BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis dalam penelitian ini mengambil lokasi di salah satu Sekolah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam melaksanakan penelitian ini dibutuhkan suatu metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memahami suatu objek dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti keefektifan media

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah:

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian biasanya digunakan lebih dari satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode berasal dari kata Yunani yaitu methodos yang beraal dari kata meta

BAB III METODE PENELITIAN

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah quasi eksperimen, dimana

BAB III METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun akademik 2013/2014.

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III METODE PENELITIAN. dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti perbandingan hasil belajar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. bulan September - November 2010 di SMP Negeri 1 Kalianda Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suharsimi Arikunto (1998:151) mengatakan bahwa Metode merupakan

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menjelaskan secara operasional mengenai penelitian yang akan dilaksanakan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. awal dengan pemberian latihan dan pemberikan tes akhir yang kemudian melihat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara yang teratur dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Transkripsi:

33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokas dan Subjek Peneltan Penuls dalam peneltan n mengambl lokas d salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Neger d Kabupaten Canjur tepatnya d SMK Neger 1 Tanggeung Kabupaten Canjur, yang beralamat d Jl. Bojongsrna, Kel.Tanggeung, Kec. Tanggeung, Kabupaten Canjur 43267. Sampel peneltan yang ddapatkan dar sumber data berasal dar sampel populas. Sukard (2003: 53) mengemukakan bahwa populas pada prnspnya adalah semua anggota kelompok yang tnggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjad target kesmpulan dar hasl akhr suatu peneltan. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas X SMK Neger 1 Tanggeung Kabupaten Canjur. Adapun alasan mengapa SMK Neger 1 Tanggeung djadkan sebaga lokas peneltan adalah sekolah tersebut termasuk dalam sekolah baru. Pada saat peneltan n dlakukan, SMK Neger 1 Tanggeung baru berdr enam tahun. Pada umumnya sekolah baru belum memlk prasarana dan sarana sekolah yang memada, begtu pula tenaga pengajar dan manajemen sekolahnya. Peneltan yang akan dlakukan oleh penuls tdak menelt populas, melankan mengambl sampel dar populas. Pengamblan sampel dlakukan dengan menggunakan teknk purposve samplng. Purposve samplng alah teknk samplng yang dgunakan penelt jka penelt

34 mempunya pertmbangan-pertmbangan tertentu d dalam pengamblan sampelnya, atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Akdon, 2005: 105). Sampel yang dambl dalam peneltan n adalah dua kelas yatu kelas X TMO 1 dan X TMO 2 SMKN 1 Tanggeung Kabupaten Canjur. Sampel tersebut akan dgunakan oleh penuls sebanyak satu kelas untuk kelompok yang mendapatkan model pembelajaran lathan (drll) dan sebanyak satu kelas untuk kelompok yang mendapatkan model pembelajaran ceramah. B. Desan Peneltan Desan peneltan adalah semua proses yang dperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan peneltan. Desan peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah stud sebelum sesudah dengan kelompok kontrol, subjek dobservas dua kal (sebelum/pretest dan sesudah/posttest). Kelompok ekspermen yang menggunakan metode pembelajaran lathan (drll) dan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran ceramah. Tabel 3.1 Desan peneltan stud sebelum sesudah Kelas Pre Test KBM Pos Test Kelas Ekspermen T 1 P 1 T 2 Kelas Kontrol T 1 P 2 T 2 Keterangan: T 1 = Tes awal T 2 P 1 P 2 = Tes akhr = Pembelajaran metode lathan (drll) = Pembelajaran metode ceramah

35 Langkah-langkah yang dlakukan dengan menggunakan desan n adalah sebaga berkut: 1. Menentukan kelas ekspermen dan kelas kontrol, kelas ekspermen yatu kelas yang dber perlakuan (P 1 ) dan kelas kontrol yatu kelas yang dper perlakuan (P 2 ). 2. Kepada kedua kelas dberkan tes awal (T 1 ) untuk mengetahu kemampuan awal. 3. Kelas ekspermen dberkan perlakuan menggunakan pembelajaran lathan (drll), sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan pembelajaran ceramah. Sswa Kelas X-TMO SMK Neger 1 Tanggeung Pre Test PBM kelas ekspermen dengan metode pembelajaran lathan (drl) Observas PBM kelas kontrol dengan metode pembelajaran ceramah Post Test Pengolahan data

36 Kesmpulan Keterangan: Ruang lngkup peneltan Gambar 3.1 Desan Peneltan 4. Kedua kelas dberkan tes akhr (T 2 ), utnuk mengetahu kemampuan akhr sswa. 5. Menguj kesamaan hasl tes awal sswa pada kelas ekspermen dan kelas kontrol. 6. Menguj perbedaan hasl tes akhr sswa kelas ekspermen dan kelas kontrol. Menganalss pemelharaan ban dan roda SMK untuk memlh konsep yang dgunakan dalam peneltan Mengkaj teor tentang lathan (drll) Pembuatan RPP metode pembelajaran lathan (drll) Penyusunan nstrumen peneltan, berupa soal Melakukan dskus tentang nstrumen soal dengan guru ahl pemelharaan ban dan roda Melakukan uj coba nstrumen soal d kelas uj coba, d luar kelas ekspermen dan kelas kontrol Merevs nstrumen Analss hasl uj coba nstrumen Melaksanakan Peneltan Mengolah data hasl peneltan

37 Menark kesmpulan Gambar 3.2 Alur Peneltan Sswa pertama kal melakukan pretest untuk mengetahu kemampuan awal dengan uj homogentas, yatu untuk mengetahu bahwa prestas belajar awal dar sswa kelas kontrol dan kelas ekspermen adalah homogen (tdak ada perbedaan). Setelah melakukan pretest pada kedua kelas, untuk kelas kontrol dberkan perlakuan dengan pembelajaran metode ceramah dan kelas ekspermen dberkan perklakuan pembelajaran dengan metode pembelajaran lathan (drll). Akhr observas dlakukan evaluas atau posttest dengan tpe soal yang sama untuk mengetahu apakah ada perbedaan prestas belajar antara kelas kontrol dan kelas ekspermen. C. Metode Peneltan Suatu pendekatan metode peneltan dgunakan untuk memecahkan masalah yang akan dseldk. Metode merupakan cara yang dlakukan oleh seseorang dalam mencapa tujuan. Metode peneltan adalah cara yang dgunakan oleh penelt dalam pengumpulan data peneltan (Arkunto S, 1998: 151). Metode peneltan yang dgunakan pada peneltan n adalah metode peneltan ekspermen semu (quas ekspermen). Peneltan ekspermen semu merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk menyeldk seberapa besar

38 hubungan sebab akbat dengan cara memberkan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelas ekspermen dan menyedakan kelas kontrol untuk perbandngan. Peneltan ekspermen semu dkembangkan dar true ekspermental, d mana ekspermen semu memlk kelompok kontrol, tetap tdak berfungs sepenuhnya untuk mengontrol varabel luar yang mempengaruh pelaksanaan ekspermen, penentuan kelompok kontrol dan kelompok ekspermen tdak dplh secara random. Hal n dkarenakan untuk mengambl data stud komparas hasl belajar pada kelompok Drll Method dperlukan perlakuan kepada kelompok tersebut. Karakterstk pertama yang selalu ada dalam peneltan ekspermen adalah adanya tndakan manpulas secara terencana (Sukard, 2003: 181). Terdapat 3 metode peneltan dalam peneltan ekspermen, yatu: 1. Pre-expermental desgn Metode n adalah metode peneltan yang mash sederhana karena hanya menggunakan varabel tunggal. Sukard (2003: 184) menyatakan: Mungkn penelt akan berpendapat bahwa desan n tdak perlu karena dengan pemahaman selntas, para penelt dapat mengetahu tndakan apa yang hendak dlakukan dan mplkas apa yang perlu untuk mendapatkan data yang dperlukan d lapangan. 2. Quas expermental desgn Metode n dgunakan apabla subjek tdak mungkn dtetapkan secara acak. Sevlla (1993: 121) menyatakan Bla tdak mungkn subjek dtetapkan secara

39 acak kepada kelompok, maka rancangan yang dgunakan adalah rancangan ekspermen semu 3. True experments desgn Metode n merupakan salah satu bentuk peneltan yang memerlukan syarat yang relatf lebh ketat jka dbandngkan dengan jens peneltan lannya. Sevlla (1993: 119. 120) menyatakan Semua rancangan ekspermental sungguhan memlk satu karakterstk yang basa yatu semua subjek kelompok dplh melalu pengacakan, dan semua rancangan ekspermental sungguhan mempunya kelompok kontrol. Model peneltan kuas ekpermen dnla cocok untuk peneltan n, dkarenakan pada peneltan n kelompok kontrol dan kelompok ekspermen masng-masng akan mendapatkan perlakuan. Hal n sesua dengan pernyataan Sukard (2003: 16) yang menyatakan: Bentuk peneltan n banyak dgunakan d bdang lmu penddkan atau peneltan lan dengan subjek yang dtelt adalah manusa, dmana mereka tdak boleh dbedakan antara satu dengan yang lan msalnya mendapatkan perlakuan karena berstatus sebaga grup kontrol. D. Defns Operasonal Defns operasonal, yatu sebaga berkut: 1. Pengaruh dalam peneltan n dapat dartkan data yang ada akbat adanya suatu perlakuan berupa penerapan metode pembelajaran lathan (drll). 2. Metode pembelajaran lathan (drll) adalah suatu teknk yang dapat dartkan sebaga suatu cara mengajar dmana sswa melaksanakan kegatan-kegatan

40 lathan, sswa memlk ketangkasan atau keteramplan yang lebh tngg dar apa yang telah dpelajar. (Roesyah N.K, 1985: 126) 3. Prestas belajar adalah sebaga tngkat penguasaan keteramplan dan pengetahuan yang dkembangkan oleh mata pelajaran, dan dtunjukan oleh nla tes atau skor yang dperoleh oleh sswa. 4. Mata pelajaran Pemelharaan Ban dan Roda adalah suatu mata pelajaran yang ddalamnya membahas dan menyampakan mater keteramplan sswa dalam melakukan pemelharaan ban dan roda pada kendaraan bermotor. E. Instrumen Peneltan Data yang dkumpulkan ddapat dar hasl tes evaluas sswa dan san dar angket kreatvtas, pada peneltan n penelt menggunakan nstrumen peneltan berupa soal tes yang berbentuk objektf, yatu plhan ganda basa dengan lma plhan jawaban (a,b,c,d dan e). Soal yang dbuat mengacu pada ks-ks yang telah dsusun, setelah tu dbuat lembaran soal plhan ganda yang terlebh dahulu dujcobakan kepada sswa SMK Neger 1 Tanggeung yang bukan merupakan anggota dar kelas ekspermen dan kelas kontrol, kemudan dpergunakan pada posttest. Pretest dgunakan untuk mengukur kemampuan awal sswa sebelum mendapatkan perlakuan pembelajaran, data n dgunakan sebaga data untuk uj homogentas kemampuan sswa kelas ekspermen dan kelas kontrol. Posttest dgunakan untuk mengukur kemajuan sswa dan membandngkan penngkatan

41 penguasaan mater sswa setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan metode pembelajaran lathan (drll) pada mata pelajaran Pemelharaan Ban dan Roda. F. Proses Pengembangan Instrumen Pengujan nstrumen peneltan dtujukan untuk mengetahu ketepatan nstrumen ketka melakukan peneltan, untuk memenuh ketepatan data yang dperoleh, maka nstrumen peneltan harus vald dan relabel. Oleh karena tu nstrumen perlu dlakukan pengujan yang melput pengujan valdtas, relabltas, ndeks kesukaran dan daya pembeda untuk soal plhan ganda. 1. Uj Valdtas Valdtas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevaldan suatu nstrumen uj coba, Arkunto (2007: 65) mengungkapkan bahwa valdtas sebuah tes dapat dketahu dar hasl pemkran (valdtas logs) dar hasl pengalaman (valdtas emprs). Perhtungan valdtas tem dperoleh dengan menggunakan rumus γ pb atau rumus korelas pon bseral, sebaga berkut: γ pb = m p m t s t p q (Arkunto, 2007:79) Keterangan : γ pb : koefesen Korelas Bseral m p : Rata-rata skor dar sswa yang menjawab betul untuk butr soal yang dcar valdtasnya m t : Rata-rata skor total s t : Standar devas dar skor total p : Propors sswa yang menjawab benar

42 q : Propos sswa yang menjawab salah Koefsen valdtas yang ddapatkan dar hasl perhtungan dbandngkan dengan krtera ndeks valdtas (Arkunto S, 2007: 75): 0,81 r xy < 1,00 = sangat tngg 0,61 r xy < 0,80 = tngg 0,41 r xy < 0,60 = cukup 0,21 r xy < 0,40 = rendah 0,00 r xy < 0,20 = sangat rendah Untuk mengetahu taraf sgnfkas r xy dlakukan uj t dengan rumus: t = r xy n 2 1 r 2 (Arkunto S, 2007: 294) Dmana: r = Koefsen Korelas n = jumlah responden Taraf sgnfkas dbandngkan dengan krtera taraf sgnfkas untuk t htung > t tabel, pada taraf sgnfkas 95%, dengan tngkat kesalahan α = 0,05. In berart tem tersebut sgnfkan, dan jka tdak memenuh, maka danggap tdak sgnfkan. 2. Uj Relabltas Uj relabltas dlakukan untuk mengetahu tngkat ketetapan dar nstrumen, uj relabltas yang dgunakan adalah menghtung relabltas dengan menggunakan rumus, sebaga berkut: r 11 = k k-1 v t - pq v t

43 (Arkunto S, 2007: 100) Dmana: r 11 = Relabltas tes secara keseluruhan p = Propors subjek yang menjawab tem dengan benar q = Propors subjek yang menjawab tem dengan salah (q=1-p) pq = Jumlah hasl perkalan antara p dan q k = Banyaknya tem = Varan total v t Hasl yang dperoleh r 11 dbandngkan dengan nla tabel r-product moment. Jka r 11 > r tabel maka nstrumen tersebut dnyatakan relabel, sebalknya jka r 11 < r tabel, maka nstrumen dnyatakan tdak relabel. Besar kalsfkas relabltas dnterpretaskan untuk menyatakan krtera relabltas. Menurut Arkunto S, (2007: 75) krteranya adalah: 0,81 r < 1,00 = relabltas sangat tngg 0,61 r < 0,80 = relabltas tngg 0,41 r < 0,50 = relabltas cukup 0,21 r < 0,40 = relabltas rendah 0,00 r < 0,20 = relabltas sangat rendah 3. Tngkat Kesukaran Butr Soal Pembuatan soal dtujukan untuk mengetahu tngkat kemampuan sswa. Soal yang dbuat terlalu mudah tdak merangsang sswa untuk mempertngg usaha dalam pemecahan masalah, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan sswa putus asa, karena sswa merasa soal tersebut berada dluar jangkauannya. Suatu parameter menyebutkan bahwa tem soal dbuat mencakup soal mudah, sedang dan sukar. Tngkat kesukaran soal dhtung dengan tumus: P = B JS

44 (Arkunto S, 2007: 208) Dmana: P = Indeks kesukaran B = Banyaknya sswa yang menjawab soal tu dengan benar JS = Jumlah seluruh sswa peserta tes Interpretas nla P menurut Arkunto (2007: 210): 0,00 P < 0,30 adalah soal sukar 0,31 P < 0,70 adalah soal sedang 0,71 P < 1,00 adalah soal mudah 4. Daya Pembeda Butr Soal Daya pembeda soal bertujuan untuk menguj kemampuan tem soal tersebut membedakan antara sswa yang dapat menjawab dan sswa yang tdak dapat menjawab. Cara menentukan daya pembeda dhtung dengan rumus: D = B A B B = P J A J A P B B (Arkunto S, 2007: 213) Dmana: J = Jumlah peserta tes J A = Banyaknya peserta tngkat atas J B = Banyaknya peserta tngkat bawah B A = Banyaknya peserta tngkat atas yang menjawab benar B B = Banyaknya peserta tngkat bawah yang menjawab benar P A = Propors peserta tngkat atas yang menjawab benar P B = Propors peserta tngkat bawah yang menjawab benar Batas klasfkas daya pembeda menurut Arkunto S, (2007: 218): 0,00 D < 0,20 adalah Jelek 0,21 P < 0,40 adalah Cukup 0,41 P < 0,70 adalah Bak 0,71 P < 1,00 adalah Bak sekal G. Teknk Pengumpulan Data

45 Teknk pengumpulan data, yatu cara yang dgunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu peneltan, karena pada umumnya data yang dkumpulkan dgunakan untuk menguj hpotess yang telah drumuskan. Teknk pengumpulan data yang dgunakan pada peneltan n adalah: 1. Format Tes Tertuls Soal tes tertuls dgunakan untuk mengetahu penguasaan sswa terhadap mater sebelum dan sesudah proses pembelajaran, maka tes n dsusun dengan ndkator yang dkembangkan. Sebelum dgunakan soal tes tersebut dkonsultaskan kepada dosen dan kepada guru, kemudan dujcobakan kepada sswa SMK Neger 1 Tanggeung yang bukan merupakan anggota dar kelas ekspermen dan kelas kontrol. Setelah tu soal tersebut danalss tngkat valdtas, relabltas, daya pembeda dan tngkat kesukaran. 2. Teknk Observas Langsung Penuls melakukan pengamatan secara langsung terhadap subjek peneltan dalam konds sebenarnya, dalam hal n penuls langsung dan terlbat dalam kegatan belajar mengajar d sekolah. H. Teknk Analss Data Pengolahan data bertujuan untuk menyederhanakan data agar data yang dperoleh dar peneltan dapat dber art dan berguna dalam pemecahan masalah peneltan. Data yang dperoleh dar peneletan berupa nla pretest, nla posttest

46 yang dperoleh dar kelas kontrol dan kelas ekspermen yang akan danalss dengan beberapa pengujan menggunakan statstka. Adapun langkah-langkah untuk menganalss data sebaga berkut: 1. Uj Normaltas Data Uj normaltas data n bertujuan untuk menguj apakah data yang duj tu berdstrbus normal atau tdak. Untuk mendapatkan data yang normal maka dgunakan uj dstrbus ch kuadrat. Adapun langkah-langkah pengolahan datanya sebaga berkut: a. Menentukan rentang dengan rumus: R Xa Xb (Sregar, 2004: 24) dmana : Xa = data terbesar Xb = data terkecl b. Menentukan banyaknya kelas nterval () dengan rumus: 1 3,3. log n (Sregar, 2004: 24) dmana : n = jumlah sampel c. Menghtung jumlah kelas nterval dengan rumus: R P (Sregar, 2004: 26) K dmana : R = rentang K = banyak kelas d. Menghtung rata-rata x dengan rumus: x f. x f (Sregar, 2004: 26)

47 dmana : f = jumlah frekuens x = data tengah-tengah dalam nterval e. Menghtung standar devas (S) dengan rumus: f S n 1 x x 2 (Sregar, 2004: 86) f. Tentukan batas bawah kelas nterval x n dengan rumus: x n Bb 0, 5 kal desmal yang dgunakan nterval kelas. dmana : Bb = batas bawah nterval g. Htung nla Z untuk setap batas bawah kelas nterval dengan rumus: Z xn x (Sregar, 2004: 86) S h. Lhat nla peluang Z pada tabel statstk, skan pada kolom l o. Harga x 1 dan x n selalu dambl nla peluang 0,5000. Htung luas tap kelas nterval, skan pada kolom l, contoh l1 l o 1 lo2. Htung frekuens harapan e (Sregar, 2004: 87) l. f (Sregar, 2004: 87) j. Htung nla 2 untuk tap kelas nterval dan jumlahkan dengan rumus: 2 2 f e (Sregar, 2004: 87) e k. Lakukan nterpolas pada tabel 2 untuk menghtung p-value. l. Kesmpulan kelompok data berdstrbus normal jka p-value > α = 0,05.

48 2. Uj Homogentas Data Uj homogentas n dlakukan untuk mengetahu apakah varan varan dalam populas tersebut hamogen atau tdak yatu mencar nla F (Fsher test) dengan rumus, sebaga berkut: F = Keterangan : S 2 A S 2 B S S 2 2 A B = Varan terbesar = Varan terkecl (Sregar 2004: 50) Dengan derajat kebebasan : v = (n 1) n = Jumlah Anggota Sampel krtera yang dgunakan untuk menentukan apakah varans homogen atau tdak alah : Bla F htung < F tabel maka varans dkatakan homogen. 3. Uj Hpotess Peneltan Uj hpotess peneltan menggunakan statstk uj t-test syaratnya data harus normal, maka data harus uj normaltas dengan menggunakan aturan Sturgess. Berdasarkan pertmbangan memlh rumus t-test, yatu bla n1 n2 maka: r. t n 2 (Sugyono, 2009 : 230) 2 1 r

49 Keterangan: t = Uj keberartan korelas. r = Koefsen korelas. n = Jumlah responden uj coba. Selanjutnya nla thtungdbandngkan dengan nla ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = n 2, pada taraf sgnfkans 5%. Adapun krtera pengujan hpotessnya yatu: p-v > α = 0,05 : Ha dterma p-v < α = 0,05 : Ho dtolak Tngkat sgnfkans (Level of Sgnfcant) yang dgunakan dalam peneltan n adalah α = 0.05, artnya kemungknan kebenaran hasl penarkan kesmpulan mempunya probabltas 95% atau tolerans kemelesetan 5%. Dalam lmu-lmu sosal, tngkat sgnfkans α = 0.05 sudah lazm dgunakan karena dnla cukup ketat untuk mewakl perbedaan antara varabel-varabel yang duj. Hpotess peneltan akan dsmbolkan dengan hpotess alternatf (H A ) dan hpotess nol (H o ). Supaya tampak ada dua plhan, hpotess n perlu oleh pernyataan lan yang snya berlawanan. Pernyataan n merupakan hpotess tandngan antara (H A ) terhadap (H o ). Hpotess yang akan duj adalah: H 0 : µ As = µ T Tdak terdapat penngkatan prestas belajar pada sswa yang mendapat pembelajaran mata pelajaran pemelharaan ban dan roda dengan penerapan metode pembelajaran lathan (drll). H A : µ As µ T

50 Terdapat pengkatan prestas belajar yang sgnfkan pada sswa yang mendapat pembelajaran mata pelajaran pemelharaan ban dan roda dengan penerapan metode pembelajaran lathan (drll). 4. Perhtungan N-Gan Nla gan yang dnormalsas merupakan perbandngan antara skor gan yang dperoleh sswa dengan skor gan maksmum yang dapat dperoleh, secara matemats dtulskan sebaga berkut: g = T 2 T 1 I S T 1 ( Hake, 1998) keterangan : g = Nla Gan yang dnormalsa T 1 = Skor Pre-tes T 2 = Skor Post-test = Skor Ideal I s a. Menentukan nla rata-rata (mean) dar nla gan yang dnormalsas. b. Mengntrepetaskan nla rata-rata gan yang dnormalsas dengan menggunakan Tabel 3.2 d bawah n: Tabel 3.2 Interpretas Nla Gan yang Dnormalsas Nla Rata-rata yang Dnormalsa Keterangan 0,00<g<0,30 Rendah 0,30<g<0,70 Sedang 0,70<g<1,00 Tngg ( Hake, 1998 )