BAB II PENGENDALI DIGITAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENGENDALI DIGITAL"

Transkripsi

1 BAB II ENGENDALI DIGIAL ada bab ini akan dibahas enang dasar-dasar pengendali ID. Selanjnya dibahas enang penrnan persamaan diskri pengendali ID yang menjadi dasar perancangan pengendali digial. ada bagian akhir akan dibahas mengenai realisasi pengendali digial mengnakan model direc programming [2]. II.1 eori engendali ID Sisem kendali merpakan hbngan anara komponen yang membenk sa konfigrasi sisem, dimana kendalian (plan yang merpakan sisem fisis, akan menghasilkan anggapan sisem yang diharapkan. Gambar 2.1 memperlihakan sisem kendali elemen mpan balik yang berfngsi nk mengamai kelaran yang erjadi nk dibandingkan maskan yang diinginkan. Sisem ini diseb sebagai sisem kendali mpan balik aa sisem kendali lp erp. maskan engendali endalian kelaran Sensor Gambar 2.1. Sisem kendali lp erp. Sisem kendali yang dignakan di indsri adalah sisem kendali oomais yang merpakan sisem kendali lp erp. engendali oomais berfngsi nk membandingkan nilai sebenarnya dari kelaran sisem keselrhan maskannya, menenkan penyimpangan dan menghasilkan sinyal kendali yang akan mengrangi penyimpangan sehingga menjadi nol aa sekecil mngkin. roses pengendali oomais yang menghasilkan sinyal kendali diseb aksi kendali. 5

2 6 engendali oomais dapa diklasifikasikan sesai aksi pengendaliannya, anara lain yai engendali proporsional (), engendali proporsional pls inegral (I), engendali proposional pls derivaif (D), dan engendali proporsional pls inegral pls derivaif (ID). Masing-masing pengendali erseb memiliki algorima yang menjadi dasar dalam perancangan pengendali digial. 1. engendali roporsional [3] nk pengendali proporsional, hbngan anara kelaran pengendali ( sinyal gala akasi dan pengaan proporsional p adalah ( p.... (2.1) Fngsi alih dari pengendali proporsional adalah ( s) p E( s) Dimana p adalah pengaan proporsional.... (2.2) ekrangan pengendali ini adalah imblnya gala offse bila ada perbahan beban. Dengan demikian, sisem yang menggnakan pengendali ini hars dapa di rese secara manal dan sebaiknya perbahan beban idak erlal besar. Conoh implemenasi pengendali ini adalah amplifier pengaan linier yang dapa diar. E(s) p (s) Gambar 2.2 Diagram blok pengendali roporsional [3]. 2. engendali roporsional pls Inegral [3] engendali I merpakan kombinasi aa penggabngan kenngan dari aksi proporsional (mempercepa respon ransien) dan aksi inegral (menghilangkan gala keadaan nak). engendali proporsional pls inegral didefinisikan persamaan berik:

3 7 p ( p. +. d... (2.3) Sehingga fngsi alihnya adalah sebagai berik: ( s) 1 p (2.4) E( s) s dimana menyaakan wak inegral. p dan dapa dienkan nilainya. Wak inegral mengar aksi kendali inegral, sedangkan p mempengarhi aksi kendali baik proporsional mapn inegral. ebalikan dari wak inegral diseb laj rese. Laj rese adalah banyaknya perlangan dari aksi pengendalian proporsional per meni. E(s) p(1+ /s) (a) (s) 1 (b) ( p Aksi kendali I Hanya proporsional (c) Gambar 2.3 (a) Diagram blok pengendali roporsional pls Inegral; (b) maskan fnsi ni sep; (c) kelaran pengendali [3]. engendali ini dapa dignakan nk sisem perbahan beban besar yang ak erlal cepa (perl wak inegrasi). Selain i jga, pengendali I dapa dignakan nk menghilangkan offse akiba adanya ganggan orsi pada kendali proporsional. 3. engendali roporsional pls Derivaif [3] endali derivaif selal dignakan bersama-sama aksi proporsional aa proporsional pls inegral. Benk persamaan dari pengendali proporsional pls derivaif adalah sebagai berik : d ( p. + p. d... (2.5) d Sehingga fngsi alihnya adalah :

4 8 ( s) p 1 E( s) ( + d s)... (2.6) Aksi kendali derivaif sering diseb laj kendali (rae conrol), karena besar kelaran pengendali sebanding laj perbahan sinyal gala akasi. Wak derivaif d adalah selang wak berambah majnya respon aksi kendali proporsional yang disebabkan oleh laj aksi (rae acion). Aksi derivaif menyebabkan pengendali memiliki karaker anicipaory (anggapan erhadap perbahan lebih cepa sehingga dapa mengaasi perbahan beban sekeika, eapi sekaligs memiliki kekrangan dalam hal memperka dera. Aksi kendali derivaif cenderng memperbesar kesabilan sisem. Sehingga pengendali D dapa dignakan pada sisem beban inersia. E(s) p(1+d.s) (a) (s) (b) ( Aksi kendali D d Hanya proporsional Gambar 2.4 (a) Diagram blok pengendali roporsional pls Derivaif; (b) maskan fnsi ni ramp; (c) kelaran pengendali [3]. (c) 4. engendali roporsional pls Inegral pls Derivaif [3] Gabngan aksi kendali proporsional, aksi kendali inegral dan aksi kendali derivaif membenk aksi kendali proporsional pls inegral pls derivaif. engendali ini prakis dapa dignakan nk sema kondisi proses. Dengan adanya komponen inegral, maka gala offse pada benk proporsional dapa dihilangkan, disisi lain pengendali ini dapa menekan kecenderngan osilasi. Benk persamaannya adalah sebagai berik : p d ( p. +. d + p. d... (2.7) d Sedangkan benk fngsi alihnya adalah ( s) 1 p 1+ + d. s... (2.8) E( s). s

5 9 E(s) p(1+1/.s+d.s) (a) (s) (b) ( Aksi kendali ID Aksi kendali D Hanya proporsional (c) Gambar 2.5 (a) Diagram blok pengendali roporsional pls Inegral pls Derivaif; (b) maskan fnsi ni ramp; (c) kelaran pengendali [3]. II. 2 Sisem endali Digial Operasi nk mengbah sinyal wak koniny menjadi daa wak diskri diseb sebagai sampling aa diskriisasi. Operasi kebalikannya yai operasi yang mengbah daa wak diskri menjadi sinyal wak koniny, diseb sebagai daahold.[2] Gambar 2.6 memperlihakan diagram blok dari sisem kendali digial. omponen sample-and-hold (S/H) dan analog-o-digial (A/D) converer berfngsi nk mengbah sinyal wak diskri menjadi ran angka dalam bilangan biner aa melakkan proses sampling. Sedangkan digial-o-analog (D/A) converer berfngsi nk mengbah sinyal digial menjadi sinyal analog aa melakkan proses decoding. + - S/H and A/D converer Digial Conroller D/A converer Hold Circi Acaor lan Sensor Gambar 2.6 Diagram blok sisem kendali digial. arakerisik respon ransien dari sisem kendali wak diskri berganng pada wak sampling. Meningkakan periode wak sampling dapa memba sisem kendali wak diskri menjadi krang sabil bahkan menjadi idak sabil. Sebaliknya, memberikan periode wak sampling yang sanga pendek menyebabkan nilai kriis dari pengaan nk kesabilan menjadi lebih besar. Fakanya bahwa memberikan periode sampling yang semakin pendek memba sisem erseb bersifa seperi sisem wak koniny [2].

6 1 II.3 Diskriisasi ersamaan engendali ID emaparan sebelmnya menjelaskan enang karakerisik pengendali ID dalam sisem wak koniny. nk dapa diimplemenasikan pada perangka digial, hars dilakkan pendekaan ke dalam sisem wak diskri. enrnan persamaan maemais dari wak koniny ke wak diskri dapa dilakkan pada masing-masing bagian proporsional, inegral dan derivaif. 1. ersamaan Diskri engendali Dari persamaan (2.2) dikeahi bahwa fngsi alih dari pengendali adalah G ( s) p Sehingga akan diperoleh fngsi alih diskri dari pengendali proporsional yai G... (2.9) nk keperlan dalam perancangan, persamaan di aas dapa dilis menjadi G cons1... (2.1) dimana cons... (2.11) 1 RO1 2. ersamaan Diskri engendali I engendali I diperoleh dari penggabngan bagian proporsional dan bagian inegral seperi pada persamaan (2.4). enrnan benk diskri bagian inegralnya dapa dilakkan pendekaan meode rapeoidal [2][6]. 1 I ( + d Sehingga diperoleh ) + ) ) + 2 ) I ( k ) k ) ( k ) ) + k ) + 2 ersamaan (2.13) dapa disederhanakan menjadi... (2.12)... (2.13) I k ( h ) ) + + h ) ( k ) k )... (2.14) h 1 2

7 11 Dengan menggnakan ransformasi- maka akan diperoleh I 1 + E( ) (2.15) ersamaan (2.15) dapa disederhanakan menjadi I RO2 + E( ) (2.16) RO2... (2.17) (2.18) ersamaan (2.14) dapa jga dilis sebagai ( + ) G nk keperlan dalam perancangan persamaan (2.19) dinyaakan sebagai RO2 RO2 I... (2.19) cons1 + cons2 G I... (2.2) cons 1 RO (2.21) cons2 RO2... (2.22) 3. ersamaan Diskri engendali D Dari persamaan (2.5) dikeahi bahwa benk persamaan pengendali D adalah D d ( + d d... (2.23) nk bagian derivaif dari pengendali D, penrnan persamaan diskrinya dilakkan pendekaan benk perbedaan anara da iik [2][6]. Sehingga diperoleh D d ( k ) k ) + ) [ k ) ( k ) ] Dengan ransformasi-, persamaan (2.24) dibah menjadi... (2.24)

8 12 D 1+ d (1 ) E( ) Benk erseb dapa disederhanakan menjadi D [ + (1 )] E( ) RO1... (2.25)... (2.26) RO1... (2.27) d... (2.28) ersamaan (2.26) dapa jga dinyaakan sebagai G D ( RO1 + )... (2.29) nk keperlan dalam perancangan, persamaan (2.29) dapa dilis menjadi G D cons1 + cons2... (2.3) cons 1 RO (2.31) cons2... (2.32) 4. ersamaan Diskri engendali ID Benk koniny dari persamaan pengendali ID dapa dirnkan dari persamaan (2.7), ID 1 d ( + d + d d... (2.33) Seperi pada persamaan pengendali I dan pengendali D, penrnan diskri bagian inegralnya dapa dilakkan pendekaan meode rapeoidal. Sedangkan bagian derivaifnya dilakkan pendekaan benk perbedaan anara da iik. Sehingga diperoleh ID k ( h ) ) + + h ) ( k ) k ) h 1 2 d + ) [ k ) ( k ) ] ransformasi- dari persamaan (2.34) adalah... (2.34)

9 13 ID + 2 Benk sederhananya yai 1 d + (1 ) E( ) 1... (2.35) ID RO2 + + (1 ) E( ) (2.36) RO (2.37)... (2.38) d... (2.39) Fngsi alih diskri dari pengendali ID adalah G ( + + ) ( RO2 RO2 ID ersamaan (2.4) dapa jga dilis menjadi + 2 ) (2.4) 2 cons1 + cons2 + cons3 G ID... (2.41) cons (2.42) cons RO2 2 2 ( RO + 2 )... (2.43) cons 3... (2.44) II.4 Realisasi engendali Digial pada erangka eras Realisasi dari plsa fngsi alih berari menenkan rancangan secara fisik nk keepaan kombinasi dari operasi arimaika dan operasi penyimpanan. [2] Elemenelemen yang dignakan nk merealisasikannya anara lain adalah elemen delay, adder dan mliplier. Model yang dapa dignakan yai direc programming, seperi yang diperlihakan pada Gambar 2.7. Direc programming berari bahwa realisasi dari fngsi alih pengendali digial dimana pembilang dan penyebnya dipisahkan

10 14 menggnakan elemen delay. Fngsi alih -1 merepresenasikan sa delay dalam sa ni wak [2]. k) cons1 + (k) -1 cons2 cons Gambar 2.7 Model Direc rogramming dari pengendali digial. Model lain yang dapa dignakan adalah sandard programming. Sandard programming merpakan meode yang menggnakan jmlah minimm dari elemen delay. [2] Ini berari bahwa jmlah elemen delay dari sandard programming lebih sediki daripada model direc programming, namn memerlkan penambahan elemen adder. Gambar 2.8 memperlihakan diagram blok dari model sandard programming. b b1 b2 bm X() Z -1 Z -1 Z -1 Z Y() a1 a2 am an Gambar 2.8 Model Sandard rogramming [2].

11 15 emilihan model direc programming dalam perancangan pengendali digial karena model erseb lebih epa nk mengimplemenasikan persamaan dari pengendali digial. erancangan pengendali digial didasarkan pada persamaan diskri empa ipe pengendali. Dari persamaan (2.11), persamaan (2.2), persamaan (2.3) dan persamaan (2.41), dapa diba mariks konsana pengendali seperi pada abel 2.1. eempa ipe pengendali erseb memiliki beberapa kesamaan dalam penggnaan elemen delay, mliplier dan adder. Meskipn jga ada perbedaan dalam penggnaan elemen delay mpan balik anara pengendali dan D pengendali I dan pengendali ID. Namn dalam perancangan perangka keras pengendali digial, hal erseb dapa diaasi menggnakan algorima pemilih benk pengendali. abel 2.1 Mariks konsana dari 4 benk pengendali. onsana Jenis engendali engendali D I ID cons 1 RO1 RO1 + RO2 + RO2 + + cons 2 - RO 2 ( RO2 + 2 ) cons , RO1 ; RO2 ; ; 2 d ersamaan-persamaan di aas menjadi dasar dalam perancangan perangka pengendali digial yang akan diimplemenasikan pada FGA.

BAB 2. Kontroler PID

BAB 2. Kontroler PID BAB 2 Konroler ID 2.1. Teori Dasar Sisem Konrol Diagram blok sisem konrol sederhana sederhana diberikan oleh Gambar 2.1. Konrol auomaik membandingkan harga yang sebenarnya dari keluaran plan dengan harga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ρw z. Gambar 1 Elemen luas fluida dalam dua dimensi.

TINJAUAN PUSTAKA. ρw z. Gambar 1 Elemen luas fluida dalam dua dimensi. 3 II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dibahas penrnan persamaan dasar flida ideal yang disarikan dari psaka (Doglas 2001) dan konsep dere Forier disarikan dari psaka (Ross 1984) 2.1 Persamaan Dasar

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI

PENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI Modl 4 ENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI Unk dapa melakkan inerpreasi, maka daa hasil pengkran lapangan perl diolah. engolahan daa graviasi adalah nk mencari perbedaan harga graviasi dari sa iik ke iik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem assembly line. PLC digunakan di berbagai industri dan mesin pengemasan dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem assembly line. PLC digunakan di berbagai industri dan mesin pengemasan dan BAB I PENDAHULUAN.. Laar Belakang Masalah Prgrammable Lgic Cnrller () merpakan sa kmper digial yang dignakan nk masi dari prses-prses elekrmagneik. Seperi pengnrlan mes pada sisem assembly le. dignakan

Lebih terperinci

Catatan Fisika Einstein cs 1

Catatan Fisika Einstein cs 1 Caaan Fisika Einsein cs 1 1 SATUAN DAN DIMENSI SATUAN Pengkran adalah sa proses pembandingan sesa dengan sesa yang lain yang dianggap sebagai paokan (sandar) yang diseb saan. Saan yang sanga mendasar diseb

Lebih terperinci

KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER. Tri Handhika dan Murni

KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER. Tri Handhika dan Murni KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Tri Handhika dan Mrni Program Magiser Maemaika, Deparemen Maemaika, Universias Indonesia, Depok ri.handhika@i.ac.id ; mrni@i.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PREMI UNTUK ASURANSI JIWA BERJANGKA PADA KASUS MULTISTATE

PREMI UNTUK ASURANSI JIWA BERJANGKA PADA KASUS MULTISTATE REMI UNUK ASURANSI JIWA BERJANGKA ADA KASUS MULISAE S Aminah 1*, Hasriai 2, Johannes Kho 2 1 Mahasiswa rogram S1 Maemaika 2 Dosen Jrsan Maemaika Faklas Maemaika dan Ilm engeahan Alam Universias Ria Kamps

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Investasi

BAB II DASAR TEORI  2.1 Investasi A II DASAR EORI Sebelm melangkah lebih jah pada penenan porfolio opimal maka erlebih dahl dibahas mengenai pengerian invesasi pengerian porfolio lemma Io persamaan diferensial sokasik gerak rown bak proses

Lebih terperinci

APROKSIMASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL HIPERBOLIK LINEAR

APROKSIMASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL HIPERBOLIK LINEAR Vol. 9. No. 1, 11 Jrnal Sains, Teknologi dan Indsri APROKSIMASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL HIPERBOLIK LINEAR Warono, Yslenia Mda Jrsan Maemaika Faklas Sains dan Teknologi UIN

Lebih terperinci

Pada gambar 5.1 trayek

Pada gambar 5.1 trayek Mingg ke V DEFINISI JALUR, LINTASAN, DAN SIRKUIT GRAF. Sa raek ang sema sisina berbeda diseb jalr (rail). Sedangkan sa jalr ang sema simplna berbeda diseb linasan (pah). Sa raek, jalr, aa linasan diseb

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLUSI GELOMBANG JALAN MODEL KUASILINER DISSIPATIF DUA KANAL

EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLUSI GELOMBANG JALAN MODEL KUASILINER DISSIPATIF DUA KANAL EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLSI GELOMBANG JALAN MODEL KASILINER DISSIATIF DA KANAL SMARDI Jrsan Maemaika niersias Gadjah Mada mas_mardi@yahoo.com SOEARNA DARMAWIJAYA Jrsan Maemaika niersias Gadjah Mada

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER

KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Mahemaical Science KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Tri Handhika dan Mrni Program Magiser Maemaika, Deparemen Maemaika, Universias Indonesia, Depok ri.handhika@i.ac.id ; mrni@i.ac.id

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. menyatakan koordinat horizontal, koordinat vertikal, dan waktu. dan hukum kekekalan momentum memberikan persamaan Euler berikut

II LANDASAN TEORI. menyatakan koordinat horizontal, koordinat vertikal, dan waktu. dan hukum kekekalan momentum memberikan persamaan Euler berikut II LANDASAN EORI Paa bagian ini akan iraikan beberapa konsep ang menasari peneliian ini. Konsep inamika flia akan isajikan ari psaka [5] an [] seangkan eori sisem amilonian irangkm ari psaka [7] an [8]..

Lebih terperinci

5/12/2014. Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Outline Materi

5/12/2014. Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Outline Materi 5/2/24 Maakuliah : Teknik enali Tahun : 24 Versi Learning Oucomes aa akhir peremuan ini, iharapkan mahasiswa akan mampu : menjelaskan konsep pengenalian sisem pengauran engan konroler ID 2 Ouline Maeri

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM LINEAR SINGULAR PADA RANGKAIAN RLC SEDERHANA

ANALISIS SISTEM LINEAR SINGULAR PADA RANGKAIAN RLC SEDERHANA Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode SSN: 979-9X Yogyakara, 3 November ANASS SSTEM NEA SNGUA PADA ANGKAAN SEDEHANA Kris Sryowai Jrsan Maemaika, Faklas Sains Terapan, ST

Lebih terperinci

Aplikasi Grafologi dari Huruf t Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Aplikasi Grafologi dari Huruf t Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Aplikasi Grafologi dari Hrf Menggnakan Jaringan Syaraf Tiran Iwan Awaldin 1, Alia Khairnisa 2 Absrac Graphology is a branch of science which classifies hman personaliy from handwriing. Graphologiss observe

Lebih terperinci

BAB XV DIFERENSIAL (Turunan)

BAB XV DIFERENSIAL (Turunan) BAB XV DIFERENSIAL (Trnan) 7. y co y ' - cosec. y sec y ' sec an 9. y cosec y ' - cosec coan Jika y f(), maka rnan peramanya dinoasikan dy dengan y f ' () d dy Lim f ( + h) f ( ) dengan d h 0 h Penggnaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP)

BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP) BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP) Pendahlan Persamaan diferensial parsial memegang peranan pening di dalam penggambaran keadaan fisis, dimana besaran-besaran yang erliba didalamnya berbah erhadap

Lebih terperinci

XII. BALOK ELASTIS KHUSUS

XII. BALOK ELASTIS KHUSUS [Balok Elasis Khss] X. BALOK ELASTS KHUSUS.. Balok Berpenampang Simeris Jika beban ransversal ang menghasilkan lengkngan (bending) dikenakan pada balok ang penampangna simeris maka idak menghasilkan orsi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR Diajkan Sebagai Salah Sa Syara Unk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jrsan Maemaika Oleh:

Lebih terperinci

SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AKUSTIK DUA DIMENSI

SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AKUSTIK DUA DIMENSI Jrnal Maemaika Mrni dan Terapan Vol. 5 No. Desember 0: 3-39 SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AUSTI DUA DIMENSI Mohammad Mahfzh Shiddiq ABSTRACT Aosi wave eqaion wih Dirihle and Nemann bondar ondiions

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB II Metode Pembentukan Fungsi Distribusi

BAB II Metode Pembentukan Fungsi Distribusi Saisika Maemaika II b Dian Kniai BAB II Meode Pembenkan Fngsi Disibsi Pada bab akan dibahas bebeapa meode alenaive nk menenkan fngsi disibsi dai pebah acak ba ang ebenk dai pebah acak ang lama. Dengan

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN ALIRAN FLUIDA STREAMLINES DI BAWAH PERMUKAAN BUMI

BAB III PEMODELAN ALIRAN FLUIDA STREAMLINES DI BAWAH PERMUKAAN BUMI BAB III PEMODELAN ALIRAN FLUIDA STREAMLINES DI BAWAH PERMUKAAN BUMI 3. Model Maemais Aliran Flida Model maemais aliran flida di baah ermkaan bmi dienarhi oleh ersamaan aliran flida ideal (ersamaan bernolli),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

MODEL HIDRODINAMIKA. Pendahuluan. CFD di Bidang Hidraulika Saluran Terbuka Istiarto JTSL FT UGM

MODEL HIDRODINAMIKA. Pendahuluan. CFD di Bidang Hidraulika Saluran Terbuka Istiarto JTSL FT UGM MODEL HIDRODINAMIKA CFD di Bidang Hidralika Salran Terbka Isiaro JTSL FT UGM Isiaro Jrsan Teknik Sipil dan Lingkngan FT UGM hp://isiaro.saff.gm.ac.id email: isiaro@gm.ac.id Pendahlan Model maemaik hidralika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

1. Pengertian Digital

1. Pengertian Digital Kegiaan elajar. Pengerian Digial Tujuan Khusus Pembelajaran Pesera harus dapa: Menyebukan definisi besaran analog Menyebukan definisi besaran digial Menggambarkan keadaan logika Menyebukan perbedaan nilai

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Model Sistem dan Metode Estimasi Parameter Rekursif

Model Sistem dan Metode Estimasi Parameter Rekursif Bab Model Sise dan Meode Esiasi Paraeer Rekrsif jan Pengajaran jan pengajaran pada bab ini adalah nk eahai cara eodelkan sise nk sise kendali swa-ala dengan eode kadra erkecil, exended leas-sqares, dan

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ

MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ Tjan Insrksional Umm : Agar mahasiswa dapa memahami mengenai Konsekensi Transformasi Lorenz Tjan Insrksional Khss : Dapa menjelaskan enang pemaian

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

SINYAL TEAM DOSEN. Signal&System Prodi Telekomunikasi Polsri 1

SINYAL TEAM DOSEN. Signal&System Prodi Telekomunikasi Polsri 1 SINYAL TEAM DOSEN Prodi Telekomunikasi Polsri Ouline Definisi Sinyal & Sinyal dalam kehidupan kia Klasifikasi Sinyal Sinyal waku koninyu & Sinyal waku Diskre Sinyal Periodik & Aperiodik Sinyal Genap &

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA Arif Hermawan Jurusan Teknik Elekro FTI, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya 60111

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Encoder 2B1Q Berbasis FPGA

Desain dan Implementasi Encoder 2B1Q Berbasis FPGA Desain dan Implemenasi Encoder Berbasis FPGA Sahbuddin Abdul Kadir 1 1 Teknik Elekro, Polieknik Negeri Ujung Pandang Sahbuddin.ak@poliupg.ac.id Absrak Pada sisem komunikasi digial, daa diransmisikan dalam

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER W. Kurniawan * Jurusan Pendidikan Fisika, IKIP PGRI SEMARANG Jl. Lonar no Semarang, Indonesia Tel: 8...88 ; Email: wawan.hiam@gmail.com ABSTRAK Arikel ini

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

Metode Regresi Linier

Metode Regresi Linier Modul 1 Meode Regresi Linier Prof. DR. Maman Djauhari A PENDAHULUAN nalisis regresi linier, baik yang sederhana maupun yang ganda, elah Anda pelajari dalam maa kuliah Meode Saisika II. Dengan demikian

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 44 BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sisem ang berjalan Analisis Sisem adalah penguraian dari suau sisem Informasi ke dalam bagian-bagian, komponen-komponen, dengan maksud unuk mendefenisikan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

Diagram Kendali Robust untuk Monitoring Dispersi

Diagram Kendali Robust untuk Monitoring Dispersi Prosiding Saisika ISSN: 460-6456 Diagram Kendali Robus unuk Monioring Dispersi Rima Kurnia Sari, Suwanda, 3 Lisnur Wachidah,,3 Prodi Saisika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Universias Islam

Lebih terperinci

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS 6.1. Uji Mulikolinearias Sebagaimana dikemukakan di aas, bahwa salah sau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Burger, H.R.,. Exploration Geophysics of the Shallow Subsurface. New

DAFTAR PUSTAKA. 1. Burger, H.R.,. Exploration Geophysics of the Shallow Subsurface. New DAFTAR PUSTAKA 1. Brger H.R.. Eploraion Geophsics of he Shallo Sbsrface. Ne Jerse : Prenice Hall Inc199.. Boas M.L. Mahemaical Mehods in The Phsical Sciences Wile 1983. 3. Fergson R.J. and Margrae G.F.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM Perencanaan dan pembuatan Perangkat Keras

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM Perencanaan dan pembuatan Perangkat Keras BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Perencanaan dan pembuaan Perangka Keras Dalam pembuaan kunci jarak jauh dengan menggunakan minimum sisem 8088, digunakan meode pemodelan. Sebab pemodelan lebih

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

{ } III PEMBAHASAN. Definisi (Proses Gerak Brown) Proses stokastik { X ( t)

{ } III PEMBAHASAN. Definisi (Proses Gerak Brown) Proses stokastik { X ( t) 4 adalah ggs eaah (onable se), sedangkan X diseb poses sokasik dengan wak konin (oninos-ime sohasi poess) jika H adalah sa ineval. Bebeapa onoh dai poses sokasik dalam masalah finansial adalah sebagai

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR

EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR Yogyakara, 7 Juni 006 EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR Rila Mandala Kelompok Keahlian Informaika, Sekolah Teknik Elekro dan Informaika, Insiu Teknologi Bandung Jalan Ganesha

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci