II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan disajikan beberapa teori dasar yang digunakan sebagai

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 4 No. 2 Desember 2010: IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 P E N D A H U L U A N

Diktat Kuliah. Oleh:

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL

STRUKTUR ALJABAR: RING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

SILLABUS PENILAIAN JENIS. SOAL Tes Tulis Uraian 4x50 David SD & Richard MF (1991) Abstract Algebra. Prentice Hall, Inc. Herstein, I.

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

GRUP NON-ABELIAN YANG ABELIAN SECARA GRAFIS SKRIPSI

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

AUTOMORFISME GRAF LENGKAP DENGAN PENDEKATAN TEORI GRUP. Mulyono. Abstrak. ( ), dapat disimpulkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Uraian Singkat Himpunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

K-ALJABAR. Iswati dan Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

Aljabar Linier Lanjut. Kuliah 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas. Ada tiga cara untuk menyatakan himpunan, yaitu: a. dengan mendaftar anggota-anggotanya;

Teorema Jacobson Density

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

BAB 2 KONSEP DASAR 2.1 HIMPUNAN DAN FUNGSI

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

STRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.

Teorema-Teorema Utama Isomorphisma pada Near-Ring

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan. mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika

GRUP AUTOMORFISME GRAF KIPAS DAN GRAF KIPAS GANDA

BAB II LANDASAN TEORI

UNNES Journal of Mathematics

LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK

MODUL STRUKTUR ALJABAR 1. Disusun oleh : Isah Aisah, Dra., MSi NIP

Menghitung Jumlah Graf Sederhana dengan Teorema Polya

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM. pengujian struktur aljabar, yaitu implementasi sistem tersebut dan juga evaluasi dari

ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL. (Skripsi) Oleh ALI ABDUL JABAR

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

Soal-soal Latihan Pra UTS MATDAS. 1. Periksalah apakah argumen berikut valid secara logis atau tidak? p q q. ( p)

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP

GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA

Rencana Perkuliahan. Kelas : A, B, C, D. SKS/JS : 3/3 : Yus Mochamad Cholily

FUNGTOR KOVARIAN PADA KATEGORI. Soleh Munawir dan Y.D. Sumanto

BABAK PENYISIHAN SELEKSI TINGKAT PROVINSI BIDANG KOMPETISI

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN

Antonius C. Prihandoko

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING

MODUL ATAS RING MATRIKS ( ) Arindia Dwi Kurnia Universitas Jenderal Soedirman Ari Wardayani Universitas Jenderal Soedirman

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung proses penelitian. 2.1 Teori Grup Definisi 2.1.1 Operasi Biner Suatu operasi biner pada suatu himpunan adalah fungsi yang memetakan dari ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di (Fraleigh, 1999). Contoh 2.1.2 Diberikan himpunan bilangan komposit (himpunan bilangan bulat yang lebih besar dari 1 dengan banyaknya faktor positif lebih dari 2), dilengkapi dengan operasi pangkat dengan untuk setiap didefinisikan. Himpunan dan operasi merupakan contoh himpunan yang dilengkapi dengan operasi biner. Bukti. Perhatikan bahwa setiap bilangan komposit dan untuk setiap, maka. Misal faktorisasi bilangan komposit dengan

5 adalah bilangan prima yang berbeda, sehingga memiliki faktor positif sebanyak, maka dengan, memiliki faktor positif sebanyak. Akibatnya merupakan bilangan komposit. Jadi operasi tertutup dalam, sehingga merupakan operasi biner dalam. Operasi biner yang diperlengkapi pada suatu himpunan akan menjamin ketertutupan operasi elemen elemen dalam himpunan tersebut. Lebih lanjut jika memenuhi aksioma aksioma berikut, maka akan membentuk suatu struktur aljabar yang disebut grup. Definisi 2.1.3 Grup Suatu grup adalah himpunan, tertutup atas operasi biner, sedemikian sehingga memenuhi aksioma aksioma : 1. Untuk semua, berlaku (sifat asosiatif operasi ). 2. Terdapat suatu elemen identitas sedemikian sehingga untuk semua, berlaku (identitas atas operasi ). 3. Untuk setiap, terdapat suatu elemen di sedemikian sehingga.

6 Jika suatu himpunan dan operasi binernya hanya memenuhi aksioma 1, maka disebut semigrup. Suatu semigrup yang memenuhi aksioma 2 disebut monoid (Fraleigh, 1999). Contoh 2.1.4 Himpunan string dengan panjang minimal 1 digit yang dibentuk dari {0,1}, dilengkapi dengan operasi biner didefinisikan sebagai gabungan dua string adalah contoh semigrup. Bukti. Untuk sebarang dengan dan, { } dan, berlaku dengan panjang string, sehingga sifat tertutup operasi terpenuhi. Misalkan dengan, { }, sehingga. Jadi, sifat asosiatif terpenuhi. Akibatnya, himpunan dengan operasi biner membentuk semigrup.

7 Contoh 2.1.5 Himpunan kuasa dari himpunan, dilengkapi dengan operasi biner irisan himpunan merupakan monoid. Elemen identitas dalam monoid ini adalah. Bukti. Diberikan sebarang. Oleh karena itu,. Sehingga,. Akibatnya, (sifat tertutup terpenuhi). Selanjutnya, akan ditunjukkan sifat asosiatif, yaitu. Diberikan sebarang dan dan dan sehingga. Dengan cara yang serupa, diperoleh. Akibatnya, (sifat asosiatif terpenuhi). Pilih, oleh karena untuk setiap, berlaku dan maka. Akibatnya, merupakan elemen identitas di terhadap operasi. Jadi, himpunan kuasa dari himpunan dengan operasi irisan himpunan membentuk monoid.

8 Contoh 2.1.6 Himpunan matriks berorde dengan entri bilangan riil yang memiliki invers,, yang dilengkapi dengan operasi biner perkalian matriks adalah grup. Bukti. Diberikan sebarang sehingga. Oleh karena, maka. Akibatnya, invertibel. Dengan kata lain asosiatif jelas terpenuhi sebab merupakan elemen identitas dalam (sifat tertutup terpenuhi). Sifat. Jelas bahwa matriks. Oleh karena untuk setiap, terdapat invers dari yaitu sedemikian sehingga, maka setiap elemen di memiliki invers di. Jadi, membentuk grup dengan operasi biner perkalian matriks. Operasi biner dalam grup memiliki kemungkinan bersifat komutatif, yaitu untuk setiap berlaku. Hal ini yang mendasari didefinisikannya grup Abel sebagai berikut. Definisi 2.1.7 Grup Abel (komutatif) Suatu grup dikatakan grup Abel (komutatif) jika dan hanya jika operasi biner bersifat komutatif (Fraleigh, 1999).

9 Contoh 2.1.8 Himpunan didefinisikan sebagai himpunan matriks diagonal berorde yang invertibel dengan entri bilangan riil, yang dilengkapi dengan operasi biner perkalian matriks merupakan contoh grup Abel. Bukti. Diberikan sebarang dengan dan berturut turut adalah entri matriks dan. Sehingga, untuk, diperoleh dan. Sementara itu, untuk, diperoleh dan. Misalkan adalah entri matriks dengan. Sehingga, untuk : jika maka tetapi, sehingga, jika maka tetapi, sehingga, jika dan maka, sehingga. Jadi, untuk dapat disimpulkan. Untuk : jika dan maka dan, sehingga, jika dan maka, sehingga. Jadi, untuk dapat disimpulkan. Akibatnya, Selanjutnya, karena (sifat tertutup terpenuhi)., maka sifat asosiatif terpenuhi.

10 Jelas bahwa matriks merupakan elemen identitas dalam. Berikutnya akan ditunjukkan bahwa setiap elemen di dalam memiliki invers. Untuk setiap, terdapat sedemikian sehingga, dengan entri matriks adalah. Jadi, telah ditunjukkan bahwa adalah grup. Selanjutnya akan ditunjukkan sifat komutatif dalam. Diberikan sebarang dengan entri matriks dan entri matriks, dan untuk. Misal entri matriks dan entri matriks, dengan. Sehingga,. Akibatnya berlaku sifat komutatif pada. Jadi, dengan operasi biner perkalian matriks merupakan grup Abel. Definisi 2.1.9 Grup Abel Dasar Grup Abel dasar adalah grup Abel berhingga dengan setiap elemen tak nol memiliki orde prima (Dummit, 2004). Contoh 2.1.10 Diberikan { } dengan operasi biner * penjumlahan modulo 2, maka adalah grup Abel dasar. Himpunan bagian dari suatu grup belum tentu memenuhi keempat aksioma aksioma grup. Jika himpunan bagian tersebut memenuhinya maka disebut subgrup dari grup.

11 Definisi 2.1.11 Subgrup Jika suatu himpunan bagian dari grup tertutup atas operasi biner dari dan adalah grup dengan operasi biner tersebut, maka adalah subgrup dari yang dinotasikan dengan atau (Fraleigh, 1999). Contoh 2.1.12 Diketahui { } merupakan grup dengan operasi biner penjumlahan modulo 6. Misalkan { }. Jelas bahwa. Dengan operasi biner yang sama, akan membentuk grup sehingga. Dalam teori himpunan telah dikenal istilah himpunan bagian sejati dan himpunan bagian trivial. Oleh karena grup dibentuk dari suatu himpunan, maka dapat didefinisikan subgrup sejati dan subgrup trivial sebagai berikut. Definisi 2.1.13 Subgrup Sejati dan Trivial Jika adalah grup, maka sendiri adalah subgrup tak sejati dari. Semua subgrup yang lainnya dari disebut subgrup sejati. Dengan kata lain, adalah subgrup sejati dari jika dan hanya jika tetapi, dinotasikan. Subgrup { } disebut subgrup trivial dari dengan elemen identitas di. Semua subgrup selain { } disebut subgrup nontrivial (Fraleigh, 1999).

12 Contoh 2.1.14 Diberikan adalah grup, dengan { }. Misal { }. Dengan operasi, akan membentuk grup. Sehingga adalah subgrup dari. Karena, maka adalah subgrup sejati dari atau. Dalam suatu grup, terdapat subgrup khusus seperti subgrup normal, karena memiliki kriteria tertentu seperti pada definisi berikut. Definisi 2.1.15 Subgrup Normal Diberikan subgrup dari grup, dikatakan subgrup normal jika dan hanya jika untuk setiap, dinotasikan (Dummit, 2004). Contoh 2.1.16 Diberikan grup simetri. Jelas bahwa {, (1 3 2)} adalah subgrup dari. Sehingga, adalah subgrup normal dari atau. Definisi 2.1.17 Normalizer Diberikan suatu grup dan himpunan bagian dari, disebut normalizer dari dalam grup jika dan hanya jika { } (Dummit,2004). Contoh 2.1.18 Diberikan grup simetri. Jelas bahwa { } adalah himpunan bagian dari. Sehingga, { }.

13 Definisi 2.1.19 Centralizer Diberikan suatu grup dan, centralizer dari elemen dalam grup adalah himpunan semua elemen yang komutatif dengan, dinotasikan. Jadi, { }. Diberikan subgrup dari, centralizer dari subgrup dalam grup adalah himpunan semua elemen yang komutatif dengan semua elemen dalam himpunan, dinotasikan. Jadi, { } (Dummit,2004). Contoh 2.1.20 Diberikan suatu grup yang terdiri dari himpunan fungsi bernilai riil yang berbentuk, dengan operasi biner komposisi fungsi. Misal, maka { }, dengan adalah fungsi identitas dan fungsi invers dari. Definisi 2.1.21 Center Diberikan suatu grup, center dari grup adalah himpunan semua elemen yang komutatif dengan semua elemen, dinotasikan. Jadi, { }. Ekuivalen dengan irisan dari semua centralizer elemen grup (Dummit,2004). Contoh 2.1.22 Jika suatu grup yang terdiri dari himpunan fungsi bijektif bernilai riil, maka setiap. { }, dengan adalah fungsi identitas sedemikian sehingga untuk

14 Grup Mathieu merupakan grup berhingga. Dalam ruang lingkupnya, dibutuhkan Teorema Lagrange sebagai berikut. Teorema 2.1.23 Teorema Lagrange Jika suatu subgrup dari grup berhingga, maka orde dari habis membagi orde dari (Fraleigh,1999). Definisi 2.1.24 Subgrup Maksimal Diberikan suatu grup. subgrup sejati dari dikatakan subgrup maksimal dari jika dan hanya jika tidak ada subgrup yang memuat. Definisi 2.1.25 Grup Siklik dan Subgrup Siklik Jika adalah suatu grup dan, dapat dituliskan { } disebut subgrup siklik dari yang dibangun oleh. Suatu grup disebut siklik jika terdapat sedemikian sehingga, dalam hal ini elemen disebut elemen pembangun (Rotman, 2002). Contoh 2.1.26 merupakan grup siklik dengan elemen pembangunnya adalah 1 dan -1. Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan beberapa grup Mathieu adalah grup sederhana, maka perlu adanya definisi tentang grup sederhana sebagai berikut.

15 Definisi 2.1.27 Grup Sederhana Grup sederhana adalah grup yang subgrup normalnya hanya subgrup trivial dan dirinya sendiri (Dummit,2004). Contoh 2.1.28 Grup siklik merupakan grup sederhana, sebab tidak memiliki subgrup normal sejati selain subgrup trivial. 2.2 Grup Permutasi Contoh lain grup yaitu grup permutasi. Grup ini erat kaitannya dengan grup Mathieu, sebab grup Mathieu merupakan subgrup dari grup permutasi. Akan didefinisikan dahulu permutasi dari suatu himpunan. Definisi 2.2.1 Permutasi Suatu permutasi dari himpunan adalah suatu fungsi bijektif dari ke dirinya sendiri (Rotman, 2002). Contoh 2.2.2 Diketahui { }. Semua permutasi dari antara lain : { }, { }, { }, { }, { }, dan { } Misalkan terdapat himpunan semua permutasi dari suatu himpunan. Oleh karena permutasi merupakan fungsi bijektif, maka dua permutasi dapat dikomposisikan menjadi suatu fungsi bijektif. Sehingga, komposisi fungsi merupakan operasi biner pada himpunan semua permutasi dari suatu himpunan. Karena operasi komposisi fungsi bersifat asosiatif, himpunan permutasi ini akan membentuk

16 semigrup. Pada himpunan permutasi ini terdapat permutasi identitas yaitu fungsi identitas yang memetakan suatu elemen ke dirinya sendiri. Akibatnya, terdapat elemen identitas pada semigrup sebelumnya. Dengan kata lain, himpunan permutasi tersebut akan membentuk monoid. Oleh karena fungsi bijektif selalu mempunyai invers, yang tentunya merupakan fungsi bijektif, maka terdapat permutasi invers dalam himpunan permutasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa himpunan semua permutasi dari suatu himpunan akan membentuk grup yang didefinisikan sebagai berikut. Definisi 2.2.3 Grup Simetri Himpunan dari semua permutasi dari himpunan, dinotasikan sebagai, disebut grup simetri pada. Jika { } maka dinotasikan dengan dan disebut grup simetri pada objek (Rotman, 2002). Setelah mengetahui definisi grup permutasi, selanjutnya akan didefinisikan tentang stabilizer. Definisi 2.2.4 Stabilizer Diberikan suatu grup permutasi pada himpunan dan adalah elemen. Stabilizer dari adalah himpunan semua permutasi dalam yang menghasilkan titik tetap, dinotasikan { } (Dummit,2004).

17 Contoh 2.2.5 Diberikan grup dan titik tetap. { } { }. Diberikan suatu himpunan tak kosong. Sehingga, dapat dibentuk grup simetri. Misalkan subgrup dari. Sehingga, orbit pada grup yang dinotasikan sebagai, merupakan himpunan relasi ekuivalensi pada dengan, untuk setiap jika dan hanya jika untuk suatu dan. Stabilizer titik pada grup merupakan himpunan semua yang menetapkan titik. Sehingga, dapat dirumuskan Teorema Orbit- Stabilizer sebagai berikut. Teorema 2.2.6 Orbit-Stabilizer Diberikan subgrup dari grup simetri, maka untuk setiap berlaku (Mulholland, 2011). Dari suatu grup dan suatu himpunan tak kosong, dapat dibentuk suatu fungsi yang menghubungkan keduanya. Dengan kata lain, grup tersebut beraksi pada himpunan. Sehingga, dapat didefinisikan grup aksi sebagai berikut.

18 2.3 Teori Grup Aksi Definisi 2.3.1 Grup Aksi Diberikan suatu himpunan dan suatu grup. Suatu aksi dari pada adalah pemetaan sedemikian sehingga 1. ; dan 2., untuk setiap dan. Dengan kondisi ini, disebut -set (Fraleigh, 1999). Contoh 2.3.2 Diberikan adalah grup simetri orde dan himpunan, maka beraksi pada dengan fungsi permutasi. Dalam grup aksi dikenal istilah kernel sebagai berikut. Definisi 2.3.3 Kernel Grup Aksi Diberikan suatu grup beraksi pada himpunan tak kosong. Kernel dari aksi ini didefinisikan sebagai { } (Dummit,2004). Definisi 2.3.4 Aksi faithful Suatu aksi dari suatu grup disebut faithful jika kernelnya adalah elemen identitas (Dummit, 2004). Contoh 2.3.5 Diberikan adalah grup simetri orde beraksi pada himpunan tak kosong. Jika kardinalitas adalah, maka aksi tersebut adalah aksi faithful.

19 Definisi 2.3.6 Aksi Transitif Diberikan grup beraksi pada himpunan tak kosong. Aksi grup pada disebut transitif jika untuk setiap, maka terdapat sedemikian sehingga (Dummit, 2004). Definisi 2.3.7 -admisibel Diberikan adalah grup aksi transitif dan misalkan adalah relasi ekuivalensi pada. adalah -admisibel jika dan hanya jika untuk setiap berakibat untuk setiap (Biggs,1979). Definisi 2.3.8 Relasi Δ Relasi Δ adalah relasi ekuivalensi dengan jika dan hanya jika (Biggs, 1979). Definisi 2.3.9 Grup Reguler Suatu grup aksi disebut regular jika dan hanya jika stabilizer pada suatu titik adalah subgrup trivial (Dummit, 2004). Definisi 2.3.10 Grup Primitif Suatu grup aksi transitif disebut grup primitif jika dan hanya jika stabilizer pada suatu titik adalah subgrup maksimal (Dummit, 2004).

20 2.4 Grup Sylow Definisi 2.4.1 -grup dan -subgrup Suatu grup adalah -grup jika setiap elemen di mempunyai orde sebesar pangkat dari. Suatu subgrup dari grup adalah -subgrup dari jika subgrup tersebut merupakan -grup (Fraleigh,1999). Contoh 2.4.2 Diberikan grup, { }. Jelas bahwa. Karena setiap elemen tak nol dari memiliki orde prima, maka adalah -subgrup dari. Dengan demikian, adalah -grup. Definisi 2.4.3 Sylow -subgrup Suatu Sylow -subgrup dari grup adalah -subgrup maksimal dari, yaitu - subgrup yang tidak termuat dalam -subgrup yang lebih besar (Fraleigh,1999). Teorema 2.4.4 Diberikan dan adalah Sylow -subgrup dari grup berhingga, maka dan adalah konjugat subgrup dari (Fraleigh, 1999). 2.5 Homomorfisme dan Isomorfisme Dari dua grup dengan masing masing operasi binernya, dapat dibentuk suatu hubungan berbentuk fungsi yang sifatnya mempertahankan operasi dari grup yang pertama pada grup yang kedua. Sehingga, dapat didefinisikan homomorfisme sebagai berikut.

21 Definisi 2.5.1 Homomorfisme Suatu homomorfisme dari grup ke grup adalah pemetaan dari ke, sedemikian sehingga untuk semua (Grillet,2000). Contoh 2.5.2 Diberikan grup bilangan riil dengan operasi penjumlahan biasa dan grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa. Didefinisikan fungsi dengan, untuk setiap. Sehingga, untuk setiap berlaku. Oleh karena itu, merupakan homomorfisme. Definisi 2.5.3 Monomorfisme dan Epimorfisme Monomorfisme adalah suatu homomorfisme yang bersifat injektif. Epimorfisme adalah suatu homomorfisme yang bersifat surjektif (Grillet,2000). Contoh 2.5.4 Diberikan grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa dan grup bilangan riil dengan operasi penjumlahan biasa. Didefinisikan fungsi dengan untuk setiap. Karena, untuk setiap, maka merupakan homomorfisme. Jelas bahwa jika, bersifat injektif. Oleh karena itu, adalah suatu monomorfisme.

22 Contoh 2.5.5 Diberikan grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa dan grup bilangan bulat modulo dengan operasi penjumlahan modulo. Diberikan fungsi dengan, untuk setiap. Misal sebarang dengan dan, sehingga. Sehingga merupakan homomorfisme. Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa bersifat surjektif. Untuk setiap maka terdapat sedemikian sehingga dengan. Oleh karena itu, adalah suatu epimorfisme. Definisi 2.5.6 Isomorfisme dan Isomorfik Suatu isomorfisme grup adalah suatu homomorfisme grup yang bersifat bijektif. Dua grup dan adalah isomorfik jika terdapat isomorfisme dari pada, hubungan ini dinotasikan (Grillet,2000). Contoh 2.5.7 Diberikan grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa dan grup bilangan riil positif dengan operasi perkalian biasa. Didefinisikan fungsi dengan, untuk setiap.

23 Misal sebarang sehingga, diperoleh adalah suatu homomorfisme. Selanjutnya, akan ditunjukkan bersifat injektif. Diberikan sebarang dengan, maka Sehingga, terbukti bahwa bersifat injektif. Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa bersifat surjektif. Untuk setiap maka terdapat sedemikian sehingga atau isomorfisme.. Akibatnya, bersifat surjektif. Oleh karena itu, merupakan Definisi 2.5.8 Endomorfisme dan Automorfisme Suatu endomorfisme dari grup adalah suatu homomorfisme dari ke. Suatu automorfisme dari grup adalah suatu isomorfisme dari ke (Grillet,2000). Contoh 2.5.9 Diberikan suatu grup dengan elemen identitas. Didefinisikan fungsi dengan, untuk setiap. Misal sebarang maka. Oleh karena itu, adalah suatu endomorfisme.

24 Contoh 2.5.10 Diberikan suatu grup dan adalah fungsi konjugasi dalam, yaitu untuk suatu elemen tetap dan untuk setiap fungsi didefinisikan dengan. Untuk setiap, berlaku. Sehingga, adalah homomorfisme. Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa bersifat injektif. Diberikan sebarang dengan, sehingga, (dioperasikan dari kanan, dan dari kiri). Oleh karena itu, terbukti bahwa bersifat injektif. Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa bersifat surjektif. Untuk setiap diperoleh. Sehingga, terbukti bahwa bersifat surjektif. Jadi, telah dibuktikan bahwa merupakan automorfisme. Dalam mengkonstruksi Mathieu dan, yang merupakan subgrup dari grup simetri dengan aturan yang disebut sistem Steiner sebagai berikut.

25 2.6 Sistem Steiner dan Grup Mathieu Definisi 2.6.1 Sistem Steiner Suatu sistem Steiner terdiri dari himpunan berhingga dan merupakan koleksi himpunan bagian dari yang memenuhi : 1., 2. setiap memiliki elemen sebanyak. 3. sebarang yang memiliki elemen sebanyak, termuat tepat satu dalam. Elemen dari sistem Steiner disebut blok. Elemen dari himpunan berhingga disebut titik (Nickerson,2002). Contoh 2.6.2 Elemen elemen dari sistem Steiner adalah {1,2,3}, {1,4,5}, {1,6,7}, {2,4,6}, {2,5,7}, {3,4,7}, dan {3,5,6}. Definisi 2.6.3 dan Grup Mathieu dan didefinisikan sebagai berikut. { untuk setiap }. { untuk setiap }. { untuk setiap }. { untuk setiap }. { untuk setiap }. Banyaknya elemen grup sebagai berikut :

26 (Rubinstein, 2011). Misalkan suatu himpunan matriks berukuran dengan entri entrinya elemen dari suatu lapangan berorde. Himpunan bagian dari yang semua elemennya memiliki determinan 1 disimbolkan sebagai. Himpunan ini merupakan grup atas operasi perkalian matriks. Center dari grup ini yang dinotasikan sebagai merupakan grup atas operasi perkalian matriks. Sehingga, dapat didefinisikan sebagai berikut. Definisi 2.6.4 atau Diberikan adalah ruang vektor berdimensi atas lapangan berorde. didefinisikan sebagai ) (Biggs, 1979). Definisi 2.6.5 Diberikan adalah ruang vektor berdimensi atas lapangan berorde. Misalkan relasi ekuivalensi pada { }, dengan jika dan hanya jika untuk suatu { }, untuk setiap { }. didefinisikan sebagai himpunan kelas kelas ekuivalensi dari (Biggs, 1979).