EVALUASI KEKUATAN LATERAL DINDING BATA DALAM STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN STUDI EKSPERIMEN DAN MODEL NUMERIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KEKUATAN LATERAL DINDING BATA DALAM STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN STUDI EKSPERIMEN DAN MODEL NUMERIK"

Transkripsi

1 Annual Cvl Engneerng Semnar 15, Pekanbaru EVALUASI KEKUATAN LATERAL DINDING BATA DALAM STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN STUDI EKSPERIMEN DAN MODEL NUMERIK Januarahmad Erva 1, Madawat, Jafrl Tanjung 3 1 Mahasswa Teknk Spl/Insttut Teknolog Padang Dosen Teknk Spl/Insttut Teknolog Padang 3 Dosen Teknk Spl/Unverstas Andalas aokz156@gmal.om ABSTRAK Makalah n memuat hasl pengujan struktur dan analss numerk untuk struktur rangka beton bertulang ang ds dengan dndng bata terhadap beban lateral. Dalam peneltan n duj struktur rangka beton bertualang tanpa dndng bata dan dengan dndng bata ang merupakan model struktur dengan skala kel dar struktur rangka ang umum pada gedung beton bertulang. Pengujan dlakukan seara push over dengan memberkan beban lateral seara monoton. Hasl pengujan mendapatkan bahwa dndng bata memberkan konstrbus ang ukup sknfkan terhadap kekuatan lateral struktur rangka seara keseluruhan. Hasl pengujan struktur dbandngkan dengan hasl analss numerk dengan pemodelan dndng. Dalam pemodelan, dndng bata danalss dengan model strut dagonal ekvalen dmana kekuatan lateral dndng bata devaluas berdasarkan lebar strut dagonal ang dnatakan dalam fungs tngg kontak antara kolom dan dndng. Tngg kontak antara kolom dan dndng danalss berdasarkan tegangan tekan ang terjad pada daerah kontak antara dndng dan kolom. Sebaga haslna ddapatkan kekuatan lateral dan daktltas dndng bata hasl model ang ukup mendekat hasl ekspermen. Kata kun: dndng bata, kekuatan lateral, model strut dagonal ekvalen, struktur rangka beton bertulang. 1. PENDAHULUAN Dndng bata dalam struktur rangka beton bertulang sangat umum dgunakan pada bangunan gedung d negara berkembang termasuk Indonesa dengan alasan kemudahan dalam teknk pengerjaan dan juga dkarenakan baa ang murah. Dalam perenanaan gedung, keberadaan dndng dndng bata basana dabakan dalam perhtungan beban gempa dengan hana menganggap dndng bata sebaga prats atau pengs dalam struktur rangka. Dndng bata hana dperhtungkan dalam menghtung berat sendr struktur. Berdasarkan pengalaman gempa ang terjad d Indonesa mendapatkan bahwa beberapa gedung struktur rangka beton bertulang ang memlk dndng bata sebaga prats menunjukan performane ang lebh selama gempa dbandngkan dengan gedung ang tanpa/sedkt dndng bata dalam struktur rangkana (Madawat at all, 8). Beberapa penelt sebelumna telah mendapatkan bahwa dndng bata dalam struktur rangka dapat menngkatkan kekakuan lateral pada struktur rangka dan gedung beton betulang (Chaker and Cherfat, 1999; Madawat, 11,). Namun mash terdapat nla konstrbus kekuatan dan daktltas ang beragam dar hasl peneltan-peneltan tersebut terhadap struktur rangka beton bertulang. Oleh karena tu dalam peneltan n akan dlakukan pengujan struktur dan analss seara numerk terhadap struktur rangka beton bertulang dengan dndng bata. Pengujan dlakukan seara push over dengan memberkan beban lateral seara monoton. Hasl pengujan struktur dbandngkan dengan hasl smulas pemodelan dndng. Dalam peneltan n, dndng bata dalam struktur rangka danalss dengan metoda strut dagonal ekvalen dkembangkan oleh Madawat et al (Madawat, 13). Dalam model n, kekuatan lateral dndng bata ddapatkan berdasarkan lebar strut dagonal dan tngg kontak antara kolom dan dndng ang devaluas berdasarkan tegangan tekan ang terjad ddaerah kontak tersebut. 177

