Fourier Analysis & Its Applications in PDEs - Part II

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Fourier Analysis & Its Applications in PDEs - Part II"

Transkripsi

1 Fourier Analysis & Its Applications in PDEs Hendra Gunawan Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA WIDE August 2010

2 Outline 1 Tiga Operator Integral Penting 2 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola

3 Materi ini disadur dari buku E.M. Stein (1970), Singular integrals and Differentiability Properties of Functions. Menurut Teorema Dasar Lebesgue (yang merupakan perumuman dari Teorema Dasar Kalkulus), kita mempunyai 1 lim f(y) dy = f(x) r 0 m(b(x, r)) B(x,r) hampir di mana-mana, asalkan f terintegralkan lokal pada R d. (Di sini, f adalah fungsi dari R d ke R.) Hasil ini mengatakan bahwa turunan dari integral f sama dengan f itu sendiri, hampir di mana-mana.

4 Teorema Dasar Lebesgue merupakan akibat dari keterbatasan operator maksimal Hardy-Littlewood M HL, yang memetakan f ke 1 M HL f(x) := sup f(y) dy. r>0 m(b(x, r)) B(x,r) Dengan substitusi peubah, kita dapat menuliskan 1 M HL f(x) = sup f(x ry) dy. r>0 m(b(0, 1)) B(0,1) Perhatikan bahwa jika f merupakan fungsi yang terbatas (oleh bilangan K), maka M HL f juga terbatas (oleh bilangan K yang sama) Soal Latihan 1.

5 Berkenaan dengan operator maksimal M HL, kita mempunyai: Teorema. Untuk 1 < p, kita mempunyai M HL f p C p f p, yakni, M HL merupakan operator terbatas di L p (R d ). Catatan. Di sini L p (R d ) merupakan ruang norm dengan norm f p = ( R d f(x) p dx) 1/p. Operator T : L p (R d ) L p (R d ) dikatakan terbatas apabila terdapat konstanta C p sehingga T f p C p f p untuk tiap f L p (R d ).

6 Pada pembahasan transformasi Fourier di R, kita telah membahas identitas hampiran, yaitu keluarga fungsi φ r (x) = 1 r φ( ) x r, dengan φ 0 dan R φ(x) dx = 1. Konsep ini dapat diperluas ke Rd, dengan mengganti definisi φ r menjadi φ r (x) = 1 r d φ( x) r (dan menghapus asumsi φ 0). Selanjutnya, jika ψ(x) := sup φ(y) terintegralkan, maka y x untuk f L p (R d ), 1 p. sup (φ r f)(x) C M HL f(x) r>0

7 Lebih jauh, kita mempunyai φ r f f p 0, r 0, untuk f L p (R d ), 1 p <, dan lim (φ r f)(x) = f(x) r 0 hampir di mana-mana, untuk f L p (R d ), 1 p. Perhatikan bahwa Teorema Dasar Lebesgue merupakan kasus 1 khusus, dengan mengambil φ = m(b(0,1)) χ B(0,1). (M HL f = sup φ r f.) r>0

8 Ingat bahwa solusi Persamaan Panas u t = u xx pada R, dengan syarat awal u(x, 0) = f(x), mempunyai solusi u(x, t) = H t f(x) dengan H(x) = 1 4π e x2 /4 dan H t (x) = 1 t H ( ) t x (Kernel Panas). Pada R d, Persamaan Panas berbentuk u t = x u dengan x := 2 x x 2 d (operator Laplace). Solusinya adalah u(x, t) = H t f(x) dengan H(x) = 1 (4π) d/2 e x 2 /4 dan H t (x) = 1 t d/2 H ( x t ). Karena H t (x) merupakan identitas hampiran, maka hasil-hasil tadi berlaku untuk solusi persamaan panas di atas.

9 Demikian pula halnya solusi Persamaan Laplace x u + u yy = 0 (x R d, y > 0) dengan syarat awal u(x, 0) = f(x), dapat dinyatakan sebagai u(x, y) = P y f(x) dengan P (x) = Poisson). c d ( x 2 +1) (d+1)/2 dan P y (x) = 1 y d P ( x y ) (Kernel Di sini c d = Γ((d+1)/2) π (d+1)/2, sehingga R d P (x) dx = 1. Perihal Persamaan Gelombang, akan kita bahas secara khusus nanti pada bagian terakhir.

10 Selain operator maksimal, terdapat banyak operator penting lainnya yang dipelajari. Salah satu operator yang akan kita bahas sekarang adalah operator integral fraksional I α yang diberikan oleh rumus I α f(x) = α d f(x) = R d f(y) dy, x y d α dengan 0 < α < d. Perhatikan bahwa I α f terdefinisi setidaknya untuk fungsi f yang terbatas dan mempunyai tumpuan kompak (compact support) Soal Latihan 2.

11 Dengan menghitung transformasi Fouriernya, kita mempunyai Untuk k N, jelas bahwa Î α f(ξ) = c α ξ α f(ξ). ( ) k f(ξ) = (2π ξ ) 2k f(ξ). Karena itu I α ( ) α/2. Khususnya, untuk α = 2 < d, fungsi u = I 2 f merupakan solusi (lemah) dari Persamaan Poisson u = f, dikalikan dengan suatu konstanta.

12 Teorema berikut menyatakan bahwa I α merupakan operator yang terbatas dari L p (R d ) ke L q (R d ) untuk suatu q > p. Persisnya, kita mempunyai: Teorema. Untuk 1 < p < d α, kita mempunyai dengan 1 q = 1 p α d. I α f q C p,q f p, Ketaksamaan di atas dibuktikan dengan mendekomposisi integral I α f(x) menjadi dua bagian: yang pertama adalah integral di sekitar x, yang kedua jauh dari x. Yang pertama dikontrol oleh fungsi maksimal Hardy-Littlewood, yang kedua oleh norm f.

13 Salah satu aplikasi dari teorema di atas adalah dalam menaksir solusi Persamaan Poisson: dengan q = pd/(d 2p). u q C p f p, Pembahasan lebih lanjut tentang operator integral fraksional I α akan disampaikan oleh Dr. Idha Sihwaningrum pada seminar besok. (Dr. Eridani akan membahas operator integral lainnya.)

14 Operator berikutnya yang akan kita bahas di sini adalah operator integral singular I u yang juga merupakan operator konvolusi, yang diberikan oleh rumus I u f(x) = K u f(x) dengan K u (x) = C(u) x iu d. Di sini C(u) adalah konstanta yang bergantung hanya pada u sedemikian sehingga K u (ξ) = ξ iu. Perhatikan bahwa Î u f(ξ) = K u (ξ) f(ξ) = ξ iu f(ξ).

15 Karena x iu = e iu ln x = 1 untuk tiap x 0, kita mempunyai I u f 2 = Îuf 2 = f 2 = f 2, yakni, I u merupakan isometri pada L 2 (R d ). Dengan menaksir K u (x) secara teliti, dapat ditunjukkan bahwa I u f p C p (1 + u ) d/2 f p, untuk 1 < p <.

16 Dari kedua ketaksamaan tadi, kita dapat memperoleh ketaksamaan berikut via interpolasi ala Marcinkiewicz: I u f p C p (1 + u ) d/p d/2 f p. Ketaksamaan ini kelak dapat dipakai untuk membuktikan keterbatasan operator maksimal permukaan bola, yang akan kita bahas pada bagian berikutnya.

17 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Persamaan Gelombang pada R: u tt = u xx, mempunyai solusi u = u(x, t) dengan û(ξ, t) = A(ξ) cos(2π ξ t) + B(ξ) sin(2π ξ t), dengan A(ξ) dan B(ξ) konstanta (bergantung pada ξ saja). Jika u memenuhi syarat awal u(x, 0) = f(x), u t (x, 0) = g(x), maka û(ξ, 0) = f(ξ), û t (ξ, 0) = ĝ(ξ).

18 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Dari sini kita peroleh Dengan demikian, A(ξ) = f(ξ), 2π ξ B(ξ) = ĝ(ξ). û(ξ, t) = f(ξ) cos(2π ξ t) + ĝ(ξ) sin(2π ξ t). 2π ξ Ambil inversnya, kita dapatkan [ sin(2π ξ t) ] u(x, t) = f(ξ) cos(2π ξ t) + ĝ(ξ) e 2πixξ dξ. 2π ξ R Dengan Kesamaan Plancherel dapat ditunjukkan bahwa energi total E(t) = R ( u t(x, t) 2 + u x (x, t) 2 ) dx konstan (tidak bergantung pada t) Soal Latihan 3.

19 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Catatan: Semua perhitungan di atas juga berlaku untuk Persamaan Gelombang pada R d u tt = x u, mengingat x u(ξ, t) = (2π ξ ) 2 û(ξ, t).

20 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Untuk d = 1, solusi Persamaan Gelombang u tt = u xx pada [0, L] dengan syarat awal u(x, 0) = f(x) dan u t (x, 0) = g(x) mempunyai rumus eksplisit u(x, t) = 1 2 ( f(x + t) + f(x t) + x+t x t ) g(y) dy, dengan f dan g telah diperluas ke seluruh R menjadi fungsi ganjil dan periodik dengan periode 2L. Rumus ini juga berlaku untuk Persamaan Gelombang pada R dengan data awal f dan g di S(R). (Anda tinggal menghitung transformasi Fouriernya dan membandingkan hasilnya dengan rumus sebelumnya.)

21 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Perhatikan bahwa rumus di atas terdiri dari dua nilai rata-rata. Yang pertama adalah nilai rata-rata f di kedua titik ujung interval [x t, x + t]. Yang kedua adalah t kali nilai rata-rata integral g 1 pada interval [x t, x + t], yakni 2t dapat ditulis ulang sebagai x+t x t u(x, t) = t (tm tf(x)) + tm t g(x), dengan M t f(x) = M HL t f(x) = 1 2t χ [ t,t] f. g(y) dy. Rumus di atas Untuk d = 3, kita ternyata mempunyai rumus yang serupa, tapi dengan rumus nilai rata-rata M t f yang berbeda.

22 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Misalkan S 2 menyatakan permukaan bola satuan di R 3. Kita definisikan nilai rata-rata f pada permukaan bola yang berpusat di x dan berjari-jari t sebagai M t f(x) = M S t f(x) = 1 4π S 2 f(x tγ)dσ(γ), dengan dσ(γ) menyatakan elemen luas permukaan pada S 2. Karena luas permukaan bola satuan adalah 4π, maka M S t f merupakan nilai rata-rata integral f pada permukaan bola yang berpusat di x dan berjari-jari t. Dapat diperiksa bahwa untuk f S(R 3 ), maka M S t f S(R 3 ) juga. Lebih jauh, M S t f dapat diturunkan tak hingga kali terhadap t, dan para turunannya juga merupakan fungsi di S(R 3 ).

23 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Mt S f merupakan konvolusi f dengan µ = 1 4π σ yang merupakan ukuran ternormalisasi pada permukaan bola S 2, yakni Mt S f(x) = µ t f(x). Lebih jauh kita mempunyai M S t sin(2π ξ t) f(ξ) = f(ξ). 2π ξ t Cata bahwa, untuk t = 1, sin(2π ξ ) 2π ξ merupakan transformasi Fourier dari µ, dalam arti 1 e 2πiξ γ dσ(γ) = sin(2π ξ ) 4π S 2 2π ξ (lihat [Stein & Shakarchi, 2003]).

24 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Akibatnya, untuk d = 3, kita mempunyai teorema berikut: Teorema. Solusi Persamaan Gelombang u tt = x u dengan syarat awal u(x, 0) = f(x) dan u t (x, 0) = g(x) adalah u(x, t) = t (tm tf(x)) + tm t g(x), dengan M t f = M S t f.

25 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Bukti. Solusi persamaan gelombang u tt = x u dengan syarat awal u(x, 0) = 0 dan u t (x, 0) = g(x) adalah u 1 (x, t) = R 3 [ ĝ(ξ) sin(2π ξ t) 2π ξ ] e 2πix ξ dξ = tm S t g(x). Sementara itu, solusi persamaan gelombang u tt = x u dengan syarat awal u(x, 0) = f(x) dan u t (x, 0) = 0 adalah [ ] u 2 (x, t) = f(ξ) cos(2π ξ t) e 2πix ξ dξ = t (tm t S f(x)). R 3 Jadi, u = u 1 + u 2 adalah solusi masalah nilai awal kita.

26 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Kasus d = 2 tidak sesederhana seperti kasus d = 1 atau d = 3. Namun, solusi Persamaan Gelombang dengan syarat awal u(x, 0) = f(x) dan u t (x, 0) = g(x) mempunyai rumus yang serupa, yakni u(x, t) = t (tm tf(x)) + tm t g(x), dengan M t f(x) := 1 2π y 1 f(x ty)(1 y 2 ) 1/2 dy. Perhatikan bahwa secara umum Prinsip Huygen berlaku: untuk setiap x dan t, nilai u(x, t) ditentukan oleh nilai data awal pada B(x, t).

27 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Serupa (tapi tak sama) dengan fungsi maksimal Hardy-Littlewood, kita mempunyai fungsi maksimal permukaan bola M S f(x) := sup Mt S f(x). t>0 Pada tahun 1976, E.M. Stein membuktikan keterbatasan operator M S pada L p (R d ) sebagai berikut: Teorema. Untuk d 3, berlaku asalkan p > d d 1. M S f p C p f p Catatan: J. Bourgain (1986) membuktikan bahwa ketaksamaan juga berlaku untuk d = 2.

28 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Teorema di atas dapat dibuktikan dengan menuliskan µ(x) = P (x) + A(u)K u (x) du, dengan A(u) = O(1 + u ) d/2. Dari sini kita peroleh µ t (x) = P t (x) + A(u)K u (x)t iu du, (µ t f)(x) = (P t f)(x) + Akibatnya, M S f(x) C M HL f(x) + R R R R A(u)I u f(x)t iu du. A(u) I u f(x) du. Dari sini peroleh M S f p C p f p untuk p > d/(d 1).

29 Solusi Persamaan Gelombang Nilai Rata-Rata pada Permukaan Bola Fungsi Maksimal Permukaan Bola Kita ingat bahwa u(x, t) = tmt S f(x) merupakan solusi dari Persamaan Gelombang u tt = x u pada R 3 dengan syarat awal u(x, 0) = 0 dan u t (x, 0) = f(x). Berdasarkan teorema di atas, kita mempunyai sup u(, t) t C p f p p untuk p > 3 2. t>0

13. Aplikasi Transformasi Fourier

13. Aplikasi Transformasi Fourier 13. plikasi ransformasi Fourier Misal adalah operator linear pada fungsi yang terdefinisi pada R dengan sifat: jika [f(x] = g(x, maka [f(x + s] = g(x + s untuk setiap s R. Maka, fungsi f(x = e ax (a C

Lebih terperinci

7. Transformasi Fourier

7. Transformasi Fourier Pengantar Analisis Fourier dan eori Aproksimasi 33 7. ransformasi Fourier Pada bab sebelumnya kita telah melihat bahwa setiap fungsi f L 1 ([0, 1] L ([0, 1] dapat dinyatakan sebagai deret Fourier f(x =

Lebih terperinci

Keterbatasan Operator Riesz di Ruang Morrey

Keterbatasan Operator Riesz di Ruang Morrey J. Math. and Its Appl. ISSN: 829-605X Vol. 3, No., May 2006, 27 40 Keterbatasan Operator Riesz di Ruang Morrey Gani Gunawan, Hendra Gunawan Departemen Matematika FMIPA ITB Abstrak Dengan menggunakan transformasi

Lebih terperinci

Fourier Analysis & Its Applications in PDEs - Part I

Fourier Analysis & Its Applications in PDEs - Part I Fourier Analysis & Its Applications in PDEs Hendra Gunawan http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/ Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA WIDE 2010 5-6 August

Lebih terperinci

12. Teorema Inversi Fourier dan Transformasi Fourier di L 2 (R)

12. Teorema Inversi Fourier dan Transformasi Fourier di L 2 (R) 1. Teorema Inversi Fourier dan Transformasi Fourier di L (R) 1.1 Teorema Inversi Fourier Dari hasil hitung-hitungan kasar di awal bagian ke-10, kita ingin membuktikan bahwa, dalam kondisi tertentu, kita

Lebih terperinci

10. Transformasi Fourier

10. Transformasi Fourier 10. Transformasi Fourier Dalam beberapa bab ke depan, kita akan membahas transformasi Fourier, sifatsifatnya, dan aplikasinya. Seperti halnya pada pembahasan deret Fourier, pendekatan yang diambil dalam

Lebih terperinci

11. Konvolusi. Misalkan f dan g fungsi yang terdefinisi pada R. Konvolusi dari f dan g adalah fungsi f g yang didefinisikan sebagai.

11. Konvolusi. Misalkan f dan g fungsi yang terdefinisi pada R. Konvolusi dari f dan g adalah fungsi f g yang didefinisikan sebagai. 11. Konvolusi Operasi konvolusi yang akan kita bahas di sini sebetulnya pernah kita jumpai pada pembahasan deret Fourier (ketika membuktikan kekonvergenan jumlah parsialnya). Operasi konvolusi merupakan

Lebih terperinci

KETAKSAMAAN OLSEN UNTUK OPERATOR RIESZ YANG DIPERUMUM. Oleh. Hendra Gunawan* dan Yudi Soeharyadi. Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia

KETAKSAMAAN OLSEN UNTUK OPERATOR RIESZ YANG DIPERUMUM. Oleh. Hendra Gunawan* dan Yudi Soeharyadi. Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia KETAKSAMAAN OLSEN UNTUK OPERATOR RIESZ YANG DIPERUMUM Oleh Hendra Gunawan* dan Yudi Soeharyadi Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika XIII, di

Lebih terperinci

17. Transformasi Wavelet Kontinu dan Frame

17. Transformasi Wavelet Kontinu dan Frame 17. Transformasi Wavelet Kontinu dan Frame Pada 16 kita mempelajari basis ortonormal {e 2πimx g(x n)} dengan g = χ [,1). Transformasi f f(x)g(x n)e 2πimx dx, m, n Z, dikenal sebagai transformasi Fourier

Lebih terperinci

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11.1 Definisi dan Limit Fungsi Monoton Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila untuk setiap x, y H dengan x < y berlaku

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

KETAKSAMAAN TIPE LEMAH UNTUK OPERATOR INTEGRAL FRAKSIONAL DI RUANG MORREY ATAS RUANG METRIK TAK HOMOGEN

KETAKSAMAAN TIPE LEMAH UNTUK OPERATOR INTEGRAL FRAKSIONAL DI RUANG MORREY ATAS RUANG METRIK TAK HOMOGEN KETAKSAMAAN TIPE LEMAH UNTUK OPERATOR INTEGRAL FRAKSIONAL DI RUANG MORREY ATAS RUANG METRIK TAK HOMOGEN Idha Sihwaningrum Jurusan Matematika FMIPA Unsoed Email: idha.sihwaningrum@unsoed.ac.id Abstrak Pada

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan Pada bagian ini akan dipelajari tiga jenis persamaan diferensial parsial (PDP) linear orde dua yang biasa dijumpai pada masalah-masalah dunia nyata, yaitu persamaan

Lebih terperinci

Bab II Konsep Dasar Metode Elemen Batas

Bab II Konsep Dasar Metode Elemen Batas Bab II Konsep Dasar Metode Elemen Batas II.1 II.1.1 Kalkulus Dasar Teorema Gradien Misal menyatakan domain pada ruang dimensi dua dan menyatakan batas i x + j 2 2 x 2 + 2 2 elanjutnya, penentuan integral

Lebih terperinci

16. Analisis Multi Resolusi

16. Analisis Multi Resolusi 16. Analisis Multi esolusi Esensi dari basis ortonormal yang dibangun oleh sebuah wavelet adalah sifat multi resolusi-nya, sehingga kita dapat menganalisis suatu signal pada berbagai frekuensi di suatu

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT Herry P. Suryawan 1 Geometri Ruang Hilbert Definisi 1.1 Ruang vektor kompleks V disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi (.,.) : V V C sehingga untuk setiap x, y, z

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan BAGIAN KEDUA Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan 51 52 Hendra Gunawan Pengantar Analisis Real 53 6. FUNGSI 6.1 Fungsi dan Grafiknya Konsep fungsi telah dipelajari oleh Gottfried Wilhelm von Leibniz

Lebih terperinci

4.1 Sistem kuasi-linear hiperbolik. Sistem (hukum kekekalan) kuasi-linear mempunyai bentuk umum. t u + A α (u) xα u = b(u) (4.1.

4.1 Sistem kuasi-linear hiperbolik. Sistem (hukum kekekalan) kuasi-linear mempunyai bentuk umum. t u + A α (u) xα u = b(u) (4.1. Bab 4 SISTEM KUASI-LINEAR 4. Sistem kuasi-linear hiperbolik Sistem (hukum kekekalan) kuasi-linear mempunyai bentuk umum t u + A α (u) xα u = b(u) (4..) α= u(x, 0) = u 0 (x) Jika u 0 adalah fungsi konstan,

Lebih terperinci

10. TEOREMA NILAI RATA-RATA

10. TEOREMA NILAI RATA-RATA 10. TEOREMA NILAI RATA-RATA 10.1 Maksimum dan Minimum Lokal Misalkan f terdefinisi pada suatu interval terbuka (a, b) dan c (a, b). Kita katakan bahwa f mencapai nilai maksimum lokal di c apabila f(x)

Lebih terperinci

9. Teori Aproksimasi

9. Teori Aproksimasi 44 Hendra Gunawan 9 Teori Aproksimasi Mulai bab ini tema kita adalah aproksimasi fungsi dan interpolasi Diberikan sebuah fungsi f, baik secara utuh ataupun hanya beberapilai di titik-titik tertentu saja,

Lebih terperinci

4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi

4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi 8 Hendra Gunawan 4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi Kita telah mempelajari bagaimana menguraikan fungsi periodik dengan periode 2 yang terdefinisi pada R sebagai deret Fourier. Deret

Lebih terperinci

4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi

4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi 4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi Kita telah mempelajari bagaimana menguraikan fungsi periodik dengan periode 2 yang terdefinisi pada R sebagai deret Fourier. Deret trigonometri tersebut

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

8. Deret Fourier yang Diperumum dan Hampiran Terbaik di L 2 (a, b)

8. Deret Fourier yang Diperumum dan Hampiran Terbaik di L 2 (a, b) 8. Deret Fourier yang Diperumum dan Hampiran Terbaik di L (a, b) 8.1 Deret Fourier yang Diperumum Jika {ϕ n } 1 adalah basis ortonormal untuk L (a, b) dan f L (a, b), maka f, ϕ n disebut koefisien Fourier

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

BAB IV PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM BENTUK KEDUA

BAB IV PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM BENTUK KEDUA BAB IV PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM BENTUK KEDUA Pada bab III, kita telah memandang permasalahan aliran fluida pada celah pintu air dan memodelkan persamaan integralnya. Dari situ kita memperoleh sebuah

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 5. Kalkulus Diferensial 5.1 Konsep Turunan Beberapa Definisi yang Setara Kekontinuan dan Keterdiferensialan secara Kontinu 5.2 Sifat-Sifat

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematik(a)

Pengantar Statistika Matematik(a) Catatan Kuliah Pengantar Statistika Matematik(a) Statistika Lebih Dari Sekadar Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I 1. Pendahuluan Pengertian Persamaan Diferensial Metoda Penyelesaian -contoh Aplikasi 1 1.1. Pengertian Persamaan Differensial Secara Garis Besar Persamaan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 3. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 3. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018 Kalkulus 2 Teknik Pengintegralan ke - 3 Tim Pengajar Kalkulus ITK Institut Teknologi Kalimantan Januari 2018 Tim Pengajar Kalkulus ITK (Institut Teknologi Kalimantan) Kalkulus 2 Januari 2018 1 / 27 Daftar

Lebih terperinci

KETERBATASAN OPERATOR INTEGRAL FRAKSIONAL PADA RUANG KUASI METRIK TAK HOMOGEN TERBOBOTI

KETERBATASAN OPERATOR INTEGRAL FRAKSIONAL PADA RUANG KUASI METRIK TAK HOMOGEN TERBOBOTI Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya 2 Oktober 207 Surabaya Universitas Airlangga KETERBATASAN OPERATOR INTEGRAL FRAKSIONAL PADA RUANG KUASI METRIK TAK HOMOGEN TERBOBOTI Mohammad Imam Utoyo Departemen

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegralan Do maths and you see the world Integral atau Anti-turunan? Integral atau pengintegral adalah salah satu konsep (penting) dalam matematika disamping

Lebih terperinci

Peubah Acak dan Distribusi Kontinu

Peubah Acak dan Distribusi Kontinu BAB 1 Peubah Acak dan Distribusi Kontinu 1.1 Fungsi distribusi Definisi: Misalkan X peubah acak. Fungsi distribusi (kumulatif) dari X adalah F X (x) = P (X x) Contoh: 1. Misalkan X Bin(3, 0.5), maka fungsi

Lebih terperinci

Regularitas Operator Potensial Layer Tunggal

Regularitas Operator Potensial Layer Tunggal JMS Vol. No., al. 8-5, April 997 egularitas Operator Potensial Layer Tunggal Wono Setya Budi Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 0 Bandunng, 403 Abstrak egulitas operator =

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis

Lebih terperinci

STK 203 TEORI STATISTIKA I

STK 203 TEORI STATISTIKA I STK 203 TEORI STATISTIKA I III. PEUBAH ACAK KONTINU III. Peubah Acak Kontinu 1 PEUBAH ACAK KONTINU Ingat definisi peubah acak! Definisi : Peubah acak Y adalah suatu fungsi yang memetakan seluruh anggota

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 4 September 2013

Hendra Gunawan. 4 September 2013 MA1101 MATEMATIKA 1A Hendra Gunawan Semester I, 2013/2014 4 September 2013 Latihan (Kuliah yang Lalu) 1. Tentukan daerah asal dan daerah nilai fungsi 2 f(x) = 1 x. sudah dijawab 2. Gambar grafik fungsi

Lebih terperinci

g(x, y) = F 1 { f (u, v) F (u, v) k} dimana F 1 (F (u, v)) diselesaikan dengan: f (x, y) = 1 MN M + vy )} M 1 N 1

g(x, y) = F 1 { f (u, v) F (u, v) k} dimana F 1 (F (u, v)) diselesaikan dengan: f (x, y) = 1 MN M + vy )} M 1 N 1 Fast Fourier Transform (FFT) Dalam rangka meningkatkan blok yang lebih spesifik menggunakan frekuensi dominan, akan dikalikan FFT dari blok jarak, dimana jarak asal adalah: FFT = abs (F (u, v)) = F (u,

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

Matematika Teknik I. Prasyarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks

Matematika Teknik I. Prasyarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks Kode Mata Kuliah : TE 318 SKS : 3 Matematika Teknik I Prasarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks Tujuan : Mahasiswa memahami permasalahan teknik dalam bentuk PD atau integral, serta

Lebih terperinci

MASALAH INTERPOLASI 1-D DAN 2-D

MASALAH INTERPOLASI 1-D DAN 2-D MASALAH INTERPOLASI 1-D DAN 2-D Hendra Gunawan ITB Bandung http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/ Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, Indonesia Seminar Nasional Analisis

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat

Lebih terperinci

SISTEM HUKUM KEKEKALAN LINEAR

SISTEM HUKUM KEKEKALAN LINEAR Bab 3 SISTEM HUKUM KEKEKALAN LINEAR 3.1 Sistem Linear Hiperbolik Sistem linear dalam pengertian Tugas Akhir ini adalah suatu sistem hukum kekekalan dengan bentuk umum, t u + d A α (t) xα u = 0 (3.1.1)

Lebih terperinci

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks 0. Pendahuluan Analisis Fourier mempelajari berbagai teknik menganalisis sebuah fungsi dengan menguraikannya sebagai deret atau integral fungsi tertentu (yang sifat-sifatnya telah kita kenal dengan baik,

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial Biasa Pendahuluan, Persamaan Diferensial Orde-1 Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB September 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB September 2012 1 / 37 Pendahuluan Konsep Dasar Beberapa

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegralan Do maths and you see the world Integral atau Anti-turunan? Integral atau pengintegral adalah salah satu konsep (penting) dalam matematika disamping

Lebih terperinci

Analisis Riil II: Diferensiasi

Analisis Riil II: Diferensiasi Definisi Turunan Definisi dan Teorema Aturan Rantai Fungsi Invers Definisi (Turunan) Misalkan I R sebuah interval, f : I R, dan c I. Bilangan riil L dikatakan turunan dari f di c jika diberikan sebarang

Lebih terperinci

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR Birmansyah 1, Khozin Mu tamar 2, M. Natsir 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 1: a FMIPA Universitas Islam Indonesia Parameter adalah karakteristik dari populasi (misal θ) adalah karakteristik dari sampel Akan dibahas konsep statistik dan distribusi sampling Parameter Misalkan

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 8: Bentuk Tak Tentu d

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 8: Bentuk Tak Tentu d MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 8: dan Do maths and you see the world ? Pengantar Bentuk tak tentu? Bentuk apa? Bentuk tak tentu yang dimaksud adalah bentuk limit dengan nilai seolah-olah : 0 0 ; ; 0

Lebih terperinci

Matematika I: Turunan. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 61

Matematika I: Turunan. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 61 Matematika I: Turunan Dadang Amir Hamzah 2015 Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 1 / 61 Outline 1 Garis Singgung Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 2 / 61 Outline 1 Garis Singgung

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 11, 2007 Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila

Lebih terperinci

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK 3. Perumusan Penduga Misalkan N adalah proses Poisson non-homogen pada interval 0, dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi intensitas

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 KALKULUS ELEMENTER I BAB III. TURUNAN

Catatan Kuliah MA1123 KALKULUS ELEMENTER I BAB III. TURUNAN BAB III. TURUNAN Kecepatan Sesaat dan Gradien Garis Singgung Turunan dan Hubungannya dengan Kekontinuan Aturan Dasar Turunan Notasi Leibniz dan Turunan Tingkat Tinggi Penurunan Implisit Laju yang Berkaitan

Lebih terperinci

TEOREMA TITIK TETAP BANACH

TEOREMA TITIK TETAP BANACH TEOREMA TITIK TETAP BANACH Esih Sukaesih Abstrak Ruang Banach menjamin setiap barisan akan konvergen ke vektor di ruang tersebut. Barisan iterasi yang kontraktif menjamin bahwa barisan tersebut akan konvergen

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3

Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3 Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3 Week 3: Pengantar, konsep dasar dan klasikasi PDP Tim Ilmu Komputasi Coordinator contact: Dr. Putu Harry Gunawan phgunawan@telkomuniversity.ac.id 1 Kontrak kuliah 2

Lebih terperinci

BAB I DERIVATIF (TURUNAN)

BAB I DERIVATIF (TURUNAN) BAB I DERIVATIF (TURUNAN) Pada bab ini akan dipaparkan pengertian derivatif suatu fungsi, beberapa sifat aljabar derivatif, aturan rantai, dan derifativ fungsi invers. A. Pengertian Derivatif Pengertian

Lebih terperinci

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal Bab 2 TEORI DASAR 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal Persamaan air dangkal merupakan persamaan untuk gelombang permukaan air yang dipengaruhi oleh kedalaman air tersebut. Kedalaman air dapat dikatakan

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Daftar Isi 1 Peubah Acak

Lebih terperinci

log2 PEMBAHASAN SOAL TRY OUT = = 2 1 = 27 8 = 19 Jawaban : C = = = 2( 15 10) Jawaban : B . 4. log3 1 2 (1) .

log2 PEMBAHASAN SOAL TRY OUT = = 2 1 = 27 8 = 19 Jawaban : C = = = 2( 15 10) Jawaban : B . 4. log3 1 2 (1) . TRY OUT AKBAR UN SMA 08 PEMBAHASAN SOAL TRY OUT. 9 6 4 8 7 Jawaban : C 4 4 = = = 7 8 4 = 9. 5 + = 0 5 = 0 5 = 5 0 = ( 5 0). log5 5 log8 log6 4 log log4 = log5 5 4 log log log6 log4 =. log5 5. 4. log log

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 5.3 Kalkulus Turunan Pada bagian ini kita akan membahas sejumlah aturan untuk diferensial dan aturan untuk turunan, yg mempunyai kemiripan

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 3. Topologi Garis Bilangan Real 3.1 Teori Limit Limit, supremum, dan infimum Titik limit 3.2 Himpunan Buka dan Himpunan Tutup 3.3

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 4.2 Sifat-Sifat Fungsi Kontinu Diberikan f dan g, keduanya terdefinisi pada himpunan A, kita definisikan f + g, f g, fg, f/g secara

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ABSTRACT

MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ABSTRACT MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA Kristiani Panjaitan 1, Syamsudhuha 2, Leli Deswita 2 1 Mahasiswi Program

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

Bab II Kajian Teori Copula

Bab II Kajian Teori Copula Bab Kajian Teori Copula.1 Pendahuluan Copula Tesis ini mengacu pada terminologi copula sebagai fungsi yang menghubungkan fungsi distribusi multivariat terhadap fungsi distribusi marginal uniform. Misalkan

Lebih terperinci

BAB III Diferensial. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia

BAB III Diferensial. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia BAB III Diferensial Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia BAB III. TURUNAN Kecepatan Sesaat dan Gradien Garis Singgung Turunan dan Hubungannya dengan Kekontinuan Aturan Dasar Turunan Notasi Leibniz

Lebih terperinci

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1 Daftar Isi 1 Mengapa Perlu Belajar Geometri 1 1.1 Daftar Pustaka.................................... 1 2 Ruang Euclid 3 2.1 Geometri Euclid.................................... 8 2.2 Pencerminan dan Transformasi

Lebih terperinci

Department of Mathematics FMIPAUNS

Department of Mathematics FMIPAUNS Lecture 2: Metode Operator A. Metode Operator untuk Sistem Linear dengan Koefisien Konstan Pada bagian ini akan dibicarakan cara menentukan penyelesaian sistem persamaan diferensial linear dengan menggunakan

Lebih terperinci

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70 Matematika I: APLIKASI TURUNAN Dadang Amir Hamzah 2015 Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 1 / 70 Outline 1 Maksimum dan Minimum Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 2 / 70 Outline

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI PELUANG

DASAR-DASAR TEORI PELUANG DASAR-DASAR TEORI PELUANG Herry P. Suryawan 1 Ruang Peluang Definisi 1.1 Diberikan himpunan tak kosong Ω. Aljabar-σ (σ-algebra pada Ω adalah koleksi subhimpunan A dari Ω dengan sifat (i, Ω A (ii jika A

Lebih terperinci

Senin, 18 JUNI 2001 Waktu : 2,5 jam

Senin, 18 JUNI 2001 Waktu : 2,5 jam UJIAN AKHIR SEMESTER KALKULUS I Senin, 8 JUNI Waktu :,5 jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT. Tentukan (a) x + sin x dx (b) x x p x dx. Tentukan dy dx jika (a) y +) (x + ln x (b) y sin p x. Tentukan ln x p

Lebih terperinci

MA5181 PROSES STOKASTIK

MA5181 PROSES STOKASTIK Catatan Kuliah MA5181 PROSES STOKASTIK disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Tentang MA5181 Proses Stokastik A. Jadwal kuliah:

Lebih terperinci

TEOREMA PEMBATASAN DIMENSI DUA. Hendra Gunawan Jurusan Matematika ITB Jl. Ganesha 10 Bandung

TEOREMA PEMBATASAN DIMENSI DUA. Hendra Gunawan Jurusan Matematika ITB Jl. Ganesha 10 Bandung TEOREMA PEMBATASAN IMENSI UA Henda Gunawan Juusan Matematika ITB Jl Ganesha Bandung Abstak alam makalah ini kami buktikan teoema embatasan dimensi dua dengan menggunakan ketaksamaan Babenko-Hausdoff-Young

Lebih terperinci

Pengenalan Copula. Sapto Wahyu Indratno

Pengenalan Copula. Sapto Wahyu Indratno Pengenalan Copula Sapto Wahyu Indratno STATISTICS DISIVISION, FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCI- ENCES, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG E-mail address: sapto@math.itb.ac.id Daftar Isi Bagian 1. Copula

Lebih terperinci

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1 By : Suthami A MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK Matematika sebagai ilmu dasar yang digunakan sebagai alat pemecahan masalah di bidang keteknikan

Lebih terperinci

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 1. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 1. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018 Kalkulus 2 Teknik Pengintegralan ke - 1 Tim Pengajar Kalkulus ITK Institut Teknologi Kalimantan Januari 2018 Tim Pengajar Kalkulus ITK (Institut Teknologi Kalimantan) Kalkulus 2 Januari 2018 1 / 36 Daftar

Lebih terperinci

METODE GARIS SINGGUNG DALAM MENENTUKAN HAMPIRAN INTEGRAL TENTU SUATU FUNGSI PADA SELANG TERTUTUP [, ]

METODE GARIS SINGGUNG DALAM MENENTUKAN HAMPIRAN INTEGRAL TENTU SUATU FUNGSI PADA SELANG TERTUTUP [, ] METODE GARIS SINGGUNG DALAM MENENTUKAN HAMPIRAN INTEGRAL TENTU SUATU FUNGSI PADA SELANG TERTUTUP [, ] Zulfaneti dan Rahimullaily* Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumbar Abstract: There is

Lebih terperinci

TERAPAN INTEGRAL. Bogor, Departemen Matematika FMIPA IPB. (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, / 22

TERAPAN INTEGRAL. Bogor, Departemen Matematika FMIPA IPB. (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, / 22 TERAPAN INTEGRAL Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 22 Topik Bahasan 1 Luas Daerah Bidang Rata 2 Nilai Rataan Fungsi (Departemen Matematika

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI Febrian Lisnan, Asmara Karma 2 Mahasiswa Program Studi S Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Pengintegralan Fungsi Rasional

Pengintegralan Fungsi Rasional Pengintegralan Fungsi Rasional Ahmad Kamsyakawuni, M.Kom Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember 25 Maret 2014 Pengintegralan Fungsi Rasional 1 Pengintegralan Fungsi Rasional 2

Lebih terperinci

BAB 2 PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA

BAB 2 PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA BAB 2 BIASA 2.1. KONSEP DASAR Persamaan Diferensial (PD) Biasa adalah persamaan yang mengandung satu atau beberapa penurunan y (varibel terikat) terhadap x (variabel bebas) yang tidak spesifik dan ditentukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Alfabet Yunani

LAMPIRAN I. Alfabet Yunani LAMPIRAN I Alfabet Yunani Alha Α Nu Ν Beta Β Xi Ξ Gamma Γ Omicron Ο Delta Δ Pi Π Esilon Ε Rho Ρ Zeta Ζ Sigma Σ Eta Η Tau Τ Theta Θ Usilon Υ Iota Ι hi Φ, Kaa Κ Chi Χ Lambda Λ Psi Ψ Mu Μ Omega Ω LAMPIRAN

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. November 19, 2007 Secara geometris, f kontinu di suatu titik berarti bahwa grafiknya tidak terputus

Lebih terperinci

FUNGSI EVANS, SIFAT-SIFAT DAN APLIKASINYA PADA PELACAKAN NILAI EIGEN DARI MASALAH STURM-LIOUVILLE

FUNGSI EVANS, SIFAT-SIFAT DAN APLIKASINYA PADA PELACAKAN NILAI EIGEN DARI MASALAH STURM-LIOUVILLE Jurnal Matematika UNAND Vol. 4 No. Hal. 23 3 ISSN : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND FUNGSI EVANS, SIFAT-SIFAT DAN APLIKASINYA PADA PELACAKAN NILAI EIGEN DARI MASALAH STURM-LIOUVILLE HILDA FAHLENA,

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN RIIL DAN FUNGSI

SISTEM BILANGAN RIIL DAN FUNGSI SISTEM BILANGAN RIIL DAN FUNGSI Matematika Juni 2016 Dosen : Dadang Amir Hamzah MATEMATIKA Juni 2016 1 / 67 Outline 1 Sistem Bilangan Riil Dosen : Dadang Amir Hamzah MATEMATIKA Juni 2016 2 / 67 Outline

Lebih terperinci

FUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2)

FUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2) INTEGRAL, Vol. 1 No. 1, Maret 5 FUNGSI DELTA DIRAC Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi ) 1) Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. KK Analisis & Geometri FMIPA-ITB. Bandung, Maret 2001 [Edisi Revisi II: Mei 2014]

Hendra Gunawan. KK Analisis & Geometri FMIPA-ITB. Bandung, Maret 2001 [Edisi Revisi II: Mei 2014] Analisis Fourier dan Wavelet 1 Catatan Kuliah Analisis Fourier dan Wavelet Oleh Hendra Gunawan KK Analisis & Geometri FMIPA-ITB Bandung, Maret 2001 [Edisi Revisi II: Mei 2014] 1 2 Hendra Gunawan Daftar

Lebih terperinci

Pembahasan Soal SIMAK UI 2012 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Matematika IPA

Pembahasan Soal SIMAK UI 2012 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Matematika IPA Pembahasan Soal SIMAK UI 0 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS Matematika IPA Disusun Oleh : Pak Anang Kumpulan SMART SOLUTION dan TRIK SUPERKILAT Pembahasan

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

Analisis Fourier dan Wavelet

Analisis Fourier dan Wavelet 0 Hendra Gunawan Analisis Fourier dan Wavelet Hendra Gunawan KK Analisis & Geometri FMIPA-ITB Bandung, 2017 Analisis Fourier dan Wavelet 1 Daftar Isi Kata Pengantar 5 0 Pendahuluan 7 0.1 Notasi dan istilah,

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Maksimum, Minimum, dan Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Titik Kritis Misalkan p = (x, y) adalah sebuah titik peubah dan p 0 = (x 0, y 0 ) adalah sebuah titik tetap pada bidang berdimensi dua

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu fungsi (dasar). Sebagai

Lebih terperinci

Lecture Notes: Discrete Dynamical System and Chaos. Johan Matheus Tuwankotta

Lecture Notes: Discrete Dynamical System and Chaos. Johan Matheus Tuwankotta Lecture Notes: Discrete Dynamical System and Chaos Johan Matheus Tuwankotta Departemen Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, jl. Ganesha no., Bandung, Indonesia. mailto:theo@dns.math.itb.ac.id.

Lebih terperinci