Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang"

Transkripsi

1 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka atang VI. endahuluan Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka atang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari sejumlah atang-atang yang disamung satu dengan yang lain pada kedua ujungnya, sehingga mementuk satu kesatuan struktur yang kokoh. entuk rangka atang dapat ermacam-macam sesuai dengan fungsi dan konstruksi, seperti konstruksi untuk jematan, rangka untuk atap, serta menara, dan sesuai pula dengan ahan yang digunakan, seperti aja atau kayu. ada konstruksi erat, atang konstruksi diuat dari ahan aja, yakni atang aja yang diseut aja profil, seperti aja siku, aja kanal, aja C, aja I, dan aja profil lainnya. Rangka konstruksi erat yang dimaksud di atas adalah jematan, rangka angunan parik, menara yang tinggi dan seagainya. anyak pula dijumpai konstruksi rangka atang yang diuat dari ahan kayu, aik erupa alok maupun papan. Konstruksi rangka kayu ini anyak dimanfaatkan untuk kuda-kuda rangka atap, atau konstruksi yang terlindung. atang-atang pada konstruksi rangka aja iasanya disamung satu dengan yang lain dengan menggunakan las, paku keling atau aut. Sedangkan pada konstruksi rangka kayu lazimnya samungan itu dilakukan dengan aut atau paku. Samungan-samungan ini diseut simpul. erdasarkan anggapan terseut, maka atang-atang pada rangka atang ersifat seperti tumpuan pendel, sehingga padanya hanya timul gaya aksial saja. Hal itu akan terjadi apaila gaya-gaya itu menangkap pada simpul. engan demikian suatu konstruksi rangka atang jika dieani gaya pada simpul akan hanya mengalami Gaya Normal, yang selanjutnya diseut Gaya atang. Gaya atang ini ersifat tarik atau desak. VI

2 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT entuk rangka atang sederhana yang paling stail adalah segi tiga. Satu atau dua atang tidak dapat mementuk rangka. Sealiknya entuk segi empat atau leih tidak dapat mementuk rangka atang yang stail dan kaku. Rangka atang yang lail itu akan menjadi kaku ila ditamahkan diagonal, seperti diperlihatkan pada Gamar 6.. ( a) () (c) Gamar 6. Rangka atang Stail Rangka atang pada Gamar 6.a stail, dan pada Gamar 6. tidak stail, akan stail ila dieri satu atang diagonal, sedangkan pada Gamar 6.c tidak stail, akan stail ila dieri dua atang diagonal. dapun rangka atang yang akan diahas erupa rangka yang tersusun dari rangka segi tiga. eragai entuk rangka atang dapat dilihat pada Gamar 6.. Gamar 6.a Rangka Sederhana Gamar 6. Rangka elengkung VI

3 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT Gamar 6.c Rangka ortal artt Howe Warren Rangka K altimore Gamar 6.d Rangka atang Untuk Jematan Fink Warren Gamar 6.e Rangka Untuk tap VI

4 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT VI. engertian Rangka atang Suatu struktur portal tiga sendi, apaila dieani muatan titik pada sendi S, seagaimana terlihat pada Gamar 6., maka reaksinya dapat dicari seperti reaksi pada perletakan, yaitu erupa reaksi vertikal saja, dan gayagaya dalamnya sesuai dengan pengertian portal tiga sendi, maka pada struktur itu hanya terdapat gaya aksial pada atang S dan S, sedangkan pada atang terdapat gaya aksial tarik. Struktur semacam ini diseut Rangka atang,m yang gaya dalamnya hanya erupa Gaya ksial saja. S S Gamar 6. ortal Tiga Sendi, ila erletakan iganti Rangka atang yang akan diahas adalah rangka atang sederhana, yaitu rangka atang yang memenuhi syarat erikut :. Sumu atang erimpit dengan garis dengan garis penghuung antara kedua ujung sendi. Titik samungan diseut titik simpul atau simpul. Garis yang menghuungkan semua simpul pada konstruksi rangka diseut garis sistem.. Muatan yang ekerja pada rangka atang harus menangkap pada simpul.. Garis sistem dan gaya luar harus terletak dalam satu idang datar. 4. Rangka atang merupakan rangka atang statis tertentu, aik ditinjau dari keseimangan gaya luar maupun dari keseimangan gaya dalam. VI 4

5 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ari persyaratan terseut di atas, jadi rangka atang sederhana adalah suatu rangka atang yang tersusun dari segitiga-segitiga atang. Salah satu entuk rangka atang sederhana diperlihatkan pada Gamar 6.4. G H 4 K 5 C E F I J L Gamar 6.4 Rangka atang Sederhana atang-atang pada rangka atang di atas, dapat diagi menjadi atang tepi dan atang pengisi, yang dirinci seagai erikut : (a) atang tepi atas, yaitu atang-atang,,, 4, 5, 6; () atang tepi awah, yaitu atang-atang,,,,, ; (c) atang pengisi diagonal yang diseut atang diagonal, yaitu atang-atang 4, 6,, ; (d) atang pengisi tegak yang diseut atang tegak, yaitu atang-atang, 5,,,. Sedangkan simpul pada rangka, yaitu,, C,, E, F, G, H, I, J, K, dan L. Rangka atang terdiri dari m atang dan sejumlah r reaksi perletakan, akan mendapatkan sejumlah (m + r) esaran yang tidak diketahui. Untuk menghitung (m + r) esaran ini diperlukan (m + r) persamaan. Untuk s simpul menghasilkan s persamaan. engan demikian suatu konstruksi rangka atang statis tertentu harus memenuhi syarat s (m + r) atau s m r, merupakan syarat kekakuan suatu rangka atang statis tertentu (kestailan konstruksi). ila s m r <, rangka atang merupakan rangka tidak kaku. ila s m r >, rangka atang merupakan rangka statis tak tentu. VI. nalisa Struktur nalisa rangka atang sederhana terdiri dari tiga tahap, yaitu :. Memeriksa kekakuan rangka atau kestailan konstruksi. Menghitung keseimangan gaya luar, atau reaksi perletakan. Menghitung keseimangan gaya dalam, atau gaya-gaya atang. VI 5

6 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT paila konstruksi dalam keadaan seimang, maka seluruh simpul harus dalam keadaan seimang. Jika tiap-tiap simpul dalam keadaan seimang dan gaya-gaya juga menangkap pada simpul, maka gaya luar dan gaya dalam pada simpul merupakan gaya-gaya yang seimang. Hal ini hanya mungkin ila gaya dalam erupa gaya aksial yang ekerja sepanjang sumu atang yang diseut gaya atang. Untuk menghitung gaya atang suatu rangka dapat ditinjau dari dua pendekatan, yakni :. Keseimangan titik, memperlihatkan ahwa ila konstruksi dalam keadaan seimang, maka seluruh simpul harus dalam keadaan seimang yang harus memenuhi syarat keseimangan V dan H.. Keseimangan agian, memperlihatkan ahwa ila konstruksi dalam keadaan seimang, maka seluruh atau seagian konstruksi harus dalam keadaan seimang yang memenuhi syarat keseimangan V, H, dan M. Selanjutnya kedua pendekatan terseut, gaya atang dapat dihitung dengan cara analitis dan grafis. VI.. Metode Keseimangan Titik Simpul Cara nalitis (metode of joint) ada suatu konstruksi rangka, keseluruhan konstruksi serta titik simpul harus dalam keadaan seimang, dan tiap simpul harus dipisahkan satu sama lain. Tiap-tiap titik simpul dalam keadaan seimang akiat gaya luar yang ekerja pada simpul itu, dan gaya dalam (gaya atang) yang timul di titik itu. Gaya luar dan gaya atang erpotongan di titik simpul, maka untuk menghitung gaya-gaya yang elum diketahui digunakan persamaan V dan H. ari dua persamaan di atas, maka pada tiap-tiap simpul yang akan dicari gaya atangnya harus hanya (dua) atau (satu) atang yang elum diketahui dan dianggap seagai atang tarik (meninggalkan simpul). Gaya-gaya atang yang sudah diketahui, ila atang tarik arahnya meninggalkan simpul, dan ila atang tekan arahnya menuju simpul. Jadi VI 6

7 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT tiap-tiap titik simpul dapat dicari keseimangannya satu demi satu, sehingga seluruh konstruksi dapat diketahui gaya-gaya atangnya. Seagai contoh konstruksi rangka atang kuda-kuda seperti pada Gamar 6.5, akan dicari gaya-gaya atangnya. V 4 o 5 o C L/ L/ Gamar 6.5 Rangka atang Kuda-Kuda V Terleih dahulu tentukan kestailan konstruksi, dengan menggunakan persamaan : s m r, dimana diketahui; s 4, m 5, r (sendi ilangan reaksi + rol ilangan reaksi), maka diperoleh :.4 5, jadi konstruksi stail. egitu juga reaksi perletakan, tentukan secara analitis dengan menggunakan keseimangan momen pada salah satu titik tumpuan. ΣM ΣM V. L +. L / V V. L +. L / V. 6.a). 6.) Untuk menentukan gaya-gaya atang, diawali dengan meninjau simpul, ada gaya reaksi V sudah diketahui yang arahnya menuju simpul, dan ada dua atang yang gaya atangnya elum diketahui, yaitu gaya atang dan 4 yang dimisalkan dan 4, maka kedua atangnya dianggap tarik dengan arah meninggalkan simpul. V α 4 ΣV V V 4 sin α sin ΣH sin α cos α 4 cos α c) o d ) ( ) cos o, VI

8 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT Tanda 4 adalah negatif, erarti atang tekan (menuju simpul), dan tanda adalah positif, erarti atang tarik (meninggalkan simpul). Setelah itu tinjau simpul C, ada gaya dan gaya atang sudah diketahui, keduanya mempunyai arah meninggalkan simpul, dan ada dua atang yang gaya atangnya elum diketahui, yaitu gaya atang 5 dan yang dimisalkan 5 dan, maka kedua atangnya dianggap tarik dengan arah meninggalkan simpul C. C 5 ΣV + ΣH ,e)...6. f ), Tanda 5 dan adalah positif, erarti atang tarik (meninggalkan simpul). Selanjutnya tinjau simpul, ada gaya atang 5 dan 4 sudah diketahui, dengan arah 5 meninggalkan simpul dan 4 menuju simpul, dan ada satu atang yang gaya atangnya elum diketahui, yaitu gaya atang yang dimisalkan, maka atangnya dianggap tarik dengan arah meninggalkan simpul. 4 5 ΣV sinα sinα () + ()sin o sin ΣH cosα + ()cos sinα o sinα...6.g) cosα...6.h) + ( )cos o VI

9 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT Tanda adalah negatif, erarti atang tekan (menuju simpul). Semua atang gaya atangnya sudah diketahui, namun untuk memuktikan keseimangan pada semua titik simpul, perlu ditinjau simpul, ada gaya reaksi V yang arahnya menuju simpul, gaya atang arahnya meninggalkan simpul, dan gaya atang arahnya menuju simpul. α ΣV V sinα...6.i) ()sin o V ΣH + cosα...6. j) (, ) + ()cos o ari persamaan keseimangan gaya vertikal dan horisontal, terukti ahwa gaya-gaya atang pada simpul sudah seimang. Setelah semua titik keseimangan ditinjau dapat diringkaskan esarnya gaya atang seluruh rangka seperti terlihat dalam Tael 6.. Tael 6. aftar Gaya-Gaya atang Contoh Rangka atang Kuda-Kuda No atang Gaya-Gaya atang (satuan gaya) Tarik (+) Tekan (-), -, VI.. Metode Keseimangan Titik Simpul Cara Grafis (metode Cremona) ila gamar-gamar segi anyak pada tiap-tiap titik simpul, pada metode keseimangan titik simpul, secara grafis disusun menjadi satu, maka terjadilah diagram Cremona. Cremona adalah orang yang pertama kali menguraikan diagram terseut. ada diagram Cremona, tiap-tiap gaya dilukiskan (dua) kali VI

10 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT yang erlawanan arahnya. eninjauan keseimangan gaya atang pada tiap-tiap simpul dengan penggamaran segi anyak gaya, maka akan diperoleh gaya atang tarik ertanda positif ila anak panah meninggalkan simpul, dan sealiknya gaya atang tekan etanda negatif ila anak panah menuju simpul. paila rangka atang yang ditinjau misalkan erupa rangka atang jematan seperti pada Gamar 6.6, maka untuk mencari gaya-gaya atang seluruh atang dengan menggunakan metode keseimangan titik simpul cara grafis juga menempuh pendekatan yang sama dengan analitis, yakni dimulai dari suatu titik simpul yang hanya mempunyai dua atang yang elum diketahui gaya atangnya. C 6 V 45 o 45 o 5 E 4 L/ L/ V Gamar 6.6 Rangka atang Jematan Sederhana Terleih dahulu tentukan kestailan konstruksi, dengan menggunakan persamaan : s m r, dimana diketahui; s 5, m, r (sendi ilangan reaksi + rol ilangan reaksi), maka diperoleh :.5, jadi konstruksi stail. Untuk melukiskan diagram Cremona, maka digamarkan dulu reaksi perletakannya dengan antuan lukisan kutu, seperti pada Gamar 6.. Selanjutnya dengan melakukan operasi cara grafis pada tiap-tiap titik simpul yang dimulai dari simpul yang hanya mempunyai dua atang yang elum diketahui gaya atangnya, maka dapat dicari esarnya gaya atang seluruh konstruksi. rah putaran dari diagram Cremona dapat sesuai VI

11 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT dengan arah jarum jam atau sealiknya. Untuk menentukan esarnya nilai gaya-gaya atang perlu penetapan skala gaya. C 6 V 45 o 45 o 5 E 4 L/ L/ V V r V r Gamar 6. Lukisan kutu Reaksi erletakan Contoh Rangka Jematan Tinjau simpul, ada gaya reaksi V sudah diketahui, dan ada dua atang yang gaya atangnya elum diketahui, yaitu gaya atang dan 5 yang dimisalkan dan 5. Keseimangan titik simpul, secara grafis untuk arah putaran diagram Cremona erlawanan arah jarum jam, digamarkan seagai erikut : + 5 V - a) Keseimangan Titik Simpul VI

12 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT Gaya atang 5 meninggalkan simpul, ertanda positif, erarti atang tarik, dan gaya atang menuju simpul, ertanda negatif, erarti atang tekan. Setelah itu tinjau simpul, gaya atang sudah diketahui ertanda negatif, dan ada dua atang yang gaya atangnya elum diketahui, yaitu gaya atang 6 dan yang dimisalkan 6 dan. Keseimangan titik simpul, secara grafis untuk arah putaran diagram Cremona erlawanan arah jarum jam, digamarkan seagai erikut : ) Keseimangan Titik Simpul Gaya atang 6 meninggalkan simpul, ertanda positif, erarti atang tarik, dan gaya atang menuju simpul, ertanda negatif, erarti atang tekan. Selanjutnya tinjau simpul E, ada gaya, atang 5 dan 6 sudah diketahui ertanda positif, dan ada dua atang yang gaya atangnya elum diketahui, yaitu gaya atang 4 dan yang dimisalkan 4 dan. Keseimangan titik simpul E, secara grafis untuk arah putaran diagram Cremona erlawanan arah jarum jam, digamarkan seagai erikut : c) Keseimangan Titik Simpul E VI

13 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT Gaya atang 4 dan keduanya atang tarik. meninggalkan simpul, ertanda positif, erarti Tinjau simpul C, ada gaya atang ertanda negatif dan ertanda positif, keduanya sudah diketahui, ada satu atang yang gaya atangnya elum diketahui, yaitu gaya atang yang dimisalkan. Keseimangan titik simpul C, secara grafis untuk arah putaran diagram Cremona erlawanan arah jarum jam, digamarkan seagai erikut : c). Keseimangan Titik Simpul C Gaya atang menuju simpul, ertanda negatif, erarti atang tekan. Untuk memuktikan keseimangan pada semua titik simpul, perlu ditinjau simpul, ada gaya reaksi V, gaya atang ertanda negatif dan gaya atang 4 ertanda positif sudah diketahui. V d). Keseimangan Titik Simpul ari diagram Cremona tiap-tiap titik simpul, dapat dilihat adanya komponen-komponen yang dikerjakan dua kali. Untuk menyederhanakan diagram-diagram terseut dapat dirangkumkan dalam satu diagram, seperti Gamar 6.. VI

14 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT + 5 V \ - V Gamar 6. iagram Cremona Setelah semua titik keseimangan ditinjau dapat diringkaskan esarnya gaya atang seluruh rangka seperti terlihat dalam Tael 6.. Tael 6. aftar Gaya-Gaya atang Contoh Rangka atang Jematan No atang Gaya-Gaya atang (satuan gaya) Tarik (+) Tekan (-) -,6 -,6 -,6 4,4-5,4-6,6 -,6 - VI.. Metode Keseimangan agian Cara nalitis (metode Ritter) Seringkali dalam menghitung gaya atang diperlukan waktu yang leih singkat terutama agi konstruksi yang seirama, untuk itu dapat digunakan metode Ritter, yang diseut juga dengan metode pemotongan secara analitis. Kita harus memotong dua atang atau tiga atang, maka gaya-gaya pada potongan terseut mengadakan keseimangan dengan gaya-gaya luar yang ekerja pada kiri potongan maupun kanan potongan. Selanjutnya dapat dihitung gaya-gaya atang yang terpotong terseut. Seagai contoh rangka atang jematan pada Gamar 6.. VI 4

15 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT I E 6 C 5 t V α F G H 4 I ¼ L ¼ L ¼ L ¼ L α V a) Rangka atang Jematan E t α F V ) otongan I-I Gamar 6. Rangka atang jematan dengan pemotongan alam menentukan gaya-gaya atang konstruksi rangka jematan di atas dengan menggunakan metode Ritter, maka terleih dahulu periksa kestailan konstruksi, dimana diketahui s, m, dan r, jadi untuk s m r adalah., erarti konstruksi stail. Kemudian tentukan reaksi perletakan dengan cara analitis, dengan menggunakan keseimangan momen pada salah satu titik tumpuan. VI 5

16 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ΣM L V L ΣM V. L +./ 4L +./ 4L +./ L + / 4L...6.) V ila konstruksi dalam keadaan stail atau seimang, maka seagian konstruksi juga harus dalam keadaan seimang. ada konstruksi rangka atang di atas, konstruksi terseut dipotong oleh seuah garis khayal melalui atang,, dan, maka untuk menjaga keseimangan agian kiri haruslah ada gaya atang,, dan yang mengimangi gaya luar dan V. Hal ini hanya mungkin ila syarat persamaan statik tertentu terpenuhi. Oleh karena itu gaya-gaya terseut hanya akan seimang ila memenuhi syarat : keseimangan V, H, dan M. engan tiga persamaan itu gaya atang,, dan dapat dicari. Hitungan di atas dapat terpenuhi dengan menggunakan persamaan momen dan persamaan gaya vertikal serta gaya horisontal terhadap titik E, yaitu pertemuan atang dan pada potongan I I. Untuk mendapatkan, yaitu : ΣM L L E V. L./ 4L./ 4L./ L./ 4L...6.a) V./ 4L t...6.c) V./ 4L t Untuk mendapatkan, yaitu : ΣV V V Untuk mendapatkan, yaitu : ΣH sinα + cosα + sinα...6.d ) cosα...6.e) VI 6

17 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT VI..4 Metode Keseimangan agian Cara Grafis (metode Culmann) Metode Culmann diseut juga metode pemotongan secara grafis. Cara ini aik sekali untuk menentukan eerapa atang saja dari suatu konstruksi rangka. Untuk mencari gaya atang pada suatu rangka atang, tidak mungkin semuanya mudah, mengingat tidak ada seuah titik sendi yang mempunyai dua gaya atang yang elum diketahui. Semua titik sendi mengikat sekurang-kurangnya tiga atang, sehingga tidak dapat diselesaikan secara grafis dengan Cremona, tentu dapat diselesaikan dengan cara Culmann. C 5 R V 6 L/ E 5 I L/ F 4 L/ V G R a r r r V R r r V r Lukisan kutu `Gamar 6. Gaya atang engan Cara Culmann VI

18 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT Untuk menentukan gaya-gaya atang pada rangka atang Gamar 6., terleih dahulu tentukan kestailan konstruksi, dengan menggunakan persamaan : s m r, dimana diketahui; s 6, m, r (sendi ilangan reaksi + rol ilangan reaksi), maka diperoleh :.6, jadi konstruksi stail. Selanjutnya digamarkan reaksi perletakannya dengan antuan lukisan kutu. Untuk menentukan esarnya nilai gaya-gaya atang perlu penetapan skala gaya. ndaikan rangka atang pada Gamar 6. dipotong oleh garis khayal I I menjadi rangka agian kiri dan rangka agian kanan, maka gaya atang,5 dan yang ekerja pada konstruksi agian kiri akan mengimangi gaya luar V dan. Oleh karena itu gaya-gaya terseut akan saling mengimangi ila resultan gaya dalam menutup resultan gaya luar pada lukisan segi anyak gayanya maupun pada segi anyak atangnya. Resultan gaya luar R a dapat dicari dengan memanfaatkan lukisan segi anyak atang, yaitu menarik urai r dengan gaya penutup yang ertemu di titik G. esarnya R adalah selisih V dan yang dapat diaca pada lukisan segi anyak gaya. Selanjutnya R harus mengimangi atau diuraikan menjadi gaya, 5 dan. engan demikian ketiga atang terseut dapat dicari gaya atangnya dengan keseimangan agian cara grafis. IV.4 Contoh-Contoh Soal dan emahasan Soal. Tentukan gaya-gaya atang dari rangka atang di awah ini dengan metode keseimangan titik simpul cara analitis (metode of joint). C V 45 o 45 o 6 E 5 F 4 kn 6kN m m m Gamar 6. Rangka atang engan Metode of Joint V VI

19 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT enyelesaian : Kestailan konstruksi :.6 konstruksi stail. Reaksi perletakan : + ΣM V V 4. kn + 6 ΣM V V 5. kn Gaya-gaya atang : Keseimangan titik ( ) ( ) 45 o 6 Σ V V + sin α 4 5,66. kn...( sin 45 tekan ) V 4 kn Σ H cos α 5,66 cos kn...( tarik ) Keseimangan titik Σ V sin α 5,66 sin kn...( tarik ) 5,66 kn Σ H 5,66 cos α + cos kn...( tekan ) Keseimangan titik E 6 4 kn 4 kn E 45 o 5 Σ V sin α 4,44. kn...( tekan ) sin 45 Σ H + cos α (, 44 cos 45 ) 5. kn ( tarik ) kn VI

20 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT Keseimangan titik F Σ V + 6. kn...( tarik ) 5 5 kn F 4 Σ H 4 5. kn ( tarik ) 4 6 kn Keseimangan titik C 4 kn C 45 o,44 kn 6 kn Σ V + sin α sin α 6 +,44 sin 45,. kn...( tekan sin 45 Σ H cos α + + cos α,44 cos ( 5 ) cos 45 ) Keseimangan titik kn 45 o 4 5 kn Σ V 5 sin oke Σ H V 5 + cos oke 4 + sin α cos α V 5 kn VI

21 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT Tael 6. aftar Gaya-Gaya atang Metode Keseimangan Titik Simpul Cara nalitis No atang Gaya-Gaya atang (kn) Tarik (+) Tekan (-) - 5,66-4 -, ,44 4 Soal. Tentukan gaya-gaya atang dari rangka atang di awah ini dengan metode keseimangan titik simpul cara grafis (metode Cremona). C V 45 o 45 o 6 E 5 F 4 kn 6kN m m m V V r r V r enyelesaian : Gamar 6. Reaksi erletakan engan Lukisan Kutu Kestailan konstruksi, sama dengan penyelesaian soal. VI

22 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT Gaya-gaya atang dengan metode Cremona : + 6 V V Gamar 6. iagram Cremona Untuk skala gaya : kn cm, dan skala panjang: m cm, maka diperoleh gaya-gaya atang seperti pada Tael 6.4. Tael 6. aftar Gaya-Gaya atang Metode Keseimangan Titik Simpul Cara Grafis No atang Gaya-Gaya atang (kn) Tarik (+) Tekan (-) - 5, ,4 4 Soal. Tentukan gaya-gaya atang dari rangka atang di awah ini dengan metode keseimangan agian cara analitis (metode Ritter). VI

23 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT I C II V 45 o d 45 o I 6 E II 5 F 4 kn 6 kn m m m V m enyelesaian : Gamar 6.4 Rangka atang engan Metode Ritter Kestailan konstruksi dan reaksi perletakan, sama dengan penyelesaian soal. Gaya-gaya atang dengan metode Ritter : - ada potongan I I dapat dicari gaya atang, 6, dan dengan menggunakan persamaan : Σ M E 4. V kn...( tekan ) Σ M 6 4. V.. 4. kn...( tarik ) 6 Σ M atau Σ V V C V 4. kn.6 4. kn...( tarik ) 6.. VI

24 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT - ada potongan II II dapat dicari gaya atang, 5, dan dengan menggunakan persamaan : Σ M d F (,5 5., V +,5. +. d, m,5. kn...( tekan ) Σ M 5 Σ M C V kn...( tarik ) V kn ( tarik ) - Gaya atang, dicari dengan menggunakan persamaan : Σ V V 4 + sin sin α,44. kn...( tekan ) Cara Ritter cocok untuk menghitung gaya atang pada potongan tertentu saja, yaitu potongan yang diduga merupakan atang yang menderita gaya aksial yang paling esar. Soal. Tentukan gaya-gaya atang dari rangka atang di awah ini dengan metode keseimangan agian cara grafis (metode Culmann). C 45 o 45 o 6 E 5 F 4 kn 6kN m m m V Gamar 6.5 Rangka atang engan Cara Culmann VI 4

25 ahan jar Statika Mulyati, ST., MT enyelesaian : Kestailan konstruksi dan reaksi perletakan, sama dengan penyelesaian soal. Reaksi perletakan dengan antuan lukisa kutu, sama dengan penyelesaian soal. Gaya-gaya atang C 5 R V 6 m E I t 5 m F 4 6 t m V G R a r r r V R r r V r Gamar 6.6 Metode Keseimangan agian Cara Grafis Cara Culmann ini hanya digunakan untuk mencari gaya atang pada potongan tertentu saja. esarnya gaya atang, 5, dan, dari cara grafis di atas, untuk skala gaya : kn cm, dan skala panjang: m cm adalah -4 kn (tekan), 5 5 kn (tarik), dan -,4 kn (tekan). VI 5

Konstruksi Rangka Batang

Konstruksi Rangka Batang Konstruksi Rangka atang Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka atang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari sejumlah atang atang

Lebih terperinci

BAB VI DEFLEKSI BALOK

BAB VI DEFLEKSI BALOK VI DEFEKSI OK.. Pendahuluan Semua alok akan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya apaila tereani. Dalam struktur angunan, seperti : alok dan plat lantai tidak oleh melentur terlalu erleihan untuk

Lebih terperinci

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik VII. BALOK KOLOM Komponen struktur seringkali menderita kominasi eerapa macam gaya secara ersama-sama, salah satu contohnya adalah komponen struktur alok-kolom. Pada alok-kolom, dua macam gaya ekerja secara

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR a 6 TRIGONOMETRI A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN ELAJAR Kompetensi Dasar 1. Menghayati pola hidup disiplin, kritis, ertanggungjawa, konsisten dan jujur serta menerapkannya dalam kehidupan sehari hari..

Lebih terperinci

V. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE-LUAS MOMEN

V. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE-LUAS MOMEN V. DEFEKSI BOK ESTIS: METODE-US MOMEN Defleksi alok diperoleh dengan memanfaatkan sifat diagram luas momen lentur. Cara ini cocok untuk lendutan dan putaran sudut pada suatu titik sudut saja, karena kita

Lebih terperinci

BAB XIV V E K T O R Pengertian Vektor adalah besaran yang mempunyai arah. Tafsiran geometri sebuah vektor dilukiskan sebagai panah.

BAB XIV V E K T O R Pengertian Vektor adalah besaran yang mempunyai arah. Tafsiran geometri sebuah vektor dilukiskan sebagai panah. XIV V E K T O R 4. engertian adalah esaran yang mempunyai arah. Tafsiran geometri seuah vektor dilukiskan seagai panah. dengan titik pangkal (a x, a y, a z ) dan titik ujung ( x, y, z ) dinotasikan dengan.

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Samungan Baut Pertemuan - 13 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur aja eserta alat samungnya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

TM. V : Metode RITTER. TKS 4008 Analisis Struktur I

TM. V : Metode RITTER. TKS 4008 Analisis Struktur I TKS 4008 Analisis Struktur I TM. V : METODE RITTER vs CULLMAN Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Metode RITTER Metode keseimbangan potongan (Ritter)

Lebih terperinci

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN Ba ini akan memahas kapasitas samungan rangka aja ringan terhadap gaya-gaya dalam yang merupakan hasil analisis struktur rangka aja ringan pada pemodelan a seelumnya.

Lebih terperinci

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi I.1 Pendahuluan Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini rangka batang sangat penting untuk pembangunan, seperti konstruksi untuk atap, jembatan, menara atau bangunan tinggi lainnya. Bentuk struktur rangka

Lebih terperinci

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam.

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Gaya Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik, gaya dapat diartikan sebagai muatan yang bekerja

Lebih terperinci

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1 PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT- Mata Pelajaran K e l a s Nomor Modul : Matematika : X (Sepuluh) : MAT.X.0 Penulis Pengkaji Materi Pengkaji Media : Drs. Suyanto : Dra.Wardani Rahayu, M.Si. : Drs. Soekiman DAFTAR

Lebih terperinci

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Sumer: Art and Gallery Standar Kompetensi 6. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linier dan fungsi kuadrat Kompetensi Dasar 6. Mendeskripsikan peredaan konsep relasi dan fungsi

Lebih terperinci

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM A COMPARATIVE STUDY OF PLATE STRUCTURE ANALYSIS USING STRIP METHOD, PBI 71, AND FEM Guntara M.

Lebih terperinci

ANALISIS PLASTIS STRUKTUR

ANALISIS PLASTIS STRUKTUR NISIS PSTIS STRUKTUR Tingka laku struktur ila ean yang ekerja pada struktur terseut terus ertama secara linier, maka pada saat struktur dengan ean relatif kecil, esarnya momen-momen yang ada disetiap penampangnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimang: a ahwa seagai pelaksanaan Pasal 19

Lebih terperinci

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN Sumer: Art & Gallery 44 Matematika X SMK Kelompok: Penjualan dan Akuntansi Standar kompetensi persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat terdiri atas tiga kompetensi dasar.

Lebih terperinci

C 7 D. Pelat Buhul. A, B, C, D, E = Titik Buhul A 1 2 B E. Gambar 1

C 7 D. Pelat Buhul. A, B, C, D, E = Titik Buhul A 1 2 B E. Gambar 1 Konstruksi rangka batang atau vakwerk adalah konstruksi batang yang terdiri dari susunan batangbatang lurus yang ujungujungnya dihubungkan satu sama lain sehingga berbentuk konstruksi segitigasegitiga.

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN

ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : 0854-8471 ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN Devi Chandra 1, Gunawarman 1, M. Fadli 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dan pemahasan serius dari pemerintah dan ahli kependudukan. Bila para ahli

Lebih terperinci

RANGKA BATANG ( TRUSS)

RANGKA BATANG ( TRUSS) ANGKA ATANG ( TU) TUKTU ANGKA ATANG truktur rangka adalah struktur yang terdiri dari batang-batang terletak pada bidang rata dihubungkan satu sama lain dengan sendi pada ujung-ujungnya. truktur rangka

Lebih terperinci

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B. Bayangkan suatu fungsi seagai seuah mesin, misalnya mesin hitung. Ia mengamil suatu ilangan (masukan), maka fungsi memproses ilangan yang masuk dan hasil produksinya diseut keluaran. x Masukan Fungsi f

Lebih terperinci

BUKU AJAR ANALISA STRUKTUR II DISUSUN OLEH : I PUTU LAINTARAWAN, ST, MT. I NYOMAN SUTA WIDNYANA, ST, MT. I WAYAN ARTANA, ST.MT

BUKU AJAR ANALISA STRUKTUR II DISUSUN OLEH : I PUTU LAINTARAWAN, ST, MT. I NYOMAN SUTA WIDNYANA, ST, MT. I WAYAN ARTANA, ST.MT UKU JR NIS STRUKTUR II DISUSUN OEH : I PUTU INTRWN, ST, MT. I NYOMN SUT WIDNYN, ST, MT. I WYN RTN, ST.MT PROGRM STUDI TEKNIK SIPI FKUTS TEKNIK UNIVERSITS HINDU INDONESI KT PENGNTR Puji syukur penulis kami

Lebih terperinci

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0 B.3 Fungsi Kuadrat a. Tujuan Setelah mempelajari uraian kompetensi dasar ini, anda dapat: Menentukan titik potong grafik fungsi dengan sumu koordinat, sumu simetri dan nilai ekstrim suatu fungsi Menggamar

Lebih terperinci

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON Wiratman Wangsadinata 1, Hamdi 2 1. Pendahuluan Dalam analisis struktur eton, pengaruh peretakan eton terhadap kekakuan unsurunsurnya menurut SNI

Lebih terperinci

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik da beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks; sistim yang paling sederhana tersebut disebut dengan konstruksi statis tertentu. Contoh : contoh struktur sederhana

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF Jamiatul Akmal 1, a *, Ofik Taufik Purwadi 2,, Joko Pransytio 3, c 1,3) Jurusan Teknik Mesin, UNILA, Bandar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN TEOREMA PYTHAGORAS DARI EUCLID

PEMBUKTIAN TEOREMA PYTHAGORAS DARI EUCLID 1 MKIN OM YHGO I LI {{ umardyono, M.d. }} NHLN eorema apa yang pertama kali dikenal siswa di sekolah? Ya, eorema ythagoras. Walaupun anyak dalil yang dikenal siswa di sekolah namun dalil dengan nama khusus

Lebih terperinci

2 Mekanika Rekayasa 1

2 Mekanika Rekayasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN S ebuah konstruksi dibuat dengan ukuran-ukuran fisik tertentu haruslah mampu menahan gaya-gaya yang bekerja dan konstruksi tersebut harus kokoh sehingga tidak hancur dan rusak. Konstruksi

Lebih terperinci

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv BAB II PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv 2.1. Transformator Daya Transformator adalah suatu alat listrik statis yang erfungsi meruah tegangan guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV KONSTRUKSI RANGKA BATANG. Konstruksi rangka batang adalah suatu konstruksi yg tersusun atas batangbatang

BAB IV KONSTRUKSI RANGKA BATANG. Konstruksi rangka batang adalah suatu konstruksi yg tersusun atas batangbatang BAB IV KONSTRUKSI RANGKA BATANG A. PENGERTIAN Konstruksi rangka batang adalah suatu konstruksi yg tersusun atas batangbatang yang dihubungkan satu dengan lainnya untuk menahan gaya luar secara bersama-sama.

Lebih terperinci

BAB III PENGURAIAN GAYA

BAB III PENGURAIAN GAYA BAB III PENGURAIAN GAYA 3.1. Metode Penguraian Gaya Secara Grafis 1. Membagi sebuah gaya menjadi dua buah gaya yang konkruen Secara grafis dapat dilakukan dengan jajaran genjang gaya atau segitiga gaya.

Lebih terperinci

Oleh : Ir. H. Armeyn Syam, MT FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

Oleh : Ir. H. Armeyn Syam, MT FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG Oleh : Ir. H. Armeyn Syam, MT FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG Struktur rangka batang bidang adalah struktur yang disusun dari batang-batang yang diletakkan pada suatu bidang

Lebih terperinci

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD Modul ke: 02 Fakultas FTPD Program Studi Teknik Sipil STATIKA I Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT Reaksi Perletakan Struktur Statis

Lebih terperinci

MODUL 2 : ARTI KONSTRUKSI STATIS TERTENTU DAN CARA PENYELESAIANNYA 2.1. JUDUL : KONSTRUKSI STATIS TERTENTU

MODUL 2 : ARTI KONSTRUKSI STATIS TERTENTU DAN CARA PENYELESAIANNYA 2.1. JUDUL : KONSTRUKSI STATIS TERTENTU MODUL II (MEKNIK TEKNIK) -1- MODUL 2 : RTI KONSTRUKSI STTIS TERTENTU DN CR ENYELESINNY 2.1. JUDUL : KONSTRUKSI STTIS TERTENTU Tujuan embelajaran Umum Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan mengerti

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT Standar kompetensi:. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat Kompetensi Dasar:. Memahami konsep fungsi.

Lebih terperinci

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Kuliah kedua STATIKA Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Pendahuluan Pada bagian kedua dari kuliah Statika akan diperkenalkan

Lebih terperinci

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL Handali, S 1), Gea, O 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail

Lebih terperinci

DAKTILITAS KOLOM BERDASARKAN RAGAM KERUNTUHAN KOLOM BETON BERTULANG

DAKTILITAS KOLOM BERDASARKAN RAGAM KERUNTUHAN KOLOM BETON BERTULANG Media Teknik Sipil, Volume XII, Januari 2012 ISSN 1412-0976 DAKTILITAS KOLOM BERDASARKAN RAGAM KERUNTUHAN KOLOM BETON BERTULANG Endah Safitri 1) 1) Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Uiversitas Seelas

Lebih terperinci

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z) BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 idu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik pada suatu titik dari setiap

Lebih terperinci

5- Persamaan Tiga Momen

5- Persamaan Tiga Momen 5 Persamaan Tiga Momen Pada metoda onsistent eformation yang telah dibahas sebelumnya, kita menjadikan gaya luar yaitu reaksi perletakan sebagai gaya kelebihan pada suatu struktur statis tidak tertentu.

Lebih terperinci

BAB XII GAYA DAN TEKANAN

BAB XII GAYA DAN TEKANAN BAB XII GAYA DAN TEKANAN 1. Bagaimanakah huungan antara gaya dan tekanan?. Faktor apakah yang mempengaruhi tekanan di dalam zat cair? 3. Apakah yang dimaksud dengan hukum Pascal? 4. Apakah yang dimasudkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Silika Hasil Isolasi dari Sekam Padi Analisis kuantitatif dengan metode X-Ray Fluorescence dilakukan untuk mengetahui kandungan silika au sekam dan oksida-oksida lainnya aik logam

Lebih terperinci

A. Kajian ulang tentang fungsi Pada gambar di bawah ini diberikan diagram panah suatu relasi dari himpunan

A. Kajian ulang tentang fungsi Pada gambar di bawah ini diberikan diagram panah suatu relasi dari himpunan MODUL FUNGSI KUADRAT Materi: Fungsi Kuadrat A Kajian ulang tentang fungsi B Fungsi kuadrat dan grafiknya C Menentukan fungsi kuadrat D Menentukan sumu simetri, titik puncak, sifat definit positif atau

Lebih terperinci

MODUL 3 : METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN Judul :METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN UNTUK MENYELESAIKAN STRUKTUR STATIS TIDAK TERTENTU

MODUL 3 : METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN Judul :METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN UNTUK MENYELESAIKAN STRUKTUR STATIS TIDAK TERTENTU MOU 3 1 MOU 3 : METO PERSMN TIG MOMEN 3.1. Judul :METO PERSMN TIG MOMEN UNTUK MENYEESIKN STRUKTUR STTIS TIK TERTENTU Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan memahami bagaimanakah

Lebih terperinci

E-LEARNING MATEMATIKA

E-LEARNING MATEMATIKA MODUL E-LEARNING E-LEARNING MATEMATIKA Oleh : NURYADIN EKO RAHARJO, M.PD. NIP. 9705 00 00 Penulisan Modul e Learning ini diiayai oleh dana DIPA BLU UNY TA 00 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN NLISIS KONSENTRSI TEGNGN PD GELGR BERLUBNG MENGGUNKN PEMODELN DN EKSPERIMEN khmad aizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com strak Belum diketahuinya

Lebih terperinci

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji Konstruksi dan Bangunan Perencanaan hidraulik endung dan pelimpah endungan tipe gergaji Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktoer 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

Struktur Rangka Batang (Truss)

Struktur Rangka Batang (Truss) ANALISIS STRUKTUR II Semester IV/2007 Ir. Etik Mufida, M.Eng RANGKA BATANG : CONTOH KUDA-KUDA (RANGKA ATAP) Kuliah 05, 06 dan 07 Struktur Rangka Batang (Truss) Jurusan Arsitekturl ANALISIS STRUKTUR II

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI REL CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA UNTUK STERILISASI HASIL PERTANIAN

ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI REL CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA UNTUK STERILISASI HASIL PERTANIAN ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI REL CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA UNTUK STERILISASI HASIL PERTANIAN ABSTRAK Sanda Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI

Lebih terperinci

Metode Grafis. Metode CREMONA. TKS 4008 Analisis Struktur I

Metode Grafis. Metode CREMONA. TKS 4008 Analisis Struktur I TKS 4008 Analisis Struktur I Metode Grafis Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Metode CREMONA Metode Cremona pada dasarnya sama dengan metode keseimbangan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT STUDI PENGARUH BENTANGAN(SPAN) PADA SINGLE GIRDER OVERHEAD CRANE DENGAN KAPASITAS 5 TON TYPE EKKE DAN ELKE DAN KAPASITAS 10 TON TYPE EKKE TERHADAP BERAT KONSTRUKSI GIRDERNYA Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari

Lebih terperinci

Struktur Rangka Batang Statis Tertentu

Struktur Rangka Batang Statis Tertentu Mata Kuliah : Statika Kode : TSP 106 SKS : 3 SKS Struktur Rangka Batang Statis Tertentu Pertemuan 10, 11, 12 TIU : Mahasiswa dapat menghitung reaksi perletakan pada struktur statis tertentu Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z) Ba 7 Residu dan Penggunaannya BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 Residu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik

Lebih terperinci

4. Mononom dan Polinom

4. Mononom dan Polinom Darpulic www.darpulic.com 4. Mononom dan Polinom Sudaratno Sudirham Mononom adalah pernataan tunggal ang erentuk k n, dengan k adalah tetapan dan n adalah ilangan ulat termasuk nol. Fungsi polinom merupakan

Lebih terperinci

ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI

ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI A.P.M., Tarigan *) dan Ahmad Syarif Zein **) *) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU **) Sarjana Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU

Lebih terperinci

STRUKTUR STATIS TERTENTU PORTAL DAN PELENGKUNG

STRUKTUR STATIS TERTENTU PORTAL DAN PELENGKUNG STRUKTUR STATIS TERTENTU PORTAL DAN PELENGKUNG Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Program S1 08-1 1. Portal Sederhana: Tumpuan : roll atau jepit Elemen2 : batang-batang horisontal, vertikal, miring

Lebih terperinci

ANALISA STATIS TERTENTU WINDA TRI WAHYUNINGTYAS

ANALISA STATIS TERTENTU WINDA TRI WAHYUNINGTYAS ANALISA STATIS TERTENTU WINDA TRI WAHYUNINGTYAS PENDAHULUAN Beban Didalam suatu struktur pasti ada beban, beban yang bisa bergerak umumnya disebut beban hidup misal : manusia, kendaraan, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI PERTEMUAN an 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI MOMEN INERSIA? ILMU FISIKA Momen inersia aalah suatu ukuran kelemaman seuah partikel terhaap peruahan keuukan alam gerak lintasan rotasi Momen inersia aalah

Lebih terperinci

STRUKTUR STATIS TERTENTU

STRUKTUR STATIS TERTENTU MEKNIK STRUKTUR I STRUKTUR STTIS TERTENTU Soelarso.ST.,M.Eng JURUSN TEKNIK SIPIL FKULTS TEKNIK UNIVERSITS SULTN GENG TIRTYS PENDHULUN Struktur Statis Tertentu Suatu struktur disebut sebagai struktur statis

Lebih terperinci

Pertemuan VI,VII III. Metode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection Method)

Pertemuan VI,VII III. Metode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection Method) ahan jar nalisa Struktur II ulyati, ST., T Pertemuan VI,VII III. etode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection ethod) III.1 Uraian Umum etode Defleksi Kemiringan etode defleksi kemiringan (the slope

Lebih terperinci

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Ba 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Model kinematika diperlukan dalam menganalisis pergerakan suatu root moil. Model kinematik merupakan analisis pergerakan sistem yang direpresentasikan secara matematis

Lebih terperinci

Struktur Statis Tertentu : Rangka Batang

Struktur Statis Tertentu : Rangka Batang Mata Kuliah : Statika & Mekanika Bahan Kode : CIV 102 SKS : 4 SKS Struktur Statis Tertentu : Rangka Batang Pertemuan 9 Kemampuan akhir yang diharapkan Mahasiswa dapat melakukan analisis reaksi perletakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANASAN EORI. Masalah ersediaan alam Sistem Manufaktur Biasanya suatu perusahaan memagi milik perusahaannya menjadi dua agian.. engaturan persediaan atau inventaris dierikan untuk meningkatkan pengurusan

Lebih terperinci

UM UNPAD 2007 Matematika Dasar

UM UNPAD 2007 Matematika Dasar UM UNPAD 007 Matematika Dasar Kode Soal Doc. Name: UMUNPAD007MATDAS999 Version : 0- halaman 0. Jika A e adalah komplemen dari A, maka daerah yang diarsir pada diagram Venn di awah ini dapat dinyatakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Distriusi Distriusi dapat diartikan seagai kegiatan pemasaran untuk memperlancar dan mempermudah penyampaian arang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya

Lebih terperinci

STRUKTUR STATIS TAK TENTU

STRUKTUR STATIS TAK TENTU . Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu Struktur statis tertentu : Suatu struktur yang mempunyai kondisi di mana jumlah reaksi perletakannya sama dengan jumlah syarat kesetimbangan statika.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang go pulic di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diamil diatasi pada perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

I. DEFORMASI TITIK SIMPUL DARI STRUKTUR RANGKA BATANG

I. DEFORMASI TITIK SIMPUL DARI STRUKTUR RANGKA BATANG Materi Mekanika Rekayasa 4 Statika : 1. Deformasi pada Konstruksi Rangka atang : - Cara nalitis : metoda unit load - Cara Grafis : - metoda welliot - metoda welliot mohr 2. Deformasi pada Konstrusi alok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perkuatan struktur umumnya dilakukan apaila angunan terseut mengalami kegagalan desain, peruahan desain, peruahan fungsi angunan, kegagalan pada saat pelaksanaan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TERPUSAT DAN MERATA

KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TERPUSAT DAN MERATA 1 KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TERPUSAT DAN MERATA A. Tujuan Instruksional Setelah selesai mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan peserta kuliah STATIKA I dapat : 1. Menghitung reaksi, gaya melintang,

Lebih terperinci

MEKANIKA REKAYASA III

MEKANIKA REKAYASA III MEKANIKA REKAYASA III Dosen : Vera A. Noorhidana, S.T., M.T. Pengenalan analisa struktur statis tak tertentu. Metode Clapeyron Metode Cross Metode Slope Deflection Rangka Batang statis tak tertentu PENGENALAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

MODUL 2. Tatanan Rumah

MODUL 2. Tatanan Rumah MDUL MDUL Tatanan Rumah i Kata Pengantar Daftar Isi Pendidikan kesetaraan seagai pendidikan alternatif memerikan layanan kepada mayarakat yang karena kondisi geografis, sosial udaya, ekonomi dan psikologis

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN

NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN Menimang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. ahwa upaya untuk mewujudkan kesejahtaeraan umum

Lebih terperinci

TES AKHIR. Kartu-kartu diatas dapat disusun dengan aturan susunan kartu adalah jumlah bilangan kebawah sama dengan jumlah bilangan kesamping

TES AKHIR. Kartu-kartu diatas dapat disusun dengan aturan susunan kartu adalah jumlah bilangan kebawah sama dengan jumlah bilangan kesamping TES AKHIR NAMA KELAS TANGGAL :... : : 1. Perhatikan angka pada kartu ilangan erikut : 1 2 4 5 a. Angka mana saja yang merupakan ilangan ganjil?.. Angka mana saja yang merupakan ilangan genap?.. Kartu-kartu

Lebih terperinci

MATRIKS DAN TRANSFORTASI I. MATRIKS II. TRANSFORMASI MATRIKS & TRANSFORMASI. a b. a b DETERMINAN. maka determinan matriks A.

MATRIKS DAN TRANSFORTASI I. MATRIKS II. TRANSFORMASI MATRIKS & TRANSFORMASI. a b. a b DETERMINAN. maka determinan matriks A. MATRIKS DAN TRANSFORTASI I. MATRIKS PENGERTIAN Matriks adalah kumpulan ilangan yang dinyatakan dalam aris kolom. Matriks A = 5 dengan ukuran (ordo) : X. Artinya matriks terseut tersusun atas aris kolom.

Lebih terperinci

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Vol. 5, No.1, 52-57, Juli 2008 Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Amir Kamal Amir Astrak Sifat-sifat gelanggang evaluasi eserta pemuktiannya sudah ada dieerapa literatur seperti misalnya pada McConnel

Lebih terperinci

METODE DEFORMASI KONSISTEN

METODE DEFORMASI KONSISTEN TKS 4008 Analisis Struktur I TM. XI : METODE DEFORMASI KONSISTEN Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan Metode Consistent Deformation adalah

Lebih terperinci

MEKANIKA TEKNIK 02. Oleh: Faqih Ma arif, M.Eng

MEKANIKA TEKNIK 02. Oleh: Faqih Ma arif, M.Eng MODUL PEMBELAJARAN MEKANIKA TEKNIK 02 Oleh: Faqih Ma arif, M.Eng. faqih_maarif07@uny.ac.id +62856 433 95 446 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Biasanya dipergunakan pada konstruksi jembatan, dengan kondisi sungai dengan lebar yang cukup berarti dan dasar sungai yang dalam, sehingga sulit

Biasanya dipergunakan pada konstruksi jembatan, dengan kondisi sungai dengan lebar yang cukup berarti dan dasar sungai yang dalam, sehingga sulit iasanya dipergunakan pada konstruksi jembatan, dengan kondisi sungai dengan lebar yang cukup berarti dan dasar sungai yang dalam, sehingga sulit untuk membuat pilar di tengah jembatan. Gelagar jembatan

Lebih terperinci

SIMULASI STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API TERHADAP VARIASI KONFIGURASI RANGKA BATANG, MUTU MATERIAL, DAN BEBAN SUHU

SIMULASI STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API TERHADAP VARIASI KONFIGURASI RANGKA BATANG, MUTU MATERIAL, DAN BEBAN SUHU SIMULASI STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API TERHADAP VARIASI KONFIGURASI RANGKA BATANG, MUTU MATERIAL, DAN BEBAN SUHU Deta Raisa 1,* dan Heru Purnomo 1 1 Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah

Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah I. Materi Ajar: Pertemuan : A. Macam-macam ilangan real. Bilangan Asli (A) Bilangan asli adalah suatu ilangan yang mula-mula dipakai untuk memilang. Bilangan asli dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernahkah anda menjadi seorang pasien yang datang ke dokter dan menolak dirawat? Biasanya penolakan muncul jika sang dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan seperti

Lebih terperinci

TEOREMA GREEN UNTUK MENYELESAIKAN PERHITUNGAN INTEGRAL GARIS

TEOREMA GREEN UNTUK MENYELESAIKAN PERHITUNGAN INTEGRAL GARIS TEOEMA GEEN UNTUK MENYELESAIKAN PEHITUNGAN INTEGAL GAIS Prasetio Budi Darmono Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiah Purworejo Astrak Integral merupakan operasi kealikan dari turunan.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW Silviana 1, Nova Risdiyanto Ismail 2 1 Universitas Widyagama Malang/ Dosen Teknik Industri, Kota Malang 2 Universitas

Lebih terperinci

Kuliah keempat. Ilmu Gaya. Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan

Kuliah keempat. Ilmu Gaya. Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan Kuliah keempat Ilmu Gaya Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan Tujuan Kuliah Memberikan pengenalan dasar-dasar ilmu gaya dan mencari reaksi perletakan balok di atas dua tumpuan Diharapkan pada

Lebih terperinci

1. Jika p dan q akar-akar persamaan. x 2 bx c 0 dan k konstanta real, maka

1. Jika p dan q akar-akar persamaan. x 2 bx c 0 dan k konstanta real, maka PERSAMAAAN DAN FUNGSI KUADRAT Bentuk umum persamaan kuadrat a + + c =0, a 0 Akar-akar persamaan : D = a D = 4ac Menyusun persamaan paraola y q = a ( p) Diskriminan (D = 4ac) Persamaan kuadrat memiliki.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS STRUKTUR STATIS TERTENTU

BAB III ANALISIS STRUKTUR STATIS TERTENTU III ISIS STRUKTUR STTIS TERTETU. PEDHUU.. Diskripsi Singkat nalisis struktur statis tertentu mempelajari masalah cara menghitung reaksi perletakan struktur statis tertentu dan menggambar gaya gaya dalam

Lebih terperinci

MODUL 1 STATIKA I PENGERTIAN DASAR STATIKA. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 1 STATIKA I PENGERTIAN DASAR STATIKA. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution STATIKA I MODUL 1 PENGETIAN DASA STATIKA Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 1. Pengertian Dasar Statika. Gaya. Pembagian Gaya Menurut Macamnya. Gaya terpusat. Gaya terbagi rata. Gaya Momen, Torsi.

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007 Volume Nomor 2 Desemer 27 Barekeng Desemer 27 hal3-35 Vol No 2 TITIK-ANTARA DI DALAM RUANG METRIK DAN RUANG INTERVAL METRIK (Between-Points In Metric Space And Metric Interval Space MOZART W TALAKUA Jurusan

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R.

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R. PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Taita R. Matana ABSTRACT The purpose of this study was to determine the pereptions

Lebih terperinci

PORTAL DAN PELENGKUNG TIGA SENDI

PORTAL DAN PELENGKUNG TIGA SENDI MEKANIKA STRUKTUR I PORTAL DAN PELENGKUNG TIGA SENDI Soelarso.ST.,M.Eng JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 1. Portal Sederhana BERBAGAI BENTUK PORTAL (FRAME) DAN PELENGKUNG

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Inti Anif Fujiati 1, Sri Utami 2 FPMIPA IKIP PGRI MADIUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep dasar definisi berikut merupakan dasar untuk mempelajari mekanika,

BAB I PENDAHULUAN. Konsep dasar definisi berikut merupakan dasar untuk mempelajari mekanika, I PENDHULUN 1.1. Konsep Dasar yaitu: Konsep dasar definisi berikut merupakan dasar untuk mempelajari mekanika, 1.1.1. Massa gerak. Massa adalah kelembaman benda yang merupakan tahanan terhadap perubahan

Lebih terperinci

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWE SALUAN UDAA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 5kV TANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT Arif Putra Utama (), Ir. Arnita, M.T (), Ir. Yani idal, M.T (3) () Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci