HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 30 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara umum Desa ini berupa dataran dan persawahan yang berada pada ketinggian antara 193 m diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 25 C s/d 30 C. Batas administratif Desa Cikarawang di sebelah utara adalah berbatasan dengan Sungai Cisadane, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Situ Gede, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Ciapus, dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Ciapus dan Sungai Cisadane. Desa Cikarawang memiliki luas wilayah 226,56 Ha. Sebesar 128,109 Ha lahan dimanfaatkan untuk persawahan, sebesar 41,465 Ha digunakan sebagai pemukiman dan perkarangan, kemudian selebihnya digunakan untuk perladangan 35,226 Ha, jalanan 7,5 Ha, kuburan 0,60 Ha, perkantoran 0,160 Ha, serta prasarana umum lainnya 3,5 Ha. Secara administratif, Desa Cikarawang terdiri dari tiga dusun, tujuh rukun warga (RW) dan 32 rukun tetangga (RT) dengan total penduduk sebanyak jiwa dengan komposisi perempuan sebanyak jiwa dan laki-laki sebanyak jiwa. Jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Cikarawang sebanyak kepala keluarga (Laporan Kinerja Tahunan Desa Cikarawang tahun 2010). Adapun keadaan penduduk Desa Cikarawang berdasarkan tingkat pendidikan, persentase terbesar penduduk Desa Cikarawang adalah SD (1.350 jiwa). Keadaan penduduk juga dapat dilihat berdasarkan mata pencaharian penduduk. Persentase terbesar penduduk Desa Cikarawang berprofesi sebagai petani dan buruh tani (535 jiwa). Adapun mata pencaharian penduduk lainnya adalah pedagang, pegawai negeri sipil, TNI/Polri, karyawan swasta, dan wirausaha lainnya. Hampir seluruh penduduk Desa Cikarawang beragama islam. Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat tergantung kepada upaya peningkatan pendidikan masyarakat, peningkatan derajat kesehatan masyarakat, pengetahuan kesehatan dan kehidupan sosial budaya. Sarana dan prasarana kesehatan yang mendukung antara lain puskesmas satu unit, posyandu tujuh unit, poliklinik satu unit, bidan desa empat orang, dukun terlatih tujuh orang dan

2 31 adanya dokter satu orang. Sedangkan sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung antara lain empat buah PAUD, dua buah TK, empat buah SD, dan satu buah SMP. Adapun sarana perhubungan yang ada di Desa Cikarawang, yaitu angkutan umum yang langsung menuju terminal merdeka, dengan waktu oprasional kurang dari 18 jam perhari dan ojeg. Potensi sumber daya alam yang ada di wilayah Desa Cikarawang sangat berlimpah, Berdasarkan data monografi kelurahan Sukaresmi. Diketahui bahwa Desa Cikarawang memiliki potensi yang besar terhadap komoditas padi disamping komoditas lain seperti ubi jalar. Hampir semua lahan persawahan ditanami oleh padi, dimana lahan persawahan tersebut menggunakan sistem irigasi sederhana dan sistem irigasi setengah teknis. Mayoritas mata pencaharian warga Desa Cikarawang adalah dalam bidang pertanian, sehingga keberadaan situ-situ sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa dalam mengelola area persawahan. Desa ini memiliki empat kelompok tani untuk memudahkan kegiatan pertanian di desa tersebut Kelurahan Sempur Secara geografis, Kelurahan Sempur terletak di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Bantar jati, sebelah selatan dengan Paledang, sebelah timur dengan Babakan, dan sebelah barat dengan Pabaton. Kelurahan Sempur memiliki luas wilayah 60,3 Ha yang terdiri tujuh rukun warga (RW) dengan 32 rukun tetangga (RT). Sebagian besar lahan di Kelurahan Sempur dimanfaatkan untuk pemukiman 50 Ha dan selebihnya digunakan untuk perkarangan 8 Ha, taman 0,5 Ha, perkantoran 0,5 Ha serta prasarana umum lainnya 1,3 Ha. Data laporan kinerja Kelurahan Sempur tahun 2010 menunjukan bahwa penduduk di Kelurahan Sempur berjumlah jiwa dengan komposisi perempuan sebanyak jiwa dan laki-laki sebanyak jiwa. Jumlah kepala keluarga yang ada di Kelurahan Sempur berjumlah kepala keluarga. Sebagian besar kesejahteraan keluarga yang ada di Kelurahan sempur berada pada keluarga sejahtera 2 (KS 2) yaitu berjumlah keluarga. Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk Kelurahan Sempur yaitu Sarjana dan Diploma yaitu sebanyak 635 jiwa. Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kelurahan Sempur adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 785 jiwa. Adapun mata pencaharian penduduk lainnya adalah karyawan swasta,

3 32 pensiunan PNS/TNI/POLRI, karyawan perusahaan pemerintah, dan wiraswasta. Sebagian besar penduduk Kelurahan Sempur beragama Islam yaitu sebanyak jiwa. Adapun agama yang dianut lainnya adalah Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha. Mayoritas penduduk di Kelurahan Sempur berasal dari suku sunda yaitu sebanyak jiwa. Kelurahan Sempur memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap dibidang air bersih, olah raga, kesehatan, pendidikan, perhubungan dan perekonomian. Sumber air bersih berasal dari sumur pompa dan sumur gali. Prasarana olahraga di Kelurahan Sempur memiliki dua buah lapangan bulu tangkis, dua buah meja pingpong, satu buah lapangan sepak bola, satu buah lapangan basket, satu buah lapangan voli, dan satu buah pusat kebugaran. Sarana dan prasarana kesehatan terdiri dari 11 unit posyandu, satu unit rumah sakit umum, satu unit puskesmas, satu unit apotik, satu unit rumah bersalin, satu orang dokter umum, dan satu orang praktik bidan. Prasarana pendidikan terdiri dari satu buah TK, tiga buah SD, dan satu buah SMP. Sarana perekonomian meliputi empat buah restoran, dua buah hotel, dan satu buah tempat bilyar. Pertumbuhan perekonomian di Kelurahan Sempur lebih tinggi dibandingkan dengan perekonomian di Desa Cikarawang, dikarenakan lokasi wilayahnya lebih mudah untuk mengakses sumber informasi dan teknologi. Sarana perhubungan yang ada adalah sarana transportasi darat, yaitu angkutan umum dan becak yang tersedia setiap saat. Karakteristik Contoh Usia Contoh Usia contoh berkisar antara 19 hingga 72 tahun. Menurut Hurlock (1980), usia dewasa terbagi menjadi tiga yaitu dewasa awal, madya, dan akhir. Usia dewasa awal dimulai pada usia matang secara hukum, yaitu usia tahun, sedangkan usia dewasa madya berada pada usia tahun, dan usia dewasa akhir berada pada usia 61 tahun ke atas. Tabel 5 menunjukan bahwa lebih dari tiga perempat (77,4%) contoh perdesaan berada pada kategori usia dewasa awal sedangkan perkotaan hampir dari setengah contoh (46,4%) berada pada kategori usia dewasa madya. Rataan usia contoh perkotaan lebih tinggi daripada rataan usia contoh perdesaan. Rataan pada usia contoh perkotaan sebesar tahun, sedangkan rataan usia contoh perdesaan 34,70 tahun. Hasil uji beda independent t-test

4 33 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara usia contoh perdesaan dengan perkotaan (p=0,000,p<0,005). Tabel 5 Sebaran usia contoh perdesaan dan perkotaan Usia Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % Dewasa awal (18-40 tahun) 41 77, , ,6 Dewasa madya (41-60 tahun) 11 20, , ,9 Dewasa akhir ( 61 tahun) 1 1,9 6 10,7 7 6,4 Total , , ,0 Min-max(tahun) Rata-rata ± sd 34,70 ± 9,77 43,68 ± 11,72 39,31 ± 11,66 P.value t-test 0.000** Ket : ** signifikan Suku bangsa Indonesia adalah negara kepulauan dengan keanekaragaman suku bangsa. Contoh yang diambil terdiri dari berbagai suku bangsa. Tabel 6 menggambarkan bahwa hampir seluruh (90,6%) contoh perdesaan berasal suku Sunda, hal yang sama pun ditunjukkan pada contoh perkotaan lebih dari setengah (58,9%) contoh berasal dari Sunda. Suku melalui sistem sosial budaya mempunyai pengaruh terhadap apa, kapan, dan bagaimana makanan dikonsumsi keluarga. Kebudayaan tidak hanya menentukan makanan apa tetapi untuk siapa dan dalam keadaan bagaimana pangan tersebut dimakan. Kebiasaan makan individu juga dipengaruhi oleh kebiasaan makan keluarga dan dipengaruhi pula oleh aturan atau tatanan yang didasarkan kepada adat istiadat dan agama (Suhardjo 1989) Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan suku Suku Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % Jawa 1 1, , ,8 Sunda 48 90, , ,3 Betawi 1 1,9 0 0,0 1 0,9 Melayu 1 1,9 1 1,8 2 1,8 Minang 0 0,0 4 7,1 4 3,7 Batak 0 0,0 3 5,4 3 2,8 Banten 2 3,8 0 0,0 2 1,8 Aceh 0 0,0 1 1,8 1 0,9 Bugis 0 0,0 1 1,8 1 0,9 Total , , ,0 Pendidikan contoh Pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Tabel 7 memperlihatkan lebih dari

5 34 sepertiga (34,0%) contoh perdesaan tamat SD. Hal ini disebabkan karena penduduk di perdesaan tidak terlalu mementingkan pendidikan. Jenjang pendidikan contoh perkotaan cukup beragam yaitu mulai dari tamat SMP hingga lulus S1. Persentase terbesar contoh perkotaan berjenjang pendidikan tamat SMA dan Diploma yaitu sebesar 30,4 persen dan sebesar 28,9 persen lulus S1. Hasil uji beda independent t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jenjang pendidikan kedua kelompok contoh (p=0,000). Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera konsumen juga berbeda. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan Pendidikan Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % 0 tahun (tidak tamat SD) 11 20,8 1 1, ,0 6 tahun (tamat SD) 18 34,0 0 0, ,5 9 tahun (tamat SMP) 10 18,9 5 8, ,8 12 tahun (tamat SMA) 11 20, , ,7 15 tahun (tamat D3) 1 1, , ,5 16 tahun (tamat S1) 2 3, , ,5 Total , , ,0 Min-max(tahun) Rata-rata ± sd 7,81 ± 3,63 13,63 ± 2,65 10,79 ± 4,29 P value 0,000** Ket : ** signifikan Pekerjaan Contoh Tabel 8 menunjukkan lebih dari separuh (64,2%) contoh perdesaan bekerja sebagai ibu rumah tangga/tidak bekerja dan sebesar 17,0 persen contoh bekerja sebagai wiraswasta, demikian halnya di perkotaan lebih dari separuh (57,1%) contoh bekerja sebagai Ibu rumah tangga/tidak bekerja dan sebesar 12,5 persen contoh bekerja sebagai wiraswasta dan pegawai swasta. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan Pekerjaan ibu Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % Ibu Rumah tangga/tidak bekerja 34 64, , ,6 Wiraswasta 9 17,0 7 12, ,7 PNS 4 7,5 3 5,4 7 6,4 BUMN 0 0,0 2 3,6 2 1,8 Swasta 1 1,9 7 12,5 8 7,3 Lain-lain 1 1,9 2 3,6 3 2,8 Total , , ,0

6 35 Baik di perdesaan dan perkotaan pekerjaan contoh lebih dominan sebagai ibu rumah tangga/tidak bekerja. Hal ini diduga contoh yang tinggal di perdesaan hanya menempuh pendidikan tamat SD, sehingga peluang untuk bekerja disektor publik terbatas, sedangkan contoh yang tinggal di perkotaan meskipun telah memiliki jenjang pendidikan yang cukup baik (tamat SMA sampai S1) contoh lebih memilih untuk tidak bekerja atau sebagai Ibu rumah tangga. Berdasarkan pengamatan setidaknya ada dua alasan yang menjelaskan fenomena ini, yaitu 1) contoh merasa keperluan hidupnya sudah tercukupi dari penghasilan suami; dan 2) contoh memilih untuk mengalokasikan waktunya untuk keluarga dibandingkan untuk bekerja. Karakteristik Keluarga Pendapatan Per kapita Keluarga Pendapatan keluarga mempunyai peranan penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf kehidupannya. Efek tersebut berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan ekonomi akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas makanan. Berdasarkan BPS (2010) Garis Kemiskinan Provinsi Jawa Barat yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat No.26/07/32/Th. XII, 1 Juli tentang GK (Garis kemiskinan Kabupaten/Kota) Jawa Barat 2010, ditetapkan nominal sebesar Rp ,00 sebagai pendapatan perkapita per bulan Kabupaten Jawa Barat dan Rp ,00 sebagai pendapatan perkapita per bulan Kota Jawa Barat. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan perbandingan pendapatan perkapita contoh Pendapatan Perdesaan pendapatan Perkotaan perkapita n % perkapita n % < Rp ,1 < Rp ,0 Rp ,9 Rp ,0 Tabel 9 menunjukkan bahwa keluarga contoh perdesaan hampir seluruhnya (83,0%) memiliki pendapatan perkapita diatas minimum Kabupaten Jawa Barat. Sedangkan di perkotaan seluruh (100%) contoh memiliki pendapatan perkapita diatas minimum Kota Jawa Barat.

7 36 Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 10 menunjukkan bahwa pada keluarga contoh perdesaan lebih dari separuh (69,8%) contoh memiliki pendapatan perkapita antara Rp ,00 - Rp ,00. Sama halnya pada contoh perkotaan sebesar 53,6 persen memiliki pendapatan perkapita antara Rp ,00 - Rp ,00 namun rataan pendapatan perkapita keluarga contoh perkotaan lebih tinggi daripada contoh perdesaan, yaitu di perkotaan sebesar Rp ,00 sedangkan di perdesaan sebesar Rp ,00. Berdasarkan uji beda rataan yang dilakukan dalam penelitian terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,000). Hal ini diduga penduduk di perdesaan memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga pekerjaan yang diperolehnya menghasilkan pendapatan yang sedikit. Tabel 10 Sebaran berdasarkan jumlah pendapatan perkapita keluarga contoh perbulan Pendapatan Perdesaan Perkotaan Jumlah perkapita keluarga n % n % n % (Rupiah) ,1 0 0,0 8 7, ,7 0 0,0 3 2, , , , , , , ,9 2 3,6 3 2,8 Total Min-max(rupiah) Rata-rata ± sd (Rp) ± ± ± P.value t-test 0,000** Ket : ** signifikan Pengeluaran keluarga per bulan Selain menghitung pendapatan keluarga contoh, penelitian ini menggunakan metode lain dalam mengukur pendapatan contoh sebagai keluarga, yaitu dengan pendekatan pengeluaran keluarga. Contoh ditanyakan jumlah seluruh pengeluaran selama sebulan untuk semua kebutuhan rumah tangga (makanan, minuman dan kebutuhan bukan makanan lainnya yang sangat beragam). Jumlah pengeluaran rumahtangga inilah yang bisa dianggap sebagai indikator pendapatan rumah tangga (Sumarwan 2004). Rentang pengeluaran didasarkan pada Social Economic Status (SES) AC Nielsen tahun 2010 dapat menunjukkan kelas sosial contoh. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukan pada Tabel 11, hampir setengah (49,1%) keluarga contoh perdesaan memiliki pengeluaran antara Rp

8 ,00 - Rp ,00 sedangkan di perkotaan lebih dari setengah contoh (57,1%) memiliki pengeluaran antara diatas Rp ,00. Hasil uji beda independent t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengeluaran keluarga kedua kelompok contoh (p=0,000). Pengeluaran contoh perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran contoh perdesaan Tabel 11 Sebaran berdasarkan pengeluaran keluarga contoh (SES AC Nielsen 2010) Pengeluaran Perdesaan Perkotaan Jumlah Kategori keluarga (Rupiah) n % n % n % SES E 1 1,9 0 0,0 1 0, SES D 8 15,1 1 1,8 9 8, SES C ,1 3 5, , SES C ,6 5 8, , SES B 4 7, , , SES A 2 3, , ,2 Total , , ,0 Min-max(rupiah) Rata-rata ± SD (rupiah) ± ± P.value t-test 0,000** Ket : ** signifikan ± Pengeluaran beras per bulan Pengeluaran beras per bulan adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh keluarga setiap bulannya untuk membeli beras. Penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran contoh perdesaan dan perkotaan untuk membeli beras setiap bulan berkisar antara Rp ,00 hingga Rp ,00. Rata-rata pengeluaran beras per bulan pada kedua kelompok contoh adalah Rp ,00. Hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengeluaran beras pada kedua kelompok contoh. Tabel 12 menampilkan sebaran contoh berdasarkan pengeluaran untuk beras per bulan. Hasil menunjukkan bahwa hampir setengah contoh perdesaan (47,2%) mengeluarkan uang sejumlah Rp ,00 hingga Rp ,00 untuk membeli beras, sedangkan pada contoh perkotaan sebesar 33,9 persen contoh mengeluarkan uang Rp ,00 hingga Rp ,00. Pengeluaran beras berkaitan dengan besar keluarga. Umumnya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pengeluaran keluarga untuk membeli beras juga akan semakin besar. Hasi uji korelasi Pearson memperlihatkan bahwa terdapat hubungan nyata

9 38 antara jumlah anggota keluarga dengan pengeluaran beras keluarga (r=0,458,p=0,000). Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran untuk beras per bulan Jumlah uang (Rupiah) Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % , , , , , , , , , ,1 5 8, , ,8 3 5,4 5 4,6 Total Min-max (rupiah) Rataan ± SD ± ± ± P value t-test 0,919 Besar keluarga Besar keluarga merupakan keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu rumah dan hidup dari pengelolahan sumberdaya yang sama. Jumlah anggota keluarga contoh dalam penelitian dibagi ke dalam tiga kelompok seperti yang disajikan pada Tabel 13. Pengkategorian besar keluarga mengacu pada penetapan BKKBN (2005), yaitu 1) keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan empat, 2) keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga sebanyak lima sampai enam orang, dan 3) keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari atau sama dengan tujuh orang. Jumlah anggota keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi beras. Rumahtangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak biasanya akan membeli dan mengkonsumsi beras lebih banyak dibandingkan dengan rumahtangga yang memiliki anggota lebih sedikit. Menurut Sediaoetama (2006) pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari akan lebih sulit jika jumlah anggota keluarga banyak. Tabel 13 menunjukkan bahwa rataan besar keluarga contoh baik di perdesaan maupun perkotaan adalah kurang dari atau sama dengan empat orang. Contoh perkotaan memiliki proporsi keluarga kecil lebih banyak (71,4%) bila dibandingkan dengan di perdesaan (58,5%). Secara keseluruhan rata-rata besar keluarga contoh pada dua wilayah tersebut sebanyak tiga sampai empat orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga contoh termasuk ke dalam kategori keluarga kecil, yaitu keluarga yang memiliki satu sampai dua orang anak. Berdasarkan hasil uji independent t-test menunjukkan tidak adanya

10 39 perbedaan yang signifikan (p=0,175) antara besar keluarga contoh perdesaan dan perkotaan. Besar keluarga berkaitan dengan jumlah pengeluaran keluarga. Semakin besar ukuran keluarga, maka semakin besar alokasi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama dalam hal mengkonsumsi kebutuhan pangan. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Kategori Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % Keluarga kecil ( 4 orang) 31 58, , ,1 Keluarga sedang (5-6 orang) 18 34, , ,4 Keluarga besar ( 7 orang 4 7,5 1 1,8 5 4,6 Total Min-max 2-10 orang 2-8 orang 2-10 orang Rataan ± SD 4,43 ± 1,65 3,91 ± 1,10 4,14 ± 1,49 P value t-test 0,175 Pekerjaan suami Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan suami perdesaan didominasi sebagai buruh dan pekerjaan suami perkotaan didominasi sebagai pegawai swasta. Tabel 14 menunjukan bahwa lebih dari setengah contoh yaitu sebesar 56,6 persen memiliki suami yang bekerja sebagai buruh, termasuk buruh tani. Hal ini dikarenakan di daerah desa penelitian masih banyaknya area persawahan yang dapat digarap sehingga sebagian besar penduduk di desa tersebut bekerja sebagai petani, sedangkan di perkotaan sepertiga contoh yaitu (32,1%) memiliki suami yang bekerja sebagai pegawai swasta. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan suami Pekerjaan bapak Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % Tidak bekerja 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Wiraswasta 7 13,2 9 16, ,7 PNS 4 7, , ,7 BUMN 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Swasta 12 22, , ,5 Buruh 30 56, , ,0 Total , , ,0 Orientasi Nilai Nilai yang diyakini oleh setiap individu berbeda-beda karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya masing-masing. Mengacu pada Homer & Kahle 1988, diacu dalam De Groot & Steg 2006, nilai yang digunakan dalam mengukur

11 40 konsumsi beras yaitu orientasi nilai yang berfokus pada tiga dimensi, yaitu (1) internal (nilai yang timbul dari dalam sendiri) terdiri dari pemenuhan diri, kegembiraan, pencapaian prestasi, dan harga diri, (2) eksternal (nilai yang yang timbul karena adanya pengaruh dari luar) yang terdiri dari rasa kebersamaan, dihormati, dan rasa aman, dan (3) interpersonal (nilai yang terbentuk dari dalam diri sendiri dan adanya pengaruh dari lingkungan) yaitu kesenangan hidup dan kehangatan hubungan dengan orang lain. Tabel 15 Rataan skor nilai internal yang diyakini sebagai dasar mengkonsumsi beras No Pernyataan Rata-rata skor Desa Kota Total P value 1 Nasi prioritas utama dalam makan 3,72 3,54 3,62 0,324 2 Kebutuhan pangan terpenuhi dengan 3,09 3,34 3,22 0,270 mengkonsumsi nasi 3 Nasi makanan pokok yang tidak dapat digantikan 3,81 3,34 3,61 0,072 4 Senang memiliki persedian beras di 4,23 4,27 4,25 0,452 rumah 5 Senang mengkonsumsi nasi tiga kali 3,77 3,50 3,63 0,146 sehari 6 Gembira dapat mengkonsumsi nasi setiap 4,28 3,88 4,07 0,031* hari 7 Nasi menghilangkan rasa lapar 3,81 3,52 3,66 0,089 8 Beras meningkatkan status sosial 3,08 2,57 2,82 0,027* 9 Bangga kalau makanan pokok utama 4,13 3,41 3,76 0,000** beras 10 Sukses dalam hidup ini, jika telah mampu 2,60 3,04 2,83 0,092 mengkonsumsi nasi setiap harinya 11 Gembira jika mampu mengalokasikan 4,17 3,70 3,93 0,031* uang untuk membeli beras dalam sebulan 12 Beras merupakan hal terpenting dalam 4,66 3,55 4,12 0,000** hidup Skor total rata-rata ± sd 3,78 ± 0,48 3,48 ± 0,76 3,62 ± 0,66 P value t-tes 0,015* Ket : * signifikan Tabel 15 memperlihatkan rataan skor nilai internal yang diyakini contoh. Berdasarkan orientasi nilai internal, menunjukkan bahwa total rataan skor terbesar yaitu 4,25 diperoleh dari pernyataan yang berhubungan dengan nilai kesenangan hidup, yakni contoh sangat menyakini bahwa dengan masih memiliki persedian beras di rumah maka akan menimbulkan kesenangan bagi dirinya, dengan skor rataan contoh perdesaan sebesar (4,23) dan perkotaan sebesar (4,27). Pada setiap item pernyataan dilakukan uji beda Mann-Whitney untuk melihat perbedaan jawaban pada kedua kelompok contoh. Hasil penelitian

12 41 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara jawaban contoh pada item pernyataan yang berkaitan dengan rasa gembira yaitu contoh merasa senang dapat mengkonsumsi nasi setiap hari (p=0,031) dan senang jika telah mampu mengalokasikan uang setiap hari untuk membeli beras (p=0,031). Perbedaan lain yaitu ditunjukkan pada pernyataan yang berkaitan dengan harga diri seseorang, yaitu contoh bangga kalau makanan pokok utama beras (p=0,000) dan beras dapat meningkatkan status sosial (0,027), selain itu pada pernyataan yang berkaitan dengan pemenuhan diri seseorang, dimana contoh merasa beras merupakan kebutuhan terpenting dalam hidup (p=0,000). Secara umum hasil perhitungan menunjukkan bahwa total skor rata-rata contoh pada tipe nilai internal sebesar 3,62, yang artinya contoh menyakini bahwa nilai internal merupakan dasar nilai/keyakinan dalam mengkonsumsi beras. Rataan total skor nilai internal contoh perdesaan sebesar 3,78 dan di perkotaan sebesar 3,48, sehingga keyakinan nilai internal contoh perdesaan lebih tinggi dari pada contoh perkotaan. Hal ini berarti contoh perdesaan lebih menyakini nilai internal sebagai dasar mengkonsumsi beras dibandingkan dengan contoh perkotaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari seluruh total item pernyataan dengan menggunakan uji beda t-test, terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,015) antara nilai internal yang dianut contoh perdesaan dan perkotaan. Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 16 menunjukkan bahwa, total rataan skor nilai eksternal contoh terbesar yaitu 3,79 yang diperoleh dari pernyataan yang berhubungan dengan nilai kebersamaan. Contoh menyakini bahwa beras dapat menciptakan rasa kebersamaan, sehingga bagi contoh yang disebut makan bersama dalah makan lengkap yang harus ada nasinya dengan rataan contoh perdesaan lebih besar (4,11) dibandingkan dengan contoh perkotaan (3,48). Secara umum total rataan skor dari seluruh pernyataan sebesar 3,57. Hal ini berarti contoh cukup menyakini bahwa nilai eksternal dapat dijadikan sebagai dasar keyakinan dalam mengkonsumsi beras. Rataan skor nilai eksternal contoh perkotaan sebesar 3,83 dan perdesaan sebesar 3,33. Berdasarkan hasil uji independent t-test dari seluruh total item pernyataan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p=0,000) antara nilai eksternal yang dianut pada kedua kelompok contoh. Hasil uji beda Mann-Whitney, menunjukkan bahwa dari seluruh item pernyataan pada dimensi nilai eksternal terdapat dua pernyataan yang tidak

13 42 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada contoh perdesaan dan perkotaan yaitu pada pernyataan yang berhubungan dengan rasa aman yaitu, merasa tidak ada masalah jika tidak ada persedian beras di rumah dan rasa kebersamaan yaitu, kesejahteraan suatu bangsa tidak dapat dilambangkan oleh beras. Tabel 16 Rataan skor nilai eksternal yang diyakini sebagai dasar mengkonsumsi beras No Pernyataan Rata-rata skor Desa Kota Total P value 1 Nasi lebih bergizi dari pada makanan 3,55 3,05 3,29 0,016** pokok lain 2 Merasa ada masalah jika tidak ada persediaan beras dirumah 3,55 3,88 3,72 0,125 3 Merasa khawatir akan kurangnya 4,17 3,36 3,75 0,000** persediaan stock beras dipasaran,ketika musim paceklik 4 Memberikan santunan berupa nasi (beras), akan lebih dihormati 3,45 2,82 3,13 0,001** 5 Kebersamaan dengan tetangga 4,15 3,30 3,72 0,000** terjalin, ketika makan nasi bersama 6 Yang disebut makan bersama 4,11 3,48 3,79 0,005** adalah makan lengkap yang harus ada nasinya 7 Beras melambangkan kesejahteraan bangsa 3,92 3,55 3,73 0,055 8 Beras melambangkan persatuan 3,74 3,18 3,45 0,002** bangsa Skor total rata-rata ± sd 3,83 ± 0,40 3,33 ± 0,59 3,57 ± 0,56 P value t-test 0,000** Ket : ** signifikan Berdasarkan orientasi nilai interpersonal, Tabel 17 memperlihatkan bahwa nilai total rataan skor terbesar yaitu 4,27 diperoleh dari pernyataan yang berhubungan dengan nilai untuk mendapatkan kesenangan hidup yang dirasakan dari hasil interaksi dengan orang lain, sehingga contoh merasa bahwa dengan memberikan beras kepada orang lain akan memperoleh kesenangan hidup, sedangkan total skor terendah diperoleh dari pernyataan yang berkaitan dengan rasa hormat dari orang lain diperoleh dengan memberikan nasi/beras kepada orang lain, total skor pada pernyataan tersebut sebesar 3,13 yang berarti bahwa contoh memiliki keyakinan netral pada pernyataan tersebut. Secara umum total rataan skor dari seluruh pernyataan sebesar 3,86 dengan rata-rata contoh perdesaan sebesar 3,97 dan perkotaan sebesar 3,75. Hal ini berarti pada kedua kelompok contoh menyakini nilai interpersonal dalam mengkonsumsi beras, namun dengan skor rata-rata yang berbeda.

14 43 Hasil uji beda Mann-Whitney, menunjukkan bahwa dari tujuh item pernyataan terdapat lima pernyataan yang memiliki perbedaan signifikan yaitu pada nilai yang berkaitan dengan kesenangan hidup dan kehangatan hubungan. Hasil uji independent t-test juga menunjukkan bahwa dari seluruh total item pernyataan pada dimensi nilai interpersonal terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,039) antara nilai interpersonal yang dianut pada contoh perdesaan dan perkotan. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa setiap individu memiliki keyakinan/nilai interpersonal yang berbeda-beda. Tabel 17 Skor nilai interpersonal yang diyakini sebagai dasar mengkonsumsi beras No Pernyataan Rata-rata skor Desa Kota Rataan P value 1 Senang dapat memberikan nasi 4,26 4,27 4,27 0,784 (beras) kepada orang lain yang mengalami kesulitan 2 Makan nasi bersama, lebih 4,13 3,68 3,90 0,040* menimbulkan rasa kebersamaan keluarga 3 Sedih ketika memberikan nasi (beras) 3,32 3,84 3,59 0,031* terhadap korban bencana/musibah 4 Nasi (beras) dapat dijadikan alat 3,85 3,27 3,56 0,000** pemersatu hubungan dengan orang lain 5 Nasi (beras) merupakan makanan 4,00 3,57 3,78 0,019** pokok yang dapat menciptakan suasanan kehangatan. 6 Nasi (beras) alat untuk mempererat 4,32 3,61 3,95 0,000** tali silaturahmi dengan keluarga besar 7 Tamu berkunjung ketika jam makan, 3,92 4,04 3,98 0,414 lebih pantas dijamu dengan sajian lengkap (nasi) Skor total rata-rata ± sd 3,97 ± 0,43 3,75 ± 0,64 3,86 ± 0,56 P value t-test 0,039* Ket : * signifikan Sebaran contoh perdesaan dan perkotaan berdasarkan tiga orientasi nilai diuraikan pada Tabel 18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 79,2 persen contoh perdesaan menyakini nilai internal sebagai nilai yang dianut dalam mengkonsumsi beras, sedangkan contoh perkotaan yang menyakini nilai internal sebesar 53,6 persen. Hal ini berarti contoh berorientasi pada diri sendiri dalam hal mengkonsumsi beras, seperti pemenuhan diri, kegembiraan, harga diri dan pencapaain prestasi. Artinya contoh memiliki keyakinan/nilai yang cukup erat terhadap beras dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan, perasaan gembira, status sosial dan pencapaiaan kesuksesan hidup.

15 44 Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan indikator tiga orientasi nilai Orientasi nilai Perdesaan Internal Eksternal Interpersonal Total n % n % n % n % Kategori Tidak meyakini 1 1,9 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Netral 10 18, ,9 5 9,4 6 11,3 Meyakini 42 79, , , ,7 Total Rata-rata 3,84 Orientasi nilai Perkotaan Internal Eksternal Interpersonal Total n % n % n % n % Kategori Tidak meyakini 5 8,9 6 10,7 3 5,4 3 5,4 Netral 21 37, ,9 9 16, ,7 Meyakini 30 53, , , ,9 Total Rata-rata 3,40 Tabel 19 menunjukkan bahwa secara keseluruhan orientasi nilai yang dianut oleh kedua kelompok contoh baik di perdesaan dan perkotaan menyakini nilai terhadap beras dengan persentase sebesar 88,7 persen pada contoh perdesaan dan sebesar 58,9 persen contoh perkotaan, namun di perkotaan sebesar 35,7 persen masih terdapat contoh yang memiliki keyakinan netral terhadap beras. Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang dianut terhadap konsumsi beras pada contoh perdesaan lebih erat dibandingkan dengan contoh perkotaan.. Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan orientasi nilai Kategori Orientasi Nilai Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % Tidak meyakini 0 0,0 5 8,9 3 2,8 Netral 6 11, , ,9 Meyakini 47 88, , ,4 Total Rata-rata ± sd 3,84 ± 0,35 3,40 ± 0,60 3,67 ± 0,52 P value 0,001** Ket : ** signifikan Rataan nilai contoh perdesaan sebesar 3,84 dan perkotaan sebesar 3,40. Berdasarkan hasil uji beda t-test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p=0,001,p<0,01) antara orientasi nilai yang dianut contoh perdesaan dan perkotaan. Contoh perdesaan masih bergantung sekali terhadap beras sebagai bahan makanan pokok utama untuk memenuhi kebutuhan pangannya Sikap Konsumen Schiffman dan Kanuk (2004), menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek terentu. Mowen

16 45 dan Minor (2002) menyebutkan bahwa istilah pembentukan sikap konsumen seringkali menggambarkan hubungan antara kepercayaan, sikap, dan perilaku. Kepercayaan konsumen adalah pegetahuan konsumen menyangkut kepercayaan dari suatu atribut produk dan manfaat yang diperoleh dari atribut tersebut. Sikap konsumen terhadap pengurangan konsumsi beras dapat diartikan sebagai pengetahuan, perasaan, dan keinginan konsumen terhadap pengurangan konsumsi beras. Penelitian ini menggunakan model sikap tiga komponen yang meliputi komponen kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif terkait dengan kepercayaan konsumen tentang obyek sikap. Afektif mengacu pada perasaan konsumen terhadap sebuah obyek sikap. Konatif mencakup keinginan atau maksud berperilaku terhadap suatu objek. Aspek Kognitif (Pengetahuan) Pengurangan Konsumsi Beras Solomon (1999) mendefinisikan kognitif sebagai kepercayaan konsumen terhadap suatu objek. Hal ini didasarkan pada pernyataan Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) bahwa pengetahuan merupakan informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi sebuah pengetahuan yang kemudian menjadi penentu utama perilaku konsumsi. Tabel 20 menunjukkan bahwa dari seluruh item pernyataan baik pada contoh perdesaan maupun perkotaan sudah memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap pengurangan konsumsi beras. Persentase tertinggi (92,7%) pengetahuan contoh baik di perdesaan dan perkotaan, yakni contoh mengetahui dengan baik bahwa selain beras, jagung; kentang; singkong; dan ubi juga mengandung sumber energi dan sebesar 78,9 persen contoh mengetahui bahwa untuk hidup sehat harus mengkonsumsi beragam jenis pangan, sedangkan sebesar 21,1 persen contoh kurang mengetahui bahwa sayur-sayuran bukan merupakan jenis makanan yang mengandung sumber karbohidrat. Angka persentase ini merupakan angka terendah dari seluruh item pernyataan yang diberikan. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan contoh tentang kandungan nutrisi pada sayur-sayuran, sehingga menganggap bahwa sayur-sayuran merupakan jenis pangan yang mengandung karbohidrat. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan, pada item pernyataan yang berkaitan mengenai pengetahuan contoh terhadap bahan pangan lain yang dapat menggantikan beras (p=0,001) dan contoh menyadari bahwa beras tidak mengandung protein (p=0,000)

17 46 Secara keseluruhan total persentase tingkat pengetahuan contoh terhadap pengurangan konsumsi beras pada contoh perkotaan lebih baik daripada contoh perdesaan yaitu pada perkotaan sebesar 66,4 persen, sedangkan di perdesaan sebesar 52,6 persen, hal ini diduga tingkat pendidikan contoh perkotaan lebih tinggi dari contoh perdesaan sehingga kognitif/pengetahuan contoh perkotaan lebih baik. Tabel 20 Persentase jawaban aspek kognitif/pengetahuan Persentase Jawaban No Pernyataan benar (%) P value Desa Kota Total 1 Sayur-sayuran sumber karbohidrat 15,1 26,8 21,1 0,137 selain beras 2 Selain beras, jagung; kentang; 88,7 96,4 92,7 0,123 singkong; dan ubi juga mengandung sumber energi 3 Mengurangi konsumsi nasi (beras), 39,6 41,1 40,4 0,878 membantu menurunkan impor beras 4 Keragaman pangan salah satu cara mengurangi konsumsi beras 75,5 73,2 74,3 0,788 5 Untuk hidup sehat, harus 75,5 82,1 78,9 0,096 mengkonsumsi pangan yang beragam 6 Keragaman pangan adalah 64,2 75,0 69,7 0,220 mengkonsumsi jenis pangan yang bervariasi setiap harinya 7 Jagung, kentang, singkong, dan ubi 50,9 80,4 66,1 0,001** dapat menggantikan peran beras 8 Beras tidak mengandung protein 18,9 66,1 43,1 0,000** 9 Program swasembada beras, 45,3 57,1 51,4 0,218 masyarakat disarankan mengkonsumsi beragam pangan Rata-rata 52,6 66,4 59,7 Ket : ** signifikan Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 21, memperlihatkan bahwa aspek kognitif/pengetahuan contoh terhadap pengurangan konsumsi beras pada kedua kelompok berbeda. Aspek kognitif contoh perdesaan berada pada kategori rendah yaitu sebesar 47,2 persen, sedangkan aspek kognitif contoh perkotaan berada di kategori sedang yaitu sebesar 57,1 persen. Perbedaan hal tersebut diduga karena tingkat pendidikan contoh perdesaan lebih rendah daripada contoh perkotaan, sehingga pengetahuan contoh perdesaan terhadap pengurangan konsumsi beras pun lebih rendah dibandingkan dengan contoh perkotaan. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara aspek kognitif kedua kelompok contoh (p=0.001,p<0.01).

18 47 Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan kategori aspek kognitif pengurangan konsumsi beras Kategori Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % Rendah 25 47, , ,9 Sedang 20 37, , ,7 Tinggi 8 15, , ,3 Total Rata-rata ± sd 5,71 ± 2,06 6,79 ± 1,82 6,26 ± 2,00 P value 0,001** Ket : ** signifikan Aspek Afektif Pengurangan konsumsi Beras Sumarwan (2002) menyatakan aspek afektif adalah ungkapan perasaan konsumen terhadap suatu objek, apakah konsumen menyukai atau tidak menyukai objek tersebut. Afektif konsumen merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen, karena afektif sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku Tabel 22 menunjukkan bahwa sebesar 4,06 total rataan skor diperoleh dari pernyataan yang berhubungan dengan aspek afektif mengenai kesukaan terhadap mengkonsumsi beragam jenis pangan agar asupan gizi yang diperoleh tubuh lebih seimbang dengan jumlah skor rataan di perdesaan sebesar (4,02) dan perkotaan sebesar (4,09). Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada item pernyataan yang berkaitan dengan perasaan senang jika makan malam tanpa nasi (p=0,001) dan contoh merasa tertarik untuk mengkonsumsi pangan selain nasi ketika sarapan pagi (0,015) Total rataan skor dari seluruh pernyataan pada dua kelompok contoh sebesar 3,45 yang artinya contoh menyukai pengurangan konsumsi beras. Ratarata aspek afektif contoh perdesaan sebesar 3,27. Hal ini berarti aspek afektif contoh perdesaan lebih bersikap netral dalam pengurangan konsumsi beras, sedangkan rata-rata contoh perkotaan sebesar 3,61 yang berarti contoh perkotaan bersikap menyukai terhadap pengurangan konsumsi beras. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara aspek afektif kedua kelompok contoh (p=0,010 p<0,05). Aspek afektif pengurangan konsumsi beras pada contoh perkotaan lebih tinggi dari pada di perdesaan. Hal ini di duga karena nilai beras yang diyakini contoh perdesaan lebih erat daripada contoh perkotaan, sehingga berpengaruh terhadap aspek afektif contoh dalam mengurangi konsumsi beras.

19 48 Tabel 22 Skor rata-rata contoh berdasarkan jawaban aspek afektif No Pertanyaan Rata-rata P value Desa Kota Total 1 Senang makan singkong dan ubi, sebagai sumber karbohidrat 3,38 3,61 3,50 0,383 2 Senang makan malam tanpa nasi 2,66 3,55 3,12 0,001** 3 Senang mengurangi konsumsi nasi 3,32 3,61 3,47 0,541 dari tiga menjadi dua kali sehari 4 Senang mengkonsumsi beragam jenis pangan agar asupan gizi lebih seimbang 5 Senang mengurangi makan nasi untuk membantu menurunkan impor beras 6 Tertarik mengkonsumsi pangan selain nasi pada saat sarapan pagi 7 Senang mengurangi konsumsi nasi untuk menjaga berat badan 8 Senang mengurangi konsumsi nasi, untuk menjaga kesehatan tubuh 9 Tertarik mengurangi nasi agar terhindar dari penyakit diabetes dan kegemukan 4,02 4,09 4,06 0,474 2,96 3,14 3,06 0,389 2,66 3,34 3,01 0,015* 3,13 3,48 3,31 0,199 3,47 3,61 3,54 0,920 3,87 4,05 3,96 0,997 Skor total rata-rata ± sd 3,27 ± 0,70 3,61 ± 0,64 P value t-test 0,010* Ket : ** signifikan 3,45 ± 0,69 Tabel 23 menunjukkan bahwa aspek afektif pada kedua kelompok berbeda. Hampir separuh (45,3%) contoh perdesaan lebih bersikap netral terhadap pengurangan konsumsi beras, sedangkan sebesar 58,9 persen contoh perkotaan bersikap menyukai pengurangan konsumsi beras. Perbedaan tersebut diduga karena hampir seluruh contoh perdesaan masih memiliki nilai ketergantungan terhadap beras, sedangkan hanya lebih dari setengah contoh perkotaan yang masih menyakini nilai beras. Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan kategori aspek afektif penurunan konsumsi beras Kategori Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % Kurang menyukai 9 17,0 3 5, ,0 Netral 24 45, , ,4 Menyukai 20 37, , ,6 Total

20 49 Aspek Konatif Pengurangan Konsumsi Beras Konatif adalah sikap yang menggambarkan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap suatu objek (Engel, Blackwell dan Miniard,1994). Konatif berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh seorang konsumen Sumarwan (2002). Tabel 24 Skor rata-rata contoh berdasarkan jawaban aspek konatif No Pertanyaan Rata-rata skor P value Desa Kota Total 1 Berencana mengkonsumsi pangan, selain nasi sebagai sumber energi 2,55 3,77 3,17 0,000** 2 Berencana mengurangi konsumsi 3,62 4,12 3,88 0,037* nasi dari tiga menjadi dua kali sehari 3 Bermaksud tidak makan nasi pada malam hari 3,28 4,18 3,74 0,003** 4 Berkeinginan mengkonsumsi 3,92 4,45 4,19 0,000** beragam jenis pangan agar asupan gizi seimbang 5 Berkeinginan untuk mengurangi 3,45 4,00 3,73 0,047* konsumsi nasi untuk menjaga berat badan 6 Berencana mengurangi nasi agar 3,81 4,04 3,93 0,406 konsumsi pangan lebih beragam 7 Berencana mengganti nasi dengan pangan lain untuk menurunkan impor beras 3,02 2,77 2,89 0,454 8 Berminat mengganti nasi dengan 2,96 2,82 2,89 0,795 makanan lain 9 Berencana mengurangi konsumsi 3,77 4,04 3,91 0,162 nasi untuk menjaga kesehatan tubuh 10 Berencana mengurangi konsumsi 4,08 4,29 4,18 0,952 nasi, agar terhindar dari penyakit diabetes dan kegemukan Total skor rata-rata ± sd 3,45 ± 0,69 3,85 ± 0,64 3,65 ± 0,69 P value 0,002** Ket : ** signifikan Aspek konatif merupakan bagian dari sikap, Tabel 24 menunjukkan bahwa total rataan aspek konatif pada dua kelompok contoh terbesar yaitu 4,19 yang diperoleh dari pernyataan berkeinginan mengurangi konsumsi nasi agar memperoleh asupan gizi seimbang dengan jumlah skor rataan di perdesaan lebih kecil (3,92) daripada perkotaan (4,45). Hasil uji beda Mann Whitney memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada item pernyataan yang berkaitan dengan keinginan contoh untuk mengkonsumsi pangan lain selain beras sebagai sumber energi (p=0,000), rencana contoh untuk mengurangi makan nasi menjadai dua kali sehari (p=0,037), contoh bermaksud untuk tidak makan nasi pada malam hari (p=0,003), memiliki keinginan untuk

21 50 mengkonsumsi beragam jenis pangan agar asupan gizi yang diperoleh tubuh seimbang (p=0,000), dan contoh berkeinginan untuk mengurangi konsumsi nasi untuk menjaga berat badan agar tetap ideal (p=0,047). Secara umum total rataan skor dari seluruh pernyataan sebesar 3,65. Hal ini berarti contoh berkeinginan untuk mengurangi konsumsi beras. Total Ratarata aspek konatif contoh perdesaan sebesar 3,45 dan perkotaan sebesar 3,85. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara aspek konatif kedua kelompok contoh (p=0,002,p<0,01). Aspek konatif pengurangan konsumsi beras merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan pengurangan terhadap konsumsi beras dengan cara menggantinya dengan bahan makanan pokok lain atau melakukan keragaman pangan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa baik pada contoh perdesaan (56,6%) dan perkotaan (78,6%) berkeinginan mengurangi konsumsi beras, namun pada contoh perdesaan sebesar 11,3 persen masih terdapat contoh yang tidak berkeinginan mengurangi konsumsi beras dan sebesar 32,1 persen bersikap netral terhadap pengurangan konsumsi beras (Tabel 25). Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan kategori aspek konatif pengurangan konsumsi beras Aspek konatif Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % Tidak berkeinginan mengurangi 6 11,3 2 3,6 8 7,3 Netral 17 32, , ,8 Berkeinginan mengurangi 30 56, , ,9 Total Perilaku Pengurangan Konsumsi Beras Hasil penelitian pada Tabel 26 memperlihatkan bahwa rataan skor terbesar yaitu 3,45 diperoleh dari pernyataan yang berkaitan dengan kebiasaan untuk mengurangi nasi dan memperbanyak mengkonsumsi sayur atau lauk-pauk dengan jumlah skor rataan perdesaan lebih kecil (3,06) daripada perkotaan (3,82). Hasil uji beda Mann Whitney yang dilakukan pada setiap item pernyataan menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada item pernyataan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan contoh dalam menyajikan nasi untuk kebutuhan makan (p=0,024), kebiasaan contoh yang mengharuskan kepada seluruh anggota keluarganya untuk mengkonsumsi nasi setiap hari (p=0,000), perilaku atau kebiasaan contoh untuk menyajikan makan malam selain nasi

22 51 (p=0,000), dan contoh berperilaku mengurangi konsumsi beras dengan cara mengkonsumsi sumber karbohidrat lain sebagai makanan pokok (p=0,001) Rataan perilaku pengurangan konsumsi beras contoh perdesaan sebesar 2,15 dan perkotaan sebesar 2,74. Artinya contoh perdesaan tidak pernah berperilaku mengurangi konsumsi beras, sedangkan contoh perkotaan kadangkadang berperilaku mengurangi konsumsi beras. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara perilaku konsumsi beras kedua kelompok contoh (p=0,000). Secara keseluruhan total rataan skor dari seluruh pernyataan sebesar 2,46. Hal ini berarti rata-rata contoh cenderung tidak pernah berperilaku mengurangi konsumsi beras. Meskipun contoh sudah memiliki sikap yang baik terhadap pengurangan konsumsi beras, namun belum sepenuhnya dapat diaplikasikan dalam perilaku konsumsinya. Tabel 26 Skor rata-rata contoh berdasarkan jawaban perilaku pengurangan konsumsi beras No Pertanyaan Skor rata-rata Desa Kota Total P value 1 Menyediakan nasi tiga kali sehari 1,26 1,66 1,47 0,024* untuk makan keluarga saya 2 Menyediakan nasi untuk sarapan keluarga 1,70 1,79 1,74 0,499 3 Mengharuskan seluruh anggota 1,11 1,84 1,49 0,000** keluarga untuk mengkonsumsi nasi setiap harinya 4 Menyajikan makan malam selain 1,98 3,20 2,61 0,000** nasi 5 Mengurangi makan nasi dari tiga 3,30 3,48 3,39 0,589 kali sehari menjadi dua kali sehari 6 Mengkonsumsi sumber karbohidrat lain sebagai makanan pokok saya 2,64 3,46 3,06 0,001** 7 Mengurangi porsi nasi dan 3,06 3,82 3,45 0,089 memperbanyak sayur atau laukpauknya Total skor rata-rata ± sd 2,15 ± 0,60 2,74 ± 0,64 2,46 ± 0,69 P value t-test 0,000** Ket : ** signifikan Tabel 27 memperlihatkan bahwa adanya perbedaan terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras pada kedua kelompok contoh. Perilaku pengurangan konsumsi beras di perdesaan berada pada kategori tidak pernah mengurangi, yaitu sebesar 77,4 persen, sedangkan perilaku pengurangan konsumsi beras di perkotaan menunjukkan bahwa hampir dari setengah contoh (46,6%) kadang-kadang melakukan pengurangan konsumsi beras. Perbedaan tersebut diduga disebabkan karena penduduk di perdesaan masih memiliki lahan

23 52 sawah sendiri atau bekerja sebagai buruh tani, sehingga perilaku contoh terhadap konsumsi beras sebagai pemenuhan kebutuhan pangan lebih tinggi dibandingkan dengan contoh perkotaan. Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan kategori perilaku pengurangan konsumsi beras Kategori Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % Tidak pernah mengurangi 41 77, , ,0 Kadang-kadang mengurangi 9 17, , ,1 Selalu mengurangi 3 5, , ,9 Total Kebiasaan memasak beras Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terhadap jumlah memasak beras dalam sehari setiap keluarga (Tabel 28). Hampir setengah (49,1%) contoh perdesaan memasak beras antara 0,7 Kg 1,1 Kg per hari, sedangkan contoh perkotaan sebesar 50,0 persen memasak beras antara 0,2 Kg - 0,6 Kg per hari. Perbedaan tersebut diduga karena nilai dan sikap contoh perkotaan berbeda daripada contoh perdesaan, sehingga contoh perkotaan memasak beras dalam jumlah yang sedikit karena lebih cenderung memiliki sikap dan berperilaku mengurangi konsumsi beras Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan jumlah memasak beras per hari Jumlah beras per hari (Kg) Perdesaan Perkotaan Jumlah n % n % n % 0,2 0, , , ,0 0,7 1, , , ,9 1,2 1,6 6 11,3 4 7,1 10 9,2 2,1 1 1,9 0 0,0 1 1,9 Total Tabel 29, memperlihatkan bahwa jumlah konsumsi nasi per kapita per tahun. Persentase terbesar pada kedua kelompok contoh berkisar antara 48 Kg hingga 77 Kg, jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi beras nasional penduduk Indonesia yaitu sebesar 139 Kg per orang tiap tahun, maka contoh pada penelitian ini berada di bawah rata-rata konsumsi beras nasional penduduk Indonesia, namun terdapat 3,2 persen dari total contoh yang mengkonsumsi nasi diatas rata-rata konsumsi beras nasional penduduk Indonesia yaitu 137 Kg per tahun. Tingginya angka konsumsi tersebut menyebabkan pemerintah melakukan impor beras untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.

24 53 Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi nasi per kapita per tahun Jumlah beras per kapita per Perdesaan Perkotaan Jumlah tahun (Kg) n % n % n % , , , , , , ,5 7 12, , ,7 1 1,8 4 3,2 Total Hubungan Antara Karakteristik Contoh dan Keluarga dengan Nilai, Aspek Kognitif, Aspek Afektif, Aspek Konatif, dan Perilaku Pengurangan Konsumsi Beras Hubungan antara Karakteristik Contoh dan Keluarga dengan Nilai Hasil uji korelasi Pearson (Tabel 30) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata negatif (r=-0,201,p<0,05) antara variabel usia dengan nilai, yang artinya semakin tua usia seseorang maka nilai yang diyakini terhadap beras semakin rendah, diduga semakin bertambahnya usia seseorang, ia akan cenderung mengurangi konsumsi beras dan menggantinya dengan jenis pangan lain untuk menjaga kesehatan. Pendidikan contoh memiliki hubungan yang nyata negatif (r=-0,346,p<0,01), yang artinya semakin tinggi pendidikan seseorang maka nilai yang diyakini terhadap beras semakin rendah. Hal ini diduga contoh yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, lebih cenderung tidak menjadikan beras sebagai prioritas utama untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Uji korelasi memperlihatkan bahwa variabel pendapatan memiliki hubungan yang nyata negatif dengan nilai (r=-0,306,p<0,05). Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan seseorang maka nilai yang diyakini terhadap beras semakin rendah. Hal ini diduga semakin tinggi pendapatan seseorang lebih berpeluang untuk membeli beragam jenis pangan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat yang diperlukan tubuh. Variabel pengeluaran memiliki hubungan yang nyata negatif dengan nilai (r=-0,284,p<0,05), yang artinya semakin tinggi pengeluaran seseorang maka ketergantungan terhadap konsumsi beras semakin rendah. Hal ini diduga pengeluaran tersebut dilakukan untuk membeli jenis karbohidrat selain beras. Hubungan antara Karakteristik Contoh dan Keluarga dengan Aspek Kognitif Uji korelasi Pearson yang dilakukan (Tabel 29) terhadap variabel usia menunjukkan tidak ada hubungan nyata antara usia dengan aspek kognitif. Variabel pendidikan memiliki hubungan yang nyata positif dengan aspek kognitif

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan merupakan negara yang komoditas utama nya adalah beras. Beras merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir. Ratu Ilir terdiri dari 7 (tujuh) dusun. Ketujuh dusun tersebut ialah :

IV. GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir. Ratu Ilir terdiri dari 7 (tujuh) dusun. Ketujuh dusun tersebut ialah : IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir 1. Lokasi Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kelurahan Tanjung Ratu Ilir merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Way Pengubuan,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Letak geografis Kelurahan Way Urang dan Desa Hara Banjar Manis dapat dilihat pada tabel berikut:

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Pagaruyung merupakan salah satu dari sekian banyak kelurahan yang ada dikecamatan Tapung yang terbentuk dari program Transmigrasi oleh

Lebih terperinci

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k 13 PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini adalah mengenai kondisi geografis Desa

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK 25 BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK A. Kondisi Geografis Desa Klampok Secara geografis letak wilayah Desa Klampok khususnya sangatlah strategis dan menguntungkan karena berada pada perbatasan

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah 52 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Pagelaran Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah Ripah Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Desa Pagelaran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri dari pemukiman

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri dari pemukiman 50 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Gunung Batin Udik Luas wilayah Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten 47 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak pada 140 0 42 0-105 0 8 0 BT dan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN. di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua di Kota Pekanbaru dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN. di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua di Kota Pekanbaru dengan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Kajian 4.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Pekanbaru Kota merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Bukit Intan Makmur Bukit intan makmur adalah salah satu Desa di Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu adalah Exs Trans Pir Sungai Intan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Propinsi Banten terdiri dari tujuh Kabupaten/Kota yang diantaranya Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Cilegon, dan Kota Serang.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen 7 TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen Solomon (2002), menyebutkan bahwa perilaku konsumen merupakan ilmu yang dipelajari untuk mengetahui proses yang dilakukan individu atau kelompok untuk menyeleksi, membeli

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Pasir Mulya merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan, IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Tirta Makmur merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Desa Tirta Makmur ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini akan mengemukakan hasil temuan data pada lokasi yang berfungsi sebagai pendukung analisa permasalahan yang ada. 4.. Gambaran Umum Desa Pulorejo 4... Letak geografis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja. 11 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang usaha pembelian buah kelapa sawit ini terletak di Desa Tapung Jaya Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu. Desa Tapung Jaya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah Dusun 003 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah Dusun 003 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, 35 VI. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Pada bab ini akan disajikan hasil temuan data yang didapat dari lapangan dengan mendeskripsikan profil lokasi penelitian. Adapun

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Desa Karta. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah nama sebuah Desa yang terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

GAMBARAN UMUM. Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten IV. GAMBARAN UMUM A. Geografis Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Luas Desa Taman Sari adalah seluas 2.118 ha/m2. meliputi lahan pemukiman

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras

Lebih terperinci

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penengahan yang berpenduduk Jiwa pada Tahun Secara

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penengahan yang berpenduduk Jiwa pada Tahun Secara BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Palas Kecamatan Palas terletak di Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Lampung Selatan (Kalianda). Kecamatan Palas merupakan pemekaran

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KELURAHAN LANGKAPURA. Pada abad ke 18 jauh sebelum Indonesia merdeka tepatnya sekitar tahun 1823

IV. GAMBARAN UMUM KELURAHAN LANGKAPURA. Pada abad ke 18 jauh sebelum Indonesia merdeka tepatnya sekitar tahun 1823 IV. GAMBARAN UMUM KELURAHAN LANGKAPURA A. Sejarah Singkat Kelurahan Langkapura Pada abad ke 18 jauh sebelum Indonesia merdeka tepatnya sekitar tahun 1823 kelompok-kelompok suku yang berasal dari suku Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Desa Ciparigi Wilayah Desa Ciparigi menurut data umum dan geografis merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukadana, yang berbatasan dengan Kecamatan Cisaga dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum responden beras organik SAE diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 29 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan 4.1.1 Batas Wilayah Desa Mulyaharja terbentuk dari pemekaran Desa Sukaharja. Desa Sukaharja termasuk bagian dari Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian

BAB III PENYAJIAN DATA. A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian BAB III PENYAJIAN DATA A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah responden yang memberikan jawaban melalui angket. Adapun yang menjadi responden

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Sail Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, dalam konteks merupakan wilayah kerja lurah sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya 33 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Bumi Waras Pada mulanya wilayah Kelurahan Bumi Waras adalah tempat untuk mengkarantina penderita penyakit menular seperti cacar, kolera,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Kelurahan Negeri Besar Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.

GAMBARAN UMUM. Kelurahan Negeri Besar Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan. IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Kelurahan Negeri Besar Kelurahan Negeri Besar pertama kali bernama Negeri Syam yang terbentuk sejak tahun 1945. Terbentuknya Kelurahan Negeri Besar saat ini merupakan pemekaran

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan 20 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari 15 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab. PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab. Bogor 16760 PROFIL/RIWAYAT DESA CILEUNGSI Desa Cileungsi merupkan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban 55 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Sukajawa Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban yang mulai diresmikan pada tahun 1951. Pada awalnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. batas antara Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar pada tanggal 14 Mei

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. batas antara Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar pada tanggal 14 Mei BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kecamatan Tampan Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru adalah merupakan salah satu Kecamatan yang berbentuk berdasarkan PP.No.19 Tahun 1987, tentang perubahan

Lebih terperinci

HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunung Batu 2. Sekolah ini terletak di Jalan Mayjend Ishak Djuarsa No. 2 RT. 01/RW. 03, Kelurahan Loji, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Cisarua adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar ±

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1 BAB II DESA BERINGIN JAYA A. Geografis Desa Beringin Jaya secara geografis terletak di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi, dengan luas daerah 35 km 2. Desa Beringin Jaya berbatasan langsung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

HASIL. Faktor Internal

HASIL. Faktor Internal Jenis Kelamin HASIL Faktor Internal Lebih dari separuh konsumen (66,9%) berjenis kelamin perempuan, sementara 33,1 persen sisanya laki-laki. Dapat dilihat bahwa konsumen perempuan lebih mendominasi pasar

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.040 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci