Bab II Kajian Teori Copula

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Kajian Teori Copula"

Transkripsi

1 Bab Kajian Teori Copula.1 Pendahuluan Copula Tesis ini mengacu pada terminologi copula sebagai fungsi yang menghubungkan fungsi distribusi multivariat terhadap fungsi distribusi marginal uniform. Misalkan variabel acak X dan Y, dengan fungsi distribusi masing-masing adalah F(x) = P(X x) dan G(y) = P(Y y), serta fungsi distribusi gabungannya H(x,y) = P(X x,y y). Untuk setiap ( x, y) ; x, y R, diperoleh tiga bilangan yaitu F(x), G(y), dan H(x,y), yang ketiganya jatuh dalam interval [0,1]. Dengan kata lain, tiap ( x, y) ; x, y R menghasilkan titik (F(x),G(y)) di dalam persegi satuan [0,1] [0,1], dan pasangan terurut ini berkorespondensi dengan bilangan H(x,y) dalam interval [0,1]. Korespondensi terakhir inilah yang menjadi karakteristik untuk copula. Definisi.1.1 Misalkan A, B subhimpunan tak kosong di R dan fungsi sedemikian sehingga r b = ( x, y) t di { } H : R R\, adalah r Dom( H ) = A B. Pandang a = ( x1, y1) t dan r R, definisikan a b r, jika x1 x dan y1 y. R Misalkan pula suatu persegi panjang di dinyatakan sebagai Q = x,x r y,y a b r, (.1) [ ] [ ] 1 1, sedemikian sehingga Q Dom( H). Maka a. Volume-H terhadap persegi panjang Q didefinisikan oleh: V Q = H( x, y ) H( x, y ) H( x, y ) + H( x, y ). (.) H 4

2 5 b. H disebut -increasing jika VH ( Q ) 0 untuk semua persegi panjang Q di Dom( H ). c. Misalkan A, B mempunyai elemen terkecil masing-masing a dan b. Maka H dikatakan grounded jika H ( ay, ) = 0 = Hxb (, ), untuk setiap x Ay, B, (.3) akibatnya kita dapat mengatakan jika H grounded, maka V ( Q) = H( x, y), untuk setiap Q = [ a, x] [ b, y] Dom( H). (.4) H lustrasi: Y y Q b a x X Gambar.1. Persegi panjang Q= [ a, x] [ b, y] Maka, VH ( Q) = H( x, y) H( x, b) H( a, y) + H( a, b), (.5) = H( x, y) karena H( x, b) = H( a, x) = H( a, b) = 0. Lemma.1. Misalkan AB, subhimpunan tak kosong di R dan H : R R\, adalah fungsi sedemikian sehingga { } Dom( H ) = A B dan H bersifat -increasing. Misalkan pula x1, x A dengan x1 x, dan y1, y B dengan y1 y. Maka pemetaan

3 6 (, ) t H t y H t, y non-decreasing di A, dan (.6) a 1 t H x t H x, t non-decreasing di B. (.7) a, 1 Jika H fungsi -increasing yang grounded maka sifat diatas masih dipenuhi. Bukti : Diketahui x1, x A dengan x1 x. Karena H bersifat -increasing maka berlaku Hty (, ) Hty (, ) 0 1 Hty (, ) Hty (, ) 1 Akibatnya pemetaan t H( t, y ) H( t y ) yang serupa akan diperoleh a 1, non-decreasing di A. Dengan cara t H x t H x, t non-decreasing di B. a, 1 Definisi.1.3 Misalkan b1, b berturut-turut merupakan elemen terbesar untuk H dikatakan memiliki marginal yaitu fungsi F dan G yang memenuhi ( ) Dom( F) = A, F x = H x, b x A Dom( G) = B, G x = H b, y y B 1 A dan B. Maka (.8) Lemma.1.4 Misalkan AB, subhimpunan tak kosong di R dan H : R R\ {, } adalah fungsi sedemikian sehingga Dom( H ) = A B dan H bersifat -increasing yang grounded dan memiliki marginal. Misalkan pula (, ),(, ) x y x y A B. Maka 1 1 H( x, y ) H( x, y ) F x F x + G y G y (.9) Bukti : Dengan menggunakan ketaksamaan segitiga diperoleh H( x, y ) H( x, y ) H( x, y ) H( x, y ) + H( x, y ) H( x, y ) Asumsikan x1 x. Karena H bersifat -increasing yang grounded dan memiliki marginal maka menurut Lemma.1. 0 H( x, y ) H( x, y ) F x F x 1 1

4 7 Asumsikan x x1 analog dengan sebelumnya diperoleh Akibatnya x1, x A berlaku Hal yang sama berlaku y1, y B 0 H( x, y ) H( x, y ) F x F x 1 1 H( x, y ) H( x, y ) F x F x 1 1 H( x, y ) H( x, y ) G y G y Dengan mensubstitusikan dua persamaan terakhir ke dalam ketaksamaan segitiga yang ditulis di awal, maka pembuktian lengkap.. Copula dan Sifat-sifatnya Definisi..1 Subcopula dua dimensi (-subcopula) adalah fungsi yang memenuhi sifatsifat: C ' a. Dom( C ') = A B, di mana A dan B adalah subhimpunan dari = [0,1], b. C ' grounded dan -increasing, c. Untuk setiap u A dan v B, berlaku C'( u,1) Perhatikan bahwa untuk setiap ( uv, ) Range( C ') juga merupakan subhimpunan dari. = u dan C'(1, v) = v. (.10) DomC ( '), maka 0 C'( u, v) 1, sehingga Definisi.. Copula dua dimensi (-copula) adalah subcopula dimensi (-subcopula) C dengan Dom( C ') =. Ekivalen dengan mengatakan bahwa Copula dua dimensi (-copula) adalah fungsi C: yang memenuhi sifat-sifat: a. Untuk setiap ( uv, ), maka berlaku Cu (,0) = 0 = C(0, v), (.11a)

5 8 dan juga Cu (,1) = udan C(1, v) = v. (.11b) b. Untuk setiap u 1, u, v 1, v sedemikian sehingga u 1 u, v 1 v, maka berlaku Cu (, v) Cu (, v) Cu (, v) + Cu (, v) 0. (.1) Himpunan dari semua copula dua dimensi didefinisikan sebagai Χ. Tulis, Cuv (, ) = Cuv (, ) Cu (,0) C(0, v) + C(0,0) C ([ 0, ] [ 0, ]) = V u v maka hal ini akan menunjukkan bahwa di terhadap persegi panjang [ 0, u] [ 0, v]. Cuv (, ) (.13) sebagai pengaitan suatu bilangan Beberapa sifat dasar yang penting dari copula akan dibahas berikut ini. Akibat..3 Misalkan C Χ dan 0 x x 1, maka pemetaan monoton naik di, 1 ya C( x, y) C( x, y), untuk setiap y (.14) 1 dan hal yang sama misalkan C Χ dan 0 y1 y 1, maka pemetaan monoton naik di. Bukti: Misalkan peroleh x Cxy1 Cxy a (, ) (, ), untuk setiap x (.15) 0 y1 y 1 dan 0 x1 x 1. Karena C bersifat -increasing, kita ([ ] [ ]) V x, x y, y = Cx (, y) Cx (, y) Cx (, y) + Cx (, y) 0 C C( x, y ) C( x, y ) C( x, y ) C( x, y ) Akibat..4

6 9 Copula bersifat kontinu Lipchitz artinya untuk setiap C Χ dan 0 x x 1, 1 0 y y 1 1 berlaku 0 (, ) (, ) Cx y Cx1 y x x1 dan (.16a) 0 Cxy (, ) Cxy (, ) y y, jadi (.16b) 1 1 Cx (, y) Cx (, y) x x + y y (.17) Jika x sehingga x1 dan y y 1, maka dari persamaan (.14) akan kita peroleh: Cx (, y) Cx (, y) lim x x + y y = 0, (.18) x x1, y y1 lim Cx (, y) = Cx (, y). (.19) x x1, y y1 Akibatnya copula C kontinu. 1 1 Akibat..5 Misalkan C Χ, maka ya C( x, y) monoton naik untuk setiap x, dan hal yang serupa x a Cxy (, ) monoton naik untuk setiap y. Teorema..6 Misalkan C Χ, maka untuk setiap uv, berlaku Wuv (, ) = max( u+ v 1,0) Cuv (, ) min( uv, ) = Muv (, ), (.0) di mana fungsi W dan M disebut batas bawah dan batas atas Fréchet dari copula C. Fungsi W dan M sendiri juga merupakan copula. Bukti: Berdasarkan kemonotonan copula, kita peroleh: Cuv (, ) Cu (,1) = udan Cuv (, ) C(1, v) = v, Maka Cuv (, ) min( uv, ) = Muv (, ). Jelas Cuv (, ) 0 dan VC ([ u,1 ] [ v,1]) 0 artinya C(1,1) C(1, v) C( u,1) + C( u, v) 0 atau 1 v u+ C( u, v) 0. Sehungga Cuv (, ) u+ v 1

7 10 Akibatnya Cuv (, ) max u+ v 1,0 = Wuv (, )..3 Copula dan Variabel Acak Variabel acak merupakan suatu pemetaan dari ruang sample ke bilangan real. Misalkan X menyatakan suatu variabel acak. Peluang bahwa variabel acak X lebih kecil atau sama dengan x, ditulis P(X x) adalah F(z) dengan 0 F(x) 1, selanjutnya F(x) disebut dengan fungsi distribusi. Definisi.3.1 Fungsi distribusi (marginal) adalah suatu fungsi F dengan Dom( F) = R sedemikian sehingga: 1. F fungsi tak turun.. F( ) = 0 dan F( ) = 1 Definisi.3. Fungsi distribusi gabungan adalah suatu fungsi H dengan Dom( H ) = R sedemikian sehingga: 1. H fungsi -increasing.. H( x, ) = H(, y) = 0 dan H (, ) = 1 Lemma.3.3 Misalkan H adalah fungsi distribusi gabungan dengan fungsi distribusi marginalnya masing-masing F dan G, maka terdapat subcopula sehingga: 1. Dom( C ') = Rank( F) Rank( G),. Untuk setiap x, y R, H( x, y) = C' ( F( x), G( y) ) Lemma.3.4 C ' tunggal sedemikian Misalkan C ' adalah subcopula. Maka terdapat copula C sedemikian sehingga

8 11 Cuv (, ) = C'( uv, ) untuk setiap ( uv, ) di dom( C '), artinya setiap subcopula dapat diperluas menjadi suatu copula. Pada umumnya perluasan ini tidak tunggal. Teorema.3.5 Misalkan H adalah fungsi distribusi gabungan dari variable X dan Y, dengan F dan G masing-masing adalah fungsi distribusi marginal dari X dan Y. Maka terdapat sebuah copula C sedemikian sehingga untuk setiap x, y R berlaku dengan u = F( x) dan v= G( y). H( x, y) = C F( x), G( y) = C( u, v), (.1) Jika F dan G kontinu, maka copula C tunggal, jika F dan G tidak kontinu, maka copula C tunggal pada Range( F) Range( G). Sebaliknya, jika C adalah sebuah copula, F dan G masing-masing adalah fungsi distribusi marginal dari X dan Y. Maka terdapat fungsi distribusi gabungan H sedemikian sehingga untuk setiap x, y R berlaku H( x, y) = C F( x), G( y) = C( u, v). Teorema ini pertama kali dikemukakan oleh Sklar pada tahun 1959, sehingga disebut sebagai Sklar s Theorem. Bukti: Jika F dan G kontinu, berdasarkan lemma.3.3, maka terdapat subcopula tunggal dengan Dom( C ') = Range( F) Range( G) C ', karena F dan G kontinu maka Range( F) = Range( G) = atau Dom( C ') =, ini berarti subcopula tersebut merupakan copula yang tunggal. Jika F dan G tidak kontinu, maka terdapat subcopula Dom( C ') = Range( F) Range( G) tersebut dapat diperluas menjadi suatu copula. C ' tunggal dengan, maka berdasarkan lemma.3.4 subcopula

9 1 Copula C pada teorema.3.5 akan dinamakan copula dari X dan Y, dan di notasikan C XY, di mana copula tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi dependensi dari variabel acak X dan Y. Teorema berikut akan menunjukkan bahwa copula Π ( uv, ) = uv. menyatakan karakteristik keindependenan dari dua variable acak, di mana fungsi distribusinya kontinu. Teorema.3.6. Misalkan X dan Y adalah variabel acak kontinu. Maka X dan Y independen jika jika dan hanya jika C XY =Π. Bukti: Misalkan X dan Y adalah variabel acak kontinu, ( ) misalkan X dan Y independent dan misalkan F dan G masing-masing menyatakan fungsi distribusi marginal dari X dan Y, maka fungsi distribusi gabungannya adalah H( x, y) = F( x). G( y), maka berdasarkan teorema Sklar, terdapat copula C = H( x, y) = F( x). G( y) = uv. =Π ( u, v), di mana u = F( x) dan v= G( y), ( ) misalkan CXY XY =Π ( u, v) =uv., misalkan F dan G masing-masing menyatakan fungsi distribusi marginal dari X dan Y, maka untuk setiap uv,, maka terdapat suatu x, y R sedemikian sehingga F( x) = u dan Gy H( x, y) = v, jadi C = uv. = F( x). G( y) = H( x, y), berdasarkan teorema Sklar independen. XY adalah fungsi distribusi gabungan dari X dan Y. Jadi X dan Y Pada subbab., telah dijelaskan mengenai batas-batas Fréchet-Hoeffding sebagai batas umum untuk setiap copula, yaitu untuk setiap C Χ dan uv, berlaku Wuv (, ) = max( u+ v 1,0) Cuv (, ) min( uv, ) = Muv (, ). (.)

