BAB II LANDASAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertan Pajak Menurut Prof. DR. Rochmat Soemtro SH. (2012:1), Pajak adalah uran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dpaksakan) dengan tdak mendapatkan jasa tmbale balk (kontraprestas) yang langsung dapat dtunjukkan dan yang dgunakan untuk membayar pengeluaran umum. S. I. Djajadnngrat (2012:1) berpendapat bahwa pajak adalah suatu kewajban menyerahkan sebagan dar kekayaan ke kas negara yang dsebabkan suatu keadaan, kejadan, dan perbuata yang memberkan kedudukan tertentu, tetap bukan sebaga hukuman, menurut peraturan yang dteteapkan pemerntah serta dapat dpaksakan, tetap tdak ada jasa tmbal balk dar negara secara langsung, untuk memelhara kesejahteraan secara umum. Dr. N. J. Feldmann (2012:1) berpendapat bahwa pajak adalah prestas yang dpaksakan sephak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang dtetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestas dan semata-mata dgunakan untuk menutup pengeluaranpengeluaran umum. Menurut Waluyo, (2007:2), Pajak merupakan uran kepada negara (yang dapat dpaksakan) yang terutang oleh yang wajb membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tdak mendapat prestas kembal, yang langsung dapat dtunjuk dan yang gunanya adalah untuk membaya pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerntahan. Dar beberapa defns tersebut dapat dtark kesmpulan bahwa: a. Pajak dpungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. b. Dalam pembayaran pajak tdak dapat dtunjukkan adanya kontraprestas ndvdual oleh pemerntah. c. Pajak dpungut oleh negara bak pemerntah pusat maupun pemerntah daerah.

2 d. Pajak dperuntukkan bag pengeluaran-pengeluaran pemerntah, yang bla dar pemasukannya mash terdapat surplus, dgunakan untuk membaya pubc nvestment. Karakterstk pajak ada 4, yatu: 1. Dpungut berdasarkan ketentuan atau undang-undang dan aturan pelaksanannya. 2. Dalam pembayarannya tdak dapat dtunjukkan adanya kontraprestas ndvdual oleh pemerntah. 3. Dpungut oleh pemerntah pusat maupun daerah. Dperuntukkan untuk pengeluaran-pengeluaran pemerntah dengan publc nvestment. 1. Fungs Pajak Menurut Waluyo (2007:3), pajak berfungs sebaga : a. Fungs penermaan b. Pajak berfungs sebaga sumber dana yang dperuntukkan bag pembayaan pengeluaran-pengeluaran pemerntah. Contoh dmasukkannya pajak dalam APBN sebaga penermaan dalam neger. c. Fungs mengatur d. Pajak berfungs sebaga alat untuk mengatur atau melaksanakan kebjakan d bdang sosal dan ekonom. Menurut Wrawan B. Ilyas dan Rchard Burton (2007 : 10), fungs pajak dapat dbedakan atas beberapa jens. Adapun fungs pajak tersebut adalah: A. Fungs budgetar, dsebut juga fungs fskal, yatu fungs untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesua dengan Undang-undang berlaku yang pada waktunya akan dgunakan untuk membaya pengeluaran-pengeluaran negara, yatu

3 pengeluaran rutn dan pengeluaran pembangunan dan bla ada ssa (surplus) akan dgunakan sebaga tabungan Pemerntah untuk nvestas Pemerntah. B. Fungs regulerend, adalah suatu fungs bahwa pajak-pajak tersebut akan dgunakan sebaga suatu alat untuk mencapa tujuan-tujuan tertentu yang letaknya dluar bdang keuangan. C. Fungs demokras, yatu suatu fungs yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sstem gotong royong, termasuk kegatan pemerntahan dan pembangunan dem kemaslahatan manusa. Fungs demokras pada masa sekarang n serng dkatkan dengan hak seseorang apabla akan memperoleh pelayanan dar Pemerntah. Apabla seseorang telah melakukan kewajbannya membayar pajak kepada negara sesua ketentuan yang berlaku, maka a mempunya hak pula untuk mendapatkan pelayanan yang bak dar Pemerntah. D. Fungs dstrbus, yatu fungs yang lebh menekankan pada unsur pemerataan dan keadlan dalam masyarakat. 2. Penggolongan Jens-Jens Pajak D bawah n penggolongan jens-jens pajak menurut Mardasmo dalam buku Perpajakan, yatu: a. Pajak Langsung, yatu pajak yang harus dpkul sendr oleh Wajb Pajak dan tdak dapat dbebankan atau dlmpahkan kepada orang lan. Contohnya: Pajak Penghaslan (PPh) b. Pajak tdak Langsung, yatu pajak yang pada akhrnya dapat dbebankan atau dlmpahkan kepada orang lan.

4 Contohnya: Pajak Pertambahan Nla (PPN) 3. Sstem Pemungutan Pajak D bawah n adalah 3 cara pemungutan pajak menurut Mardasmo dalam buku Perpajakan, yatu: a. Stelsel Nyata (rel stelsel), yatu pengenaan pajak ddasarkan pada objek (penghaslan yang nyata), sehngga pemungutannya baru dapat dlakukan akhr tahun pajak, yakn setelah penghaslan yang sesungguhnya dketahu. b. Stelsel Anggapan (fcteve stelsel), yatu pengenaan pajak ddasarkan pada suatu anggapan yang datur oleh undang-undang. Msalnya penghaslan satu tahun danggap sama dengan tahun sebelumnya, sehngga pada awal tahun pajak sudah dapat dtetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. c. Stelsel Campuran, yatu pada awal tahun, besarnya pajak dhtung berdasarkan suatu anggapan, kemudan pada akhr tahun besarnya pajak dsesuakan dengan keadaan yang sebenarnya. B. Pengertan Sanks Admnstras Sanks admnstratf adalah sanks yang dkenakan terhadap pelanggaran admnstras atau ketentuan UU yang bersfat admnstratf. Pada umumnya sanks admnstras berupa: 1. Denda (msalnya yang datur dalam PP No. 28 tahun 2008) 2. Pembekuan hngga pencabutan zn (msalnya datur dalam Permenhub No. 26 tahun 2009) 3. Pemberhentan sementara pelayanan admnstras hngga pengurangan jatah produks (msalnya datur dalam Permenhut No. P.39/MENITUT 11/2008 tahun 2008).

5 1. Sanks Telat Lapor SPT Menurut Pasal 7 UU KUP No 28 Tahun 2007, Apabla Surat Pembertahuan tdak dsampakan dalam jangka waktu sebagamana dmaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaan Surat Pembertahuan sebagamana dmaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dkena sanks admnstras berupa denda sebesar Rp ,00 (lma ratus rbu rupah) untuk Surat Pembertahuan Masa Pajak Pertambahan Nla, Rp ,00 (seratus rbu rupah) untuk Surat Pembertahuan Masa lannya, dan sebesar Rp ,00 (satu juta rupah) untuk Surat Pembertahuan Tahunan Pajak Penghaslan Wajb Pajak badan serta sebesar Rp ,00 (seratus rbu rupah) untuk Surat Pembertahuan Tahunan Pajak Penghaslan Wajb Pajak orang prbad. Pengenaan sanks admnstras berupa denda sebagamana dmaksud pada ayat (1) tdak dlakukan terhadap: a. Wajb Pajak orang prbad yang telah mennggal duna; b. Wajb Pajak orang prbad yang sudah tdak melakukan kegatan usaha atau pekerjaan bebas; c. Wajb Pajak orang prbad yang berstatus sebaga warga negara asng yang tdak tnggal lag d Indonesa; d. Bentuk Usaha Tetap yang tdak melakukan kegatan lag d Indonesa; e. Wajb Pajak badan yang tdak melakukan kegatan usaha lag tetap belum dbubarkan sesua dengan ketentuan yang berlaku; f. Bendahara yang tdak melakukan pembayaran lag; g. Wajb Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya datur dengan Peraturan Menter Keuangan; atau

6 h. Wajb Pajak lan yang datur dengan atau berdasarkan Peraturan Menter Keuangan. Penjelasan: Bencana adalah bencana nasonal atau bencana yang dtetapkan oleh Menter Keuangan. C. Pengertan Kepatuhan Wajb Pajak Menurut Norman D. Nowak (Moh. Zan: 2004), Kepatuhan Wajb Pajak memlk pengertan yatu: Suatu klm kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajban perpajakan, tercermn dalam stuas d mana: 1. Wajb pajak paham atau berusaha untuk memaham semua ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. 2. Mengs formulr pajak dengan lengkap dan jelas 3. Menghtung jumlah pajak yang terutang dengan benar 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. Menurut Erard dan Fensten yang d kutp oleh Chaz Nasucha dan d kemukakan kembal oleh St Kurna (2006:111) pengertan kepatuhan wajb pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu, perseps wajb pajak atas kewajaran dan keadlan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerntah. Menurut Safr Nurmanto dalam St Kurna Rahayu (2010:138) mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat ddefnskan sebaga sutau keadaan d mana Wajb Pajak memenuh semua kewajban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan wajb pajak merupakan pemenuhan kewajban perpajakan yang dlakukan oleh pembayar pajak dalam rangka

7 memberkan kontrbus bag pembangunan dewasa n yang dharapkan d dalam pemenuhannya dberkan secara sukarela. Kepatuhan wajb pajak menjad aspek pentng mengngat sstem perpajakan Indonesa menganut sstem Self Asessment d mana dalam prosesnya secara mutlak memberkan kepercayaan kepada wajb pajak untuk menghtung, membayar dan melapor kewajbannya. Kewajban dan hak perpajakan menurut Safr Nurmantu d atas dbag ke dalam dua kepatuhan melput kepatuhan formal dan kepatuhan materal. Kepatuhan formal dan materal n lebh jelasnya ddentfkas kembal dalam Keputusan Menter Keuangan No. 544/KMK.04/2000. Menurut Keputusan Menter Keuangan No. 544/KMK.04/2000. kepatuhan wajb pajak dapat ddentfkas dar: Tepat waktu dalam menyampakan SPT untuk semua jens pajak dalam 2 tahun terakhr; tdak mempunya tunggakan pajak untuk semua jens pajak, kecual telah memperoleh zn untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak; tdak pernah djatuh hukuman karena melakukan tndak pdana d bdang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhr; dalam 2 tahun terakhr menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajb pajak pernah dlakukan pemerksaan, koreks pada pemerksaan yang terakhr untuk masng-masng jens pajak yang terutang palng banyak 5%;wajb pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhr daudt oleh akuntan publk dengan pendapat wajar tanpa pengecualan, atau pendapat dengan pengecualan sepanjang tdak mempengaruh laba rug fskal. Kepatuhan formal yang dmaksud menurut Safr Nurmanto d atas msalnya, ketentuan batas waktu penyampaan surat pembertahuan pajak penghaslan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 maret. Apabla wajb pajak telah melaporkan surat pembertahuan pajak penghaslan (SPT PPh)

8 tahunan sebelum atau pada tanggal 31 maret, maka wajb pajak telah memenuh ketentuan formal, namun snya belum tentu memenuh ketentuan materal, yatu suatu keadaan d mana wajb pajak secara substantve memenuh semua ketentuan materal perpajakan, yakn sesua s dan jwa Undang-Undang perpajakan. Kepatuhan materal dapat melput kepatuhan formal. Wajb pajak yang memenuh kepatuhan materal adalah wajb pajak yang mengs dengan jujur, lengkap, dan benar surat pembertahuan sesua ketentuan dan menyampakannya ke KPP sebelum batas waktu akhr. Dar beberapa pengertan d atas dapat dtark kesmpulan, pengertan kepatuhan wajb pajak adalah wajb pajak yang taat dan memenuh serta melaksanakan kewajban perpajakan sesua dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. D. Pengertan Surat Pembertahuan (SPT) SPT adalah surat yang oleh WP dgunakan untuk melaporkan penghtungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajban sesua dengan ketentuan per-uu-an Pajak. SPT terdr dar : a. SPT Tahunan PPh; b. SPT Masa yang melput : a) SPT Masa PPh; b) SPT Masa PPN; dan c) SPT Masa Pemungut PPN SPT tersebut berbentuk: formulr kertas (hardcopy); atau e-spt.

9 E-SPT adalah data SPT WP dalam bentuk elektronk yang dbuat oleh WP dengan menggunakan aplkas e-spt yang dsedakan oleh DJP. Aplkas e-spt adalah aplkas dar DJP yang dapat dgunakan WP untuk membuat e-spt. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Surat Pembertahuan Tahunan adalah surat yang oleh Wajb Pajak dgunakan untuk melaporkan penghtungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Surat pembertahuan ( SPT ) Tahunan yang dmaksud bertujuan Sebaga sarana wajb pajak untuk melaporkan perhtungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan. 1. Fungs SPT Bag WP Pajak Penghaslan adalah sebaga sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhtungan jumlah pajak yang sebenarnya terhutang dan untuk melaporkan tentang : a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dlaksanakan sendr dan atau melalu pemotongan atau pemungutan phak lan dalam 1 ( satu ) tahun pajak atau bagan tahun pajak. b. Penghaslan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak. c. Harta dan kewajban d. Pembayaran dar pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang prbad atau badan lan dalam 1 ( satu ) Masa Pajak, yang dtentukan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

10 Bag PKP adalah sebaga saran untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhtungan jumlah Pajak Pertambahan Nla dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang : a. Pengkredtan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran. b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dlaksanakan sendr oleh PKP dan atau melalu phak lan dalam satu Masa Pajak, yang dtentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Bag Pemotong atau Pemungut pajak adalah sebaga sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dpotong atau dpungut dan dsetorkannya. 2. Jens SPT 1) SPT Masa Pajak Penghaslan Pasal 21 dan Pasal 26; 2) SPT Masa Pajak Penghaslan Pasal 22; 3) SPT Masa Pajak Penghaslan Pasal 23 dan Pasal 26; 4) SPT Masa Pajak Penghaslan Pasal 25; 5) SPT Masa Pajak Penghaslan Pasal 4 ayat (2); 6) SPT Masa Pajak Penghaslan Pasal 15; 7) SPT Masa Pajak Pertambahan Nla; 8) SPT Masa Pajak Pertambahan Nla bag Pemungut; 9) SPT Masa Pajak Pertambahan Nla bag Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang menggunakan nla lan sebaga Dasar Pengenaan Pajak; 10) SPT Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

11 3. Prosedur Penyampaan SPT a. SPT Tahunan d cetak oleh kantor Drektorat Jendral Pajak ( DJP ), lalu dsalurkan keseluruh Kantor Pelayanan Pajak seluruh Indonesa untuk kemudan d sampakan kepada para Wajb Pajak yang telah mempunya NPWP. b. Setap Wajb Pajak yang telah memlk NPWP wajb mendapat SPT Tahunan dengan mengambl sendr blanko SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk d s dengan lengkap, benar dan jelas. c. Setelah d s dengan lengkap, benar dan jelas maka blanko SPT Tahunan tersebut dkembalkan lag ke Kantor Pelayanan Pajak untuk dserahkan ke bagan pelayanan untuk dtelt kelengkapannya agar tdak terjad kesalahfahaman mengena pembayaran pajak. d. Setelah dtelt oleh bagan pelayanan, maka SPT Tahunan dserahkan kebagan Pemerksaan Data dan Informas ( PDI ) untuk drekam. Apabla pada saat perekaman terjad kesalahan, msalnya kurang bayar (kb), lebh bayar (lb) dperlukan pemerksaan, untuk memerksa kesalahan tersebut maka SPT Tahunan dserahkan ke bagan Pengawasan dan konsultas (waskon) 1 sampa waskon 1V atau menurut wlayah tempat s Wajb Pajak tnggal. e. Bagan pengawasan dan konsultas (waskon) akan memerksa kesalahan tersebut, Apabla setelah dperksa terjad kurang bayar (kb) maka Wajb Pajak akan dpanggl untuk dberkan hmbauan dan dberkan SKPKB (surat ketetapan kurang bayar) dan Wajb Pajak harus membayar kepada Kantor Pelayanan Pajak, Tap apabla lebh

12 bayar maka Wajb Pajak akan dberkan resttus atau uang mlk Wajb Pajak akan dkembalkan (kompensas) juga dapat dberkan resttus. f. Setelah selesa dtelt, dperksa dan drekam maka blanko SPT d arspkan oleh KPP sebaga bukt apabla suatu saat dbutuhkan. 4. Tempat Pengamblan SPT SPT Tahunan dapat dambl d: a. Kantor Pelayanan Pajak b. Kantor Penyuluhan Pajak atau c. Tempat lan yang dtentukan oleh Drjen Pajak 5. Cara Pengsan SPT Tahunan WP Badan Dbawah n adalah cara pengsan SPT, agar SPT Tahunan dapat dengan mudah ds dan sesua dengan ketentuan yang berlaku. 1. Islah SPT Tahunan berdasarkan keadaan yang sebenarnya 2. Sebelum mengs Induk SPT, s dulu lampran-lamprannya. Urutan pengsan formulr lampran yatu: 1) Islah formulr 1721-A1, lalu mengs formulr 1721-A 2) Islah formulr 1721-C, kemudan mengs formulr 1721-B 3) Islah formulr nduk SPT 1721.

13 3. Ber tanda tangan pada nduk SPT dan pada formulr 1721-A sebelum SPT Tahunan dsampakan ke Kantor Pelayanan Pajak/Kantor Penyuluhan Pajak. 4. SPT Tahunan beserta lamprannya ds dalam beberapa rangkap, yatu: Kode Formulr Jumlah Rangkap A A B C 2 Lembar ke-1 untuk KPP Lembar ke-2 untuk arsp pemotong pajak Lembar ke-3 untuk Pegawa yang bersangkutan 5. Melamprkan suatu daftar khusus yang bentuknya sama dengan formulr 1721-A yang memuat nama pegawa tdak tetap/penerma upah, jumlah penghaslan bruto, dan PPh pasal 21 yang terutang. 6. Syarat Perpanjangan Waktu Penyampaan SPT Tahunan Permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaan SPT Tahunan palng lama enam bulan. Permohonan dajukan secara tertuls menggunakan Formulr 1721-Y ke Kantor Pelayanan Pajak dengan syarat sebaga berkut: 1. Permohonan dajukan sebelum batas waktu penyampaan SPT, dengan menyebutkan alasan-alasannya 2. Menyampakan perhtungan sementara PPh pasal 21 yang terutang

14 3. Melamprkan bukt pelunasan atau kekurangan penyetoran yang terutang. E. Peneltan Terdahulu Terdapat peneltan terdahulu, yatu sebaga berkut: 1. Suryad (2006), melakukan peneltan tentang model hubungan kausal kesadaran, pelayanan, kepatuhan wajb pajak dan pengaruhnya terhadap knerja penermaan pajak d Jawa Tmur dengan responden sebanyak 800 Wajb Pajak pembayar pajak terbesar yang terdaftar d 8 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam lngkungan Kerja Kantor Wlayah Drjen Pajak Jawa Tmur. Dar 8 KPP tersebut masngmasng dtentukan 100 pembayar pajak terbesar yang durut berdasarkan rankng, sehngga jumlahnya menjad 800 Wajb Pajak. Hasl peneltan menunjukkan, kesadaran wajb pajak yang dukur dar perseps wajb pajak, pengetahuan perpajakan, karakterstk wajb pajak dan penyuluhan perpajakan tdak berpengaruh sgnfkan terhadap knerja penermaan pajak. Pelayanan perpajakan yang dukur dar ketentuan perpajakan, kualtas SDM dan system nformas perpajakan tdak berpengaruh sgnfkan terhadap knerja penermaan pajak. Kepatuhan Wajb Pajak yang dukur dar pemerksaan pajak, penegakan hukum dan kompensas pajak berpengaruh secara sgnfkan terhadap penermaan pajak. 2. Peneltan dar Tarjo dan Indra Kusumawat (2006) menelt tentang analss perlaku Wajb Pajak Orang Prbad terhadap pelaksanaan Self Assessment System. Haslnya penerapan Self assessment system d Bangkalan belum berjalan secara bak, mesk pada fungs membayar sudah bak. Untuk fungs melapor WP sudah melaksanakan fungsnya,

15 namun mereka melapor bukan karena kesadaran tap karena adanya denda. Dar fungs fskus, Self Assessment System yang dterapkan d Bangkalan belum berjalan dengan bak, n dbuktkan dengan nformas tentang penyuluhan yang tdak merata. Selan tu fungs pengawasan yang dlakukan oleh fskus sult dukur dar perseps WP. Untuk fungs pelayanan, ternyata mereka serng datang ke KPP adalah WP yang fungs perhtungannya dlakukan oleh fskus. 3. N Luh Supadm member masukan dengan judul menngkatkan kepatuhan wajb pajak melalu kualtas pelayanan. Untuk menngkatkan kepatuhan Wajb Pajak dalam memenuh kewajban perpajakannya kualtas pelayanan harus d tngkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualtas harus dupayakan dapat memberkan 4K yatu keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastan hukum yang dapat dpertanggungjawabkan. F. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual peneltan adalah suatu hubungan atau katan antara konsep satu terhadap konsep yang lanya dar masalah yang ngn dtelt. Kerangka konsep n gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topk yang akan dbahas. Kerangka n ddapatkan dar konsep lmu/ teor yang dpaka sebaga landasan peneltan yang ddapatkan pada tnjauan pustaka atau kalau boleh dkatakan oleh penuls merupakan rngkasan dar tnjauan pustaka yang dhubungkan dengan gars sesua varabel yang dtelt.

16 Berdasarkan penjelasan d atas, maka kerangka konseptual pada peneltan n adalah sebaga berkut: Wajb Pajak Surat Pembertahuan (SPT) Sanks Admnstras Denda Pembekuan hngga pencabutan jn Pemberhentan sementara pelayanan admnstras hngga pengurangan jatah prodks Kepatuhan Wajb Pajak Wajb Pajak Badan ataupun Perorangan wajb menyampakan Surat Pembertahuan sesua dengan jangka waktu yang telah dtetapkan oleh pemerntah. Apabla Wajb Pajak Badan

17 ataupun Perorang tersebut telat menyampakan Surat Pembertahuannya, makan Wajb Pajak tersebut akan dkenakan sanks berupa Sanks Admnstras. Sanks Admnstras dapat berupa denda, pembekuan hngga pencabutan jn dan pemberhentan pelayanan admnstras hngga pengurangan jatah produks. Sanks-sanks n bertujuan agar seluruh Wajb Pajak Badan ataupun Perorangan dapat mematuh segala peraturan perundang-undangan pajak yang telah dtetapkan oleh pemerntah sesua dengan waktu yang telah dtetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN

BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN BUPAT PACTAN! PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERAN PENGURANGAN, KERNGANAN, DAN PEMBEBASAN RETRBUS PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menlmbang

Lebih terperinci

MUSLIMATUL AINA Universitas Madura

MUSLIMATUL AINA Universitas Madura FAKTOR-FAKTOR KESULITAN PENGISIAN SPT MASA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KECAMATAN PAMEKASAN MUSLIMATUL AINA anan@ymal.com Unverstas Madura ABSTRACT The purpose of ths study s to determne

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG JAMINAN KESUNGGUHAN DAN JAMINAN REKLAMASI I PERTAMBANGAN UMUM

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG JAMINAN KESUNGGUHAN DAN JAMINAN REKLAMASI I PERTAMBANGAN UMUM BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG JAMNAN KESUNGGUHAN DAN JAMNAN REKLAMAS PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Mengngat a. bahwa guna mendukung

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 I TENTANG PAJAK AIR TANAH

BUPATI PACITAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 I TENTANG PAJAK AIR TANAH BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN VANG MAHA ESA BUPAT

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIHUR. PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR;i-i Jl TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIHUR. PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR;i-i Jl TAHUN 2014 TENTANG J BUPAT PACTAN PROVNS JAWA THUR PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR;- Jl TAHUN 204 TENTANG TATA CARA PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK BUM DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHBfAT TUHAN YANG MAHA ESA! BUPAT

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA!

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA! PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN ; NOMOR 8 TAHUN 200 ; TENTANG SUSUNAN ORGANSAS DAN TATA KERJA! PEMERNTAH DESA t DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA. BUPAT PACTAN ESA Menmbang : a,

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN, PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR A? TAHUN TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

BUPATI PACITAN, PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR A? TAHUN TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN 1.. \ ' BUPAT PACTAN, PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR A? TAHUN 2006 TENTANG 1 TATA KEARSPAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN BUPAT PACTAN Menmbang : a. bahwa untuk mewujudkan tertb admnstras dan ( penyeragaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012

j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012 j! BUPATI PACITAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012 ' TENTANG KUALITAS PIUTANG SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. ; PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PACITAN. ; PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG BUPAT PACTAN ; PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG JENJANG NLA PENGADAAN BARANG/JASA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN BUEAn PACrAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAAN TUGAS, FUNGS DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa dengan bcrlakunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN s 1 PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, PEMLHAN, PELANTKAN DAN PEMBERHENTAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG 1 [ BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG BESARAN TUNJANGAN KOMUNIKASI INTENSIF (TKI) BAGI PIMPINAN DAN ANGGOTADEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAN BELANJA PENUNJANG OPERASIONAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK PENGARUH WITH HOLDING TA SYSTEM PADA PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MEDAN PETISAH) ZULIA HANUM Jurnal Ilmah Ekonomkawan ISSN: 1693-7600 Eds 11

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATACARA PERHITUNGAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK DAERAH KABUPATEN PACITAN KEPADA PEMERINTAH DESA t T

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN t PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 17 TAHUN 2001 [ TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang : bahwa untuk meaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJuk PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA

TENTANG PETUNJuk PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PETUNJuk PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRBUS TEMPAT REKREAS DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR A I TAHUN 2011

BUPATI PACITAN I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR A I TAHUN 2011 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR A TAHUN 20 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 200 TENTANG RETRBUS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA t BUPAT PACTAN* Menmbang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BUPATI PACriAN PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR TAHUN 2012 PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

BUPATI PACriAN PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR TAHUN 2012 PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, BUPAT PACrAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR TAHUN 2012 1 TENTANG PEMERKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, Menmbang : a. ^ bahwa dalam rangka untuk mcnsap sagakan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 BUPAT PACTAN j PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 f! TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN PUBLK DAN STANDAR OPERASONAL PROSEDUR PADA PEMERNTAH DAERAH ; KABUPATEN PACTAN DENGAN RAMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Matematka dbag menjad beberapa kelompok bdang lmu, antara lan analss, aljabar, dan statstka. Ruang barsan merupakan salah satu bagan yang ada d bdang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

MENTIEM ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL FEPUBLIK INDONESIA

MENTIEM ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL FEPUBLIK INDONESIA MENTIEM ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL FEPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 051 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN PEDOMAN lzln USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI (BIOFLIEL)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pajak Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA CARA PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARAAN PEMERNTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menmbang Mengngat

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN. Pasal II. Ditetapkan di Pacitan ; Pada tanggal :i3 - JR, BUPATI PACITAN. i Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diietapkan.

MEMUTUSKAN. Pasal II. Ditetapkan di Pacitan ; Pada tanggal :i3 - JR, BUPATI PACITAN. i Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diietapkan. BUPAT PACTAN. PERATUEAN BUPAT PACTAN : NOMOR 3 5 TAHUN 2008! TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KEBJAKAN AKUNTANS TAUN 2008 DAN SSTEM DAN PROSEDUR AKUNTANS! DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. : PERATURAN BUPATI PACITAN ] NOMOR 15 TAHUN 2014 i TENTANG

BUPATI PACITAN. : PERATURAN BUPATI PACITAN ] NOMOR 15 TAHUN 2014 i TENTANG BUPAT PACTAN : PERATURAN BUPAT PACTAN ] NOMOR 5 TAHUN 204 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPAT NOMOR 20 TAHUN 203 TENTANG KEBJAKAN AKUNTANS PEMERNTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN,

Lebih terperinci

MENTERI KOORD[NATOR BlDANG POLITlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORD[NATOR BlDANG POLITlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA . MENTER KOORD[NATOR BlDANG POLTlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLK NDONESA PERATURAN MENTER KOORDNATOR BDANG POLTK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER-07 MENKO/POLHUKAM/1212011 TEN-TANG ORGANSAS DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

I NOMOR..I.L.. TAHUN 2012

I NOMOR..I.L.. TAHUN 2012 f BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR..I.L.. TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KLINIK PENGELOLA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menmbang

Lebih terperinci

Menggugat Kinerja Profesor

Menggugat Kinerja Profesor Haran Kompas, 11 November 2015 Menggugat Knerja Profesor Jumlah profesor d negara kta terlalu sedkt. Itu pun sebagan dnla kurang berkualtas dan tdak produktf. Hal n terkuak dalam Semnar Nasonal Keprofesoran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

^ PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR : 21 TAHUN 2008 TEIVTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BELANJA HIBAH

^ PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR : 21 TAHUN 2008 TEIVTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BELANJA HIBAH r V t \ T ^ PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR : 2 TAHUN 2008 TEVTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BELANJA HBAH BUPAT PACTAN, Menmbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 42 ayat () Peraturan Menter Dalam Neger Nomor 3 Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL JAKARTA 2015 KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Sugyono (008:56) menjelaskan metode peneltan deskrptf adalah: Rumusan masalah deskrptf adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan

Lebih terperinci

BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT

BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR: 13 TAHUN2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Mcnimbang. Mengingat. Menetapkan. i i

Mcnimbang. Mengingat. Menetapkan. i i Mcnmbang Mengngat Menetapkan PERATURAN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENDAFTARAN ULANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER I HASIL HUTAN KAYU (luiphhk ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 bahwa berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN ; PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 59 TAHUN 2011

BUPATI PACITAN ; PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 59 TAHUN 2011 BUPAT PACTAN ; PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KUALTAS AR DAN PENGENDALAN PENCEMARAN AR! D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci