HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 33 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunung Batu 2. Sekolah ini terletak di Jalan Mayjend Ishak Djuarsa No. 2 RT. 01/RW. 03, Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sekolah ini didirikan pada tahun 1951 yang pada awalnya merupakan komplek yang terdiri atas SDN Gunung Batu I, II, IV, dan VII. Namun sejak tahun 2003 digabungkan menjadi 2 SD secara berdampingan, yaitu SDN gunung Batu I dan II hingga sekarang. Adapun visi sekolah ini adalah Membangun generasi muda yang berimtaq, beriptek, mandiri serta berbudaya. Jumlah tenaga pengajar dan pengurus yang bekerja di sekolah ini berjumlah 36 orang. Jumlah kelas yang terdapat di SD ini adalah enam kelas dengan masing-masing kelas memiliki empat pararel kelas kecuali kelas IV dengan jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 844 anak. Adapun jumlah ruang belajar yang ada di sekolah ini sebanyak 18 ruangan yang digunakan secara bergantian dengan waktu belajar pagi dan siang. Fasilitas lainnya yang dimiliki SD ini adalah, ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakaan, ruang komputer, mushola, kantin sekolah, dan lapangan upacara. Kegiatan yang berlangsung di SD ini digolongkan menjadi kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Adapun kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan rutin yang telah tersusun secara tentatif, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler meliputi kegiatan kepramukaan, UKS (Dokcil), pengembangan komputerisasi dan teknologi (IT), pengembangan kerohanian keagamaan, seni budaya, melukis, bahasa Inggris, drum band, band, catur, futsal, dan pencak silat. Seiring dengan berjalannya waktu, SDN Gunung Batu 2 terus menerus mengalami perkembangan dan selalu menunjukkan eksistensinya sebagai penyelenggara pendidikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan berbagai prestasi yang telah diraih, diantaranya mendapat predikat sebagai SD unggulan, SD inti pengembangan olahraga, SBL (Sekolah Berbudaya Lingkungan), SD pengembang Program Bilingual, yaitu khusus pengembangan bahasa Inggris plus, dan sebagai Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN).

2 34 Karakteristik Keluarga Pada penelitian ini, contoh dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberikan perlakuan berupa buklet positif tanpa disertai penjelasan (BTP-PP), buklet negatif tanpa penjelasan (BTP-PN), buklet positif disertai penjelasan (BP-PP), dan buklet negatif disertai penjelasan (BP-PN) serta satu kelompok kontrol. Pada masing-masing kelompok dilakukan pengukuran terhadap persepsi dan pengetahuan contoh tentang jajanan sehat. Sebelum mengukur persepsi dan pengetahuan penting untuk mengetahui karakteristik contoh dan keluarga contoh. Usia Orang Tua Menurut Hurlock (1980) masa dewasa dibagi menjadi tiga kategori, yaitu dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa lanjut (>60 tahun). Usia ayah dan ibu contoh pada setiap kelompok perlakuan berada pada rentang kategori yang berbeda. Gambaran sebaran contoh berdasarkan usia ayah dan ibu contoh terpapar pada Tabel 5. Lebih dari separuh (53,8%) contoh pada kelompok perlakuan BTP memiliki ayah yang usianya berada pada kategori dewasa muda, sedangkan pada kelompok perlakuan BP dan kontrol, sebagian besar usia ayah contoh, yaitu 65,4 persen dan 60,0 persen berada pada kategori dewasa madya. Namun ada seorang contoh (4,0%) pada kelompok kontrol yang sudah tidak memiliki ayah karena meninggal. Kelompok Usia (Tahun) Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua PP BTP* BP** TOTAL PN PP PN BTP BP (n=26) (n=26) Kontrol (n=25) Usia Ayah Dewasa muda (18-40) 38,5 69,2 38,5 30,8 53,8 34,6 36,0 Dewasa madya (41-60) 53,8 30,8 61,5 69,2 42,3 65,4 60,0 Dewasa lanjut (>60) 7,7 0,0 0,0 0,0 3,9 0,0 0,0 Not available*** 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4,0 Rata-rata±SD (tahun) 43,54± 41,54± 43.00± 43,31± 42,54± 43,15± 41,80± 9,63 6,35 6,34 5,06 8,06 5,62 11,34 Min-max (tahun) Usia Ibu Dewasa muda (18-40) 61,5 84,6 76,9 61,5 73,1 69,2 60,0 Dewasa madya (41-60) 38,5 15,4 23,1 38,5 26,9 30,8 40,0 Dewasa lanjut (>60) 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 39,00± 38,69± 38,08± 39,62± 38,85± 38,85± 40,16± Rata-rata±SD (tahun) 7,37 4,37 4,80 5,25 5,94 4,99 6,03 Min-max (tahun) Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan;***telah meninggal dunia

3 35 Sementara itu, usia ibu contoh pada kelompok perlakuan BTP, BP, dan kontrol, ketiganya didominasi oleh kategori usia dewasa muda, yaitu masingmasing 73,1 persen, 69,2 persen, dan 60,0 persen. Tidak ada contoh dalam penelitian ini yang memiliki ibu berusia pada kategori dewasa lanjut. Tingkat Pendidikan Orang Tua Tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan merupakan karakteristik yang saling berhubungan. Tingkat pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan seseorang. Selain itu, tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang dan juga persepsi yang dimiliki seseorang. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik akan lebih responsif terhadap informasi yang juga akan mempengaruhi mereka dalam proses pemilihan suatu produk (Sumarwan 2004). Tingkat pendidikan orangtua contoh pada setiap kelompok perlakuan tergolong cukup baik. Gambaran sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua BTP* BP** TOTAL PP PN PP PN BTP BP (n=26) (n=26) Tingkat Pendidikan Orang tua Kontrol (n=25) Pendidikan Ayah Tidak sekolah 0,0 0,0 7,7 0,0 0,0 3,8 0,0 SD/MI 0,0 7,7 0,0 7,7 3,8 3,8 8,0 SMP/MTs 7,7 7,7 15,4 0,0 7,7 7,7 16,0 SMA/MA/SMK 84,6 46,2 38,5 61,5 65,4 50,0 64,0 S0/D3 0,0 0,0 7,7 7,7 0,0 7,7 4,0 S1 7,7 38,5 23,1 23,1 23,1 23,1 8,0 S2/S3 0,0 0,0 7,7 0,0 0,0 3,8 0,0 Pendidikan Ibu Tidak sekolah 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 SD/MI 7,7 0,0 7,7 7,7 3,8 7,7 4,0 SMP/MTs 15,4 30,8 15,4 7,7 23,1 11,5 20,0 SMA/MA/SMK 69,2 30,8 61,5 61,5 50,0 61,5 56,0 S0/D3 0,0 0,0 7,7 15,4 0,0 11,5 8,0 S1 7,7 38,5 7,7 7,7 23,1 7,7 4,0 S2/S3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 8,0 Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan Persentase terbesar ayah pada kelompok BTP (65,4%), BP (50,0%), dan kontrol (64,0%) memiliki tingkat pendidikan lulusan SMA/MA/SMK sederajat. Namun ada seorang (3,8%) ayah contoh pada kelompok BP yang tidak pernah bersekolah. Pada Tabel 6 juga terlihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan

4 36 ibu contoh pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok BTP (50,0%), BP (61,5%) dan kontrol (56,0%) memiliki tingkat pendidikan lulusan SMA/MA/SMK sederajat. Jenis Pekerjaan Orang Tua Menurut Kotler dan Keller (2007) jenis pekerjaan akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Jenis pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang akan berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh. Tabel 7 memperlihatkan sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan yang ditekuni oleh ayah dan ibu contoh pada setiap kelompok perlakuan. Pekerjaan ayah contoh pada kelompok perlakuan BTP dan kontrol didominasi oleh pegawai swasta, yaitu masing-masing 57,7 persen dan 52,0 persen, sedangkan pada kelompok BP lebih dari sepertiga ayah contoh memiliki jenis pekerjaan sebagai wirausaha dan PNS, yaitu masing-masing 34,7 persen dan 34,6 persen. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua BTP* BP** TOTAL PP PN PP PN BTP BP (n=26) (n=26) Jenis Pekerjaan Orang tua Kontrol (n=25) Pekerjaan Ayah Wirausaha 23,1 23,1 30,8 38,5 23,1 34,7 12,0 Pegawai swasta 61,5 53,8 7,7 30,8 57,7 19,2 52,0 PNS/Polisi/ABRI 7,7 15,4 46,2 23,1 11,5 34,6 8,0 Buruh 7,7 0,0 7,7 7,7 3,8 7,7 8,0 Profesi khusus*** 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 8,0 Tidak bekerja 0,0 7,7 7,7 0,0 3,8 3,8 8,0 Not available**** 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4,0 Pekerjaan Ibu Wirausaha 7,7 23,1 15,4 7,7 15,4 11,6 16,0 Pegawai swasta 0,0 15,4 0,0 7,7 7,7 3,8 0,0 PNS/Polisi/ABRI 7,7 7,7 0,0 7,7 7,7 3,8 12,0 Profesi khusus 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Tidak bekerja 84,6 53,8 84,6 76,9 69,2 80,8 72,0 Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan; ***Tukang pijit, sound engineer; ****telah meninggal dunia Sebagian besar contoh dalam penelitian ini, baik pada kelompok BTP (69,2%), BP (80,8%), maupun kontrol (72,0%) memiliki ibu yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Namun ada beberapa contoh pada setiap kelompok perlakuan dan kontrol yang memiliki ibu dengan profesi sebagai wirausaha, yaitu masing-masing 15,4 persen pada kelompok BTP, 11,6 persen pada kelompok BP, dan 16,0 persen pada kelompok kontrol.

5 37 Besar Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak. Keluarga merupakan lingkungan dimana anak tinggal dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya, dengan demikian keluarga memiliki pengaruh besar terhadap anak dalam melakukan pembelian barang maupun jasa. Besar keluarga juga turut menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa. Semakin besar jumlah anggota keluarga, maka akan semakin besar pula permintaan terhadap suatu produk (Sumarwan 2004). Besar keluarga dalam penelitian ini digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu keluarga kecil ( 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar ( 7 orang). Adapun gambaran sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dipaparkan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga BTP* BP** TOTAL Kategori Besar PP PN PP PN BTP BP Kontrol Keluarga (n=26) (n=26) (n=25) Kecil ( 4) 38,5 46,2 69,2 53,8 42,3 61,5 44,0 Sedang (5-6) 46,2 46,2 30,8 30,8 46,2 30,8 44,0 Besar ( 7) 15,4 7,7 0,0 15,4 11,5 7,7 12,0 Rata-rata±SD (orang) 5,08± 1,50 4,85± 1,14 4,31± 0,75 4,85± 1,57 4,96± 1,31 4,58± 1,24 4,84± 1,28 Min-max (orang) Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan Hampir separuh contoh pada kelompok perlakuan BTP (46,2%) memiliki keluarga yang tergolong keluarga sedang. Namun pada kelompok BP lebih dari separuh (61,5%) contoh memiliki keluarga yang tergolong keluarga kecil, sedangkan pada kelompok kontrol persentase terbesar contoh memiliki keluarga yang tergolong keluarga kecil dan sedang, yaitu masing-masing sebesar 44 persen. Jumlah anggota keluarga terkecil dalam penelitian ini adalah 3 orang, dan yang terbesar adalah sebanyak 9 orang. Tingkat Pendapatan Keluarga Pendapatan merupakan sumber daya material yang diperlukan oleh konsumen untuk membiayai kegiatan konsumsinya. Pendapatan seorang konsumen tidak hanya diukur dari pendapatan yang diterima individu, tetapi diukur dari semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga (Sumarwan 2004). Pendapatan keluarga dalam penelitian ini diukur dengan

6 38 pendapatan keluarga per kapita per bulan, yaitu total seluruh pendapatan anggota keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan/kapita/bulan BTP* BP** TOTAL Kategori Pendapatan PP PN PP PN BTP BP Kontrol Keluarga*** (n=26) (n=26) (n=25) ,2 46,2 30,8 61,5 57,7 46,2 72, ,8 15,4 61,5 23,1 23,1 42,3 16, ,0 38,5 7,7 15,4 19,2 11,5 12,0 Rata-rata±SD (Rp) ± ± ± ± ± ± ± Min-max (Rp) Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan; ***rupiah/kapita/bulan Tabel 9 menggambarkan sebaran contoh berdasarkan kategori pendapatan keluarga rupiah per kapita per bulan. Sebagian besar contoh pada kelompok BTP (57,7%) dan kontrol (72,0%) memiliki pendapatan keluarga per kapita berkisar antara Rp hingga Rp , sedangkan pada kelompok BP hampir separuh (46,2%) contoh memiliki pendapatan keluarga per kapita yang berada pada rentang tersebut. Kelompok BTP merupakan kelompok yang memiliki rata-rata pendapatan keluarga per kapita yang paling besar, yaitu sebesar Rp Karakteristik Contoh Jenis Kelamin Contoh yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 77 orang dengan sebaran jenis kelamin yang beragam pada setiap kelompok perlakuan dan kontrol. Jenis kelamin merupakan salah satu variabel dasar yang digunakan untuk menentukan segmentasi pasar. Perbedaan jenis kelamin menyebabkan perbedaan pola konsumsi satu sama lain (Kotler & Keller 2007). Adapun sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini dipaparkan pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin BTP* BP** TOTAL Jenis kelamin PP PN PP PN BTP (n=26) BP (n=26) Kontrol (n=25) Laki-laki 38,5 46,2 15,4 38,5 42,3 26,9 64,0 Perempuan 61,5 53,8 84,6 61,5 57,7 73,1 36,0 Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan Hasil di atas memperlihatkan bahwa persentase terbesar contoh pada setiap kelompok perlakuan, baik BTP maupun BP berjenis kelamin perempuan,

7 39 yaitu masing-masing 57,7 persen dan 73,1 persen, sedangkan pada kelompok kontrol, contoh didominasi (64,0%) oleh anak laki-laki. Usia Contoh Mengetahui usia konsumen merupakan suatu hal yang penting karena perbedaan usia akan mempengaruhi seseorang dalam mengonsumsi suatu produk dan jasa (Sumarwan 2004). Contoh dalam penelitian ini merupakan anak sekolah dasar yang berada pada rentang usia tahun. Menurut Hurlock (1980), rentang usia ini termasuk pada akhir masa anak-anak. Adapun gambaran sebaran contoh berdasarkan usia disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan usia BTP* BP** TOTAL Usia PP PN PP PN BTP (n=26) BP (n=26) Kontrol (n=25) 10 tahun 7,7 38,5 30,8 30,8 23,1 30,8 28,0 11 tahun 84,6 53,8 69,2 53,8 69,2 61,5 68,0 12 tahun 7,7 7,7 0,0 15,4 7,7 7,7 4,0 Rata-rata ± SD (tahun) 11,00 ±0,41 10,69 ± 0,63 10,69 ± 0,48 10,85 ± 0,69 10,85 ± 0,54 10,77 ± 0,59 10,76 ± 0,52 Min-max (tahun) Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan Hasil di atas menunjukkan bahwa setiap kelompok perlakuan dan kontrol didominasi oleh contoh yang berusia 11 tahun, yaitu masing-masing 69,2 persen pada kelompok BTP, 61,5 persen pada kelompok BP, dan 68,0 persen pada kelompok kontrol. Uang Saku Contoh Uang saku merupakan uang yang diperoleh anak dari orang tua baik secara harian, mingguan maupun bulanan yang digunakan untuk jajan. Tabel 12 memperlihatkan sebaran contoh berdasarkan besarnya uang saku per hari. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan besarnya uang saku per hari BTP* BP** TOTAL Kategori uang saku PP PN PP PN BTP BP Kontrol (Rupiah/hari) (n=26) (n=26) (n=25) ,6 61,5 46,1 61,5 73,1 53,8 68, ,4 30,8 23,1 15,4 23,1 19,2 8, ,0 7,7 30,8 23,1 3,8 26,9 24,0 Rata-rata ± SD (Rp) 4.500± 5.462± 6.654± 6.231± 4.981± 6.442± 5.840± Min-max (Rp) Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan

8 40 Pada Tabel 12 terlihat bahwa lebih dari separuh contoh pada setiap kelompok perlakuan, baik kelompok BTP, BP, dan kontrol memiliki uang saku yang berada pada rentang antara Rp hingga Rp per hari, yaitu masing-masing 73,1 persen, 53,8 persen, dan 68,0 persen. Selain itu, hasil juga menunjukkan bahwa kelompok perlakuan BP memiliki rata-rata uang saku yang paling besar, yaitu sebesar Rp 6.442, sedangkan rata-rata uang saku contoh yang terkecil berada pada kelompok perlakuan BP, yaitu sebesar Rp Urutan Kelahiran Contoh Tabel 13 memperlihatkan sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran dalam keluarga. Hampir separuh contoh pada kelompok perlakuan BTP (46,2%) dan kontrol (44,0%) merupakan anak pertama, sedangkan contoh pada kelompok perlakuan BTP separuhnya (50,0%) merupakan anak pertama dalam keluarga. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan urutankelahiran BTP* BP** TOTAL Urutan PP PN PP PN BTP BP kelahiran (n=26) (n=26) Kontrol (n=25) Pertama 46,2 46,2 38,5 61,5 46,2 50,0 44,0 Kedua 15,4 23,1 38,5 7,7 19,3 23,1 36,0 Ketiga 23,1 23,1 23,1 15,4 23,1 19,2 8,0 Keempat 0,0 7,7 0,0 0,0 3,8 0,0 0,0 Kelima 7,7 0,0 0,0 15,4 3,8 7,7 8,0 Keenam 7,7 0,0 0,0 0,0 3,8 0,0 4,0 Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan Tingkat Persepsi Contoh tentang Jajanan Sehat Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pengukuran tingkat persepsi dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan 25 item pernyataan yang terkait dengan persepsi contoh terhadap jajanan sehat yang meliputi persepsi tentang harga jajanan, lokasi tempat penjualan jajanan, kualitas jajanan, resiko akibat jajanan tidak sehat, dan kebersihan penjual jajanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh pada setiap kelompok perlakuan, baik kelompok perlakuan BTP (92,3%), BP (92,3%) dan kontrol (64,0%) memiliki persepsi tentang jajanan sehat yang tergolong baik. Hasil juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak ada contoh yang memiliki persepsi tentang jajanan sehat yang tergolong kurang baik. Adapun tingkat persepsi contoh sebelum diberikan perlakuan dipaparkan pada Tabel 14.

9 41 Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat persepsi sebelum perlakuan BTP* BP** TOTAL Tingkat Persepsi PP PN PP PN BTP (n=26) BP (n=26) Kontrol (n=25) Kurang (0-33,33%) 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Cukup baik (33,34-66,66%) 15,4 0,0 7,7 7,7 7,7 7,7 36,0 Baik(66,67-100%) 84,6 100,0 92,3 92,3 92,3 92,3 64,0 Min-Max (skor) ,31± 85,00± 84,92± 81,38 ± 85,15 ± Rata-rata ± SD (skor) 7,59 4,85 8,15 8,49 6,24 Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan 83,15 ± 8,35 79,48 ± 7,57 Namun hasil akan berbeda setelah masing-masing kelompok diberikan perlakuan. Sama halnya dengan tingkat persepsi contoh sebelum mendapatkan perlakuan, setelah mendapatkan perlakuan lebih dari separuh contoh pada masing-masing kelompok juga memiliki persepsi tentang jajanan sehat yang tergolong baik, yaitu BTP (88,5%) dan BP (65,4%) sedangkan sisanya berada pada kategori sedang. Namun tidak ada contoh yang memiliki persepsi tentang jajanan sehat pada kategori kurang. Adapun sebaran contoh berdasarkan tingkat persepsi setelah diberikan perlakuan digambarkan pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat persepsi setelah perlakuan BTP* BP** TOTAL Tingkat Persepsi PP PN PP PN BTP (n=26) BP (n=26) Kurang (0-33,33%) 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Cukupbaik (33,34-66,66%) 7,7 15,4 38,5 30,8 11,5 34,6 Baik(66,67-100%) 92,3 84,6 61,5 69,2 88,5 65,4 Min-max (skor) ,31 ± 83,77 ± 83,15±1 78,38 ± Rata-rata ± SD (skor) 7,61 7,22 0,53 8,89 Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan 85,04 ±7,38 80,77 ± 9,86 Tingkat Pengetahuan Contoh tentang Jajanan Sehat Sebelum dan Sesudah Perlakuan Tingkat pengetahuan contoh dalam penelitian ini diukur dari pernyataanpernyataan umum mengenai hal yang terkait dengan jajanan sehat, yaitu sebanyak 32 pernyataan terkait jajanan sehat yang meliputi pengetahuan contoh tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya, definisi dan ciri-ciri jajanan sehat, bahaya jajanan yang tidak sehat serta kebersihan jajanan. Hasil studi terkait pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan praktek masyarakat india tentang keamanan pangan dalam Sudersan, Rao, dan Polasa (2009) menunjukkan bahwa ada suatu kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran konsumen terkait keamanan pangan. Pernyataan-pernyataan yang diajukan kemudian diberi skor yang kemudian digolongkan menjadi tiga kategori menurut Khomsan (2000),

10 42 yaitu rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (>80%). Pengukuran pengetahuan contoh dilakukan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan perlakuan, lebih dari separuh contoh (65,4%) pada kelompok perlakuan BP memiliki skor pengetahuan yang tergolong sedang. Namun pada kelompok perlakuan BTP dan kontrol lebih dari separuh contoh, yaitu 50,0 persen dan 52,0 persen memiliki tingkat pengetahuan tentang jajanan sehat yang tergolong dalam kategori tinggi. Namun berdasarkan rata-rata, kelompok BTP merupakan kelompok yang memiliki rata-rata skor pengetahuan yang paling tinggi. Adapun hasil tersebut dipaparkan pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan sebelum perlakuan BTP* BP** TOTAL Tingkat Pengetahuan PP PN PP PN BTP BP Kontrol (n=26) (n=26) (n=25) Rendah (<60%) 0,0 7,7 7,7 15,4 3,8 11,5 8,0 Sedang (60-80%) 38,5 53,8 53,8 76,9 46,2 65,4 40,0 Tinggi (>80%) 61,5 38,5 38,5 7,7 50,0 23,1 52,0 Rata-rata ± SD (skor) 25,46± 24,46± 24,23± 22,08± 24,96± 23,15± 24,36± 3,09 3,33 3,22 4,96 3,19 4,24 4,18 Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan Sama halnya dengan tingkat persepsi, tingkat pengetahuanpun akan berubah setelah diberikan perlakuan. Adapun sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan setelah diberikan perlakuan dipaparkan pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan setelah perlakuan BTP* BP** TOTAL Tingkat Pengetahuan PP PN PP PN BTP (n=26) BP (n=26) Rendah (<60%) 0,0 15,4 15,4 7,7 7,7 11,5 Sedang (60-80%) 23,1 15,4 7,7 15,4 19,2 11,5 Tinggi (>80%) 76,9 69,2 76,9 76,9 73,1 76,9 Rata-rata ± SD (skor) 26,77 ± 26,54 ± 26,00 ± 26,77 ± 26,65 ± 26,38 ± 2,68 4,03 5,93 3,27 3,36 4,71 Keterangan: *penyajian buklet tanpa penjelasan; **penyajian buklet disertai penjelasan Hasil pengukuran setelah diberikan perlakuan menunjukkan bahwa sebagian besar contoh pada setiap kelompok perlakuan memiliki skor pengetahuan tentang jajanan sehat yang tergolong tinggi, yaitu masing-masing 73,1 persen pada kelompok BTP dan 76,9 persen pada kelompok BP.

11 43 Perbedaan dan Perubahan Rata-rata Skor Persepsi Contoh tentang Jajanan Sehat Sebelum dan Sesudah Perlakuan Hasil pengukuran terhadap persepsi contoh terhadap jajanan sehat pada masing-masing kelompok perlakuan BTP menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata skor persepsi setelah mendapatkan perlakuan pada kelompok BTP-PP. Hal tersebut terlihat dari peningkatan sebaran contoh pada kelompok BTP-PP yang berpersepsi bahwa lokasi penjualan dan perilaku penjual jajanan menentukan kebersihan jajanan dan perlu diperhatikan sebelum membeli jajanan (Lampiran 5). Namun hasil pengukuran juga menunjukkan adanya penurunan rata-rata skor setelah diberikan perlakuan pada kelompok BTP-PN. Penurunan tersebut terlihat dari penurunan sebaran contoh pada kelompok BTP-PN yang berpersepsi bahwa kualitas jajanan dan perilaku penjual jajanan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan ketika membeli jajanan. Selain itu, penurunan tersebut juga terlihat dari penurunan sebaran contoh yang berpersepsi bahwa jajanan yang tidak sehat akan menyebabkan berbagai resiko yang dapat membahayakan kesehatan (Lampiran 6). Secara keseluruhan, hasil pengukuran terhadap persepsi menunjukkan bahwa terjadi penurunan rata-rata skor pada kelompok perlakuan BTP. Perubahan atau selisih rata-rata skor persepsi pada kelompok perlakuan BTP baik dengan pesan positif maupun negatif disajikan pada Tabel 18. Kelompok perlakuan BTP Tabel 18 Perubahan skor persepsi contoh pada kelompok BTP Waktu pengambilan Rata-rata ± SD.Sig Data PP Sebelum 85,31 ± 7,59 Sesudah 86,31 ± 7,61 PN Sebelum 85,00 ± 4,85 Sesudah 83,77 ± 7,22 Total BTP Sebelum 85,15 ± 6,24 Sesudah 85,04 ± 7,38 Keterangan: (-) = terjadi penurunan skor, (+) = terjadi peningkatan skor Perubahan Skor ( ) 0,528 +1,00 ± 5,55 0,373-1,23 ± 4,80 0,911-0,11 ± 5,21 Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa kelompok BTP-PP (+1,00) merupakan kelompok yang memiliki rata-rata skor persepsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok BTP-PN (-1,23). Perubahan rata-rata skor persepsi pada masing-masing kelompok tersebut tidak nyata. Hal tersebut diperkuat dengan hasil uji beda yang dilakukan terhadap rata-rata skor persepsi sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok BTP-PP (p=0,528; p>0,05),

12 44 kelompok BTP-PN (p=0,373; p>0,05), serta terhadap rata-rata skor persepsi pada kelompok BTP secara keseluruhan (p=0,911; p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata skor persepsi sebelum dan sesudah perlakuan pada setiap kelompok perlakuan tersebut. Pada perlakuan selanjutnya, yaitu perlakuan pada kelompok BP baik dengan pesan positif maupun negatif didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan rata-rata skor persepsi pada kedua kelompok perlakuan tersebut. Adapun gambaran perubahan atau selisih rata-rata skor persepsi pada kelompok perlakuan BP digambarkan pada Tabel 19. Kelompok perlakuan BP Tabel 19 Perubahan skor persepsi contoh pada kelompok BP Waktu pengambilan Rata-rata ± SD.Sig Data PP Sebelum 84,92 ± 8,15 Sesudah 83,15 ± 10,53 PN Sebelum 81,38 ± 8,49 Sesudah 78,38 ± 8,89 Total BP Sebelum 83,15 ± 8,35 Sesudah 80,77 ± 9,86 Keterangan: (-) = terjadi penurunan skor, (+) = terjadi peningkatan skor Perubahan Skor ( ) 0,308-1,77 ± 5,99 0,150-3,00 ± 7,04 0,070-2,38 ± 6,43 Penurunan yang terjadi pada kelompok BP-PP terlihat dari penurunan sebaran contoh pada kelompok tersebut yang berpersepsi bahwa lokasi penjualan menentukan kebersihan jajanan dan menjadi hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli jajanan serta penurunan sebaran contoh yang berpersepsi bahwa banyak resiko yang akan diakibatkan oleh jajanan yang tidak sehat (Lampiran 7). Namun, penurunan yang terjadi pada kelompok BP-PN terlihat dari penurunan sebaran contoh yang berpersepsi bahwa jajanan yang dijual di pedagang kaki lima harganya lebih murah dibandingkan dengan jajanan yang dijual di toko, penurunan sebaran contoh yang berpersepsi bahwa kualitas jajanan, lokasi dan perilaku penjual jajanan merupakan hal yang menentukan keamanan jajanan yang akan dibeli dan juga hal penting yang perlu diperhatikan sebelum membeli jajanan. Selain itu, penurunan tersebut juga terlihat dari penurunan sebaran contoh yang berpersepsi bahwa jajanan yang tidak sehat akan beresiko terhadap kesehatan (Lampiran 8). Hasil pengukuran diatas menunjukan bahwa kelompok BP-PN memiliki rata-rata penurunan skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok BP- PP. Perubahan atau selisih rata-rata skor sebelum dan sesudah perlakuan tidak berbeda nyata. Hal tersebut sesuai dengan hasil uji beda (paired T-test) yang

13 45 menggambarkan bahwa antara skor sebelum dan sesudah perlakuan baik pada kelompok BP-PP (p=0,308; p>0,05), kelompok BP-PN (p=0,150; p>0,05) maupun pada kelompok BP (p=0,070; p>0,05) secara keseluruhan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata. Perbedaan dan Perubahan Rata-rata Skor Pengetahuan Contoh tentang Jajanan Sehat Sebelum dan Sesudah Perlakuan Tabel 20 menggambarkan perubahan skor pengetahuan contoh pada kelompok BTP baik yang mendapatkan perlakuan dengan buklet positif maupun negatif. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok BTP-PP maupun kelompok BTP-PN. Peningkatan skor pengetahuan yang terjadi pada kelompok BTP-PP terlihat dari peningkatan sebaran contoh yang menjawab pernyataan dengan benar mengenai pengetahuan tentang bahan tambahan pangan berbahaya sedangkan pada kelompok BTP-PN, pengetahuan contoh yang meningkat adalah pengetahuan mengenai bahan tambahan pangan yang berbahaya, bahaya yang diakibatkan jajanan yang tidak sehat, dan pengetahuan mengenai pentingnya memperhatikan kebersihan jajanan yang akan dibeli (Lampiran 10). Jika dilihat dari rata-rata perubahan skor, kelompok BTP-PN (+2,08) merupakan kelompok yang mengalami peningkatan skor yang lebih tinggi dibandingkan kelompok BTP-PP (+1,31). Tabel 20 Perubahan skor pengetahuan contoh pada kelompok BTP Waktu pengambilan Rata-rata ± SD.Sig Data Kelompok perlakuan BTP Sebelum 25,46 ± 3,09 PP Sesudah 26,77 ± 2,68 Sebelum 24,46 ± 3,33 PN Sesudah 26,54 ± 4,03 Sebelum 24,96 ± 3,19 Total BTP Sesudah 26,65 ± 3,36 Keterangan: (-) = terjadi penurunan skor, (+) = terjadi peningkatan skor *signifikan pada p<0.05, **signifikan pada p<0.01 Perubahan Skor ( ) 0,109 +1,31 ± 2,72 0,045* +2,08 ± 3,35 0,008** +1,69 ± 3,02 Hasil uji beda terhadap rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok BTP-PP tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0,109; p>0,05), sedangkan pada kelompok BTP-PN terlihat perbedaan yang nyata (p=0,045; p<0,05). Secara keseluruhan, hasil uji beda pada kelompok BTP menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata (p=0,008; p<0,01) antara rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah perlakuan. Maka

14 46 pemberian buklet jajanan sehat tanpa penjelasan dapat meningkatkan rata-rata skor pengetahuan contoh tentang jajanan sehat. Pengukuran pengetahuan juga dilakukan terhadap kelompok perlakuan BP, yaitu kelompok BP-PP dan BP-PN. Hasil pengukuran pada kedua kelompok tersebut memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan pada masing-masing kelompok. Namun jika dilihat dari perubahan rata-rata skor pengetahuan, kelompok BP-PN merupakan kelompok perlakuan yang memiliki peningkatan rata-rata skor pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan BP-PP. Adapun perubahan skor pengetahuan pada kedua kelompok tersebut dipaparkan pada Tabel 21. Peningkatan skor pengetahuan yang terjadi pada kelompok BP-PP terlihat dari peningkatan sebaran contoh yang menjawab dengan benar pernyataan pengetahuan mengenai bahan tambahan pangan berbahaya dan pengetahuan tentang bahaya yang ditimbulkan akibat jajanan yang tidak sehat, sedangkan pada kelompok BP-PN terlihat dari persentase contoh dengan jawaban benar pada item pernyataan mengenai pengetahuan tentang bahan tambahan pangan berbahaya, definisi jajanan sehat, bahaya yang ditimbulkan oleh jajanan yang tidak sehat dan juga pengetahuan mengenai pentingnya memperhatikan kebersihan jajanan yang akan dibeli (Lampiran 11). Tabel 21 Perubahan skor pengetahuan contoh pada kelompok BP Waktu pengambilan Rata-rata ± SD.Sig Data Kelompok perlakuan BP Sebelum ± 3.22 PP Sesudah ± 5.93 Sebelum ± 4.96 PN Sesudah ± 3.27 Sebelum ± 4.24 Total BP Sesudah ± 4.71 Keterangan: (-) = terjadi penurunan skor, (+) = terjadi peningkatan skor *signifikan pada p<0.05, **signifikan pada p<0.01 Perubahan Skor ( ) ± ** ± ** ± 5.08 Selain perubahan rata-rata skor, tabel di atas juga memaparkan hasil uji beda terhadap rata-rata skor pengetahuan contoh tentang jajanan sehat sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok BP-PP yang menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata (p>0,05). Berbeda dengan kelompok BP-PP, hasil paired T-test pada kelompok BP-PN menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata (p=0,001; p<0,01). Namun hasil paired T-test pada kelompok BP secara keseluruhan memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat

15 47 nyata(p=0,003; p<0,01) antara rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah perlakuan. Dengan demikian perlakuan buklet jajanan sehat yang disertai penjelasan mampu meningkatkan rata-rata skor pengetahuan contoh tentang jajanan sehat secara nyata. Hubungan antara Karakteristik Contoh dan Keluarga dengan Persepsi serta Pengetahuan Contoh tentang Jajanan Sehat Sebelum Perlakuan Uji hubungan digunakan untuk meihat kaitan antara variabel-variabel yang tergolong pada karakteristik contoh dan keluarga dengan persepsi dan pengetahuan contoh sebelum perlakuan. Uji hubungan hanya dilakukan terhadap skor persepsi dan pengetahuan contoh tentang jajanan sehat sebelum perlakuan agar dapat menjaga kontrol hasil pengukuran persepsi dan pengetahuan dari aspek lain diluar variabel eksperimental. Adapun hasil uji korelasi Pearson antar variabel karakteristik contoh dan keluarga dengan skor persepsi dan pengetahuan contoh tentang jajanan sehat sebelum perlakuan dipaparkan pada Tabel 22. Tabel 22 Hasil uji korelasi Pearson antarvariabel karakteristik contoh dan keluarga dengan persepsi dan pengetahuan tentang jajanan sehat sebelum perlakuan Karakteristik contoh dan keluarga Persepsi Pengetahuan Uang saku 0,159 0,049 Usia ayah -0,098-0,058 Usia ibu -0,137-0,180 Pendidikan ayah 0,148-0,034 Pendidikan ibu 0,168 0,119 Pendapatan keluarga 0,196 0,092 Besar keluarga 0,018 0,067 Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan (p>0,05) antara uang saku contoh, usia ayah, usia ibu, pendidikan ayah dan ibu, pendapatan maupun besar keluarga contoh dengan hasil pengukuran persepsi dan pengetahuan contoh tentang jajanan sehat sebelum diberikan perlakuan. Perbedaan Cara Penyajian dan Motivasi Pesan terhadap Persepsi dan Pengetahuan Contoh tentang Jajanan Sehat antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol Pemberian perlakuan cara penyajian pesan yang berbeda akan menghasilkan rata-rata skor persepsi dan pengetahuan contoh terhadap jajanan sehat yang berbeda pula, begitu juga jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan apapun atau kelompok kontrol. Hasil penelitian

16 48 memperlihatkan bahwa sebelum diberikan perlakuan, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata skor persepsi pada kelompok kontrol dan BP maupun kelompok BP dan BTP. Sebaliknya, hasil menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata antara rata-rata skor persepsi pada kelompok kontrol dan BTP. Adapun hasil independent T-Test pengaruh cara penyajian buklet terhadap rata-rata skor persepsi dan pengetahuan pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum perlakuan dipaparkan pada Tabel 23. Tabel 23 Hasil Independent T-Test pengaruh cara penyajianbuklet terhadap rata-rata skor persepsi dan pengetahuan sebelum perlakuan Kelompok Persepsi Pengetahuan Sig. (2-tailed) Sig. (2-tailed) Kontrol dan BTP 0,005** 0,565 Kontrol dan BP 0,107 0,312 BTP dan BP 0,333 0,089 Keterangan: *signifikan pada p<0.05, **signifikan pada p<0.01 Tabel 23 diatas juga menunjukkan hasil uji beda rata-rata skor pengetahuan antar kelompok perlakuan dan kontrol. Namun hasil tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara rata-rata pengetahuan pada kelompok kontrol dan BTP (p=0,565; p>0,05), kontrol dan BP (p=0,312; p>0,05), maupun kelompok BTP dan BP (p=0,089; p>0,05). Uji beda juga dilakukan terhadap rata-rata persepsi dan pengetahuan contoh tentang jajanan sehat setelah diberikan perlakuan. Adapun hasil Independent T-Test pengaruh cara penyajian terhadap rata-rata skor persepsi dan pengetahuan contoh setelah perlakuan dipaparkan pada Tabel 24. Tabel 24 Hasil Independent T-Test pengaruh cara penyajian buklet terhadap rata-rata skor persepsi dan pengetahuan setelah perlakuan Persepsi Pengetahuan Kelompok Sig. (2-tailed) Sig. (2-tailed) BTP dan BP 0,840 0,813 Hasil uji beda di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata skor persepsi dan pengetahuan setelah perlakuan antara kelompok BTP dan BP. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi, yaitu masing-masing p=0,840 dan p=0.813 (p>0,05). Selain cara penyajian buklet, pemberian perlakuan motivasi pesan juga menghasilkan rata-rata skor persepsi dan pengetahuan yang berbeda antar kelompok perlakuan. Hasil Independent T-test pengaruh motivasi pesan

17 49 terhadap rata-rata skor persepsi dan pengetahuan contoh tentang jajanan sehat sebelum perlakuan digambarkan pada Tabel 25. Tabel 25 Hasil Independent T-Test pengaruh motivasi pesan terhadap rata-rata skor persepsi dan pengetahuan sebelum perlakuan Kelompok Persepsi Pengetahuan Sig. (2-tailed) Sig. (2-tailed) Kontrol dan PP 0,011* 0,641 Kontrol dan PN 0,075 0,364 PP dan PN 0,352 0,139 Keterangan: *signifikan pada p<0.05, **signifikan pada p<0.01 Hasil di atas menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara rata-rata skor persepsi sebelum perlakuan antara kelompok kontrol dan PN (p=0,075; p>0,05) serta antara kelompok PP dan PN (p=0,352; p>0,05). Namun hasil di atas juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata skor persepsi sebelum perlakuan antara kelompok kontrol dan kelompok PP. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi, yaitu p=0,011 (p<0,05). Selain terhadap rata-rata skor persepsi, Tabel 25 di atas juga memaparkan hasil uji beda rata-rata skor pengetahuan antara kelompok perlakuan dan kontrol sebelum diberikan perlakuan motivasi pesan. Namun hasil tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara rata-rata skor pengetahuan sebelum mendapatkan perlakuan motivasi pesan pada kelompok kontrol dan PP (p=0,641; p>0,05), kontrol dan PN (p=0,364; p>0,05), maupun antara kelompok PP dan PN (p=0,139; p>0,05). Tidak adanya perbedaan yang nyata juga ditunjukkan pada hasil uji beda antara rata-rata skor persepsi dan pengetahuan contoh pada kelompok yang mendapatkan perlakuan motivasi pesan, baik pesan positif (PP) maupun negatif (PN) setelah mendapatkan perlakuan. Hasil tersebut dipaparkan pada Tabel 26. Tabel 26 Hasil Independent T-Test pengaruh motivasi pesan terhadap rata-rata skor persepsi dan pengetahuan setelah perlakuan Persepsi Pengetahuan Kelompok Sig. (2-tailed) Sig. (2-tailed) PP dan PN 0,140 0,813 Tidak adanya perbedaan tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi, yaitu masing-masing p=0,140 (p>0,05) pada variabel persepsi dan p=0,813 (p>0,05) pada variabel pengetahuan.

18 50 Pengaruh Cara Penyajian dan Motivasi Pesan terhadap Persepsi dan Pengetahuan Contoh tentang Jajanan Sehatpada kelompok perlakuan Analisis statistik ragam dua arah yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan dan pengaruh variabel independen, yaitu cara penyajian buklet dan motivasi pesan terhadap persepsi dan pengetahuan contoh yang merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji ragam dua arah yang terpapar pada Tabel 27 dibawah ini, terlihat bahwa nilai signifikansi untuk interaksi cara penyajian dan motivasi pesan pada variabel persepsi baik sebelum perlakuan, yaitu sebesar p=0,436 (p>0,05), sesudah perlakuan p=0,645 (p>0,05), maupun delta atau perubahan skor p=0,761 (p>0,05). Tabel 27 Hasil uji ragam dua arah terhadap persepsi contoh tentang jajanan sehat Persepsi Sumber Sebelum Sesudah Perlakuan Perlakuan ( ) F Sig, F Sig, F Sig, Cara penyajian 0,947 0,335 3,158 0,082 1,923 0,172 Motivasi pesan 0,876 0,354 2,313 0,135 1,119 0,295 Cara penyajian * motivasi pesan 0,618 0,436 0,216 0,645 0,093 0,761 R Squared 0,048 0,106 0,061 Adjusted R Squared -0,011 0,050 0,003 Ketiganya menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara cara peyajian dan motivasi pesan pada pembentukan persepsi contoh. Hal ini menggambarkan bahwa kombinasi pemberian perlakuan cara penyajian buklet, baik disertai maupun tanpa penjelasan dan juga motivasi pesan positif maupun negatif tidak berpengaruh terhadap pembentukan dan perubahan skor persepsi contoh. Gambar 5 menunjukkan bahwa titik-titik perubahan skor persepsi membentuk garis parallel yang menggambarkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan cara penyajian buklet dan motivasi pesan terhadap perubahan skor persepsi (Graveter dan Forzano 2006). Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa besar perubahan skor yang terjadi pada kelompok dengan cara penyajian tanpa penjelasan (BTP) dengan motivasi pesan positif (PP) dan negatif (PN), yaitu masing-masing sebesar +1,00 dan -1,23, sedangkan perubahan skor persepsi yang terjadi pada kelompok dengan cara penyajian disertai penjelasan (BP) dengan motivasi pesan positif (PP) dan negatif (PN), yaitu masing-masing sebesar -1,77 dan-3,00.

19 51 Gambar 5 Interaksi antara cara penyajian buklet dan motivasi pesan terhadap perubahan skor persepsi Selain itu, nilai signifikansi pengaruh cara penyajian terhadap perubahan skor persepsi menunjukkan hasil yang tidak nyata (p=0,172; p>0,05). Hal tersebut menggambarkan bahwa rata-rata perubahan skor persepsi pada kelompok perlakuan buklet tanpa penjelasan (BTP) maupun buklet disertai penjelasan (BP) tidak berbeda nyata, dengan demikian H 1 dari hipotesis 1 dalam penelitian ini ditolak. Adanya pemberian perlakuan buklet disertai penjelasan dan tanpa penjelasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan skor persepsi contoh tentang jajanan sehat. Hal yang sama juga terlihat pada variabel motivasi pesan, hasil uji ragam dua arah pada Tabel 27 juga memaparkan bahwa nilai signifikansi pengaruh pemberian motivasi pesan terhadap perubahan skor persepsi contoh tentang jajanan sehat sebesar p=0,295 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian perlakuan buklet dengan pesan positif (PP) maupun negatif (PN) dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan skor persepsi contoh tentang jajanan sehat. Hal ini berarti rata-rata perubahan skor persepsi contoh antara kelompok yang mendapatkan perlakuan pesan positif dan negatif tidak berbeda nyata sehingga H 1 dari hipotesis 3 dalam penelitian ini ditolak. Selain tehadap variabel persepsi, uji ragam dua arah antara cara penyajian buklet dan motivasi pesan juga dilakukan terhadap variabel pengetahuan contoh tentang jajanan sehat. Hasil penelitian memaparkan bahwa nilai signifikansi pengaruh perlakuan cara penyajian buklet menunjukkan tidak

20 52 adanya perbedaan yang nyata (p=0,184; p>0,05). Hal ini berarti bahwa rata-rata perubahan skor pengetahuan, baik pada kelompok yang diberikan buklet beserta penjelasan maupun tanpa penjelasan tidak berbeda nyata, maka H 1 dari hipotesis 2 dalam penelitian ini ditolak. Dengan demikian adanya pemberian perlakuan buklet disertai penjelasan dan tanpa penjelasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan skor pengetahuan contoh tentang jajanan sehat. Begitu juga dengan variabel motivasi pesan, hasil uji statsitik memperlihatkan bahwa nilai signifikansi pengaruh pemberian motivasi pesan terhadap perubahan skor pengetahuan contoh tentang jajanan sehat sebesar p=0,112 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan buklet dengan pesan positif maupun negatif dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan skor pengetahuan contoh. Hal ini berarti ratarata perubahan skor contoh pada kelompok perlakuan dengan pesan positif maupun negatif tidak berbeda nyata, dengan demikian H 1 dari hipotesis 4 dalam penelitian ini ditolak. Adapun hasil uji ragam dua arah terhadap pengetahuan contoh tentang jajanan sehat dipaparkan pada Tabel 28. Tabel 28 Hasil uji two-way anova terhadap pengetahuan contoh tentang jajanan sehat Pengetahuan Sumber Sebelum Sesudah Perlakuan Perlakuan ( ) F Sig, F Sig, F Sig, Cara penyajian 3,054 0,087 0,054 0,817 1,817 0,184 Motivasi pesan 2,324 0,134 0,054 0,817 2,617 0,112 Cara penyajian * motivasi pesan 0,311 0,580 0,188 0,667 0,890 0,350 R Squared 0,106 0,006 0,100 Adjusted R Squared 0,050-0,056 0,044 Hasil penelitian di atas juga memperlihatkan bahwa nilai signifikansi untuk interaksi antara variabel cara penyajian dan motivasi pesan pada perubahan skor pengetahuan adalah sebesar p=0,350 (p>0,05). Hal tersebut diperkuat oleh Gambar 6 yang menunjukkan bahwa titik-titik perubahan skor pengetahuan membentuk garis paralel yang menggambarkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan cara penyajian buklet dan motivasi pesan terhadap perubahan skor pengetahuan (Graveter dan Forzano 2006). Gambar 6 juga menunjukkan bahwa besar perubahan skor pengetahuan yang terjadi pada kelompok dengan cara penyajian buklet tanpa penjelasan (BTP) dengan motivasi pesan positif (PP) dan negatif (PN), yaitu masing-masing

21 53 sebesar +1,31 dan +2,08, sedangkan perubahan skor pengetahuan yang terjadi pada kelompok dengan cara penyajian buklet disertai penjelasan (BP) dengan motivasi pesan positif (PP) dan negatif (PN), yaitu masing-masing sebesar +1,77 dan +4,69. Gambar 6 Interaksi antara cara penyajian buklet dan motivasi pesan terhadap perubahan skor pengetahuan Hasil tersebut menggambarkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan cara penyajian dan motivasi pesan pada perubahan skor pengetahuan contoh tentang jajanan sehat. Hal ini berarti gabungan antara cara penyajian dan motivasi pesan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan skor pengetahuan contoh tentang jajanan sehat. Dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini, yaitu cara penyajian buklet disertai dan tanpa penjelasan, pemberian buklet dengan pesan positif dan negatif, maupun kombinasi diantara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan skor persepsi dan pengetahuan contoh tentang jajanan sehat sehingga H 1 dari hipotesis 5 dalam penelitian ini ditolak.

22 55 PEMBAHASAN Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi pesan dan cara penyajian buklet terhadap persepsi dan pengetahuan siswa SD tentang jajanan sehat. Pemberian buklet jajanan sehat dalam penelitian ini merupakan salah satu bentuk pemasaran sosial sebagai upaya untuk mengurangi paparan anak sekolah dasar terhadap pangan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman. Anak-anak merupakan kelompok konsumen yang paling memiliki resiko besar terhadap penyakit yang ditularkan melalui pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesadaran anak terkait keamanan pangan melalui pendidikan konsumen (WHO 1996). Salah satu bentuk pendidikan konsumen pada anak dapat berbentuk pemasaran sosial terkait jajanan sehat. Tujuan dari pemasaran sosial adalah terjadinya perubahan perilaku pada sasaran. Mowen dan Minor (2002) menggambarkan bahwa proses perubahan diawali dengan komunikasi persuasif dan kemudian dilanjutkan dengan pemrosesan informasi terhadap pesan yang disampaikan. Informasi mengenai jajanan sehat dalam penelitian ini dikemas dalam komunikasi persuasif berupa pesan positif dan negatif yang disampaikan melalui media buklet. Proses pengolahan informasi terjadi ketika salah satu panca indra individu menerima input yang berupa stimulus (Sumarwan 2004). Kemampuan individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimuli yang diterima tersebutlah yang disebut sebagai persepsi (Schiffman dan Kanuk 1983). Menurut Kotler dan Keller (2007), persepsi merupakan sebuah proses dimana individu memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan informasi yang diterima untuk membentuk sebuah gambaran terhadap suatu objek tertentu. Dalam proses pemasaran, persepsi akan mampu mempengaruhi perilaku konsumen. Pemberian stimulus berupa pesan positif maupun negatif yang disajikan dalam buklet jajanan sehat akan mempengaruhi persepsi contoh terhadap jajanan sehat. Setiap individu dapat memiliki persepsi yang berbedabeda terhadap satu objek yang sama. Hal tersebut dapat terjadi karena individu memiliki tanggapan, penilaian, dan kesan yang berbeda terhadap objek tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan BTP terjadi peningkatan rata-rata skor persepsi setelah diberikan perlakuan BTP-PP. Sebaliknya penurunan rata-rata skor terjadi pada kelompok BTP-PN. Penurunan

23 56 serupa juga terjadi pada kelompok perlakuan BP-PP dan BP-PN. Meskipun rata-rata skor persepsi sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok tidak berbeda nyata, penurunan skor tersebut diduga terjadi akibat pengulangan pemberian kuesioner yang sama dalam rentang waktu yang relatif singkat. Pengulangan tersebut diduga menimbulkan kebosanan dan ketidakpedulian sehingga perhatian contoh terhadap kuesioner pengukuran persepsi yang diberikan setelah perlakuan menurun dan berakibat pada penurunan skor persepsi contoh. Selain itu, waktu pengukuran yang relatif singkat, diduga juga mempengaruhi psikologis contoh. Waktu yang singkat membuat contoh merasa tertekan sehingga tidak dapat menyerap maupun mengelola informasi secara maksimal dan berakibat pada penurunan skor persepsi contoh terhadap jajanan sehat. Selain persepsi, pengetahuan yang dimiliki contoh juga memiliki peranan penting dalam proses pengambilan keputusan contoh. Alessi dan Trollip (1991) menyatakan bahwa pengetahuan diawali dengan perhatian dan persepsi terhadap informasi. Menurut Mowen dan Minor (2002) pengetahuan konsumen merupakan pengalaman dan informasi tentang produk dan jasa yang dimiliki seseorang. Pengetahuan konsumen dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu pengetahuan objektif, pengetahuan subjektif, dan informasi mengenai pengetahuan lainnya. Pengetahuan tentang jajanan sehat dalam penelitian ini merupakan pengetahuan subjektif, yaitu persepsi anak mengenai apa dan berapa banyak yang anak ketahui mengenai jajanan sehat. Pengetahuan tentang jajanan sehat adalah aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman contoh tentang jajanan sehat. Menurut Sumarwan (2004) pengetahuan yang dimiliki individu akan mempengaruhi individu tersebut dalam mengambil keputusan pembelian. Individu yang memiliki pengetahuan yang lebih banyak akan lebih baik dalam mengambil keputusan dan akan lebih tepat dalam mengolah informasi. Maka pengetahuan tentang jajanan sehat merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh siswa sekolah dasar sebagai landasan untuk mengambil keputusan pembelian terutama dalam memilih jajanan sehat. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan contoh tentang jajanan sehat pada kelompok BTP dan BP, baik pada kelompok dengan pesan positif maupun negatif. Hal ini berarti perlakuan yang diberikan pada kelompok BTP dan BP dengan pesan

24 57 positif maupun negatif dalam penelitian ini mampu meningkatkan rata-rata skor pengetahuan contoh. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ritonga (1993) yang menunjukkan bahwa buklet merupakan media yang efektif untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang efek rumah kaca. Hasil penelitian Yasmin dan Madanijah (2010) juga memaparkan bahwa contoh yang yang pernah mengikuti penyuluhan terkait keamanan pangan memiliki rata-rata skor pengetahuan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan contoh yang tidak pernah mengikuti penyuluhan keamanan pangan. Maka penyuluhan sebagai salah satu bentuk pendidikan non formal, mampu mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan perlakuan cara penyajian buklet, ada perbedaan yang sangat nyata antara rata-rata skor persepsi kelompok kontrol dan BTP. Namun tidak berbeda nyata antara kelompok kontrol dan BP, BTP dan BP. Selain itu penelitian ini juga memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara rata-rata skor persepsi setelah perlakuan pada kelompok BP dan BTP. Hal tersebut diduga terjadi karena perubahan rata-rata skor persepsi contoh sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok BP dan BTP juga menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Hasil independent T-Test dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebelum diberikan perlakuan cara penyajian buklet tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata skor pengetahuan pada kelompok BP, BTP, dan kontrol. Begitu juga setelah diberikan perlakuan cara penyajian buklet, rata-rata skor pengetahuan contoh tentang jajanan sehat antara kelompok BTP dan BP tetap menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata. Perubahan skor pengetahuan contoh dari sebelum dan sesudah perlakuan, baik pada kelompok BTP maupun BP sama-sama menunjukkan peningkatan yang nyata. Peningkatan skor pengetahuan yang tidak jauh berbeda antara kelompok BTP dan BP diduga terjadi akibat adanya penurunan perhatian contoh ketika penjelasan diberikan pada kelompok BP, penurunan perhatian tersebut menyebabkan contoh tidak dapat menyerap informasi yang diberikan secara maksimal. Slavin (2006) menyatakan bahwa individu memiliki kapasitas perhatian yang terbatas. Keterbatasan tersebut terjadi akibat berbagai faktor, misalnya faktor kelelahan, lapar maupun akibat adanya gangguan penglihatan atau pendengaran akibat suara bising lainnya.

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan.

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan. 23 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktorial 2x2 dengan pre test dan post test. Disain penelitian ini melibatkan dua

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI PESAN DAN PENYAJIAN BUKLET TERHADAP PERSEPSI DAN PENGETAHUAN TENTANG JAJANAN SEHAT

PENGARUH MOTIVASI PESAN DAN PENYAJIAN BUKLET TERHADAP PERSEPSI DAN PENGETAHUAN TENTANG JAJANAN SEHAT Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2012, p : 67-76 Vol. 5, No. 1 ISSN : 1907-6037 PENGARUH MOTIVASI PESAN DAN PENYAJIAN BUKLET TERHADAP PERSEPSI DAN PENGETAHUAN TENTANG JAJANAN SEHAT Moh. Djemdjem Djamaludin

Lebih terperinci

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian yang diperoleh dan akan diuraikan ke dalam gambaran subjek, analisis data dan interpretasi hasil penelitian.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada

Lebih terperinci

HASIL. Faktor Internal

HASIL. Faktor Internal Jenis Kelamin HASIL Faktor Internal Lebih dari separuh konsumen (66,9%) berjenis kelamin perempuan, sementara 33,1 persen sisanya laki-laki. Dapat dilihat bahwa konsumen perempuan lebih mendominasi pasar

Lebih terperinci

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian 43 4. ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data dan interpretasi hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bagian pertama bab ini, akan diuraikan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian masyarakat, khususnya orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Makanan dan jajanan sekolah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Analisis Konsumsi Beras Merah (Oryza nivara) dengan Pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Kasihan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi

Lebih terperinci

4 METODE. Desain, Tempat dan Waktu. Teknik Penarikan Contoh

4 METODE. Desain, Tempat dan Waktu. Teknik Penarikan Contoh 15 4 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian yang digunakan cross sectional. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Pengembangan Model Pendidikan Makanan Jajanan Sehat Berbasis Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 22 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Semarang merupakan ibu Kota Provinsi Jawa Tengah salah satu kota dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat terutama dalam hal pembangunan infrakstruktur,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA 33 5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA 5.1. Gambaran Responden Untuk mendapatkan gambaran subyek, dilakukan penghitungan distribusi frekuensi berdasarkan data responden yang terdapat pada bagian akhir

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE PENELITIAN Desain, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei. Penelitian ini mengkaji pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah menengah atas yaitu Sekolah Menengah Atas Negeri

Lebih terperinci

HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 30 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara umum Desa ini berupa dataran dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Desain penelitian pendahuluan adalah cross sectional study menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan. Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan. Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak Sekolah) yang tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) 5.1 Karakteristik Karakteristik pendengar merupakan salah satu faktor yang diduga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai objek penelitian oleh peneliti adalah konsumen yang sudah menggunakan sepatu Converse. Peneliti memilih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494) 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena pengumpulan data hanya dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan, serta retrospektif karena

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik Remaja

HASIL. Karakteristik Remaja HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum responden, ada tidaknya hubungan antara sikap terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Hasil Profil SMA Negeri 20 Bandung. SMA Negeri 20 Bandung terletak di Jl. Citarum No. 23 Bandung dan resmi berdiri pada 5 Juni 1986. Sejak berdiri pada tanggal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian. 4.1

Lebih terperinci

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN 5. ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan menguraikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Jawaban dari permasalahan penelitian diperoleh berdasarkan hasil pengolahan 55 data hasil Tes Kreativitas

Lebih terperinci

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi 47 BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian serta interpretasi dari hasil penelitian tersebut. Akan dijabarkan gambaran umum responden dan hasil dari analisa

Lebih terperinci

HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan lembaga pendidikan tinggi sebagai kelanjutan dari lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1 1 BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakterisitik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar sebanyak 100 orang yang penulis temui

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian.

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian. BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan pembahasan tentang pengaruh biaya sewa tempat terhadap minat nasabah dalam memilih produk gadai emas syariah di BRI Syariah Kantor Cabang Gubeng

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar SDN Lawanggintung 01 SDN Lawanggintung 01 terletak di Jalan Lawanggintung No. 22 Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sekolah dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Kabupaten Sleman. SMA ini beralamat di Jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Kabupaten Sleman. SMA ini beralamat di Jalan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Tempat Penelitian a. Data Lokasi Penelitian SMA Kolombo merupakan salah satu sekolah menengah atas swasta yang terletak di Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor KERANGKA PEMIKIRAN Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk memperoleh zat- zat yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan. Tetapi makanan yang masuk ketubuh beresiko sebagai pembawa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMK Negeri contoh terletak di Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor. Sekolah ini berdiri dan diresmikan pada tanggal 12 Juni 1980 dengan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Usia contoh berkisar antara 14 sampai 18 tahun dan dikategorikan ke dalam kelompok remaja awal (14 sampai 16 tahun) dan remaja akhir (17 sampai 18 tahun). Dari jenis

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

Karakteristik Laki-Laki Perempuan Rata-rata SD Rata-rata SD. Pendidikan Ayah (tahun) 3,94 1,43 3,82 1,30. Pendidikan Ibu (tahun) 3,64 1,70 3,40 1,56

Karakteristik Laki-Laki Perempuan Rata-rata SD Rata-rata SD. Pendidikan Ayah (tahun) 3,94 1,43 3,82 1,30. Pendidikan Ibu (tahun) 3,64 1,70 3,40 1,56 LAMPIRAN 80 Lampiran 1 Nilai rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, karakteristik peer-group, pengorganisasian waktu, stimulasi musikal, aktivitas ekstrakurikuler,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, artinya data penelitian dikumpulkan pada satu periode waktu tertentu. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Sekolah yang diteliti terdiri dari empat sekolah dasar, yaitu dua SDN di Kota Bogor dan dua SDN di Kabupaten Bogor. Sekolah dasar yang terdapat di kota meliputi

Lebih terperinci

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki BAB V KARAKTERISTIK, TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN RESPONDEN, DAN EKUITAS MEREK 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Sosial 7 TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Sosial Istilah pemasaran sosial pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 untuk menggambarkan penggunaan prinsip dan teknik pemasaran untuk mengembangkan perkara sosial, gagasan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%). BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Paparan Demografis Responden 4.1.1 Gambaran Usia Rentang usia responden pada penelitian ini adalah 21-39 tahun dengan mean usai 31,5 tahun. Jumlah responden terbanyak ada pada

Lebih terperinci

mempengaruhi pembelian impulsif berupa faktor kognitif? 3. Bagaimana faktor celebrity endorser yang terdiri dari kredibilitas, daya tarik,

mempengaruhi pembelian impulsif berupa faktor kognitif? 3. Bagaimana faktor celebrity endorser yang terdiri dari kredibilitas, daya tarik, Pengaruh Celebrity Endorser pada Faktor Afeksi, Faktor Kognitif, Tingkat Pendapatan, Tendensi Belanja, dan Nilai Produk dalam Pembelian Impulsif Nicholas/ Shellyana Junaedi Latar Belakang Masalah Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Salah satu alasan tingginya

Lebih terperinci

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan. 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Konsumen Emping Jagung KWT Tri Manunggal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Konsumen Emping Jagung KWT Tri Manunggal V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Konsumen Emping Jagung KWT Tri Manunggal Profil konsumen merupakan gambaran identitas yang dapat menonjolkan karakteristik dari seseorang yang membedakan dirinya dengan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 44 BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bagian ini peneliti memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian diperoleh dari pengolahan data secara statistik dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat terhadap Perubahan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19" '53"

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19 '53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara 110 24'19"-110 28'53" Bujur Timur dan 07 15'24"-07 49'26" Lintang Selatan.

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI UMUM PROGRAM DAN SMA NEGERI 1 DRAMAGA

BAB IV DESKRIPSI UMUM PROGRAM DAN SMA NEGERI 1 DRAMAGA 52 BAB IV DESKRIPSI UMUM PROGRAM DAN SMA NEGERI 1 DRAMAGA 4.1 Profil Tayangan Jika Aku Menjadi Jika Aku Menjadi adalah salah satu program Trans TV yang menayangkan informasi tentang lika-liku kehidupan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI Pengunjung restoran yang mengkonsumsi menu makanan dan minuman di Restoran Khaspapi memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbedabeda. Latar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Yogyakarta berdiri di atas lahan dengan luas 2150 m 2 dengan luas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Yogyakarta berdiri di atas lahan dengan luas 2150 m 2 dengan luas 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan berlokasi di Kalangan, Baturetno, Bangutapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang berdomisili di kelurahan Perumnas Way Halim yang berjumlah 96 orang. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Oktavia Candra Susanti, Eni Purwani. Program Studi Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura ABSTRAK

Oktavia Candra Susanti, Eni Purwani. Program Studi Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura ABSTRAK Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KEAMANAN MAKANAN JAJANAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH PENDIDIKAN CERGAM DI SMP NEGERI 1 KEBAKRAMAT

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek dan Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah smartphone Samsung. Samsung merupakan salah satu produk smartphone

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Jumlah karyawan operasional Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas pemadam

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor 12 KERANGKA PEMIKIRAN Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap makanan dan preferensi akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan (Suhardjo 1989). Preferensi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan LAMPIRAN 85 86 Lampiran 1. Panduan Pertanyaan A. Siswa Kelas X dan XI SMAN 1 Dramaga 1. Mengapa anda tidak pernah tayangan Jika Aku Menjadi? 2. Di mana tempat tinggal anda saat ini? B. Responden 1. Mengapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Usia. Pendidikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Usia. Pendidikan. 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Usia. Tiga per lima (60%) dari 100 contoh berusia antara 21-30 tahun. Dua orang contoh berkategori usia lebih dari atau sama dengan 31 tahun (Tabel 3). Perbedaan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sikap dan perilaku terkait HIV AIDS di SMA PGRI 1 Kota Bogor Tahun 2008 dapat

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sikap dan perilaku terkait HIV AIDS di SMA PGRI 1 Kota Bogor Tahun 2008 dapat BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku terkait HIV AIDS di SMA PGRI 1 Kota Bogor Tahun 2008 dapat disimpulkan

Lebih terperinci

dimana: n1= jumlah sampel dalam tiap kecamatan

dimana: n1= jumlah sampel dalam tiap kecamatan IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kota Bogor merupakan kota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Riset Partisipan Penelitian 4.1.1 Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia Berdasarkan usia riset partisipan dikategorikan menjadi 5 yaitu 20-25 tahun,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 0 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan di lingkungan SMPN 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali no 10A Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil pengolahan data, dan analisa data hasil penelitian. Hasil ini diperoleh berdasarkan kuesioner yang diberikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor informal di Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung yaitu yang melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kertamaya adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan, Provinsi Jawa Barat. Luas Kelurahan Kertamaya ialah 360 ha/m 2. Secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang terletak di Utara Pantai Jawa dengan luas wilayah 2 040 110 Km 2. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dijelaskan dan disajikan keterbatasan penelitian, hasil pengumpulan data, hasil analisis data, dan pembahasan hasil penelitian dalam kaitannya dengan teoriteori

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin - Tempat tinggal -

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin  - Tempat tinggal  - HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Karakteristik siswa adalah ciri-ciri yang melekat pada diri siswa, yang terdiri dari jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, pendidikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei. Penelitian ini mengkaji penerapan kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab yang sebelumnya telah dikemukakan teori-teori yang melatar belakangi penelitian, metode, dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Konsumen di Sentra Gudeg Wijilan. Usia konsumen merupakan faktor utama yang harus diketahui dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Konsumen di Sentra Gudeg Wijilan. Usia konsumen merupakan faktor utama yang harus diketahui dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen di Sentra Gudeg Wijilan 1. Usia Usia konsumen merupakan faktor utama yang harus diketahui dalam pemasaran. Dari segi pemasaran, semua penduduk usia berapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan pangan merupakan salah satu kebutuhan fisiologis manusia. Dengan demikian, ketersediaan pangan yang aman merupakan hak dasar manusia yang harus dipenuhi. Namun,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instagram. Instagram kini menjadi market place

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Royal Pizza merupakan salah satu usaha makanan cepat saji yang ikut meramaikan pasar kuliner di Pekanbaru. Usaha ini baru berdiri pada

Lebih terperinci

4. INTERPRETASI DAN ANALISIS DATA

4. INTERPRETASI DAN ANALISIS DATA 4. INTERPRETASI DAN ANALISIS DATA Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil ini diperoleh berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 134 partisipan yang tersebar pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kota (n=20) Kabupaten (n=27) Purposive. Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian. SDN Akreditasi A Penjaja (n=11)

METODE PENELITIAN. Kota (n=20) Kabupaten (n=27) Purposive. Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian. SDN Akreditasi A Penjaja (n=11) METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini desain Cross Sectional Study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei yang dilakukan di empat sekolah dasar dengan karakteristik mutu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk 44 III. METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dengan mengoperasionalkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan penelitian utama mengenai Pakaian Batik bersama-sama dengan dua penelitian lainnya yang berjudul Kepribadian, Konsep Diri, dan Gaya

Lebih terperinci