PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Terboyo - Cangkiran Semarang)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Terboyo - Cangkiran Semarang)"

Transkripsi

1 PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Teroyo Cangkiran Semarang) Arfan Bakhtiar, Diana Puspita Sari, Hendy Tantono Industrial Engineering Department, Diponegoro University Jl. Prof. Sudarto, SH, Temalang, Semarang Phone/Fax Astrak Transportasi adalah sarana pendukung utama agi kegiatan di suatu kota. Dengan sarana transportasi yang aik maka kegiatan akan dapat erjalan dengan lancar. Masalah yang sering dihadapi dalam transportasi adalah terjadinya ketidakseimangan antara permintaan dan ketersediaan alat transportasi. Dinas perhuungan kota Semarang adalah instansi pemerintah yang ertugas mengatur masalah transportasi di kota Semarang. Meskipun jumlah trayek di kota Semarang saat ini telah diatasi namun terlihat ahwa jumlah us yang ada saat ini terlalu anyak atau tidak seimang dengan keutuhan. Dalam penulisan ini akan diahas masalah penentuan jumlah us yang optimal agar terjadi keseimangan antara permintaan dan jumlah us yang disediakan sehingga penumpang dapat terlayani dengan aik dan iaya operasional us dapat leih efisien. Trayek yang diteliti adalah trayek Teroyo Cangkiran di kota Semarang. Penelitian ini mencoa menggunakan model Goal Programming yang seelumnya sangat jarang digunakan dalam penentuan jumlah us. Keleihan dari model Goal Programming adalah dapat menghitung dengan eragai tujuan sekaligus. Di dalam masalah transportasi anyak pihak yang terliat seperti pengusaha us yang menginginkan keuntungan yang maksimal dan juga penumpang yang menginginkan tranportasi yang nyaman dan murah. Kepentingan yang ertentangan itu perlu dicari titik keseimangannya karena jumlah us yang terlalu anyak akan merugikan pengusaha dan ila terlalu sedikit akan merugikan konsumen. Dari hasil penelitian dan perhitungan diperolah ahwa untuk trayek Teroyo Cangkiran jumlah us yang optimal adalah 16 us atau leih sedikit dari yang ada saat ini yaitu 25 us. Oleh karena itu diharapkan dinas perhuungan dapat mengkaji ulang masalah ini dengan mengurangi jumlah us yang ada dan memindahkannya ke trayek yang masih memutuhkan. Sehingga transportasi di kota Semarang khususnya trayek Teroyo Cangkiran dapat erjalan dengan lancar. Kata kunci : penentuan jumlah us, Goal Programming, keseimangan 1. PENDAHULUAN Dinas Perhuungan Kota Semarang merupakan instansi pemerintah yang erwenang dalam menentukan keijakan transportasi di kota Semarang. Penyediaan angkutan umum di kota Semarang dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta. Di sini peran dinas perhuungan kota Semarang adalah mengatur masalah rute trayek dan menentukan jumlah angkutan umum yang eroperasi agar jumlahnya sesuai dengan jumlah penumpang. Di kota Semarang jumlah angkutan umum yang ada tidak seimang dengan permintaan jasa angkutan umum. Angkutan umum yang ada di kota Semarang jumlahnya meleihi dari keutuhan angkutan umum terseut sehingga anyak angkutan umum yang menganggur pada saat diluar jam siuk ahkan ada yang tidak eroperasi sama sekali dan hal ini mengakiatkan terjadinya ketidakefisienan. Untuk mengatasi hal terseut maka sangat perlu untuk dilakukan penelitian untuk menentukan jumlah optimal angkutan umum yang diutuhkan agar iayanya optimal dan dapat memenuhi keutuhan transportasi agi masyarakat kota Semarang. J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari

2 Trayek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Trayek B 35 Jurusan Teroyo Cangkiran yang merupakan trayek yang paling sepi atau trayek kering di kota Semarang. Hal ini dapat dilihat pada kondisi us yang jarang penumpang (dimana load faktor diawah standar DLLAJ seesar 0,7) dan us sering erhenti untuk menunggu penumpang. Trayek B 35 Jurusan Teroyo Cangkiran saat ini dilayani oleh 25 armada us sedang dengan jumlah penumpang rata rata tiap us per hari sekitar 120 penumpang. Trayek ini panjangnya sekitar 30 km dan rata rata kendaraan hanya jalan sekitar 6 rit per hari(satu rit adalah satu kali perjalanan dari tempat asal ke tempat tujuan). 2. METODE PENELITIAN 2.1 Goal Programming Metode yang dapat digunakan untuk memodelkan suatu masalah yang Minimasi : Suject to : m z = n j1 i1 (P oi d i P ui d i ) (a ij x j ) d i d i = i i = 1, 2,..., m mempunyai anyak tujuan adalah Goal Programming. Solusi dari metode ini merupakan solusi optimal dari anyak target yang sekaligus merupakan solusi optimal dari sistem yang sedang dianalisis. Sekalipun demikian, prinsip prinsip metode Goal Programming ini tidak jauh ereda dengan Linear Programming, dimana dalam perhitungan keduanya sama sama menggunakan metode simplek. Peredaan yang mencolok antara keduanya terletak pada teknik memformulasikan permasalahan. [Ref 7, hal ] Goal Programming adalah suatu metode yang memutuhkan informasi urutan ilangan untuk pemuatan keputusan multi kriteria. Dalam Goal Programming Variael deviasi dari tujuan dengan menetapkan prioritas dan oot adalah minimasi daripada optimalisasi kriteria ojektif secara langsung seperti pada Linear Programming. Bentuk umum dari Goal Programming ditunjukkan seagai erikut : Xj, d i, d i 0 i = 1, 2,..., m j = 1, 2,..., n Dimana x i adalah variael dalam persamaan tujuan, i adalah target atau tujuan, a ij adalah koefisien dari variael asis, d i menyatakan kekurangan dari target dari tujuan i, d i menyatakan keleihan dari target dari tujuan i. P ui adalah prioritas yang erhuungan dengan d i dan P oi adalah prioritas yang erhuungan dengan d i. Bila kekurangan dari target memuaskan, d i harus dihilangkan dari fungsi ojektif, ila tujuan harus diterima tepat sesuai target, d i dan d i harus dimasukkan ke dalam fungsi ojektif. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data jumlah penumpang, data waktu tempuh us Variael deviasi harus diranking menurut prioritasnya, dari yang paling penting ke yang kurang penting. Jika tujuan diklasifikasikan ke dalam R rangking, faktor prioritas P r (r = 1,..., R) harus dimasukkan ke dalam variael deviasi. Faktor prioritas memiliki huungan : P r >>>NP r1 (r = 1,..., R1), yang menunjukkan perkalian dari N, agaimanapun esarnya tidak dapat memuat P r1 leih esar daripada atau sama dengan P r. Prosedur algoritmanya adalah metode simplek yang telah dimodifikasi. [Ref 9, hal 6162] pada pagi hari tanpa waktu ngetem, data iaya operasional us. Data Jumlah Penumpang Data Waktu Tempuh Bus Pada Pagi Hari Tanpa Waktu Ngetem Data Biaya Operasional Bus J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari

3 3.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah memahas permasalahan, pematasan sistem yang diamati, stekeholder (pihak yang terliat), elemen masalah dan deskripsi sistem yang relevan. Influence diagram dari permasalahan dapat dilihat pada gamar erikut : Jumlah Penumpang yang Tidak Terlayani (Vts) Jika Pts > K x Nts Jumlah Bus Menganggur (Ets) Jumlah Penumpang (Pts) Jumlah Bus Tiap Shift (Nts) Jumlah Bus (N) Kapasitas Bus (K) Biaya Tidak Tetap (VC) Biaya total FC VC Biaya Tetap (FC) Target Pendapatan (B) tarif x jumlah penumpang Keuntungan Pendapatan Biaya total akan menentukan jumlah us yang eroperasi tiap shift. Jumlah us yang eroperasi tiap shift diperoleh dari jumlah penumpang diagi kapasitas us. Jumlah us total ditentukan oleh jumlah us yang eroperasi tiap shift yang teresar. Dari jumlah us total dan jumlah us yang eroperasi dapat diperoleh jumlah us yang menganggur yaitu dengan mengurangi jumlah us total dengan jumlah us yang eroperasi. Jumlah penumpang yang tidak terlayani diperoleh ila jumlah penumpang leih esar dari jumlah us dikali kapasitasnya. Biaya operasional terdiri dari iaya tetap dan iaya tidak tetap. Biaya tetap diperoleh dari jumlah us dan iaya tidak tetap diperoleh dari jumlah us yang eroperasi. Dengan iaya operasional dan pendapatan maka diperoleh keuntungan yaitu dengan mengurangkan pendapatan dengan iaya operasional. 3.3 Pengemangan Model Matematis Gamar 1. Influence Diagram Dari gamar influence diagram diatas dapat diketahui ahwa input dari permasalahan penentuan jumlah us adalah jumlah penumpang dan kapasitas us yang Perumusan Model Matematis Fungsi Pencapaian dan keseluruhan formulasi yang akan dikemangkan untuk model Goal Programming adalah seagai erikut : Model Goal Programming Minimasi d 1 Maksimasi d 2 Minimasi d 3 Minimasi d 4 Suject to : t a V ts d 1 d 1 = 0 m FC. N VC. N d 3 d 3 t a t a m s1 N ts s1 = G t a E ts d 4 d 4 = 0 t a N ts d 2 d 2 s = m = B Ets = N s = 1 J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari

4 Jumlah Penumpang Bus Jumlah Penumpang Bus E ts N ts = Et(s1) N(t1)(s1) t = a, s = 2,..., m P ts V ts K. N ts t = a, s = 1 V t(s1) P ts V ts K. N ts t = a, s = 2,..., m V ts, N, N ts, E ts, Estimasi Parameter Perhitungan Jumlah Penumpang Cangkiran Teroyo Dalam menentukan jumlah penumpang diperlukan pemagian waktu erdasarkan shift. Pemagian shift ditentukan dari waktu tempuh us satu kali perjalanan dan digunakan data waktu tempuh us pada pagi hari tanpa waktu ngetem yang terlama yaitu 55 menit. Kemudian jumlah penumpang diagi erdasarkan shift, kolom jumlah penumpang menunjukkan jumlah penumpang yang naik pada saat shif terseut sedangkan kolom waktu pengamatan adalah waktu pengamatan selama interval waktu terseut yang kemudian akan digunakan untuk mengkonversi ke dalam waktu interval jumlah penumpangnya seragam. Setelah diagi ke dalam shift kemudian jumlah penumpang diagi waktu pengamatan dan dikali waktu satu shift yaitu 55 menit. Jumlah penumpang diperoleh dengan mengalikan rata rata jumlah penumpang dengan jumlah us yang eroperasi dalam 1 jam yaitu 6 us. Pola jumlah penumpang us jurusan Cangkiran Teroyo terlihat pada gamar 3.2 erikut : Grafik Jumlah Penumpang Bus Cangkiran Teroyo Interval Waktu 55 menit mulai Gamar 2. Grafik Jumlah Penumpang Bus Jurusan Cangkiran Teroyo Teroyo Cangkiran Pola jumlah penumpang us jurusan Teroyo Cangkiran terlihat pada gamar 3.3 erikut : Grafik Jumlah Penumpang Bus Teroyo Cangkiran Interval Waktu 55 menit mulai Gamar 3. Grafik Jumlah Penumpang Bus Jurusan Teroyo Cangkiran J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari

5 Jumlah Penumpang Bus Pola jumlah penumpang us jurusan Cangkiran Teroyo dan Teroyo Cangkiran terlihat pada gamar 3.4 erikut : Grafik Jumlah Penumpang Bus Interval Waktu 55 menit mulai Cangkiran Teroyo Teroyo Cangkiran Gamar 4. Grafik Jumlah Penumpang Bus Perhitungan Biaya Operasional Biaya operasional us diagi menjadi 2 yaitu iaya tetap dan iaya tidak tetap. Biaya tetap adalah iaya per hari yang dikeluarkan aik us itu eroperasi maupun tidak. Biaya tidak tetap adalah iaya yang dikeluarkan untuk operasi us per km atau per satu kali jalan. Biaya Tetap Biaya tetap dihitung per hari dengan asumsi 1 tahun adalah 300 hari karena pada umumnya is hanya eroperasi 6 hari dalam 1 minggu. Dalam perhitungan, yang termasuk iaya tetap adalah pemelian us, ijin trayek, STNK, kir, gaji sopir, gaji kondektur. Perhitungan iaya tetap dapat dilihat pada tael 3.1 erikut : Tael 1. Perhitungan Biaya Tetap Operasional Bus Biaya Tetap Biaya Jangka Waktu Biaya / hari Pemelian us 170,000, tahun 56,667 Ijin trayek 10,000, tahun 3,333 STNK 400,000 1 tahun 1,333 Kir 160,000 6 ulan 1,067 Gaji supir 40,000 1 hari 40,000 Gaji kondektur 30,000 1 hari 30,000 Total 132,400 Jadi iaya yang harus dikeluarkan per hari aik us terseut eroperasi maupun tidak adalah Rp , Biaya Tidak Tetap Biaya tidak tetap dihitung per km. Dalam perhitungan, yang termasuk iaya tidak tetap adalah ahan akar, an, oli, gemuk, minyak rem, kampas rem, kep koupling, dinamo. Perhitungan iaya tetap dapat dilihat pada tael 3.2 erikut : Tael 2. Perhitungan Biaya Tidak Tetap Operasional Bus Biaya Tidak Tetap Biaya Keutuhan Jangka Penggunaan (km) Biaya / km BBM 4,300 1 liter Ban 150,000 6 uah Oli 11,000 8 liter Gemuk 25,000 1 kg Minyak rem 7,500 1 liter Kampas rem 45,000 1 set J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari

6 Kep Koupling 30,000 1 uah Dinamo 60,000 1 uah Servis 50,000 1 kali Total 953 Jadi iaya tidak tetap yang harus dikeluarkan adalah Rp 953, per km dan jarak Teroyo Cangkiran adalah 30 km sehingga iaya per perjalanan adalah Rp 953, x 30 = Rp , per perjalanan. Perhitungan Kapasitas Kapasitas us adalah daya angkut us tetapi karena jarak yang ditempuh us cukup jauh dan kecenderungan penumpang naik turun cukup tinggi sehingga kapasitas sekali jalan us leih tinggi dari kapasitasnya. Kapasitas us sekali jalan adalah kapasitas us ditamah kapasitas us dikali prosentase penumpang yang menempuh jarak pendek. Kapasitas us sekali jalan = 30 (30 x 0,5) = 45 orang per perjalanan. 3.4 Solusi Model Solusi optimal dari model Goal Programming yang telah dikemangkan dan diselesaikan dengan antuan software QS adalah seagai erikut : Tael 3. Hasil Running QS Metode Goal Programming No Decision Variale Solution Value 1 d d d 2 5,095, d d d d 4 8 d 4 81 Tael 4. Hasil Running QS Metode Goal Programming (lanjutan tael 3.3) Shift Va V Na N Ea E J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari

7 3.5 Analisis Jumlah Penumpang Dari hasil pengamatan di lapangan dan pengolahan data diperoleh ahwa jumlah penumpang memiliki suatu pola erdasarkan waktunya dan jumlahnya juga ereda dari pagi, siang, maupun sore. Pada saat pagi hari jumlah penumpang dari Cangkiran leih anyak karena cangkiran merupakan daerah yang masih pedesaan sehingga pada pagi hari anyak yang pergi aik ke sekolah, kantor maupun parik yang ada di kota. Kemudian jumlah penumpang dari Cangkiran semakin menurun sedangkan jumlah penumpang dari Teroyo pada sore hari justru meningkat meskipun isa dikatakan sedikit ila diandingkan jumlah penumpang pada pagi hari karena pada sore hari anyak orang pulang kerja atau orang dari Cangkiran kemali ke Cangkiran. 3.6 Analisis Model Goal Programming Analisis Solusi Optimal Model Goal Programming Analisis Variael Jumlah Bus Solusi optimal untuk variael jumlah us akan dierikan dalam tael di awah ini : Tael 5. Solusi Optimal GP Jumlah Bus No Variael Nilai Solusi Optimal 1 N 16 Dari tael 3.5 di atas, variael N menyatakan jumlah us total untuk rute Teroyo Cangkiran yang optimal. Solusi optimal untuk N adalah 16 us. Analisis Variael Jumlah Bus Yang Beroperasi Tiap Shift Solusi optimal untuk variael jumlah us yang eroperasi tiap shift akan dierikan dalam tael di awah ini : Tael 6. Solusi Optimal GP Jumlah Bus Yang Beroperasi Tiap Shift No Variael Nilai Solusi Optimal No Variael Nilai Solusi Optimal 1 n a n n a n n a n n a n n a n n a n n a n n a n n a n n a n n a n n a n 12 9 Dari tael 3.6 di atas, variael n a1 menyatakan jumlah us yang erangkat dari terminal a (Terminal Cangkiran) pada shift 1 (pukul ). Solusi optimal untuk na1 adalah 8 us jadi jumlah us yang erangkat dari terminal Cangkiran pada saat shift 1 adalah 8 us. Sedangkan n 1 menyatakan jumlah us yang erangkat dari terminal (Terminal Teroyo) pada shift 1 (pukul ). Solusi optimal untuk n1 adalah 8 us jadi jumlah us yang erangkat dari terminal Teroyo pada saat shift 1 adalah 8 us. Jumlah us adalah 16 us jadi isa dipastikan ahwa pada shift 1 jumlah us yang menganggur adalah 0 us. Dari tael di atas terlihat J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari

8 ahwa jumlah us yang erangkat tiap shiftnya ereda sehingga waktu keerangkatan antar us juga ereda tiap shiftnya. Pada shift 1 jumlah us jumlah us yang erangkat dari Teroyo atau n 1 adalah 8 erarti waktu keerangkatan antar us adalah sekitar 7 menit. Pada shift 2 jumlah us yang erangkat dari Teroyo adalah 6 erarti waktu keerangkatan antar us adalah sekitar 9 menit. Pada shift 3 jumlah us yang erangkat dari Teroyo adalah 7 us erarti waktu keerangkatan antar us adalah sekitar 8 menit. Kondisi ini ereda dengan kondisi saat ini yaitu waktu keerangkatan antar us adalah 10 menit tanpa memandang jumlah penumpang sehingga aik jam sepi maupun ramai waktu keerangkatan us sama yaitu 10 menit. Bila dilihat dari jumlah penumpang yang eruah setiap waktu maka leih aik waktu keerangkatan us juga disesuaikan dengan jumlah penumpang sehingga tidak terjadi penumpang menunggu terlalu lama pada jam ramai dan us kosong pada jam sepi. Waktu keerangkatan us seaiknya eruah sepanjang waktu mengikuti jumlah penumpang yang ada Analisa Pencapaian Tujuan Berikut ini akan dierikan hasil pencapaian masing masing tujuan dalam solusi optimal model Goal Programming : 1) Tujuan pertama yaitu meminimalkan penumpang yang tidak terlayani. Nilai penyimpangan atau deviasi positif d 1 ernilai 0 erarti jumlah penumpang yang tidak terlayani sesuai dengan target yaitu 0. 2) Tujuan kedua yaitu memaksimalkan keuntungan. Nilai penyimpangan atau deviasi negatif d2 ernilai erarti keuntungan yang diperoleh per hari adalah Rp , umtuk 16 us atau Rp , per us per hari. 3) Tujuan ketiga adalah meminimalkan jumlah us yang menganggur. Nilai penyimpangan atau deviasi positif d3 ernilai 81 erarti dalam satu hari rata rata satu is mengangur selama 5,1 shift. Bila dilihat nilai penyimpangan ini memang cukup esar hal ini karena jumlah penumpang tiap shiftnya sangat ereda. Bila nilai jumlah is yang menganggur ingin ditekan lagi maka pada saat jam siuk akan leih anyak orang yang tidak mendapatkan us Analisa Sensitivitas Analisa sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seerapa esar peruahan yang terjadi ila terjadi peruahan input. Analisa sensitivitas dilakukan terhadap data jumlah penumpang karena jumlah penumpang merupakan parameter yang mudah eruah. Bila terjadi peruahan jumlah penumpang maka variael keputusan seperti jumlah us dan jumlah us yang erangkat akan eruah. Analisa sensitivitas dilakukan dengan menguah jumlah penumpang erkurang 10% dan ertamah 10% (Data hasil running QS untuk jumlah penumpang erkurang 10% dapat dilihat pada lampiran B2 dan untuk jumlah penumpang ertamah 10% dapat dilihat pada lampiran B3). Bila jumlah penumpang erkurang 10% maka jumlah us akan eruah yaitu seesar 13 atau erkurang 3 us sedangkan ila jumlah penumpang ertamah 10% maka jumlah us akan menjadi 18 us atau ertamah 2 us. Penurunan jumlah penumpang dapat terjadi terutama pada saat hari liur atau hari liur sekolah. Sedangkan kenaikan jumlah penumpang dapat terjadi pada saat hari raya. 3.7 Analisis Perandingan Kondisi Aktual Dan Solusi Model GP Jumlah us Jurusan Teroyo Cangkiran saat ini adalah 25 us dan nilai ini leih esar daripada jumlah us yang didapat dari model Goal Programming yaitu 16 us. Bila melihat solusi model Goal Programming maka isa dikatakan jumlah us saat ini terlalu anyak karena dengan 16 us saja dapat mengangkut semua penumpang atau dengan kata lain penumpang yang tidak terlayani = 0. Jumlah us yang erangkat saat ini adalah 1 us tiap 10 menit atau sekitar 6 us tiap shift. Bereda dengan solusi model Goal Programming yang tiap shiftnya jumlah us yang erangkat ereda eda menyesuaikan jumlah demand yang ada. J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari

9 Untuk kondisi saat ini yaitu us erangkat tiap 10 menit, pengaturannya dapat dilakukan leih mudah tetapi hal ini kurang aik karena memang jumlah penumpang tidak sama tiap waktu sehingga saat jam sepi jumlah us yang eroperasi sama dengan jumlah us saat jam ramai sehingga menyeakan pemorosan. Untuk solusi Goal Programming saat jam sepi ada eerapa us yang memang tidak eroperasi hal ini mungkin leih aik karena us yang eroperasi leih sedikit sehingga jumlah penumpang tiap usnya leih anyak sehingga leih efisien. 4. KESIMPULAN Jumlah penumpang us dari Cangkiran pada pagi hari leih anyak daripada jumlah penumpang dari Teroyo sedangkan pada sore hari erlaku sealiknya meskipun jumlahnya sedikit ila diandingkan pada pagi hari. Jumlah penumpang paling anyak adalah pada pagi hari aik dari Teroyo maupun dari cangkiran. Dari hasil solusi optimal model Goal Programming didapatkan ahwa jumlah penumpang yang tidak terlayani adalah 0 dan total keuntungan Rp , per hari dengan jumlah us 16 sehingga keuntungan tiap us Rp , per hari. Berarti dengan 16 uah us yang eroperasi sudah dapat untuk melayani permintaan yang ada saat ini dan keuntungan yang diperoleh juga cukup aik. DAFTAR PUSTAKA [1] Daellenach, Hans G, Systems and Decision Making, John Wiley & Sons Ltd, England, [2] Dimyati, Tjuju Tarliah dan Akhmad Dimyati, Operations Research, Sinar Baru Algesindo, Bandung, [3] Ditjend Perhuungan Darat, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur, Tidak Diteritkan, Jakarta, [4] Hiller, Frederick S. dan Gerald J. Lieerman, Introduction To Operation Research, Mc Graw Hill, Singapore, [5] Kusharjoko, Wahyudi, Makalah Profil Angkutan Umum Penumpang Kota Semarang, Magister Teknik Sipil UNDIP, [6] Mujihartono, Eko dkk, Materi Ajar Dasar Dasar Rekayasa Transportasi, Jurusan Teknik Sipil UNDIP, Semarang, [7] Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Usman, Teknik Pengamilan Keputusan, Grasindo, Jakarta, [8] Setijowarno, D. dan R. B. Frazila, Pengantar Sistem Transportasi, Penerit Unika Soegijapranata, Semarang, [9] Taucanon, Mario T., Multiple Criteria Decision Making In Industry, Asian Institute Of Technology, Bangkok,1988. [10] Widodo, Tri dan Wicaksono, Pengaruh Permintaan Terhadap Pelayanan Angkutan Umum Bis Sedang Di Kota Semarang, Tidak diteritkan, Semarang, J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Distriusi Distriusi dapat diartikan seagai kegiatan pemasaran untuk memperlancar dan mempermudah penyampaian arang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 118-177, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 167-178, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT STUDI PENGARUH BENTANGAN(SPAN) PADA SINGLE GIRDER OVERHEAD CRANE DENGAN KAPASITAS 5 TON TYPE EKKE DAN ELKE DAN KAPASITAS 10 TON TYPE EKKE TERHADAP BERAT KONSTRUKSI GIRDERNYA Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,

Lebih terperinci

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN Sumer: Art & Gallery 44 Matematika X SMK Kelompok: Penjualan dan Akuntansi Standar kompetensi persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat terdiri atas tiga kompetensi dasar.

Lebih terperinci

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Ba 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Model kinematika diperlukan dalam menganalisis pergerakan suatu root moil. Model kinematik merupakan analisis pergerakan sistem yang direpresentasikan secara matematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dan pemahasan serius dari pemerintah dan ahli kependudukan. Bila para ahli

Lebih terperinci

4. Mononom dan Polinom

4. Mononom dan Polinom Darpulic www.darpulic.com 4. Mononom dan Polinom Sudaratno Sudirham Mononom adalah pernataan tunggal ang erentuk k n, dengan k adalah tetapan dan n adalah ilangan ulat termasuk nol. Fungsi polinom merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimang: a ahwa seagai pelaksanaan Pasal 19

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR a 6 TRIGONOMETRI A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN ELAJAR Kompetensi Dasar 1. Menghayati pola hidup disiplin, kritis, ertanggungjawa, konsisten dan jujur serta menerapkannya dalam kehidupan sehari hari..

Lebih terperinci

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA Oloni Togu Simanjuntak, Ir. Syamsul Amien, MS Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernahkah anda menjadi seorang pasien yang datang ke dokter dan menolak dirawat? Biasanya penolakan muncul jika sang dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan seperti

Lebih terperinci

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B. Bayangkan suatu fungsi seagai seuah mesin, misalnya mesin hitung. Ia mengamil suatu ilangan (masukan), maka fungsi memproses ilangan yang masuk dan hasil produksinya diseut keluaran. x Masukan Fungsi f

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF Jamiatul Akmal 1, a *, Ofik Taufik Purwadi 2,, Joko Pransytio 3, c 1,3) Jurusan Teknik Mesin, UNILA, Bandar

Lebih terperinci

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN Ba ini akan memahas kapasitas samungan rangka aja ringan terhadap gaya-gaya dalam yang merupakan hasil analisis struktur rangka aja ringan pada pemodelan a seelumnya.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING Diana Puspita Sari, Arfan Backtiar, Heny Puspasri Industria Engineering Department, Diponegoro University Emai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 071-5904 5751 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP 1 TAHUN PELAJARAN 01/01 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 206 ISSN : 2085-428 Perancangan Alat Pemuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis Mujiono,*, Erni Junita Dosen Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Malang *E-mail :

Lebih terperinci

Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah

Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah I. Materi Ajar: Pertemuan : A. Macam-macam ilangan real. Bilangan Asli (A) Bilangan asli adalah suatu ilangan yang mula-mula dipakai untuk memilang. Bilangan asli dimulai

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007 Volume Nomor 2 Desemer 27 Barekeng Desemer 27 hal3-35 Vol No 2 TITIK-ANTARA DI DALAM RUANG METRIK DAN RUANG INTERVAL METRIK (Between-Points In Metric Space And Metric Interval Space MOZART W TALAKUA Jurusan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, maka perbandingan tarif umum berdasarkan biaya operasional kendaraan (BOK) di Kabupaten Gunungkidul

Lebih terperinci

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Sumer: Art and Gallery Standar Kompetensi 6. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linier dan fungsi kuadrat Kompetensi Dasar 6. Mendeskripsikan peredaan konsep relasi dan fungsi

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

LAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL LAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Nurdeni 1, Witri Lestari 2, dan Seruni 3 1 Program Studi Pendidikan Matematika, FTMIPA, Universitas Indraprasta PGRI [Email:

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh BAB IV DATA DAN ANALISIS Indikator indikator pelayanan yang diidentifikasi sesuai dengan standar yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh waktu waktu sibuk pada jaringan

Lebih terperinci

Elli Afrida. Staf pengajar kopertis Wilayah I dpk Unpab

Elli Afrida. Staf pengajar kopertis Wilayah I dpk Unpab 8 EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK A32 DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum. L.) VARIETAS BREBES Elli Afrida Staf pengajar kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R.

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R. PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Taita R. Matana ABSTRACT The purpose of this study was to determine the pereptions

Lebih terperinci

Materi Bahasan. Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis) Analisis Sensitivitas. 1 Pengertian Analisis Sensitivitas

Materi Bahasan. Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis) Analisis Sensitivitas. 1 Pengertian Analisis Sensitivitas Materi ahasan nalisis Sensitivitas (Sensitivity nalysis) Pengertian analisis sensitivitas nalisis sensitivitas dengan metode grafis nalisis sensitivitas dengan metode simpleks Kuliah 7 TI Penelitian Operasional

Lebih terperinci

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. Model Gravitasi

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. Model Gravitasi MEODE ANALISIS ERENCANAAN 2 Materi 1 : L 311 Oleh : Ken Martina Kasikoen Model Gravitasi Model gravitasi adalah model yang paling sering digunakan dalam studi-studi perencanaan dan transportasi, karenanya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 071-90 71 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP 1 TAHUN PELAJARAN 01/01 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW Silviana 1, Nova Risdiyanto Ismail 2 1 Universitas Widyagama Malang/ Dosen Teknik Industri, Kota Malang 2 Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN KAS SEBAGAI TOLOK UKUR PENGENDALIAN BIAYA PADA PDAM KOTA BLITAR. Desi Apriani Retno Murni Sari. STIE Kesuma Negara Blitar

ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN KAS SEBAGAI TOLOK UKUR PENGENDALIAN BIAYA PADA PDAM KOTA BLITAR. Desi Apriani Retno Murni Sari. STIE Kesuma Negara Blitar ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN KAS SEBAGAI TOLOK UKUR PENGENDALIAN BIAYA PADA PDAM KOTA BLITAR Desi Apriani Retno Murni Sari STIE Kesuma Negara Blitar Astrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON Wiratman Wangsadinata 1, Hamdi 2 1. Pendahuluan Dalam analisis struktur eton, pengaruh peretakan eton terhadap kekakuan unsurunsurnya menurut SNI

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D EFISIENSI DAN EFEKIVIAS SIRIP LONGIUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPA KEADAAN AK UNAK KASUS 2D PK Purwadi Jurusan eknik Mesin, FS, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Email: pur@mailcity.com ABSRAK Penelitian

Lebih terperinci

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0 B.3 Fungsi Kuadrat a. Tujuan Setelah mempelajari uraian kompetensi dasar ini, anda dapat: Menentukan titik potong grafik fungsi dengan sumu koordinat, sumu simetri dan nilai ekstrim suatu fungsi Menggamar

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Kebijakan penetuan tarif angkutan penumpang umum harus dipertimbangkan sesuai dengan harga fluktuasi bahan bakar minyak yang setiap tahun berubah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda hidup mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. Kegiatan transportasi ini membutuhkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 10, No. 2, Juli 2006 HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN I Made Alit Karyawan Salain 1 dan I.B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang go pulic di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diamil diatasi pada perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

(R.2) PERBANDINGAN METODE BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM PENDUGAAN PARAMETER REGRESI DENGAN PARTIAL LEAST SQUARE REGRESSION

(R.2) PERBANDINGAN METODE BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM PENDUGAAN PARAMETER REGRESI DENGAN PARTIAL LEAST SQUARE REGRESSION Universitas Padjadjaran, 3 Novemer 200 (R.2) PERANDINGAN METODE OOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM PENDUGAAN PARAMETER REGRESI DENGAN PARTIAL LEAST SQUARE REGRESSION I Gede Nyoman Mindra Jaya Jurusan Statistika

Lebih terperinci

PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF

PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF 49 PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF Pendahuluan Pakan diutuhkan ternak untuk memenuhi keutuhan untuk hidup pokok, produksi

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TUNJANGAN DAERAH BAGI JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR.

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TUNJANGAN DAERAH BAGI JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR. BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN DAERAH BAGI JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv BAB II PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv 2.1. Transformator Daya Transformator adalah suatu alat listrik statis yang erfungsi meruah tegangan guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMELIHARAAN JALAN RELDAOP VI YOGYAKARTA

PERENCANAAN PEMELIHARAAN JALAN RELDAOP VI YOGYAKARTA PERENCANAAN PEMELIHARAAN JALAN RELDAOP VI YOGYAKARTA Ayi Rayhana Aulia 1, and Danang Parikesit 1 1 Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, akultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta E-mail: ayi.rayhana.a@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3 B II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Teori Struktur Ekonomi Pemangunan ekonomi di Indonesia merupakan agian penting dari pemangunan nasional dengan tujuan akhir, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang

Lebih terperinci

PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL

PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL Santoso 1, Yoanes Elias 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

berakhir di Terminal Giwangan. Dalam penelitian ini rute yang dilalui keduanya

berakhir di Terminal Giwangan. Dalam penelitian ini rute yang dilalui keduanya BABV ANALISIS A. Rute Perjalanan Rute perjalanan angkutan umum bus perkotaan yang diteliti ada dua jalur yaitu jalur 7 dan jalur 5 yang beroperasinya diawali dari Terminal Giwangan dan berakhir di Terminal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANASAN EORI. Masalah ersediaan alam Sistem Manufaktur Biasanya suatu perusahaan memagi milik perusahaannya menjadi dua agian.. engaturan persediaan atau inventaris dierikan untuk meningkatkan pengurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi biaya produksi bagi kepentingan manajemen perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. informasi biaya produksi bagi kepentingan manajemen perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan akuntansi iaya yang semula ditujukan untuk menyediakan informasi iaya produksi agi kepentingan manajemen pusahaan, dipluas ke arah penyediaan informasi

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PASAR GEDE KOTA SURAKARTA

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PASAR GEDE KOTA SURAKARTA ANALISIS KARAKTERISTIK DAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PASAR GEDE KOTA SURAKARTA Benny Irawan 1) Amirotul MHM 2) Slamet Jauhari Legowo 3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik, Program Studi

Lebih terperinci

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Vol. 5, No.1, 52-57, Juli 2008 Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Amir Kamal Amir Astrak Sifat-sifat gelanggang evaluasi eserta pemuktiannya sudah ada dieerapa literatur seperti misalnya pada McConnel

Lebih terperinci

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1 PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT- Mata Pelajaran K e l a s Nomor Modul : Matematika : X (Sepuluh) : MAT.X.0 Penulis Pengkaji Materi Pengkaji Media : Drs. Suyanto : Dra.Wardani Rahayu, M.Si. : Drs. Soekiman DAFTAR

Lebih terperinci

TES AKHIR. Kartu-kartu diatas dapat disusun dengan aturan susunan kartu adalah jumlah bilangan kebawah sama dengan jumlah bilangan kesamping

TES AKHIR. Kartu-kartu diatas dapat disusun dengan aturan susunan kartu adalah jumlah bilangan kebawah sama dengan jumlah bilangan kesamping TES AKHIR NAMA KELAS TANGGAL :... : : 1. Perhatikan angka pada kartu ilangan erikut : 1 2 4 5 a. Angka mana saja yang merupakan ilangan ganjil?.. Angka mana saja yang merupakan ilangan genap?.. Kartu-kartu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Bagan Alir Penelitian Pengamatan Lapangan Studi Pustaka Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar Pengumpulan Data Data Primer 1. Load Factor 2. Waktu

Lebih terperinci

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM A COMPARATIVE STUDY OF PLATE STRUCTURE ANALYSIS USING STRIP METHOD, PBI 71, AND FEM Guntara M.

Lebih terperinci

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka atang VI. endahuluan Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 71 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, maka perbandingan tarif angkutan umum berdasarkan biaya operasional kendaraan (BOK) dikabupaten

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan

BAB III LANDASAN TEORI. SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kapasitas Kendaraan Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan angkutan penumpang umum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percoaan Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah kaca yang terletak pada ketinggian 1100 m diatas permukaan laut. Tanaman gerera yang digunakan merupakan iit yang

Lebih terperinci

ANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA

ANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA BAB V AALSA TRAFK PADA JARGA CDMA Analisa trafik pada suatu sistem seluler sangat terkait dengan kapasitas aringan dari sistem terseut. Yang terkait erat dengan kapasitas aringan ini adalah intensitas

Lebih terperinci

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik VII. BALOK KOLOM Komponen struktur seringkali menderita kominasi eerapa macam gaya secara ersama-sama, salah satu contohnya adalah komponen struktur alok-kolom. Pada alok-kolom, dua macam gaya ekerja secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah kerja penelitian Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif pada angkutan Bus DAMRI Trayek Blok M Bandara Soekarno-Hatta dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Silika Hasil Isolasi dari Sekam Padi Analisis kuantitatif dengan metode X-Ray Fluorescence dilakukan untuk mengetahui kandungan silika au sekam dan oksida-oksida lainnya aik logam

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT Standar kompetensi:. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat Kompetensi Dasar:. Memahami konsep fungsi.

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: M-19 PROFIL PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN ANALISIS KORESPONDENSI

PROSIDING ISSN: M-19 PROFIL PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN ANALISIS KORESPONDENSI M-19 PROFIL PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN ANALISIS KORESPONDENSI Titi Purwandari 1, Yuyun Hidayat 2 1,2) Departemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran email

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Inti Anif Fujiati 1, Sri Utami 2 FPMIPA IKIP PGRI MADIUN

Lebih terperinci

E-LEARNING MATEMATIKA

E-LEARNING MATEMATIKA MODUL E-LEARNING E-LEARNING MATEMATIKA Oleh : NURYADIN EKO RAHARJO, M.PD. NIP. 9705 00 00 Penulisan Modul e Learning ini diiayai oleh dana DIPA BLU UNY TA 00 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB XII GAYA DAN TEKANAN

BAB XII GAYA DAN TEKANAN BAB XII GAYA DAN TEKANAN 1. Bagaimanakah huungan antara gaya dan tekanan?. Faktor apakah yang mempengaruhi tekanan di dalam zat cair? 3. Apakah yang dimaksud dengan hukum Pascal? 4. Apakah yang dimasudkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan tahapan yang akan dilakukan dalam menentukan tarif pada bus Mayasari Bakti patas 98A Trayek Pulogadung Kampung Rambutan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWE SALUAN UDAA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 5kV TANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT Arif Putra Utama (), Ir. Arnita, M.T (), Ir. Yani idal, M.T (3) () Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA ANALISA DENGAN KURVA IS, LM DAN BP

KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA ANALISA DENGAN KURVA IS, LM DAN BP Bahan 6 Keijakan Moneter dan Fiskal Dalam Ekonomi Teruka KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA ANALISA DENGAN KURVA IS, LM DAN BP 1. Hal-hal Krusial Untuk Analisa Dengan Kurva

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA JAMBI STUDI KASUS : RUTE ANGKOT LINE 4C JELUTUNG-PERUMNAS

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA JAMBI STUDI KASUS : RUTE ANGKOT LINE 4C JELUTUNG-PERUMNAS ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA JAMBI STUDI KASUS : RUTE ANGKOT LINE 4C JELUTUNG-PERUMNAS Oleh Muhamad Rizki Sahdiputra NIM : 15009122 (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi

Lebih terperinci

Bab III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan

Bab III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan Ba III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan Pada a ini, akan diahas penyearan oksigen di pemuluh kapiler dan jaringan, dimana sel-sel di jaringan diasumsikan mengkonsumsi oksigen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam, masyarakat, atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu tertentu (Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo

KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo KARAKTERISTIK GELOMBANG PECA DI PERAIRAN PERAK SURABAYA Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo Astract The ojectives of this study were to examine the height and period of sea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup dan benda mati dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh

Lebih terperinci

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL Handali, S 1), Gea, O 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Peningkatan pertumuhan jagung melalui pemerian pupuk merupakan usaha untuk memperaiki kondisi pertumuhan jagung dan menamah keseuran tanah. Pemerian pupuk

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu wilayah atau area yang sedang berkembang terjadi peningkatan volume pergerakan atau perpindahan barang dan manusia yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI

ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI A.P.M., Tarigan *) dan Ahmad Syarif Zein **) *) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU **) Sarjana Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 071-5904 5751 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP 1 TAHUN PELAJARAN 01/01 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

Pengaruh Overshooting Coverage Terhadap Kualitas Layanan pada Universal Mobile Telecommunication System (UMTS)

Pengaruh Overshooting Coverage Terhadap Kualitas Layanan pada Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) 1 Pengaruh Overshooting Coverage Terhadap Kualitas Layanan pada Universal Moile Telecommunication System (UMTS) Bayu Bisworo IM.916342 Pemiming: Ir. Endah Budi Purnomowati, MT dan Gaguk Asmungi, ST., MT.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING Oleh : Sintha Yuli Puspandari 1206 100 054 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, M. T Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO Astrid Fermilasari NRP : 0021060 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

Model Regresi Berganda

Model Regresi Berganda REGREI DAN KORELAI LINEAR BERGANDA Materi:. Konsep Analisis Regresi Berganda. Penduga Koefisien Regresi 3. Model regresi dengan dua variael eas 4. Contoh Kasus 5. Koefisien Determinasi dan koefisien korelasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Februari 2005, tergerus hingga posisi Rp.29 Triliun. Memang kondisi pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. Februari 2005, tergerus hingga posisi Rp.29 Triliun. Memang kondisi pada saat itu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar elakang Instrumen-instrumen investasi akan semakin menarik dimana salah satunya adalah reksadana yang dapat menjadi satu pilihan portofolio investasi terutama yang diteritkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Studi Mobil Penumpang Umum trayek Caruban Ngawi (MPU CN) ini menghubungkan Kota Caruban dan Kota Ngawi. Panjang rute Caruban Ngawi 35 km dan rute arah Ngawi - Caruban 33 km

Lebih terperinci

PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK

PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK Arantika Desmawati, Respatiwulan, dan Dewi Retno Sari S Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Seelas Maret Astrak.

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1)

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1) PENDEKATAN TEORI A. Perpindahan Panas Perpindahan panas didefinisikan seagai ilmu umtuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya peredaan suhu diantara enda atau material (Holman,1986).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA KREDIT KONSUMSI, DAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP KREDIT KONSUMSI BANK UMUM DI INDONESIA,

PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA KREDIT KONSUMSI, DAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP KREDIT KONSUMSI BANK UMUM DI INDONESIA, EKO-REGIONAL, Vol.6, No., Maret 0 PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA KREDIT KONSUMSI, DAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP KREDIT KONSUMSI BANK UMUM DI INDONESIA,004-008 Oleh Nunik Kadarwati ) dan Oke

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur.

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur. BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Hasil Survey Primer Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan secara langsung kepada operator yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur. Metode wawancara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu,secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. MANAJEMEN Manajemen adalah Kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penempatan orang (stafing), pengendalian (controlling), pengamilan keputusan (decision) dan

Lebih terperinci

UPAYA KECIL BERKELANJUTAN MENGURANGI PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL MELALUI PEMBELAJARAN PEMBUATAN ALAT PERAGA DALAM PERKULIAHAN FLUIDA

UPAYA KECIL BERKELANJUTAN MENGURANGI PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL MELALUI PEMBELAJARAN PEMBUATAN ALAT PERAGA DALAM PERKULIAHAN FLUIDA 180 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal. 180-185 UPAYA KECIL BERKELANJUTAN MENGURANGI PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL MELALUI PEMBELAJARAN PEMBUATAN ALAT PERAGA DALAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE Jurnal Fisika. Volume 03 omor 02 Tahun 2014, hal 84-88 HUBUGA B VALUE DEGA FREKUESI KEJADIA DA MAGITUDO GEMPA BUMI MEGGUAKA METODE GUTEBERG-RICHTER DI SULAWESI TEGAH PERIODE 2008-2014 or Hidaya Rachmawati,

Lebih terperinci

Message Authentication Code (MAC) Pembangkit Bilangan Acak Semu

Message Authentication Code (MAC) Pembangkit Bilangan Acak Semu Bahan Kuliah ke-21 IF5054 Kriptografi Message Authentication Code (MAC) Pemangkit Bilangan Acak Semu Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004

Lebih terperinci

DETERMINAN, INVERS, PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR

DETERMINAN, INVERS, PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DETERMINAN, INVERS, PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DETERMINAN Definisi Setiap matriks kuadrat/persegi mempunyai suatu nilai khusus yang diseut determinan. determinan adalah jumlah hasil kali elementer

Lebih terperinci

Metode Simpleks Diperbaiki (Revised Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks Diperbaiki (Revised Simplex Method) Materi Bahasan /7/ Metode Simpleks Diperaiki (Revised Simple Method) Kuliah TI Penelitian Operasional I Materi ahasan Dasar-dasar aljaar dari metode simpleks Metode simpleks yang diperaiki TI Penelitian Operasional I

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN NLISIS KONSENTRSI TEGNGN PD GELGR BERLUBNG MENGGUNKN PEMODELN DN EKSPERIMEN khmad aizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com strak Belum diketahuinya

Lebih terperinci