KONSTRUKSI BARU UNTUK TRIPEL PYTHAGORAS. Moh. Affaf Prodi Matematika STKIP PGRI Bangkalan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSTRUKSI BARU UNTUK TRIPEL PYTHAGORAS. Moh. Affaf Prodi Matematika STKIP PGRI Bangkalan"

Transkripsi

1 KONSTRUKSI BARU UNTUK TRIPEL PYTHAGORAS Moh. Affaf Prodi Matematika STKIP PGRI Bangkalan ABSTRAK. Bertahun-tahun yang lalu, telah diketahui bahwa Tripel Pythagoras dapat dikonstruksi dengan konstruksi, yaitu. Namun, konstruksi ini masih memiliki sedikitnya dua kekurangan, yaitu konstruksi ini masih perlu memperhatikan urutan dari sisi-sisi tegakya konstruksi ini tidak bisa memproduksi semua tripel pythgoras yang ada. Dalam penelitian ini, akan dibahas tentang konstruksi baru untuk tripel pythagoras yang dapat memproduksi semua tripel pythagoras yang diinginkan konstruksi ini juga tidak memerlukan urutan dari sisi-sisi tegaknya. Keyword : Teorema Pythagoras, Tripel Pythagoras, konstruksi Tripel Pythagoras Pendahuluan Salah satu tokoh penting dalam Matematika, khusunya cabang geometri ilmuan asal Yunani, Pythagoras. Salah satu temuan penting Pythagoras yang masih diperbincangkan hingga saat ini oleh para ilmuwan matematika Teorema Pythagoras tentang hubungan sisi-sisi tegak segitiga siku-siku dengan hepotenusanya. Ketiga sisi segitiga tersebut selanjutnya disebut Triple Pythagoras dalam kasus ketiganya bilangan bulat. Salah satu bukti bahwa para pakar matematika masih tertarik dengan teorema ini sampai saat ini para pakar masih terus mencari memberikan bukti yang menawan untuk teorema pythagoras ini. Salah satu bahasan penting dalam teorema pythagoras Primitive Triple Pythagoras. Primitive tripel pythagoras ialah gagasan tentang triple pythagoras sedemikian hingga ketiga panjang sisi segitiga siku-siku tersebut faktor pembagi bersama terbesarya 1. Salah satu ciri yang diberikan oleh peneliti tentang primitif tripel pythagoras hepotenusanya harus merupakan jumlah kuadrat dari bilangan asli. Lebih jelasnya, primitif tripel pythagoras jika hanya jika terdapat bilangan bulat x y yang prima relatif berbeda paritas sehingga,,. Sampai saat ini, masih banyak penelitian tentang primitif tripel pythagoras, 44

2 Konstruksi Baru Untuk Tripel Pythagoras, Moh. Affaf terutama dalam hal ciri atau dasar untuk mempelajari pengkonstruksian karakteristiknya. salah satunya yang dilakukan Leyendekkers Shannon tripel pythagoras. Mempe- lajari kembali syarat-syarat yang harus pada tahun dipenuhi dalam pengkonstruksian Jika lebih diperhatikan lagi,. konstruksi primitif tripel pythagoras Pada tahap investigasi yang yang menyatakan dilakukan penyelidikan tentang primitif tripel pythagoras jika syarat pengkonstruksian yang hanya jika terdapat bilangan bulat x y yang prima relatif berlainan masih perlu ditinjau ulang berkenaan dengan tripel pythagoras yang dapat tanda sehingga,, dikonstruksinya. belum mencakup a. Mengkaji lebih lanjut sifat-sifat semua tripel pythagoras meskipun x y prima relatif atau berbeda paritas tidak dipenuhi. Hal struktural lain yang berguna bagi pengembangan generalisasi untuk konstruksi yang lebih baik. ini mudah dilihat dari nilai yang b. Merancang konstruksi yang selalu merupakan bilangan kuadrat nantinya bisa menutupi kekurangan sempurna. Sebagai contoh, tripel konstruksi. pythagoras bukan tripel Pada tahap pengembangan hal pythagoras dari konstruksi untuk sebarang yang akan dilakukan a. Menyusun hasil temuan di atas bilangan bulat x y. untuk mendapatkan konstruksi baru yang lebih baik. Metodelogi Penelitian Penelitian ini direncanakan dalam tiga tahapan yaitu tahap inisisasi, investigasi, pengembangan. Hal b. Menyusun langkah-langkah dalam pengonstruksian yang baru tersebut sehingga dapat dilihat secara jelas hasil konstruksinya. yang akan dilakukan pada tahap inisiasi c. Menggunakan konstruksi yang baru ini pengkajian literatur terutama untuk memproduksi ataupun menemukan tentang bukti konstruksi sebagai tripel pythagoras yang tak 45

3 Jurnal Pendidikan Volume 7, Nomor 1, Juni 2015, hlm dapat dihasilkan atau ditemukan oleh konstruksi. Pada bagian ini, akan dibahas tentang pembentukan konstruksi yang nantinya bisa dijadikan pemrbandingan dengan konstruksi baru yang akan dibentuk pada Hasil Pembahasan. Untuk mengawali bagian ini, akan perkenalkan tentang definisi Tripel Pythagoras. Diberikan bilangan asli,,. Maka dikatakan primitif tripel pythagoras jika hanya jika memenuhi dua kondisi berikut : Jika hanya memenuhi kondisi satu saja, kita sebut sebagai tripel pythgaoras. Contoh 3.1 primitif tripel pythagoras karena 1., 2.. Namun, bukan primitif tripel pythagoras, karena meskipun memenuhi kondisi pertama, namun tidak memenuhi kondisi kedua. Lebih jelasnya,. Selain itu, bukan primitif tripel pytha goras, karena meskipun memenuhi kondisi kedua, namun tidak memenuhi kondisi pertama. Lebih jelasnya, karena diketahui. Dari Definisi 3.1, untuk mengetahui tripel pythagoras primitif tripel pythagoras atau bukan, harus diperiksa apakah FPB dari ketiga bilangan tersebut 1 atau bukan. Dari sini, Lemma sebagai berikut memberikan informasi tentang dua bilangan dari primitif tripel pythagoras. Lemma 3.1 Jika primitif tripel pythagoras, maka Andaikan tetapi primitif tripel pythagoras. Misalkan adallah bilangan prim ynga membagi. Karena primitif tripel pythagoras, maka berlaku 46

4 Konstruksi Baru Untuk Tripel Pythagoras, Moh. Affaf Karena habis membagi habis membagi, maka akan habis membagi semua kombinasi linear dari. Karena salah satu kombinasi linear dari, maka habis membagi, yaitu habis membagi. Oleh karena itu habis membagi. Karena habis membagi, habis membagi, habis membagi, maka haruslah. Dilain pihak selalulebih besar daripada 1. Maka kontradiksi dengan primitif tripel pythagoras. Jadi haruslah. Lemma berikut menunnjukan bahwa dari primitif tripel pythagoras tepat satu diantaranya bilangan genap. Dalam hal dua bilangan asli tepat satu diantaranya genap, maka dua bilangan tersebut dikatakan berbeda paritas. Lemma 3.2 Jika primitif tripel pythagoras, maka berbeda paritas. Misalkan primitif tripel pythagoras. Jika a b semuanya genap, tentu saja hal ini tidak mungkin, karena kuadrat dari bilangan genap adslsh bilangan genap jumlah dari dua bilangan genap bilangan genap. Jadi akan dijumpai Sekarang. Andaikan a b keduanya ganjil. Karena kuadrat dari suatu bilangan asli hanya ada dua kemungkinan di modulo 4, yaitu, Oleh karena itu, jika x ganjil jika x genap, maka. Hal ini kontradiksi dengan teorema suatu bilangan asli hanya ada dua kemungkinan di modulo 4, yaitu, jika x ganjil jika x genap. Jadi haruslah salah satu dari a atau b genap. Dengan kata lain, a b harusla berbeda paritas. Berdasarkan Lemma 3.2 di atas, karena salah satu dari a b bilangan genap dengan primitif tripel pythagotras, mka untuk penulisan selanjutnya, bilangan yang genap diletakkan pada entri yang kedua. Sebagai contoh, untuk primitif 47

5 Jurnal Pendidikan Volume 7, Nomor 1, Juni 2015, hlm tripel pythagoras dituliskan sebagai. Penulisan ini semakin didukung oleh Akibat 3.1 berikut yang merupakan akibat dari Lemma 3.2, karena juga akan bernilai ganjil. Akibat 3.1 Misalkan tripel primitif pythagoras, maka pasti ganjil. Karena genap tripel primitif pythagoras, maka ganjil menurut Lemma 3.2. Selanjutnya, karena kuadrat dari bilangan ganjil bilangan ganjil kuadrat dari bilangan genap bilangan genap, maka bilangan ganjil bilangan genap, Selanjutnya, karena jumlah dari bilangan ganjil bilnagan genap bilangan ganjil, maka bilangan ganjil. Karena bilangan ganjil, mkaa haruslah merupakan bilangan ganjil. Sebelum menuju pada formula untuk primitif tripel pythagoras, masih diperlukan satu lemma lagi. Lemma berikut dibuktikan dengan menggunakan teorema fundamental aritmatika. Lemma 3.3 Diberikan bilangan asli dengan. Jika bilangan kuadrat sempurna, maka keduanya bilangan kuadrat sempurna. Misalkan faktorisasi prima dari faktorisasi prima dari, dimana untuk setiap, prima berbeda untuk setiap untuk setiap prima dari, prima berbeda. Karena, maka semua faktor berbeda dengan semua faktor prima dari. Dilain pihak, bilangan kuadrat sempurna. Karena faktor prima dari semuanya berbeda serta berbeda berturut-turut untuk setiap, maka haruslah bernilai genap untuk setiap nilai, berturutan. Oleh karena itu 48

6 Konstruksi Baru Untuk Tripel Pythagoras, Moh. Affaf keduanya bilangan kuadrat sempurna. Setelah menetapkan Lemma 3.3 di atas, selanjutnya teorema berikut akan menetapkan hasil utama dari bab 3 ini, yaitu konstruksi untuk primitif tripel pythagoras. Konstruksi ini dimulai dengan Teorema 3.1 berikut. Teorema 3.1 Jika primitif tripel pythagoras, maka terdapat bilangan asli yang relatif prima yanag sekaligus bebrbeda paritas dengan sehingga,, telah ditetapkan sebelumnya, entri kedua dari dalah bilangan genap, ini artinya genap. Berdasarkan Akibat 3.1, maka bilangan ganjil. Oleh karena itu, keduanya genap. Sekarang, misalkan, untuk suatu bilangan asli. Karena tripel pythagoras, maka yaitu yang artinya Karena genap, maka bilangan asli. Oleh karena itu bilangan kuadrat sempurna. Berdasarkan Lemma 3.3, maka keduanya bilangan kuadrat sempurna. Misalkan untuk suatu bilangan asli. Dari persamaan disimpulkan bahwa, mkaa mudah. Selanjutnya, dari persamaan, maka mudah diketahui pula bahwa. Tentu saja m lebih besar daripada karena bilangan asli. Selanjutnya, Misalkan. Karena membagi, mka membagi, yang artinya membagi serta karena membagi, mka membagi, yang artinya membagi. Selanjutnya, karena membagi, maka membagi. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa. Jadi relatif prima. Terakhir, akan ditunjukkan bahwa 49

7 Jurnal Pendidikan Volume 7, Nomor 1, Juni 2015, hlm berbeda paritas. Jika genap, jelas hal ini tidak mungkin karena akan kontradiksi dengan ganjil. Begitu pula, Jika ganjil, hal ini juga tidak mungkin karena juga akan kontradiksi dengan ganjil. Jadi haruslah berbeda paritas. Pernyataan Teorema 3.1 tidak cukup baik untuk mengkarakterisasi atau mengkonstruksi primitif tripel pythagoras jika konvers dari pernyataan tersebut tidak berlaku. Teorema 3.2 berikut menyatakan bahwa konvers dari pernyataan Teorema 3.1 juga berlaku. Teorema 3.2 Jika bilangan relatif prima yang berbeda paritas, maka primitif tripel pythagoras, dimana,, Misalkan,,, maka Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tripel pythagoras. Selanjutnya, tinggal menunjukkan. Dengan kata lain, tinggal menunjukkan bahwa primitif, yaitu ketiga bilangan ini saling relatif prima. Untuk menunjukkan, akan digunakan bukti kontadiksi. Andaikan. Misalakn faktor prima dari d. Karena membagi membagi, maka membagi membagi. Di-lain pihak, karena berbeda paritas, tentu saja keduanya bilangan ganjil. Hal ini bera-kibat. Selanjutnya, karena membagi membagi, maka membagi membagi. Karena, mka hariuslah membagi membagi. Lebih khusus, membagi membagi. Hal ini berakibat, FPB dari setidaknya. Hal ini kontradiksi dengan relatif 50

8 Konstruksi Baru Untuk Tripel Pythagoras, Moh. Affaf prima. Jadi, haruslah. Dengan kata lain, haruslah, yaitu primitive tripel Pythagoras. Selanjutnya, dari Teorema 3.1 Teorema 3.2, diperoleh sebuah teorema fundamental dalam studi primitif tripel pythagoras yang merupakan akibat dari Untuk bilangan asli, 3- tupel merupakan primitif tripel Pythagoras jika hanya jika terdapat bilanagn asli yang relative prima sekaligus berbeda paritas sehingga,,. Jika lebih diperhatikan lagi, konstruksi primitif tripel pythagoras pada Teorema 3.3 yang menyatakan primitif tripel pythagoras jika hanya jika terdapat bilangan bulat x y yang prima relatif berlainan tanda sehingga,, belum mencakup semua tripel pythagoras meskipun x y prima relatif atau x y berbeda paritas tidak dipenuhi. Hal ini mudah dilihat dari nilai yang selalu merupakan bilangan kuadrat sempurna. Sebagai contoh, tripel pythagoras bukan merupakan tripel pythagoras dari konstruksi untuk sebarang bilangan bulat x y. Oleh karena itu, sangat memungkinkan untuk menemukan suatu konstruksi yang mencakup semua tripel pythagoras tanpa terkecuali. Untuk bab selanjutnya, akan dibahas tentang konstruksi triprl pythagoras yang mencakup semua tripel pythagoras tanpa terkecuali. Hasil Pembahasan Hal yang akan diteliti dalam penelitian ini mencari konstruksi tripel pythagoras yang mencakup semua tripel pythagoras tanpa terkecuali. Adapun langkah analisisnya sebagai berikut. a. Misalkan x y bilangan bulat positif dengan lebih dari, maka dapat dipastikan bahwa tripel pythagoras. b. Jika x y prima relatif berbeda paritas, maka 51

9 Jurnal Pendidikan Volume 7, Nomor 1, Juni 2015, hlm primitif tripel pythagoras. c. Jika x y prima relatif atau x y berbeda paritas tidak terpenuhi, maka maka akan kembali pada poin pertama, yaitu tripel pythagoras. d. Meskipun poin ketiga menyebabkan tri-pel pythagoras, tidak semua tripel pythagoras dapat dinyatakan dalam bentuk. Salah satu contohnya. Tidak ada bilangan bulat positif x y dengan lebih dari sehingga berlaku. e. Poin keempat terjadi karena jika tripel pythagoras yang terbentuk dari, maka, yaitu. Dengan kata lain, bilangan kuadrat sempurna. Padahal,, bukan bilangan kuadrat sempurna. Oleh karena itu, mudah disimpulkan bahwa bukan tripel pythagoras hasil konstruksi. f. Selanjutnya, misalkan tripel pythagoras, maka Dari disini diperoleh. Dengan kata lain,. Oleh karena itu,. Jadi tripel pythagoras dapat dituliskan menjadi jika habis membagi. Jadi, perlu diidentifikasi kapan membagi agar tripel merupakan tripel pythagoras. g. Misalkan dituliskan sebagai dimana hasil kali semua faktor prima ganjil tunggal dari, hasil kali faktor-faktor dengan pangkat genap dari, sisanya. Sebagai contoh, 52

10 Konstruksi Baru Untuk Tripel Pythagoras, Moh. Affaf Jika Selanjutnya, dengan menuliskan maka. Jadi yang sebagai, maka diperoleh tersisa dari setelah terbentuk hasil yang diinginkan, yaitu. Selanjutnya, dari sisa tersebut diperoleh Habis dibagi.. Sekarnag Jadi, merupakan yang tersisa dari setelah tripel pythagoras jika terdapat bilangan terbentuknya. bulat postif sehingga. Maka diperoleh. Dengan kata lain, semua tripel h. S pythagoras hasil Setelah membentuk, konstruksi, yaitu definisikan. Jadi, dari pada poin 7, diperoleh. i. Proses mencari sebagai Perhatikan bahwa berikut. Dari tripel pythagoras, diperoleh.. Selanjutnya, karena Setelah mendapatkan,, dari sisa-sisa dari, maka, maka diperoleh, yaitu dengan memperhatikan definisi. Dari,, tripel dapat disimpulkan bahwa diperoleh. Sebagai habis dibagi. Dengan kata contoh, untuk tripel pythagoras, lain, ada bilangan bulat sehingga diperoleh.. Selanjutnya, dapat Dari sini diperoleh. dituliskan menjadi Sehingga diperoleh. Jadi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa habis membagi. j. tripel pythagoras hasil produksi tripel. 53

11 Jurnal Pendidikan Volume 7, Nomor 1, Juni 2015, hlm Simpulan Penelitian ini telah berhasil menemukan konstruksi baru, yaitu konstruksi, konstruksi yang lebih baik dari konstruksi. konstruksi ini memiliki dua keunggulan dibangdingkan dengan konstruksi dapat memproduksi semua tripel pythagoras yang diinginkan konstruksi ini juga tidak memerlukan urutan dari sisi-sisi tegaknya. Adapun saran penelitian ke depannya, diharapkan konstruksi ini dapat dikembangkan sehingga langkah-langkah konstruksinya dapat lebih sederhana. Leyendekkers, J.V. and Rybak, J., Pellian Sequences Derived from Pythagorean Triples, International Journal of Mathematical Education in Science and Technology, , Vol. 26, Issue 6, pg , 1995 McCullough, D., Height and Excess of Pythagorean Triples, Mathematics Magazine, Vol. 78, No. 1, pg 26 44, February 2005 Weisbrod, J., Exploring a Pythagorean Ternary Tree, annual meeting of the Mathematical Association of America MathFest, August 6, 2009 Daftar Pustaka Khosy, Thomas Elementary number theory with applications. Amsterdam. Elsivier Wegener, D. P Primitive Pythagorean Triples With Sum Or Difference of Legs Equal To a Prime*. Ohio university Dominic and Vella When is n a member of a Pythagorean Triple. Leyendekkers, J.V. and Rybak, J., The Generation and Analysis of Pythagorean Triples within a Two- Parameter Grid, International Journal of Mathematical Education in Science and Technology, Vol. 26, Issue 6, pg ,

KONSTRUKSI BARU UNTUK TRIPEL PYTHAGORAS

KONSTRUKSI BARU UNTUK TRIPEL PYTHAGORAS KONSTRUKSI BARU UNTUK TRIPEL PYTHAGORAS Moh. Affaf STKIP PGRI Bangkalan E-mai: affafs.theorem@yahoo.com Abstract: several years ago, was known that Pythagorean Triples can be constructed by [ ], that is

Lebih terperinci

APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2, Nomor 2 Juli 2016 p ISSN BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE

APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2, Nomor 2 Juli 2016 p ISSN BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2 Nomor 2 Juli 2016 p 63-75 ISSN 2407-8840 BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE Moh Affaf Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI BANGKALAN

Lebih terperinci

Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 62

Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 62 Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 62 Sudjana. 2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugianto, D. 2014). Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Sta Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran

Lebih terperinci

PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN

PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 4 Hal. 27 33 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN RATI MAYANG SARI Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 3 DEFINISI DAN PERISTILAHAN MATEMATIKA (c) Hendra Gunawan (2015) 2 Ingat PROPOSISI Ini? Proposisi. Jika segitiga siku-siku XYZ dengan

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIOPHANTINE

PERSAMAAN DIOPHANTINE http://muhammadalfaridzi.wordpress.com/014/06/07/persamaan-diophantine/ PERSAMAAN DIOPHANTINE A. Pendahuluan Persamaan Diophantine terdiri dari persamaan Diophantine Linier dan persamaan Diophantine non-linier.persamaan

Lebih terperinci

Bilangan Prima dan Teorema Fundamental Aritmatika

Bilangan Prima dan Teorema Fundamental Aritmatika Pembaharuan Terakhir: 28 Maret 2017 Pengantar Teori Bilangan (Bagian 5): Bilangan Prima dan Teorema Fundamental Aritmatika M. Zaki Riyanto Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan

Lebih terperinci

2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika

2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika Bilangan prima telah dikenal sejak sekolah dasar, yaitu bilangan yang tidak mempunyai faktor selain dari 1 dan dirinya sendiri. Bilangan prima memegang peranan penting karena pada dasarnya konsep apapun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Teorema 1. Tidak ada bilangan asli N yang lebih besar dari semua bilangan bulat lainnya.

PEMBAHASAN. Teorema 1. Tidak ada bilangan asli N yang lebih besar dari semua bilangan bulat lainnya. PEMAHAAN 1. Pengertian Kontradiksi Kontradiksi adalah dua pernyataan yang bernilai salah untuk setiap nilai kebenaran dari setiap komponen-komponennya. 2. Pembuktian dengan Kontradiksi Kontradiksi merupakan

Lebih terperinci

IDEAL PRIMA FUZZY DI SEMIGRUP

IDEAL PRIMA FUZZY DI SEMIGRUP Vol 2 No 2 Bulan Desember 2017 Jurnal Silogisme Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya http://journal.umpo.ac.id/index.php/silogisme IDEAL PRIMA FUZZY DI SEMIGRUP Info Artikel Article History: Accepted

Lebih terperinci

Rizkun As Syirazi, Thresye, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

Rizkun As Syirazi, Thresye, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat ISSN: 978-44 Vol. No. (Juni 07) Hal. 30-37 SIFAT-SIFAT FUNGSI PHI EULER DAN BATAS PRAPETA FUNGSI PHI EULER Rizkun As Syirazi, Thresye, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung

Lebih terperinci

Pengantar Teori Bilangan

Pengantar Teori Bilangan Pengantar Teori Bilangan Kuliah 2 2/2/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 1 Materi Kuliah 2 Teori Pembagian dalam Bilangan Bulat Algoritma Pembagian Pembagi Persekutuan Terbesar 2/2/2014 2 Algoritma Pembagian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Bilangan Totient sempurna (Perpect Totient Number atau PTN) adalah suatu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Bilangan Totient sempurna (Perpect Totient Number atau PTN) adalah suatu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fungsi Euler Definisi 4.1 Bilangan Totient sempurna (Perpect Totient Number atau PTN) adalah suatu bilangan bulat yang sama dengan jumlah dari iterasi Totientnya. yaitu jika

Lebih terperinci

Contoh-contoh soal induksi matematika

Contoh-contoh soal induksi matematika Contoh-contoh soal induksi matematika Buktikan bahwa 2 n > n + 20 untuk setiap bilangan bulat n 5. (i) Basis induksi : Untuk n = 5, kita peroleh 2 5 > 5 + 20 adalah suatu pernyataan yang benar. (ii) Langkah

Lebih terperinci

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. ini merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi dan pewarnaan graf.

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. ini merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi dan pewarnaan graf. III BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF Bilangan kromatik lokasi graf pertama kali dikaji oleh Chartrand dkk 00) Konsep ini merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi pewarnaan graf Pewarnaan titik pada

Lebih terperinci

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 6

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 6 Pengantar Teori Bilangan Kuliah 6 Materi Kuliah Carl Friedrich Gauss Teori Dasar Kongruen 3/14/2014 Yanita FMIPA Matematika Unand 2 Carl Friedrich Gauss Hidup pada masa 1777 1855 Mengenalkan konsep Disquisitiones

Lebih terperinci

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*)

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) A. Faktor Prima Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan faktor prima sebuah bilangan adalah pembagi habis dari sebuah bilangan

Lebih terperinci

TEORI IDEAL PADA SEMIRING FAKTOR DAN SEMIRING TERNARY FAKTOR

TEORI IDEAL PADA SEMIRING FAKTOR DAN SEMIRING TERNARY FAKTOR J. Math. and Its Appl. E-ISSN: 2579-8936 P-ISSN: 1829-605X Vol. 14, No. 1, Mei 2017, 17 23 TEORI IDEAL PADA SEMIRING FAKTOR DAN SEMIRING TERNARY FAKTOR Dian Winda Setyawati Departemen Matematika, Institut

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. A. Pola Bilangan

BARISAN DAN DERET. A. Pola Bilangan BARISAN DAN DERET A. Pola Bilangan Perhatikan deretan bilangan-bilangan berikut: a. 1 2 3... b. 4 9 16... c. 31 40 21 30 16... Deretan bilangan di atas mempunyai pola tertentu. Dapatkah anda menentukan

Lebih terperinci

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA Dr. Julan HERNADI & Uki Suhendar, S.Pd (Asrul dan Enggar) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unmuh Ponorogo Pertemuan 8 FONDASI MATEMATIKA Matematika Bukan Sekedar

Lebih terperinci

HUBUNGAN BILANGAN SEMPURNA DAN BILANGAN PRIMA FIBONACCI ABSTRACT

HUBUNGAN BILANGAN SEMPURNA DAN BILANGAN PRIMA FIBONACCI ABSTRACT HUBUNGAN BILANGAN SEMPURNA DAN BILANGAN PRIMA FIBONACCI Revi Lestari 1, Sri Gemawati, M. Natsir 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA 1 1 Program Studi Pend Matematika FKIP UM Ponorogo October 29, 2011 Jenis Pernyataan dalam Matematika Denisi (Denition) Kesepakatan mengenai pegertian suatu istilah. Teorema (Theorem) Pernyataan yang dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Sebelum kita membahas mengenai uji primalitas, terlebih dahulu kita bicarakan beberapa definisi yang diperlukan serta beberapa teorema dan sifat-sifat yang penting dalam teori bilangan

Lebih terperinci

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351) II. SISTEM BILANGAN RIIL Handout Analisis Riil I (PAM 351) Sifat Aljabar (Aksioma Lapangan) dari Bilangan Riil Bagian ini akan membicarakan struktur aljabar bilangan riil dengan terlebih dahulu memberikan

Lebih terperinci

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA Dr. Julan HERNADI & Uki Suhendar, S.Pd (Asrul dan Enggar) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unmuh Ponorogo Pertemuan 8 FONDASI MATEMATIKA Matematika Bukan Sekedar

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Secara umum, apabila α bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada

II. LANDASAN TEORI. Secara umum, apabila α bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada II. LANDASAN TEORI Pada bilangan ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep bilangan sempurna, bilangan bulat, bilangan prima,faktor bilangan bulat dan kekongruenan. 2.1

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan prima, bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas (square free), keterbagian,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Sejak tiga abad yang lalu, pakar-pakar matematika telah menghabiskan banyak waktu untuk mengeksplorasi dunia bilangan prima. Banyak sifat unik dari bilangan prima yang menakjubkan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep bilangan bulat, bilangan prima,modular, dan kekongruenan. 2.1 Bilangan Bulat Sifat Pembagian

Lebih terperinci

BAB 4. TEOREMA FERMAT DAN WILSON

BAB 4. TEOREMA FERMAT DAN WILSON BAB 4. TEOREMA FERMAT DAN WILSON 1 Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah, Ponorogo June 11, 2012 Metoda Faktorisasi Fermat (1643) Biasanya pemfaktoran n melalui tester, yaitu faktor

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA Kelas : VIII ( Delapan ) Tahun Pelajaran : 2013 / 2014

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA Kelas : VIII ( Delapan ) Tahun Pelajaran : 2013 / 2014 PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATKA Kelas : V ( Delapan ) Tahun Pelajaran : 2013 / 2014 Semester Standar Kompetensi Aljabar 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi dan persamaan garis lurus 1.1

Lebih terperinci

Strategi Pembuktian. Finding proofs can be a challenging business

Strategi Pembuktian. Finding proofs can be a challenging business Strategi Pembuktian Finding proofs can be a challenging business Matematikawan memformulasikan conjecture dan kemudian mencoba membuktikan bahwa conjecture tersebut benar atau salah. Ketika dihadapkan

Lebih terperinci

Pertemuan 3 METODE PEMBUKTIAN

Pertemuan 3 METODE PEMBUKTIAN Pertemuan 3 METODE PEMBUKTIAN Metode Pembuktian Petunjuk umum dalam pembuktian Langkah-langkah untuk melakukan pembuktian adalah sebagai berikut: 1. Tulislah teorema yang akan dibuktikan 2. Tandailah permulaan

Lebih terperinci

TEKNIK BUKTI: I Drs. C. Jacob, M.Pd

TEKNIK BUKTI: I Drs. C. Jacob, M.Pd TEKNIK BUKTI: I Drs C Jacob, MPd Email: cjacob@upiedu Dalam dua bagian pertama kita memperkenalkan suatu kata-kata sukar logika dan matematika Tujuannya adalah tentu, agar mampu untuk membaca dan menulis

Lebih terperinci

FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA

FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA A. KELIPATAN A. KELIPATAN Kelipatan suatu bilangan dapat diperoleh: 1. penjumlahan berulang, dan 2. penjumlahan bilangan dengan bilangan asli Contoh: Tentukanlah

Lebih terperinci

BAB III. PECAHAN KONTINU dan PIANO. A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional

BAB III. PECAHAN KONTINU dan PIANO. A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional BAB III PECAHAN KONTINU dan PIANO A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional Sekarang akan dibahas tentang pecahan kontinu tak hingga yang diawali dengan barisan tak hingga bilangan bulat mendefinisikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori dalam aljabar dan teori bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan carmichael akan dibutuhkan definisi

Lebih terperinci

Bab 2 Daerah Euclid. 2.1 Struktur Daerah Euclid

Bab 2 Daerah Euclid. 2.1 Struktur Daerah Euclid Bab 2 Daerah Euclid Pada bab ini akan dijelaskan mengenai daerah Euclid beserta struktur lain yang terkait nya. Beberapa struktur aljabar tersebut selanjutnya akan digunakan untuk melihat struktur gelanggang

Lebih terperinci

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach Badrulfalah 1,Khafsah Joebaedi 2 1 Departemen Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran badrulfalah@gmail.com 2 Departemen Matematika

Lebih terperinci

Beberapa Karakteristik Fungsi Mobius

Beberapa Karakteristik Fungsi Mobius Vol. 10, No. 1, 1-5, Juli 2013 Beberapa Karakteristik Fungsi Mobius Nur Erawaty 1 Abstrak Fungsi Mobius adalah fungsi unik yang terdapat dalam teori bilangan dan transformasi Mobius dalam bidang Geometri.

Lebih terperinci

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 4

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 4 Pengantar Teori Bilangan Kuliah 4 Materi Kuliah Bilangan Prima dan Distribusinya Teorema Fundamental Aritmatika Saringan Eratosthenes 22/2/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Bilangan Prima dan Komposit

Lebih terperinci

ALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK

ALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK ALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK Welly Desriyati 1, Mashadi 2, Sri Gemawati 3 1 Mahasiswa Program Studi Magister Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau wellydesriyati@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.

Lebih terperinci

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 2012

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 2012 Tutur Widodo Pembahasan OSK Matematika SMA 01 Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 01 Oleh Tutur Widodo 1. Banyaknya bilangan bulat n yang memenuhi (n 1(n 3(n 5(n 013 = n(n + (n

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi penjumlahan dua bilangan kuadrat sempurna. Seperti, teori keterbagian bilangan bulat, bilangan prima, kongruensi

Lebih terperinci

Bilangan Ramsey untuk Kombinasi Bintang dan Beberapa Graf Tertentu

Bilangan Ramsey untuk Kombinasi Bintang dan Beberapa Graf Tertentu Bab III Bilangan Ramsey untuk Kombinasi Bintang dan Beberapa Graf Tertentu Kajian penentuan bilangan Ramsey untuk bintang dan bintang telah tuntas, dilakukan Burr dkk. (1973). Penentuan bilangan Ramsey

Lebih terperinci

BAHAN AJAR TEORI BILANGAN. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAHAN AJAR TEORI BILANGAN. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN BAHAN AJAR TEORI BILANGAN DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN. 0212088701 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 KATA PENGANTAR ب

Lebih terperinci

METODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA

METODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA Buletin Ilmiah Mat Stat dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No 1 (2015), hal 85 94 METODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA Sari Puspita, Evi Noviani, Bayu Prihandono INTISARI Bilangan prima

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA Latihan 1 1. A. NOTASI SIGMA 1. Pengertian Notasi Sigma Misalkan jumlah n suku pertama deret aritmatika adalah S n = U 1 + U 2 + U 3 + + U

Lebih terperinci

METODA PENGKONSTRUKSIAN PERSEGI AJAIB

METODA PENGKONSTRUKSIAN PERSEGI AJAIB METODA PENGKONSTRUKSIAN PERSEGI AJAIB Hendarto Cahyono Universitas Muhammadiyah Malang hendartochy@gmail.com Abstrak Sebuah persegi ajaib order n adalah n dengan n matriks dengan bilangan bulat non-negatif

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang

Lebih terperinci

ANALISIS PERMAINAN EMPAT BILANGAN

ANALISIS PERMAINAN EMPAT BILANGAN Jurnal UJMC, Volume 2, Nomor 1, Hal. 22-27 pissn : 2460-3333 eissn : 2579-907X ANALISIS PERMAINAN EMPAT BILANGAN Melisa 1 Universitas Islam Darul Ulum Lamongan, melisa.mathugm@yahoo.com Abstract. The four-number

Lebih terperinci

BAB I NOTASI, KONJEKTUR, DAN PRINSIP

BAB I NOTASI, KONJEKTUR, DAN PRINSIP BAB I NOTASI, KONJEKTUR, DAN PRINSIP Kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari bab ini adalah sebagai berikut. (1) Dapat memberikan sepuluh contoh notasi dalam teori bilangan dan menjelaskan masing-masing

Lebih terperinci

FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Sangadji *

FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Sangadji * FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER Sangadji * ABSTRAK FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Dalam makalah ini dibahas fungsi-fungsi

Lebih terperinci

Euis Hartini 1, Edi Kurniadi 2 ABSTRAK ABSTRACT

Euis Hartini 1, Edi Kurniadi 2 ABSTRAK ABSTRACT SUATU TINJAUAN TERHADAP POLINOMIAL SIKLOTOMIK Euis Hartini 1, Edi Kurniadi 2 1,2 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Jatinangor 45363 1 euis_hartini@yahoocom,

Lebih terperinci

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111 TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111 Abstract. In this paper was discussed about Nadlr fixed

Lebih terperinci

R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Induksi Matematika Induksi matematika adalah : Salah satu metode pembuktian untuk proposisi perihal bilangan bulat Induksi matematika merupakan teknik

Lebih terperinci

Materi Olimpiade Matematika Vektor Nasional 2016 Jenjang SD:

Materi Olimpiade Matematika Vektor Nasional 2016 Jenjang SD: Materi Olimpiade Matematika Vektor Nasional 2016 Jenjang SD: 1. Bilangan dan Operasinya 2. Kelipatan dan Faktor 3. Angka Romawi, Pecahan dan Skala 4. Perpangkatan dan Akar 5. Waktu, Kecepatan, dan Debit

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS REAL

PENGANTAR ANALISIS REAL Seri Analisis dan Geometri No. 1 (2009), -15 158 (173 hlm.) PENGANTAR ANALISIS REAL Oleh Hendra Gunawan Edisi Pertama Bandung, Januari 2009 2000 Dewey Classification: 515-xx. Kata Kunci: Analisis matematika,

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Kompetensi Dasar Dan Pengalaman Belajar

Induksi Matematika. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Kompetensi Dasar Dan Pengalaman Belajar Bab 3 Induksi Matematika Kompetensi Dasar Dan Pengalaman Belajar Kompetensi Dasar 1.1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2.1. Menghayati perilaku disiplin, sikap kerjasama, sikap kritis

Lebih terperinci

Bilangan Terhubung-Total Pelangi untuk Beberapa Graf Amalgamasi

Bilangan Terhubung-Total Pelangi untuk Beberapa Graf Amalgamasi JURNAL SAINTIFIK VOL.4 NO. 1, JANUARI 2018 Bilangan Terhubung-Total Pelangi untuk Beberapa Graf Amalgamasi Arbain Universitas Sembilanbelas November Kolaka email: arbaindjingga@gmail.com Abstrak Semua

Lebih terperinci

INF-104 Matematika Diskrit

INF-104 Matematika Diskrit Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah February 13, 2012 Apakah Matematika Diskrit Itu? Matematika diskrit: cabang matematika yang mengkaji objek-objek diskrit. Apa yang dimaksud dengan kata diskrit (discrete)?

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N JURNAL FOURIER Oktober 216, Vol. 5, No. 2, 61-66 ISSN 2252-763X; E-ISSN 2541-5239 Beberapa Sifat Ideal Bersih-N Uha Isnaini dan Indah Emilia Wijayanti Jurusan Matematika FMIPA UGM, Yogyakarta, Sekip Utara,

Lebih terperinci

BAB I INDUKSI MATEMATIKA

BAB I INDUKSI MATEMATIKA BAB I INDUKSI MATEMATIKA 1.1 Induksi Matematika Induksi matematika adalah suatu metode yang digunakan untuk memeriksa validasi suatu pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli. Dalam pembahasan

Lebih terperinci

1.6 RULES OF INFERENCE

1.6 RULES OF INFERENCE 1.6 RULES OF INFERENCE 1 Argumen Argumen dalam logika adalah kumpulan sejumlah proposisi. Seluruh proposisi dalam suatu argumen, kecuali proposisi terakhir, disebut premis. Sedangkan proposisi terakhir

Lebih terperinci

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil Moh. Affaf*, Zaiful Ulum** * Prodi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Bangkalan ** Prodi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Bangkalan ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE PELABELAN TOTAL SUPER SIMPUL AJAIB PADA GRAPH- GRAPH SIKEL BERORDO SAMA

METODE PELABELAN TOTAL SUPER SIMPUL AJAIB PADA GRAPH- GRAPH SIKEL BERORDO SAMA METODE PELABELAN TOTAL SUPER SIMPUL AJAIB PADA GRAPH- GRAPH SIKEL BERORDO SAMA Ika Tri Munawaroh *), Dr Julan Hernadi, MSi *) Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Ponorogo Abstrak

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL OLIMPIADE MATEMATIA VEKTOR NASIONAL (OMVN) 2015 HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KISI-KISI SOAL OLIMPIADE MATEMATIA VEKTOR NASIONAL (OMVN) 2015 HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MALANG KISI-KISI SOAL OLIMPIADE MATEMATIA VEKTOR NASIONAL (OMVN) 2015 HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MALANG TINGKAT SD 1. Bilangan dan Operasinya 2. Kelipatan dan Faktor 3. Angka Romawi,

Lebih terperinci

BAB V BILANGAN BULAT

BAB V BILANGAN BULAT BAB V BILANGAN BULAT PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibicarakan sistem bilangan bulat, yang akan dimulai dengan memperluas sistem bilangan cacah dengan menggunakan sifat-sifat baru tanpa menghilangkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

ANALISIS PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) ANALISIS PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) Nama Sekolah : SMP... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Tahun Pelajaran : 2014/2015 Kelas : VIII (DELAPAN) Nilai Modus SEMESTER I (SATU) / GANJIL KI-1 dan

Lebih terperinci

BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT

BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT. Pendahuluan Well-Ordering Principle Jika S himpunan bagian dari himpunan bilangan bulat positif yang tidak kosong, maka S memiliki sebuah unsur terkecil. Unsur

Lebih terperinci

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION 5.1 MATHEMATICAL INDUCTION Jumlah n Bilangan Ganjil Positif 1 = 1 1 + 3 = 4 1 + 3 + 5 = 9 1 + 3 + 5 + 7 = 16 1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25 Tebakan: Jumlah dari n bilangan ganjil

Lebih terperinci

Beberapa Uji Keterbagian Bilangan Bulat

Beberapa Uji Keterbagian Bilangan Bulat Beberapa Uji Keterbagian Bilangan Bulat Untuk menguji suatu bilangan bulat dapat dibagi (habis dibagi) atau tidak dapat dibagi oleh bilangan bulat lain kita dapat menggunakan kalkulator atau dengan metode

Lebih terperinci

MAKALAH KRIPTOGRAFI CHINESE REMAINDER

MAKALAH KRIPTOGRAFI CHINESE REMAINDER MAKALAH KRIPTOGRAFI CHINESE REMAINDER Disusun : NIM : 12141424 Nama : Ristiana Prodi : Teknik Informatika B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN ILMU KOMPUTER EL RAHMA YOGYAKARTA 2016 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

BILANGAN DOMINASI LOKASI PERSEKITARAN TERBUKA PADA GRAF TREE

BILANGAN DOMINASI LOKASI PERSEKITARAN TERBUKA PADA GRAF TREE BILANGAN DOMINASI LOKASI PERSEKITARAN TERBUKA PADA GRAF TREE Riko Andrian 1, Lucia Ratnasari 2, R. Heru Tjahjana 3 1,2,3 Program Studi Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.

Lebih terperinci

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION 5.1 MATHEMATICAL INDUCTION Jumlah n Bilangan Ganjil Positif 1 = 1 1 + 3 = 4 1 + 3 + 5 = 9 1 + 3 + 5 + 7 = 16 1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25 Tebakan: Jumlah dari n bilangan ganjil

Lebih terperinci

DE-ALGEBRAS, E-LOGIC DAN E-SET THEORY. Denik Agustito

DE-ALGEBRAS, E-LOGIC DAN E-SET THEORY. Denik Agustito DE-ALGEBRAS, E-LOGIC DAN E-SE HEORY Denik Agustito Pendidikan Matematika, Universitas Sarjanawiyata amansiswa Email: denikagustito@yahoocoid ABSRAK Dalam logika biasa, disjungsi yang digunakan dalam beberapa

Lebih terperinci

kamtoalrasyid.wordpress.com Mathematics, the Art of Science and Technology

kamtoalrasyid.wordpress.com Mathematics, the Art of Science and Technology Mathematics, the Art of Science and Technology 1 Petunjuk Pengerjaan Soal Babak Penyisihan Olimpiade Matematika ITS (OMITS) tingkat SMA tahun 2014 1. Soal babak penyisihan OMITS 2014 terdiri dari 50 soal

Lebih terperinci

Pembahasan Soal-Soal Latihan 1.1

Pembahasan Soal-Soal Latihan 1.1 Pembahasan Soal-Soal Latihan. Oleh : Fendi Alfi Fauzi Anda pasti masih ingat bagaimana memanipulasi bilangan, tetapi tidak ada salahnya untuk mengulang kembali sejenak. Dalam Soal-soal 0, sederhanakanlah

Lebih terperinci

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA 1 1 Program Studi Pend Matematika FKIP UM Ponorogo January 12, 2011 Jenis Pernyataan dalam Matematika Denisi (Denition) Kesepakatan mengenai pegertian suatu istilah. Teorema (Theorem) Pernyataan yang dapat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI 2012 OLEH :SAIFUL ARIF, S.Pd (SMP NEGERI 2 MALANG)

PEMBAHASAN SOAL OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI 2012 OLEH :SAIFUL ARIF, S.Pd (SMP NEGERI 2 MALANG) PEMBAHASAN SOAL OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI 0 OLEH :SAIFUL ARIF, S.Pd (SMP NEGERI MALANG) PEMBAHASAN SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP A. ISIAN SINGKAT SELEKSI TINGKAT PROPINSI TAHUN 0 BIDANG STUDI

Lebih terperinci

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun Oleh Tutur Widodo. (n 1)(n 3)(n 5)(n 2013) = n(n + 2)(n + 4)(n )

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun Oleh Tutur Widodo. (n 1)(n 3)(n 5)(n 2013) = n(n + 2)(n + 4)(n ) Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 01 Oleh Tutur Widodo 1. Banyaknya bilangan bulat n yang memenuhi adalah... (n 1)(n 3)(n 5)(n 013) = n(n + )(n + )(n + 01) Jawaban : 0 ( tidak

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA A. Pengantar Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di SD. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN REAL DAFTAR ISI 1 SISTEM BILANGAN REAL 1 1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real..................... 1 1.2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6 1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real............

Lebih terperinci

SILABUS MATEMATIKA KEMENTERIAN

SILABUS MATEMATIKA KEMENTERIAN SILABUS OLIMPIADE MATEMATIKA INTERNASIONAL UNTUK SELEKSI OLIMPIADE SAINS NASIONAL TINGKAT KABUPATEN/KOTA, PROVINSI, DAN NASIONAL MATEMATIKA KEMENTERIAN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Lebih terperinci

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 9-10 METODE KONTRADIKSI & METODE KONTRAPOSISI (c) Hendra Gunawan (2015) 2 Metode Pembuktian Lainnya Pada bab-bab sebelumnya kita telah

Lebih terperinci

Pemfaktoran prima (2)

Pemfaktoran prima (2) FPB dan KPK Konsep Habis Dibagi Definisi: Jika a suatu bilangan asli dan b suatu bilangan bulat, maka a membagi habis b (dinyatakan dengan a b) jika dan hanya jika ada sebuah bilangan bulat c demikian

Lebih terperinci

HIMPUNAN BILANGAN BULAT NON NEGATIF PADA SEMIRING LOKAL DAN SEMIRING FAKTOR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Semarang 50275

HIMPUNAN BILANGAN BULAT NON NEGATIF PADA SEMIRING LOKAL DAN SEMIRING FAKTOR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Semarang 50275 HIMPUNAN BILANGAN BULAT NON NEGATIF PADA SEMIRING LOKAL DAN SEMIRING FAKTOR Meryta Febrilian Fatimah 1, Nikken Prima Puspita 2, Farikhin 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

Metode pembuktian untuk proposisi yang berkaitan dengan bilangan bulat adalah induksi matematik.

Metode pembuktian untuk proposisi yang berkaitan dengan bilangan bulat adalah induksi matematik. Induksi Matematika Metode pembuktian untuk proposisi yang berkaitan dengan bilangan bulat adalah induksi matematik. Contoh: 1. Buktikan bahwa jumlah n bilangan bilangan bulat positif pertama adalah n(n

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH (2 sks) MX 127 Teori Bilangan

DIKTAT KULIAH (2 sks) MX 127 Teori Bilangan DIKTAT KULIAH ( sks) MX 17 Teori Bilangan (Revisi Terakhir: Juli 009 ) Oleh: Didit Budi Nugroho, S.Si., M.Si. Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana KATA

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2005 TINGKAT PROVINSI TAHUN Prestasi itu diraih bukan didapat!!!

SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2005 TINGKAT PROVINSI TAHUN Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 005 TINGKAT PROVINSI TAHUN 00 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL Bidang Matematika Bagian Kedua Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika Tk Provinsi

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Drs. CARNOTO, M.Pd. NIP Pola Barisan Bilangan

BARISAN DAN DERET. Drs. CARNOTO, M.Pd. NIP Pola Barisan Bilangan BARISAN DAN DERET Drs. CARNOTO, M.Pd. NIP. 19640121 199010 1 001 Pola Barisan Bilangan Beberapa urutan bilangan yang sering kita pergunakan mempunyai pola tertentu. Pola ini Sering digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

Jln. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos Perintis Kemerdekaan Street, Makassar, Indonesia, Post Code 90245

Jln. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos Perintis Kemerdekaan Street, Makassar, Indonesia, Post Code 90245 PERTIDAKSAMAAN DETERMINAN UNTUK MATRIKS SEMIDEFINIT POSITIF Williem Prasetia Widiatno 1), Amir Kamal Amir 2), Naimah Aris 3) williemprasetia@yahoo.com 1), amirkamir@science.unhas.ac.id 2), newima@gmail.com

Lebih terperinci

Usia Usia Usia Jumlah

Usia Usia Usia Jumlah Bilangan Prima Jika kita menulis a b maka kita katakan bahwa a adalah pembagi b. Salah satu metode yang biasa digunakan di sekolah dasar untuk menentukan pembagi suatu bilangan adalah menggunakan kertas

Lebih terperinci

MINIMAL EDGE DARI GRAF 2-CONNECTED DENGAN CIRCUMFERENCE TERTENTU (On Edge Minimal 2-Connected Graphs with Prescribed Circumference)

MINIMAL EDGE DARI GRAF 2-CONNECTED DENGAN CIRCUMFERENCE TERTENTU (On Edge Minimal 2-Connected Graphs with Prescribed Circumference) MINIMAL EDGE DARI GRAF 2-CONNECTED DENGAN CIRCUMFERENCE TERTENTU (On Edge Minimal 2-Connected Graphs with Prescribed Circumference) Tri Atmojo Kusmayadi Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

A-8 LUAS DAERAH DI R2 DENGAN MEMANFAATKAN GARIS SINGGUNG KURVA

A-8 LUAS DAERAH DI R2 DENGAN MEMANFAATKAN GARIS SINGGUNG KURVA A-8 LUAS DAERAH DI R2 DENGAN MEMANFAATKAN GARIS SINGGUNG KURVA Moh. Affaf, S.Si 1 1 Institut Teknologi Bandung, affafs.teorema@yahoo.com PENDAHULUAN Luas daerah di R 2, dibawah kurva f dan di atas sumbu-x

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Matematika Wajib

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Matematika Wajib K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Matematika Wajib Baris dan Deret Aritmatika - Latihan Soal Ulangan Doc. Name: RK13AR11MATWJB0603 Version : 2016-11 halaman 1 01. Suku ke-20 pada barisan 3, 9, 15, 21,. Adalah

Lebih terperinci

1 TEORI KETERBAGIAN. Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai

1 TEORI KETERBAGIAN. Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai 1 TEORI KETERBAGIAN Bilangan 0 dan 1 adalah dua bilangan dasar yang digunakan dalam sistem bilangan real. Dengan dua operasi + dan maka bilangan-bilangan lainnya didenisikan. Himpunan bilangan asli (natural

Lebih terperinci

BILANGAN. Bilangan Satu Bilangan Prima Bilangan Komposit. Bilangan Asli

BILANGAN. Bilangan Satu Bilangan Prima Bilangan Komposit. Bilangan Asli BILANGAN A. Sistem Bilangan Dalam matematika mempelajari urutan dan keberaturan di antara bilangan-bilangan merupakan suatu bagian yang sangat fundamental. Dengan ditemukannya pola dalam suatu bilangan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 3 TEORI KONGRUENSI 39 4 TEOREMA FERMAT DAN WILSON 40

DAFTAR ISI 3 TEORI KONGRUENSI 39 4 TEOREMA FERMAT DAN WILSON 40 DAFTAR ISI 1 TEORI KETERBAGIAN 1 1.1 Algoritma Pembagian............................. 2 1.2 Pembagi persekutuan terbesar........................ 5 1.3 Algoritma Euclides.............................. 12

Lebih terperinci