HUBUNGAN BILANGAN SEMPURNA DAN BILANGAN PRIMA FIBONACCI ABSTRACT
|
|
- Herman Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN BILANGAN SEMPURNA DAN BILANGAN PRIMA FIBONACCI Revi Lestari 1, Sri Gemawati, M. Natsir 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru 893 p.revilestari@yahoo.com ABSTRACT This article discusses the concept of F -perfect number, that is a positive integer n such that (d n,d<n) d = 3n. From the concept of F -perfect numbers the relation of perfect numbers n = F k 1 F k+1 and Fibonacci prime numbers F k 1 and F k+1 is obtained. Keywords: Perfect number, Fibonacci prime, continued fraction, arithmetic-geometric mean inequality ABSTRAK Artikel ini membahas tentang konsep dari F -bilangan sempurna, yaitu bilangan bulat positif n yang memenuhi (d n,d<n) d = 3n. Dari konsep F -bilangan sempurna diperoleh hubungan bilangan sempurna n = F k 1 F k+1 dengan bilangan prima Fibonacci F k 1 dan F k+1. Kata kunci: Bilangan sempurna, bilangan prima Fibonacci, pecahan kontinu, ketidaksamaan rata-rata aritmatika-geometri 1. PENDAHULUAN Teori bilangan adalah cabang dari ilmu Matematika Murni yang mempelajari tentang bilangan bulat dan sifat-sifatnya secara lebih luas. Dalam teori bilangan, salah satu materi yang menarik dan sering di bahas adalah bilangan sempurna dan bilangan Fibonacci. Nama barisan bilangan Fibonacci di berikan oleh Leonardo Fibonacci yang merupakan ahli matematika yang terkemuka di Italia pada abad pertengahan. Fibonacci banyak menulis buku, salah satu yang terkenal adalah Liber Abaci. Pada bab 1 buku tersebut terdapat sebuah permasalahan, yaitu tentang masalah kelinci beranak-pinak. Fibbonacci menggambarkan jumlah kelinci dalam setahun melalui barisan bilangan 1, 1,, 3, 5, 8, 13, 1,... atau bila dinotasikan menjadi F 1, F, F 3, F 4, F 5, F 6, F 7, F 8,... barisan bilangan inilah yang dinamakan dengan barisan bilangan Fibonacci. Repository FMIPA 1
2 Pada zaman Yunani kuno ahli-ahli matematika tertarik dengan pengertian bilangan Sempurna. Thomas [5] Pythagoras mengamati bahwa 6 sama dengan penjumlahan pada faktor yang tepat: 6 = , bilangan inilah yang disebut bilangan sempurna. bilangan sempurna adalah bilangan yang memiliki hasil penjumlah faktor-faktor positif sama dengan dua kali bilangan tersebut. Jika d adalah faktor bilangan positif dari n, maka n adalah bilangan sempurna jika (d n,d<n) d = n. Contoh untuk n = 8 maka faktor positif dari 8 yang memenuhi adalah 1,, 4, 7, 14 jika dijumlahkan maka hasilnya 8. Empat bilangan sempurna yang berikutnya adalah 486, 818, , Artikel ini menyajikan perluasan bilangan sempurna yang memiliki hubungan dengan bilangan prima Fibonacci. Pada artikel ini akan menjelaskan konsep dari F -bilangan sempurna, yang mana untuk bilangan bulat positif n sedemikian sehingga (d n,d<n) d = 3n akan dibuktikan untuk semua bilangan sempurna Fibonacci adalah berbentuk n = F k 1 F k+1, dengan F k 1 dan F k+1 adalah bilangan prima Fibonacci.. BILANGAN PRIMA FIBONACCI DAN BILANGAN SEMPURNA Pada barisan Fibonacci yang dimulai dari suku ketiganya, setiap suku barisan tersebut dapat diperoleh dari menjumlahkan dua suku tepat sebelumnya. Suku-suku barisan Fibonacci dilambangkan dengan F n dengan bentuk umum [5, h. 19]. F 1 = F = 1 F n = F n 1 + F n dengan n 3. Pada barisan bilangan Fibonacci, adalah bilangan Fibonacci yang ke-3, 5 adalah bilangan Fibonacci yang ke-5, bilangan ini di sebut bilangan prima Fibonacci. Bilangan prima Fibonacci adalah bilangan Fibonacci yang ke-n dengan n adalah Prima. Lima bilangan prima Fibonacci yang pertama adalah F, F 3, F 5, F 7 dan F 11. Teorema 1(Cassini) Untuk F n barisan bilangan Fibonacci memenuhi F n 1 F n+1 F n = 1 n, n 1 Bukti. [5, h. 13] Selain bilangan prima Fibonacci, bilangan sempurna juga menarik untuk diketahui. Untuk mengetahui bilangan sempurna dimulai dengan fungsi τ dan fungsi σ. Fungsi τ untuk n bilangan bulat positif menyatakan banyaknya bilangan bulat positif yang membagi n. Misalkan n = 18 dan bilangan bulat positif yang membagi n adalah 1,,3,6,9 dan 18, jika dihitung banyaknya bilangan bulat positif tersebut adalah 6, sehingga τ(18) = 6. Fungsi sigma (σ) menyatakan penjumlahan semua banyaknya bilangan bulat positif yang membagi n. Untuk n = 18 maka σ(18) = = 39. Repository FMIPA
3 Selanjutnya, untuk fungsi τ dan fungsi σ adalah multiplikatif. Dengan memberikan fungsi baru F yang didefinisikan oleh F (n) = d n f(d), Teorema Jika f adalah fungsi multiplikatif, maka F (n) = d n f(d) adalah multiplikatif. Bukti. [5, h. 367] Akibat 3 Fungsi tau dan fungsi sigma adalah multiplikatif. Bukti. [5, h. 368] Teorema 4 Diberikan p adalah sebarang bilangan prima dan k adalah sebarang bilangan bulat positif maka τ(p k ) = k + 1 dan σ(p k ) = (pk+1 1). (p 1) Bukti. [5, h. 369] Teorema 5 Diberikan n adalah bilangan bulat positif dengan bentuk kanonik n = p k 1 1 p k p km m maka dan Bukti. [5, h. 369] τ(n) = (k 1 + 1)(k + 1) (k m + 1) σ(n) = (pk ).(pk+1 1) (p 1 1) (p 1) (pkm+1 m 1) (p m 1) untuk τ(n) dan σ(n) dapat ditulis juga dalam bentuk τ(n) = m i=1 (k i+1) dan σ(n) = m i=1 (p k i i 1) (p i 1). Teorema 5 (Euclid) Jika n adalah bilangan bulat yang mana n 1 adalah prima maka N = n 1 ( n 1) adalah bilangan sempurna. Bukti. [5, h. 375] 3. HUBUNGAN BILANGAN SEMPURNA DAN BILANGAN PRIMA FIBONACCI Pada artikel ini membahas hubungan Bilangan Sempurna dan Bilangan Fibonacci Prima melalui konsep dari F -bilangan sempurna yang mana setiap bilangan bulat positif n sedemikian sehingga d n,d<n d = 3n. Akan dibuktikan bahwa semua F bilangan sempurna adalah berbentuk n = F k 1 F k+1, dimana kedua F k 1 dan F k+1 adalah bilangan prima Fibonacci. Hubungan kedua bilangan tersebut telah dibahas sebelumnya oleh Tianxin Cai, Deyi Chen dan Yong Zhang [4]. Terlebih dahulu akan membahas beberapa Lema pendukung sebagai berikut Repository FMIPA 3
4 Lema 6 Jika d > 0 adalah bilangan bulat ganjil, maka x dy = 4 memiliki solusi bilangan bulat jika dan hanya jika u dv = 1 memiliki solusi bilangan bulat. Bukti. Dengan menggunakan transformasi, maka diperoleh { u= x(x +3), v= (x +1)y. Maka, u dv = ( x(x + 3) ) d( (x + 1)y ) = 1 Lema 7 Semua solusi persamaan 1 + x + y = 3xy (1 x < y) adalah { x= F k 1 y= F k+1 (1) dengan k 1 dan F n adalah bilangan Fibonacci. Bukti. Pertama-tama akan dibuktikan bahwa persamaan (1) memenuhi persamaan 1 + x + y = 3xy. Berdasarkan identitas Cassini diperoleh yang mana, maka, F n F n+1 F n 1 = ( 1) n 1, F k F k+1 F k 1 = 1 (F k+1 F k 1 ) F k+1 F k 1 = 1 F k+1 3F k+1 F k 1 + F k 1 = F k 1 + F k+1 = 3F k 1 F k+1. Terbukti bahwa x dan y memenuhi persamaan (1). Lalu akan dibuktikan bahwa persamaan (1) adalah solusi untuk 1 + x + y = 3xy (1 x < y). Yang perlu dibuktikan bahwa jika 1 + x + y = 3xy (1 x < y) maka x = F k 1. Untuk persamaan 1 + x + y = 3xy maka 1 + x + y = 3xy 5x 4 = (3x y), dengan x adalah bilangan Fibonacci. Jika x = F k maka 5F k 4 = (3x y). 5F k + 4 = L k, dengan L 0 =, L 1 = 1, L n+1 = L n + L n 1. Oleh karena itu 8 = (5F k + 4) (5F k 4) = L k (3x y), Repository FMIPA 4
5 L jadi 3x y = 1,L k = 3 dan x = F k = k 4 = 1 = F 5 = F 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa x = F k 1. Lema 8 Jika bilangan bulat positif k 3, maka 1 + x + y = kxy tidak memiliki solusi. Bukti. Karena kxy = 1 + x + y > xy, maka perlu dibuktikan untuk k 4. Jika 1 + x + y = kxy memiliki solusi bilangan bulat, diskriminan dari kuadratik dari persamaan 1+x +y = kxy pada x haruslah kuadrat, dengan z adalah diskriminan maka nilai z Z sehingga atau k y 4(y + 1) = (k 4)y 4 = z, z (k 4)y = 4, maka diperoleh bahwa k adalah bilangan ganjil. Dengan menggunakan kontradiksi, misalkan k adalah bilangan genap, maka x dan y tidak bisa keduanya genap. Jika hanya salah satu x dan y adalah ganjil, maka 1 + x + y = kxy ( mod 4) = 0 ( mod 4). Jika x dan y adalah keduanya bilangan ganjil, maka 1 + x + y = kxy ( mod ) = 1 0 ( mod ). Oleh karena itu k adalah ganjil. Sehingga k 4 bukanlah kuadrat sempurna untuk bilangan bulat ganjil k 4, jadi melalui Lema 1 dan diperoleh z (k 4)y = 4 u (k 4)v = 1 l( k 4) memiliki solusi bilangan bulat memiliki solusi bilangan bulat adalah bilangan ganjil. Untuk bilangan ganjil k 4, diperoleh k 4 = [ k 1; 1, k 3 k 3,,, 1, k ] maka l( k 4) = 6 [6, h. 503] dimana hal ini kontradiksi dengan l( k 4) adalah ganjil. Lema 9 Untuk setiap bilangan bulat positif a ada tak hingga bilangan genap n sehingga n σ a (n). Bukti. Misalkan faktorisasi prima dari n adalah r i=1 pk i i maka σ a (n) = r i=1 σ a(p k i i ) dengan k dan n adalah bilangan positif. Karena σ a (n) adalah multiplikatif maka berlaku σ a (n) = r i=1 σ a (p i ) k i = σ a (p k 1 1 p k p k r r ) = σ a (p k 1 1 )σ a (p k ) σ a (p k r r ) Pilih p adalah bilangan prima yang membagi 1+ a sehingga σ a (p) = (1+ a )(1+p a ), p adalah ganjil dan 1 + p a sehingga p σ a (p), karena p tak hingga maka dapat Repository FMIPA 5
6 disimpulkan bahwa ada tak hingga bilangan genap n untuk n σ a (n). Lema 10 Jika bilangan prima p < q dengan p q + 1 dan q p + 1 maka p = dan q = 3. Bukti. Karena p < q dengan p q + 1 dan q p + 1 jika dan hanya jika terdapat bilangan bulat positif k sehingga 1 + p + q = kpq. Jika k = 1, maka 1 + p + q = pq atau (p 1)(q 1) = diperoleh p =,q = 3. Jika k, maka kpq pq > p + q + 1. Lema 11 Jika x x+1 xy 1 N, dengan x, y N dan y, maka x x+1 = 1 xy 1 = 1. Andaikan x x+1 xy 1 Bukti. Untuk (x, y) = (1, ), maka x x+1 = n maka xy 1 x (1 + ny)x + n + 1 = 0, jadi diskriminan harus berupa kuadrat dengan z Z sedemikian hingga (1 + ny) 4(n + 1) = z, atau { 1 + ny + z = a, 1 + ny z = b, dengan ab = 4(n + 1). Oleh karena itu, ny = a + b, y = a + b n = a + b a + b 4 =, 1) ab 4 x( ab 4 dengan a b > 0. Jika b 5 maka y = a+b 4 ab 4 b = 1,, 3 atau 4. a+b 4 5b 4 < 1. Oleh karena itu, Jika b = 1, maka a = 4(n + 1) 1, diperoleh < y = a a 4 < 3. Jika b =, maka a = (n + 1) 6, diperoleh 1 < y = a <. a Jika b = 3, maka a = 4 a+ (n + 1) 4. untuk a 6, diperoleh y = 1; 3 3a 4 untuk 4 a 5, diperoleh 1 < y = a+ <. 3a 4 Jika b = 4, maka a = n untuk a = 3, diperoleh y = a= = 5; untuk a 4 a 4, diperoleh y = a+ 1. a Lema 1 Jika bilangan bulat positif x y memenuhi x y y + 1 dan y x x + 1, maka x = y = 1. Bukti. Untuk x = y, maka x = y = 1. Misalkan x > y maka { y y + 1 = xt, x x + 1 = yt 1, dengan t 1,t N. Untuk t = y, maka y 1 dan x = y = 1. Untuk t > y, maka y y + 1 = xt (y + 1)(y + 1) = y + y + 1, Repository FMIPA 6
7 yang mana ini tidak mungkin. Oleh karena itu y > t dan t yt 1 = t (x x + 1) = (xt ) t (xt ) + t = (y y + 1) + t (y y + 1) + t = (y y) + (y y) + t t + 1 jadi y t t +1, dengan t 3 N sehingga t t +1 = yt 3. Perlu diingat juga bahwa y y + 1 = xt = t x, maka { t t + 1 = yt 3, y y + 1 = t x, dengan y > t. Dengan mengulang proses tersebut, maka akan diperoleh x > y > t > t 3 > > t k = 1 dengan bilangan t, t 3,, t n memenuhi { t i+1 t i t i + 1, t i t i+1 t i Tetapi t k 1 t k t k + 1 dan t k = 1, jadi t k 1 = 1. Oleh karena itu x = y = t = = t k = 1, dimana ini adalah kontradiksi. Selanjutnya akan dipaparkan perluasan Bilangan sempurna dan bilangan prima Fibonacci melalui beberapa Teorema. Pertama akan dibahas perluasan dari Bilangan sempurna yang mana misalkan N adalah himpunan bilangan bulat positif σ (n) n = d = bn, () dengan b N. d n,d<n Teorema 13 Untuk setiap bilangan bulat positif b 3 persamaan () memiliki solusi terbatas dan tidak memiliki solusi untuk b = 1,. Bukti. Misalkan n = p α 1 1 p α p σ k k yang adalah faktorisasi prima dari n, dimana p 1 < p < < p k, α i 1, dan k 1. Untuk k = 1, dari persamaan persamaan () akan diperoleh dimana ini tidak mungkin. Untuk k 3, diperoleh σ (n) n = 1 + p p (α 1 1) 1 = bp α 1 1 bn =σ (n) n > n p 1 + n p + + n, p k Repository FMIPA 7
8 dengan menggunakan ketidaksamaan rata-rata aritmatika-geometri maka diperoleh ( n bn = p 1 ) n 1 n k p p k ( kp α 1 k 1 p α k p α k k k ) n. dengan α i k α i 3 untuk 1 i k, diperoleh b kp a 1 k 1 p a k p a k k k Oleh karena itu n adalah terbatas. Untuk k =, dari persamaan (3) maka k k i=1 p a i 3 i 3n 1 3. (3) b p α p α 1, (4) diperoleh bahwa α i (1 i ) adalah terbatas. Jika α > 1, maka dapat simpulkan dari persamaan (4) bahwa p adalah terbatas, sehingga n adalah terbatas. Jika α = 1 dan α 1 > 1, maka p 1 adalah terbatas dari persamaan (4), tetapi σ (n) n = bn, (1 + p 1 + p p α 1 1 )(1 + p ) p α 1p 1 = bp α 1 1 p, (1 + p 1 + p p α 1 1 )p bp α 1 1 p + (1 + p 1 + p p α 1 1 ) = 0. (5) Dengan mengikuti persamaan (5) bahwa p adalah terbatas oleh karena itu p 1 juga terbatas. Jika α 1 = α = 1, maka dari σ (n) n = bn diperoleh 1 + p + p = 1p 1 p. (6) Untuk b 3, dari Lema (8) diperoleh bahwa persamaan (6) memiliki solusi bukan bilangan bulat. Dari persamaan (3), persamaan (4) dan persamaan (6), dapat disimpulkan bahwa persamaan () tidak memiliki solusi untuk b = 1,. Teorema 14 Untuk b = 3 semua solusi dari persamaan () adalah n = F k 1 F k+1 (k 1), dengan F k 1 dan F k+1 adalah bilangan prima Fibonacci. Bukti. Misalkan n = p α 1 1 p α p α k k adalah merupakan faktorisasi prima dari n, dengan p 1 < p < < p k, α i 1, dan k 1. Akan dibuktikan jika n adalah F -bilangan sempurna, maka k = dan α 1 = α = 1. Jika k = 1 maka α (n) n = 1 + p 1 + p p (α 1 1) 1 = 3p α 1 1, hal ini tidak mungkin. Jika k 3 maka dari persamaan (3) diperoleh n = 1, hal ini tidak mungkin. Repository FMIPA 8
9 Sehingga k =. Kemudian akan ditunjukkan bahwa α 1 = α = 1. Misalkan α 1 + α 3 akan diperoleh α 1 α 1 + α 1 α α 1 (α 1 + α ) dan α α + α 1 α α (α 1 +α ), dan dengan menggunakan ketidaksamaan rata-rata aritmatika-geometri, diperoleh 3n = σ (n) n > (1 + p 1 + p p (α 1 1) 1 )p α + (1 + p + p p (α 1) )p α 1 1 > (α 1 + α )(p α p 1p α p (α 1 1) 1 p α p 1 1 p p α 1 1 p (α 1) p α 1 = 3n 1 α 1 ) 1 +α Dimana ini tidak mungkin, sehingga k =,α 1 = α = 1 dan σ (n) n = 3n, maka diperoleh 1 + p 1 + p = 3p 1 p 1. Definisi 15 Jika bilangan bulat positif n memenuhi σ (n) n = 3n, (7) maka n disebut F -bilangan sempurna. Selanjutnya akan dipaparkan generalisasi bilangan sempurna secara lebih luas lagi σ a (n) n a = d a = bn, (8) dengan bilangan bulat a 3 dan b 1. d n,d<n Teorema 16 Untuk setiap bilangan bulat positif a 3 dan b 1, persamaan (8) memiliki solusi terbatas. Bukti. Misalkan n = p α 1 1 p α p α k k adalah merupakan faktorisasi prima dari n, dengan p 1 < p < < p k, α i 1, dan k 1. Ini jelas bahwa k 1. Untuk k, mengikuti pembuktian Teorema (13), b kp (a 1)α 1 α k 1 p (a 1)α a k p (a 1)α k a k k Untuk α 3, n adalah terbatas. k k i=1 p α i i n 1. Akibat 17 Untuk setiap bilangan bulat positif di berikan a, ada tak hingga bilangan bulat positif b sedemikian hingga persamaan (8) memiliki solusi bilangan bulat. Bukti. Melalui Teorema (13), Teorema (14), Teorema (15) dan Lema (9) diperoleh bahwa persamaan (8) memiliki solusi bilangan bulat untuk a dan ada tak hingga Repository FMIPA 9
10 bilangan bulat positif b dan pada Teorema (3.8) persamaan (8) hanya memiliki solusi satu bilangan bulat yang genap untuk a =, b = 3. Teorema 18 Jika n = pq, dengan p < q adalah bilangan prima dan n σ 3 (n) maka n = 6, jika n = α p (α 1), dengan p adalah bilangan prima yang ganjil dan n σ 3 (n) maka n adalah bilangan sempurna yang genap kecuali 8. Bukti. Untuk n = pq(p < q), maka σ 3 (n) = 1 + p 3 + q 3 + p 3 q 3. Karena n σ 3 (n), sehingga pq 1 + p 3 + q 3. Untuk p q dan q p mengikuti dari x = (x + 1)(x x + 1) bahwa p q dan q p diperoleh dari lema (10), sistem { p q + 1 q p + 1 Hanya memiliki solusi (p, q) = (, 3). Dari lema (1), sistem { p q q + 1, q p p + 1. tidak memiliki solusi. Jika { p q + 1 q p p + 1 Maka pq(q +1) (p p+1) dan pq p p+q +1, sehingga terdapat k N sedemikian hingga p p + q + 1 = kpq, diperoleh q = p p + 1 kp 1. (9) untuk k = 1, maka diperoleh q = p p+1 = p + 1, sehingga (p, q) = (, 3). p 1 p 1 untuk k, maka dari Lema (11), persamaan (9) tidak memiliki solusi. Dengan cara yang sama, dapat diperoleh bahwa sistem { q p + 1 p q q + 1 tidak memiliki solusi. Selanjutnya akan dibuktikan bahwa jika n adalah bilangan sempurna yang genap kecuali 8, maka n σ 3 (n). Untuk n adalah bilangan sempurna yang genap, diperoleh n = p 1 ( p 1), dengan p dan p 1 adalah prima. Jelas bahwa 6 σ 3 (6) dan 8 σ 3 (8). Misalkan n = p 1 ( p 1), dengan p 5 dan p 1 adalah prima. Jika 3p 1 = ( p 1)( p + p +1) dan 3p 1 = 7( (p 1) ), sehingga 7 p + p + 1 dan σ 3 (n) = σ 3 ( p 1 ( p 1)) = n p + p + 1 (( p 1) ( p 1) + 1), 7 Repository FMIPA 10
11 diperoleh bahwa untuk n adalah bilangan sempurna genap kecuali 8, maka n σ 3 (n). Lalu akan dibuktikan bahwa jika n = α 1 p, dengan p adalah bilangan prima ganjil, α dan n σ 3 (n), maka α adalah bilangan prima dan p = α 1. σ 3 (n) = σ 3 ( p 1 p) = σ 3 ( p 1 )σ 3 (p) 0 ( mod α 1 p), karena 1+p 0 ( mod α 1 ) dan ( (α 1) ) 0 ( mod p), dengan k 1, k N sehingga p = k 1 α 1 1 dan ( (α 1) ) = 3α 1 = k 7 p, maka diperoleh 3α 1 = ( α 1 )( α + α + 1) = k 3 (k 1 α 1 1) (10) dengan k 3 = 7k. Jika k 1 = 1 maka diperoleh p = α 1 1, dengan mengikuti persamaan (10) maka α 1 0( mod α 1 1) atau α + α + 1 0( mod α 1 1). Untuk α 1 0( mod α 1 1) maka 1 = α 1 ( α 1 1) 0( mod α 1 1), hal ini tidak mungkin. Untuk α + α ( mod α 1 1) diperoleh 0 α + α + 1 = ( α 1 1)( α 1 + 6) ( mod α 1 1), sehingga α = 4. lalu n = α 1 p = 3 ( 3 1) = 56 dan n σ 3 (n), hal ini tidak mungkin. Jika k 1 3, maka dari persamaan (10) diperoleh dengan k 4 N sehingga sehingga dengan k 5 N sedemikian sehingga α + α ( mod k 1 α 1 1). α + α + 1 = k 4 (k 1 α 1 1). (11) 1 k 4 ( mod α 1 ), k 4 = k 5 α 1 1. (1) Dengan mensubtitusikan persamaan (1) pada persamaan (11) akan diperoleh α + α + 1 = (k 5 α 1 1)(k 1 α 1 1), maka α 1 = + k 1 + k 5 k 1 k 5 4, Repository FMIPA 11
12 atau (k 1 1)(k 5 1) + k 1 k 5 11, (13) sehingga diperoleh bahwa k 5 = 1 atau dengan k 1 3. Untuk k 5 = 1, dari persamaan (13), k 1 11 sehingga , dengan α 1 = +k 1 +k 5 = k 1+3 maka k k 1 k 5 4 k = 5,α = 4 dan bilangan prima p = k 1 α 1 1 = 39, hal ini tidak mungkin. Untuk k 5 =, dari persamaan (13), diperoleh k 1 4, sehingga k 1 = 3 atau 4 dengan α 1 = +k 1+k 5 = k 1+4, maka k k 1 k 5 4 k = 4 dan α =,n = α 1 p = α 1 (k 1 α 1 1) = 14 dan n σ 3 (n), hal ini tidak mungkin. Sehingga diperoleh k 1 =, yang mana bilangan prima p = k 1 α 1 1 = α 1 dan α adalah bilangan prima. 4. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan untuk setiap bilangan bulat positif b 3 persamaan σ (n) n = d n,d<n d = bn memiliki solusi terbatas dan tidak memiliki solusi untuk b = 1, dan untuk b = 3 solusinya adalah n = F k 1 F k+1 (k 1), dengan F k 1 dan F k+1 adalah bilangan prima Fibonacci. Untuk d n,d<n da = bn setiap bilangan bulat positif a ada tak hingga bilangan bulat positif b sehingga persamaan tersebut memiliki solusi bilangan bulat. Jika n = pq dengan p < q adalah bilangan prima dan n σ 3 (n), maka n = 6, jika n = α p (α 1), p adalah bilangan prima yang ganjil dan n σ 3 (n), maka n adalah bilangan sempurna yang genap kecuali untuk 8. DAFTAR PUSTAKA [1] Dickson, L.E History of the Theory of Number. Chelsea Publishing Company. New York. [] Gessel, I Fibonacci is a square, Fibonacci Quart. Journal of Number Theory, 11: [3] Guy, R.K Unsolved Problem in Number Theory, 3 rd Ed. Springer, New York. [4] Zhang & C. Tianxin Perfect Numbers and Fibonacci Prime. Journal of Number Theory, 11: [5] Thomas, K Elementary Number Theory and Its Applications, nd Ed. Academic Press. New York. [6] Rosen, K.H Elementary Number Theory and Its Applications, 5 th Ed. Addison-Wesley Publishing Company. USA. [7] Weisstein, E.W Cassini s Identity. From Math World-A Wolfram Web Resource: Diakses pada 1 Desember 014, pk. 10. Repository FMIPA 1
13 [8] Kaplan, P. & K.S Williams, 006. Pell s Equations x my = 1, 4 and Continued Fraction. Journal of Number Theory, 3: [9] Luca, F. & J. Ferdinands, 006. Sometimes n Divides σ a (n). Amer. Math Monthly, 113: Repository FMIPA 13
SOLUSI BILANGAN BULAT SUATU PERSAMAAN DIOPHANTINE MELALUI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS ABSTRACT
SOLUSI BILANGAN BULAT SUATU PERSAMAAN DIOPHANTINE MELALUI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS Bona Martua Siburian 1, Mashadi, Sri Gemawati 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika
Lebih terperinciFORMULA SELISIH DAN PENJUMLAHAN BARISAN BILANGAN k-fibonacci. Rini Adha Apriani ABSTRACT
FORMULA SELISIH DAN PENJUMLAHAN BARISAN BILANGAN k-fibonacci Rini Adha Apriani Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus
Lebih terperinciKEKONVERGENAN DERET RECIPROCALS PRIMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BILANGAN FERMAT ABSTRACT
KEKONVERGENAN DERET RECIPROCALS PRIMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BILANGAN FERMAT Apriadi, Sri Gemawati 2, Musraini 2 Mahasiswa Program Studi S Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciPENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 4 Hal. 27 33 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN RATI MAYANG SARI Program Studi Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinciYurnalis 1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia.
SIFAT MULTIPLICATIVE PADA HIIMPUNAN SISA Yurnalis 1 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia
Lebih terperinciBAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima
BAB II KETERBAGIAN 2.1 Pendahuluan Pada pertemuan minggu ke-3, dan 4 ini dibahas konsep keterbagian, algoritma pembagian dan bilangan prima pada bilangan bulat. Relasi keterbagian pada himpunan semua bilangan
Lebih terperinciFUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Sangadji *
FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER Sangadji * ABSTRAK FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Dalam makalah ini dibahas fungsi-fungsi
Lebih terperinciAPOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2, Nomor 2 Juli 2016 p ISSN BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE
APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2 Nomor 2 Juli 2016 p 63-75 ISSN 2407-8840 BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE Moh Affaf Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI BANGKALAN
Lebih terperinciMENGHITUNG BANYAKNYA BILANGAN PRIMA YANG LEBIH KECIL DARI ATAU SAMA DENGAN SUATU BILANGAN BULAT n ABSTRACT
MENGHITUNG BANYAKNYA BILANGAN PRIMA YANG LEBIH KECIL DARI ATAU SAMA DENGAN SUATU BILANGAN BULAT n Polorida 1, Asli Sirait, Musraini M. 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas
Lebih terperinciSOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTINE DENGAN IDENTITAS BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS. Ayu Puspitasari 1, YD Sumanto 2, Widowati 3
SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTINE DENGAN IDENTITAS BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS Ayu Puspitasari 1, YD Sumanto 2, Widowati 3 1 Program Studi S1 Matematika, Departemen Matematika FSM Universitas Diponegoro
Lebih terperinciPEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL BILANGAN
PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 200 MODUL BILANGAN DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP
Lebih terperinciJurnal Apotema Vol.2 No. 2 62
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 62 Sudjana. 2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugianto, D. 2014). Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Sta Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran
Lebih terperinciPERSAMAAN DIOPHANTINE KUADRATIK QUADRATIC DIOPHANTINE EQUATION. Orgenes Tonga
PERSAMAAN DIOPHANTINE KUADRATIK x 2 (t 2 + t)y 2 (6t + 4)x + (6t 2 + 6t)y = 0 (t ) QUADRATIC DIOPHANTINE EQUATION x (t + t)y (6t + 4)x + (6t + 6t)y = 0 (t ) Orgenes Tonga Pascasarjana Matematika, Universitas
Lebih terperinciALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK
ALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK Welly Desriyati 1, Mashadi 2, Sri Gemawati 3 1 Mahasiswa Program Studi Magister Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau wellydesriyati@gmail.com
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas
II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan prima, bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas (square free), keterbagian,
Lebih terperinciBeberapa Karakteristik Fungsi Mobius
Vol. 10, No. 1, 1-5, Juli 2013 Beberapa Karakteristik Fungsi Mobius Nur Erawaty 1 Abstrak Fungsi Mobius adalah fungsi unik yang terdapat dalam teori bilangan dan transformasi Mobius dalam bidang Geometri.
Lebih terperinciBY : DRS. ABD. SALAM, MM
BY : DRS. ABD. SALAM, MM Page 1 of 26 KOMPETENSI DASAR Pola Barisan dan Deret Bilangan a. Tujuan Setelah mempelajari uraian kompetensi dasar ini, anda dapat: Menunjukkan pola bilangan dari suatu barisan
Lebih terperinciKARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3
Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 2 Hal. 71 77 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3 FAIZAH, NARWEN Program Studi Matematika, Fakultas
Lebih terperinci1 SISTEM BILANGAN REAL
Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Bilangan Totient sempurna (Perpect Totient Number atau PTN) adalah suatu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fungsi Euler Definisi 4.1 Bilangan Totient sempurna (Perpect Totient Number atau PTN) adalah suatu bilangan bulat yang sama dengan jumlah dari iterasi Totientnya. yaitu jika
Lebih terperinci1 SISTEM BILANGAN REAL
1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita
Lebih terperinciII. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)
II. SISTEM BILANGAN RIIL Handout Analisis Riil I (PAM 351) Sifat Aljabar (Aksioma Lapangan) dari Bilangan Riil Bagian ini akan membicarakan struktur aljabar bilangan riil dengan terlebih dahulu memberikan
Lebih terperinciProsiding ISSN:
KARAKTERISASI IDEAL MAKSIMAL FUZZY NEAR-RING Saman Abdurrahman Program Studi Matematika FMIPA Unlam Jl. A. Yani KM 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan, samunlam@gmail.com ABSTRAK Dalam tulisan ini dibahas
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A
Fakultas : FMIPA Program Studi : Pendidikan Matematika Mata Kuliah/Kode : Teori Bilangan MAT 212 Jumlah SKS : Teori= 2 sks; Praktek= - Semester : Genap Mata Kuliah Prasyarat/kode : Logika dan Himpunan,
Lebih terperinciPengantar Teori Bilangan. Kuliah 4
Pengantar Teori Bilangan Kuliah 4 Materi Kuliah Bilangan Prima dan Distribusinya Teorema Fundamental Aritmatika Saringan Eratosthenes 22/2/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Bilangan Prima dan Komposit
Lebih terperinciR. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY
R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Induksi Matematika Induksi matematika adalah : Salah satu metode pembuktian untuk proposisi perihal bilangan bulat Induksi matematika merupakan teknik
Lebih terperinciPARTISI BILANGAN p(5n + 4), p(7n + 5) DAN p(11n + 6) SECARA BERTURUT-TURUT KONGRUEN MODULO 5, 7 DAN 11 ABSTRACT
PARTISI BILANGAN p(5n + 4), p(7n + 5) DAN p(11n + 6) SECARA BERTURUT-TURUT KONGRUEN MODULO 5, 7 DAN 11 Abdul Akhyar 1, Syamsudhuha 2, Sri Gemawati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciTeori Bilangan (Number Theory)
Bahan Kuliah ke-3 IF5054 Kriptografi Teori Bilangan (Number Theory) Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 3. Teori Bilangan Teori bilangan
Lebih terperinciDisajikan pada Pelatihan TOT untuk guru-guru SMA di Kabupaten Bantul
Disajikan pada Pelatihan TOT untuk guru-guru SMA di Kabupaten Bantul Training of Trainer (TOT) Olimpiade Matematika Tingkat Sekolah Menengah Atas Untuk Guru-guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bantul
Lebih terperinciBilangan Prima dan Teorema Fundamental Aritmatika
Pembaharuan Terakhir: 28 Maret 2017 Pengantar Teori Bilangan (Bagian 5): Bilangan Prima dan Teorema Fundamental Aritmatika M. Zaki Riyanto Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan
Lebih terperinciBAB I INDUKSI MATEMATIKA
BAB I INDUKSI MATEMATIKA 1.1 Induksi Matematika Induksi matematika adalah suatu metode yang digunakan untuk memeriksa validasi suatu pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli. Dalam pembahasan
Lebih terperinciA. UNSUR - UNSUR ALJABAR
PENGERTIAN ALJABAR Bentuk ALJABAR adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat hurufhuruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui. Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi
5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi penjumlahan dua bilangan kuadrat sempurna. Seperti, teori keterbagian bilangan bulat, bilangan prima, kongruensi
Lebih terperinciBAB V BILANGAN BULAT
BAB V BILANGAN BULAT PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibicarakan sistem bilangan bulat, yang akan dimulai dengan memperluas sistem bilangan cacah dengan menggunakan sifat-sifat baru tanpa menghilangkan
Lebih terperinciTEORI BILANGAN (3 SKS)
BAHAN AJAR: TEORI BILANGAN (3 SKS) O l e h Drs. La Misu, M.Pd. (Dipakai dalam Lingkungan Sendiri) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
Lebih terperinciBAB 4. TEOREMA FERMAT DAN WILSON
BAB 4. TEOREMA FERMAT DAN WILSON 1 Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah, Ponorogo June 11, 2012 Metoda Faktorisasi Fermat (1643) Biasanya pemfaktoran n melalui tester, yaitu faktor
Lebih terperinciBATAS ATAS RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF DENGAN KONEKTIVITAS 3
Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 4 Hal. 4 3 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BATAS ATAS RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF DENGAN KONEKTIVITAS 3 PRIMA RESA PUTRI Program Studi Magister
Lebih terperinciBAB I NOTASI, KONJEKTUR, DAN PRINSIP
BAB I NOTASI, KONJEKTUR, DAN PRINSIP Kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari bab ini adalah sebagai berikut. (1) Dapat memberikan sepuluh contoh notasi dalam teori bilangan dan menjelaskan masing-masing
Lebih terperinciIDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL
Vol 11, No 1, 71-76, Juli 2014 IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL Qharnida Khariani, Amir Kamal Amir dan Nur Erawaty Abstrak Teori gelanggang merupakan salah satu bagian di matematika
Lebih terperinciINDUKSI MATEMATIS Drs. C. Jacob, M.Pd Pengantar Apakah suatu formula untuk jumlah dari n bilangan bulat positif ganjil
INDUKSI MATEMATIS Drs. C. Jacob, M.Pd Email: cjacob@upi.edu 3. Pengantar Apakah suatu formula untuk jumlah dari n bilangan bulat positif ganjil pertama? Jumlah dari n bilangan bulat ganjil positif pertama
Lebih terperinciFORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT
FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU Syofia Deswita 1, Syamsudhuha 2, Agusni 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciRizkun As Syirazi, Thresye, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat
ISSN: 978-44 Vol. No. (Juni 07) Hal. 30-37 SIFAT-SIFAT FUNGSI PHI EULER DAN BATAS PRAPETA FUNGSI PHI EULER Rizkun As Syirazi, Thresye, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung
Lebih terperinciSOLUSI REFLEKSIF DAN ANTI-REFLEKSIF DARI PERSAMAAN MATRIKS AX = B
SOLUSI REFLEKSIF DAN ANTI-REFLEKSIF DARI PERSAMAAN MATRIKS AX = B Arrohman 1, Sri Gemawati 2, Asli Sirait 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF AMALGAMASI BINTANG
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 1 Hal. 6 13 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF AMALGAMASI BINTANG FADHILAH SYAMSI Program Studi Matematika, Pascasarjana
Lebih terperinciBAB III. PECAHAN KONTINU dan PIANO. A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional
BAB III PECAHAN KONTINU dan PIANO A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional Sekarang akan dibahas tentang pecahan kontinu tak hingga yang diawali dengan barisan tak hingga bilangan bulat mendefinisikan
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT
PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI Febrian Lisnan, Asmara Karma 2 Mahasiswa Program Studi S Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinciMETODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI
METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI Yuni Yulida Program Studi Matematika FMIPA Unlam Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km. 36
Lebih terperinciMETODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT
METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR Birmansyah 1, Khozin Mu tamar 2, M. Natsir 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika
Lebih terperinciBILANGAN RADO 2-WARNA UNTUK m 1
Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 68 77 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN RADO 2-WARNA UNTUK m 1 i=1 a ix i = x m DWIPRIMA ELVANNY MYORI Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Teorema 1. Tidak ada bilangan asli N yang lebih besar dari semua bilangan bulat lainnya.
PEMAHAAN 1. Pengertian Kontradiksi Kontradiksi adalah dua pernyataan yang bernilai salah untuk setiap nilai kebenaran dari setiap komponen-komponennya. 2. Pembuktian dengan Kontradiksi Kontradiksi merupakan
Lebih terperinci1 SISTEM BILANGAN REAL
Pertemuan Standar kompetensi: mahasiswa memahami cara membangun sistem bilangan real, aturan dan sifat-sifat dasarnya. Kompetensi dasar Memahami aksioma atau sifat aljabar bilangan real Memahami fakta-fakta
Lebih terperinciPengantar Teori Bilangan
Pengantar Teori Bilangan Kuliah 2 2/2/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 1 Materi Kuliah 2 Teori Pembagian dalam Bilangan Bulat Algoritma Pembagian Pembagi Persekutuan Terbesar 2/2/2014 2 Algoritma Pembagian
Lebih terperinciNama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS
Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS Program Studi : Pendidikan Matematika Semester : IV (Empat) Oleh : Nego Linuhung, M.Pd Aritmetika Modulo Misalkan a adalah bilangan
Lebih terperinciPiramida Besar Khufu
Sumber: Mesir Kuno Piramida Besar Khufu Peradaban bangsa Mesir telah menghasilkan satu peninggalan bersejarah yang diakui dunia sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, yaitu piramida. Konstruksi
Lebih terperinciMENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT
MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/(x DAN h(x/(x Yuliana Saitri 1, Sri Gemawati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan diberikan istilah-istilah, definisi-definisi dan identitas-identitas
II. LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan diberikan istilah-istilah, definisi-definisi dan identitas-identitas dari Bilangan Fibonacci, Bilangan Lucas dan Bilangan Gibonaccci. 2.1 Bilangan Fibonacci dan Beberapa
Lebih terperinciKONSTRUKSI SISTEM BILANGAN REAL (SUATU PENDEKATAN AKSIOMATIK) C. JACOB
KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN REAL (SUATU PENDEKATAN AKSIOMATIK) C. JACOB Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Jl. DR. Setiabudhi 9, Bandung 4154 Email: cjacob@ upi.edu ABSTRAK Suatu sistem aljabar terbentuk,
Lebih terperinciBAGIAN PERTAMA. Bilangan Real, Barisan, Deret
BAGIAN PERTAMA Bilangan Real, Barisan, Deret 2 Hendra Gunawan Pengantar Analisis Real 3 0. BILANGAN REAL 0. Bilangan Real sebagai Bentuk Desimal Dalam buku ini pembaca diasumsikan telah mengenal dengan
Lebih terperinciMETODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA
Buletin Ilmiah Mat Stat dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No 1 (2015), hal 85 94 METODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA Sari Puspita, Evi Noviani, Bayu Prihandono INTISARI Bilangan prima
Lebih terperinciBILANGAN-BILANGAN YANG MENAKUTKAN
BILANGAN-BILANGAN YANG MENAKUTKAN Sumardyono, M.Pd. Teori bilangan merupakan salah satu cabang matematika yang paling mengasyikkan. Mengapa tidak? Kebanyakan teka-teki atau permainan banyak terkait dengan
Lebih terperinciANALISIS KONVERGENSI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN BARU UNTUK PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA NONLINEAR JENIS KEDUA. Rini Christine Prastika Sitompul 1
ANALISIS KONVERGENSI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN BARU UNTUK PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA NONLINEAR JENIS KEDUA Rini Christine Prastika Sitompul 1 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika
Lebih terperinciPemfaktoran prima (2)
FPB dan KPK Konsep Habis Dibagi Definisi: Jika a suatu bilangan asli dan b suatu bilangan bulat, maka a membagi habis b (dinyatakan dengan a b) jika dan hanya jika ada sebuah bilangan bulat c demikian
Lebih terperinciContoh-contoh soal induksi matematika
Contoh-contoh soal induksi matematika Buktikan bahwa 2 n > n + 20 untuk setiap bilangan bulat n 5. (i) Basis induksi : Untuk n = 5, kita peroleh 2 5 > 5 + 20 adalah suatu pernyataan yang benar. (ii) Langkah
Lebih terperinciMATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi
MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi Skema Himpunan Kompleks Real Rasional Bulat Cacah Asli Genap Ganjil Prima Komposit Nol Bulat Negatif Pecahan Irasional Imajiner Pengertian
Lebih terperinciDaerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean
Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean Oleh Ratwa Suriadikirta Irawati A B S T R A C T Daerah Euclid (DE) merupakan daerah ideal utama (DIU), daerah ideal utama merupakan daerah faktorisasi tunggal
Lebih terperinciFAKTORISASI POLINOMIAL ALJABAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE EUCLIDEAN DAN FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR
FAKTORISASI POLINOMIAL ALJABAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE EUCLIDEAN DAN FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR Rora Oktafia 1*, Sri Gemawati 2, Endang Lily 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika
Lebih terperinciANALISIS PERMAINAN EMPAT BILANGAN
Jurnal UJMC, Volume 2, Nomor 1, Hal. 22-27 pissn : 2460-3333 eissn : 2579-907X ANALISIS PERMAINAN EMPAT BILANGAN Melisa 1 Universitas Islam Darul Ulum Lamongan, melisa.mathugm@yahoo.com Abstract. The four-number
Lebih terperinciSISTEM BILANGAN REAL
DAFTAR ISI 1 SISTEM BILANGAN REAL 1 1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real..................... 1 1.2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6 1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real............
Lebih terperinciORDER UNSUR DARI GRUP S 4
Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 142 147 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ORDER UNSUR DARI GRUP S 4 FEBYOLA, YANITA, MONIKA RIANTI HELMI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciIDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL PRIME IDEAL AND MAXIMAL IDEAL IN A POLYNOMIAL RING
IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL Qharnida Khariani, Amir Kamal Amir dan Nur Erawati Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin (UNHAS)
Lebih terperinciSOLUSI NUMERIK UNTUK PERSAMAAN INTEGRAL KUADRAT NONLINEAR. Eka Parmila Sari 1, Agusni 2 ABSTRACT
SOLUSI NUMERIK UNTUK PERSAMAAN INTEGRAL KUADRAT NONLINEAR Eka Parmila Sari 1, Agusni 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinciPembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Nasional Tutur Widodo
Tutur Widodo OSN Matematika SMA 01 Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 01 Seleksi Tingkat Nasional Tutur Widodo 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 6 dengan beberapa ruas garis, seperti pada
Lebih terperinciINF-104 Matematika Diskrit
Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah February 13, 2012 Apakah Matematika Diskrit Itu? Matematika diskrit: cabang matematika yang mengkaji objek-objek diskrit. Apa yang dimaksud dengan kata diskrit (discrete)?
Lebih terperinciBILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP
Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 90 96 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP AFIFAH DWI PUTRI, NARWEN Program Studi Matematika,
Lebih terperinciMateri Pembinaan Olimpiade SMA I MAGELANG TEORI BILANGAN
Materi Pembinaan Olimpiade SMA I MAGELANG TEORI BILANGAN Oleh. Nikenasih B 1.1 SIFAT HABIS DIBAGI PADA BILANGAN BULAT Untuk dapat memahami sifat habis dibagi pada bilangan bulat, sebelumnya perhatikan
Lebih terperinciPERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL
PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL Siswanto Jurusan Matematika FMIPA UNS sis.mipauns@yahoo.co.id Abstrak Misalkan R himpunan bilangan real. Aljabar Max-Plus adalah himpunan
Lebih terperinciBAB VI BILANGAN REAL
BAB VI BILANGAN REAL PENDAHULUAN Perluasan dari bilangan cacah ke bilangan bulat telah dibicarakan. Dalam himpunan bilangan bulat, pembagian tidak selalu mempunyai penyelesaian, misalkan 3 : 11. Timbul
Lebih terperinciMARKING SCHEME INAMO 2010 HARI 2
MARKING SCHEME INAMO 010 HARI Soal 5 [Problem C7 (Hendrata Dharmawan) - 4 suara] Sebanyak m orang anak laki-laki dan n orang anak perempuan (m > n) duduk mengelilingi meja bundar diawasi oleh seorang guru,
Lebih terperinciKONSTRUKSI BARU UNTUK TRIPEL PYTHAGORAS. Moh. Affaf Prodi Matematika STKIP PGRI Bangkalan
KONSTRUKSI BARU UNTUK TRIPEL PYTHAGORAS Moh. Affaf Prodi Matematika STKIP PGRI Bangkalan affafs.theorem@yahoo.com ABSTRAK. Bertahun-tahun yang lalu, telah diketahui bahwa Tripel Pythagoras dapat dikonstruksi
Lebih terperinciTEORI BILANGAN. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0.
TEORI BILANGAN Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0. Sifat Pembagian pada Bilangan Bulat Misalkan a dan b adalah dua buah bilangan
Lebih terperinciSYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP MATRIKS CLEAN PADA M 2 (Z) ABSTRACT
SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP MATRIKS CLEAN PADA M 2 (Z) Miftakhul Rohmah 1, Sri Gemawati 2, Asli Sirait 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciPengantar Teori Bilangan. Kuliah 10
Pengantar Teori Bilangan Kuliah 10 Materi Kuliah Chinese Remainder Theorem (Teorema Sisa Cina) 2/5/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Pengantar Chinese Remainder Theorem (Teorema sisa Cina) adalah hasil
Lebih terperinciBab. Bilangan Riil. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D.
Bab I Sumber: upload.wikimedia.org Bilangan Riil Anda telah mempelajari konsep bilangan bulat di Kelas VII. Pada bab ini akan dibahas konsep bilangan riil yang merupakan pengembangan dari bilangan bulat.
Lebih terperinciMA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun
MA3231 Pengantar Analisis Real Semester II, Tahun 2016-2017 Hendra Gunawan, Ph.D. Tentang Mata Kuliah MA3231 Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi S1 Matematika, dengan
Lebih terperinciPembahasan Soal-Soal Latihan 1.1
Pembahasan Soal-Soal Latihan. Oleh : Fendi Alfi Fauzi Anda pasti masih ingat bagaimana memanipulasi bilangan, tetapi tidak ada salahnya untuk mengulang kembali sejenak. Dalam Soal-soal 0, sederhanakanlah
Lebih terperinci1 SISTEM BILANGAN REAL
Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran bertempat di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2011-2012 bertempat di Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinci2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika
Bilangan prima telah dikenal sejak sekolah dasar, yaitu bilangan yang tidak mempunyai faktor selain dari 1 dan dirinya sendiri. Bilangan prima memegang peranan penting karena pada dasarnya konsep apapun
Lebih terperinciMA5032 ANALISIS REAL
(Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 16, 2011 Pada bab ini anda diasumsikan telah mengenal dengan cukup baik bilangan asli, bilangan bulat, dan bilangan
Lebih terperinciHimpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal
Vol. 9, No.1, 49-56, Juli 2012 Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Nur Erawaty 1, Andi Kresna Jaya 1, Nirwana 1 Abstrak Misalkan D adalah daerah integral. Unsur tak nol yang bukan unit
Lebih terperinciB I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)
1 B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN Bilangan Kompleks Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) Bilangan Rasional Bilangan Irrasional Bilangan Pecahan Bilangan Bulat Bilangan Bulat
Lebih terperinciFAKTORISASI SUKU ALJABAR
1 FAKTORISASI SUKU ALJABAR Pernahkah kalian berbelanja di supermarket? Sebelum berbelanja, kalian pasti memperkirakan barang apa saja yang akan dibeli dan berapa jumlah uang yang harus dibayar. Kalian
Lebih terperinciIV. MATRIKS PEMADANAN MAKSIMAL
{(1,),(2,4),(,1),(4,2)} yang berarti pada periode ke dua yaitu baris ke tiga pada kolom pertama, agen 1 dipasangkan dengan agen. Lalu pada kolom dua agen 2 dipasangkan dengan agen 4, pada kolom berikutnya
Lebih terperinciBILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF RODA DAN GRAF KUBIK
Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal. 72 79 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF RODA DAN GRAF KUBIK WITRI YULIANI Program Studi Magister
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Yogyakarta, November Penulis
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas anugrah yang diberikan sehingga penulisan Buku Diktat yang dilengkapi dengan Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) dan
Lebih terperinciVARIAN METODE HALLEY BEBAS TURUNAN KEDUA DENGAN ORDE KEKONVERGENAN ENAM. Siti Mariana 1 ABSTRACT ABSTRAK
VARIAN METODE HALLEY BEBAS TURUNAN KEDUA DENGAN ORDE KEKONVERGENAN ENAM Siti Mariana 1 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciPENENTUAN RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA HASIL OPERASI CARTESIAN PRODUCT TERHADAP GRAF LINGKARAN DAN GRAF BIPARTIT LENGKAP DENGAN GRAF LINTASAN
Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 148 152 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA HASIL OPERASI CARTESIAN PRODUCT TERHADAP GRAF LINGKARAN DAN
Lebih terperinciSOLUSI PERIODIK TUNGGAL SUATU PERSAMAAN RAYLEIGH. Jurusan Matematika FMIPA UT ABSTRAK
SOLUSI PERIODIK TUNGGAL SUATU PERSAMAAN RAYLEIGH Sugimin Jurusan Matematika FMIPA UT ugi@mail.ut.ac.id ABSTRAK Suatu persamaan vektor berbentuk x & = f (x dengan variabel bebas t yang tidak dinyatakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses penelitian untuk penyelesaian persamaan Diophantine dengan relasi kongruensi modulo m mengenai aljabar dan
Lebih terperinciBILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF C n K m, DENGAN n 3 DAN m 1
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 1 Hal. 37 41 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF C n K m, DENGAN n 3 DAN m 1 MERY ANGGRAINI, NARWEN Program Studi Matematika,
Lebih terperinci