10 13 Sebagai konsekuensi dari teorema Sklar, jika X dan Y adalah variabel acak dengan fungsi distribusi gabungan H dan mempunyai fungsi distribusi marginal masingmasing adalah F dan G, maka untuk setiap x, y R berlaku ( F x G y ) H x y ( F x G y ) max + 1,0 (, ) min,. (.3).4 Survival Copula Dalam banyak aplikasi, cukup menarik untuk dikaji adalah mengenai waktu hidup individu atau barang dalam suatu populasi. Peluang seseorang bertahan hidup lebih dari x didefinisikan sebagai Fungsi survival dengan X 1 S x = P X > x = F x (.4) F menyatakan fungsi distribusi dari X. Karena berkaitan dengan waktu hidup, maka secara alami akan diperoleh Range dari peubah acak adalah [ 0, ). Untuk peubah acak berpasangan (, ) X Y dengan fungsi distribusi gabungan H, maka fungsi survival gabungan dinyatakan sebagai berikut, dengan batas dari (, ) (, ) S x y = P X > x Y > y (.5) S adalah (, ) S x dan (, ) X Y S y, dimana S dan S berturutturut menyatakan fungsi marginal untuk X dan Y. Pertanyaan yang sewajarnya muncul adalah apakah ada hubungan antara fungsi marginal dengan fungsi survival gabungan analog terhadap adanya hubungan antara fungsi marginal dengan fungsi distribusi gabungan? Untuk menjawab pertanyaan ini, misalkan copula dari X dan Y disebut C. Maka kita punya (, ) 1 F( x) G( y) H( x, y) SX ( x) SY ( y) 1 C( F( x), G( y) ) S ( x) S ( y) 1 C 1 S ( x),1 S ( y) S x y = + = + + = + + X Y X Y

11 14 sehingga jika didefinisikan suatu fungsi C dari akan diperoleh ke oleh C( u, v) u v 1 C( 1 u,1 v) = + + (.6) ( X Y ) (, ), S x y = C S x S y (.7).5 Copula Archimedean Dalam subbab ini akan dibahas sebuah kelas Copula yang cukup penting, yaitu Copula Archimedean. Copula ini memiliki aplikasi yang cukup luas dengan beberapa alasan, yaitu 1) copula ini mudah dibangun, ) keluarga copula ini sangat banyak variasinya, dan 3) memiliki sifat-sifat penting yang diperlukan. Copula Archimedean pada awalnya muncul dalam kajian ruang probabilistik, di mana copula ini merupakan bagian dari pengembangan mengenai ketaksamaan segitiga. Untuk membangun copula Archimedes ini, akan diperkenalkan suatu fungsi yang biasa disebut dengan fungsi pembangkit Φ yang merupakan fungsi kontinu dan monoton turun kuat dari ke [0, ] sedemikian sehingga Φ (1) = 0. Teorema berikut merupakan teorema dasar dalam membangun copula Archimedean. Teorema.5.1 Misalkan Φ: [0, ] fungsi kontinu, monoton turun kuat sedemikian sehingga Φ (1) = 0, dan misalkan [ 1] Φ adalah generalized invers dari Φ yang didefinisikan oleh 1 [ 1] Φ () t, 0 t Φ(0) Φ = 0, Φ (0) < t < (.8)

12 15 Maka fungsi C: yang diberikan oleh [ 1 C u,v =Φ ] Φ u +Φ v (.9) { } adalah sebuah copula jika dan hanya jika Φ konvex. Φ disebut pembangkit dari copula. Selanjutnya copula pada persamaan (.9) disebut copula Archimedean. Catatan: a. Jika Φ (0) =, Φ [ 1] 1 dikatakan pembangkit kuat jika Φ =Φ yang merupakan invers yang lazim. Copula yang dibangun dari pembangkit seperti ini disebut copula kuat. b. Pembangkit dari copula Archimedean tidak tunggal, sebagai contoh copula dengan pembangkit cφ, c> 0 memberikan hasil yang sama dengan copula dengan pembangkit Φ. Berikut disajikan dua contoh copula yang termasuk dalam Copula Archimedean. Tabel 1 Contoh Copula Archimedean Famili Φ Range α C( u, v ) Clayton ( 1) t α α 0, 1 u + v 1 α α α α + { } 1 Gumbel log () t [ 0, ) α α (( u) ( v) ) exp log + log 1 α Lemma.5. (Lihat [4]) Misal : [0, ] memenuhi Φ Φ 1 = 0. Misalkan pula X dan Y adalah peubah acak uniform yang memenuhi C ( x, y) 1 { ( x) ( y) } Definisikan Φ =Φ Φ +Φ.

13 16 Maka : a. U berdistribusi uniform pada ( 0,1 ), U V λ = Φ ( X ) Φ ( X) +Φ ( Y) = C( X, Y) Φ ( v) ( v) v ' Φ ( v) { } =,0< 1 = b. V dan K v v λ v mengikuti distribusi yang sama pada 0,1, c. U dan V saling bebas Untuk copula pada tabel 1 maka diperoleh λ untuk masing-masing copula sebagai berikut. Famili Tabel λ ( v) Clayton v( 1 v α ) Gumbel λ α vlog v ( α + 1) λ ( v) berkorespondensi satu-satu terhadap Φ. Akibatnya jika dipilih suatu copula Archimedean, ekivalen dengan memilih suatu fungsi λ yang bersesuaian dengan copula tersebut. Estimator non parametrik untuk λ didefinisikan sebagai berikut, λ ( v) = v K ( v);0 < v< 1 (.30) n n 1 n dengan Kn( v) = δ ( v V i) dan n i= 1 i {( X j Yj) X j < Xi Yj < Yi} #, :, V = ;1 i n ( n 1).

14 17.6 Kendall s Tau Pada subbab ini akan dijelaskan bentuk kuantifikasi dependensi statistik Kendall s τ, yaitu kuantifikasi dependensi yang didasarkan atas data rangking. Tetapi, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai konsep konkordan yang akan digunakan dalam menjelaskan statistik Kendall s τ..6.1 Konkordan Secara tidak resmi, pasangan variabel acak X dan Y disebut concordance jika salah satu variabel bernilai besar, maka akan berkorespondensi dengan nilai yang besar juga di variabel yang lain, begitu juga sebaliknya untuk nilai yang kecil. Untuk lebih tepatnya, misalkan ( X, Y ) adalah vektor dari dua variabel acak dan ( x 1, y 1 ), ( x, y ) sampel dari ( X, Y ). Kita akan mengatakan bahwa ( x1, y 1) dan ( x, y ) konkordan jika ( x 1 x )( y 1 y ) > 0, dan sebaliknya disebut diskordan jika ( x1 x)( y1 y) < 0. ni jelas bahwa kita dapat mendefinisikan konkordan dari dua vektor ( x1, y 1) dan ( x, y ) tanpa menggunakan definisi variabel acak. Perlu diingat bahwa PX ( 1 = X) = 0, jika X 1 dan X kontinu. Oleh karena itu, jika X dan Y di atas kontinu bagian dari konkordan dan diskordan memisahkan ruang sample sebagai subhimpunan dari bebas yang mempunyai ukuran peluang 1. R menjadi dua bagian yang saling.6. Kendall s Tau dan Copula Definisi.6..1 (Kendall s τ) Misalkan ( X1, Y 1) dan ( X, Y ) dua vektor acak. Kendall s τ didefinisikan sebagai. ( 0 ) ( ) τ τ XY. = P X1 X Y1 Y > P X1 X Y1 Y <0 (.31)

15 18 Selanjutnya kita menyebut bentuk di atas adalah definisi Kendall s τ untuk populasi. Jadi, Kendall s τ adalah perbedaan antara peluang dari konkordan dan peluang dari diskordan. Dalam prakteknya, kita dapat mendefinisikan ukuran dependensi Kendall s τ berdasarkan sampel. Misalkan {(, ),...,(, )} x y x y, n adalah sampel 1 1 berukuran n dari vaktor acak kontinu {( i, i),( j, j) } n n ( X, Y ). Setiap pasang sampel x y x y, i, j {1,..., n}, i j merupakan suatu diskordan atau konkordan. Maka jelas terdapat n 1 pasangan berbeda dari sampel yang ada. Misalkan K menyatakan banyaknya pasangan konkordan, dan D menyatakan banyaknya pasangan diskordan. Maka Kendall s τ untuk sampel didefinisikan menjadi K D K D τ= ˆ = K + D n (.3) Dengan definisi Kendall s τ di atas, kita dapat menunjukkan bahwa copula mempunyai hubungan dengan Kendall s τ, untuk menunjukkan hubungan tersebut, sebelumnya perlu didefinisikan terlebih dahulu suatu fungsi konkordan Q, yang menyatakan perbedaan peluang dari konkordan dan peluang diskordan antara dua vektor ( X1, Y 1) dan ( X, Y ) dari variabel acak kontinu dengan fungsi distribusi gabungan (yang mungkin) berbeda dan H, tetapi dengan fungsi distribusi marginal yang sama F dan G. Kemudian akan ditunjukkan bahwa fungsi konkordan ini bergantung pada distribusi dari copula. H1 ( X1, Y 1) dan ( X, Y ) melalui n = k k!( n k)! 1 n!

16 19 Teorema.6.. (Fungsi Konkordan Q) Misalkan ( X1, Y 1) dan ( X, Y ) adalah dua vektor random dengan fungsi distribusi gabungan masing-masing dan H, di mana X ~ F dan Y ~ G, i = 1,. H1 Lebih lanjut, misalkan dan menyatakan copula dari C1 C 1 1 sedemikian sehingga H ( x, y) C ( F( x), G( y) ) 1 1 i i ( X, Y ) dan ( X, Y ), = dan H ( x, y) = C F( x), G( y). Jika Q menyatakan perbedaan antara peluang dari konkordan dan peluang diskordan dari ( X1, Y 1) dan ( X, Y ), yang didefinisikan sebagai ( 0 ) ( ) Q= P X X Y Y > P X X Y Y <0 maka kita peroleh: Bukti: , (.33) Q= Q( C1, C) = 4. C( u, v) dc1( u, v) 1. (.34) Karena variabel acak X dan Y kontinu, maka ( 0) 1 ( ) P X X Y Y < = P X X Y Y >0 (.35) dan oleh karena itu, Akan tetapi, Q=. P ( X X )( Y Y ) > 0 1 (.36) 1 1 ( 0 ) (, ) (, ) P X X Y Y > = P X > X Y > Y + P X < X Y < Y, (.37) dan peluang di atas dapat dihitung dengan mengintegralkan (Riemann-Stieltjes) terhadap distribusi dari salah satu vektor ( X 1, Y 1 ) atau ( X, Y ). Misalkan terhadap ( X1, Y 1), kita peroleh: ( 1 >, 1 > ) = ( < 1, < 1), = ( < < ) P X X Y Y P X X Y Y = = R R R P X x, Y y dh ( x, y), 1 H ( x, y) dh ( x, y), 1 C ( F( x), G( y)) dc ( F( x), G( y)), 1 jadi dengan menggunakan transformasi distribusi u = F( x) dan (.38) v= F( y) menghasilkan P X > X, Y> Y = C( uv, ) dc( uv, ) (.39)

17 0 Hal yang serupa, ( 1<, 1< ) = ( > 1, > 1), = ( > > ) P X X Y Y P X X Y Y R R P X x, Y y dh ( x, y), 1 [ ] = 1 F( x) G( y) + C ( F( x), G( y)) dc ( F( x), G( y)), [ ] 1 1 = 1 u v C ( u, v) dc ( u, u). (.40) Karena adalah fungsi distribusi gabungan dari pasangan variabel acak( UV), C 1 yang masing-masing berdistribusi uniform (0,1), EU [ ] = EV [ ] = 1/, dan dengan demikian Jadi, 1 1 P( X1 < X, Y1< Y) = 1 + C( u, v) dc1( u, u), = C ( u, v) dc ( u, u). 1 P ( X X )( Y Y ) > 0 =. C ( u, v) dc ( u, u), (.41) dan dengan mensubstitusikan persamaan (.40) kedalam persamaan (.35), diperoleh: Q=. P ( X X )( Y Y ) > =. C( u, v) dc1( u, u) 1 = 4 C ( u, v) dc ( u, u) 1. 1 Berdasarkan definisi fungsi konkordan pada teorema.6.., maka kita dapat mendefinisikan Kendall s τ untuk X dan Y melalui copula dengan teorema berikut: Teorema.6..3 (Kendall s τ dengan copula) Misalkan X dan Y variabel acak kontinu dengan copula C. Maka Kendall s τ untuk X dan Y diberikan oleh τxy. τ C= QCC (, ) = 4. CuvdCuv (, ) (, ) 1. (.4)

18 1 Perhatikan bahwa bentuk integral yang ada pada persamaan (.41) dapat diinterpretasikan sebagai ekspektasi dari fungsi variabel acak yang berdistribusi Bukti: U (0,1) CUV (, ), atau dengan kata lain [ C U V ], di mana U dan V τ = 4. E (, ) 1. (.43) C C Dengan memilih C = C = C, maka diperoleh 1 τ τ = QC (, C) = QCC (, ) = 4. CuvdCuv (, ) (, ) 1 XY. C 1. Untuk copula pada tabel 1 maka diperoleh τ untuk masing-masing copula sebagai berikut. Tabel 3 τ Famili τ Clayton Gumbel α ( α + ) α ( α + 1)

BAB III VALUE AT RISK (VaR ) DAN PENDEKATAN COPULA

BAB III VALUE AT RISK (VaR ) DAN PENDEKATAN COPULA BAB III VALUE AT RISK (VaR ) DAN PENDEKATAN COPULA 3.1 Value at Risk (VaR) Salah satu aspek yang sangat penting dalam analisis resiko adalah penghitungan Value at Risk atau yang selanjutnya disingkat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. return, mean, standard deviation, skewness, kurtosis, ACF, korelasi, GPD, copula,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. return, mean, standard deviation, skewness, kurtosis, ACF, korelasi, GPD, copula, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas semua konsep yang mendasari penelitian ini yaitu return, mean, standard deviation, skewness, kurtosis, ACF, korelasi, GPD, copula, VaR, estimasi VaR dengan

Lebih terperinci

Estimasi Parameter Copula Dan Aplikasinya Pada Klimatologi

Estimasi Parameter Copula Dan Aplikasinya Pada Klimatologi Estimasi Parameter Copula Dan Aplikasinya Pada Klimatologi Irwan Syahrir (309 20 00) Dosen Pembimbing: Dr. Ismaini Zaini, M.Si Dr.rer.pol. Heri Kuswanto, M.Si . PENDAHULUAN Latar belakang Analisis Statistik

Lebih terperinci

STK 203 TEORI STATISTIKA I

STK 203 TEORI STATISTIKA I STK 203 TEORI STATISTIKA I V. SEBARAN FUNGSI PEUBAH ACAK V. Sebaran Fungsi Peubah Acak 1 Sebaran Fungsi Peubah Acak Dalam banyak kasus untuk melakukan inferensi terhadap suatu parameter kita lebih banyak

Lebih terperinci

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh BAB III INTEGRAL LEBESGUE Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh fungsi-fungsi terukur dan memenuhi sifat yang berkaitan dengan integral Lebesgue. Kajian mengenai keterukuran suatu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada BAB II DASAR TEORI Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada pembahasan BAB III, mulai dari definisi sampai sifat-sifat yang merupakan konsep dasar untuk mempelajari Fungsi

Lebih terperinci

Peubah Acak, Fungsi Distribusi Bersama dan Copula

Peubah Acak, Fungsi Distribusi Bersama dan Copula Peubah Acak, Fungsi Distribusi Bersama dan Copula oleh Khreshna Syuhada Misalkan kita memiliki dua peubah acak X dan Y yang tidak saling bebas; fungsi distribusinya, berturut-turut, adalah F X dan G Y.

Lebih terperinci

Pengenalan Copula. Sapto Wahyu Indratno

Pengenalan Copula. Sapto Wahyu Indratno Pengenalan Copula Sapto Wahyu Indratno STATISTICS DISIVISION, FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCI- ENCES, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG E-mail address: sapto@math.itb.ac.id Daftar Isi Bagian 1. Copula

Lebih terperinci

MA6281 Topik Lanjut dalam Statistika ANALISIS DATA DENGAN COPULA Dependency is not necessarily bad

MA6281 Topik Lanjut dalam Statistika ANALISIS DATA DENGAN COPULA Dependency is not necessarily bad Catatan Kuliah MA6281 Topik Lanjut dalam Statistika ANALISIS DATA DENGAN COPULA Dependency is not necessarily bad disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 11, 2007 Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila

Lebih terperinci

Korelasi Kendall (τ) untuk Estimasi Parameter Distribusi Clayton-copula Bivariat

Korelasi Kendall (τ) untuk Estimasi Parameter Distribusi Clayton-copula Bivariat SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Korelasi Kendall (τ) untuk Estimasi Parameter Distribusi Clayton-copula Bivariat S - 9 Apriliana Wiji Nurcahyani, Dewi Retno Sari Saputro,

Lebih terperinci

MA5181 PROSES STOKASTIK

MA5181 PROSES STOKASTIK Catatan Kuliah MA5181 PROSES STOKASTIK disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Tentang MA5181 Proses Stokastik A. Jadwal kuliah:

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada Bab II, selanjutnya pada bab ini akan dipelajari gagasan mengenai fungsi terukur Lebesgue. Gagasan mengenai

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematik(a)

Pengantar Statistika Matematik(a) Catatan Kuliah Pengantar Statistika Matematik(a) Statistika Lebih Dari Sekadar Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu konsep yang sangat menarik untuk dikaji adalah konsep copula. Konsep ini banyak digunakan di bidang matematika dan statistika, bahkan aplikasinya

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI ( ) =

II. LANDASAN TEORI ( ) = II. LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Definisi 2.1.1 Fungsi Bernilai Real Fungsi bernilai real adalah fungsi yang domain dan rangenya adalah himpunan bagian dari real. Definisi 2.1.2 Limit Fungsi Jika adalah suatu

Lebih terperinci

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV 4.1 State dan Proses Observasi Semua proses didefinisikan pada ruang peluang (Ω, F, P). Misalnya X = {X : k N} adalah rantai Markov dengan state berhingga yang bersifat homogen

Lebih terperinci

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi semua fungsi yang terintegralkan Lebesgue, 1. Sebagaimana telah dirumuskan

Lebih terperinci

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11.1 Definisi dan Limit Fungsi Monoton Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila untuk setiap x, y H dengan x < y berlaku

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR)

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR) BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR) Teorema nilai rata-rata menghubungkan nilai suatu fungsi dengan nilai derivatifnya (turunannya), dimana TNR merupakan salah satu bagian penting dalam kuliah analisis

Lebih terperinci

BEBERAPA TEKNIK DISTRIBUSI FUNGSI PEUBAH ACAK

BEBERAPA TEKNIK DISTRIBUSI FUNGSI PEUBAH ACAK 0 BEBERAPA TEKNIK DISTRIBUSI FUNGSI PEUBAH ACAK Dalam hal ini akan dibahas beberapa teknik yang digunakan dalam menentukan distribusi dari fungsi peubah acak, yaitu teknik fungsi distribusi, teknik transformasi

Lebih terperinci

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1 Fungsi Variabel Banyak Bernilai Real Turunan Parsial dan Turunan Wono Setya Budhi KK Analisis dan Geometri, FMIPA ITB Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1 Turunan Parsial dan Turunan Usaha pertama untuk

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 6: Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Inferensi Statistik Pendahuluan Inferensi Statistik Inferensi statistik adalah metode untuk menarik kesimpulan mengenai suatu populasi. Inferensi statistik

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan dengan baik pada aplikasi pengenalan suara, pengolahan citra (Willsky, 2002 dan Choi

Lebih terperinci

STATISTIK PERTEMUAN VI

STATISTIK PERTEMUAN VI STATISTIK PERTEMUAN VI 1. TEORI PENDUKUNG 1.1 Pendahuluan 1. Variabel acak 1.3 Distribusi variabel acak diskrit 1.4 Distribusi variabel acak kontinu 1.5 Distribusi multivariat 1.1 Pendahuluan Definisi

Lebih terperinci

Peubah Acak dan Distribusi Kontinu

Peubah Acak dan Distribusi Kontinu BAB 1 Peubah Acak dan Distribusi Kontinu 1.1 Fungsi distribusi Definisi: Misalkan X peubah acak. Fungsi distribusi (kumulatif) dari X adalah F X (x) = P (X x) Contoh: 1. Misalkan X Bin(3, 0.5), maka fungsi

Lebih terperinci

STATISTIKA UNIPA SURABAYA

STATISTIKA UNIPA SURABAYA MATEMATIKA STATISTIKA (MATHEMATICAL STATISTICS) GANGGA ANURAGA Materi : Distribusi variabel random Teori Himpunan Fungsi Himpunan Fungsi Himpunan Peluang Variabel Random Fungsi Kepadatan Peluang Fungsi

Lebih terperinci

Bab 2 Fungsi Analitik

Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 ini direncanakan akan disampaikan dalam 4 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: () Pertemuan I: Fungsi Kompleks dan Pemetaan. (2) Pertemuan II: Limit Fungsi, Kekontiuan,

Lebih terperinci

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351) II. SISTEM BILANGAN RIIL Handout Analisis Riil I (PAM 351) Sifat Aljabar (Aksioma Lapangan) dari Bilangan Riil Bagian ini akan membicarakan struktur aljabar bilangan riil dengan terlebih dahulu memberikan

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 4. Fungsi Kontinu 4.1 Konsep Kekontinuan Fungsi kontinu Limit fungsi dan limit barisan Prapeta himpunan buka 4.2 Sifat-Sifat Fungsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri BAB II KAJIAN TEORI Analisis kekonvergenan pada barisan fungsi, apakah barisan fungsi itu? Apakah berbeda dengan barisan pada umumnya? Tentunya sebelum membahas mengenai barisan fungsi, apa saja jenis

Lebih terperinci

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Himpunan dan Fungsi Dr Rizky Rosjanuardi P PENDAHULUAN ada modul ini dibahas konsep himpunan dan fungsi Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas konsep-konsep dasar dan sifat dari himpunan, sedangkan pada

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Daftar Isi 1 Peubah Acak

Lebih terperinci

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012 Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 01 Tanggal Ujian: 13 Juni 01 1. Lingkaran (x + 6) + (y + 1) 5 menyinggung garis y 4 di titik... A. ( -6, 4 ). ( -1, 4 ) E. ( 5, 4 ) B. ( 6, 4) D. ( 1, 4 )

Lebih terperinci

Tugas Statistika Matematika TEORI PELUANG

Tugas Statistika Matematika TEORI PELUANG Lusi Agustin 131810101004 Ria Ammelia Wahyu 131810101008 Atiqoh Hani R 131810101044 Tugas Statistika Matematika TEORI PELUANG Percobaan acak menjadi percobaan yang hasilnya tidak dapat diprediksi dengan

Lebih terperinci

1. Ubahlah pernyataan ke dalam berikut ke dalam bentuk Jika p maka q.

1. Ubahlah pernyataan ke dalam berikut ke dalam bentuk Jika p maka q. Diskusi Kelompok (I) Waktu: 100 menit Selasa, 23 September 2008 Pengajar: Hilda Assiyatun, Djoko Suprijanto 1. Ubahlah pernyataan ke dalam berikut ke dalam bentuk Jika p maka q. (a) Mahasiswa perlu membawakan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. August 18, Dosen FMIPA - ITB

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. August 18, Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 18, 2011 Kita telah mencatat sebelumnya bahwa supremum dan infimum suatu himpunan tidak harus merupakan anggota himpunan

Lebih terperinci

INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF

INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF Adi Setiawan Program Studi Matematika Industri dan Statistika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl

Lebih terperinci

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real 5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real Sifat aljabar dan sifat urutan bilangan real telah dibahas sebelumnya. Selanjutnya, akan dijelaskan sifat kelengkapan bilangan real. Bilangan rasional ℚ juga memenuhi

Lebih terperinci

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015 PENGANTAR TOPOLOGI EDISI PERTAMA Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015 by Matematika Sains 2012 UIN SGD, Copyright 2015 BAB 0. HIMPUNAN, RELASI, FUNGSI,

Lebih terperinci

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 1 Sistem Bilangan Kompleks (C) 1 1 Pendahuluan...............................

Lebih terperinci

MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA

MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA VARIABEL RANDOM Misalkan (Ω, A, P) ruang probabilitas dan R = {x < x < } dan B : Borel field pada R. Andaikan X : Ω R dan untuk setiap A R, kita definisikan

Lebih terperinci

KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA

KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 4 Hal. 9 ISSN : 33 9 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA MARNISYAH ANAS Program Studi Magister Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann. Sebagaimana telah diketahui, pengkonstruksian integral Riemann dilakukan dengan cara pemartisian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan beberapa definisi dan teorema yang digunakan dalam pembahasan berikutnya. 2.1 Teori Peluang Definisi 2.1.1 (Percobaan Acak) (Ross 2000) Suatu percobaan

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematik(a)

Pengantar Statistika Matematik(a) Catatan Kuliah Pengantar Statistika Matematik(a) Statistika Lebih Dari Sekadar Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan BAGIAN KEDUA Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan 51 52 Hendra Gunawan Pengantar Analisis Real 53 6. FUNGSI 6.1 Fungsi dan Grafiknya Konsep fungsi telah dipelajari oleh Gottfried Wilhelm von Leibniz

Lebih terperinci

16. BARISAN FUNGSI. 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

16. BARISAN FUNGSI. 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik 16. BARISAN FUNGSI 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik Bila pada bab-bab sebelumnya kita membahas fungsi sebagai sebuah objek individual, maka pada bab ini dan selanjutnya kita akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Tidak semua himpunan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terdefinisi secara jelas, misalnya himpunan orang miskin, himpunan orang pandai, himpunan orang tinggi,

Lebih terperinci

asimtot.wordpress.com BAB I PENDAHULUAN

asimtot.wordpress.com BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Kalkulus Differensial dan Integral sangat luas penggunaannya dalam berbagai bidang seperti penentuan maksimum dan minimum. Suatu fungsi yang sering digunakan mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. September 12, 2011 Teorema 11 pada Bab 3 memberi kita cara untuk menyelidiki kekonvergenan sebuah barisan tanpa harus mengetahui

Lebih terperinci

MINGGU KE-11 HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT

MINGGU KE-11 HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT MINGGU KE-11 HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT Misalkan X 1, X 2, X 3... barisan variabel random. Kita tulis S n = n X i. Dalam subbab ini kita akan menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT Herry P. Suryawan 1 Geometri Ruang Hilbert Definisi 1.1 Ruang vektor kompleks V disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi (.,.) : V V C sehingga untuk setiap x, y, z

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM INFERENSI PARAMETER POPULASI SERAGAM

PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM INFERENSI PARAMETER POPULASI SERAGAM PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM INFERENSI PARAMETER POPULASI SERAGAM Adi Setiawan Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-6

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008 Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008. Diketahui premis premis : () Jika hari hujan, maka udara dingin. (2) Jika udara dingin, maka ibu memakai baju hangat. (3) Ibu tidak memakai baju hangat

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

ESTIMASI COPULA BIVARIAT DAN APLIKASI PADA DOUBLE DECREMENT TESIS. ELIS NURZANAH NIM : Program Studi Matematika

ESTIMASI COPULA BIVARIAT DAN APLIKASI PADA DOUBLE DECREMENT TESIS. ELIS NURZANAH NIM : Program Studi Matematika ESTIMASI COPULA BIVARIAT DAN APLIKASI PADA DOUBLE DECREMENT TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ELIS NURZANAH NIM : 20105020

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Metrik Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh aksioma-aksioma tertentu. Ruang metrik merupakan hal yang fundamental dalam analisis fungsional,

Lebih terperinci

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN Pertemuan ke-: 10, 11, dan 12 Penyusun : Kosim Rukmana Materi: Barisan Bilangan Real 7. Barisan dan Limit Barisan 6. Teorema Limit Barisan 7. Barisan Monoton URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN 7. Barisan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE THEIL. menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang dinyatakan

BAB III METODE THEIL. menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang dinyatakan 28 BAB III METODE THEIL Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang dinyatakan dalam sebuah persamaan regresi. Dalam

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal ini akan dibahas macam-macam peubah acak, distribusi peluang, fungsi densitas, dan fungsi distribusi. Pada pembahasan selanjutnya, fungsi peluang untuk peubah acak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Ruang Norm Sumanang Muhtar Gozali UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Definisi. Misalkan suatu ruang vektor atas. Norm pada didefinisikan sebagai fungsi. : yang memenuhi N1. 0 N2. 0 0 N3.,, N4.,, Kita dapat

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130

PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130 PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130 Data 1. Besaran Statistika berbicara tentang data dalam bentuk besaran (dimensi) Besaran adalah sesuatu yang dapat dipaparkan secara jelas dan pada prinsipnya dapat

Lebih terperinci

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH BAB III KEKONVERGENAN LEMAH Bab ini membahas inti kajian tugas akhir. Di dalamnya akan dibahas mengenai kekonvergenan lemah beserta sifat-sifat yang terkait dengannya. Sifatsifat yang dikaji pada bab ini

Lebih terperinci

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a Soal - Soal UM UGM. Soal Matematika Dasar UM UGM 00. Jika x = 3 maka + 3 log 4 x =... a. b. c. d. e.. Jika x+y log = a dan x y log 8 = b dengan 0 < y < x maka 4 log (x y ) =... a. a + 3b ab b. a + b ab

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

A. Distribusi Gabungan

A. Distribusi Gabungan HANDOUT PERKULIAHAN Mata Kuliah Pokok Bahasan : Statistika Matematika : Distibusi Dua peubah Acak URAIAN POKOK PERKULIAHAN A. Distribusi Gabungan Definisi 1: Peubah Acak Berdimensi Dua Jika S merupakan

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. MA5181 Proses Stokastik

Catatan Kuliah. MA5181 Proses Stokastik Catatan Kuliah MA5181 Proses Stokastik Precise. Prospective. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2016 1 Tentang MA5181 Proses Stokastik

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

FUNGSI KONTINU. sedemikian sehingga jika x adalah titik dari A (c), maka f (x) berada pada Vg (f (c)). (Lihat Gambar 5.1.1).

FUNGSI KONTINU. sedemikian sehingga jika x adalah titik dari A (c), maka f (x) berada pada Vg (f (c)). (Lihat Gambar 5.1.1). FUNGSI KONTINU 51 FUNGSI KONTINU 511 Definisi A R, f: A R, dan c A Kita mengatakan bahwa f kontinu di c jika, diberi persekitaran Vg (f (c)) dari f (c) terdapat persekitaran (c) dari c sedemikian sehingga

Lebih terperinci

STUDI COPULA GUMBEL FAMILY 2-DIMENSI DIMENSI DALAM IDENTIFIKASI STRUKTUR DEPENDENSI SKRIPSI. Oleh: AZIZATU RHOMAH NIM

STUDI COPULA GUMBEL FAMILY 2-DIMENSI DIMENSI DALAM IDENTIFIKASI STRUKTUR DEPENDENSI SKRIPSI. Oleh: AZIZATU RHOMAH NIM STUDI COPULA GUMBEL FAMILY 2-DIMENSI DIMENSI DALAM IDENTIFIKASI STRUKTUR DEPENDENSI SKRIPSI Oleh: AZIZATU RHOMAH NIM. 0860068 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI PELUANG

DASAR-DASAR TEORI PELUANG DASAR-DASAR TEORI PELUANG Herry P. Suryawan 1 Ruang Peluang Definisi 1.1 Diberikan himpunan tak kosong Ω. Aljabar-σ (σ-algebra pada Ω adalah koleksi subhimpunan A dari Ω dengan sifat (i, Ω A (ii jika A

Lebih terperinci

6 Sistem Persamaan Linear

6 Sistem Persamaan Linear 6 Sistem Persamaan Linear Pada bab, kita diminta untuk mencari suatu nilai x yang memenuhi persamaan f(x) = 0. Pada bab ini, masalah tersebut diperumum dengan mencari x = (x, x,..., x n ) yang secara sekaligus

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

Muhafzan FUNGSI KONTINU. Muhafzan, Ph.D

Muhafzan FUNGSI KONTINU. Muhafzan, Ph.D 1 FUNGSI KONTINU, Ph.D FUNGSI KONTINU 3 1 Kekontinuan Bab ini akan diawali dengan klas fungsi yang terpenting dalam analisis riil, yaitu klas fungsi-fungsi kontinu. Terlebih dahulu akan didenisikan gagasan

Lebih terperinci

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012 Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 01 Tanggal Ujian: 13 Juni 01 1. Lingkaran (x + 6) + (y + 1) 5 menyinggung garis y 4 di titik... A. ( -6 4 ). ( -1 4 ) E. ( 5 4 ) B. ( 6 4) D. ( 1 4 ) BAB

Lebih terperinci

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua II. LANDASAN TEORI 2.1 Limit Fungsi Definisi 2.1.1(Edwin J, 1987) Misalkan I interval terbuka pada R dan f: I R fungsi bernilai real. Secara matematis ditulis lim f(x) = l untuk suatu a I, yaitu nilai

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat

Lebih terperinci

MA5032 ANALISIS REAL

MA5032 ANALISIS REAL (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 16, 2011 Pada bab ini anda diasumsikan telah mengenal dengan cukup baik bilangan asli, bilangan bulat, dan bilangan

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

BAB I DERIVATIF (TURUNAN)

BAB I DERIVATIF (TURUNAN) BAB I DERIVATIF (TURUNAN) Pada bab ini akan dipaparkan pengertian derivatif suatu fungsi, beberapa sifat aljabar derivatif, aturan rantai, dan derifativ fungsi invers. A. Pengertian Derivatif Pengertian

Lebih terperinci

9. Teori Aproksimasi

9. Teori Aproksimasi 44 Hendra Gunawan 9 Teori Aproksimasi Mulai bab ini tema kita adalah aproksimasi fungsi dan interpolasi Diberikan sebuah fungsi f, baik secara utuh ataupun hanya beberapilai di titik-titik tertentu saja,

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Peluang Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu.

Lebih terperinci

11. Konvolusi. Misalkan f dan g fungsi yang terdefinisi pada R. Konvolusi dari f dan g adalah fungsi f g yang didefinisikan sebagai.

11. Konvolusi. Misalkan f dan g fungsi yang terdefinisi pada R. Konvolusi dari f dan g adalah fungsi f g yang didefinisikan sebagai. 11. Konvolusi Operasi konvolusi yang akan kita bahas di sini sebetulnya pernah kita jumpai pada pembahasan deret Fourier (ketika membuktikan kekonvergenan jumlah parsialnya). Operasi konvolusi merupakan

Lebih terperinci

Daftar Isi 3. BARISAN ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB

Daftar Isi 3. BARISAN ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 29, 2011 Dalam kisah Zeno tentang perlombaan lari antara Achilles dan seekor kura-kura, ketika Achilles mencapai

Lebih terperinci

Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL. Indah Yanti

Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL. Indah Yanti Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL Indah Yanti Definisi Dasar Perhatikan fungsi f: A R n R m : x f x n = m = 1 fungsi bernilai riil satu variabel n = 1, m > 1 fungsi bernilai vektor satu variabel n > 1, m

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. distribusi normal multivariat, yaitu suatu kombinasi linier dari elemen-elemennya adalah

I. TINJAUAN PUSTAKA. distribusi normal multivariat, yaitu suatu kombinasi linier dari elemen-elemennya adalah I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Distribusi Normal Multivariat Akan dibahas dua definisi dari multivariat normal. Definisi yang pertama didefinisikan melalui fungsi kepekatan peluangnya, dan definisi yang kedua

Lebih terperinci

BAB 2 PROGRAM STOKASTIK

BAB 2 PROGRAM STOKASTIK BAB 2 PROGRAM STOKASTIK 2.1 Pengertian Program Stokastik Banyak persoalan keputusan yang dapat dimodelkan dengan menggunakan program stokastik dengan tujuan menentukan nilai maksimum atau minimum. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti teorema dan beberapa definisi sebagai landasan dalam penelitian ini. Konsep dasar ini berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang

Lebih terperinci

Ruang Vektor. Adri Priadana. ilkomadri.com

Ruang Vektor. Adri Priadana. ilkomadri.com Ruang Vektor Adri Priadana ilkomadri.com MEDAN SKLAR Misalkan diketahui bahwa K adalah himpunan, dan didefinisikan 2 buah operasi penjumlahan (+) dan perkalian (*). Maka K dikatakan medan skalar jika dipenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Brecklin dan Chambers [2], memperkenalkan analisis Regresi M-kuantil yang merupakan suatu analisis regresi yang mempelajari cara mengetahui hubungan antara variabel

Lebih terperinci

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 591 602. GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN L.F.D. Bali, Tulus, Mardiningsih Abstrak. Dalam teori grup topologi kompak lokal,

Lebih terperinci

MA5181 PROSES STOKASTIK

MA5181 PROSES STOKASTIK Catatan Kuliah MA5181 PROSES STOKASTIK We do love uncertainty disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Tentang MA5181 Proses Stokastik

Lebih terperinci

1. σ field dan pengukuran Definisi 1.1

1. σ field dan pengukuran Definisi 1.1 TEORI PROBABILITAS 1. σ field dan pengukuran Misalkan Ω adalah elemen dari himpunan. Contoh Ω merupakan himpunan bilangan dalam suatu interval di bilangan riil yang merupakan hasil dari percobaan random.

Lebih terperinci

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

Relasi, Fungsi, dan Transformasi Modul 1 Relasi, Fungsi, dan Transformasi Drs. Ame Rasmedi S. Dr. Darhim, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini merupakan modul pertama pada mata kuliah Geometri Transformasi. Modul ini akan membahas pengertian

Lebih terperinci