2 Annual Cvl Engneerng Semnar 15, Pekanbaru. STUDI EKSPERIMEN Model struktur Pengujan dlakukan pada (dua) model struktur atu struktur rangka beton bertulang tanpa dndng (BF) dan struktur rangka dengan dndng bata (IFFW). Struktur rangka beton bertulang memlk ukuran luas penampang balok 15x15 mm, tulangan utama dan tulangan sengkang balok adalah masng-masng 6D16 dan Ø8-5. Ukuran penampang kolom 15x15 mm dengan tulangan pokok dan sengkang masng-masng adalah 4D1 dan Ø4-5. Dndng terbuat dar bata dengan ukuran skala kel sehngga tebal dndng menjad 7 m termasuk plester d kedua ss dndng. Detal penampang struktur rangka dan tulangan dtunjukan dalam Gambar 1. a). Struktur Rangka tanpa Dndng (BF) b) Struktur Rangka dengan Dndng (IFFW) Gambar 1. Struktur Rangka Beton Bertulang Dengan dan Tanpa Dndng Bata Materal struktur Data materal ang dgunakan dalam rangka beton bertulang ddapatkan dar hasl pengujan pada setap komponen materal ang dgunakan antara lan beton, baja tulangan, dndng bata. Mutu materal beton ddapatkan melalu uj kuat tekan sample slnder beton berumur 8 har, kuat tekan dndng melalu uj tekan masonr prsm dan uj tark untuk mutu tulangan. Pengujan materal dlakukan dengan menggunakan mesn Unversal Testng Mahne (UTM) d Laboratorum Materal dan Struktur Teknk Spl Unverstas Andalas padang, sedangkan untuk pengujan kuat tark baja dlakuakan d Labor Teknk Mesn Fakultas Teknk Industr Insttut Teknolog Padang. Kedua model struktur melk materal propoertes ang sama ang dtunjukan dalam Tabel 1. Nla Modulus elaststas beton, E ddapatkan dengan berdasarkan SNI dan modulus elaststas dndng bata ddapat dengan asums dmana nla k berksar antara 5 ~ 6 ( Drdale et al, 1993). Tabel 1. Data Materal 178 ' E = 47 f E = kf Beton Tulangan) Dndng Bata f (N/mm ) E (N/mm f (N/mm ) ) f (N/mm ) Es fm Em D1 ϕ4 (N/mm ) (N/mm ) (N/mm ) Metode pengujan Model struktur dtempatkan pada frame pengujan dengan memberkan aktuator pengujan berupa load ell untuk memberkan beban lateral d balok atas struktur rangka dsambungkan dengan data logger menggunakan kabel untuk pembaaan beban saat pengujan. LVDT dpasang pada ujung ss balok atas ang berlawan dengan ss pemberan beban pengukuran dsplaement lateral saat pengujan. Ilsustras setup pengujan lateral monolk dtunjukan dalam Gambar. Beban lateral dberkan seara monotonk pada ke dua model struktur rangka dengan menggunakan hdraul jak ang dberkan seara bertahap melalu load ell dengan mengontrol perpndahan lateral ang dukur dengan LVDT. Lebar retak pada struktur ang terjad akbat pembebanan dukur dan dgambarkan dalam sketsa. Beban akan terus dtngkatkan sampa perpndahan lateral maksmum namun pembebanan akan dhentkan jka struktur tdak sanggup lag menahan beban. Gambar 3 menunjukan struktur rangka beton bertulang tanpa dndng setelah dset pada frame pengujan. m ' m

3 Annual Cvl Engneerng Semnar 15, Pekanbaru Load Cell LVDT Model struktur Gambar. Skematk Bentuk Pengujan Hasl pengujan Gambar 3. Test Sett up Pengujan Retak dan keruntuhan struktur rangka tanpa dndng Pada struktur rangka tanpa dndng bata kerusakan pertama kal terjad pada kolom kr bawah dengan beban sebesar 1,7 kn, kemudan kerusakan terjad pada kolom sebelah kanan bagan bawah dengan beban sebesar 1,5 kn. Seterusna beban dtambah seara konstan hngga pada saat beban 35,8 kn terjad retak pada kolom sebelah kr dan kemudan dkut keretakan ang lanna pada kolom dan balok terutama pada bagan jont antara balok dan kolom. Struktur BF menapa kapastas lateral maksmum sebesar 39,8 kn dan selanjutna kekuatan lateral kolom menurun sepert dtunjukan dalam Gambar 5(a). Pola retak dan bentuk keruntuhan struktur rangka tanpa dndng bata dtunjukan dalam Gambar 4(a). Retak dan keruntuhan struktur rangka dengan dndng bata Retak pertama pada struktur IFFW terjad pada kolom kr bagan atas saat beban 9,4 kn dan dlanjutkan retak-retak pada bagan n saat beban dtngkatkan menjad 3 kn. Retak pada kolom kanan bagan bawah terjad saat beban 3 kn. Retak geser pertama pada dndng terjad d bagan kr bawah saat beban 46,6 kn. Selanjutna retak pada dndng bagan kanan atas terjada saat beban 56,6 kn. Retak lentur pada kolom munul dan retak pada dndng terus berkembang dengan menngkatna beban lateral pada struktur. Retak dagonal d tengah panel dndng munul saat beban 58,8 kn. Pada saat beban 98,7 kn, plester pada dndng mula terkelupas dan terus membesar sehngga hampr sebagan luas permukaan dndng sepert dtunjukan dalam Gambar 4(b). Retak dagonal n terus memanjang dan membesar pada saat beban sebesar 11,1 kn. Pada saat beban maksmum atu sebesar 11,5 kn dndng mengalam keruntuhan ang dtanda dengan retak dogonal makn melebar (Gambar 4b) dan kemampuan struktur menahan beban lateral menurun sepert dtunjukan dalam Gambar 5(b). 179

4 Annual Cvl Engneerng Semnar 15, Pekanbaru a). Struktur Rangka tanpa Dndng (BF) b) Struktur Rangka dengan Dndng (IFFW) Gambar 4. Pola Retak dan Keruntuhan Struktur Rangka Tanpa dan Dengan Dndng Bata Hubungan kekuatan dan dsplaement lateral Kapastas sesmk struktur rangka tanpa dndng dan dengan dndng dnatakan dalam hubungan kekuatan lateral dan perpndahan lateral sepert dtunjukan dalam Gambar 5. Dar Gambar 5 dketahu bahwa struktur rangka beton bertulang dengan dndng bata memlk kekuatan lateral hampr dua setengah kal lebh besar dar pada struktur rangka tanpa dndng. Namun daktltas struktur rangka dengan dndng bata turun sebesar 75% dar daktltas struktur rangka tanpa dndng. Hal n dtunjukan dengan perpndahan lateral pada kekuatan lateral maksmum struktur rangka dengan dndng jauh lebh kel dbandngkan dengan struktur rangka tanpa dndng. 14 BF 14 IFFW Kekuatan lateral (kn) Qmax=39.8 kn Kekuatan lateral (kn) Qmax=11.5 kn Perpndahan lateral (mm) Perpndahan lateral (mm) 1 (a) Struktur Rangka tanpa Dndng (BF) (b) Struktur Rangka dengan Dndng Bata (IFFW) Gambar 5. Hubungan Kekuatan Lateral dan Perpndahan Lateral Struktur Kekuatan lateral dndng seara ekspermen dapat evaluas dengan mengekstrak kekuatan lateral struktur rangka dengan dndng terhadap kekuatan lateral struktur rangka tanpa dndng pada saat perpndahan lateral ang sama. Sebaga haslna, kekuatan lateral dndng bata dtunjukan dalam Gambar 6. Hasl n menjelaskan bahwa dndng bata mempuna kekuatan lateral ang ukup besar sehngga dndng bata dalam struktur rangka berkontrbus dalam menahan beban gempa. 18

5 Annual Cvl Engneerng Semnar 15, Pekanbaru Kekuatan lateral (kn) Dndng bata (Test) 4 6 Perpndahan lateral (mm) 8 Gambar 6. Hubungan Kekuatan Lateral dan Perpndahan Dndng Bata 3. PEMODELAN DINDING BATA Kapastas sesmk dndng bata seara numerk devaluas dengan menggunakan metode strut dagonal ekvalen (dagonal strut equvalent) ang dkembangkan oleh Madawat et all. (Madawat, 13). Dalam model n, keberadaan dndng bata dalam struktur rangka dgantkan oleh strut dagonal ekvalen ang mempuna ketebalan dan materal ang sama dengan panel dndng. Tegangan tekan dsepanjang tngg kontak antara dndng dan frame danalsa sebaga blok segempat ekvalen dmana rata-rata kuat tekan dndng, f m, ddapatkan dengan mengalkan kuat tekan dndng, f m dengan faktor reduks, α. Gaa tekan dagonal pada dndng bata, C s danalss berdasarkan lebar strut, W ang ddapatkan berdasarkan tngg kontak ang terjad antara dndng dan kolom, h s saat pembebanan lateral sepert dtunjukan dalam Gambar 7(a). Besarna gaa C s dberkan dalam persaman (1) Gaa tekan terdstrbus seara merata sepanjang tngg kontak dndng-kolom ang dtetapkan menjad gaa dstrbus horzontal, C h dan gaa vertkal, C v sepert dtunjukan dalam Gambar 7(b) dan dtentukan masng-masng dengan persamaan () dan (3). Cs' W' Cs' Cs W Ch θ Cs C Mu Qu (a) Strut Dagonal pada Dndng b) Gaa Strut pada Kolom Gambar 7. Model Strut Dagonal Dndng C = W t f ' (1) s m = t f ' os θ () h m v = t f m 'sn θ os θ (3) dengan: t : tebal dndng (mm) f m : kuat tekan dndng masonr (N/mm ) Ɵ : Sudut kemrngan strut dndng sepert dtunjukan dalam Gambar 7(a) 181

6 Annual Cvl Engneerng Semnar 15, Pekanbaru Berdasarkan pada Gambar 7(b), gaa dstrbus momen ang terjad setngg kolom M(), ddapat dengan rumus (4) dan (5). Untuk h s 1 M( ) = = Mu Qu + h (4a) Jka H 1 M ( ) = = M u Qu + h h (4b) N M = + u.8. at. σ. D.5. N. D. 1 (5) b. D. F dengan : M u : momen ultmt (N/mm ) Q u : gaa geser ultmate kolom (N/mm ) h s : tngg kontak (mm) : tngg kolom setngg ang dtnjau (mm) H : tngg kolom (mm) a : luas tulangan tark pada kolom (mm ) t σ : tegangan leleh tulangan (N/mm ) D : panjang penampang kolom (mm) N : gaa axal (N/mm ) b : lebar penampang kolom (mm) Untuk menentukan perpndahan lateral ang terjad setngg kolom δ() dengan mengntegralkan dua kal persamaan (4)/EI maka ddapatkan persamaan (6). Untuk h s δ ( ) = Q + = M (6a) h u u EI 4 6 Jka H ( ) h Q + M h + h h δ = (6b) h s u = u h s h s h s EI dengan : δ : perpndahan kolom (mm) E : modulus elaststas beton (N/mm ) I : nersa kolom (mm 4 ) Dengan asums putaran sudut setngg kolom adalah, maka besarna gaa lateral ddasar kolom ddapat dengan persamaan (7). dengan : Q 3 = M h (7) H H 3H u h u = + h + Perpndahan lateral kolom d punak, δ = h sama dengan perndahan dndng δ = h, maka besarna perpndahan dndng sepanjang tnggna dnatakan dengan persamaan (8). ( = H ) δ ( ) = δ (8) H Ttk potong pertemuan antara perndahan lateral kolom dan perndahan lateral dndng dtentukan dengan persamaan (9), nla n dapat terpenuh dengan dlakukan teras dengan metode newton-rhapson. ( ) δ ( ) δ = 18 (9)

7 Annual Cvl Engneerng Semnar 15, Pekanbaru Tngg kontak (h s) antara dndng dan kolom (Gambar 7a) dtentukan dengan mengasumskan suatu nla awal h s terlebh dahulu (msalkan h s=h/), kemudan htung ttk potong perpndahan lateral kolom dan dndng, dhtung dengan ara djelaskan d atas. Jka terpenuh konds = h s, maka h s adalah tngg kontak dndng-kolom, namun jka h s maka lakukan teras dengan mengurang nla h s sampa terpenuh = h s. Lebar strut dndng dnatakan dalam fungs nla h s ang dberkan dalam persamaan (1) W = h s os θ (1) Kekakuan dndng, K atu nla kekakuan pada saat eld dtentukan dengan pada persamaan (11) dan perpndahan dndng saat eld dtentukan dengan persamaan (1). K os θ = Em. W. t (11) d Cs.osθ δ = k dengan : d : panjang dagonal dndng (mm) Kapastas sesmk dndng bata hasl Berdasarkan model ang djelaskan d atas, untuk struktur rangka dengan dndng bata dalam peneltan n ddapatkan tngg kontak antara dndng dan kolom untuk struktur rangka dengan dndng bata ddapat h s=98 mm, maka lebar strut dagonal dndng W = 45,5 mm, gaa tekan dagonal pada dndng C s=96, kn dan kekuatan lateral ultmate dndng bata dapat dtentukan sebaga Q u = C s osθ. Sebaga haslna kapastas sesmk dndng bata dnatakan dalam bentuk blner sepert dtunjukan dalam Gambar 9. Dalam Gambar 9 menunjukan nla kekuatan lateral ultmate dndng hasl smulas dengan model strut ukup dekat antara hasl pengujan struktur. Hal n menunjukan bahwa kekuatan dan perpndahan lateral dndng dapat danalss seara numerk dengan model strut dagonal. (1) Kekuatan lateral (kn) Dndng bata (Test) Dndng bata (Model) 6 Perpndahan lateral (mm) 8 Gambar 9. Perbandngan Kapastas Sesmk Dndng Bata Hasl Ekspermen dan Analss Pemodelan. 4. KESIMPULAN Evaluas kekuatan lateral dndng bata dalam struktur rangka beton bertulang dlakukan dengan ara pengujan model struktur dlaboratorum dengan beban satu arah (monotonk) dan dengan analss numerk berdasarkan model strut dagonal ekvalen ang menmpulkan sebaga berkut: a. Pengujan dlakukan pada model struktur rangka tanpa dndng bata dan struktur rangka dengan dndng bata, ang mendapatkan kekuatan lateral struktur rangka dengan dndng bata dua setengah kal lebh tngg dar struktur rangka tanpa dndng. 183

8 Annual Cvl Engneerng Semnar 15, Pekanbaru b. Kekuatan lateral dndng bata devaluas hasl pengujan struktur ddapatkan dndng bata mempuna kekuatan lateral ang ukup besar sehngga dasumskan dndng bata dalam struktur rangka berkontrbus dalam menahan beban gempa. Nla kekuatan lateral ultmate dndng bata hasl smulas dengan model strut dagonal ukup dekat antara hasl pengujan struktur. Hal n menunjukan bahwa kekuatan dan perpndahan lateral dndng dapat danalss seara numerk dengan model strut dagonal. DAFTAR PUSTAKA Chaker AA, Cherfat A. (1999). Influene of masonr nfll panels on the vbraton and stffness haratersts of R/C frame buldngs. Earthquake Engneerng Strut. Dn. Vol. 8. No. 9. pp Drsdale, R. G., Hamd, A. A., and Baker, R. L. (1993). Masonr strutures: behavor and desgn, prente hall In., Upper Saddle Rver, NJ. Madawat and Yasush SANADA. (8). Investgaton and analss of buldngs damaged durng the september 7 Sumatra, Indonesa Earthquakes. Journal of Asan Arhteture and Buldng Engneerng, Vol. 7 (), Madawat, Sanada Y, Konsh D, and Tanjung J., (11). Sesm performane of nonstrutural brk walls used n Indonesan R/C buldngs. Journal of Asan Arhteture and Buldng Engneerng, Vol. 1 (1), 3-1. Madawat, and Y Sanada. (13). Modelng of brk masonr nfll and applaton to analses of Indonesan R/C frame buldngs In: Prodng of Internatonal Conferene EASEC-13, Sapporo, Japan SNI Tata ara perenanaan struktur beton untuk bangunan gedung,. 184

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN Peneltan yang dsajkan dalam proposal n bertujuan untuk melakukan kajan komprehensf tentang karakterstk dndng bata tanah Hat dengan atau tanpa perkuatan tulangan dan pengaruhnya

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA Sr Haryono Dan Arumnngsh Dah Purnamawant Abstrak Peneltan n dlakukan

Lebih terperinci

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat Mater Kulah Ekspermen Fska Oleh : Drs. Ishaft, M.S. Program Stud Penddkan Fska Unverstas Ahmad Dahlan, 07 Bab 3 Analss Ralat 3.. Menaksr Ralat Msalna suatu besaran dhtung dar besaran terukur,,..., n. Jka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MODEL KERUNTUHAN ROTASI ANALISIS CARA KESEIMBANGAN BATAS Cara n

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB VII STABILITAS TEBING

BAB VII STABILITAS TEBING BAB VII STABILITAS TEBING VII - BAB VII STABILITAS TEBING 7. TINJAUAN UMUM Perhtungan stabltas lereng/tebng dgunakan untuk perhtungan keamanan tebng dss-ss sunga yang terganggu kestablannya akbat adanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012 Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Jurnal Spektran Vol.4, No.1, Januari 2016

Jurnal Spektran Vol.4, No.1, Januari 2016 STUDI KARAKTERISTIK BATA MERAH LOKAL BALI SEBAGAI DINDING N Nyoman Rta Rahayu 1, I. A. M. Budwat 2, M. Sukrawa 2 Abstrak : Peneltan n dlakukan untuk mengetahu karakterstk dar dndng pasangan bata merah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara Bab IV Pemodelan dan Perhtungan Sumberdaa Batubara IV1 Pemodelan Endapan Batubara Pemodelan endapan batubara merupakan tahapan kegatan dalam evaluas sumberdaa batubara ang bertuuan menggambarkan atau menatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

Bab 3. Penyusunan Algoritma

Bab 3. Penyusunan Algoritma Bab 3. Penusunan Algortma on anuwjaa/ 500030 Algortma merupakan penulsan permasalahan ang sedang dsorot dalam bahasa matematk. Algortma dbutuhkan karena komputer hana dapat membaca suatu masalah secara

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

EVALUASI KAPASITAS SEISMIK BANGUNAN BETON BERTULANG EKSISTING DI KOTA PADANG DENGAN MEMPERHITUNGKAN PENGARUH DINDING BATA

EVALUASI KAPASITAS SEISMIK BANGUNAN BETON BERTULANG EKSISTING DI KOTA PADANG DENGAN MEMPERHITUNGKAN PENGARUH DINDING BATA EVALUASI KAPASITAS SEISMIK BANGUNAN BETON BERTULANG EKSISTING DI KOTA PADANG DENGAN MEMPERHITUNGKAN PENGARUH DINDING BATA Oleh : Maidiawati 1), Sukma Witjaya 2) 1) Dosen Teknik Sipil 2 Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

PROPERTI PASANGAN BATA MERAH UNTUK PERANCANGAN

PROPERTI PASANGAN BATA MERAH UNTUK PERANCANGAN PROPERTI PASANGAN BATA MERAH UNTUK PERANCANGAN Ida Ayu Made Budwat 1 1 Jurusan Teknk Spl, Unverstas Udayana Unverstas Udayana, Bal, Kampus Bukt Jmbaran, Badung, Bal Emal: dabudwat@cvl.unud.ac.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. awal dengan pemberian latihan dan pemberikan tes akhir yang kemudian melihat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. awal dengan pemberian latihan dan pemberikan tes akhir yang kemudian melihat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode peneltan Metode peneltan yang dlakukan adalah metode ekspermen melakukan tes awal dengan pemberan lathan dan pemberkan tes akhr yang kemudan melhat penngkatan dan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH UKURAN BATA MERAH SEBAGAI DINDING PENGISI TERHADAP KETAHANAN LATERAL STRUKTUR BETON BERTULANG

STUDI EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH UKURAN BATA MERAH SEBAGAI DINDING PENGISI TERHADAP KETAHANAN LATERAL STRUKTUR BETON BERTULANG STUDI EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH UKURAN BATA MERAH SEBAGAI DINDING PENGISI TERHADAP KETAHANAN LATERAL STRUKTUR BETON BERTULANG Jafril Tanjung 1 dan Maidiawati 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI )

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI ) Halaman 1 dar Pertemuan 14 Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI 1726 2002) Analss statk ekvalen merupakan salah satu metode menganalss struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Ambarawa dan tanah gambut Ambarawa campur belerang memperoleh hasil berupa

Ambarawa dan tanah gambut Ambarawa campur belerang memperoleh hasil berupa BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN Pengujan yang telah dlakukan d Laboratorum Mekanka Tanah. Fakultas Teknk Spl dan Perencanaan. Unverstas Islam Indonesa, untuk tanah gambut Ambarawa dan tanah gambut Ambarawa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT

ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp. 58 76 ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT Sondra Raharja Mahasswa Magster Teknk Spl Unverstas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S)

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) Antonus 1 dan Aref Wdhanto 2 1 Jurusan Teknk Spl Unverstas Islam Sultan Agung - Jl. Raya Kalgawe Km.4, Semarang

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI

PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI TEKNIK SAMPLING PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI PENDAHULUAN Pendugaan parameter dar peubah Y seharusnya dlakukan dengan menggunakan nformas dar nla-nla peubah Y Bla nla-nla peubah Y sult ddapat, maka

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

Kekakuan Balok (Beam) BAB ANAISIS STRUKTUR BAOK Struktur beam merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) ang lurus (a ) d mana pada setap ttk smpulna danggap berperlaku

Lebih terperinci

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky x 40 ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM MODIFIKASI YANG DIPERKUAT LAPIS CFRP... 93 Ida Bagus Ra Wdarsa dan Ida Bagus Dharma Gr 41 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Smposum Nasonal RAPI XII - 2013 F UMS ISSN 1412-9612 SUDI KOMPARASI KEBUUHAN MAERIAL PADA PERENANAAN SRUKUR BALOK DAN KOLOM PORAL 3 LANAI SISEM ELASIS PENUH DAN DAKAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Bud Setawan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 29 MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Stud Kasus : Kota Surabaya Rokhana DB 1, Sutkno 2, Agnes Tut

Lebih terperinci

Pemilihan Lokasi Kontinyu (1)

Pemilihan Lokasi Kontinyu (1) Pemlhan Lokas Kontnu 1 - Model Dasar - 6 Oleh : Debrna Puspta Andran Teknk Industr, Unverstas Brawjaa e-mal : debrna@ub.ac.d www.debrna.lecture.ub.ac.d Medan method Gravt method Contour-Lne method Weszfeld

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

RAY TRACING dan. Oleh : Karmilasari

RAY TRACING dan. Oleh : Karmilasari RAY TRACING dan RADIOSITY Oleh : Karmlasar RAY TRACING vs. RADIOSITY 2 Revew : ILUMINASI Secara umum dlhat dar fsknya, model lumnas menggambaran perpndahan energ dan radas fokus pada sfat sfat cahaya danmateral

Lebih terperinci

WEIBULL TWO PARAMETER

WEIBULL TWO PARAMETER WEIBULL TWO PARAMETER Dalam teor probabltas dan statstk, dstrbus webull merupakan dstrbus probabltas yang berkelanjutan atau kontnyu. Dgambarkan secara detal oleh Walodd Webull pada tahun 1951 meskpun

Lebih terperinci