PENYELESAIAN MODEL INFEKSI HIV PADA SEL DARAH PUTIH (T CD4 + ) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI WAHFUANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYELESAIAN MODEL INFEKSI HIV PADA SEL DARAH PUTIH (T CD4 + ) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI WAHFUANAH"

Transkripsi

1 PENYELESAIAN MODEL INFEKSI HIV PADA SEL DARAH PUTIH (T CD4 + ) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI WAHFUANAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penyelesaian Model Infeksi HIV pada Sel Darah Putih (T CD4 + ) dengan Menggunakan Metode Homotopi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juni 2011 Wahfuanah NIM G

3 ABSTRACT WAHFUANAH. Homotopy Perturbation Method to Solve a Model of HIV Infection of Cells (T CD4 + ). Supervised by JAHARUDDIN and ALI KUSNANTO. Acquired immunodefficiency syndrome (AIDS) is defined as symptoms of human immune system deterioration caused by human immunodefficiency virus (HIV). The virus damages the leucocytes; therefore, once a person is infected by the HIV, his/her immune system will be paralyzed and eventually he/she will not be able to survive from any disease. HIV is transmitted in many ways, such as having unsafe sex, using unsterilized syringe and blood transfusion. Homotopy perturbation method is implemented to give approximate and analytical solutions of nonlinear ordinary differential equation systems as a model for HIV infection of CD4 + T cells. A modification of the homotopy perturbation method (HPM), based on the use of numerical solution, is proposed. Some plots are presented to show the reliability and simplycity of the homotopy perturbation method. The results obtained in this study indicate that the homotopy perturbation method is highly efficient to solve models of HIV infection of cells (T CD4 + ). Errors resulting from this method is so small that the solution obtained by is very close to the exact solution. Keywords: Homotopy perturbation method, leucocytes, HIV.

4 RINGKASAN WAHFUANAH. Penyelesaian Model Infeksi HIV pada Sel Darah Putih (T CD4 + ) dengan Menggunakan Metode Perturbasi Homotopi. Dibimbing oleh JAHARUDDIN dan ALI KUSNANTO. HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan sejenis retrovirus, yaitu virus yang dapat menggandakan dirinya sendiri pada sel yang ditumpanginya. HIV merusak sistem kekebalan tubuh terutama sel darah putih. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai macam penyakit, kuman, bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Virus HIV hidup di semua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular melalui cairan tubuh tertentu yaitu darah, sperma, cairan vagina dan ASI. Penularan dapat juga terjadi melalui hubungan seksual, tranfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi. Selain itu virus ini dapat menular antara ibu dan bayi selama kehamilan, kelahiran dan masa menyusui. Target utama dari infeksi HIV adalah limposit T Helper (sel darah putih), sedangkan yang dikenal sebagai sel T CD4 + adalah antibodi terhadap virus HIV yang dihasilkan oleh limposit T Helper. Sel darah putih merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Jika jumlah sel darah putih menyusut, maka sistem tersebut menjadi terlalu lemah untuk melawan infeksi. Infeksi HIV menyebabkan deplesi imunitas sel terutama sel darah putih dan juga menyebabkan turunnya fungsi sel tersebut. Banyak kasus dimana orang positif mengidap HIV, tapi tidak menjadi sakit dalam waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, virus dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem kekebalan tubuh. Dalam penelitian ini akan diturunkan suatu model matematika yang menyatakan hubungan antara jumlah sel darah putih sehat, jumlah sel darah putih yang terinfeksi virus HIV, dan jumlah virus yang menginfeksi sel darah putih. kemudian model infeksi virus HIV pada sel darah putih (T CD4 + ) yang telah diperoleh akan diselesaikan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi. Dalam tulisan ini dibahas tiga komponen dasar dari pembentukan model, yaitu sel darah putih sehat yang belum terinfeksi virus HIV, sel darah putih yang terinfeksi oleh virus HIV, dan virus HIV yang menyerang sel darah putih yang dapat melumpuhkan sistem kekebalan tubuh. Model infeksi virus HIV pada sel darah putih (T CD4 + ) berupa suatu persamaan matematika yang berbentuk taklinear. Model ini diselesaikan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi Dalam metode ini, terlebih dahulu dikonstruksi suatu persamaan homotopi berdasarkan bentuk dari model infeksi virus HIV tersebut. Kemudian dirumuskan bentuk dari deformasi orde tinggi berdasarkan penyelesaian pendekatan awal yang diberikan pada deformasi orde nol. Penyelesaian model infeksi virus HIV tersebut diperoleh dalam bentuk deret yang suku-sukunya diperoleh dari deformasi orde nol dan deformasi orde tinggi. Penyelesaian dengan metode ini digambarkan dengan bantuan software Matematica. Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan orde deformasi deret yang digunakan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan bahwa metode perturbasi homotopi sangat efisien untuk menyelesaikan model infeksi HIV pada

5 sel darah putih. Galat yang dihasilkan dari metode ini sangat kecil sehingga penyelesaian yang diperoleh dengan metode ini mendekati penyelesaian yang sesungguhnya. Selain itu, dalam penelitian ini kajian hasil dibagi dalam tiga kasus, pertama yaitu kasus pada orang dewasa sebagai acuan. Kasus kedua adalah kasus pada orang tua (manula) dengan asumsi laju pertambahan sel darah putih lebih kecil dari laju kematiannya. Dan kasus ketiga kasus pada anak-anak dimana laju pertambahan sel darah putih lebih besar dari laju kematian alaminya. Berdasarkan ketiga kasus tersebut diperoleh bahwa jika laju sel darah putih yang dihasilkan lebih kecil dari pada laju kematiannya, maka populasi sel darah putih terinfeksi akan mengalami kepunahan lebih lambat dan populasi virus HIV akan menurunn tapi akan meningkat tajam setelah faktor penambah sel darah putih berkurang. Jika laju sel darah putih yang dihasilkan lebih besar dari pada laju kematiannya, maka populasi sel darah putih terinfeksi dan virus akan stabil dan mengalami kepunahan (hilang dari sistem). Namun jumlah virus baru yang dihasilkan oleh sel darah putih terinfeksi selama waktu hidupnya tidak begitu berpengaruh karena lama kelamaan jumlah virus akan berkurang oleh faktor kematian alaminya.

6 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

7 PENYELESAIAN MODEL INFEKSI HIV PADA SEL DARAH PUTIH (T CD4 + ) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI WAHFUANAH Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Matematika Terapan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Drs. Paian Sianturi

9 Judul Tesis : Penyelesaian Model Infeksi HIV pada Sel Darah Putih (T CD4 + ) dengan Menggunakan Metode Perturbasi Homotopi Nama : Wahfuanah NIM : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Jaharuddin, M.S. Ketua Drs. Ali Kusnanto, M.Si. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Matematika Terapan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr. Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :

10 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan inayah dari-nya sehingga tesis yang berjudul Penyelesaian Model Infeksi HIV pada Sel Darah Putih (T CD4 + ) dengan Menggunakan Metode Perturbasi Homotopi dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam penyelesaian studi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Jaharuddin, M.S. dan Bapak Drs. Ali Kusnanto, M.Si. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga selesainya tesis ini. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Drs. Paian Sianturi selaku penguji luar komisi, dan Dr. Ir. Hadi Sumarno, MS yang mewakili ketua Program Studi Matematika Terapan yang telah banyak memberikan saran dalam ujian tesis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, bapak, adik-adik, sahabat serta seluruh keluarga, atas segala do a, dukungan dan kasih sayangnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat. Bogor, Juni 2011 Wahfuanah

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 15 Pebruari 1983 dari bapak Supyan dan ibu Jaronah. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2001 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sindang, Indramayu dan pada tahun yang sama menempuh pendidikan sarjana di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Wiralodra Indramayu, lulus pada tahun Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Matematika Terapan pada Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis bekerja sebagai pengajar di Madrasah Aliyah Darun sejak tahun Selain itu, penulis juga aktif di organisasi Pramuka sebagai Wakil Ketua Dewan Kerja Daerah Jawa Barat masa bakti

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan penelitian Metodologi Penelitian Sistematika Penulisan LANDASAN TEORI Metode Homotopi Model Matematika PEMBAHASAN DAN HASIL Analisis Metode Aplikasi Metode SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 27

13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Galat antara penyelesaian numerik dengan solusi pendekatan menggunakan metode perturbasi homotopi Galat penyelesaian, dan hingga orde keenam dan orde ketiga dengan penyelesaian numeriknya Galat Penyelesaian, dan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi dengan solusi numerik, dan pada orang dewasa Galat penyelesaian, dan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi dengan solusi numerik, dan pada Orang Tua (Manula) Galat penyelesaian, dan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi dengan solusi numerik, dan pada Anak-anak

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Proses infeksi virus 10 2 Diagram penyebaran virus Grafik penyelesaian untuk, dan untuk orang dewasa Grafik penyelesaian untuk, dan untuk orang tua (manula) ketika s = 0.05, α = 0.04, β = 0.6, γ = 4.8, k = , T max = 1500, r = 1.5, N = 10, r 1 = 0.1, r 2 = 0 dan r 3 = Grafik penyelesaian untuk, dan untuk kasus pada anak-anak ketika s = 0.2, α = 0.01, β = 0.15, γ = 1.2, k = , T max = 1500, r = 6, N = 10, r 1 = 0.1, r 2 = 0 dan r 3 =

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman A 1. Penurunan persamaan (2.4) A 2. Penyelesaian MNA (2.7) dan (2.8) A 3. Penurunan Persamaan untuk, dan B 1. Menentukan, dan B 2. Menggambar Grafik, dan pada kasus orang dewasa B 3. Menggambar Grafik, dan pada kasus orang tua (manula) B 4. Menggambar Grafik, dan pada kasus anak-anak B 5. Galat antara penyelesaian metode perturbasi homotopi dengan penyelesaian numerik pada kasus dewasa B 6. Galat antara penyelesaian metode perturbasi homotopi dengan penyelesaian numerik pada kasus orang tua (manula) B 7. Galat antara penyelesaian metode perturbasi homotopi dengan penyelesaian numerik pada kasus anak-anak... 50

16

17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sindrom (kumpulan gejala) yang timbul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat terinfeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS bukan merupakan penyakit, melainkan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh berbagai macam mikro organisma yang menyerang tubuh akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh penderita. HIV merupakan sejenis retrovirus (virus yang dapat menggandakan dirinya sendiri pada sel yang ditumpanginya) yang merusak sistem kekebalan tubuh terutama sel darah putih. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai macam penyakit, kuman, bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. HIV hidup di semua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular melalui cairan tubuh tertentu yaitu darah, sperma, cairan vagina dan ASI. Penularan dapat terjadi melalui hubungan seksual, tranfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, kelahiran dan masa menyusui. Sejak pertama kali ditemukan tanggal 5 Juni 1981 (Weiss 1993), AIDS diperkirakan menginfeksi 38.6 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang pada tahun 2006 dan meningkat tajam pada tahun 2009 yang menginfeksi lebih dari 90 juta orang dan menyebabkan kematian lebih dari 26 juta orang (Wikipedia.org/wiki/HIV). Target utama dari infeksi HIV adalah limposit T Helper (sel darah putih), sedangkan yang dikenal sebagai sel T CD4 + adalah antibodi terhadap virus HIV yang dihasilkan oleh limposit T Helper. Sel darah putih merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Jika jumlah sel darah putih menyusut, maka sistem tersebut menjadi terlalu lemah untuk melawan infeksi. Infeksi HIV menyebabkan deplesi imunitas sel terutama sel darah putih dan juga menyebabkan turunnya fungsi sel tersebut. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus dimana orang positif mengidap HIV, tapi tidak menjadi sakit dalam waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus

18 merusak sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, virus dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem kekebalan tubuh. Sejumlah model telah dikembangkan untuk mendeskripsikan tentang sistem kekebalan tubuh pasien penderita AIDS. Pada tulisan ini akan dibahas tiga komponen dasar dari pembentukan model yaitu sel darah putih sehat yang belum terinfeksi virus HIV, sel darah putih yang terinfeksi oleh virus HIV, dan virus HIV yang menyerang sel darah putih yang dapat melumpuhkan sistem kekebalan tubuh. Model infeksi virus HIV pada sel darah putih (T CD4 + ) berupa suatu persamaan matematika yang umumnya berbentuk taklinear. Masalah taklinear ini biasanya sulit diselesaikan baik secara analitik maupun numerik, karena faktor taklinear yang sangat kuat. Terdapat beberapa metode untuk menyelesaikan masalah taklinear. Salah satu pendekatan analitik untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear adalah metode perturbasi homotopi (He 1998, 2000). 1.2 Tujuan penelitian Berdasarkan dari uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menurunkan suatu hubungan antara jumlah sel darah putih sehat, jumlah sel darah putih yang terinfeksi virus HIV, dan jumlah virus yang menginfeksi sel darah putih. 2. Menyelesaikan model infeksi virus HIV pada sel darah putih (T CD4 + ) yang telah diperoleh dengan menggunakan metode perturbasi homotopi. 3. Menginterpretasikan hasil yang diperoleh menggunakan bantuan software Matematica dan membandingkannya dengan hasil numeriknya. 1.3 Metodologi Penelitian Pada penelitian ini, dibahas penurunan model matematika untuk menjelaskan infeksi virus HIV pada sel darah putih. Masuknya virus HIV ke sel darah putih menyebabkan terbentuknya dua tipe sel darah putih, yaitu sel darah putih sehat dan sel darah putih terinfeksi virus HIV. Untuk menentukan penyelesaian bagi model infeksi HIV pada sel darah putih (T CD4 + ), digunakan metode perturbasi homotopi. Dalam metode ini, terlebih dahulu dikonstruksi suatu persamaan homotopi berdasarkan bentuk dari model

19 3 infeksi virus HIV tersebut. Kemudian dirumuskan bentuk dari deformasi orde tinggi berdasarkan penyelesaian pendekatan awal yang diberikan pada deformasi orde nol. Penyelesaian model infeksi virus HIV tersebut diperoleh dalam bentuk deret yang suku-sukunya diperoleh dari deformasi orde nol dan deformasi orde tinggi. Pendekatan penyelesaiannya digambarkan dengan bantuan software Matematica. Interpretasi hasil yang diperoleh dilakukan berdasarkan orde deformasi deret yang digunakan. Kemudian memanfaatkan data dari penyelesaian numeriknya untuk membandingkan hasil-hasil yang diperoleh. 1.4 Sistematika Penulisan Karya ilmiah ini terdiri atas empat bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi uraian mengenai latar belakang, tujuan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua berupa landasan teori yang berupa definisi dan teori yang mendukung karya ilmiah ini, ilustrasi penggunaan metode perturbasi homotopi dan model matematika yang dikaji dalam penelitian ini. Bab ketiga berupa pembahasan yang berisi analisis metode yang digunakan untuk menyelesaikan model infeksi HIV pada sel darah putih (T CD4 + ) dengan menggunakan metode perturbasi homotopi, hasil numerik, serta interpretasi numerik. Bab terakhir pada tulisan ini berisi kesimpulan dari keseluruhan penulisan, dan beberapa saran untuk kelanjutan untuk penelitian ini.

20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Metode Homotopi Dalam penelitian ini, diperlukan suatu metode matematika yang disebut metode perturbasi homotopi. Uraian mengenai metode ini disarikan dari (Liao, 2004). Metode homotopi merupakan bentuk umum dari metode perturbasi dan metode dekomposisi Adomain (Jaharuddin 2008). Dalam metode perturbasi, faktor taklinear diperlemah dengan memperkenalkan suatu parameter kecil. Kemudian dalam metode dekomposisi adomain, penyelesaian masalah taklinear dinyatakan dalam suatu deret pangkat (polinomial) yang hanya terdefinisi pada daerah kekonvergenannya. Pada metode homotopi, faktor taklinear tidak perlu diperlemah seperti yang dilakukan pada metode perturbasi. Penyelesaian masalah taklinear dengan menggunakan metode homotopi berupa deret, tapi tidak perlu dimisalkan dalam bentuk deret pangkat (polinomial) seperti yang dilakukan pada metode dekomposisi Adomain. Untuk mengilustrasikan metode perturbasi homotopi (HPM), tinjau masalah nilai awal berikut : (He 1998, 2000) =, ϵ Ω 2.1 dengan syarat awal 0 =, dengan =,,,, dan =,,,, dengan A : Operator turunan yang bentuknya taklinear u : Fungsi yang akan ditentukan dan bergantung pada peubah bebas r : Fungsi kontinu yang diketahui pada domain Ω

21 5 Misalkan u 0 pendekatan awal dari penyelesaian masalah nilai awal (2.1) dan p ϵ[0,1] suatu parameter. Definisikan fungsi real v(r, p) : Ω x [0, 1] R dan suatu fungsi H sebagai berikut:,= Berdasarkan persamaan (2.2), maka untuk p = 0 dan p = 1 masing-masing memberikan persamaan berikut:,0 =,,1 =. 2.3 Dengan demikian,0 = dan,1 = masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan,0 =0 dan,1 =0. Jadi, peningkatan nilai p dari 0 ke 1 menyatakan perubahan nilai H(v, p) dari ke. Dalam topologi, proses ini disebut deformasi, sedangkan dan disebut homotopi. Proses deformasi yang ditinjau meliputi deformasi orde nol dan deformasi orde tinggi. Pada deformasi orde nol memberikan penyelesaian awal, sedangkan deformasi orde tinggi memberikan penyelesaian,,,...,. Untuk menentukan =1,2,3,... dilakukan sebagai berikut. Misalkan fungsi, penyelesaian dari persamaan berikut atau,= Jika kedua ruas pada persamaan (2.4) diturunkan terhadap hingga kali dan mengevaluasi pada p=0 kemudian dibagi oleh m!, maka diperoleh persamaan berikut: ᵡ =h dengan = 1, 1!.

22 6 = 1! dan 0, m 1 ᵡ = 1, m lainnya Penurunan diberikan pada lampiran (A.1). Deret Taylor dari fungsi, terhadap adalah, = Dalam metode perturbasi homotopi, fungsi, yang dinyatakan dalam bentuk 2.5 merupakan penyelesaian persamaan,=0 atau 1 + = Jadi untuk =1 diperoleh,1 = +. Karena =,1, maka diperoleh = +. Hasil ini menunjukan hubungan antara penyelesaian eksak dari masalah nilai awal 2.1 dengan penyelesaian pendekatan awal dan, =1,2,3, yang ditentukan berdasarkan persamaan (2.5) dan (2.6). (bukti pada lampiran A.1) Selanjutnya, untuk lebih memahami metode ini, misalkan diberikan suatu masalah nilai awal yang dinyatakan oleh sistem berikut :

23 7 = 3 = 3 dengan syarat awal =2 dan 0 = Penyelesaian eksak masalah nilai awal (2.7) dan (2.8) adalah: = + = +2. Selanjutnya akan dicari penyelesaian dari masalah nilai awal 2.7 dan 2.8 dengan menggunakan metode perturbasi homotopi. Berdasarkan persamaan 2.6 diperoleh = = Dipilih dan suatu konstanta, masing-masing dan. Misalkan penyelesaian persamaan 2.9 dinyatakan dalam bentuk: =, +, +, +, + =, +, +, +, Jika persamaan 2.10 disubstitusikan ke dalam persamaan 2.9, dan menyusun berdasarkan perpangkatan dari, maka koefisien dari memberikan persamaan berikut:, + 3 =0

24 8, + 3 dengan, = dan, =. = Penyelesaian 2.11 diperoleh dengan mengintegralkan kedua ruas pada persamaan 2.11 terhadap t, sehingga diperoleh, = + 3 3, = Bentuk yang lain dari, dan, dapat dilihat pada lampiran (A.2). Dengan demikian penyelesaian dan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi berbentuk: =, +, +, +, + =, +, +, +, +. Jika syarat awal 0 =2 dan 0 =3 digunakan, maka penyelesaian untuk dan hingga orde kelima adalah: = = Galat antara penyelesaian numerik dan penyelesaian dengan menggunakan metode perturbasi homotopi diberikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Galat antara penyelesaian numerik dan penyelesaian dengan menggunakan metode perturbasi homotopi. t x y x x x x x x x x x x x x10-6

25 x x10-5 Dari Tabel 1 terlihat bahwa galat antara penyelesaian numerik dengan penyelesaian pendekatan menggunakan metode perturbasi homotopi sangatlah kecil, sehingga metode perturbasi homotopi bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah nilai awal dan masalah nilai batas. 2.2 Model Matematika Model yang akan dianalisis merupakan suatu model yang dibangun berdasarkan proses infeksi virus HIV pada sel T CD4 + yang dihasilkan Limposit T Helper sel darah putih. Proses infeksi virus HIV pada sel darah putih sampai menghasilkan virus-virus baru terdiri dari beberapa fase, yaitu: 1. Fase adsorpsi, yaitu pelekatan virus pada membran plasma sel darah putih. 2. Fase penetrasi, yaitu pemasukan Ribonucleic Acid (RNA) virus pada sel darah putih. 3. Fase penggabungan, yaitu RNA virus bergabung dengan RNA sel darah putih. 4. Fase replikasi, yaitu pembentukan kapsoid / selubung protein virus. Enzim virus Reverse Transcriptase (RT) pada genom RNA virus membuat salinan Deoxyribonucleic Acid (DNA). 5. Fase perakitan, yaitu terjadi perakitan fage-fage baru (komponen virus baru) yang sudah sempurna. Salinan DNA bergabung dengan DNA inang membentuk RNA virus dalam jumlah banyak, lalu RNA virus akan membentuk protein virus. Dari protein virus dihasilkan protease yang membuat virus menjadi matang. 6. Fase lisis (pembebasan), pecahnya membran plasma sel darah putih dan keluar virus-virus baru yang siap menyerang sel darah putih lainnya (

26 10 Gambar 1 Proses infeksi virus Proses infeksi diawali masuknya virus ke dalam sel darah putih sehat. Di dalam sel, enzim virus yakni Reverse Transcriptase (RT) pada genom Ribonucleic Acid (RNA) virus, membuat suatu salinan Deoxyribonucleic Acid (DNA). DNA virus akan bergabung dengan DNA inang membentuk RNA virus dalam jumlah banyak, lalu RNA virus akan membentuk protein virus. Dari protein virus dihasilkan protease virus untuk menghasilkan virus baru yang siap menyerang sel darah putih sehat lainnya. Dalam pustaka (Perelson dan Nelson, 2002) diperlihatkan diagram penyebaran virus tersebut seperti pada Gambar 2. Laju Infeksi (k) I Produksi virus(n) T Sel darah putih Virus (V) Sel darah terinfeksi putih sehat r β γ α mati mati mati s

