MUSLIMATUL AINA Universitas Madura

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MUSLIMATUL AINA Universitas Madura"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR KESULITAN PENGISIAN SPT MASA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KECAMATAN PAMEKASAN MUSLIMATUL AINA Unverstas Madura ABSTRACT The purpose of ths study s to determne the nfluence of factors dffculty chargng tax return on taxpayer complance n the Dstrct Pamekasan. Determnaton of the number of samples of the taxpayer populaton n the Dstrct Pamekasan wth a level of error of 10% as many as 94 taxpayers. The analyss method used s multple lnear regresson analyss. Result of hypothess test by usng t test, t s known that varable of nstructon of fllng SPT Masa (X2) and applcable tax regulaton (X4) have sgnfcant effect to taxpayer complance (Y). Where the t count value of nstructon varable of SPT Masa (2,897) and applcable tax regulaton (1,800) s bgger than ttable value wth α 0,05 (1,6612). That the gudance factor of fllng SPT Masa has the most domnant effect on taxpayer complance n Kecamatan Pamekasan. There s another factor of 66,2% whch can nfluence taxpayer complance, that s tax nspecton factor. Keywords: SPT Masa, Taxpayer Complance ABSTRAK Terdapat dua macam kepatuhan perpajakan, yatu: (1) Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dmana wajb pajak memenuh kewajban perpajakan secara formal sesua dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan, (2) Kepatuhan materal adalah wajb pajak mengs dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pembertahuan (SPT) sesua ketentuan dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak sebelum batas waktu berakhr. Tujuan peneltan n adalah untuk mengetahu pengaruh faktor-faktor kesultan pengsan SPT masa terhadap kepatuhan wajb pajak d Kecamatan Pamekasan. Penentuan jumlah sampel dar populas wajb pajak d Kecamatan Pamekasan dengan taraf kesalahan 10% sebanyak 94 wajb pajak. Metode analss yang dgunakan adalah analss regres lner berganda. Hasl uj hpotess dengan menggunakan uj t, dketahu bahwa varabel petunjuk pengsan SPT Masa (X2) dan peraturan perpajakan yang berlaku (X4) berpengaruh sgnfkan terhadap kepatuhan wajb pajak (Y). Dmana nla thtung varabel petunjuk pengsan SPT Masa (2,897) dan peraturan perpajakan yang berlaku (1,800) lebh besar dar nla ttabel dengan α 0,05 (1,6612). Bahwa faktor petunjuk pengsan SPT Masa berpengaruh palng domnan terhadap kepatuhan wajb pajak d Kecamatan Pamekasan. Terdapat faktor lan sebesar 66,2% yang dapat mempengaruh kepatuhan wajb pajak, yatu faktor pemerksaan pajak. Kata Kunc: SPT Masa, Kepatuhan Wajb Pajak PENDAHULUAN Saat n, pajak merupakan sumber penermaan negara yang sangat pentng dan potensal. Undang-undang Pajak, sebaga bagan hukum suatu negara yang mengkat warga negaranya yang sangat pentng dalam menunjang pembangunan ekonom, dmana hukum pajak merupakan salah satu hukum khusus negara. Pemerntah Indonesa dalam membaya pembangunan nasonal mempunya 3 (tga) sumber penermaan pokok (berdasarkan data 67

2 APBN-P 2009), yatu: penermaan dar sektor pajak sebesar 74,86%, penermaan dar sektor bukan pajak (mnyak dan gas alam, laba BUMN, PNBP lannya) sebesar 25,03%, dan penermaan dar sektor hbah sebesar 0,11%. Dar ketga sumber yang tersebut d atas, penermaan dar sektor pajak merupakan sumber terbesar penermaan Negara. Hal n dkarenakan sumber daya alam semakn lama semakn menps dan tdak dapat dperbaharu lag, pnjaman/hutang menyebabkan adanya bunga yang sangat tngg sehngga semakn membeban rakyat dalam jangka waktu lama, dan peran serta aktf rakyat membayar pajak untuk kemandran membaya pengeluaran negara sendr. D Indonesa, otortas pemegang kebjakan fskal berada d Kementeran Keuangan, dmana tugas dan wewenangnya dpegang oleh Drektorat Jenderal Pajak. Ms utama Drektorat Jenderal Pajak adalah ms fskal, yatu menghmpun penermaan pajak berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu menunjang kemandran pembayaan pemerntah dan dlaksanakan secara efektf dan efsen. Pajak tu sendr terbag menjad 2 (dua) berdasarkan dar lembaga yang mengelolanya, yatu : 1) Pajak pusat, sepert Pajak Penghaslan, Pajak Pertambahan Nla, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bum dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Bea Matera,;2) Pajak Daerah, sepert Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balk Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hburan, dan Pajak Penerangan Jalan. Sektor penermaan pajak pusat sebaga salah satu komponen APBN saat n memlk pengaruh yang sangat sgnfkan terhadap penermaan negara sebaga modal pembangunan nasonal. Target yang dberkan pemerntah terhadap sektor n terus mengalam penngkatan dan beberapa tahun anggaran terakhr sektor pajak menjad sektor dengan target yang palng tngg dbandngkan sektor penermaan yang lan. Tekad pemerntah dalam membudayakan pajak adalah menjadkan masyarakat sadar dan pedul pajak. Tanpa pengetahuan dan pemahaman yang mendasar tentang pajak, maka wajb pajak tdak akan merespon adanya kebutuhan dan pembangunan yang berasal dar ketentuan peraturan perundangan perpajakan. Melalu sstem tersebut, pelaksanaan admnstras perpajakan dharapkan dapat dlaksanakan dengan lebh mudah, tertb, efektf, efsen, dan terkendal. Faktor lan yang juga mempengaruh wajb pajak dalam memenuh kewajban perpajakan adalah tngkat penddkan dan layanan nformas perpajakan. Sejak penerapan self assessment system, dperlukan kesadaran dan kepatuhan dar wajb pajak untuk melaksanakan kewajban perpajakan sesua peraturan perpajakan yang berlaku. Karena fungs aparat pajak (fskus) hanya bertugas melakukan pengawasan, penyuluhan, dan layanan nformas perpajakan. Dalam kenyataan dan prakteknya, mash banyak wajb pajak yang tdak patuh, yang tdak melaksanakan kewajban perpajakannya secara benar dan tepat waktu. Apabla hal n berlangsung secara terus-menerus akan mengakbatkan realsas atas target penermaan pajak menurun. Kepatuhan wajb pajak yang dmaksud adalah kepatuhan membayar pajak tepat bayar (patuh materal), kepatuhan mengs dan melaporkan SPT Masa tepat waktu (patuh formal), dan kepatuhan melalu pemerksaan pajak. Sejauh n mash sedkt wajb pajak yang termasuk krtera patuh dalam pemenuhan kewajban perpajakan. Dalam peneltan n, penuls hanya mengambl objek peneltan pada pelaporan pajak secara bulanan, yatu pengsan SPT Masa karena terdapat beberapa macam formulr SPT Masa (SPT Masa PPh 21, PPh 22, PPh 23/26, dan SPT Masa PPN), pelaporan masa/bulanan yang kontnyu, dan lampran dar SPT Masa tersebut, dmana wajb pajak belum semuanya dapat menghtung, membayar, dan melaporkan SPT Masanya secara benar dan tepat. Oleh karena tu, untuk menngkatkan kepatuhan wajb pajak dperlukan adanya peneltan terhadap tngkat kesultan dalam 68

3 pengsan dan pelaporan SPT Masa bag wajb pajak. Pengsan formulr SPT Masa n sangat pentng bag Drektorat Jenderal Pajak karena SPT Masa merupakan nformas perode masa tertentu yang menggambarkan pembayaran dan pelaporan pajak dar wajb pajak serta pemantauan dan pengawasan realsas penermaan pajak setap bulan sehngga jumlah penermaan pajak dapat setap saat dketahu tanpa harus menunggu akhr tahun. Berdasarkan uraan d atas, maka penelt berupaya mendalam dan memaham tentang tngkat kesultan pengsan SPT Masa dalam katannya dengan kepatuhan wajb pajak. TINJAUAN PUSTAKA Defns Pajak Pajak adalah uran masyarakat kepada negara (yang dapat dpaksakan) yang terutang oleh yang wajb membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-undang) dengan tdak mendapat prestas kembal yang langsung dapat dtunjuk dan yang gunanya adalah untuk membaya pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerntahan (Adran). Dalam defns yang lan, djelaskan bahwa pajak adalah kewajban untuk menyerahkan sebagan dar kekayaan yang dsebabkan oleh suatu keadaan, kejadan, dan perbuatan yang memberkan kedudukan tertentu, tetap bukan sebaga hukuman, menurut peraturan-peraturan yang dtetapkan pemerntah serta dapat dpaksakan tetap tdak ada jasa balk dar negara secara langsung, untuk memelhara kesejahteraan umum. Pajak adalah kontrbus wajb kepada negara yang terutang oleh orang prbad atau badan yang bersfat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tdak mendapatkan mbalan secara langsung dan dgunakan untuk keperluan negara bag sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jens Pajak Pajak dapat dkelompokkan menggunakan krtera tertentu sebaga berkut: 1. Dar seg admnstratf yurds a. Seg yurds Suatu jens pajak dkatakan sebaga pajak langsung apabla dpungut secara perodk, menggunakan penetapan sebaga dasar dan kohr. Sebaga contoh, msalnya Pajak Penghaslan (PPh). Pajak penghaslan dpungut secara perodk setap tahun atau setap masa pajak, d mana pemungutannya menggunakan penetapan lewat SPT. Adapun pajak tdak langsung dpungut secara nsdental dan tdak menggunakan kohr. Contoh pajak tdak langsung adalah Bea Matera, Pajak Pertambahan Nla (PPN). Pajak Pertambahan Nla dkenakan apabla terjad penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP). b. Seg ekonoms Suatu jens pajak dkatakan pajak langsung apabla beban pajak tdak dapat dlmpahkan kepada phak lan, contohnya Pajak Penghaslan, d mana yang menjad wajb pajak adalah yang membayar pajak atau memkul beban pajak. Adapun pajak tdak langsung adalah suatu jens pajak d mana wajb pajak dapat mengalhkan beban pajaknya kepada phak lan, contohnya Pajak Pertambahan Nla. 69

4 2. Berdasarkan ttk tolak pungutannya a. Pajak subjektf adalah pajak yang pengenaannya berpangkal pada dr orang/badan yang dkena pajak (wajb pajak). Jad dalam hal n yang dperhatkan pertama kal adalah subjeknya (orang atau badan) baru kemudan dcar objeknya. b. Pajak objektf adalah pajak yang pengenaannya berpangkal pada objek yang dkena pajak, dan untuk mengenakan pajaknya harus dcar subjeknya. Jad dalam hal n pertama harus dlhat objeknya, kemudan baru dcar subjeknya (orang atau badan) yang bersangkutan langsung tanpa mempersoalkan apakah subjek tu sendr berada d Indonesa atau tdak. 3. Berdasarkan sfatnya a. Pajak yang bersfat prbad/perorangan (persoonljk) adalah pajak yang dalam penetapannya memperhatkan keadaan dr serta keluarga wajb pajak, sngkatnya kemampuan bayar atau daya pkul wajb pajak u sendr. b. Pajak yang bersfat kebendaan (zakeljk) adalah pajak yang dpungut tanpa memperhatkan dr dan keadaan s wajb pajak. 4. Berdasarkan kewenangan pemungutannya a. Pajak pusat, yatu pajak yang kewenangan pemungutannya berada pemerntah pusat. Tergolong jens pajak n antara lan Pajak Penghaslan (PPh), Pajak Pertambahan Nla (PPN) atas barang dan jasa, Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bum dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (PHTB), dan Bea Matera. b. Pajak daerah, yatu pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerntah daerah, bak pemerntah provns maupun pemerntah kabupaten/kota. Jens pajak n antara lan pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak hotel, pajak restoran, pajak hburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, dan retrbus. Fungs Pajak Pajak mempunya dua fungs (Mardasmo,2006), yatu: 1. Fungs budgetar (anggaran), yatu pajak alat atau nstrument yang dgunakan untuk memasukkan dana sebesar-besarnya ke kas negara dan membaya pengeluaranpengeluarannya. Sejak 1983 Indonesa mencanangkan pajak sebaga sumber pemasukan dana alternatf untuk menggantkan poss domnan mnyak dan gas bum, sehngga sudah tentu fungs budgeter nlah yang mengemuka. Bahkan apabla melhat ke negara-negara lan, hampr semua negara memasukkan dana dar masyarakat antara lan melalu pajak n. 2. Fungs regulerend (mengatur), yatu pajak sebaga alat untuk mengatur atau melaksanakan kebjaksanaan pemerntah. Oleh karenanya fungs mengatur n menggunakan pajak untuk dapat mendorong dan mengendalkan kegatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan kengnan pemerntah. Dengan adanya fungs mengatur, kadang kala dar ss penermaan (fungs budgeter) justru tdak menguntungkan. Terhadap kegatan yang dpandang bersfat negatf, apabla fungs mengatur yang dmaksudkan untuk menekan kegatan tu dkedepankan, pemerntah justru dpandang berhasl apabla pemasukan pajaknya kecl. Sementara tu, menurut Mar e Muhammad, fungs pajak d negara berkembang sepert d Indonesa adalah sebaga berkut: 1. Pajak merupakan alat atau nstrumen penermaan negara; 2. Pajak merupakan alat untuk mendorong nvestas; 3. Pajak merupakan alat redstrbus. 70

5 Sstem Pengenaan Pajak D Indonesa terdapat 3 (tga) sstem pemungutan pajak, yatu: 1. Offcal Assessment System Offcal Assessment System merupakan suatu sstem pengenaan pajak yang member wewenang kepada pemerntah (fskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajb pajak. Cr-cr sstem n adalah: a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fskus; b. Wajb pajak bersfa pasf; c. Utang pajak tmbul setelah dkeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh fskus. Dalam sstem n peran fskus mash cukup domnan untuk menghtung dan menetapkan utang pajak. Sstem n umumnya dterapkan terhadap jens pajak yang melbatkan masyarakat luas selaku wajb pajak. Contohnya Pajak Bum dan Bangunan yang dkenakan atas bum dan/atau bangunan sehngga akan melbatkan masyarakat dar semua lapsan, yakn mereka yang memlk, menguasa, atau mengambl manfaat dar bum dan/atau bangunan sebaga wajb pajak. Kranya mash sult mengharapkan masyarakat selaku wajb pajak dar Pajak Bum dan Bangunan memaham dan mampu menghtung pajak yang terutang sendr. 2. Self Assessment System Self Assessment System merupakan suatu sstem pengenaan pajak yang member wewenang kepada wajb pajak untuk menentukan sendr besarnya pajak yang terutang. Cr-cr sstem n adalah: a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajb pajak sendr; b. Wajb pajak aktf, mula dar mendaftakan dr, menghtung, menyetor, melaporkan, dan memperhtungkan sendr pajak yang terutang; c. Fskus tdak kut campur dan hanya mengawas. Dalam sstem n umumnya dterapkan pada jens pajak yang memandang wajb pajaknya cukup mampu untuk dserah tanggung jawab untuk menghtung dan menetapkan utang pajaknya sendr. Contoh dar sstem n adalah Pajak Penghaslan (PPh), Pajak Pertambahan Nla (PPN), dan juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Wajb pajak mempunya kewajban untuk mendaftarkan dr pada Kantor Pelayanan Pajak yang wlayahnya melput tempat domsl, tempa usaha maupun tempat kedudukan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajb Pajak (NPWP) maupun Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) bag Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak. Selan mendatang Kantor Pelayana Pajak, wajb pajak juga dapat mendaftarkan dr secara onlne melalu e-regstraton (e-reg) d webste Drektorat Jenderal Pajak, yatu Setelah melakukan pendaftaran dan memperoleh NPWP, wajb pajak mempunya kewajban perpajakan sesua yang tercantum dalam Surat Keterangan Terdaftar (SKT) untuk menghtung dan membayar pajak, dan selanjutnya melaporkan pajak terutang dalam bentuk Surat Pembertahuan (SPT). Wajb pajak selan mempunya kewajban juga mempunya hak untuk mendapatkan kerahasan atas seluruh nformas yang telah dsampakan pada Drektorat Jenderal Pajak dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Sehngga d sn terdapat jamnan dan kepastan hukum terhadap data/nformas dar Wajb Pajak. 3. Wth Holdng System Wth Holdng System merupakan sstem pengenaan pajak yang member wewenang kepada phak ketga (bukan fskus dan bukan wajb pajak yang bersangkutan). Contoh 71

6 dar sstem n adalah Pajak Penghaslan khususnya PPh Pasal 21, d mana pember kerja, bendaharawan pemerntah, dana pensun, dan sebaganya yang kepadanya dserah tanggung jawab untuk memotong pajak terhadap penghaslan yang mereka bayarkan kepada para pekerja/buruh/pegawa yang memperoleh penghaslan dar pekerjaan/jasanya. Pengertan, Jens dan Fungs SPT 1. Pengertan Surat Pembertahuan (SPT) Menurut Undang-undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertan SPT yatu Surat Pembertahuan adalah surat yang oleh Wajb Pajak dgunakan untuk melaporkan penghtungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak, dan/atau harta dan kewajban sesua dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. 2. Jens SPT Jens SPT dbedakan menjad dua, yatu: a. Surat Pembertahuan (SPT) Masa, merupakan Surat Pebertahuan untuk suatu masa pajak. b. Surat Pembertahuan (SPT) Tahunan, merupakan Surat Pembertahuan untuk suatu tahun pajak atau bagan tahun pajak. 3. Fungs SPT Adapun fungs SPT bag Wajb Pajak antara lan: a. Sarana melapor dan mempertanggungjawabkan penghtungan pajak yang sebenarnya terutang. b. Melapor pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dlaksanakan sendr dan/atau melalu pemotongan atau pemungutan oleh phak lan dalam suatu tahun pajak. c. Melaporkan pembayaran dar pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang prbad atau badan lan dar suatu masa pajak, sesua dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Hak dan Kewajban Wajb Pajak Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, setap Wajb Pajak yang telah memenuh persyaratan subjektf dan objektf sesua dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajb mendaftarkan dr pada kantor Drektorat Jenderal Pajak yang wlayah kerjanya melput tempat tnggal atau tempat kedudukan Wajb Pajak dan kepadanya dberkan Nomor Pokok Wajb Pajak (NPWP). Demkan pula setap Wajb Pajak sebaga pengusaha yang dkena pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nla Tahun 1984 dan perubahannya, wajb melaporkan usahanya pada kantor Drektorat Jenderal Pajak yang wlayah kerjanya melput tempat tnggal atau tempat kedudukan pengusaha, dan tempat kegatan usaha dlakukan untuk dkukuhkan menjad Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan kepadanya dberkan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP). Salah satu fungs NPWP adalah sebaga denttas wajb pajak, d sampng menjaga ketertban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan admnstras perpajakan. Sejak dterbtkan NPWP bag wajb pajak, maka secara hukum terdapat hak dan kewajban sebaga wajb pajak. Hak yang bsa ddapat oleh wajb pajak, yatu: 1. Hak membetulkan Surat Pembertahuan (SPT). 2. Hak mengangsur dan menunda pembayaran. 3. Hak mendapatkan pengembalan pajak (resttus). 72

7 4. Hak mengajukan gugatan, keberatan dan bandng. 5. Perlndungan terhadap rahasa wajb pajak. 6. Mendapatkan pengurangan dan pembatalan pajak. 7. Mendapatkan pengurangan dan pembatalan sanks admnstras. Kewajban pajak yang harus dlaksanakan oleh wajb pajak, yatu: 1. Kewajban mendaftarkan dr. 2. Kewajban membayar pajak. 3. Kewajban mengs dan melaporkan SPT. 4. Kewajban membayar denda. 5. Kewajban melakukan pencatatan dan pembukuan. 6. Kewajban menyerahkan dokumen pada waktu pemerksaan. Bag wajb pajak yang melakukan pembayaran pajak, dwajbkan menggunakan sarana pembayaran berupa Surat Setoran Pajak (SSP) yang terdr dar 5 rangkap, dan dsetor melalu tempat pembayaran atas persetujuan Menter Keuangan, yatu Bank-bank perseps dan kantor pos. Dalam hal melaporkan pajak yang terutang, sarana yang dgunakan berupa Surat Pembertahuan (SPT). Surat Pembertahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajb Pajak dgunakan untuk melaporkan penghtungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajban, menurut ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Surat Pembertahuan (SPT) dbedakan menjad dua hal, yatu Surat Pembertahuan Masa (SPT Masa) dan Surat Pembertahuan Tahunan (SPT Tahunan). SPT Masa adalah Surat Pembertahuan untuk suatu masa pajak tertentu. Sementara SPT Tahunan adalah Surat Pembertahuan untuk suatu tahun pajak atau bagan tahun pajak. Sebesar Rp ,- (satu juta rupah) untuk SPT Tahunan WP Badan, Rp ,- (seratus rbu rupah) untuk SPT Tahunan WP Orang Prbad, Rp ,- (lma ratus rbu rupah) untuk SPT Masa PPN, dan sebesar Rp ,- (seratus rbu rupah) untuk SPT Masa Lannya. D sampng denda admnstras, wajb pajak juga dapat dkenakan denda pdana, yatu: 1. Wajb pajak yang karena kealpaannya tdak menyampakan SPT; atau 2. Wajb pajak menyampakan SPT, tetap snya tdak benar atau tdak lengkap, atau melamprkan keterangan yang snya tdak benar sehngga dapat menmbulkan kerugan pada pendapatan Negara, ddenda palng banyak 2 (dua) kal jumlah pajak terutang yang tdak atau kurang dbayar, atau dpdana kurungan palng lama 1 (satu) tahun (Pasal 38 Undang-undang KUP). 3. Orang yang dengan sengaja tdak mendaftarkan dr atau menyalahkan-gunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajb Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, atau 4. Orang yang dengan sengaja tdak menyampakan SPT, atau 5. Orang yang dengan sengaja menyampakan SPT dan/atau keterangan yang snya tdak benar atau tdak lengkap, atau 6. Orang yang dengan sengaja menolak pemerksaan pajak, atau 7. Orang yang dengan sengaja memperlhatkan pencatatan, pembukuan, atau dokumen lan yang palsu atau dpalsukan seolah-olah benar, atau 8. Orang yang dengan sengaja tdak menyetorkan pajak yang telah dpotong atau dpungut, sehngga dapat menmbulkan kerugan pada pendapatan negara, dkenakan denda palng banyak 4 (empat) kal jumlah pajak terutang yang tdak atau kurang 73

8 dbayar, atau dpdana palng lama 6 (enam) tahun (Pasal 39 ayat (1) Undang-undang KUP). Hpotess pada peneltan n adalah sebaga berkut: 1. Dduga faktor pengetahuan wajb pajak, petunjuk pengsan SPT Masa, kesederhanaan formulr SPT Masa, dan peraturan perpajakan yang berlaku berpengaruh sgnfkan terhadap kepatuhan wajb pajak d Kecamatan Pamekasan. 2. Dduga faktor petunjuk pengsan SPT Masa berpengaruh palng domnan terhadap kepatuhan wajb pajak d Kecamatan Pamekasan. METODOLOGI PENELITIAN Lokas peneltan untuk mengetahu pengaruh faktor-faktor kesultan pengsan SPT Masa terhadap kepatuhan Wajb Pajak d Kecamatan Pamekasan, yatu berlokas d Kecamatan Pamekasan. Adapun jens dar peneltan n, yatu peneltan asosatf/hubungan dengan metode peneltan surve. Pada peneltan n menggunakan data prmer yang dperoleh dar hasl kuesoner/angket yang dsebarkan kepada wajb pajak. Sedangkan data sekunder dperoleh dar laporan admnstras KPP Pratama Pamekasan, berbaga lteratur sepert buku, majalah, jurnal, koran, nternet dan lan-lan yang berhubungan dengan aspek peneltan. Adapun yang menjad populas pada peneltan n adalah wajb pajak yang mempunya kewajban perpajakan d Kecamatan Pamekasan sebanyak wajb pajak. Penentuan jumlah sampel dar populas wajb pajak d Kecamatan Pamekasan dengan taraf kesalahan 10% sebanyak 94 wajb pajak, d mana penelt memberkan angket kepada semua sampel wajb pajak pada KPP Pratama Pamekasan. Butr jawaban yang dperoleh kemudan akan dolah dengan analss regres berganda dan uj t untuk membutktkan hpotess. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam peneltan n, dperoleh data sekunder dar KPP Pratama Pamekasan tentang jumlah wajb pajak yang berada d wlayah Kecamatan Pamekasan, yang nantnya sebagan para wajb pajak tersebut menjad responden dalam pengsan kuesoner peneltan n. Untuk lebh jelasnya, dapat dlhat dar tabel berkut n: Tabel 1 Kewajban Perpajakan Wajb Pajak d Kecamatan Pamekasan KPP Pratama Pamekasan No. Wajb Pajak Jens Pajak PPh 21 PPh 22 PPh 23 PPN 1 BaBadan BeBendahara Orang Prbad Jumlah Sumber Data: Seks Pengolahan Data dan Informas ( ) Jumlah populas responden dalam peneltan n sebanyak wajb pajak (Badan 913 WP, Bendahara 319 WP, dan Orang Prbad 113 WP), hal n dkarenakan untuk wajb pajak badan dan bendahara, dalam jens pajak PPh 22, PPh 23, dan PPN sudah termasuk dalam krtera wajb pajak yang mempunya kewajban PPh 21. Jumlah sampel 94 orang. 74

9 Pembahasan Setelah data hasl jawaban responden duj valdtas dan relabltasnya dan ddapatkan data peneltan yang vald dan relabel, maka dalam sub bab pembahasan n data peneltan akan danalss secara kualtatf, kuanttatf, serta dlakukan uj hpotess untuk djadkan acuan dalam penarkan suatu smpulan dalam peneltan n. Adapun analsa yang akan dlakukan adalah sebaga berkut:. Berdasarkan hasl jawaban responden, maka dapat dsusun tabulas dan dstrbus. Tabulas dan dstrbus data jawaban responden dperoleh dar jawaban responden pada tem pertanyaan ke-1 hngga tem pertanyaan ke-14. Tabulas dan dstrbus jawaban responden sepert dapat dlhat d bawah n: Dar hasl jawaban responden untuk varabel pengetahuan wajb pajak dengan tem ndkator kemampuan memaham peraturan perpajakan, akses nformas peraturan perpajakan, dan sosalsas perpajakan dapat dsusun suatu dstrbus sebaga berkut: Tabel 2 Dstrbus Jawaban untuk Varabel Pengetahuan Wajb Pajak X1 % % % % % X11 Cukup Kurang Sangat Paham Paham Tdak Paham Paham Paham 4 4,3% 24 25,5% 42 44,7% 23 24,5% 1 1,1% X12 Sangat Serng Serng Cukup Serng Kurang Serng Tdak Serng 2 2,1% 21 22,3% 31 33,0% 32 34,0% 8 8,5% X13 Sangat Serng Serng Cukup Serng Kurang Serng Tdak Serng 2 2,1% 12 12,8% 32 34,0% 31 33,0% 17 18,1% Sumber: data dolah Dar tabel d atas, maka dapat dketahu jawaban responden terhadap varabel pengetahuan wajb pajak sebaga berkut: Untuk ndkator kemampuan memaham peraturan perpajakan, dar 94 responden sebanyak 4 orang atau 4,3% menyatakan sangat paham, 24 orang atau 25,5% menyatakan paham, 42 orang atau 44,7% menyatakan cukup paham, 23 orang atau 24,5% menyatakan kurang paham, dan 1 orang atau 1,1% menyatakan tdak paham dalam memaham peraturan perpajakan. Untuk ndkator akses nformas peraturan perpajakan, dar 94 responden sebanyak 2 orang atau 2,1% menyatakan sangat serng, 21 orang atau 22,3% menyatakan serng, 31 orang atau 33% menyatakan cukup serng, 32 orang atau 34% menyatakan kurang serng, dan 8 orang atau 8,5% menyatakan tdak serng dalam mengakses nformas peraturan perpajakan. Untuk ndkator sosalsas perpajakan, dar 94 responden sebanyak 2 orang atau 2,1% menyatakan sangat serng, 12 orang atau 12,8% menyatakan serng, 32 orang atau 34% menyatakan cukup serng, 31 orang atau 33% menyatakan kurang serng, dan 17 orang atau 18,1% menyatakan tdak serng mendapat sosalsas perpajakan. Dar hasl jawaban responden untuk varabel petunjuk pengsan SPT Masa dengan tem ndkator bahasa buku petunjuk, bentuk penyajan, s buku petunjuk, dan manfaat buku petunjuk dapat dsusun suatu dstrbus sebaga berkut. 75

10 Tabel 3 Dstrbus Jawaban untuk Varabel Petunjuk Pengsan SPT Masa X2 % % % % % X21 Sangat Lugas Lugas Cukup Lugas Kurang Lugas Tdak Lugas 3 3,2% 35 37,2% 38 40,4% 16 17,0% 2 2,1% X22 Sangat Sederhana Sederhana Cukup Sederhana Kurang Sederhana Tdak Sederhana 6 6,4% 34 36,2% 42 44,7% 11 11,7% 1 1,1% X23 Sangat Prakts Prakts Cukup Prakts Kurang Prakts Tdak Prakts 4 4,3% 31 33,0% 43 45,7% 15 16,0% 1 1,1% X24 Sangat Bermanfaat Bermanfaat Cukup Bermanfaat Kurang Bermanfaat Tdak Bermanfaat 30 31,9% 39 41,5% 19 20,2% 6 6,4% 0 0% Sumber: data dolah Dar tabel 3 d atas, maka dapat dketahu jawaban responden terhadap varabel petunjuk pengsan SPT Masa sebaga berkut: Untuk ndkator bahasa buku petunjuk, dar 94 responden sebanyak 3 orang atau 3,2% menyatakan sangat lugas, 35 orang atau 37,2% menyatakan lugas, 38 orang atau 40,4% menyatakan cukup lugas, 16 orang atau 17% menyatakan kurang lugas, dan 2 orang atau 2,1% menyatakan tdak lugas tehadap bahasa buku petunjuk. Untuk ndkator bentuk penyajan buku, dar 94 responden sebanyak 6 orang atau 6,4% menyatakan sangat sederhana, 34 orang atau 36,2% menyatakan sederhana, 42 orang atau 44,7% menyatakan cukup sederhana, 11 orang atau 11,7% menyatakan kurang sederhana, dan 1 orang atau 1,1% menyatakan tdak sederhana terhadap bentuk penyajan buku. Untuk ndkator s buku petunjuk, dar 94 responden sebanyak 4 orang atau 4,3% menyatakan sangat prakts, 31 orang atau 33% menyatakan prakts, 43 orang atau 45,7% cukup prakts, 15 orang atau 16% menyatakan kurang prakts, dan 1 orang atau 1,1% menyatakan tdak prakts terhadap s buku petunjuk pengsan SPT Masa. Untuk ndkator manfaat buku petunjuk, dar 94 responden sebanyak 30 orang atau 31,9% menyatakan sangat bermanfaat, 39 orang atau 41,5% menyatakan bermanfaat, 19 orang atau 20,2% menyatakan cukup bermanfaat, dan 6 orang atau 6,4% menyatakan kurang bermanfaat terhadap manfaat buku petunjuk pengsan SPT Masa. Tdak terdapat jawaban tdak bermanfaat pada ndkator n. Dar hasl jawaban responden untuk varabel kesederhanaan formulr SPT Masa dengan tem ndkator format SPT Masa dan bahasa dalam formulr SPT Masa dapat dsusun suatu dstrbus sebaga berkut: Tabel 4 Dstrbus Jawaban untuk Varabel Kesederhanaan Formulr SPT Masa X3 % % % % % X31 Sangat Sederhana Cukup Kurang Tdak Sederhana Sederhana Sederhana Sederhana 3 3,2% 33 35,1% 49 52,1% 9 9,6% 0 0% X32 Sangat Lugas Lugas Cukup Lugas Kurang Lugas Tdak Lugas 5 5,3% 21 22,3% 48 51,1% 19 20,2% 1 1,1% Sumber data: data dolah 76

11 Dar hasl jawaban responden untuk varabel kepatuhan Wajb Pajak dengan tem ndkator ketepatan penghtungan pajak terutang, keteltan pengsan, jangka waktu pembayaran, dan jangka waktu pelaporan dapat dsusun suatu dstrbus sebaga berkut: Tabel 5 Dstrbus Jawaban untuk Varabel Kepatuhan Wajb Pajak Y % % % % % Y1 Sangat Tepat Tepat Cukup Tepat Kurang Tepat Tdak Tepat 6 6,4% 46 48,9% 34 36,2% 7 7,4% 1 1,1% Y2 Sangat Telt Telt Cukup Telt Kurang Telt Tdak Telt Y3 Y ,6% 38 40,4% 33 35,1% 12 12,8% 1 1,1% Sangat Memenuh Cukup Kurang Tdak Memenuh Memenuh Memenuh Memenuh 13 13,8% 44 46,8% 28 29,8% 9 9,6% 0 0% Sangat Memenuh Cukup Kurang Tdak Memenuh Memenuh Memenuh Memenuh 5 5,3% 42 44,7% 37 39,4% 10 10,6% 0 0% Sumber data: data dolah Dar tabel 5 d atas, maka dapat dketahu jawaban responden terhadap varabel kepatuhan wajb pajak sebaga berkut: Untuk ndkator ketepatan penghtungan pajak terutang, dar 94 responden sebanyak 6 orang atau 6,4% menyatakan sangat tepat, 46 orang atau 48,9% menyatakan tepat, 34 orang atau 36,2% menyatakan cukup tepat, 7 orang atau 7,4% menyatakan kurang tepat, dan 1 orang atau 1,1% menyatakan tdak tepat dalam ketepatan penghtungan pajak terutang. Untuk ndkator keteltan pengsan, dar 94 responden sebanyak 10 orang atau 10,6% menyatakan sangat telt, 38 orang atau 40,4% menyatakan telt, 33 orang atau 35,1% menyatakan cukup telt, 12 orang atau 12, 8% menyatakan kurang telt, dan 1 orang atau 1,1% menyatakan tdak telt dalam pengsan pajak terutang. Untuk ndkator jangka waktu pembayaran, dar 94 responden sebanyak 13 orang atau 13,8% menyatakan sangat memenuh, 44 orang atau 46,8% menyatakan memenuh, 28 orang atau 29,8% menyatakan cukup memenuh, dan 9 orang atau 9,6% menyatakan kurang memenuh dalam hal waktu pembayaran pajak. Tdak ada jawaban tdak memenuh dalam ndkator n. Untuk ndkator jangka waktu pelaporan, dar 94 responden sebanyak 5 orang atau 5,3% menyatakan sangat memenuh, 42 orang atau 44,7% menyatakan memenuh, 37 orang atau 39,4% menyatakan cukup memenuh, dan 10 orang atau 10,6% menyatakan kurang memenuh dalam hal waktu pelaporan pajak. Tdak ada jawaban tdak memenuh dalam ndkator n. Analss Kuanttatf Untuk menunjukkan pengaruh dar varabel bebas (pengetahuan wajb pajak, petunjuk pengsan SPT Masa, kesederhanaan formulr SPT Masa, dan peraturan perpajakan yang berlaku) terhadap varabel terkat (kepatuhan wajb pajak) maka dgunakan analss kuanttatf statstk dengan menggunakan analss regres lner berganda. Rumus yang dgunakan sebaga berkut: Y = b0 + b1x1 + b2x b4x4 + x 77

12 Dmana: Y = Kepatuhan wajb pajak b 0 = Konstanta x 1 = Pengetahuan wajb pajak x 2 = Petunjuk pengsan x 3 = Kesederhanaan formulr x 4 = Peraturan perpajakan x = Faktor lan Hasl perhtungan dengan menggunakan analss lner berganda menggunakan bantuan program komputer Statstcal Program for Socal and Scence (SPSS) vers 15 dapat dlhat pada tabel dbawah n: Tabel 6 Hasl Analss Regres Lner Berganda Varabel Koefsen Regres Standard Error t-rato Koefsen Korelas Parsal Konstanta 1,488 0,311 4,787 X1 0,100 0,075 1,328 0,139 X2 0,310 0,107 2,887 0,293 X3 0,123 0,098 1,255 0,132 X4 0,090 0,050 1,807 0,188 R = 0,582 R 2 = 0,338 Adjusted R 2 = 0,308 Dar hasl perhtungan d atas, maka dapat dketahu persamaan regres lner berganda sebaga berkut: Y = 1, ,100X1 + 0,310X2 + 0,123X3 + 0,090X4 Hasl perhtungan analss lner berganda sepert tersebut pada Tabel 6 d atas, juga dapat dgunakan untuk mengetahu seberapa besar kontrbus dar varabel-varabel bebas (pengetahuan wajb pajak, petunjuk pengsan SPT Masa, kesederhanaan formulr SPT Masa, dan peraturan perpajakan yang berlaku) secara smultan/bersama-sama dalam mempengaruh varabel terkat (kepatuhan wajb pajak). Hal n dapat dtunjukkan pada besaran R 2 (Koefsen Determnas) yang dhaslkan. Pada Tabel 4.18, koefsen determnas/r 2 menunjukkan sebesar 0,338 atau 33,8%. Hal n menunjukkan bahwa model persamaan regres lner berganda yang dgunakan untuk mengetahu pengaruh dar varabel bebas (pengetahuan wajb pajak, petunjuk pengsan SPT Masa, kesederhanaan formulr SPT Masa, dan peraturan perpajakan yang berlaku) terhadap varabel terkat (kepatuhan wajb pajak) pada peneltan n, varabel-varabel bebasnya (pengetahuan wajb pajak, petunjuk pengsan SPT Masa, kesederhanaan formulr SPT Masa, dan peraturan perpajakan yang berlaku) secara bersama-sama mampu memberkan kontrbus untuk mempengaruh varabel terkat (kepatuhan wajb pajak) sebesar 33,8%. Sedangkan 78

13 faktor-faktor lan yang tdak termasuk dalam peneltan n mampu memberkan kontrbus dalam mempengaruh kepatuhan wajb pajak sebesar 66,2%. Uj Hpotess Untuk menguj hubungan pengaruh masng-masng varabel bebas secara parsal (satu-persatu) terhadap varabel terkat maka dgunakan t-test. Krtera pengujan t-test n dgunakan uj satu ss dengan = 0,05 dan taraf sgnfkan 95%, derajat bebas dambl (nk-1), rumus yang dgunakan adalah sepert dbawah n: t htung S Dmana: thtung = nla thtung = nla koefsan regres S = standar devas dar koefsen regres Dengan menggunakan hasl analss regres lner berganda pada tabel 6, maka perhtungan thtung untuk masng-masng varabel bebas adalah sebaga berkut: 1. Varabel Pengetahuan Wajb Pajak (X1) t htung S 0,100 0,075 1, Varabel Petunjuk Pengsan SPT Masa (X2) t htung S 0,310 0,107 2, Varabel Kesederhanaan Formulr SPT Masa (X3) t htung S 0,123 0,098 1, Varabel Peraturan Perpajakan yang Berlaku (X4) t htung S 0,090 0,050 1,800 79

14 Sedangkan nla ttabel dengan tngkat keyaknan 95% dengan uj satu ss bernla sebesar 1,6612. Setelah dbandngkan dengan nla thtung maka dapat durakan dalam bentuk tabel sebaga berkut: Tabel 7 Hasl Uj t Analss Lner Berganda Varabel Nla thtung Nla ttabel Keterangan Pengetahuan Wajb Pajak 1,333 1,6612 Tdak Sgnfkan (X1) Petunjuk Pengsan SPT Masa (X2) 2,897 1,6612 Sgnfkan Kesederhanaan Formulr 1,255 1,6612 Tdak Sgnfkan SPT Masa (X3) Peraturan Perpajakan yang Berlaku (X4) 1,800 1,6612 Sgnfkan PENUTUP Kesmpulan 1. Melalu hasl uj hpotess dengan menggunakan uj t, dketahu bahwa varabel petunjuk pengsan SPT Masa (X2) dan peraturan perpajakan yang berlaku (X4) berpengaruh sgnfkan terhadap kepatuhan wajb pajak (Y). Dmana nla thtung varabel petunjuk pengsan SPT Masa (2,897) dan peraturan perpajakan yang berlaku (1,800) lebh besar dar nla ttabel dengan α 0,05 (1,6612). 2. Bahwa faktor petunjuk pengsan SPT Masa berpengaruh palng domnan terhadap kepatuhan wajb pajak d Kecamatan Pamekasan. 3. Terdapat faktor lan sebesar 66,2% yang dapat mempengaruh kepatuhan wajb pajak, yatu faktor pemerksaan pajak. Saran Setelah mempelajar, menganalsa dan menympulkan dar hasl peneltan yang telah dlakukan, maka dapat dajukan beberapa saran yang melput : 1. Dharapkan para wajb pajak (khususnya d Kecamatan Pamekasan) terlebh dahulu mempelajar petunjuk pengsan SPT Masa supaya dapat mengs SPT Masa pajak secara benar dan tepat, sehngga nantnya pemenuhan kewajban perpajakan berupa pelaporan SPT Masa dapat terpenuh secara bak dan tepat waktu serta dapat memenuh krtera sebaga wajb pajak patuh. 2. Bag KPP Pratama Pamekasan, salah satu cara untuk menngkatkan kepatuhan bag para wajb pajak dapat dlakukan melalu usaha penyedaan petunjuk tata cara pengsan SPT Masa dengan format yang lebh mudah dmengert oleh semua kalangan, bak melalu meda brosur, buku petunjuk, klan, maupun stus nternet sehngga dengan kemudahan dalam pengsan SPT Masa maka wajb pajak dapat memenuh kewajban perpajakannya. 3. Dperlukan adanya usaha lan dalam menngkatkan kepatuhan wajb pajak selan 4 (empat) varabel bebas d atas karena dalam analss lner berganda mash terdapat faktor lan yang mampu memberkan kontbus dalam penngkatan kepatuhan wajb pajak sebesar 66,2%, yatu melalu usaha pemerksaan pajak. Dan faktor pemerksaan pajak n nantnya dapat djadkan sebaga bahan peneltan bag penelt selanjutnya. 80

15 DAFTAR PUSTAKA Agustnus, Sony dan Isnanto Kurnawan Panduan Prakts Perpajakan. Yogyakarta. Penerbt And Arkunto, Suharsm Prosedur Peneltan. Jakarta. Rneka Cpta Dana, Anastasa dan Lls Setawat Perpajakan Indonesa. Yogyakarta. Penerbt And Had, Sutrsno Metodolog Research. Yogyakarta. Penerbt And Hasan, M. Iqbal Metodolog Peneltan dan Aplkasnya. Jakarta. Ghala Indonesa Kamus Besar Bahasa Indonesa Jakarta. Penerbt Bala Pustaka Mardasmo Perpajakan. Yogyakarta. Penerbt And Pudyatmoko, Y. Sr Pengantar Hukum Pajak Eds IV. Yogyakarta. Penerbt And Ruslan, Rosady Metode Peneltan Publc Relatons dan Komunkas. Jakarta. PT. Raja Grafndo Persada Sugyono Metode Peneltan Admnstras. Bandung. CV. Alfabeta Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghaslan Waluyo Akuntans Pajak. Jakarta. Salemba Empat Wasto, Hermawan Pengantar Metodolog Peneltan. Jakarta. Grameda. 81

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertan Pajak Menurut Prof. DR. Rochmat Soemtro SH. (2012:1), Pajak adalah uran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dpaksakan) dengan tdak mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK PENGARUH WITH HOLDING TA SYSTEM PADA PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MEDAN PETISAH) ZULIA HANUM Jurnal Ilmah Ekonomkawan ISSN: 1693-7600 Eds 11

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu korelasional dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu korelasional dan 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desan Peneltan Jens peneltan yang dlakukan oleh penuls yatu korelasonal dan verfkatf yatu suatu metode yang dgunakan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara dua

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Lokas peneltan adalah d kampus Jurusan Penddkan Teknk Spl FPTK UPI yang beralamat d Jl. Dr. Setabud No. 07 Bandung, 40154. 3. Metode Peneltan Metode peneltan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN

BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN BUPAT PACTAN! PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERAN PENGURANGAN, KERNGANAN, DAN PEMBEBASAN RETRBUS PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menlmbang

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Jurnal Mantik Penusa Vol 15 No 1 Juni 2014 ISSN :

Jurnal Mantik Penusa Vol 15 No 1 Juni 2014 ISSN : Jurnal Mantk Penusa Vol No Jun 0 ISSN : 088-9 PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KEMALA BHAYANGKARI MEDAN TAHUN AJARAN 0/0 AWALUDIN FITRA, S.Pd.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA REALIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK

PENGARUH MEDIA REALIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK Vol. 8 No. Jun 016 Halaman 03-09 http://dx.do.org/10.0/jp.016.v8.178 Webste: ejournal.stkp-pgr-sumbar.ac.d/ndex.php/ /pelang PENGARUH MEDIA REALIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS SMK Mra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN STUDI KASUS PADA PT. DOK & PERKAPALAN KODJA BAHARI (PERSERO) CABANG SEMARANG SKRIPSI Dajukan sebaga salah satu syarat Untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode berasal dari kata Yunani yaitu methodos yang beraal dari kata meta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode berasal dari kata Yunani yaitu methodos yang beraal dari kata meta BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode berasal dar kata Yunan yatu methodos yang beraal dar kata meta yang berart jalan atau cara. Jad metode adalah cara kerja yang dlakukan untuk mencapa

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan data BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode adalah suatu pendekatan yang dlakukan untuk mendapatkan data yang dperlukan sehngga mendapatkan hasl yang optmal (Suharsm Arkunto : 1998). Metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Sugyono (008:56) menjelaskan metode peneltan deskrptf adalah: Rumusan masalah deskrptf adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan

Lebih terperinci