Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk Siswa SMP Berdasarkan Teori Belajar Ausubel

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk Siswa SMP Berdasarkan Teori Belajar Ausubel"

Transkripsi

1 PYTHAGORAS: Jurnal Penddkan Matematka Volume 11 Nomor 2, Desember 2016, ( ) Avalable onlne at: Pengembangan Bahan Ajar Matematka untuk Sswa SMP Berdasarkan Teor Belajar Ausubel Rahmta Yulana Gazal STKIP PGRI Banjarmasn. Jl. Sultan Adam Kompleks H. Iyus No 18, Banjarmasn 70121, Indonesa Korespondens Penuls. Emal: Telp: (+62511) Abstrak Peneltan n bertujuan untuk menghaslkan bahan ajar matematka berdasarkan teor belajar Ausubel untuk sswa SMP berupa lembar kegatan sswa (LKS) dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memenuh krtera vald, prakts, dan efektf, serta tes prestas belajar (TPB) yang memenuh krtera vald, prakts, dan relabel. Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang dadaptas dar model Borg & Gall yang terdr atas tga langkah utama yatu stud pendahuluan, desan produk, dan pengembangan dan evaluas. Kevaldan produk dlhat dar hasl valdas ahl dan mencapa krtera vald untuk LKS dan sangat vald untuk RPP dan TPB. Kepraktsan produk mencapa kategor sangat prakts dtnjau dar lembar kepraktsan guru dan sswa serta observas keterlaksanaan pembelajaran. Keefektfan produk dtnjau dar skap, pengetahuan, dan keteramplan. Hasl uj coba lapangan menunjukkan lebh dar 70% sswa mencapa Krtera Ketuntasan Mnmum untuk pengetahuan dan keteramplan, serta mencapa krtera bak dan sangat bak untuk ranah skap. Kata kunc: pengembangan, bahan ajar, teor belajar ausubel Development of Mathematcs Teachng Materal for Junor Hgh School Students Based on Ausubel Learnng Theory Abstract Ths research was amed to produce mathematcs teachng materal based on Ausubel learnng theory for Junor Hgh School students n the form of student s worksheet and lesson plan that were meet the crtera of vald, practcal, and effectve, and the completeness of learnng achevement test that were meet the crtera of vald, practcal, and relable. Ths study was the development research adapted from Borg & Gall model whch conssts of three man steps such as the prelmnary study stage, the product desgn stage, and the development and evaluaton stages. The valdty of the products seen from the results of the experts judgement statng that the products reach the vald crtera for student worksheet and very vald for lesson plan and learnng achevement test. The practcalty of products seen from the teachers practcalty sheet and students practcalty sheet and learnng observaton sheet. The effectveness of the products vewed from atttudes, knowledge, and sklls. The results of feld trals showed more than 70% of students achevng mastery mnmum crtera for knowledge and sklls, as well as achevng good and excellent crtera for the atttude aspect. Keywords: development, teachng materal, Ausubel learnng theory How to Cte: Gazal, R. (2016). Pengembangan bahan ajar matematka untuk sswa SMP berdasarkan teor belajar ausubel. PYTHAGORAS: Jurnal Penddkan Matematka, 11(2), do: Permalnk/DOI:

2 Pythagoras, 11 (1), Desember Rahmta Yulana Gazal PENDAHULUAN Penddkan merupakan salah satu sektor pembangunan nasonal dalam upaya mencerdaskan kehdupan bangsa agar menghaslkan manusa yang berkualtas. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sstem Penddkan Nasonal, manusa yang berkualtas yatu manusa terddk yang berman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mula, sehat, berlmu, cakap, kreatf, mandr, dan menjad warga negara yang demokrats dan bertanggung jawab. Melalu kegatan pembelajaran dharapkan penddkan nasonal dapat berfungs secara optmal sebaga wahana utama dalam pembangunan bangsa dan pembentukan karakter. Salah satu komponen dalam pembelajaran yang memegang peranan pentng adalah mater ajar. Ca et al. (2009, p.26) menyatakan bahwa guru harus menyapkan pembelajaran yang terstruktur dengan bak sehngga pembelajaran dapat terlaksana dan berpusat pada sswa. Aunurrahman (2010, p.199) menyatakan bahwa selama proses belajar berlangsung, masalah belajar serngkal berkenaan dengan bahan belajar (mater) dan sumber belajar. Lebh lanjut dsampakan bahwa sswa-sswa yang memlk latar pengalaman yang bak yang mendukung mater pelajaran yang akan dpelajar, tdak memlk banyak masalah sebelum belajar dan dalam proses belajar selanjutnya. Namun bag sswa yang kurang memlk pengalaman yang terkat dengan mater yang akan dpelajar akan menghadap masalah dalam belajar, terutama berkatan dengan kesapannya untuk belajar. Hal n berlaku untuk semua mata pelajaran termasuk matematka. Matematka yang merupakan salah satu bdang kelmuan memlk peran yang pentng bak d sekolah maupun dalam kehdupan sehar-har. Kegunaan dan manfaat mempelajar matematka dapat drasakan dalam berbaga hal. Selan merupakan syarat kelulusan d berbaga jenjang bak SD, SMP, maupun SMA, matematka dapat dterapkan dalam banyak hal sepert melakukan aktvtas perdagangan atau jual bel yang selalu dtemu setap har. Karena alasan tersebut, matematka menjad salah satu mata pelajaran yang wajb dpelajar sswa d sekolah, termasuk pada jenjang SMP. Namun pada kenyataannya, matematka mash menjad pelajaran yang danggap sult oleh sswa SMP. Hal n terlhat dar laporan hasl UN tahun 2013 oleh Baltbang Kemdkbud d berbaga daerah yang menunjukkan bahwa rata-rata nla akhr sswa SMP khususnya pada pelajaran matematka mash rendah. Sebaga contoh hasl ujan nasonal d Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pelajaran matematka hanya memperoleh klasfkas C untuk nla akhr dengan rata-rata 6,34. Nla rata-rata untuk pelajaran matematka n merupakan yang palng rendah dantara mata pelajaran lan. Ada beberapa faktor yang menjad penyebab rendahnya hasl belajar matematka sswa antara lan peran guru yang domnan dalam proses pembelajaran, ketdaksapan sswa dalam belajar, rasa bosan yang dalam sswa dalam belajar matematka karena ketdaksesuaan tngkat kogntf sswa dengan mater yang dajarkan, ketdakcocokan antara mater yang dajarkan dengan s buku atau bahan ajar, dan kurangnya rasa percaya dr sswa terhadap kemampuan matematka mereka (Cowan, 2006, p.4). Terkat hal tersebut, perlu adanya beberapa perbakan bak dar proses pembelajaran maupun ketersedaan sumber belajar untuk sswa agar hasl yang dperoleh lebh maksmal. Kemampuan guru dalam merancang ataupun menyusun mater atau bahan ajar menjad salah satu hal yang sangat berperan dalam menentukan keberhaslan proses belajar dan pembelajaran (Lestar, 2013, p.1). Oleh karena tu, guru sebaga penyaj mater harus mampu memlh metode atau pendekatan yang sesua dengan konds kemampuan sswa d dalam kelas, termasuk kesesuaan dalam mengembangkan mater/bahan ajar untuk mendukung kegatan pembelajaran tersebut. Menurut Eggen & Kauchak (Jacobsen, et al, 2009, p.10), ada beberapa hal yang harus dlakukan guru terkat dengan ketersedaan mater/bahan ajar, yatu (1) menyedakan beragam contoh dan representas mater pelajaran pada sswa, (2) mendorong tngkat nteraks yang tngg dalam proses pembelajaran, (3) menghubungkan mater pelajaran dengan duna nyata. Mater yang telah dkembangkan dapat dorgansaskan ke dalam bahan ajar untuk memudahkan sswa dalam mempelajarnya. Menurut Depdknas (2007, p.148), bahan ajar merupakan seperangkat mater yang dsusun secara sstemats bak tertuls maupun tdak sehngga tercpta lngkungan/suasana yang memungknkan sswa untuk belajar. Bahan ajar memlk art yang sangat pentng dalam proses pembelajaran. Salah satu manfaat penggunaan bahan ajar adalah dapat menngkatkan efek-

3 Pythagoras, 11 (2), Desember Rahmta Yulana Gazal tvtas pembelajaran serta memperbak kualtas pembelajaran, terutama pada Kurkulum Pada sumber dokumen sosalsas Kurkulum 2013 (Kemdkbud, 2012, p.14) djelaskan bahwa konds saat n, sfat pembelajaran mash berorentas pada buku teks, sedangkan dealnya sfat pembelajaran harus kontekstual. Selan tu buku teks hanya memuat mater bahasan, padahal dealnya buku teks memuat mater dan proses pembelajaran, sstem penlaan, serta kompetens yang dharapkan. Oleh karena tu, perlu adanya suatu bahan ajar (selan buku teks) sebaga mater pendampng yang dapat membantu sswa untuk lebh maksmal dalam belajar. Pada mata pelajaran matematka terdapat beberapa perubahan kurkulum dantaranya penambahan mater yang dajarkan (Kemdkbud, p.74). Pada pelaksanaan Kurkulum 2013 n, mater yang dajarkan dkelas VII dperluas dengan menambahkan mater statstka, peluang dan mater lan sesua standar nternasonal. Selan tu, pada kurkulum lama, banyak rumus yang harus dhafal untuk menyelesakan permasalahan (hanya bsa menggunakan), sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran d Kurkulum 2013 terjad perubahan yatu rumus dturunkan oleh sswa dan permasalahan yang dajukan harus dapat dkerjakan sswa hanya dengan rumus-rumus dan pengertan dasar (tdak hanya bsa mnggunakan tetap juga memaham asalusulnya). Pada dokumen tersebut juga djelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan Kurkulum 2013 menggunakan pendekatan santfk dengan lma tahap yatu mengamat, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunkaskan. Berdasarkan hal tersebut, maka dperlukan alternatf bahan ajar yang sesua tuntutan kurkulum yang dapat dgunakan guru dan sswa untuk menunjang proses pembelajaran agar kompetens yang dharapkan dapat tercapa. Salah satu bentuk alternatf bahan ajar yang dapat dgunakan guru dan sswa dalam melaksanakan proses pembelajaran d kelas, khususnya pembelajaran matematka SMP adalah penggunaan bahan ajar cetak sepert Lembar Kegatan Sswa (LKS). LKS merupakan lembaran-lembaran yang bers tugas, petunjuk, serta langkah-langkah yang harus dkerjakan oleh sswa (Depdknas, 2007, p.150). LKS yang bers penyajan mater secara rngkas serta kegatan yang melbatkan sswa secara aktf sepert dskus, lathan soal, dan mnd/hand actvty mampu memberkan daya tark pada sswa untuk mempelajar matematka serta dapat dgunakan untuk mengembangkan keteramplan proses. Sejalan dengan yang dsampakan Prastowo (Lestar, 2013, p.6), dalam LKS sswa akan mendapatkan mater, rngkasan, dan tugas yang berkatan dengan mater. Selan tu, sswa juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memaham mater yang dberkan. Menurut Wdjajant (2008, p.2), LKS mempunya beberapa fungs dantaranya: (1) sebaga alternatf bag guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegatan tertentu sebaga kegatan belajar mengajar; (2) dapat dgunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu penyajan suatu topk; (3) membantu sswa dapat lebh aktf dalam proses belajar mengajar; (4) dapat membangktkan mnat sswa jka LKS dsusun secara rap, sstemats, mudah dpaham oleh sswa sehngga menark perhatan sswa; (5) dapat menumbuhkan kepercayaan dr dan menngkatkan rasa ngn tahu sswa; (6) dapat menngkatkan kemampuan sswa dalam memecahkan masalah. Berkatan dengan hal tersebut, maka ketersedaan bahan ajar sepert LKS sangat dperlukan untuk menunjang proses pembelajaran dan menngkatkan prestas belajar matematka sswa, salah satunya dengan menerapkan belajar bermakna. Pada LKS, belajar bermakna dapat dterapkan antara lan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat mengatkan pengetahuan sswa yang telah dmlknya dengan pengetahuan yang akan dajarkan. Namun pada kenyataannya, saat n ketersedaan LKS yang memuat proses belajar bermakna serta yang mendukung tercapanya tujuan pembelajaran matematka yang sesua dengan tuntutan kurkulum, karakterstk sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah khususnya pada jenjang SMP mash kurang. Sebaga contoh, berdasarkan hasl pengamatan lapangan d beberapa sekolah yang telah menerapkan Kurkulum 2013 antara lan SMP d Banjarmasn dan d Prambanan, Klaten mash menggunakan LKS dengan kurkulum lama yang kebanyakan hanya bers mater, contoh soal, serta lathan soal. Sedangkan Kurkulum 2013 yang saat n sedang dgalakkan menuntut adanya penguasaan bak dar ranah pengetahuan, keteramplan, maupun skap. Sama halnya dengan bahan ajar yang selama n dgunakan yatu buku teks pelajaran yang ada lebh menekankan pada mater dan soal-soal lathan. Hal n mengakbatkan pem-

4 Pythagoras, 11 (1), Desember Rahmta Yulana Gazal belajaran yang bersfat teacher-centered, padahal telah djelaskan dalam Permendkbud Nomor 68 Tahun 2013, bahwa dengan menggunakan pendekatan santfk, maka pembelajaran sswa aktf mencar semakn dperkuat atau dengan kata lan pembelajaran yang lebh menekankan pada keaktfan sswa (studentcentered). Selan tu kurang maksmalnya penguasaan oleh sswa terhadap mater yang telah dpelajar, bak pada ranah pengetahuan maupun keteramplan. Guru hendaknya dapat menyapkan bahan ajar matematka sepert LKS yang d dalamnya bers kegatan serta mampu memlh strateg dan pendekatan belajar yang sesua dengan konds d sekolah tersebut sehngga pembelajaran yang dalam sswa akan lebh bermakna dan hasl belajar matematka sswa menjad lebh bak. Kegatan pembelajaran bak pada pelaksanaan d kelas, maupun yang termuat pada LKS hendaknya dkatkan dengan kehdupan sehar-har dan drancang sebaga kegatan yang menyenangkan untuk sswa, sehngga kegatan pembelajaran yang dalam sswa akan lebh bermakna bag mereka. Agar terjad belajar bermakna, konsep atau nformas baru harus dkatkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kogntf sswa. Menurut Ausubel, pengetahuan yang sudah dmlk sswa akan sangat menentukan berhasl tdaknya suatu proses pembelajaran. Pada kegatan pembelajaran, termasuk pembelajaran matematka, jka guru dapat mengatkan mater yang dbahas dengan konds sswa, bak hob atau kebutuhan sswa, perkembangan kogntf, lngkungan keseharan, dan bekal yang telah dmlk sswa, maka akan berdampak postf bag sswa yatu pembelajaran yang dlakukan dalam mempelajar suatu konsep matematka menjad menyenangkan (joyfull learnng) (Saman, 2007, p.157). Agustyarn & Jalan (2015, p.139) mengemukakan bahwa dengan mengetahu keterkatan mater yang telah dpelajar dengan kehdupan sehar-har, dapat memancng rasa ngn tahu peserta ddk untuk belajar dengan bak sehngga dapat menngkatkan prestas belajarnya. Pembelajaran n bsa dterapkan melalu penggunaan masalah kontekstual sebaga jembatan pemahaman sswa terhadap matematka, karena penggunaan masalah kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebh bak jka lngkungan dcptakan secara alamah, artnya belajar akan lebh bermakna jka anak bekerja dan mengalam sendr apa yang dpelajarnya, bukan sekedar mengetahunya. Pembelajaran dengan menggunakan masalah-masalah kontekstual dan pembelajaran yang menyenangkan sejalan dengan prnsp bahwa pembelajaran harus bermakna (meanngfull learnng), yang antara lan dajukan oleh Ausubel (Saman, 2007, p.164). Menurut Ausubel (1963, p.42-43), ada dua macam proses belajar, yakn proses belajar bermakna dan proses belajar menghafal. Belajar bermakna merupakan suatu proses dkatkannya nformas baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kogntf seseorang. Ausubel (1978, p.163) mengatakan bahwa pengetahuan yang sudah dmlk sswa akan sangat menentukan berhasl tdaknya suatu proses pembelajaran. Inlah yang menjad nt dar teor belajar Ausubel. Mayer (Haylock & Thangata, 2007, p.121) menjelaskan cr pembelajaran bermakna adalah sswa dapat menggunakan pengetahuan yang mereka pelajar untuk memecahkan masalah dan untuk memaham konsep-konsep baru dengan mentransfer pengetahuan mereka untuk stuas dan masalah baru. Agar terjad belajar bermakna, konsep atau nformas baru harus dkatkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kogntf sswa. Jad, proses belajar tdak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka (root learnng), namun berusaha menghubungkan konsep-konsep atau fakta-fakta tersebut untuk menghaslkan pemahaman yang utuh (meanngfull learnng), sehngga konsep yang dpelajar dpaham secara bak dan tdak mudah dlupakan. Lebh lanjut, Ausubel (Dahar, 2011, p.100) menyatakan bahwa untuk dapat menjembatan nformas atau de baru dengan mater pelajaran yang telah dpelajar sswa, dperlukan alat penghubung yang dalam teor belajar bermaknanya dsebut advance organzer. Gurltt et al. (2011, p.352) menyampakan bahwa advance organzers pertama kal dperkenalkan oleh Ausubel untuk menguj hpotess bahwa pembelajaran dapat dfasltas dengan mater awal yang dperkenalkan lebh dahulu secara sngkat sebelum masuk pada pembelajaran nt. Menurut Curzon (Shhusa & Keraro, 2009, p.414), advance organzers terdr atas dua kategor yatu expostory dan comparatve. Expostory organzers dgunakan setap kal mater baru yang benar-benar asng, lebh

5 Pythagoras, 11 (2), Desember Rahmta Yulana Gazal menekankan konteks dan menghubungkan esens dar mater baru dengan beberapa konsep relevan yang telah dperoleh sebelumnya. Expostory organzers berfungs untuk menyedakan sswa kerangka kerja konseptual untuk mater yang belum dketahu sswa. Sedangkan comparatve organzers dgunakan ketka pengetahuan yang akan dpeoleh sswa tdak sepenuhnya baru atau dengan kata lan relatf akrab bag sswa. Comparatve organzers dmaksudkan untuk menunjukkan perbedaan antara mater baru dengan yang telah dketahu sswa. Expostory atau comparatve bsa menggunakan berbaga bentuk, sepert dskus sngkat, menggunakan meda vsual, tanya jawab, dan menggunakan program komputer. Advance organzer dapat daplkaskan pada bahan ajar LKS melalu beberapa kegatan, yatu dengan memberkan petunjuk kepada sswa untuk melakukan tanya jawab, dskus, penyajan grafk, dagram, dan peta konsep (Danel, 2005, pp.3-4). Pressley, et al (Slavn, 2006, p.229) memberkan contoh penerapan advance organzers dalam proses pembelajaran. Mereka menjelaskan bahwa sswa dapat mendskuskan topk yang telah mereka ketahu sebelum mereka mula belajar dan mereka dapat membuat predks tentang mater yang akan mereka pelajar. Hal n mampu mendorong sswa untuk memanfaatkan daya ngat tentang pengetahuan yang telah mereka mlk. Keberhaslan sswa dalam belajar tergantung bagamana proses yang dalam sswa pada kegatan pembelajaran. Secret of Ancent Chnese Art of Motvaton (Maryanto & Pujanto, 2009, p.56) mendeskrpskan cr-cr keberhaslan dalam pelajaran yatu 10% apa yang kta baca, 20% apa yang kta dengar, 30% apa yang kta lhat, 50% apa yang kta dengar dan lhat, 70% apa yang dbcarakan dengan orang lan, 80% apa yang kta alam sendr, dan 95% apa yang kta ajarkan kepada orang lan. Berdasarkan paparan tersebut, jelas bahwa keberhaslan seseorang dalam belajar sangat bergantung pada proses pembelajarannya. Artnya apa yang dpelajar harus bermanfaat bag sswa, sehngga sampa pada tahap mampu mengaplkaskan pelajaran tersebut dalam kehdupan sehar-har. Salah satu cara yang mampu mendukung untuk mengembangkan teor pembelajaran bermakna adalah penggunaan masalah kontekstual yang dgabungkan dengan pendekatan lmah dmana d dalamnya bers kegatan mengamat, menanya, mengumpulkan nformas, mengolah nformas, serta mengkomunkaskan mampu melbatkan sswa aktf dalam memaham konsep matematka. Secara umum, kontekstual mengandung pengertan yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau katan langsung, berdasarkan konteks yang mengandung tujuan, makna, dan kepentngan. Kadah pembelajaran kontekstual adalah kadah yang dbentuk berdasarkan tujuan pembelajaran kontekstual tu sendr, sehngga dapat membawa sswa mampu menangkap nformas pembelajaran dan konsep yang berkenaan atau relevan bag mereka, sekalgus juga dapat member makna dalam kehdupan sehar-har. Selan tu, Yanuarto (2014, p.188) pembelajaran kontekstual matematka membutuhkan proses berpkr krts dan kreatf. Berpkr krts yang memungknkan mereka menganalss pemkran sendr untuk memastkan bahwa manusa telah menentukan plhan dan menark kesmpulan cerdas. Berdasarkan paparan tersebut, pembelajaran bermakna bag sswa dengan menghubungkan mater pelajaran dengan masalah kontekstual perlu dkembangkan bak tu pada pelaksanaan pembelajaran maupun bahan ajar sepert LKS yang bers kegatan agar pembelajaran menjad lebh bermakna bag sswa. Berdasarkan uraan tentang fakta permasalahan berkut kajan teornya, maka tujuan peneltan n adalah untuk menghaslkan bahan ajar matematka untuk sswa SMP yang sesua dengan teor belajar bermakna Ausubel guna mengatas permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran matematka dan dapat dterapkan ketka melakukan proses belajar mengajar. METODE Jens peneltan n adalah peneltan pengembangan (research & development). Model pengembangan yang dgunakan dadaptas dar model Borg & Gall (1983, p.775) yang prosedurnya terdr atas 10 langkah, namun pada peneltan n hanya dlaksanakan langkah satu sampa semblan, sedangkan langkah kesepuluh yatu dsemnas tdak dlaksanakan karena keterbatasan waktu peneltan. Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 1 Prambanan dar bulan Aprl hngga Me Subjek pada uj coba terbatas adalah 12 sswa kelas VII SMP Neger 1 Prambanan. Selanjutnya pada uj coba lapangan, dplh 1 kelas sebaga subjek uj coba produk yang telah drevs dan 1 kelas sebaga kelas kontrol.

6 Pythagoras, 11 (1), Desember Rahmta Yulana Gazal Prosedur pengembangan yang dlakukan penelt berdasarkan model pengembangan Borg & Gall drangkum dalam tga langkah utama, yatu: (1) tahap stud pendahuluan (2) tahap desan produk (3) tahap pengembangan dan evaluas. Pada tahap stud pendahuluan dlakukan persapan untuk peneltan pengembangan yang terdr atas surve lapangan, stud pustaka, dan perencanaan. Kemudan pada tahap desan produk, penelt melakukan perancangan awal terhadap bahan ajar yang akan dkembangkan yatu LKS, namun terlebh dahulu merancang pengembangan RPP serta kelengkapannya berupa TPB. Pada tahap pengembangan dan evaluas dlakukan uj coba untuk produk yang telah dkembangkan. Uj coba yang dmaksud melput uj ahl dan prakts yang bertujuan untuk menggal saran dan penlaan terhadap bahan ajar yang dkembangkan, uj kepraktsan bahan ajar oleh guru dan sswa, dan uj coba lapangan. Berdasarkan hasl uj ahl dan prakts serta uj kepraktsan, bahan ajar yang dkembangkan kemudan drevs untuk keperluan uj coba lapangan. Hasl uj coba lapangan pada peneltan djadkan dasar untuk evaluas dan perbakan bahan ajar sehngga dhaslkan produk akhr. Data, Instrumen, dan Teknk Pengumpulan Data Data hasl peneltan terbag menjad dua yatu data kuanttatf dan data kualtatf. Data kuanttatf dperoleh dar hasl tes prestas belajar sswa, sedangkan data kualtatf dperoleh dar hasl pengsan lembar valdas, angket (lembar penlaan guru dan lembar penlaan sswa), serta lembar observas keterlaksanaan pembelajaran. Data kualtatf berupa hasl pengsan lembar valdas dan angket tersebut dklasfkaskan menjad 5 kategor plhan. Instrumen untuk membuktkan kevaldan bahan ajar terdr atas lembar valdas RPP, lembar valdas LKS, dan lembar valdas TPB. Lembar valdas dgunakan untuk membuktkan kevaldan bahan ajar yang dkembangkan. Instrumen yang dgunakan untuk mengukur kepraktsan bahan ajar melput lembar penlaan kepraktsan oleh guru, lembar penlaan kepraktsan oleh sswa, dan lembar observas keterlaksanaan pembelajaran. Sedangkan, keefektfan bahan ajar yang telah dkembangkan dukur pada 3 ranah, yatu skap, pengetahuan, dan keteramplan. Skap dperoleh dar penlaan skap sswa antar teman sejawat yang dlakukan pada setap akhr pertemuan. Pengetahuan dperoleh melalu Tes Prestas Belajar (TPB). Sedangkan keteramplan dperoleh dar proyek sswa pada akhr pelaksanaan pembelajaran. Pada ranah pengetahuan, bentuk tes berupa soal plhan ganda yang bertujuan untuk menngkatkan prestas belajar sswa. Indkator yang dgunakan untuk mengukur prestas belajar sswa berdasarkan krtera ketuntasan mnmal (KKM). Teknk Analss Data Data kualtatf berupa hasl pengsan lembar valdas, lembar penlaan kepraktsan oleh guru, lembar penlaan kepraktsan oleh sswa, dan lembar observas keterlaksanaan pembelajaran dklasfkaskan menjad 5 kategor plhan dengan rentang skala penlaan 5 yatu skor 1, skor 2, skor 3, skor 4, dan skor 5. Teknk analss data dengan 5 kategor plhan yatu dengan mengelompokkan data berdasarkan kualfkas produk yang akan dnla. Skor ratarata yang dperoleh kemudan dmasukkan kedalam kategor kualtatf sepert terdapat pada Tabel 1 yang dadaptas dar Azwar (2009, p.163). Tabel 1. Krtera Konvers Data Kuanttatf ke Data Kualtatf M Rentang Skor kuanttatf Krtera Kualtatf x M 1, 5SB Sangat Bak 0,5SB x M 1, 5SB Bak M 0,5SB x M 0, 5SB Cukup Bak M 1,5 SB x M 0, 5SB x M 1, 5SB Kurang Bak Sangat Kurang Bak Keterangan: = skor rata-rata M = Rata-rata skor deal = (skor maksmum + skor mnmum) S = Smpangan baku deal = (skor maksmum skor mnmum) Bahan ajar dkatakan vald untuk dgunakan dalam uj coba jka skor kevaldan tap bahan ajar memlk kategor mnmal vald. Dengan demkan, hasl analss data yang tdak memenuh kategor mnmal vald dalam peneltan n akan djadkan bahan pertmbangan untuk melakukan revs produk sebelum dujcobakan.

7 Pythagoras, 11 (2), Desember Rahmta Yulana Gazal Bahan ajar dkatakan prakts jka penlaan guru dan penlaan sswa terhadap pembelajaran berada dalam kategor prakts, serta persentase keterlaksanaan pembelajaran mencapa 80%. Bahan ajar dkatakan efektf jka pada ranah skap memenuh krtera mnmal bak untuk aspek rasa ngn tahu terhadap pembelajaran matematka dan aspek ketertarkan terhadap kegunaan matematka. Sedangkan pada ranah pengetahuan dan keteramplan, persentase tes prestas belajar sswa pada mater pokok artmetka sosal dan statstka serta proyek peta konsep sswa memenuh krtera ketuntasan belajar secara klaskal yatu mnmal 70%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasl pengembangan bahan ajar menggunakan model pengembangan Borg & Gall terdr atas tahap stud pendahuluan, tahap desan produk, dan tahap pengembangan dan evaluas. Bahan ajar yang akan dkembangkan berupa Lembar Kegatan Sswa (LKS), tetap terlebh dahulu dkembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta kelengkapannya yatu Tes Prestas Belajar (TPB). RPP, LKS, dan TPB yang dkembangkan sesua dengan tuntutan Kurkulum Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dkembangkan sesua dengan tuntutan Kurkulum 2013 dan memuat prnsp-prnsp penyusunan RPP yang termuat dalam Permendkbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Proses pembelajaran dalam RPP dkembangkan berdasarkan teor belajar bermakna Ausubel dengan memuat langkah-langkah pembelajaran yang akan dlakukan selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dlakukan dfokuskan pada pembelajaran yang bermakna dengan menggunakan alat bantu berupa advance organzer yang dmplementaskan dalam beberapa bentuk sepert tanya jawab tentang pengetahuan yang sudah dmlk sswa, dskus, dan pembelajaran menggunakan bantuan peta konsep. LKS yang dkembangkan mengacu pada pengertan yang dsampakan oleh Depdknas (2008, p.13), bahwa LKS adalah lembaranlembaran bers tugas yang harus dkerjakan oleh sswa. LKS bers petunjuk dan langkahlangkah pengerjaan tugas dan jelas kompetens dasar yang akan dcapa. LKS yang bers kegatan mampu memberkan daya tark pada sswa untuk mempelajar matematka. Pengembangan LKS n harus memenuh syarat LKS yang bak, dlhat dar kecermatan s, penggunaan bahasa, keterbacaan, serta pengemasan. LKS yang dkembangkan dalam peneltan n bers rngkasan mater ajar artmetka sosal dan statstka yang masng-masng dlengkap dengan contoh-contoh, petunjuk kegatan, dan penyajan masalah kontekstual. Tujuan penggunaan LKS n adalah memberkan pengetahuan kepada sswa dan membantu sswa dalam memaham dan menyelesakan masalah matematka melalu contoh-contoh yang dberkan. Selan tu, LKS juga memuat petunjuk kegatan agar sswa dapat mengkonstruk pemahaman mereka sendr sehngga pembelajaran menjad lebh bermakna bag sswa. LKS juga memuat proyek yang harus dkerjakan sswa pada setap akhr kegatan pembelajaran. Proyek tersebut dgunakan sebaga penlaan terhadap keteramplan sswa. Penlaan hasl belajar sswa merupakan kegatan yang dsusun dan dlakukan secara sstemats dengan tujuan untuk membuat suatu smpulan tentang kemajuan sswa. Pada ranah pengetahuan, tes prestas belajar (TPB) ddesan dengan tujuan untuk mengetahu sejauh mana pencapaan kompetens sswa terhadap mater yang telah dpelajar. TPB yang dkembangkan terdr atas 15 soal plhan ganda untuk setap mater pokok. Penlaan kevaldan bahan ajar dlakukan oleh dua dosen penddkan matematka. Hasl valdas oleh dosen terhadap RPP, LKS, dan TPB dapat dlhat pada Tabel 2. Tabel 2. Skor Valdas RPP, LKS, dan TPB Valdator Skor Produk yang Dvaldas RPP LKS TPB , ,5 Skor Total Rata-rata Berdasarkan Tabel 2 dapat dlhat bahwa bahan ajar yang dkembangkan telah memenuh krtera mnmal vald. Penlaan kepraktsan dar bahan ajar yang dkembangkan dketahu dar hasl analss lembar penlaan kepraktsan guru dan sswa serta lembar observas keterlaksanaan pembelajaran. Data lembar penlaan kepraktsan bahan ajar oleh guru maupun sswa adalah data kuanttatf yang dkonvers menjad data kualtatf untuk menentukan krtera kepraktsan bahan ajar. Bahan ajar dkatakan prakts jka skor rata-rata bahan ajar memenuh krtera mnmal

8 Pythagoras, 11 (1), Desember Rahmta Yulana Gazal prakts. Hasl analss penlaan bahan ajar oleh guru dapat dlhat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasl Analss Angket Penlaan Guru Guru Skor Produk yang Dnla RPP LKS TPB Skor Total Rata-rata 29, ,5 Krtera Sangat Sangat Sangat prakts prakts prakts Hasl analss pada Tabel 3 menunjukkan bahwa skor rata-rata untuk RPP, LKS, dan TPB masng-masng mencapa krtera sangat prakts menurut penlaan kepraktsan oleh guru. Selanjutnya, hasl analss penlaan bahan ajar oleh sswa pada uj coba lapangan dapat dlhat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasl Analss Data Angket Kepraktsan Sswa Terhadap LKS dan TPB pada Uj Coba Lapangan Bahan Ajar Skor Rata-rata Krtera LKS 35,72 Sangat prakts TPB 24,55 Sangat prakts Berdasarkan hasl uj kepraktsan oleh sswa pada uj coba lapangan dsmpulkan bahwa bahan ajar yang terdr atas LKS dan TPB masuk dalam krtera sangat prakts. Data observas keterlaksanaan pembelajaran dperoleh dar observas keterlaksanaan pembelajaran d kelas uj coba dengan menggunakan bahan ajar yang dkembangkan. Observas dlakukan oleh observer dengan menggunakan lembar observas keterlaksanaan pembelajaran. Hasl analss observas keterlaksanaan pembelajaran dapat dlhat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasl Analss Data Observas Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan ke- Kelas Uj Coba Jumlah Skor Persentase Keterlaksanaan 70,59% 94,12% 100% Rata-rata 88,24% Berdasarkan hasl analss pada Tabel 5, dketahu bahwa persentase keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua dan ketga d kelas uj coba telah mencapa 80%. Sesua Krtera yang telah dtentukan, jka keterlaksanaan pembelajaran mencapa 80% maka hasl analss bahan ajar masuk dalam krtera prakts. Penlaan keefektfan bahan ajar yang dkembangkan dperoleh dar data hasl TPB pada akhr pembelajaran, hasl proyek sswa pada setap akhr pertemuan, dan penlaan skap sswa antar teman sejawat d setap akhr pertemuan. Pada ranah pengetahuan, tes prestas belajar dlakukan pada akhr pembelajaran untuk mengetahu ketercapaan kompetens yang telah dpelajar. Aspek prestas belajar sswa dukur berdasarkan jumlah sswa yang mencapa KKM. Kemudan untuk memperkuat hasl peneltan tentang keefektfan bahan ajar yang dkembangkan, maka dlakukan uj coba terhadap 2 kelas yatu 1 kelas uj coba yang menggunakan bahan ajar matematka berdasarkan teor belajar bermakna Ausubel dan 1 kelas kontrol tanpa menggunakan bahan ajar matematka yang telah dkembangkan tersebut. Pencapaan ketuntasan belajar sswa secara ndvdual dan presentase ketuntasan sswa secara klaskal yatu sebanyak 70% dar jumlah sswa dalam kelas uj coba telah memenuh nla krtera ketuntasan mnmal (KKM). Data hasl tes prestas belajar pada kelas uj coba dan kelas kontrol dapat dlhat pada Tabel 6. Tabel 6. Keefektfan Bahan Ajar Berdasarkan Ketercapaan Tujuan Pembelajaran Kelas Banyak Sswa yang Tuntas Belajar (Posttest) Jumlah Sswa Persentase Sswa Tuntas pada Posttes (%) Kontrol Uj coba ,43 Berdasarkan Tabel 6 dketahu bahwa jumlah sswa yang mencapa KKM d kelas uj coba lebh tngg darpada kelas kontrol. Untuk memperkuat hasl analss tentang keefektfan bahan ajar yang dkembangkan, maka dlakukan uj t. Namun sebelum melakukan uj t, asums normaltas dan homogentas sebaga prasyarat analss harus dpenuh terlebh dahulu, yatu uj normaltas dan uj homogentas. Data hasl uj normaltas terhadap nla pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas uj coba, masng-masng dperoleh nla sgnfkans lebh dar alpha (0,05). Sehngga memenuh prasyarat untuk melakukan uj hpotess. Kemudan dlakukan uj homogentas terhadap nla pretest kedua kelas dan dperoleh nla ratarata dengan sgnfkans lebh dar alpha (0,05).

9 Pythagoras, 11 (2), Desember Rahmta Yulana Gazal Artnya rata-rata nla pretest kedua kelas homogen. Karena telah memenuh syarat uj normaltas untuk setap nla pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas uj coba serta memenuh uj homogentas nla pretest antara kelas kontrol dan uj coba, maka dapat dlanjutkan dengan melakukan uj hpotess terhadap nla posttest kedua kelas. Hal n bertujuan untuk mengetahu kelas mana yang nlanya lebh unggul setelah kelas uj coba dkenakan perlakuan. Berdasarkan hasl uj t, pada tabel Group Statstcs dketahu bahwa nla rata-rata kelas uj coba yatu 79,94 lebh tngg dbandngkan nla rata-rata kelas kontrol yatu 65,74. Selanjutnya pada tabel Independent Samples t Test, nla sgnfkans yatu 0,006 < alpha (0,05) 2 memperkuat bahwa ada perbedaan yang sgnfkan antara nla rata-rata pada kelas kontrol dan kelas uj coba. Sedangkan nla sgnfkans pada uj F adalah 0,252 > alpha (0,05) sehngga tdak terdapat perbedaan varans antara nla posttest kedua kelas. Berdasarkan hasl analss tersebut dketahu bahwa kelas uj coba yang menggunakan bahan ajar matematka berdasarkan teor belajar bermakna Ausubel pada proses pembelajaran lebh unggul dbandngkan kelas kontrol yang tdak menggunakan bahan ajar yang dkembangkan tersebut. Dengan demkan dapat dsmpulkan bahwa bahan ajar matematka berdasarkan teor belajar bermakna Ausubel efektf dtnjau dar tes prestas belajar pada ketercapaan tujuan pembelajaran. Pada ranah keteramplan, analss data hasl proyek sswa dperoleh dar data hasl proyek yang dkerjakan sswa pada akhr pertemuan ketga dengan menggabungkan data proyek pada pertemuan ke-1, pertemuan ke-2, dan pertemuan ke-3. Hasl analss data proyek sswa yang termasuk dalam ranah keteramplan dsajkan pada Tabel 7. Tabel 7. Data Hasl Proyek Peta Konsep Kelas Uj coba Jumlah Sswa 33 Jumlah Sswa yang Tuntas 24 Persentase Ketuntasan 72,73% Berdasarkan hasl analss data proyek peta konsep pada Tabel 7 dketahu bahwa persentase ketuntasan kelas kelas uj coba pada ranah keteramplan melalu peta konsep mencapa nla KKM yatu 70%. Sehngga bahan ajar yang dkembangkan efektf dtnjau dar ranah keteramplan. Pada ranah skap, analss keefektfan untuk penlaan skap dperoleh dar data hasl penlaan skap sswa antar teman sejawat berupa angket yang dbagkan pada setap akhr pertemuan. Angket penlaan skap n bertujuan untuk mengetahu bagamana skap sswa yatu rasa ngn tahu dan ketertarkannya terhadap kegunaan matematka. Hasl analss data angket penlaan skap sswa antar teman sejawat secara keseluruhan dsajkan pada Tabel 8. Tabel 8. Data Hasl Penlaan Skap Sswa Antar Teman Sejawat Aspek yangdnla Pertemuan ke- Rasa Ingn Tahu Ketertarkan/ Mnat Kelas Uj coba 1 11,12 11, ,73 12, ,61 11,97 Jumlah Skor 34,46 36,64 Rata-rata 11,49 12,21 Krtera Bak Sangat bak Berdasarkan hasl analss pada Tabel 8, dketahu bahwa rata-rata skap sswa yang dnla dar rasa ngn tahu dalam pembelajaran matematka d kelas uj coba hanya masuk dalam krtera bak. Sedangkan ketertarkan sswa d kelas uj coba terhadap kegunaan matematka masuk dalam krtera sangat bak. SIMPULAN Smpulan dar peneltan n adalah produk yang dhaslkan berupa RPP, LKS, dan TPB memlk cr khas yatu memuat pembelajaran bermakna dengan bantuan advance organzers. Selan tu, hasl pengembangan bahan ajar matematka berdasarkan teor belajar Ausubel telah memenuh krtera vald, prakts, dan efektf. Pada aspek kevaldan, penlaan valdator terhadap produk yang dkembangkan memperoleh krtera sangat vald untuk RPP dan TPB, sedangkan untuk LKS memenuh krtera vald. Pada aspek kepraktsan menurut penlaan guru, RPP, LKS, dan TPB secara keseluruhan memperoleh krtera sangat prakts. Sama halnya pada penlaan sswa, LKS dan TPB juga memperoleh krtera sangat prakts. Pada keterlaksanaan pembelajaran, persentase keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua dan ketga telah mencapa 80%. Pada aspek

10 Pythagoras, 11 (1), Desember Rahmta Yulana Gazal keefektfan untuk ranah pengetahuan, nla tes prestas belajar, secara deskrptf dsmpulkan bahwa persentase sswa tuntas dlhat dar nla posttest pada kelas uj coba mencapa 71,43% sswa telah mencapa KKM. Hal n dperkuat dengan hasl uj t yang menyatakan bahwa nla rata-rata sswa pada kelas uj coba lebh unggul dbandngkan nla rata-rata sswa pada kelas kontrol. Dtnjau dar ranah keteramplan, berdasarkan hasl analss data proyek peta konsep sswa dperoleh persentase ketuntasan kelas uj coba mencapa 72,73%. Sedangkan pada penlaan skap sswa yang dperoleh melalu penlaan teman sejawat, dperoleh krtera bak untuk aspek rasa ngn tahu sswa terhadap matematka dan krtera sangat bak untuk aspek ketertarkan/mnat sswa terhadap kegunaan matematka. DAFTAR PUSTAKA Agustyarn, Y., & Jalan, J. (2015). Pengembangan bahan ajar matematka dengan pendekatan kontekstual dan metode penemuan terbmbng untuk menngkatkan EQ dan SQ sswa SMP Akseleras. Jurnal Rset Penddkan Matematka, 2(1), do: Aunurrahman. (2010). Belajar dan pembelajaran. Bandung: Penerbt Alfabeta. Ausubel, D. (1963). The psychology of meanngful verbal learnng. New York, NY: Grune & Stratton. Ausubel, D. (1978). Educatonal psychology: a cogntve vew. New York, NY: Holt, Rnehart and Wnston. Azwar, S. (2009). Tes prestas fungs pengembangan pengukuran prestas belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Borg, W. R. & Gall, M. D. (1983). Educatonal research: An ntroducton (4 th ed.). New York, NY: Longman. Ca, J., et al (Eds). (2009). Effectve mathematcs teachng from teachers perspectve. Rotterdam: Sense Publshers. Cowan, P. (2006). Teachng mathematcs. New York, NY: Routledge. Dahar, R. W. (2011). Teor belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Danel, K. J. (2005). Advance organzers: Actvatng and buldng schema for more successful learnng n students wth dsabltes. Kmdan2@netscape: Lynchburg College. Depdknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sstem penddkan Nasonal. Depdknas. (2007). Mater sosalsas dan pelathan kurkulum tngkat satuan penddkan (KTSP). Jakarta: Depdknas. Drektorat Pembnaan Sekolah Menegah Atas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Gurltt, J., Dummel, S., Schuster, S., & Nuckles, M. (2011). Dfferently structured advance organzers lead to dfferent ntal schemata and learnng outcomes. Instructonal Scence, 40(2), Haylock, D., & Thangata, F. (2007). Key concepts n teachng prmary mathematcs. London, UK: SAGE Publcatons Ltd. Jacobsen, D. A., Eggen, P., & Kauchak, D. (2009). Methods for teachng: Metodemetode pengajaran menngkatkan belajar sswa TK-SMA. Upper Saddle Rver, NJ: Pearson Educaton. (Buku asl terbt tahun 2006). Kemdkbud. (2013). Tentang mplementas kurkulum 2013 untuk penngkatan mutu penddkan Indonesa. Lestar, I. (2013). Pengembangan bahan ajar berbass kompetens. Padang: Akadema Permata. Maryanto, A., & Pujanto. (2009). Pengembangan model KBSB melalu pembelajaran sans realstk untuk penngkatan aktvtas hands-on dan mnds-on sswa. Yogyakarta: FMIPA UNY. Mendkbud. (2013). Peraturan Menter Penddkan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Mendkbud. (2013). Peraturan Menter Penddkan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tetang Kerangka Dasar dan Struktur Kurkulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawyah. Saman, M. (2007). Menggagas penddkan bermakna. Surabaya: SIC. Shhusa, H., & Keraro, F. N. (2009). Usng advance organzers to enchance students motvaton n learnng bology. Eurasa

11 Pythagoras, 11 (2), Desember Rahmta Yulana Gazal Journal of Mathematcs, Scence & Technology Educaton, 5(4), Slavn, R. E. (2006). Educatonal psychology: Theory and practce (8 th ed.). Boston, MA: Pearson Educaton. Wdjajant, E. (2008). Kualtas lembar kerja sswa (Pelathan peyusunan lks mata pelajaran Kma berdasarkan ktsp bag guru SMK/MAK). Yogyakarta: FMIPA UNY. Yanuarto, W. (2014). Pengembangan model pembelajaran kontekstual matematka d SMP kelas IX yang menekankan relgustas peserta ddk. PYTHAGORAS: Jurnal Penddkan Matematka, 9(2), do: 79.

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD Pengembangan Perangkat Pembelajaran... (Prawda Estnngtyas) 1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Peneltan n merupakan jens peneltan pengembangan yang dkenal dengan stlah Research and Development ( R& D ). Menurut Sukmadnata (2005:164), peneltan pengembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

JURNAL RISET PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURNAL RISET PENDIDIKAN MATEMATIKA JURNAL RISET PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 3 - Nomor 1, Me 2016, (66-75) Avalable onlne at http://journal.uny.ac.d/ndex.php/jrpm PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN VEKTOR DENGAN PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERGAMBAR YANG DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI SISTEM REGULASI UNTUK SMA ABSTRACT

PENGEMBANGAN MODUL BERGAMBAR YANG DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI SISTEM REGULASI UNTUK SMA ABSTRACT PENGEMBANGAN MODUL BERGAMBAR YANG DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI SISTEM REGULASI UNTUK SMA Oleh: Ftr Yent, Helendra, Sska Nerta Program Stud Penddkan Bolog, (STKIP) PGRI Sekolah Tngg Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh 44 BAB III METODE PENELITIAAN A. Jens Peneltaan Jens peneltaan n adalah peneltan kuanttatf, karena data yang dperoleh berupa data kuanttatf. Dsampng tu jens peneltan n adalah peneltaan ekspermen, karena

Lebih terperinci

Pengembangan Media Permainan Kartu Gambar Dengan Teknik Think Pair Share Pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Di Palopo

Pengembangan Media Permainan Kartu Gambar Dengan Teknik Think Pair Share Pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Di Palopo Jurnal Publkas Penddkan http://ojs.unm.ac.d/ndex.php/pubpend Volume 7 Nomor 3, Oktober 2017 p-issn 2088-2092 e-issn 2548-6721 Submtted : 19/09/2017 Revewed : 28/09/2017 Accepted : 09/10/2017 Publshed :

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM Aula Rahmatka Dew, Wdjanto, Dw Haryoto Unverstas Neger Malang e-mal:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI Yuwta Srmela 1 Fazr Zuzano 1 Nnwat 1 1 Jurusan Penddkan Matematka dan IPA,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Peneltan n adalah peneltan pengembangan yang berorentas pada pembuatan meda dan pengembangan meda pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana. Meda Ajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN Peneltan n adalah peneltan yang berorentas pada pembuatan modul pembelajaran dengan mengembangkan model pembelajaran kooperatf dengan tpe TGT (Team Game

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII D SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada sswa kelas XI d SMA Neger Gorontalo, Kota Gorontalo waktu peneltan dlaksanakan d mula pada bulan Oktober 03 sampa bulan Desember

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MAZE ALFABET UNTUK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI KELAS 1 SD

PENGEMBANGAN MAZE ALFABET UNTUK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI KELAS 1 SD PENGEMBANGAN MAZE ALFABET UNTUK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI KELAS 1 SD ARTIKEL JURNAL Dajukan kepada Fakultas Ilmu Penddkan Unverstas Neger Yogyakarta untuk Memenuh Sebagan Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

Ari Semayang dan Rahmatsyah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Ari Semayang dan Rahmatsyah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI CAHAYA DI KELASVIII SMP NEGERI 1 PANTAI CERMIN T.P. 2013/2014 Ar Semayang dan Rahmatsyah

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Sugyono (008:56) menjelaskan metode peneltan deskrptf adalah: Rumusan masalah deskrptf adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA Putu Suarnt Novantar Program Stud Penddkan Matematka, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bulan September - November 2010 di SMP Negeri 1 Kalianda Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. bulan September - November 2010 di SMP Negeri 1 Kalianda Kabupaten III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan pada semester ganjl tahun ajaran 010/011 antara bulan September - November 010 d SMP Neger 1 Kalanda Kabupaten Lampung Selatan.

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Menurut Sugyono (013: 6) bahwa: Metode peneltan dapat dartkan sebaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodolog adalah salah satu faktor yang sangat pentng dalam sebuah peneltan, juga sedkt banyak tergantung pada ketepatan metode yang dgunakan. A. Jens Peneltan Berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti keefektifan media

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti keefektifan media BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan lapangan, yatu peneltan yang dlakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk menelt keefektfan meda pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci