendah - - 0-9 Sangat Rendah 6 100% jumlah 6 100% Pada tabel post test kelompok eksperimen variabel rasa rendah diri pada kategori sangat rendah (100%). 77

Tabel 4.3 Kategori rasa rendah diri kelompok kontrol tidak diberi perlakuan Range Kategori Frekuensi Pre Persen Test 40-48 Sangat Tinggi - - 30-39 Tinggi 6 100% 20-29 Sedang - - 10-19 Rendah - - 0-9 Sangat Rendah - - jumlah 6 100% Pada tabel pre test kelompok kontrol variabel rasa rendah diri pada kategori tinggi (100%) Tabel 4.4 Kategori rasa rendah diri kelompok kontrol tidak diberi perlakuan Range Kategori Frekuensi Post test Persen 40-48 Sangat Tinggi - - 30-39 Tinggi 6 100% 20-29 Sedang - - 10-19 Rendah - - 0-9 Sangat Rendah - - jumlah 6 100% Pada tabel post test kelompok kontrol variabel rasa rendah diri pada kategori tinggi (100%) Hasil dari 6 siswa kelompok eksperimen dan 6 siswa kelompok kontrol dari hasil pre test dan post test dapat dilihat pada tabel: 78

Tabel 4.5 Data skor pre test dan skor post test kelompok eksperimen No Nama Pre test Post test Perbedaan Skor 1 M. FH (kelompok eksperimen) 32 7 25 2 NIP (kelompok eksperimen) 31 7 24 3 FKN (kelompok eksperimen) 31 8 23 4 PPW (kelompok eksperimen) 30 6 24 5 NN (kelompok eksperimen) 30 6 24 6 DA (kelompok eksperimen) 30 5 25 Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa variabel rasa rendah diri siswa turun diantaranya M.FH yang sebelum pelaksanaan konseling kelompok Adlerian memiliki total skor 32 dan setelah pelaksanaan konseling kelompok Adlerian menjadi 7. Jadi M.FH ada penurunan skor 25. Pada NIP skoring 31 menjadi 7 ada penurunan skor sebanyak 24. Pada FKN Skoring 31 menjadi 8 ada penurunan skor sebanyak 23. Pada PPW dari skoring 30 menjadi 6 Sehingga ada penurunan skor sebanyak 24. Pada NN dari skoring 30 menjadi 6 ada penurunan penurunan skor 24. Pada DA dari skoring 30 menjadi 5 ada penurunan skor 25. Setelah pelaksanaan konseling kelompok Adlerian yang telah dilakukan ada kemajuan yang membuat penurunan dari rasa rendah diri tinggi ke sangat rendah, hal ini sesuai dengan pengungkapan para siswa dari hasil pre test dan post test. 79

Tabel 4.6 Data skor pre test dan skor post test kelompok kontrol No Nama Pre test Post test Perbedaan Skor 1 NA ( Kelompok kontrol) 32 32 0 2 IJ( Kelompok kontrol) 31 31 0 3 YJK ( Kelompok kontrol) 30 30 0 4 PF( Kelompok kontrol) 30 31 1 5 GW ( Kelompok kontrol) 30 32 2 6 MS ( Kelompok kontrol) 30 31 1 Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa variabel rasa rendah diri siswa kelompok kontrol relatif sama dan ada yang naik. NA yang sebelumnya pada saat check list disebar total skor 32 dan tetap menjadi 32 karena tidak diberi perlakuan konseling kelompok Adlerian. Pada IJ skoring 31 tetap menjadi menjadi 31. Pada YKJ Skoring 30 tetap menjadi 30. Pada PF dari skoring 30 menjadi 31 ada kenaikan skor 1. Pada GW dari skoring 30 menjadi 2 ada kenaikan skor 2.Pada MS dari skoring 30 menjadi 31 ada kenaikan skor 1. 4.5.2 Analisis data Mann Whitney Test Dari data pada tabel ini, selanjutnya dilakukan perhitungan analisis dengan menggunakan teknik analisis data Mann Whitney U, untuk mengetahui perbandingan apakah ada perbedaan tingkat rasa rendah diri siswa / kelompok yang diberikan treatment dengan kelompok yang tidak diberikan treatment 80

dengan melihat mean rank (harga rata-rata ) antara kelompok kontrol dan eksperimen sebelum dan sesudah diberi layanan konseling kelompok Adlerian. Untuk mengetahui signifikasi penurunan rasa rendah diri pada kelompok eksperimen siswa kelas VII SMP N 8 Salatiga dilakukan perhitungan menggunakan analisis Mann Whitney U. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel: Tabel 4.7 Uji Mann Whitney Pre Test dan Post Test Rasa Rendah Diri Kelompok kontrol NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks kelompok N Mean Rank Sum of Ranks skor pre test 6 5.08 30.50 post test 6 7.92 47.50 Total 12 Test Statistics b skor Mann-Whitney U 9.500 Wilcoxon W 30.500 Z -1.450 Asymp. Sig. (2-tailed).147 Exact Sig. (2-tailed).210 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok Pada tabel 4.7 terdapat hasil dari pengolahan statistik antara pre test dan post test kelompok kontrol dengan rumus Mann Whitney Nampak bahwa skor 81

dari Mann Whitney U= 9,500, nilai Z = -1,450 dan nampak Asymp. Sig. 2 tailed 0,147 > 0,050. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rasa rendah diri pada skor pre test dan post test. Dengan mean rank pre test kelompok kontrol 5,08 dan mean rank post test kelompok kontrol 7,92. Selisih mean rank post test antara kelompok kontrol 2,84. Tabel 4.8 Uji Mann Whitney Pre Test dan Post Test Rasa Rendah Diri Kelompok Eksperimen NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks kelompok N Mean Rank Sum of Ranks skor pre test 6 9.50 57.00 post test 6 3.50 21.00 Total 12 Test Statistics b skor Mann-Whitney U.000 Wilcoxon W 21.000 Z -2.918 Asymp. Sig. (2-tailed).004 Exact Sig. (2-tailed).002 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok Pada tabel tabel 4.8 terdapat hasil pengolahan statistik antara pre test dan post test kelompok eksperimen menggunakan rumus Mann Whitney. Nampak bahwa skor dari Mann Whitney U= 0,000, nilai Z = -2,918 dan nampak Asymp. 82

Sig. 2 tailed 0,004 < 0.050. Dengan demikian dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rasa rendah diri pada skor pre test dan post test. Dengan mean rank pre test kelompok eksperimen 9.50 dan mean rank post test kelompok eksperimen 3,50. Selisih mean rank pre test dan post test antara kelompok eksperimen 6,00. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan perlakuan konseling kelompok Adlerian rasa rendah dirinya menurun. Tabel 4.9 Uji Mann Whitney Post Test rasa rendah diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks kelompok N Mean Rank Sum of Ranks skor eksperimen 6 3.50 21.00 kontrol 6 9.50 57.00 Total 12 Test Statistics b skor Mann-Whitney U.000 Wilcoxon W 21.000 Z -2.918 Asymp. Sig. (2-tailed).004 Exact Sig. (2-tailed).002 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok Pada tabel 4.9 terdapat hasil pengolahan statistik antara post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan rumus Mann Whitney nampak bahwa 83

skor dari Mann Whitney U= 0,000, nilai Z = -2,918 dan nampak Asymp. Sig. 2 tailed 0,004 < 0,050. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor rasa rendah diri pre test dan post test pada kelompok eksperimen. Dengan mean rank post test kelompok eksperimen 3,50 dan mean rank post test kelompok kontrol 9,50. Selisih mean rank post test antara kelompok eksperimen dan kontrol 6.00. Jadi dapat dapat disimpulkan kelompok eksperimen yang diberikan konseling kelompok rasa rendah dirinya menurun. 4.6 Uji Hipotesis Penulis mengajukan hipotesis : Konseling Kelompok Adlerian dapat Menurunkan Secara Signifikan Rasa Rendah Diri Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Salatiga Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi Asymp.Sig. 2-tailed 0,004 < 0,05 dengan mean rank pada pre test 9,50 sedangkan mean rank pada post test adalah 3,50 sehingga ada penurunan mean rank kelompok eksperimen sebesar 6,00. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. 4.7 Pembahasan Hasil Penelitian Konseling kelompok Adlerian dapat menurunkan secara signifikan rasa rendah diri siswa kelas VII SMP N 8 Salatiga yang dapat dilihat dalam analisis Mann Whitney nampak bahwa skor Mann Whitney U= 0,000, nilai Z = -2,918 dan nampak Asimp.Sig. 2-tailed 0,004 < 0.050. Skor mean rank pada pre test kelompok eksperimen adalah 9,50. Kemudian sesudah mendapatkan perlakuan 84

skor mean rank pada post test kelompok eksperimen adalah 3,50. Ada penurunan skor mean rank kelompok eksperimen sebesar 6,00. Dalam penelitian ini pada saat pre test skor siswa kelompok eksperimen memiliki rasa rendah diri yang tinggi yang sama dialami kelompok kontrol, setelah diberikan konseling kelompok Adlerian pada kelompok eksperimen yang dilakukan sembilan sesi dari pembentukan kelompok dua sesi, proses konseling kelompok enam sesi dan evaluasi satu sesi dan dirasa cukup untuk membuat rasa rendah diri siswa menurun karena semua masalah yang dialami tiap konseli sudah dibahas satu-persatu tiap item dari aspek (fisik, psikologis dan sosial) dan diselesaikan satu persatu yang membuat tiap konseli yang mempunyai masalah yang sama ditiap aspek bisa mengikuti dan mempratekkan dalam keseharihariannya dengan mengikuti tips-tips penyelesaian masalah yang diberikan oleh penulis. Adler mengajarkan konselor untuk memanfaatkan dinamika kelompok. Konseli diajak untuk menemukan perubahan diri yang merupakan tanggung jawabnya, dan konselor memberi penguatan serta pandangan yang benar. Hal ini sudah dilakukan penulis disetiap sesi, penulis membentuk dinamika kelompok sehingga proses konseling lebih mudah dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah konseli dan dengan mengajak menemukan perubahan yang akan dilakukan konseli setelah membahas masalah, memberikan penyelesaian dan saran-saran yang akan dilakukan konseli setelah proses konseling selesai serta memberikan penguatan agar konseli lebih dewasa menyelesaikan masalah agar tidak timbul masalah rasa rendah lagi. Analisis menggunakan Mann Whitney U 85

Test, hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.8 (analisis pre test dan post test kelompok eksperimen) dan tabel 4.9 (analisis post test kelompok eksperimen dan kontrol). Temuan ini sejalan dengan penelitiannya Brough, Marjorie F (1994), yang menunjukkkan bahwa terdapat pengurangan rasa rendah diri. Persamaan hasil temuan ini dimungkinkan sama-sama menggunakan 1 teori dari tokoh Adler yang membuat penelitian ini menjadi sejalan dari teori rasa rendah diri Adler, dan konseling kelompok Adlerian Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Michael dan David (2000). Proses terapi kelompok dilakukan waktu sekitar satu setengah bulan untuk bisa mengurangi perasaan rendah diri remaja Burundi dengan menggunakan pendekatan konseling kelompok Adlerian dan teori dari tokoh Adler. Tetapi setelah proses konseling kelompok diberikan hasil menunjukkan perasaan rendah diri remaja Burundi tidak dapat berkurang/menurun. Walaupun penelitian sama-sama menggunakan teori dan konseling kelompok yang sama yaitu Adlerian namun perbedaan hasil penelitian ini di mungkinkan karena adanya perbedaan latar belakang kehidupan remaja yang mempunyai masalah rasa rendah diri yang diteliti oleh penulis dengan Michael dan David (2000). Dimana perbedaannya penulis menggunakan 12 siswa SMP yang mempunyai rasa rendah diri tinggi tetapi dengan skala kehidupan yang masih normal maka rasa rendah diri siswa masih dapat diturunkan. Sedangkan yang diteliti Michael dan David (2000) remaja yang di ambil secara acak di negara Burundi, Afrika Selatan yang sudah hidup dengan kemiskinan, kelaparan 86

dan kekurangan gizi yang mengakibatkan rasa rendah diri tidak dapat berkurang. Michael dan David apabila melakukan penelitian lagi di Burundi, sebaiknya setelah memberikan konseling kelompok Alderian ditambah dengan memberikan bantuan obat-obatan, bahan makanan, pembelajaran tentang kehidupan diluar yang mungkin tidak banyak didapatkan oleh remaja Burundi, yang bisa dilakukan dengan membuat sebuah organisasi/team untuk membantu kehidupan remaja di Burundi agar remaja yang mempunyai perasaan rendah diri dapat berkurang. Jadi dapat disimpulkan rasa rendah diri tinggi dapat di turunkan dengan memakai satu set teori dan treatment konseling kelompok dari Adler dengan masalah rasa rendah diri yang tinggi tetapi dengan skala kehidupan yang normal sama seperti penelitian yang dilakukan penulis dengan Brough. 87