PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :
|
|
- Ari Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PRISMA FISIKA, Vol. III, No. (5), Hal ISSN : 7-84 SIMULASI ORBIT PLANET DALAM TATA SURYA DENGAN METODE EULER, LEAPFROG DAN RUNGE-KUTTA Suraina ), Yudha Arman ), Boni Pahlanop Lapanporo ) ) Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanungpura Pontianak * yudhaarman@gmail.com Astrak Telah dilakukan simulasi gerak planet yang saling erinteraksi satu sama lain dan erinteraksi dengan matahari. Simulasi ini ertuuan untuk mengetahui perandingan hasil integrasi gerak planet dalam tata surya dengan metode Euler, Leapfrog dan Runge-Kutta orde 4. Dari pemodelan yang telah dilakukan terlihat ahwa lintasan orit planet hasil simulasi metode Leapfrog leih presisi dari pada metode Euler dan Runge Kutta orde 4. Error energi total dari metode Leapfrog uga leih kecil yaitu -,7. Sedangkan error energi total dari metode Euler dan Runge-Kutta orde 4 erturut-turut adalah seesar -,49 dan -,44. Kata kunci : Persamaan dinamika Newton, model gerak planet, energi total. Pendahuluan Dalam pandangan heliosentris planetplanet cenderung ergerak mengelilingi matahari. Lintasan planet mengelilingi matahari seenarnya adalah elips seagaimana yang dikemukakan oleh seorang ahli matematika dan astronomi dari Jerman ernama Johanes Kepler (57-6). Ia uga menunukkan ahwa planet tidak ergerak dengan kelauan konstan tetapi ergerak leih cepat ketika erada dekat dengan matahari. Lintasan dan gerak planet di dalam tata surya dielaskan dalam tiga hukum Kepler. Ketiga hukum tentang gerak planet terseut adalah : pertama, semua planet ergerak dalam orit ellips dengan matahari erada di salah satu fokusnya. Kedua, garis yang menghuungkan tiap planet ke matahari menyapu luasan yang sama dalam waktu yang sama. Ketiga, kuadrat periode tiap planet seanding dengan pangkat tiga arak rata-rata planet terhadap matahari (Tipler, 998). Pada era modern, hukum Kepler digunakan untuk mengaproksimasi orit satelit dan endaenda yang mengorit matahari seperti planet luar dan asteroid. Hukum-hukum ini pada dasarnya menaarkan gerakan dua enda yang saling mengorit satu sama lain. Kaian tentang lintasan dan gerak planet dapat disimulasikan dengan metode komputasi. Simulasi ini akan menggamarkan agaimana gerak yang dihasilkan oleh planet meliputi kecepatan dan posisi setiap saat yang dialami oleh planet. Salah satu hal yang menarik dari simulasi terseut adalah memandingkan model gerak planet dengan eragai metode serta menganalisis aplikasi metode terseut dalam simulasi delapan planet yang saling erinteraksi satu sama lain dan dengan matahari. Simulasi ini ertuuan untuk mengetahui perandingan hasil integrasi gerak planet dalam tata surya dengan metode Euler, Leapfrog dan Runge-Kutta orde 4. Simulasi ini dapat digunakan untuk mengetahui profil dari gerak planet melalui analisis solusi numerik yang didapatkan dengan ketiga metode terseut serta dapat memerikan informasi mengenai metode teraik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan model gerak planet.. Metodologi. Model Gerak Planet Kaian simulasi orit planet dalam tata surya dengan metode Euler, Leapfrog dan Runge-Kutta orde 4 tidak lepas dari analisis dan perhitungan persamaan differensial iasa. Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan dinamika Newton untuk interaksi delapan uah planet dan matahari yang dituliskan seagai erikut : dvx GMx Gmm xm x Gmv xv x dt r rm rv () Gmr xr x Gm x x Gms xs x rr r rs Gmu xu x Gmn xn x dan 74
2 PRISMA FISIKA, Vol. III, No. (5), Hal ISSN : 7-84 dv GMy dt r r r y m m v v m v Gm y y r r s s rr r rs u u n n () dimana M adalah massa matahari, m m massa merkurius, mv massa venus, mr massa mars, m massa upiter, ms massa saturnus, mu massa uranus, mn massa neptunus, sedangkan G adalah konstanta gravitasi. Persamaan () dan () merupakan persamaan gerak planet umi dalam komponen x dan y yang akan diselesaikan secara numerik. Untuk persamaan gerak planet yang lain, variael x dan y digantikan dengan variale x dan y yang ersesuaian. Jarak antara dua planet dapat dihitung menggunakan persamaan erikut : r x x y y () dengan x dan y merupakan posisi planet pada idang x dan y, x dan y merupakan posisi planet pada idang x dan y. Untuk memudahkan perhitungan atas awal yang digunakan adalah y dan x r, dimana y dan x merupakan posisi awal planet dalam arah x dan y, sedangkan r merupakan arak ratarata planet dengan matahari. Berikut data planet yang digunakan dalam simulasi ini yang meliputi data arak rata-rata planet ke matahari dan periode setiap planet. Tael. Data planet yang digunakan dalam hukum III Kepler Jarak rata-rata Periode Planet dari matahari (Earth Years) (AU) Merkurius,87,4 Venus,7,65 Bumi,, Mars,5,88 Jupiter 5,,86 Saturnus 9,59 9,5 Uranus 9,8 84, Neptunus,6 65 (Gould, 98). Metode Euler Metode euler merupakan metode yang paling sederhana untuk menyelesaikan masalah nilai awal (Sahid, 4). Kondisi atau syarat atau nilai awal (x, y ) digunakan untuk menghitung esarnya slope (atau tangent arah) y(x) pada x = x. Prinsip metode euler adalah hampiran kurva penyelesaian di sekitar yi dengan garis yang melalui (x i, y i). Hampiran selanutnya di y i+ adalah asis titik pada garis hampiran terseut yang memiliki asis y i+. Metode Euler digunakan untuk menyelesaikan persamaan () dan (), sehingga: kecepatan dalam arah x, i i GMx Gmm xm x vx, vx, ( r rm Gmv xv x Gmr xr x r r v r s s r rs Gmu xu x Gmn xn x ) (4) posisi dalam arah x, i i i x x v t (5) x, kecepatan dalam arah y, i i GMy Gm y y vy, vy, ( r r m m m Gm y y Gm y x v v r r rv rr s s r rs u u n n ) (6) posisi dalam arah y, i i i y y v t (7) y,. Metode Leapfrog Integrator leapfrog merupakan salah satu contoh integrator symplectic. Dalam integrator leapfrog terdapat dua operator utama untuk memisahkan energi potensial dan energi kinetik pada persamaan Hamiltonian, yaitu operator drift dan kick (Dehnen dan Read, ). Algoritma Leapfrog yang ersesuaian dengan persamaan () dan () dituliskan seagai erikut kecepatan dalam arah x, GMx Gmm xm x r rm Gmv xv x Gmr xr x (8) r i i v rr vx, vx, t Gm x x Gms xs x r r s Gmu xu x Gmn xn x posisi dalam arah x, i i i x x v t (9) x, 75
3 PRISMA FISIKA, Vol. III, No. (5), Hal ISSN : 7-84 kecepatan dalam arah y, GMy Gmm ym y r rm Gmv yv y Gmr yr x ) r i i v rr vy, vy, t Gm y y Gms ys y r r s Gmu yu y Gmn yn y posisi dalam arah y, i i i y y v t () y,.4 Metode Runge-Kutta Metode Runge Kutta merupakan suatu metode yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial secara numerik atau pendekatan sehingga mendapatkan penyelesaian yang leih signifikan daripada penyelesaian secara analitik. Metode Runge Kutta merupakan salah satu algoritma pemecahan diferensial dengan prinsip deret Taylor. Metode ini mencapai keakuratan dari suatu pendekatan Taylor tanpa memerlukan turunan-turunan tingkat tinggi (Matthew dan Fink, 4). Metode Runge-Kutta diuat untuk mendapatkan ketelitian yang leih tinggi dan keleihan dari metode ini adalah ahwa untuk memperoleh hasil-hasil terseut hanya diperlukan nilai-nilai fungsi di titik-titik semarang yang dipilih pada suatu interval agian (Wahyudin, 987). Pada metode Runge Kutta, semakin tinggi ordenya semakin tinggi pula tingkat ketelitian yang akan didapatkan. Di sisi lain, parameter yang diperlukan uga akan leih anyak. Pada umumnya, penyelesaian persamaan diferensial iasa akan menggunakan metode Runge Kutta orde-4. Runge Kutta orde-4 memutuhkan satu nilai awal untuk memulainya (y) dan potongan dari empat perhitungan deret Taylor (Suparno, 8). Metode Runge Kutta orde 4 uga digunakan untuk menyelesaikan persamaan () dan (), sehingga kecepatan dalam arah x, i i v x vx k k k k4 t () 6 posisi dalam arah x, i i i x x vx t () dengan a. GMx Gm x x k m m v v r r r rm rv rr s s u u n n r rs. c. d. GMx k ( r r r m m v v m v Gm x x r r s s rr r rs ).5k t u u n n GMx k ( m m v v r rm rv Gm x x r r s s rr r rs ).5k t u u n n GMx k ( m m v v 4 r rm rv Gm x x r r s s rr r rs ) k t u u n n kecepatan dalam arah y, i i v y vy k k k k4 t (4) 6 posisi dalam arah y, i i i y y v t (5) Dengan a.. c. d. y GMy Gm y y k m m v v r r r rm rv rr s s u u n n r rs GMy k ( r r r m m v v m v Gm y y r r s s rr r rs ).5k t u u n n GMy k ( m m v v r rm rv Gm y y r r s s rr r rs ).5k t u u n n GMy k ( m m v v 4 r rm rv Gm y y r r s s rr r rs ) k t u u n n 76
4 PRISMA FISIKA, Vol. III, No. (5), Hal Energi Total Planet Pada simulasi gerak planet ini uga akan diandingkan nilai galat (eror) energi total planet ketika mengelilingi matahari yang dihasilkan oleh metode Euler, Leapfrog dan Runge-Kutta orde 4. Energi total planet dapat diperoleh dengan menumlahkan energi potensial dan energi kenetik delapan planet secara analitik dan numerik. Selisih hasil analitik dan numerik akan mengahasilkan nilai galat (eror). Perhitungan energi total planet dirumuskan dalam perhitungan erikut. energi potensial delapan planet, Ep GMmm GMmv GMm GMmr rm rv r rr GMm r (6) GMms GMmu GMmn rs ru rn energi kinetik delapan planet, mm vm mv vv m v mr vr m v ms vs mu vu mn vn Ek (7) Untuk perhitungan energi kinetik secara analitik menggunakan nilai kecepatan awal setiap planet. Sedangkan perhitungan energi kinetik secara numerik menggunakan nilai kecepatan akhir yang diperoleh dari hasil simulasi. Adapun energi total planet dan nilai erornya diperoleh melalui perhitungan erikut. (8) E E p Ek e Enumerik Eanalitik Eanalitik (9).6 Diagram Alir Penelitian Alur pada penelitian ini disaikan pada diagram erikut. ISSN : Hasil Dan Pemahasan Penggamaran mengenai gerak planet seagaimana yang telah diungkapkan oleh Kepler tidak memperhatikan adanya efek planet lain di sekitarnya. Atau dengan kata lain masalah hanya diatasi pada two ody prolems. Hal ini tentunya kurang tepat, mengingat dalam kenyataannya tata surya kita terdiri dari delapan planet yang mengitari matahari. Masalah dua enda yang erinteraksi seperti digamarkan oleh hukum kuadrat teralik dapat diselesaikan secara eksak. Akan tetapi, ika ditamahkan lagi satu planet saa (selanutnya dikenal dengan three ody prolems) maka akan sangat sulit diselesaikan secara analitik. Dalam penelitian ini diamil kasus few ody prolems yaitu matahari dan delapan planet yang saling erinteraksi satu sama lain. Persamaan matematis yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari persaman () dan () yang menghasilkan grafik profil gerak planet pada idang x dan y, serta nilai eror energi total masing-masing metode. Untuk mempermudah dalam menggamarkan model gerak planet digunakan suatu satuan universal yang dikenal seagai satuan astronomi (astronomical unit atau AU). Satuan universal ini digunakan untuk mengantisipasi perhitungan numerik yang sangat esar. Satuan astronomi (AU) digunakan seagai satuan arak rata-rata planet ke matahari ( AU =,496 x m). Sedangkan satuan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun ( tahun =,5 x 7 s). Dalam simulasi ini lintasan orit planet diuat dalam dua grafik yaitu grafik lintasan planet dalam dan planet luar. Hal ini dikarenakan arak antara planet Merkurius dan Neptunus sangat auh sehingga simulasi ini tidak dapat menghasilkan lintasan delapan planet dalam satu grafik. Hasil simulasi program profil gerak planet Merkurius, Venus, Bumi dan Mars dengan metode Euler, Leapfrog dan RungeKuttaa orde 4 dapat dilihat pada gamar erikut Gamar. Grafik lintasan planet Merkurius, Venus, Bumi dan Mars dengan metode Euler Gamar. Tahapan-tahapan penelitian 77
5 PRISMA FISIKA, Vol. III, No. (5), Hal ISSN : Gamar. Grafik lintasan planet Merkurius, Venus, Bumi dan Mars dengan metode Leapfrog - - Gamar 5. Grafik lintasan planet Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus dengan metode Leapfrog Gamar. Grafik lintasan planet Merkurius, Venus, Bumi dan Mars dengan metode RK4 Gamar, dan merupakan hasil simulasi lintasan orit planet Merkurius, Venus, Bumi dan Mars dengan. Warna hitam pada ketiga gamar di atas merupakan lintasan planet Merkurius, warna merah merupakan lintasan planet Venus, warna iru merupakan lintasan planet Bumi, dan warna hiau merupakan lintasan planet Mars. Dari ketiga gamar terseut terlihat ahwa ahwa planet Merkurius mengalami pergeseran paling esar diantara planet Venus, Bumi dan Mars. Hal ini diseakan karena Merkurius merupakan planet yang paling dekat dengan Matahari. Dalam eksperimennya, Clemence menemukan ahwa presesi planet Merkurius dalam angka waktu satu aad adalah seesar 4,,45. Untuk hasil simulasi program profil gerak planet Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus dapat dilihat pada gamar erikut Gamar 4. Grafik lintasan planet Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus dengan metode Euler Gamar 6. Grafik lintasan planet Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus dengan metode RK4 Gamar 4, 5 dan 6 merupakan hasil simulasi lintasan orit planet Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Warna merah pada ketiga gamar di atas merupakan lintasan planet Jupiter, warna hiau merupakan lintasan planet Saturnus, warna hitam merupakan lintasan planet Uranus, dan warna iu merupakan lintasan planet Neptunus. Hasil simulasi profil gerak planet menunukkan ahwa terdapat peredaan antara simulasi dengan metode Euler, Leapfrog dan metode Runge Kutta orde 4. Peredaan terseut dapat dilihat dari posisi matahari seagai pusat tata surya. Dari hasil simulasi dengan metode Leapfrog terlihat ahwa lintasan planet mengelilingi matahari erentuk elips dan matahari erada pada salah satu titik fokus. Hal ini sesuai dengan hukum Kepler pertama. Akan tetapi hasil simulasi dengan metode Euler dan Leapfrog sangat menyimpang dari hukum Kepler pertama karena posisi matahari erada di pusat lingkaran ukan disalah satu titik fokus elips. Selain grafik lintasan orit setiap planet terhadap matahari, dalam pemodelan ini uga dihasilkan nilai eror dari energi total planet ketika mengelilingi matahari. Dari simulasi program metode Euler dengan interval waktu dt, didapatkan nilai energi total planet ketika mengelilingi matahari seesar 78
6 PRISMA FISIKA, Vol. III, No. (5), Hal ISSN : ,68 x 7 dan galatnya seesar -,49. Untuk nilai energi total metode Leapfrog dengan imterval waktu yang sama adalah seesar - 7,75 x 7 dan galatnya -,7. Sedangkan nilai energi total planet dengan metode Runge- Kutta orde 4 untuk interval waktu yang sama adalah seesar -7,67 x 7 dan galatnya -,44. terlihat ahwa nilai galat energi total yang dihasilkan oleh metode Leapfrog leih kecil daripada metode Euler dan Runge Kutta orde 4 untuk interval waktu yang sama. Hasil simulasi dengan ketiga metode terseut menunukkan ahwa energi yang dimiliki oleh planet yaitu energi karena gerakannya (EK) dan energi yang dimiliki karena posisinya (EP) esarnya adalah konstan. Kekekalan energi inilah yang menyeakan planet ergerak dalam lintasan yang sama pada setiap tahunnya. Tanda negatif pada nilai energi total yang dihasilkan dari ketiga metode terseut mengisyaratkan ahwa planet terikat kuat oleh matahari dan tidak akan keluar dari lintasan orit apaila tidak ada energi luar yang masuk ke planet. 4. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan ahwa solusi gerak planet yang dihasilkan metode Leapfrog leih presisi dan leih sesuai dengan hukum Kepler pertama diandingkan solusi gerak planet yang dihasilkan oleh metode Euler dan Runge Kutta orde 4. Hal ini diperkuat dengan galat (error) energi total hasil simulasi metode Leapfrog leih kecil daripada metode Euler dan Runge Kutta orde 4. DAFTAR PUSTAKA Dehnen, W., dan J.I. Read.. N-ody Simulations of Gravitational Dynamics. European Physics Journal Plus. Vol. 6. No. 55. Gould, H. 98. An Introduction to Computer Simulation Methods : Applications to Physical Systems. Clark University. Matthew, J.H., dan Fink, K.K. 4. Numerical Methods Using Matla. 4th Edition. Prentice-Hall Inc. Sahid. 4. Pengantar Komputasi Numerik dengan MATLAB. Yogyakarta : Andi. Suparno, S. 8. Komputasi untuk Sains dan Teknik : Dalam Matla. Edisi III. Jakarta : Univeristas Indonesia. Tipler, P.A Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga. Wahyudin Metode Analisis Numerik. Bandung : Tarsito. 79
BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh planet meliputi kecepatan dan posisi setiap saat yang dialami
BAB I PENDAHULUAN Simulasi tentang gerak planet dalam tatasurya merupakan topik yang sangat menarik untuk dilakukan. Simulasi ini akan menggambarkan bagaimana gerak yang dihasilkan oleh planet meliputi
Lebih terperinciBab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR
Ba 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Model kinematika diperlukan dalam menganalisis pergerakan suatu root moil. Model kinematik merupakan analisis pergerakan sistem yang direpresentasikan secara matematis
Lebih terperinciBAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA
BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA PET AK ONSEP PETA KONSEP Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya Gravitasi Gravitasi planet Hukum Gravitasi Newton Menentukan massa bumi! Fisika XI
Lebih terperinciGRAVITASI B A B B A B
23 B A B B A B 2 GRAVITASI Sumber: www.google.co.id Pernahkah kalian berfikir, mengapa bulan tidak jatuh ke bumi atau meninggalkan bumi? Mengapa jika ada benda yang dilepaskan akan jatuh ke bawah dan mengapa
Lebih terperinciMEKANIKA BENDA LANGIT MARIANO N., S.SI.
MEKANIKA BENDA LANGIT MARIANO N., S.SI. MEKANIKA BENDA LANGIT Adalah ilmu yang mempelajari gerakan benda-benda langit secara kinematika maupun dinamika : Posisi Kecepatan Percepatan Interaksi Gaya Energi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,
Lebih terperinciGRAVITASI. Gambar 1. Gaya gravitasi bekerja pada garis hubung kedua benda.
GAVITASI Pernahkah anda berfikir, mengapa bulan tidak jatuh ke bumi atau meninggalkan bumi? engapa jika ada benda yang dilepaskan akan jatuh ke bawah dan mengapa satelit tidak jatuh? Lebih jauh anda dapat
Lebih terperinciPOSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :
Penentuan Energi Keadaan Dasar Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Metode Kuantum Difusi Monte Carlo Nurul Wahdah a, Yudha Arman a *,Boni Pahlanop Lapanporo a a JurusanFisika FMIPA Universitas Tanjungpura,
Lebih terperinciMETODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 118-177, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ilmu fisika merupakan ilmu yang mempelajari berbagai macam fenomena alam dan berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu peran ilmu fisika
Lebih terperinciPERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. Model Gravitasi
MEODE ANALISIS ERENCANAAN 2 Materi 1 : L 311 Oleh : Ken Martina Kasikoen Model Gravitasi Model gravitasi adalah model yang paling sering digunakan dalam studi-studi perencanaan dan transportasi, karenanya
Lebih terperinciHukum Newton Tentang Gravitasi
Hukum Newton Tentang Gravitasi Kalian tentu sering mendengar istilah gravitasi. Apa yang kalian ketahui tentang gravitasi? Apa pengaruhnya terhadap planet-planet dalam sistem tata surya? Gravitasi merupakan
Lebih terperinciMETODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 167-178, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :
PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (1), Hal. 5 91 ISSN : 337- Model Sederhana Gerak Meteor di Atmosfer yang Jatuh Tegak Lurus Terhadap Permukaan Bumi Nur Fadhila 1)*, Yudha Arman 1), Boni Pahlanop Lapanporo
Lebih terperinciKOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB
KOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB Tatik Juwariyah Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional
Lebih terperinciPENERAPAN METODE ADAMS-BASHFORTH-MOULTON ORDE EMPAT UNTUK MENENTUKAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER HOMOGEN ORDE TIGA KOEFISIEN KONSTAN
Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 2 Hal. 21 25 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENERAPAN METODE ADAMS-BASHFORTH-MOULTON ORDE EMPAT UNTUK MENENTUKAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3
PENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3 Tornados P. Silaban 1, Faiz Ahyaningsih 2 1) FMIPA, UNIMED, Medan, Indonesia email: tornados.p_silaban@yahoo.com 2)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persamaan diferensial adalah suatu persamaan diantara derivatif-derivatif yang dispesifikasikan pada suatu fungsi yang tidak diketahui nilainya dan diketahui jumlah
Lebih terperinciPERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 376 PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD KUSBUDIONO 1, KOSALA DWIDJA PURNOMO 2,
Lebih terperinciMomen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)
Gerak Rotasi Momen Inersia Terdapat perbedaan yang penting antara masa inersia dan momen inersia Massa inersia adalah ukuran kemalasan suatu benda untuk mengubah keadaan gerak translasi nya (karena pengaruh
Lebih terperinciHUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET
HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET Kompetensi Dasar 3.2 Mengevaluasi pemikiran dirinya terhadap keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan
Lebih terperinci4. Mononom dan Polinom
Darpulic www.darpulic.com 4. Mononom dan Polinom Sudaratno Sudirham Mononom adalah pernataan tunggal ang erentuk k n, dengan k adalah tetapan dan n adalah ilangan ulat termasuk nol. Fungsi polinom merupakan
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI
PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI Frando Heremba, Nur Aji Wibowo, Suryasatriya Trihandaru Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Matematika
Lebih terperinciPENDEKATAN THREE BODY PROBLEMS THEORY UNTUK MENSIMULASIKAN EFEK JUPITER TERHADAP GERAKAN ORBIT BUMI
LAPORAN PENELITIAN BIDANG STUDI/ILMU/KEAHLIAN TANUN ANGGARAN 2011 PENDEKATAN THREE BODY PROBLEMS THEORY UNTUK MENSIMULASIKAN EFEK JUPITER TERHADAP GERAKAN ORBIT BUMI Oleh: Supardi, M.Si dkk JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciEFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D
EFISIENSI DAN EFEKIVIAS SIRIP LONGIUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPA KEADAAN AK UNAK KASUS 2D PK Purwadi Jurusan eknik Mesin, FS, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Email: pur@mailcity.com ABSRAK Penelitian
Lebih terperinciDINAMIKA BENDA LANGIT
DINAMIKA BENDA LANGIT CHATIEF KUNJAYA KK A S T R O N O M I, I N S T I T U T T E K N O L O G I B A N D U N G TPOA, Kunjaya 2014 KOMPETENSI DASAR X.3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus
Lebih terperinciBAHAN AJAR FISIKA GRAVITASI
BAHAN AJAR FISIKA GRAVITASI OLEH SRI RAHMAWATI, S.Pd SMA NEGERI 5 MATARAM Pernahkah kalian berfikir, mengapa bulan tidak jatuh ke bumi atau meninggalkan bumi? Mengapa jika ada benda yang dilepaskan akan
Lebih terperinci3. MEKANIKA BENDA LANGIT
3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3.1. ELIPS Sebelum belajar Mekanika Benda Langit lebih lanjut, terlebih dahulu perlu diketahui salah satu bentuk irisan kerucut yaitu tentang elips. Gambar 3.1. Geometri Elips
Lebih terperinciBab III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan
Ba III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan Pada a ini, akan diahas penyearan oksigen di pemuluh kapiler dan jaringan, dimana sel-sel di jaringan diasumsikan mengkonsumsi oksigen
Lebih terperinciBANK SOAL METODE KOMPUTASI
BANK SOAL METODE KOMPUTASI 006 iv DAFTAR ISI Halaman Bio Data Singkat Penulis.. Kata Pengantar Daftar Isi i iii iv Pengantar... Kesalahan Bilangan Pendekatan... 6 Akar-akar Persamaan Tidak Linier.....
Lebih terperinciMOMENTUM - TUMBUKAN FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) (+GRAVITASI) Mirza Satriawan. menu
FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) 1/34 MOMENTUM - TUMBUKAN (+GRAVITASI) Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Sistem Partikel Dalam pembahasan-pembahasan
Lebih terperinci4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit
4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas gerak benda langit dalam medan potensial umum, misalnya potensial sebagai
Lebih terperinciRINGKASAN MATERI GRAVITASI. Newton mengusulkan hukum gaya yang kita sebut dengan Hukum Gravitasi. Gambar 2 Hukum Gravitasi Newton
INGKASAN MATEI GAVITASI a. Hukum gravitasi Newton Newton mengusulkan hukum gaya yang kita sebut dengan Hukum Gravitasi Newton, bahwa setiap partikel menarik partikel lain dengan gaya gravitasi yang besarnya:
Lebih terperincidlp2usaha - - USAHA DAN ENERGI - - Usaha dan Eenergi 8105 Fisika 1 mv
- - USAHA DAN ENERGI - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp2usaha Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor agaimana cara downloadnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aryati dkk.(2003) menyatakan bahwa persamaan diferensial adalah formulasi matematis dari masalah di berbagai bidang kehidupan. Persamaan diferensial sering
Lebih terperinciIkhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Tata Surya, sebuah kerajaan di langit
Tata Surya, sebuah kerajaan di langit Kata solar berasal dari bahasa Latin Sol yang artinya Matahari atau Surya. Jadi, yang dimaksud dengan Tata Surya adalah sebutan yang diberikan pada Matahari dan seluruh
Lebih terperinciPENENTUAN MATRIKS IMPEDANSI REL JALA-JALA (NETWORN DENGAN METODE LANGSUNG
Jurnal llmiah PoIi Rekayasa Volume 3. Nomor f, Oktoer 2007 ISSN : Ig5g-3209 PENENTUAN MATRIKS IMPEDANSI REL JALA-JALA (NETWORN DENGAN METODE LANGSUNG Oleh : Adul Hafid, Efendi Muchtar & Tri Artono Jurusan
Lebih terperinciGambar tata sury, alam 98
TATA SURYA Jika kita terbang mengarungi ruang angkasa meninggalkan bumi. Dari suatu tempat akan dapat melihat bumi bersama delapan planet lainnya bergerak mengedari matahari. Planetplanet (planetai = pengembara)
Lebih terperinciMessage Authentication Code (MAC) Pembangkit Bilangan Acak Semu
Bahan Kuliah ke-21 IF5054 Kriptografi Message Authentication Code (MAC) Pemangkit Bilangan Acak Semu Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persamaan diferensial berperan penting dalam kehidupan, sebab banyak permasalahan pada dunia nyata dapat dimodelkan dengan bentuk persamaan diferensial. Ada dua jenis
Lebih terperinci3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,
3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik
Lebih terperinciBAB III ANALISA SISTEM
BAB III ANALISA SISTEM Pada bab ini akan dibahas analisa dan cara kerja pembuatan aplikasi pembelajaran tata surya menggunakan Android Studio. Adapun tahapan-tahapan dalam pembuatan aplikasi ini yaitu
Lebih terperinciBAB VI DEFLEKSI BALOK
VI DEFEKSI OK.. Pendahuluan Semua alok akan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya apaila tereani. Dalam struktur angunan, seperti : alok dan plat lantai tidak oleh melentur terlalu erleihan untuk
Lebih terperinciAntiremed Kelas 9 Fisika
Antiremed Kelas 9 Fisika Tata Surya - Latihan Ulangan Doc Name : AR09FIS0599 Version : 2012-10 halaman 1 01. Berikut ini adalah planet-planet pada tata surya kita. Urutan yang benar dari yang terdekat
Lebih terperinciANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT
ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL Handali, S 1), Gea, O 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail
Lebih terperinciJAWABAN DAN PEMBAHASAN
JAWABAN DAN PEMBAHASAN 1. Dalam perjalanan menuju Bulan seorang astronot mengamati diameter Bulan yang besarnya 3.500 kilometer dalam cakupan sudut 6 0. Berapakah jarak Bulan saat itu? A. 23.392 km B.
Lebih terperinciJika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu
A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.
Lebih terperinciPERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN Sumer: Art & Gallery 44 Matematika X SMK Kelompok: Penjualan dan Akuntansi Standar kompetensi persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat terdiri atas tiga kompetensi dasar.
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (13), Hal. 1-7 ISSN : 337-8 Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet Nurul Asri 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas
Lebih terperinciANALISIS SOLUSI NUMERIK MODEL GERAK PLANET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA SKRIPSI. Oleh. Moh. Ba its Sulthon NIM
ANALISIS SOLUSI NUMERIK MODEL GERAK PLANET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA SKRIPSI Oleh Moh. Ba its Sulthon NIM 081810101058 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER
Lebih terperinciSTUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM A COMPARATIVE STUDY OF PLATE STRUCTURE ANALYSIS USING STRIP METHOD, PBI 71, AND FEM Guntara M.
Lebih terperinciBAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.
BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan
Lebih terperinciLAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL
LAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Nurdeni 1, Witri Lestari 2, dan Seruni 3 1 Program Studi Pendidikan Matematika, FTMIPA, Universitas Indraprasta PGRI [Email:
Lebih terperinciTRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR
a 6 TRIGONOMETRI A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN ELAJAR Kompetensi Dasar 1. Menghayati pola hidup disiplin, kritis, ertanggungjawa, konsisten dan jujur serta menerapkannya dalam kehidupan sehari hari..
Lebih terperinciOptimasi Posisi Cryoprobe pada Proses Cryosurgery Menggunakan Metode Bubble Packing
Optimasi Posisi Cryoproe pada Proses Cryosurgery Menggunakan Metode Bule Packing Nurul Faar Riani 1, Dede Tarwidi 2, Sri Suryani P. 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi-Telkom University, Bandung 1 nurul.faarriani@gmail.com,
Lebih terperinci6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat
Sumer: Art and Gallery Standar Kompetensi 6. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linier dan fungsi kuadrat Kompetensi Dasar 6. Mendeskripsikan peredaan konsep relasi dan fungsi
Lebih terperinciBAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN
BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN Ba ini akan memahas kapasitas samungan rangka aja ringan terhadap gaya-gaya dalam yang merupakan hasil analisis struktur rangka aja ringan pada pemodelan a seelumnya.
Lebih terperinci7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)
BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 idu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik pada suatu titik dari setiap
Lebih terperinciPERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1
PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT- Mata Pelajaran K e l a s Nomor Modul : Matematika : X (Sepuluh) : MAT.X.0 Penulis Pengkaji Materi Pengkaji Media : Drs. Suyanto : Dra.Wardani Rahayu, M.Si. : Drs. Soekiman DAFTAR
Lebih terperinciBAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT
BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT Standar kompetensi:. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat Kompetensi Dasar:. Memahami konsep fungsi.
Lebih terperinciNASKAH SOAL POST-TEST. Mata Pelajaran: Fisika Hari/Tanggal : Kelas : XI/IPA Waktu :
NASKAH SOAL POST-TEST Mata Pelajaran: Fisika Hari/Tanggal : Kelas : XI/IPA Waktu : PETUNJUK: 1) Tulislah terlebih dahulu nama, nomor, dan kelas pada lembar jawaban yang tersedia! 2) Bacalah terlebih dahulu
Lebih terperinciMETODE PSEUDOSPEKTRAL CHEBYSHEV PADA APROKSIMASI TURUNAN FUNGSI
Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 50 57 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND METODE PSEUDOSPEKTRAL CHEBYSHEV PADA APROKSIMASI TURUNAN FUNGSI ILHAM FEBRI RAMADHAN Program Studi Matematika
Lebih terperinciOVERVIEW Persamaan keadaan adalah persamaan yang menyatakan hubungan antara state variable
OERIEW ersamaan keadaan adalah persamaan yang menyatakan huungan antara state variale yang menggamarkan keadaan dari suatu sistem pada kondisi fisik tertentu State variale adalah property dari sistem yang
Lebih terperinciPembahasan Soal Gravitasi Newton Fisika SMA Kelas X
Soal Gravitasi Newton Fisika SMA Kelas X http://gurumuda.net Contoh soal hukum gravitasi Newton Pelajari contoh soal hukum Newton tentang gravitasi lalu kerjakan soal hukum Newton tentang gravitasi. 1.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mengungkapkan perilaku dinamik suatu sistem fisik seperti mekanik, listrik, hidrolik dan lain sebagainya, umumnya sistem fisik dimaksud dimodelkan dengan sistem
Lebih terperinciANALISIS SOLUSI NUMERIK MODEL GERAK PLANET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA SKRIPSI. Oleh. Moh. Ba its Sulthon NIM
ANALISIS SOLUSI NUMERIK MODEL GERAK PLANET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA SKRIPSI Oleh Moh. Ba its Sulthon NIM 081810101058 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER
Lebih terperinciE-LEARNING MATEMATIKA
MODUL E-LEARNING E-LEARNING MATEMATIKA Oleh : NURYADIN EKO RAHARJO, M.PD. NIP. 9705 00 00 Penulisan Modul e Learning ini diiayai oleh dana DIPA BLU UNY TA 00 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Lebih terperincib. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0
B.3 Fungsi Kuadrat a. Tujuan Setelah mempelajari uraian kompetensi dasar ini, anda dapat: Menentukan titik potong grafik fungsi dengan sumu koordinat, sumu simetri dan nilai ekstrim suatu fungsi Menggamar
Lebih terperinci1. Jika p dan q akar-akar persamaan. x 2 bx c 0 dan k konstanta real, maka
PERSAMAAAN DAN FUNGSI KUADRAT Bentuk umum persamaan kuadrat a + + c =0, a 0 Akar-akar persamaan : D = a D = 4ac Menyusun persamaan paraola y q = a ( p) Diskriminan (D = 4ac) Persamaan kuadrat memiliki.
Lebih terperinciMODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR. Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI
MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI
Lebih terperinciMetode Simpleks Diperbaiki (Revised Simplex Method) Materi Bahasan
/7/ Metode Simpleks Diperaiki (Revised Simple Method) Kuliah TI Penelitian Operasional I Materi ahasan Dasar-dasar aljaar dari metode simpleks Metode simpleks yang diperaiki TI Penelitian Operasional I
Lebih terperinciANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA
BAB V AALSA TRAFK PADA JARGA CDMA Analisa trafik pada suatu sistem seluler sangat terkait dengan kapasitas aringan dari sistem terseut. Yang terkait erat dengan kapasitas aringan ini adalah intensitas
Lebih terperinciMODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT
MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT 1. TUJUAN - Memahami hukum dan prinsip fisika yang mendasari metode gaya erat - Mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai variasi gaya erat di
Lebih terperinciPENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1)
PENDEKATAN TEORI A. Perpindahan Panas Perpindahan panas didefinisikan seagai ilmu umtuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya peredaan suhu diantara enda atau material (Holman,1986).
Lebih terperinciANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI
ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI A.P.M., Tarigan *) dan Ahmad Syarif Zein **) *) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU **) Sarjana Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU
Lebih terperinci7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)
Ba 7 Residu dan Penggunaannya BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 Residu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik
Lebih terperinciContoh Soal : Jawaban : Diketahui. Ditanyakan. Penyelesaian :
Contoh Soal : Planet jupiter memiliki jarak orbit ke matahari yang diperkirakan sama dengan empat kali jarak orbit bumi ke matahari. Periode revolusi bumi mengelilingi matahari 1 tahun. Berapakah periode
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SEKOLAH : SMP N 1 Sukorame KELAS / SEMESTER : IX (sembilan) / 2 MATA PELAJARAN : I P A
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SEKOLAH : SMP N 1 Sukorame KELAS / SEMESTER : IX (sembilan) / 2 MATA PELAJARAN : I P A STANDAR KOMPETENSI 5. Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi
Lebih terperinciBAB XII GAYA DAN TEKANAN
BAB XII GAYA DAN TEKANAN 1. Bagaimanakah huungan antara gaya dan tekanan?. Faktor apakah yang mempengaruhi tekanan di dalam zat cair? 3. Apakah yang dimaksud dengan hukum Pascal? 4. Apakah yang dimasudkan
Lebih terperinciTAKARIR. pakai khusus
TAKARIR Authoring tool professional : Pengintegrasian elemen-elemen yang terpisah dengan menggunakan perangkat lunak siap pakai khusus Computer Aided Instruction Drill and practice Education Interactive
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi pada dunia saat ini terus menunjukkan peningkatann yang signifikan, terutama pada bidang mobile phone. Mobile phone sebagai alat komunikasi
Lebih terperinciMETODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT
METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR Rino Martino 1 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya
Lebih terperinciPerbandingan Skema Numerik Metode Finite Difference dan Spectral
Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agustus 2016 ISSN: 0852-730X Perbandingan Skema Numerik Metode Finite Difference dan Spectral Lukman Hakim 1, Azwar Riza Habibi 2 STMIK
Lebih terperinciNAMA :... NIM :... KELAS :......
NAMA :... NIM :... KELAS :...... T A T A S U R Y A Tata surya terdiri dari matahari sebagai pusat tata surya, planet-planet (termasuk bumi) dan benda langit lain semuanya secara langsung dan tidak langsung
Lebih terperinciKlik. Korona pada Matahari
Klik Korona pada Matahari Klik Kromosfer pada Matahari Klik TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya 1. Planet 2. Asteroid 3. Satelit 4. Meteoroid 5. Komet
Lebih terperinciBab IV Tes Evolusi Orbit Asteroid
Bab IV Tes Evolusi Orbit Asteroid Sebelum tahun 1990 konsep perhitungan evolusi atau integrasi orbit yang banyak dipakai adalah menggunakan konsep time-step seperti Runge-Kutta (Dormand et al. 1987), Bulirsch
Lebih terperinciUN SMA IPA 2010 Matematika
UN SMA IPA 00 Matematika Kode Soal P0 Doc. Name: UNSMAIPA00MATP0 Doc. Version : 0-0 halaman 0. Akar-akar persamaan kuadrat x² + (a - ) x + =0 adalah α dan β. Jika a > 0 maka nilai a =. 8 x 0. Diketahui
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang
35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang go pulic di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diamil diatasi pada perusahaanperusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dan pemahasan serius dari pemerintah dan ahli kependudukan. Bila para ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akibatnya model matematika sistem dinamik mengandung derivative biasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Pengetahuan memberikan landasan teori bagi perkembangan teknologi, salah satunya adalah matematika. Cabang matematika modern yang mempunyai cakupan wilayah penelitian
Lebih terperinci(R.2) PERBANDINGAN METODE BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM PENDUGAAN PARAMETER REGRESI DENGAN PARTIAL LEAST SQUARE REGRESSION
Universitas Padjadjaran, 3 Novemer 200 (R.2) PERANDINGAN METODE OOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM PENDUGAAN PARAMETER REGRESI DENGAN PARTIAL LEAST SQUARE REGRESSION I Gede Nyoman Mindra Jaya Jurusan Statistika
Lebih terperinciMETODE NUMERIK SEMESTER 3 2 JAM / 2 SKS. Metode Numerik 1
METODE NUMERIK SEMESTER 3 2 JAM / 2 SKS Metode Numerik 1 Materi yang diajarkan : 1. Pendahuluan - latar belakang - mengapa dan kapan menggunakan metode numerik - prinsip penyelesaian persamaan 2. Sistim
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. bergerak dalam fluida tersebut. Beberapan ayat dalam Al-Qur an menyebutkan
BAB II KAJIAN TEORI.1 Viskositas Viskositas merupakan ukuran kekentalan yang menyatakan esar kecilnya gesekan dalam luida.semakin esar viskositas luida, semakin sulit suatu enda ergerak dalam luida terseut.
Lebih terperinci1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.
Bayangkan suatu fungsi seagai seuah mesin, misalnya mesin hitung. Ia mengamil suatu ilangan (masukan), maka fungsi memproses ilangan yang masuk dan hasil produksinya diseut keluaran. x Masukan Fungsi f
Lebih terperinciPENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR HOMOGEN DENGAN KOEFISIEN KONSTAN MENGGUNAKAN METODE ADAMS BASHFORTH MOULTON
Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 2 (2014), hal 125 134. PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR HOMOGEN DENGAN KOEFISIEN KONSTAN MENGGUNAKAN METODE ADAMS BASHFORTH
Lebih terperinciBAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK
BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang mengandung derivatif dari variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas. Persamaan diferensial sendiri
Lebih terperinciGAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik
GAYA GESEK (Rumus) Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik f = gaya gesek f s = gaya gesek statis f k = gaya gesek kinetik μ = koefisien gesekan μ s = koefisien gesekan statis μ k = koefisien gesekan
Lebih terperinciPlanet-planet dan planet-planet luar Rosa M. Ros, Hans Deeg
Planet-planet dan planet-planet luar Rosa M. Ros, Hans Deeg International Astronomical Union Universidad Politécnica de Cataluña, España Instituto de Astrofísica de Canarias, España Tujuan Memahami arti
Lebih terperinciSMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya
1. Perhatikan ciri-ciri planet pada tabel berikut. SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1 Nama Planet Ciri Ciri (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata
Lebih terperinci