SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

Analisis Model dan Contoh Numerik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

IV METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

*Corresponding Author:

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

KEMAMPUAN KEYNESIAN BALANCE OF PAYMENT THEORY DAN MONETARY APPROACH BALANCE OF PAYMENT MENDETEKSI KESEIMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

Muhammad Firdaus, Ph.D

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Bab IV Pengembangan Model

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB 2 LANDASAN TEORI

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

FISHER EFFECT HUBUNGAN ANTARA TINGKAT BUNGA DAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA (PENDEKATAN AUTOREGRESIVE MODEL DISTRIBUTED -LAG)

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B a b 1 I s y a r a t

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 3732

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan

BAB III METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Pemodelan Indeks Harga Konsumen Kelompok Bahan Makanan menggunakan Metode Intervensi dan Regresi Spline ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

BAB III METODE PENELITIAN

B a b. Aplikasi Dioda

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

IV METODE PENELITIAN

2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB))

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Transkripsi:

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah melakukan peneliian berema ransmisi kebijakan moneer di Sumaera Selaan. Sesuai dengan emanya, judul peneliian ersebu Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer. Peneliian ini berujuan unuk mengeahui respon suku bunga dan kredi perbankan di Sumaera Selaan erhadap kebijakan moneer. Analisis respon suku bunga dan kredi ersebu membedah seberapa cepa dan seberapa besar respon, sera bagaimana respon ersebu pada bank-bank berkaraerisik erenu (menuru asse dan likuidias). Salah sau variabel yang digunakan unuk mengukur ransmisi respon kebijakan moneer ke suku bunga perbankan adalah suku bunga Serifika Bank Indonesia (SBI) berjangka waku 1 bulan yang dianggap sebagai suku bunga kebijakan. Peneliian ersebu melakukan esimasi dan pengujian dengan menggunakan dua model sebagai beriku: (i) Unuk menjawab peranyaan perama, yaiu Apakah suku bunga bank senral diikui oleh suku bunga pasar? Apakah karakerisik bank mempengaruhi kecepaan respon bank? digunakan model sebagai beriku: r = α 0 + α1i _ up j + α 2i _ down j + ε. (persamaan 1) dimana : r adalah suku bunga perbankan (deposio, kredi konsumsi, dan kredi invesasi). i adalah suku bunga SBI 1 bulan yang dianggap sebagai suku bunga kebijakan. i_up dan i_down masing-masing adalah suku bunga SBI pada saa ren naik dan urun Persamaan di aas di-run unuk masing-masing kaegori bank. (ii) Unuk menjawab peranyaan kedua, Apakah kredi yang disalurkan perbankan dipengaruhi oleh PDBRB riil, inflasi daerah, dan suku bunga kebijakan? Apakah karakerisik bank juga mempengaruhi dalam penyaluran kredi? digunakan model sebagai beriku: L µ = β 0 + β1y + β 2 p + β 3i +. (persamaan 2) dimana : L adalah nominal kredi Y adalah nilai ambah riil (PDRB, konsumsi, invesasi) p adalah IHK i adalah suku bunga SBI 1 bulan i adalah suku bunga SBI 1 bulan (dianggap sebagai suku bunga kebijakan) Kedua persamaan di aas di-run unuk masing-masing kaegori bank dan menggunakan eknis analisis panel daa ekonomerik sera menggunakan meode fixed effec. Periode peneliian mencakup dari April 2000 sampai dengan Desember 2006. Teknis analisis panel

daa mengharuskan series daa yang uuh selama periode peneliian, sehingga bank yang daanya idak lengkap, bank yang dilikuidasi, aau baru berdiri, idak dimasukkan dalam peneliian dimaksud. Di Sumaera Selaan erdapa 10 bank yang memenuhi krieria dimaksud. Dari 10 bank umum dikelompokkan berdasarkan besarnya asse dan ingka likuidias, masing-masing dibagi menjadi iga kelompok, yaiu besar, sedang, dan kecil. Berdasarkan asse, bank dikelompokkan menjadi 3, yaiu : 1. Asse besar, yaiu bank-bank yang memiliki asse di aas Rp2,5 riliun. 2. Asse sedang, yaiu bank-bank yang memiliki asse di aas Rp500 miliar sd. Rp2,5 riliun. 3. Asse kecil, yaiu bank-bank yang memiliki asse di bawah Rp2,5 miliar. Semenara, berdasarkan likuidias, bank dikelompokkan menjadi 3, yaiu: 1. Likuidias besar, yaiu bank-bank yang memiliki likuidias di aas Rp70 miliar 2. Likuidias sedang, yaiu bank-bank yang memiliki likuidias di aas Rp6 miliar sd. 70 miliar 3. Likuidias kecil, yaiu bank-bank yang memiliki likuidias di bawah Rp6 miliar Pembagian kelompok di aas berdasarkan adhoc sesuai dengan nilai kuanias asse dan likuidias bank di sumaera Selaan per Desember 2006. Hasil-hasil Empiris: (1) Pengaruh SBI erhadap Suku Bunga Deposio Berdasarkan hasil esimasi pengaruh perubahan SBI erhadap suku bunga deposio, dikeahui bahwa pergerakan suku bunga deposio pada umumnya cukup responsif (dengan lag 3 bulan) dan gerakannya relaif simeris pada saa suku bunga SBI naik maupun urun (koefisien sbi_up 0.7300 dan koefisien sbi_down 0.7427). Bank berasse besar dan sedang lebih responsif erhadap pergerakan suku bunga SBI. Semenara iu, respon bank berlikuidias kecil lebih besar daripada respon bank berasse besar dan sedang. Kesimerisan respon diukur dari kesamaan masing-masing koefisien sbi_up dan sbi_down. Tabel 1 Pengaruh Kenaikan dan Penurunan SBI erhadap suku bunga deposio sbi_up(-3) 0.7300 0.0000 sbi_down(-3) 0.7427 0.0000 Asse Besar Asse Sedang Asse Kecil sbi_up(-3) 0.7706 0.0000 sbi_up(-3) 0.7563 0.0000 sbi_up(-3) 0.5870 0.0000 sbi_down(-3) 0.7927 0.0000 sbi_down(-3) 0.7968 0.0000 sbi_down(-3) 0.6955 0.0000 Likuidias Besar Likuidias Sedang Likuidias Kecil sbi_up(-3) 0.7174 0.0000 sbi_up(-3) 0.7106 0.0000 sbi_up(-3) 0.7661 0.0000 sbi_down(-3) 0.7711 0.0000 sbi_down(-3) 0.6970 0.0000 sbi_down(-3) 0.7507 0.0000

(2) Pengaruh SBI erhadap Suku Bunga Kredi Modal Kerja Berbeda dengan respon suku bunga deposio, respon suku bunga kredi modal kerja lebih kaku daripada respon suku bunga deposio. Pada umumnya, erjadi asimeri gerakan respon suku bunga kredi modal kerja pada saa suku bunga SBI naik maupun urun (sbi_up 0.4791 dan sbi_down 0.5004). Respon pada saa suku bunga SBI urun lebih besar pada saa suku bunga SBI naik. Respon suku bunga modal kerja bank berasse besar dan sedang erhadap suku bunga SBI lebih kaku dibandingkan dengan bank berasse kecil. Semenara iu, berdasarkan kelompok likuidias menunjukkan hasil yang beragam dari sisi besar maupun kesimerisan respon. Bank yang berlikuidias besar relaif lebih simeris responnya erhadap pergerakan suku bunga SBI, namun magniude responnya lebih rendah daripada kelompok bank yang lain. Liha abel 2. Tabel 2. Pengaruh Kenaikan dan Penurunan SBI erhadap Suku Bunga Modal Kerja sbi_up(-3) 0.4791 0.0000 sbi_down(-3) 0.5004 0.0000 Asse Besar Asse Sedang Asse Kecil sbi_up(-3) 0.4054 0.0000 sbi_up(-3) 0.3749 0.0000 sbi_up(-3) 0.6125 0.0000 sbi_down(-3) 0.3921 0.0000 sbi_down(-3) 0.3885 0.0000 sbi_down(-3) 0.6655 0.0000 Likuidias Besar Likuidias Sedang Likuidias Kecil sbi_up(-3) 0.3625 0.0000 sbi_up(-3) 0.4852 0.0000 sbi_up(-3) 0.6285 0.0000 sbi_down(-3) 0.3534 0.0000 sbi_down(-3) 0.5164 0.0000 sbi_down(-3) 0.6804 0.0000 (3) Pengaruh SBI erhadap Suku Bunga Kredi Konsumsi Secara umum respon suku bunga kredi konsumsi lebih rendah dan asimeris dibandingkan respon suku bunga kredi modal kerja. Respon pada saa suku bunga SBI urun lebih besar pada saa suku bunga SBI naik. Bank yang berasse kecil lebih besar responnya daripada bank berasse besar dan sedang. Jika berdasarkan kelompok likuidias, bank berlikuidias sedang lebih besar responnya daripada kelompok bank lain. Keidaksimerisan respon suku bunga kredi konsumsi erkai era dengan sifa kredi konsumsi yang biasanya berjangka waku pendek dengan ingka suku bunga relaif eap. Benuk kredi konsumsi biasanya berupa kredi pembelian kendaraan bermoor, karu kredi, dan kredi muliguna/kredi anpa agunan. Liha abel 3.

Tabel 3. Pengaruh Kenaikan dan Penurunan SBI erhadap Suku Bunga Kredi Konsumsi sbi_up( -3) 0.2581 0.0200 sbi_down(-3) 0.3425 0.0 193 Asse Besar Asse Sedang Asse Kecil sbi_u p( - 3) 0.1197 0.0000 sbi_up(-3) 0.1220 0.0007 sbi_up(-3) 0.4756 0.0000 sbi_down( - 3) 0.1669 0.0000 sbi_down(-3) 0.2725 0.0000 sbi_down(-3) 0.5280 0.0000 Likuidias Besar Likuidias Sedang Likuidias Kecil sbi_up( - 3) 0.1073 0. 0035 sbi_up(-3) 0.4253 0.0000 sbi_down( - 3) 0.2422 0.0000 sbi_down(-3) 0.4959 0.0000 sbi_up(-3) 0.4050 0.0000 sbi_down(-3) 0.4537 0.0000 (4) Pengaruh SBI erhadap Suku Bunga Kredi Invesasi Tidak berbeda dengan kredi modal kerja dan kredi konsumsi, respon suku bunga kredi konsumsi erhadap pergerakan suku bunga SBI idak simeris (koefisien sbi_up 0.2614 dan koefisien sbi_down 0.3076). Respon pada saa suku bunga SBI urun lebih besar pada saa suku bunga SBI naik. Bank berasse besar responnya lebih rendah dan paling idak semeris dibanding bank berasse sedang dan kecil. Unuk kelompok likuidias, bank berlikuidias sedang (koefisien sbi_up 0.2890 dan sbi_down 0.3855) responnya cukup besar namun idak simeris. Semenara jika dibandingkan bank berlikuidias sedang, bank berlikuidias besar dan kecil responnya lebih simeris. Tabel 4. Pengaruh Kenaikan dan Penurunan SBI erhadap Suku Bunga Kredi Invesasi sbi_up(-3) 0.2614 0.0000 sbi_down(-3) 0.3076 0.0000 Asse Besar Asse Sedang Asse Kecil sbi_up(-3) 0.1665 0.0000 sbi_up(-3) 0.3387 0.0007 sbi_up(-3) 0.2746 0.0000 sbi_down(-3) 0.2716 0.0000 sbi_down(-3) 0.3428 0.0000 sbi_down(-3) 0.3081 0.0000 Likuidias Besar Likuidias Sedang Likuidias Kecil sbi_up(-3) 0.2761 0.4586 sbi_up(-3) 0.2890 0.0000 sbi_up(-3) 0.2143 0.0000 sbi_down(-3) 0.2962 0.0000 sbi_down(-3) 0.3855 0.0000 sbi_down(-3) 0.2448 0.0000

(5) Pengaruh suku bunga SBI, PDRB Sumaera Selaan, dan IHK Palembang, erhadap kredi perbankan (berdasarkan karaerisik bank) Tabel 5 merupakan hasil esimasi dengan menggunakan persamaan 2, dimana unuk mengeahui pengaruh SBI, PDRB Sumaera Selaan, dan IHK Palembang erhadap kredi perbankan. Secara umum, keiga variabel ersebu secara signifikan dan posiip mempengaruhi kredi perbankan dengan ime lag yang bervariasi. Dari esimasi dengan menggunakan persamaan 2 unuk semua bank, dikeahui bahwa pengaruh PDRB dengan lag 3 bulan paling besar (koefisien 4.4958) kemudian diikui oleh SBI dengan lag 3 bulan (koefisien -0.2432) dan kemudian inflasi Palembang dengan lag 1 bulan (koefisien 0.0110). Dari abel 5 pula dikeahui bahwa bank berase besar lebih lamba responnya erhadap suku bunga SBI (lag 4 bulan) dibandingkan dengan bank berase sedang (lag 3 bulan), sedangkan respon bank berase kecil paling lamba (8 bulan). Bank berase besar paling cepa responnya erhadap PDRB. Besar dan cepanya respon bank berase besar erhadap PDRB (koefisien 2.6267) disebabkan besarnya kemampuan bank-bank dimaksud dalam memahami poensi daerah dengan diunjang dengan jaringan kanor yang memadai. Semenara iu, respon bank berase sedang erhadap PDRB selama 3 bulan, sedangkan bank berase kecil selama 9 bulan aau 3 riwulan. Respon erhadap inflasi pun beragam di anara kelompok bank. Secara umum respon bank berase kecil lebih lamba. SBI lag 3 bulan Tabel 5 Berdasarkan Ase Variabel Umum Ase Besar Ase Sedang Ase Kecil -0.2432-0.3436 (8.3452) (6.9629) SBI lag 4 bulan SBI lag 8 bulan PDRB lag 1 bulan PDRB lag 2 bulan PDRB lag 3 bulan PDRB lag 9 bulan Inflasi lag 1 bulan Inflasi lag 2 bulan 4.4958 (4.1237) 0.0110 (2.4837) -0.2718 (6.2633) 2.6267 (1.6897) 0.0121 (1.8522) Inflasi lag 7 bulan Angka di dalam anda kurung adalah angka -hiung 3.6849 (2.0213) 0.01798 (2.3937) -0.1515 (2.8964) 3.6360 (2.1017) 1.8745 (2.4933) Hasil esimasi berdasarkan kelompok likuidias menunjukkan bahwa bank berlikuidias besar (koefisien -0.1549) dan sedang (koefisien -0.1545) mempunyai kecepaan respon yang sama erhadap SBI dengan magniude koefisien yang relaif sama,

sedangkan bank likuidias kecil cenderung lamba aau membuuhkan waku iga riwulan. Pengaruh PDRB pada bank berlikuidias besar dan sedang masing-masing 3 bulan, sedangkan koefisien bank berskala sedang lebih besar (koefisien 5.1977). Besarnya likuidias memungkinkan bank mempunyai ruang lebih luas unuk menenukan penempaannya likuidiasnya yang mengunungkan, anara lain, berupa penyaluran kredi. Selanjunya pengaruh PDRB pada bank berlikuidias kecil lamba dan memakan waku 9 bulan. Secara umum, berdasarkan kelompok likuidias, pengaruh inflasi raa-raa di aas 6 bulan. Tabel 6 Berdasarkan Likuidias Variabel Umum Likuidias Besar Likuidias Sedang Likuidias Kecil -0.2432-0.1549-0.1545 SBI lag 3 bulan (8.3452) (4.2214) (2.6542) SBI lag 9 bulan PDRB lag 3 bulan PDRB lag 9 bulan Inflasi lag 1 bulan Inflasi lag 7 bulan Inflasi lag 10 bulan Inflasi lag 11 bulan 4.4958 (4.1237) 0.0110 (2.4837) 2.6016 (2.1179) 0.0093 (1.6796) Angka di dalam anda kurung adalah angka -hiung 5.1977 (2.8807) 0.0234 (2.8292) -0.1573 (3.4094) 3.0943 (1.8257) 0.0115 (1.6703) Kesimpulan 1. Secara umum, perubahan aau pergerakan suku bunga SBI direspon cukup simeris oleh pergerakan suku bunga deposio. Pada umumnya besarnya respon bank pada saa SBI urun lebih besar daripada keika SBI naik. 2. Secara umum, respon kredi erhadap pergerakan suku bunga SBI lebih kaku dan asimeris daripada respon suku bunga deposio. Di anara suku bunga kredi, suku bunga kredi modal kerja paling responsif dan simeris dibandingkan dengan suku bunga kredi konsumsi dan modal invesasi. Respon kredi konsumsi paling idak simeris dibandingkan suku bunga kredi lainnya. Pada umumnya besarnya respon bank pada saa SBI urun lebih besar daripada keika SBI naik. 3. Karaerisik bank menenukan beberapa hal sebagai beriku: a. Dalam hal kredi modal kerja, bank berasse besar dan kecil lebih responsif dibandingkan bank berasse sedang. Namun pada kredi konsumsi, bank berasse besar kurang responsif dibandingkan dengan bank berasse sedang dan kecil. Sama seperi suku bunga kredi konsumsi, respon kredi invesasi cenderung asimeris. b. Besarnya kredi nominal yang disalurkan oleh perbankan di Sumsel secara signifikan dipengaruhi oleh PDRB riil, inflasi, dan suku bunga SBI. Secara umum pengaruh PDRB lebih kua dibandingkan pengaruh SBI dan inflasi. Karaerisik

bank yakni asse dan likuidias menenukan besar dan cepanya respon erhadap iga variabel independen dimaksud. Secara umum bank berasse besar dan sedang responnya lebih cepa dan daripada bank berasse dan berlikuidias kecil. Rekomendasi indak lanju kebijakan Berdasarkan emuan-emuan dari peneliian erdapa beberapa rekomendasi kebijakan yang dapa diimplemenasikan baik dalam skala nasional maupun regional: 1. Berdasarkan hasil emuan peneliian kecepaan respon suku bunga perbankan dalam menransmisikan kebijakan moneer ke daerah-daerah sanga diperlukan agar ercapainya efekivias kebijakan moneer dalam menggerakkan sekor riil. Percepaan ransmisi kebijakan moneer dapa diempuh melalui upaya-upaya unuk menghilangkan asimeris informasi di kalangan perbankan mengenai prospek ekonomi secara nasional maupun regional, prospek sekor-sekor ekonomi, profil debiur, miigasi risiko kredi melalui penjaminan kredi. Hal-hal ersebu membuuhkan koordinasi yang solid dan inensif anara Bank Indonesia, kalangan perbankan, Pemerinah Daerah, dan pihak erkai lainnya, agar jenis usaha-usaha unggulan daerah menjadi lebih prospekif. Upaya-upaya yang elah dilakukan oleh kalangan perbankan dan pemerinah daerah khususnya unuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) hendaknya dapa disinergikan agar arge keberhasilan masingmasing program dapa ercapai. 2. Terkai dengan poin perama, upaya-upaya unuk mempersempi asimeris respon erhadap kebijakan moneer, konribusi bank-bank berase dan berlikuidias besar sera sebagai economic agens sanga diperlukan dikarenakan bank-bank ersebu biasanya sebagai marke leader dan mempunyai jaringan kanor yang luas, sehingga dampak ekonominya cukup dapa diperimbangkan.