27 11 Gambar 2 Diagram penyebaran virus Pada Gambar 2, T menyatakan sel darah putih sehat yang belum terinfeksi virus HIV dan I menyatakan sel darah putih yang terinfeksi oleh virus HIV. Sel T CD4 + baru yang dihasilkan oleh limposit T helper sel darah putih diasumsikan diproduksi dengan laju s dan mati pada laju α, sedangkan sel darah putih yang terinfeksi akan mati secara alami dengan laju β. Virus baru yang dihasilkan oleh sel darah putih terinfeksi selama waktu hidupnya dengan laju N dan virus akan mati secara alami dengan laju γ. Laju poliferasi maksimum yang mengacu pada keberadaan batas maksimum dari populasi dinyatakan dengan r dan laju infeksi virus terhadap sel darah putih dinyatakan dengan k. Laju kematian T dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu laju sel T CD4 + baru yang dihasilkan oleh limposit T helper sel darah putih dalam tubuh, sel T yang mempunyai laju kematian alami sebesar α sehingga tingkat kematian sel T pada suatu waktu adalah αt, proliferasi (perkembangbiakan) sel darah putih yang ada sehingga jumlah total sel darah putih dibatasi oleh kepadatan populasi sel T pada proliferasi yaitu T max.. Pada kehadiran HIV, sel darah putih menjadi terinfeksi. Virus ini yaitu V menginveksi sel T dengan laju k menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih sehat dalam darah sebesar kvt. Selanjutnya jumlah populasi sel darah putih terinfeksi pada waktu t dipengaruhi oleh tingkat infeksi virus dan kematian alami sel tersebut. Tingkat infeksi virus adalah kvt, dengan laju kematian sel darah putih terinfeksi adalah β, maka kematian sel darah putih terinfeksi pada suatu waktu adalah βi. Sementara itu, penambahan jumlah virus di dalam tubuh ditandai dengan jumlah total virus yang diproduksi oleh sel darah putih terinfeksi selama waktu hidupnya, yaitu sebanyak N. Jadi tingkat produksi virus baru adalah NβI. Virus mempunyai laju kematian alami sebesar γ, menyebabkan jumlah virus pada waktu t berkurang sebesar γv. Konstruksi model matematika untuk model infeksi virus HIV pada sel T CD4 + yang dihasilkan Limposit T helper sel darah putih menggunakan asumsi sel darah putih terinfeksi menghasilkan N virus selama waktu hidupnya dan semua parameter dan variabel yang digunakan taknegatif.

28 12 Dengan demikian, uraian di atas dapat diekspresikan secara matematika sebagai suatu sistem persamaan diferensial sebagai berikut: = = = 2.12 dengan: T I V s r k N α β γ : Jumlah sel darah putih sehat yang belum terinfeksi virus HIV : Jumlah sel darah putih yang sudah terinfeksi virus HIV : Jumlah virus yang menginfeksi sel darah putih : Laju sel T CD4 + baru yang di produksi oleh Limposit T helper sel darah putih : Laju proliferasi : Laju infeksi : Jumlah virus baru yang dihasilkan oleh sel darah putih terinfeksi selama waktu hidupnya : Laju kematian alami sel darah putih sehat : Laju kematian alami sel darah putih yang sudah terinfeksi : Laju kematian alami virus yang menginfeksi sel darah putih persamaan (2.12) merupakan model infeksi HIV pada sel darah putih (T CD4 + ) yang bentuknya tak linear, persamaan (2.12) akan diselesaikan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi.

29 BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL Pada bagian ini akan dibahas perluasan dari metode homotopi yang telah diuraikan pada landasan teori. Kemudian metode perturbasi homotopi tersebut digunakan untuk menyelesaikan model infeksi HIV pada sel darah putih (T CD4 + ). Alur penelitian yang dilakukan ini mengikuti alur penelitian pada (Liao, 2004) dan (He, 2007) 3.1 Analisis Metode Berikut ini akan dibahas perluasan dari konsep dasar metode homotopi seperti yang diuraikan pada landasan teori. Untuk itu diperlukan fungsi,,h, yang tidak hanya bergantung pada t dan p, tetapi juga bergantung pada parameter bantu h 0 dan fungsi bantu 0. Misalkan fungsi H dinyatakan sebagai berikut,,h,= 1 ;,h, + h ;,h, (3.1) Selanjutnya, misalkan fungsi,,h, merupakan penyelesaian dari persamaan berikut:,,h, = 0 atau 1 ;,h, = h ;,h, 3.2 Berdasarkan persamaan (3.1), maka untuk =0 dan =1 masing-masing memberikan persamaan berikut:,0,h,=;0,h, (3.3) dan,1,h,=h ;1,h,. (3.4)

30 14 Menurut persamaan (2.1), maka penyelesaian dari persamaan,0,h,=0 dan,1,h,=0 masing-masing adalah: = ;0,h, dan = ;1,h, Kedua penyelesaian di atas bergantung pada parameter bantu h dan fungsi bantu, pemilihan parameter bantu h, fungsi bantu T, pendekatan awal, dan operator linear M perlu memperhatikan validitas dari metode perturbasi homotopi. Dengan pemilihan ini terjamin adanya fungsi ;,h, dan turunan-turunannya terhadap untuk setiap ϵ 0,1. Turunan ke m dari fungsi ;,h, terhadap yang dihitung di =0 adalah: sehingga dinotasikan ;,h, = = 1! =! 1 ;, h, Deret Taylor dari fungsi, terhadap adalah,,h,=,0,h,+ 1 ;,h,! atau,,h,= Selanjutnya h, T, dan M dipilih sedemikian sehingga digunakan untuk menyesuaikan kekonvergenan deret (3.5) di =1 terjamin. Jadi untuk =1 dari persamaan (3.5) diperoleh,1,h,= +

31 15 Karena =,1,h,, maka diperoleh = + Hasil ini menunjukan hubungan antara penyelesaian eksak dari persamaan 2.1 dengan pendekatan awal dan, =1,2,3, yang akan ditentukan. Persamaan untuk menentukan, =1,2,3, dilakukan dengan metode perturbasi, dimana persamaan (3.5) disubstitusikan ke dalam persamaan (3.2) untuk mendapatkan suatu persamaan untuk. Persamaan umum dari diperoleh berdasarkan koefisien perpangkatan dari. 3.2 Aplikasi Metode Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan model infeksi HIV pada sel darah putih (T CD4 + ). Model matematika yang ditinjau diberikan oleh persamaan (2.12) yang dinyatakan berikut: = = = 3.6 dengan =, = dan =. Syarat awal dimisalkan sebagai berikut: 0 =, 0 = dan 0 =. Misalkan didefinisikan operator berikut =, maka dari persamaan (3.2) dan persamaan (3.6) diperoleh =0

32 = = Sebagai pendekatan awal dimisalkan =, = dan =. Dalam metode homotopi yang dibahas disini, penyelesaian persamaan (3.7) dimisalkan berbentuk: =, +, +, +, + =, +, +, +, + =, +, +, +, Jika persamaan (3.8) disubstitusikan ke dalam persamaan (3.7), maka diperoleh koefisien berikut:, =0 dengan penyelesaian dalam bentuk, =. Dengan cara yang sama didapat, = dan, =. (3.9) (bukti pada lampiran A.3). Koefisien memberikan persamaan:,, =0 + =0, + = Penyelesaian persamaan 3.10 diperoleh dengan mengintegralkan kedua ruas pada persamaan (3.10) terhadap t, sehingga diperoleh:

33 17, =, = +, = N Penurunan bentuk yang lain dari,,, dan, dapat dilihat pada lampiran (B.2). Dengan demikian penyelesaian, dan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi berbentuk: =, +, +, +, + =, +, +, +, + =, +, +, +, Untuk menggambarkan hubungan, dan yang dinyatakan oleh persamaan (3.12), maka berikut ini diberikan data-data sebagai berikut: s, yaitu laju sel T CD4 + baru yang diproduksi oleh limposit T helper sel darah putih, dipilih sebesar 0.1 mm per hari r, yaitu laju proliferasi, dipilih sebesar 3 per hari α, yaitu kematian alami sel darah putih sehat, sebesar 0.02 per hari β, yaitu kematian alami sel darah putih yang sudah terinfeksi, dipilih sebesar 0,3 per hari γ, yaitu kematian alami virus yang menginfeksi sel darah putih, dipilih sebesar 2.4 per hari k, yaitu laju infeksi, dipilih sebesar mm 3 per hari T max, yaitu populasi maksimum sel T pada poliferasi, dipilih sebesar 1500 mm 3, dan N, yaitu jumlah total virus yang diproduksi oleh sel I selama waktu hidupnya, dipilih sebesar 10 per hari. Berdasarkan data tersebut di atas, maka penyelesaian untuk, dan hingga orde keenam adalah:

34 18 T= t t t t t I= t t t t t t V= t t t t t t Penurunan persamaan untuk, dan dengan bantuan software Mathematica diberikan pada lampiran (A.3) Galat antara penyelesaian untuk, dan orde keenam dan penyelesaian untuk, dan orde ketiga terhadap penyelesaian numeriknya diberikan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Galat penyelesaian, dan orde keenam dan orde ketiga dengan penyelesaian numeriknya. t I Orde 3 Orde 6 Orde 3 Orde 6 Orde 3 Orde x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x10-3 Dari Tabel 2 terlihat bahwa galat yang muncul untuk, dan dengan menggunakan orde enam lebih kecil dari galat untuk orde tiga. Dengan demikian penyelesaian dengan menggunakan orde enam lebih baik dari orde tiga, sehingga pembahasan selanjutnya akan menggunakan penyelesaian hingga orde keenam.

35 19 Nilai ini semakin membesar seiring dengan bertambahnya waktu. Ini menunjukan bahwa semakin tinggi orde yang digunakan, maka semakin dekat dengan penyelesaian eksaknya. Selain itu dengan menggunakan orde keenam penyelesaian pendekatan dengan metode perturbasi homotopi dapat dianggap mendekati penyelesaian sesungguhnya. Grafik penyelesaian untuk, dan untuk orang dewasa diberikan dalam Gambar 3 THtL ihtl t t VHtL t Gambar 3 Grafik penyelesaian untuk, dan untuk orang dewasa. Dari Gambar 3 terlihat bahwa jumlah populasi sel T orde 6 meningkat sebesar 2.4 pada hari pertama. Hal ini disebabkan karena sel T CD4 + terus diproduksi oleh limposit T helper dan proses poliferasi sel darah putih, sedangkan sel I menurun dan akan mengalami kepunahan setelah kira-kira 14 jam 24 menit. Penurunan ini terjadi karena kondisi sel darah putih terinveksi virus HIV tidak

36 20 dapat bertahan di dalam populasi. Pada gambar 3, Jumlah virus juga menurun dan mengalami kepunahan setelah kira-kira 16 jam 12 menit. Penurunan ini terjadi karena pada kondisi ini virus tidak dapat bertahan di dalam populasi dan akhirnya virus akan punah. Perbandingan galat, dan antara penyelesaian numerik dengan nilai pendekatan menggunakan metode perturbasi homotopi hingga orde ke enam untuk kasus orang dewasa diberikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Galat Penyelesaian, dan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi dengan solusi numerik, dan pada orang dewasa. t x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x10-3 Pada Tabel 3 terlihat bahwa galat untuk fungsi yang muncul antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dan dengan metode numerik terbesar sekitar x10-5, galat untuk yang muncul antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dan dengan metode numerik terbesar sekitar x10-4 dan galat untuk fungsi yang muncul antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dan dengan metode numerik terbesar sekitar x10-3.

37 21 Gambar 4 menyatakan grafik penyelesaian, dan pada orang tua (manula), dengan dan dibuat seperdua dari kasus orang dewasa, sedangkan,, dibuat dua kali dari kasus orang dewasa. Asumsi ini diambil karena pada lanjut usia sel darah putih yang di produksi orang tua lebih sedikit dari orang dewasa. 0.5 THtL ihtl t t VHtL t Gambar 4 Grafik penyelesaian untuk, dan untuk orang tua (manula) ketika s = 0.05, α = 0.04, β = 0.6, γ = 4.8, k = , T max = 1500, r = 1.5, N = 10, r 1 = 0.1, r 2 = 0 dan r 3 = 0.1. Pada Gambar 4, poliferasi dan laju sel T CD4 + baru yang diproduksi oleh limposit T helper sel darah putih menurun menjadi setengahnya, sedangkan laju kematian alami, baik kematian alami sel T, sel I maupun virus yang menginfeksi sel T naik dua kali lipatnya. Selain itu, karena laju infeksi dan jumlah total virus yang diproduksi sel I selama waktu hidupnya masih dianggap tetap, maka jumlah sel darah putih sehat meningkat sebesar 0.55 pada hari pertama. Nilai ini lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai pada kasus orang dewasa. Sel darah putih yang sudah terinveksi akan naik setelah kira-kira 10 jam, dan akan menurun setelah kira-

38 22 kira 12 jam dan akan mengalami kepunahan setelah kira-kira 18 jam. Jumlah virus yang menginfeksi mula-mula akan menurun dan akan mengalami peningkatan populasi setelah kira-kira 13 jam dan akan terus meningkat lebih cepat bila dibandingkan dengan penurunan pada waktu mula-mula. Namun perbandingan jumlah virus yang menginfeksi dengan sel darah putih sehat masih lebih banyak sel darah putih sehat. Tabel 4 Galat penyelesaian, dan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi dengan solusi numerik, dan pada Orang Tua (Manula). t T I V x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x10-1 Pada Tabel 4 terlihat bahwa galat untuk fungsi yang muncul antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dan dengan metode numerik terbesar sekitar x10-5, galat untuk yang muncul antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dan dengan metode numerik terbesar sekitar x10-4 dan galat untuk fungsi yang muncul antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dan dengan metode numerik terbesar sekitar x10-1. Galat yang semakin besar ini terjadi setelah 13 jam yang disebabkan pada setelah waktu tersebut jumlah sel T CD4 + yang dihasilkan limposit T helper semakin berkurang.

39 23 Gambar 5 menyatakan grafik penyelesaian, dan pada anak-anak, dengan dan dibuat dua kali dari kasus orang dewasa, sedangkan,, dibuat seperdua dari kasus orang dewasa. Asumsi ini diambil karena anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan masih memproduksi sel darah putih yang relatif banyak bila dibandingkan dengan orang dewasa dan manula, dan memiliki faktor kematian yang masih sedikit. Jadi perbandingan pertambahan sel darah putihnya menjadi dua kali dari kasus orang dewasa dan faktor kematiannya menjadi setengahnya kasus orang dewasa. THtL ihtl t t VHtL t Gambar 5 Grafik penyelesaian untuk, dan untuk kasus pada anak-anak ketika s = 0.2, α = 0.01, β = 0.15, γ = 1.2, k = , T max = 1500, r = 6, N = 10, r 1 = 0.1, r 2 = 0 dan r 3 = 0.1. Pada Gambar 5, saat laju sel T CD4 + baru yang diproduksi oleh limposit T helper sel darah putih dan laju poliferasi meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan kasus orang dewasa, sedangkan laju kematian alami, baik kematian alami sel T, sel I maupun virus yang menginfeksi sel T menurun setengahnya dari kasus orang dewasa. Selain itu, karena laju infeksi dan jumlah total virus yang diproduksi sel I selama waktu hidupnya masih dianggap tetap, maka peningkatan

40 24 jumlah sel T pada anak-anak jauh lebih besar per satuan waktu dibandingkan dengan kasus pada orang dewasa dan kasus pada orang tua sebesar 31.9 pada hari pertama. Sel I lebih cepat menuju 0 per satuan waktu bila dibandingkan kasus pada orang dewasa setelah kira-kira 11 jam. Jumlah virus yang menginfeksi sel T akan terus menurun dan akan punah setelah sehari, dan virus akan cepat punah sehingga proses penyembuhan berjalan lebih cepat dari kedua kasus sebelumnya. Tabel 5 Galat penyelesaian, dan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi dengan solusi numerik, dan pada Anak-anak. t T I V x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x10-2 Pada Tabel 4 terlihat bahwa galat untuk fungsi yang muncul antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dan dengan metode numerik terbesar sekitar x10-2, galat untuk yang muncul terbesar sekitar x10-3 dan galat untuk fungsi yang muncul terbesar sekitar x10-2. Galat yang semakin besar ini terjadi setelah 13 jam yang disebabkan pada setelah waktu tersebut jumlah sel T CD4 + yang dihasilkan limposit T helper semakin berkurang. Oleh karena galat yang diperoleh relatif besar yang berarti penyelesaian pendekatannya jauh dari penyelesaian eksaknya, maka kasus pada orang tua (manula) dan anak-anak perlu dikaji lagi untuk mendapatkan penyelesaian yang mendekati penyelesaian eksaknya dengan cara menambah orde pendekatannya.

41 BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Metode perturbasi homotopi sangat efisien untuk menyelesaikan model infeksi HIV pada sel darah putih yang bentuknya taklinear khususnya pada kasus orang dewasa. Galat yang dihasilkan dari metode perturbasi homotopi pada kasus ini sangat kecil sehingga penyelesaian yang diperoleh dengan metode ini mendekati penyelesaian yang sesungguhnya. Analisis penyelesaian pada model infeksi virus HIV pada sel darah putih dibagi menjadi tiga kasus, pertama yaitu kasus pada orang dewasa. Sebagai acuan, kedua adalah kasus pada orang tua (manula) dengan asumsi laju pertambahan sel darah putih lebih kecil dari laju kematiannya. dan ketiga kasus pada anak-anak dimana laju pertambahan sel darah putih lebih besar dari laju kematian alaminya. Jika laju sel darah putih yang dihasilkan lebih kecil dari pada laju kematiannya, maka populasi sel darah putih terinfeksi akan mengalami kepunahan lebih lambat dan populasi virus HIV akan menurunn tapi akan meningkat tajam setelah faktor penambah sel darah putih berkurang. Jika laju sel darah putih yang dihasilkan lebih besar dari pada laju kematiannya, maka populasi sel darah putih terinfeksi dan virus akan stabil dan mengalami kepunahan (hilang dari sistem). Namun banyak sedikitnya jumlah virus baru yang dihasilkan oleh sel darah putih terinfeksi selama waktu hidupnya tidak begitu berpengaruh karena lama kelamaan jumlah virus akan berkurang oleh faktor kematian alaminya. 4.2 Saran Dalam penelitian ini metode perturbasi homotopi yang digunakan untuk menyelesaikan model infeksi virus HIV pada sel darah putih hanya hingga orde keenam. Penyelesaian akan menjadi akurat bila mana dikaji hingga orde yang lebih tinggi. Aplikasi real pada masalah infeksi virus pada sel darah putih belum dilakukan pada penelitian ini, sehingga penelitian ini masih terbuka untuk dikembangkan.

42 DAFTAR PUSTAKA He, J. H., (1998), Approximate Analytical Solution for Seepage Flow with Fractional Derivatives in Proud Media, Computer Method in Applied Mathematics and Engginering, 167, 1-2, He, J. H., (2000), A Coupling Method of A Homotopy Technique and A Perturbation Technique For Non Linear Problem, International Journal of Non Linear Mechanics, 35,1, He, J. H., (2007), Homotopy Perturbation Method For Solving A Model For HIV Infection of CD4 + T Cells, Istanbul Ticaret Universitesi Fen Bilimleri Dergisi, 6, 12, Institut teknologi telkom, (2010), Klasifikasi Virus, Jaharuddin, (2008), Analisis Homotopi Untuk Menyelesaikan Suatu Masalah Taklinear, Jurnal Matematika dan Aplikasinya, 7, 1, Liao,S., (2004), Beyond Perturbation Method, Wiley, New York. Nelson PW, Perelson AS, (2002), Mathematical Analysis of Delay Differential Equation Models of HIV-I Invection, Mathematical Bioscience 179: Weiss RA, (1993), How Does HIV cause AIDS? Science, 260 (5112) : Wiki, (2009). HIV.

43 LAMPIRAN

44 28 Lampiran A. Penurunan Persamaan A 1. Penurunan persamaan (2.4) Misalkan =0, maka: 1 ; = ; (2.4) Jika persamaan (2.3) diturunkan terhadap hingga kali, maka diperoleh hasil berikut: Turunan pertama Turunan ke dua ; ; 0 ; 0 2 ; 0, 0 ; =, + ; 0 Turunan ke tiga = 2 ; + ; ; 0 3 ; 0 ; = 3 ; 0 + ; Dengan langkah yang sama, turunan ke m yang dievaluasi di p = 0 diperoleh ; ; Persamaan (L.1) dibagi dengan m!, maka diperoleh 1! ; 1 1! = ;.1 ;

45 29 atau 1 = 1! ; dengan ᵡ =R R = 1 1! ; = 1! = 1! ; ᵡ = 0, m 1 1, m lainnya A 2. Penyelesaian MNA (2.7) dan (2.8) Tinjau MNA berikut: dengan syarat awal = 3 = 3 0 =2 dan 0 = Berdasarkan persamaan 2.6 dan persamaan 2.7 diperoleh: = = Dipilih dan suatu konstanta, masing-masing dan. Misalkanpenyelesaian persamaan (2.9) dinyatakan dalam bentuk

46 30 =, +, +, +, + =, +, +, +, Jika persamaan 2.10 disubstitusikan ke dalam persamaan 2.9, maka diperoleh, + 3 +,, + 3 +,, + 3 +,, , + 3 +,, + 3 +,, + 3 +,, = dengan nilai awal, 0 =0,, =1,2,3, dan, = dan, =. Koefisien perpangkatan pada persamaan (2.9.a) memberikan persamaan berikut:,,,, + 3 =0, + 3 =0, + 3 =0, + 3 =0 atau,, + 3 =0,,,,, = 3 =, 3 =, 3 =, 3 =,

47 31 Koefisien perpangkatan pada persamaan (2.9.b) memberikan persamaan berikut:,,,, + 3 =0, + 3 =0, + 3 =0, + 3 =0 atau,, + 3 =,,,,, = 3 =, 3 =, 3 =, 3 =, 3 0 Untuk mencari,,,,,, integralkan kedua persamaan 2.9. dan 2.9. didapat, = + 3 3, = , = , = , = , = +3 3, = 1 2 3, =

48 32, = , = Karena =2, =3 dan Maka diperoleh =, +, +, +, +, +, + =, +, +, +, +, +, + = = Penyelesaian dari MNA (2.7) = + = +2. Berikut program mathematica untuk melihat perbandingan penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dan penyelesaian eksaknya. Needs "PlotLegends`" Plot {,},{,0,1},AxesLabel {,},PlotStyle Thick,PlotLegend {"HPMx","x"},LegendPosition {0.9, 0.8} Plot {, },{,0,1},AxesLabel {,},PlotStyle Thick,PlotLegend {"HPMy","y"},LegendPosition {1, 0.8} A 3. Penurunan Persamaan untuk, dan Jika persamaan (3.8) disubstitusikan ke dalam persamaan (3.7), maka diperoleh koefisien diperoleh:, =0, =. =0

49 33 Berdasarkan syarat awal, =, maka = sehingga, =, =0 = =0 Berdasarkan syarat awal, =, maka = sehingga, =, =0 = =0 Berdasarkan syarat awal, =, maka = sehingga, =. Model matematika yang ditinjau diberikan oleh persamaan berikut: = = = dengan syarat awal 0 =, 0 = dan 0 = Misalkan didefinisikan operator berikut =, Maka dari persamaan (3.2) dan persamaan (3.6) diperoleh =0 1 + = =0 3.7 Sebagai pendekatan awal dimisalkan =, = dan =.

50 34 Substitusikan penyelesaian dalam persamaan (3.8) kedalam persamaan (3.7), dan disusun berdasarkan perpangkatan, diperoleh: Untuk persamaan pertama pada persamaan (3.8):,,,,, , + 2, +, +, +, +, +, + 2, +, +, + 2,, +, +, +2,, +, +, + 2 3,, +, +, + 3,, + 3,, +, +, +3,, + 3,, +, +, + 2 3, +4,, +, +, + 4,, + 6,, + 4,, +, +, +4,,, +6,, + 4,, +, +, ,, +5,, +, +, + 4,, + 10,, + 10,, + 5,, +, +, +5,, (3.7.a) + 10,, +10,, + 5,, +, +... = 0

51 35 Untuk persamaan kedua pada persamaan (3.8) :,,,,,,... = 0 (3.7.b) + +, +, +, +, + 2,, +, +, +, + 3,, + 3,, +, +, +, + 4,, + 6,, + 4,, +, +, +, + 5,, + 10,, + 10,, + 5,, +, +, + Untuk persamaan ketiga pada persamaan (3.8) :,,, = 0 + +,, +, +,, +, +,, +, +, +, +, +, + (3.7.c) Karena, =,, =,, =, maka diperoleh, 0 =0, i, j = 1, 2,... sehingga berdasarkan persamaan (3.7.a) diperoleh:,, =0, + 2, +, +, +, +, =0

52 36,,,,, + 2, +, +, + 2,, +, +, +2,, +, = 0, + 2 3,, +, +, + 3,, + 3,, +, +, +3,, + 3,, +, = 0, + 2 3, +4,, +, +, + 4,, + 6,, + 4,, +, +, +4,, +6,, + 4,, +, = 0, ,, +5,, +, +, + 4,, + 10,, + 10,, + 5,, +, +, +5,, + 10,, +10,, + 5,, +, = d. Berdasarkan persamaan (3.7.b) diperoleh:, + =0,, +, +, = 0,, + 2,, +, +, = 0,, + 3,, + 3,, +, +, = 0

53 37,,, + 4,, + 6,, + 4,, +, +, = 0, + 5,, + 10,, + 10,, + 5,, +, +, = Berdasarkan persamaan (3.7.c) diperoleh:,,,,, + =0, +, =0, +, =0, +, =0, +, =0,, +, =0 3.7.f Untuk mencari,,,,,,... dengan mengintegralkan persamaan (3.7.d), (3.7.e), (3.7.f) dengan bantuan software Matematica, =, =Integrate,,, = \ =, 2,, +,,,

54 38, = Integrate, 2,, +,, +,,, = N, =, 2, +,, + 2,, +,, 2,,,, = Integrate, 2, +,, +2,, +,, +2,, +,,

55 39, = N N N N N dan seterusnya dilakukan dengan cara yang sama hingga orde 6 (nilai, )

56 40 Berikut ini akan di tentukan,,,,... dengan mengintegralkan persamaan (3.7.e) dengan bantuan soft ware Mathematica, =, = Integrate,, = +, =, +,,, =Integrate, +,,,, = N , =, + 2,, +,,, = Integrate, + 2,, +,,,, = N N N + 4 N N N dan seterusnya dilakukan dengan cara yang sama hingga orde 6 (nilai, )

57 41 Berikut ini akan di tentukan,,,,... dengan mengintegralkan persamaan (3.7.f) dengan bantuan soft ware Mathematica, =, =Integrate,, = N, =,,, = Integrate,,,, = N 1 2 N N, =,,, =Integrate,,,, = 1 2 +N N + N + +N +N N dan seterusnya dilakukan dengan cara yang sama hingga orde 6 (nilai,. Dengan demikian,, diberikan sebagai berikut:, +, +, +...

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA. Gambar 1 Proses Infeksi Virus HIV terhadap sel Darah Putih Sehat (Feng dan Rong 2006)

MODEL MATEMATIKA. Gambar 1 Proses Infeksi Virus HIV terhadap sel Darah Putih Sehat (Feng dan Rong 2006) 5 MODEL MATEMATIKA Interaksi Virus Terhadap Sel Darah Putih Sehat AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mudah diserang berbagai

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MODEL MANGSA PEMANGSA TIGA SPESIES DENGAN METODE HOMOTOPI YULI RAHMAWATI

PENYELESAIAN MODEL MANGSA PEMANGSA TIGA SPESIES DENGAN METODE HOMOTOPI YULI RAHMAWATI PENYELESAIAN MODEL MANGSA PEMANGSA TIGA SPESIES DENGAN METODE HOMOTOPI YULI RAHMAWATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS NOVIA YULIANI

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS NOVIA YULIANI PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS NOVIA YULIANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan 6, 1 (2.52) Berdasarkan persamaan (2.52), maka untuk 0 1 masing-masing memberikan persamaan berikut:, 0,0, 0, 1,1, 1. Sehingga menurut persamaan (2.51) persamaan (2.52) diperoleh bahwa fungsi, 0, 1 masing-masing

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI HANI ASRI GUARDIANI

PENYELESAIAN MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI HANI ASRI GUARDIANI PENYELESAIAN MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI HANI ASRI GUARDIANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS 2.1 Pengenalan Singkat HIV dan AIDS Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, HIV adalah virus penyebab AIDS. Kasus pertama AIDS ditemukan pada tahun 1981. HIV

Lebih terperinci

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI

SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA SKRIPSI

ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA SKRIPSI ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA SKRIPSI SELVA PUTRI ARISWANA PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016 ANALISIS

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA PENYEBARAN VIRUS DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN DUA SEROTIPE AHMAD SUYUTI LATIF

ANALISIS DINAMIKA PENYEBARAN VIRUS DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN DUA SEROTIPE AHMAD SUYUTI LATIF ANALISIS DINAMIKA PENYEBARAN VIRUS DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN DUA SEROTIPE AHMAD SUYUTI LATIF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL oleh ASRI SEJATI M0110009 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN INFEKSI KODE MALICIOUS PADA JARINGAN KOMPUTER SKRIPSI

ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN INFEKSI KODE MALICIOUS PADA JARINGAN KOMPUTER SKRIPSI ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN INFEKSI KODE MALICIOUS PADA JARINGAN KOMPUTER SKRIPSI ROKHANA ETHA DAMAYANTI PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Painleve Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Laplace

Penyelesaian Persamaan Painleve Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Laplace Penyelesaian Persamaan Painleve Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Laplace M. Nizam Muhaijir 1, Wartono 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS DAN PENERAPANNYA PADA MASALAH ARUS LALU LINTAS CHRISTOPHER DANNY

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS DAN PENERAPANNYA PADA MASALAH ARUS LALU LINTAS CHRISTOPHER DANNY PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS DAN PENERAPANNYA PADA MASALAH ARUS LALU LINTAS CHRISTOPHER DANNY DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD

MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI Febrian Lisnan, Asmara Karma 2 Mahasiswa Program Studi S Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR MENDIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

APLIKASI SISTEM PAKAR MENDIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL APLIKASI SISTEM PAKAR MENDIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SKRIPSI Disusun Oleh : RIZKY NORANINGTYAS J2A 605 097 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular?

Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular? Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ABSTRACT

MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ABSTRACT MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA Kristiani Panjaitan 1, Syamsudhuha 2, Leli Deswita 2 1 Mahasiswi Program

Lebih terperinci

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL DINAMIKA POPULASI LOTKA DENGAN LAJU KELAHIRAN DAN KEMATIAN TIDAK KONSTAN UNTUK DATA INDONESIA SUSIATI NASIKIN

APLIKASI MODEL DINAMIKA POPULASI LOTKA DENGAN LAJU KELAHIRAN DAN KEMATIAN TIDAK KONSTAN UNTUK DATA INDONESIA SUSIATI NASIKIN APLIKASI MODEL DINAMIKA POPULASI LOTKA DENGAN LAJU KELAHIRAN DAN KEMATIAN TIDAK KONSTAN UNTUK DATA INDONESIA SUSIATI NASIKIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan model Sisko dalam masalah aliran

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE HOMOTOPY PERTURBASI UNTUK PERSAMAAN NONLINEAR DAN MEMBANDINGKAN DENGAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT

MODIFIKASI METODE HOMOTOPY PERTURBASI UNTUK PERSAMAAN NONLINEAR DAN MEMBANDINGKAN DENGAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT MODIFIKASI METODE HOMOTOPY PERTURBASI UNTUK PERSAMAAN NONLINEAR DAN MEMBANDINGKAN DENGAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Handico Z Desri 1, Syamsudhuha 2, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI ANGGRAENI PUTRISIA

PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI ANGGRAENI PUTRISIA PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI ANGGRAENI PUTRISIA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya. 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teoriteori yang mendukung karya tulis ini. Teoriteori tersebut meliputi persamaan diferensial penurunan persamaan KdV yang disarikan dari (Ihsanudin, 2008;

Lebih terperinci

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Imaddudin Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ABSTRAK. STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007

ABSTRAK. STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 vi ABSTRAK STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 Francine Anne Yosi, 2007; Pembimbing I: Freddy Tumewu Andries, dr., MS Pembimbing II: July Ivone, dr. AIDS (Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENERAPAN TRANSFORMASI SHANK PADA METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

PENERAPAN TRANSFORMASI SHANK PADA METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT PENERAPAN TRANSFORMASI SHANK PADA METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Muliana 1, Syamsudhuha 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH NILAI AWAL PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA MENGGUNAKAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

PENYELESAIAN MASALAH NILAI AWAL PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA MENGGUNAKAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 1 (2015), hal 9 16. PENYELESAIAN MASALAH NILAI AWAL PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA MENGGUNAKAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 101 110 PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Dwi Haryanto, Nilamsari Kusumastuti,

Lebih terperinci

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 1 PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI

PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Lebih terperinci

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANA MARNIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR Birmansyah 1, Khozin Mu tamar 2, M. Natsir 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka

Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka M Soleh 1, D Fatmasari 2, M N Muhaijir 3 1, 2, 3 Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR TAK HOMOGEN ORDE SATU. (Skripsi) Oleh ATIKA FARADILLA

METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR TAK HOMOGEN ORDE SATU. (Skripsi) Oleh ATIKA FARADILLA METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR TAK HOMOGEN ORDE SATU (Skripsi) Oleh ATIKA FARADILLA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI (PREPAID CARD) LOVITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT PADA MODEL INFEKSI HIV SEL CD4 + T RIZKY HERMAWAN

PENERAPAN METODE RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT PADA MODEL INFEKSI HIV SEL CD4 + T RIZKY HERMAWAN PENERAPAN METODE RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT PADA MODEL INFEKSI HIV SEL CD4 T RIZKY HERMAWAN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS. KARTIKA YULIANTI NIM : Program Studi Matematika

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS. KARTIKA YULIANTI NIM : Program Studi Matematika MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh KARTIKA YULIANTI NIM : 20106010 Program Studi Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL POPULASI VOLTERRA ERNI JUNI ARTI

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL POPULASI VOLTERRA ERNI JUNI ARTI PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL POPULASI VOLTERRA ERNI JUNI ARTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ABSTRACT ERNI

Lebih terperinci

T - 1 PEMODELAN MATEMATIKA UNTUK MENSIMULASIKAN EFEK POPULASI KARANTINA TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS DI PAPUA

T - 1 PEMODELAN MATEMATIKA UNTUK MENSIMULASIKAN EFEK POPULASI KARANTINA TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS DI PAPUA T - 1 PEMODELAN MATEMATIKA UNTUK MENSIMULASIKAN EFEK POPULASI KARANTINA TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS DI PAPUA Abraham 1, Mahmudi 2 1 Program Studi Matematika FMIPA Universitas Cenderawasih 2 Program

Lebih terperinci

DERET TAYLOR UNTUK METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT

DERET TAYLOR UNTUK METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT DERET TAYLOR UNTUK METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Lucy L. Batubara 1, Deswita. Leli 2, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS NUMERIK UNTUK IMMUNOTHERAPY PADA INFEKSI HIV-1

ANALISIS NUMERIK UNTUK IMMUNOTHERAPY PADA INFEKSI HIV-1 1 ANALISIS NUMERIK UNTUK IMMUNOTHERAPY PADA INFEKSI HIV-1 ROSIDAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA JENIS KEDUA. Edo Nugraha Putra ABSTRACT ABSTRAK 1.

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA JENIS KEDUA. Edo Nugraha Putra ABSTRACT ABSTRAK 1. METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA JENIS KEDUA Edo Nugraha Putra Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

MODEL PENGARUH PERSEPSI DAN MOTIVASI MUZAKKI TERHADAP KEPUTUSAN MEMBAYAR ZAKAT PROFESI (Studi Kasus: Karyawan PT PLN Region Jawa Barat) PEMI PIDIANTI

MODEL PENGARUH PERSEPSI DAN MOTIVASI MUZAKKI TERHADAP KEPUTUSAN MEMBAYAR ZAKAT PROFESI (Studi Kasus: Karyawan PT PLN Region Jawa Barat) PEMI PIDIANTI MODEL PENGARUH PERSEPSI DAN MOTIVASI MUZAKKI TERHADAP KEPUTUSAN MEMBAYAR ZAKAT PROFESI (Studi Kasus: Karyawan PT PLN Region Jawa Barat) PEMI PIDIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

HIV AIDS, Penyakit yang Belum Teratasi Namun Bisa Dicegah

HIV AIDS, Penyakit yang Belum Teratasi Namun Bisa Dicegah HIV AIDS, Penyakit yang Belum Teratasi Namun Bisa Dicegah Oleh : H. Deddy Ismail, MM Pengelola Program HIV-AIDS dan IMS Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Apa yang terpikir dalam benak Anda sewaktu

Lebih terperinci

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang) KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang) Melita Haryati 1, Kartono 2, Sunarsih 3 1,2,3 Jurusan Matematika

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: SEIS, masa inkubasi, titik kesetimbangan, pertussis, simulasi. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: SEIS, masa inkubasi, titik kesetimbangan, pertussis, simulasi. iii ABSTRAK Wahyu Setyawan. 2015. MODEL SUSCEPTIBLE EXPOSED INFECTED SUSCEPTIBLE (SEIS). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret. Model matematika yang menggambarkan pola penyebaran

Lebih terperinci

APLIKASI METODE TRANSFORMASI ANALISIS HOMOTOPI (HATM) PADA PERSAMAAN + =

APLIKASI METODE TRANSFORMASI ANALISIS HOMOTOPI (HATM) PADA PERSAMAAN + = APLIKASI METODE TRANSFORMASI ANALISIS HOMOTOPI (HATM) PADA PERSAMAAN + = (Skripsi) Oleh NOVIANTI SAGITA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2016 ABSTRAK

Lebih terperinci