HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan lembaga pendidikan tinggi sebagai kelanjutan dari lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang dimulai pada awal abad ke- di Bogor. Jumlah mahasiswa IPB program Sarjana setiap tahunnya selalu meningkat dikarenakan bertambahnya peminat yang ingin meneruskan pendidikan ke IPB untuk mengambil jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk meningkatkan sumberdaya manusia. Hal ini sesuai dengan visi Institut Pertanian Bogor, yaitu Menjadi universitas riset terkemuka di Asia dengan kompetensi utama pertanian tropika, berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan keharmonisan (Panduan Program Sarjana 8). Berdasarkan visi IPB, terlihat jelas bahwa pengembangan jiwa kewirausahaan menjadi salah satu titik penting bagi pembinaan kemahasiswaan di IPB. Oleh karena itu, IPB melalui Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) yang juga dikenal dengan sebutan CDA (Career Development and Alumni Affairs) menyelenggarakan Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PKMK). Program ini diadakan dalam rangka menjaring potensi berwirausaha di kalangan mahasiswa IPB untuk dikembangkan menjadi wirausaha yang sukses dengan memberikan bantuan modal usaha dalam jumlah yang memadai, pendampingan usaha, dan pembinaan terarah dengan melibatkan para pengusaha mitra, alumni, dan pihak lainnya yang berkompeten dalam pengembangan kewirausahaan (Azzahra 9). Program lainnya yang mendukung jiwa berwirausaha pada mahasiswa adalah Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) yang diselenggarakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPM), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dalam meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi. Program ini diberikan kepada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dengan pola pembinaan melalui penyediaan dana yang bersifat kompetitif, akuntabel, dan transparan. Program ini di IPB berada di bawah tanggung jawab Direktorat Kemahasiswaan. PKMK merupakan kreativitas penciptaan keterampilan berwirausaha dan berorientasi pada profit. Umumya didahului oleh

2 survai pasar, karena relevansinya tinggi terhadap terbukanya peluang perolehan profit bagi mahasiswa. Selain itu juga, direktorat Kemahasiswaan IPB menaungi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak di dalam pengembangan kewirausahaan yaitu UKM Century (Center of Entrepreneurship Development for Youth) yang bertujuan untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan dan kreatifitas kewirausahaan mahasiswa, membentuk mahasiswa yang mandiri, professional dan berdaya saing tinggi serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam berwirausaha (Panduan Kemahasiswaan IPB 8). Selain itu, di IPB juga diselenggarakan mayor Agribisnis dan menawarkan minor Pengembangan Usaha Agribisnis dan minor Kewirausahaan Agribisnis. dengan mata kuliah Dasar-Dasar Bisnis, Tataniaga Produk Agribisnis, Perencanaan Bisnis, dan Studi Kelayakan Bisnis yang bisa diambil pada semester ganjil. Sementara itu, mata kuliah Kewirausahaan, Resiko Bisnis serta Negosiasi dan Advokasi Bisnis bisa diambil pada semester genap. Mata Kuliah tersebut bisa diambil oleh mahasiswa IPB pada strara Sarjana yang mengambil minor tersebut (Panduan Program Sarjana 8). Karakteristik Contoh Usia Usia contoh pada penelitian ini berkisar antara 8 sampai tahun. Berdasarkan Tabel, sebagian besar contoh pada kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal berusia tahun dengan persentase masing-masing sebesar sembilan persen dan persen dari total persen keseluruhan contoh. Sementara itu, sebagian besar contoh pada kelompok formal berusia tahun dengan persentase sebesar persen. Tabel Sebaran contoh berdasarkan usia dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi usia contoh 8 tahun 9 tahun tahun tahun tahun tahun Usia Formal nformal Formal dan nformal

3 Rata-rata std 9,9,,9,9,9,88,,8 Tidak ada contoh yang berusia 8 tahun pada kelompok nonformal serta kombinasi formal dan nonformal. Sementara itu, pada kelompok formal, tidak ada contoh yang berusia tahun. Rata-rata usia menunjukkan contoh dari kelompok nonformal memiliki usia yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Jenis Kelamin Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap minat berwirausaha mengingat adanya perbedaan terhadap pandangan pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan menganggap pekerjaan bukanlah hal yang penting karena masih dihadapkan pada tuntutan tradisional yang lebih besar yaitu menjadi istri dan ibu rumah tangga. Sementara itu, laki-laki lebih berusaha dalam berwirausaha karena nantinya akan menjadi pencari nafkah untuk keluarga. Berdasarkan Tabel, diketahui bahwa secara keseluruhan contoh yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, yaitu 8 persen pada kelompok formal, sembilan persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Namun, contoh pada kelompok kombinasi formal dan nonformal yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan persentase sebesar persen. Tabel Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan kewirausahaan Jenis Kelamin Formal nformal Formal dan nformal Laki-laki 9 Perempuan Suku (daerah) Suku (daerah) mempunyai adat dan kebiasaan tertentu yang bisa mempengaruhi tindakan seseorang. Karakteristik suku (daerah) juga mempengaruhi pandangan dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal termasuk berwirausaha (Azzahra 9). Berdasarkan Tabel, diketahui bahwa secara keseluruhan contoh berasal dari suku Jawa yaitu persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Persentase asal suku contoh yang terkecil secara keseluruhan adalah suku Batak sebesar empat persen. Contoh

4 yang berasal dari suku Minang hanya sebesar persen dengan rincian sebesar lima persen pada kelompok formal, dua persen pada kelomok nonformal, serta enam persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang berasal dari suku Minang pada kelompok kombinasi formal dan nonformal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok formal dan kelompok nonformal. Tabel Sebaran contoh berdasarkan suku (daerah) dan pendidikan kewirausahaan Suku (daerah) Minang Batak Betawi Sunda Jawa Lainnya* Formal 7 nformal Formal dan nformal *Keterangan : suku Kaili, Tionghoa, Aceh, Mandar Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang menunjukkan prestasi akademik atau kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif yang dicapai mulai dari semester satu sampai dengan semester paling akhir untuk semua mata kuliah yang ditempuh (Anonim 9). Tabel 7 menunjukkan bahwa IPK sebagian besar contoh secara keseluruhan berada pada kisaran,7-,. Rinciannya pada kelompok formal sebesar persen, persen pada kelompok nonformal, serta 8 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi IPK contoh <,7,7-, >, IPK Formal 7 7 nformal Formal dan nformal Rata-rata std,,,99,,9,,9,7 Persentase IPK contoh yang terkecil berada pada kisaran di atas, yaitu satu persen pada kelompok nonformal serta dua persen pada kelompok 9

5 kombinasi formal dan nonformal. Sementara itu, pada kelompok formal, contoh yang memiliki IPK di bawah,7 dan di atas, mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar tujuh persen. Rata-rata IPK menunjukkan contoh dari kelompok pendidikan kewirausahaan formal memilki IPK yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Uang Saku Bulanan Uang saku bulanan adalah uang yang diterima mahasiswa setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang berasal dari orang tua, beasiswa, hasil dari bekerja, berwirausaha dan lain-lain. Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh secara keseluruhan mempunyai uang saku bulanan yang berada pada kisaran Rp. hingga Rp... yaitu sebesar persen pada kelompok formal, 8 persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Persentase uang saku bulanan contoh terkecil berada di bawah Rp.. yaitu masing-masing satu persen pada kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Sementara itu, pada kelompok nonformal, contoh yang memiliki uang saku bulanan di bawah Rp.. dan di atas Rp... mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar dua persen. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan uang saku bulanan dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi uang saku bulanan contoh Uang Saku Bulanan (Rp/bulan) <..-.. >.. Formal nformal Formal dan nformal Rata-rata std 8..7,9 7..7, , 8. 7.,79 Rata-rata uang saku bulanan contoh pada tiap kelompok pendidikan kewirausahaan adalah Rp. 8. per bulan pada kelompok formal Rp. 7. per bulan untuk kelompok nonformal, dan Rp 88. per bulan pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Rata-rata uang saku bulanan menunjukkan contoh dari kelompok formal memiliki uang saku bulanan yang lebih besar

6 dibandingkan dengan kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Sumber uang saku bulanan contoh bisa berasal dari orang tua, beasiswa, bekerja pada orang lain, dan bekerja secara mandiri atau berwirausaha. Selain itu, uang saku bulanan tidak selalu berasal dari satu sumber saja. Berdasarkan Tabel 9, sumber uang saku bulanan contoh sebagian besar pada ketiga kelompok pendidikan kewirausahaan berasal dari orang tua yaitu pada kelompok formal sebesar, persen dari total persen keseluruhan contoh, pada kelompok nonformal sebesar, persen, serta pada kelompok kombinasi formal dan nonformal sebesar,7 persen. Sumber uang saku contoh dengan persentase terkecil berasal dari hasil bekerja pada orang lain dan berwirausaha masing-masing sebesar dua persen pada kelompok formal dan, persen pada kelompok nonformal. Sementara itu, persentase terkecil pada kelompok kombinasi formal dan nonformal berasal dari hasil bekerja yaitu sebesar, persen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber uang saku bulanan contoh dari hasil berwirausaha pada kelompok kombinasi formal dan nonformal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok formal dan kelompok nonformal. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan sumber uang saku bulanan dan pendidikan kewirausahaan Sumber Formal nformal Formal dan Uang saku bulanan* nformal n % n % n % Orang tua, 9,,7 Beasiswa Bekerja pada orang lain 8,,,, 7,, Berwirausaha (bekerja mandiri),, 7,8 *keterangan: jawaban boleh lebih dari satu Pekerjaan Orang Tua Karakteristik Keluarga Contoh Menurut Staw dalam Riyanti () ada bukti kuat bahwa wirausaha memiliki orang tua yang bekerja mandiri atau berbasis sebagai wirausaha meskipun tidak ada studi banding dengan wirausaha yang orang tuanya bukan wirausaha, relasi dengan orang tua yang wirausaha tampaknya menjadi aspek penting yang membentuk keinginan seseorang untuk menjadi wirausaha.

7 7 Tabel menunjukkan bahwa persentase terbesar pekerjaan ayah contoh pada kelompok formal dan kelompok nonformal masing-masing adalah swasta sebesar persen dan PNS sebesar tujuh persen. Persentase terbesar pekerjaan ayah contoh pada kelompok kombinasi formal dan nonformal adalah PNS sebesar persen. Sementara itu, persentase terkecil pekerjaan ayah pada kelompok formal adalah sebagai pensiun sebesar dua persen, serta pekerjaan ayah pada kelompok kombinasi formal dan nonformal masing-masing sebesar tiga persen adalah swasta dan tidak bekerja. Tidak ada ayah contoh pada kelompok nonformal yang tidak bekerja. Ayah contoh yang menjadi seorang wirausaha hanya tujuh persen pada kelompok formal, empat persen pada kelompok nonformal, dan persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan ayah contoh sebagai wirausaha pada kelompok kombinasi formal dan nonformal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok formal dan kelompok nonformal. Tabel Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua dan pendidikan kewirausahaan Pekerjaan Orang Tua Formal Ayah Tidak bekerja Wirausaha 7 PNS Swasta Pensiun Lain-lain* 9 Ibu IRT Wirausaha PNS 7 Swasta Pensiun Buruh 9 *Keterangan : sopir, petani, buruh nformal Formal dan nformal Persentase terbesar pekerjaan ibu contoh secara keseluruhan adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebesar persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta 8 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Sementara itu, secara keseluruhan persentase terkecil pekerjaan ibu contoh adalah buruh sebesar satu persen pada kelompok kombinasi formal dan

8 8 nonformal, pada kelompok formal dan kelompok nonformal tidak ada ibu contoh yang bekerja sebagai buruh. Ibu contoh yang menjadi seorang wirausaha hanya lima persen pada kelompok formal, dua persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Sama halnya dengan pekerjaan ayah, pekerjaan ibu contoh sebagai wirausaha pada kelompok kombinasi formal dan nonformal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok formal dan kelompok nonformal. Pendidikan Orang Tua Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak, dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan dan pendidikan anaknya. Setiap orang tua mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda dari segi kualitas maupun kuantitas (Soetjiningsih 99). Tabel menunjukkan bahwa persentase terbesar jenjang pendidikan ayah contoh sampai Perguruan Tinggi pada kelompok formal sebesar persen dan persen pada kelompok nonformal. Sementara itu, pada kelompok kombinasi formal dan nonformal jenjang pendidikan ayah contoh sampai SMA sebesar 7 persen. Persentase terkecil jenjang pendidikan ayah contoh pada kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal adalah tidak sekolah masing-masing sebesar dua persen dan satu persen, pada kelompok nonformal tidak ada ayah contoh yang jenjang pendidikannya sampai SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ayah contoh sampai Perguruan Tinggi pada kelompok formal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok nonformal dan kelompok kombinasi formal dan nonformal. Persentase terbesar jenjang pendidikan ibu contoh sampai Perguruan Tinggi pada kelompok formal sebesar persen dan sembilan persen pada kelompok nonformal. Sementara itu, persentase terbesar jenjang pendidikan ibu contoh pada kelompok kombinasi formal dan nonformal sampai SMA sebesar persen. Persentase terkecil jenjang pendidikan ibu contoh pada kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal adalah tidak sekolah masingmasing sebesar dua persen dan satu persen. Sementara itu, persentase terkecil jenjang pendidikan ibu contoh pada kelompok nonformal hanya sampai SMA sebesar dua persen. Sama halnya dengan pendidikan ayah, pendidikan ibu

9 9 contoh sampai Perguruan Tinggi pada kelompok formal lebih banyak dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Tabel Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua dan pendidikan kewirausahaan Pendidikan Orang Tua Formal Ayah Tidak sekolah SD SMP SMA PT nformal Formal dan nformal Ibu Tidak sekolah SD SMP SMA PT Pendidikan Kewirausahaan Contoh Pendidikan Kewirausahaan Formal Melalui pendidikan formal, belajar kewirausahaan dapat dilakukan melalui mata kuliah kewirausahaan yang bisa memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses kewirausahaan, tantangan yang dihadapi para pendiri usaha baru dan masalah yang harus diatasi agar berhasil. Rahmawati () mengatakan bahwa paket pendidikan kewirausahaan pada pendidikan formal akan membentuk siswa untuk mengejar karir kewirausahaan. Oleh karena itu, meski pendidikan formal bukan syarat untuk memulai usaha baru, pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal memberi dasar yang baik apalagi bila pendidikan formal tersebut terkait dengan bidang usaha yang dikelola (Riyanti ). Pendidikan kewirausahaan formal dilihat dari keikutsertaan contoh dalam mata kuliah yang berhubungan dengan berwirausaha yaitu Mata Kuliah Kewirausahaan, Negosiasi dan Advokasi Bisnis, serta Resiko Bisnis. Gambar menunjukkan bahwa persentase terbesar contoh yang mengikuti mata kuliah dalam pendidikan kewirausahaan formal sebesar,9 persen pada Mata Kuliah Kewirausahaan. Sementara itu, contoh yang mengikuti Mata Kuliah Negosiasi dan Advokasi Bisnis sebesar. persen. Persentase terkecil contoh yang

10 mengikuti mata kuliah dalam pendidikan kewirausahaan formal sebesar, persen pada Mata Kuliah Resiko Bisnis. Persentase Mata Kuliah Gambar Grafik sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan dalam pendidikan kewirausahaan formal Jumlah mata kuliah dalam pendidikan formal yang diikuti contoh bermacam-macam. Berdasarkan Gambar, sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan jumlah mata kuliah dalam pendidikan formal menunjukkan persentase terbesar contoh hanya mengikuti satu mata kuliah diantara tiga mata kuliah dalam pendidikan formalnya yaitu sebesar persen. Sementara itu, contoh yang mengikuti dua mata kuliah dan tidak mengikuti mata kuliah satupun masing-masing sebesar 8 persen dan persen. Persentase terkecil jumlah mata kuliah dalam pendidikan kewirausahaan formal yang diikuti contoh adalah tiga mata kuliah sebesar persen. Persentase Jumlah Mata Kuliah Gambar Grafik sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan jumlah mata kuliah dalam pendidikan kewirausahaan formal

11 Pendidikan Kewirausahaan nformal Kram et al dalam Farzier dan Niehm (8) menemukan bahwa pendidikan dan pelatihan mempengaruhi persepsi orang terhadap karir kewirausahaan, dengan menyediakan kesempatan untuk mensimulasikan memulai usaha. Pendidikan kewirausahaan nonformal dilihat dari keikutsertaan contoh dalam program kewirausahaan (Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK), Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM), dan Unit Kegiatan Mahasiswa Century) yang ada di Institut Pertanian Bogor untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada mahasiswa. Selain itu juga dilihat dari keikutsertaan contoh dalam seminar kewirausahaan dan pelatihan kewirausahaan baik yang diadakan oleh pihak IPB maupun non IPB. Tabel menunjukkan bahwa persentase keikutsertaan contoh pada program kewirausahaan dalam pendidikan kewirausahaan nonformal yaitu sebesar, persen mengikuti PKMK, 9 persen mengikuti PPKM, dan dua persen mengikuti UKM Century. Persentase terbesar dalam tahapan PKMK yang diikuti contoh adalah sampai didanai sebesar, persen. Contoh yang mengikuti PKMK sampai tahapan proposal dan menang di PIMNAS masingmasing mempunyai persentase sebesar,9 persen dan satu persen. Tidak ada contoh yang mengikuti PKMK sampai tahapan PIMNAS. Tabel Sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan dalam pendidikan kewirausahaan nonformal beserta tahapan-tahapannya Program Kewirausahaan* n % PKMK Belum pernah Proposal Didanai PIMNAS Menang PPKM Belum pernah Daftar Stadium general Pelatihan Psikotest Menyusun rencana bisnis Modal kerja Masih berwirausaha UKM Century Belum pernah Pernah *Keterangan : jawaban boleh lebih dari satu ,7,9,, 7,,8,9,9,9,8,9,8 98,,

12 Sementara itu, pada tahapan PPKM yang pernah diikuti contoh persentase terbesarnya adalah sampai Stadium General sebesar,9 persen. Contoh yang mengikuti PPKM dan sekarang masih berwirausaha hanya sebesar,8 persen. Selanjutnya, contoh yang mengikuti PPKM sampai menyusun rencana bisnis dan baru mendaftar PPKM mempunyai nilai persentase yang sama yaitu sebesar,8 persen. Contoh yang mengikuti PPKM sampai tahapan pelatihan dan psikotest mempunyai persentase masing-masing sebesar,9 persen. Persentase terkecil contoh yang mengikuti PPKM adalah sampai tahapan modal kerja hanya,9 persen. Beberapa seminar dan pelatihan kewirausahaan juga sering diadakan di IPB baik diselenggarakan oleh pihak IPB sendiri maupun pihak non IPB. Pelatihan dan seminar kewirausahaan dari IPB dan non IPB termasuk pendidikan kewirausahaan nonformal contoh selain program kewirausahaan sepserti PKMK, PPKM, dan UKM Century. Pelatihan yang diselenggarakan oleh IPB ini adalah di luar pelatihan pada program PPKM. Berdasarkan Tabel, diketahui bahwa persentase keikutsertaaan contoh dalam seminar kewirausahaan dan pelatihan kewirausahaan baik diselenggarakan oleh IPB maupun non IPB adalah sebesar persen mengikuti seminar dari IPB, persen mengikuti pelatihan dari IPB, persen mengikuti seminar dari non IPB, dan tujuh persen mengikuti pelatihan dari non IPB. Secara umum, jumlah seminar dan pelatihan kewirausahaan yang diikuti contoh sebanyak - kali yaitu pada seminar dari IPB sebesar persen, persen pada pelatihan dari IPB, 8 persen pada seminar non IPB, dan enam persen pada pelatihan non IPB. Tidak ada contoh yang mengikuti seminar dari IPB, pelatihan dari IPB, dan pelatihan dari non IPB lebih dari atau sama dengan lima kali. Hanya satu persen contoh yang mengikuti seminar dari non IPB lebih dari atau sama dengan lima kali. Tabel Sebaran contoh berdasarkan jumlah keikutsertaan dalam seminar dan pelatihan kewirausahaan Seminar dan Pelatihan Jumlah Keikutsertaan Contoh (%) Tidak pernah - kali - kali kali Seminar dari IPB Pelatihan dari IPB 87 Seminar dari non IPB 8 8 Pelatihan dari non IPB 9

13 Sikap Sikap merupakan suatu faktor yang ada dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara konsisten yaitu suka atau tidak suka pada penilaian terhadap suatu yang diberikan. Sikap terhadap perilaku memiliki dua aspek pokok, yaitu: kepercayaan perilaku dan evaluasi. Kepercayaan perilaku adalah keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek sikap dapat pula berupa opini individu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Evaluasi adalah penilaian seseorang terhadap hasil-hasil yang dimunculkan dari suatu perilaku. Evaluasi akan berakibat pada perilaku penilaian yang diberikan individu terhadap tiap-tiap akibat atau hasil yang diperoleh oleh individu (Fishbein & Azjen 97). Komponen sikap pada penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu kepercayaan berwirausaha dan evaluasi berwirausaha. Berdasarkan data yang diambil pada aspek kepercayaan berwirausaha menunjukkan bahwa sebagian besar contoh menyatakan sangat mungkin jika berwirausaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan yaitu sebesar persen, sangat setuju berwirausaha agar menjadi orang yang kreatif sebesar 9 persen, dan sangat mungkin berwirausaha untuk mengurangi pengangguran sebesar 8 persen. Hal ini sejalan dengan aspek evaluasi berwirausaha contoh yang menunjukkan bahwa sebagian besar contoh menyatakan sangat baik jika menciptakan lapangan pekerjaan dengan berwirausaha yaitu sebesar 7 persen, sangat baik jika mengurangi pengangguran dengan berwirausaha sebesar 7 persen, dan sangat berharga jika menjadi orang yang kreatif dengan berwirausaha sebesar persen (Lampiran ). Tabel menunjukkan bahwa sebagian besar contoh mempunyai sikap dengan kategori tinggi dengan persentase sebesar persen dari total persen keseluruhan contoh dengan rincian 7 persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Namun, untuk kelompok nonformal persentase terbesar contoh berada pada kategori sedang yaitu sebesar persen. Tidak ada contoh dengan kategori rendah pada kelompok formal sedangkan contoh dengan kategori rendah pada kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal masing-masing sebesar satu persen dan dua persen. Rata-rata sikap

14 pada kelompok formal lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori sikap dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi sikap berwirausaha contoh Sikap Rendah Sedang Tinggi Formal nformal Formal dan nformal Rata-rata std Kisaran (min-max),8,8 8-7,7,7-7 9, 9, 7-7 7, 7,8 7-7 rma Subjektif Komponen intensi lainnya dalam intensi berwirausaha adalah norma subjektif. rma subjektif adalah persepsi contoh terhadap pikiran pihak-pihak yang dianggap berperan dan memiliki harapan kepadanya untuk melakukan sesuatu dan sejauh mana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut. rma subjektif dibentuk oleh dua aspek, yakni: keyakinan normatif dan motivasi untuk memenuhi tuntunan lingkungan. Keyakinan normatif merupakan pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu. Sedangkan motivasi untuk memenuhi tuntunan lingkungan merupakan kesediaan individu untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak lain yang dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus menampilkan perilaku tertentu (Fishbein & Ajzen 97). Komponen norma subjektif pada penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek kepercayaan normatif dan aspek motivasi untuk memenuhi harapan di lingkungan sekitar. Berdasarkan data yang diambil pada kedua aspek norma subjektif menunjukkan bahwa sebagian besar contoh menyatakan netral dengan persentase masing-masing sebesar persen dan persen untuk aspek kepercayaan normatif dan untuk aspek motivasi untuk memenuhi harapan di lingkungan sekitar, persentase jawaban netral contoh sebesar persen dan persen. Hanya persen contoh menyatakan sangat benar orang yang berpengaruh dalam hidupnya adalah wirausahawan dan persen contoh menyatakan harus pada pernyataan orang yang penting dalam hidupnya berfikir

15 bahwa dia berwirausaha. Kedua pernyataan tersebut mewakili aspek kepercayaan normatif. Sementara itu, pada aspek motivasi untuk memenuhi harapan di lingkungan sekitar, contoh menyatakan sering berwirausaha pada pernyataan orang yang memotivasinya menjadi wirausahawan dengan persentase sebesar persen, dan menyatakan mendorong pada pernyataan seberapa besar orang yang penting bagi hidupnya mendorongnya untuk berwirausaha dengan persentase sebesar 9 persen (Lampiran ). Tabel menunjukkan bahwa secara umum contoh mempunyai norma subjektif dengan kategori sedang dengan persentase sebesar persen dari total persen keseluruhan contoh dengan rincian 7 persen pada kelompok formal, sembilan persen pada kelompok nonformal, serta 9 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Hanya sedikit contoh dengan kategori tinggi yaitu pada kelompok formal persentasenya sebesar delapan persen, pada kelompok nonformal sebesar empat persen, serta pada kelompok kombinasi formal dan nonformal sebesar lima persen. Rata-rata norma subjektif menunjukkan bahwa contoh pada kelompok nonformal memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan kedua kelompok yang lainnya. Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori norma subjektif dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi norma subjektif contoh rma Subjektif Rendah Sedang Tinggi Formal nformal Formal dan nformal Rata-rata std Kisaran (min-max),,7 8-, 9,9 -, 9,8 -,8 9,877 - Konsep norma subjektif merupakan representasi dari tuntutan atau tekanan lingkungan yang dihayati individu. rma Subjektif menunjukkan keyakinan individu atas adanya persetujuan atau tidak dari figur-figur sosial jika ia melakukan suatu perbuatan. Dalam norma subjektif orang lain yang dimaksud biasanya ialah significant other bagi orang yang bersangkutan (Fishbein & Ajzen 97). Figur-figur sosial yang penting bisa saja termasuk di dalamnya orang tua, teman dekat, suami atau istri, dan rekan kerja (Wijaya 7). Tabel menunjukkan bahwa hampir separuh contoh pada ketiga kelompok pendidikan kewirausahaan menjawab teman adalah figur sosial yang

16 paling mendorong contoh untuk berwirausaha dengan persentase secara keseluruhan yaitu sebesar persen, rinciannya adalah persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Kemudian disusul oleh motivator bisnis sebesar persen. Contoh yang menganggap orang tua sebagai orang yang paling mendorongnya untuk berwirausaha berada pada urutan ketiga yaitu sebsar persen. Sementara itu, sebesar persen contoh menganggap dirinya sendiri yang paling mendorongnya untuk berwirausaha. Persentase terkecil adalah saudara yaitu sebesar tiga persen. Tabel Sebaran contoh berdasarkan figur sosial yang mendorong berwirausaha dan pendidikan kewirausahaan Figur Sosial Orang tua Teman Saudara Motivator bisnis Pasangan Diri sendiri Formal nformal Formal dan nformal Kontrol Perilaku Komponen ketiga dalam intensi adalah kontrol perilaku. Kontrol perilaku ini merupakan suatu acuan adanya kesulitan atau kemudahan yang ditemui seseorang dalam berperilaku tertentu. Kontrol perilaku berperan dalam Theory of Planned Behavior dalam dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Kontrol perilaku berperan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku yaitu melalui intensi terhadap perilaku (Ajzen 988). Komponen kontrol perilaku pada penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek kekuatan keyakinan contoh untuk bisa berbuat sesuatu (control belief strength) dan aspek keyakinan contoh akan adanya hambatan atau dukungan bagi contoh untuk melakukan suatu perbuatan (control belief power). Berdasarkan data yang diambil pada aspek kekuatan keyakinan seseorang bahwa ia bisa berbuat sesuatu kepercayaan berwirausaha, persentase skor rataan paling tinggi adalah pernyataan bahwa contoh berwirausaha karena orang tua contoh mengizinkan untuk menjadi wirausahawan dengan rataan skor sebesar, persen. Sementara itu, persentase skor rataan yang rendah adalah

17 7 pernyataan bahwa contoh berwirausaha karena harus meneruskan bisnis keluarga dan karena tidak mendapatkan pekerjaan dengan rataan skor masingmasing sebesar, persen dan,8 persen. Hal ini sejalan dengan aspek keyakinan seseorang akan adanya hambatan atau dukungan bagi dia untuk melakukan suatu perbuatan, persentase skor rataan paling tinggi adalah pernyataan bahwa orang tua contoh mengizinkan menjadi wirausahawan yang memudahkan berwirausaha dengan rataan skor sebesar,9 persen. Sementara itu, persentase skor rataan yang rendah adalah pernyataan bahwa contoh harus meneruskan bisnis keluarga dan contoh tidak mendapatkan pekerjaan dengan rataan skor masing-masing sebesar,8 persen dan,89 persen (Lampiran ). Tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh mempunyai kontrol perilaku dengan kategori rendah dengan persentase sebesar 8 persen dari total persen keseluruhan contoh dengan rincian 9 persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta 8 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Contoh pada kelompok nonformal memiliki persentase yang sama antara kategori rendah dan kategori sedang yaitu sebesar persen. Hanya sedikit contoh dengan kategori tinggi yaitu pada kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal mempunyai persentase yang sama yaitu masing-masing sebesar satu persen. Tidak ada contoh pada kelompok nonformal dengan kategori tinggi. Rata-rata kontrol perilaku menunjukkan bahwa contoh pada kelompok nonformal memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kategori kontrol perilaku dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi kontrol perilaku contoh Kontrol Perilaku Rendah Sedang Tinggi Formal nformal Formal dan nformal Rata-rata std Kisaran (min-max),7,8 7-99, 8,98-9, 7, ,8 7,7-7

18 8 Intensi Berwirausaha Perilaku seseorang dapat diprediksi melalui pengukuran sikapnya terhadap suatu objek tertentu. Pendekatan ini dapat dijembatani dengan melihat intensi untuk menampilkan perilaku tertentu dalam diri seseorang. Intensi secara harfiah bermakna niat. Intensi atau niat ini sebagai kemungkinan subjektif (subjective probability) individu untuk berperilaku tertentu (Fishbein dan Ajzen 97) sehingga menurut Krueger et al. () intensi kewirausahaan adalah prediksi yang reliabel untuk mengukur perilaku kewirausahaan dan aktivitas kewirausahaan. Berdasarkan data yang diambil pada komponen intensi berwirausaha menunjukkan bahwa hampir sebagian besar contoh menyatakan sangat menyenangkan jika contoh akan berwirausaha yaitu sebesar persen, sangat setuju contoh berencana untuk berwirausaha sebesar persen, dan sangat benar contoh akan mencoba berwirausaha sebesar persen. Tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh mempunyai intensi berwirausaha dengan kategori tinggi dengan persentase sebesar persen dari total persen keseluruhan contoh dengan rincian persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Hanya sedikit contoh dengan kategori rendah yaitu pada kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal mempunyai persentase yang sama yaitu masing-masing sebesar dua persen. Tidak ada contoh pada kelompok nonformal dengan kategori rendah. Rata-rata intensi berwirausaha menunjukkan bahwa contoh pada kelompok nonformal memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kategori intensi berwirausaha dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi intensi berwirausaha contoh Intensi Berwirausaha Rendah Sedang Tinggi Formal nformal Formal dan nformal Rata-rata std Kisaran (min-max),97, 7-,, 9-,87,8 -,,9 -

19 9 Hubungan Antar Variabel Penelitian Hubungan antara Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, dan Pendidikan Kewirausahaan dengan Sikap Sumarwan () menyatakan bahwa sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Hasil uji korelasi Chi Square pada Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara suku (daerah) dengan sikap (p<,). Hasil uji korelasi Pearson pada Tabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan nyata antara uang saku bulanan dengan sikap (p<,). Artinya semakin tinggi uang saku bulanan maka semakin baik sikap contoh. Selain itu, terdapat hubungan yang positif dan nyata antara jumlah pendidikan kewirausahaan formal dengan sikap (p<,). Artinya semakin banyak jumlah mata kuliah yang diikuti dalam pendidikan kewirausahaan formal maka semakin baik sikap contoh. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tabulasi silang antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan pendidikan kewirausahaan dengan sikap Variabel Kategori Sikap Sig. Rendah Sedang Tinggi Jenis kelamin Perempuan,88 Laki-laki Suku (daerah) n minang,* Minang 9 Pekerjaan ayah n wirausaha 8 8, Wirausaha Keikutsertaan Formal 7, pendidikan nformal kewirausahaan formal dan nonformal Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<, Hubungan antara Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, dan Pendidikan Kewirausahaan dengan rma Subjektif Definisi norma subjektif adalah persepsi seseorang atas pikiran kebanyakan orang lain yang penting baginya bahwa ia seharusnya berbuat sesuatu atau tidak. Hasil uji korelasi Chi Square pada Tabel menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara jenis kelamin, suku (daerah), pekerjaan ayah, dan keikutsertaan pendidikan kewirausahaan dengan norma subjektif. Selanjutnya hasil uji korelasi Pearson pada Tabel juga tidak menunjukkan adanya hubungan yang nyata dengan norma subjektif.

20 Tabel Sebaran contoh berdasarkan tabulasi silang antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan pendidikan kewirausahaan dengan norma subjektif Variabel Kategori rma Subjektif Sig. Rendah Sedang Tinggi Jenis kelamin Perempuan 8, Laki-laki 7 7 Suku (daerah) n minang,89 Minang 7 Pekerjaan ayah n wirausaha, Wirausaha Keikutsertaan Formal 7 8,97 pendidikan nformal 9 9 kewirausahaan formal dan nonformal 9 Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<, Hubungan antara Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, dan Pendidikan Kewirausahaan dengan Kontrol Perilaku Kontrol perilaku mengarah pada tingkatan dimana individu merasa bahwa dalam menunjukkan atau tidak menunjukkan sebuah perilaku adalah di bawah kontrol kehendaknya. Individu akan membentuk intensi yang kuat dalam menunjukkan perilaku jika individu tersebut mempunyai sumber daya dan kesempatan (Ajzen 988). Berdasarkan hasil uji korelasi Chi Square pada tabel menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin, suku (daerah), pekerjaan ayah, dan keikutsertaan pendidikan kewirausahaan dengan kontrol perilaku. Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan nyata antara pendidikan ibu dengan kontrol perilaku (p<,). Artinya semakin rendah pendidikan ibu contoh maka semakin baik kontrol perilaku contoh (Tabel ). Tabel Sebaran contoh berdasarkan tabulasi silang antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan pendidikan kewirausahaan dengan kontrol perilaku Variabel Kategori Kontrol Perilaku Sig. Rendah Sedang Tinggi Jenis kelamin Perempuan 7, Laki-laki Suku (daerah) n minang 9,89 Minang 9 Pekerjaan ayah n wirausaha, Wirausaha 8 Keikutsertaan Formal 9 9, pendidikan nformal kewirausahaan formal dan nonformal 8 Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<,

21 Hubungan antara Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, dan Pendidikan Kewirausahaan dengan Intensi Berwirausaha Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Katz & Gartner dalam Indarti & Rokhima 8). Wijaya (7) menyatakan bahwa intensi berwirausaha adalah niat seseorang untuk membangun sebuah usaha. Hasil uji korelasi korelasi Chi Square pada Tabel menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin, suku (daerah), pekerjaan ayah dan keikutsertaan pendidikan kewirausahaan dengan intensi berwirausaha. Tabel Sebaran contoh berdasarkan tabulasi silang antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan pendidikan kewirausahaan dengan intensi berwirausaha Variabel Kategori Intensi Berwirausaha Sig. Rendah Sedang Tinggi Jenis kelamin Perempuan 9,7 Laki-laki Suku (daerah) n minang 7 7,7 Minang 8 Pekerjaan ayah n wirausaha 9 7, Wirausaha 8 Keikutsertaan Formal,8 pendidikan nformal 8 kewirausahaan formal dan nonformal Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<, Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson pada Tabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan nyata antara jumlah pendidikan kewirausahaan nonformal dengan intensi berwirausaha (p<,). Artinya semakin banyak contoh mengikuti kegiatan kewirausahaan nonformal dalam pendidikan kewirausahaan nonformal maka semakin baik intensi berwirausaha contoh. Tabel Koefisien korelasi antar variabel penelitian menggunakan uji korelasi Pearson Variabel Kete- Sikap rma Kontrol Intensi rangan subjektif perilaku Usia contoh Tahun,,,8, IPK Nilai, -,7 -,, Uang saku bulanan Rupiah,*,,,88 Pendidikan ibu Tahun,8 -, -,8* -, Jumlah pendidikan Skor,8* -, -, -, kewirausahaan formal yang diikuti Jumlah pendidikan kewirausahaan nonformal yang diikuti Skor,,9 -,9,98* Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<,

22 Hubungan antara Sikap, rma Subjektif, dan Kontrol Perilaku dengan Intensi Berwirausaha Hasil uji korelasi Pearson pada Tabel, diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan nyata antara sikap dengan intensi berwirausaha (p<,). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa semakin baik sikap maka semakin besar intensi berwirausaha. Selain itu, terdapat hubungan yang nyata dan positif antara norma subjektif dengan intensi berwirausaha (p<,). Artinya semakin baik norma subjektif maka semakin besar intensi berwirausaha. Kontrol perilaku tidak berhubungan dengan intensi berwirausaha. Tabel Koefisien korelasi antara variabel sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku dengan intensi berwirausaha Variabel Keterangan Intensi Berwirausaha Sikap Skor,8** rma subjektif Skor,** Kontrol perilaku Skor -,8 Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<, Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Intensi Berwirausaha Pengaruh Sikap, rma Subjektif, dan Kontrol Perilaku terhadap Intensi Berwirausaha Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sikap yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Terdapat pengaruh yang positif dan nyata antara sikap terhadap intensi berwirausaha (p<,) (Tabel ). Artinya semakin tinggi sikap contoh maka semakin besar intensi berwirausahanya. Variabel norma subjektif dan kontrol perilaku dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap intensi berwirausaha contoh. Tabel menunjukkan bahwa sebesar, persen intensi berwirausaha dapat dijelaskan oleh variabel-variabel pada model, yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Sisanya sebesar 8, persen dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan. Tabel Analisis regresi pengaruh sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap intensi berwirausaha Model Keterangan Konstanta Sikap rma subjektif Kontrol perilaku Skor Skor Skor Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 8,8,7,,9,89,,, -,, -,8 Adjusted R Square, Keterangan: **nyata pada P>,, *nyata pada P>, Sig.,,**,,97

23 Pengaruh Pekerjaan Ayah, Pendidikan Kewirausahaan, Sikap, rma Subjektif, dan Kontrol Perilaku terhadap Intensi Berwirausaha Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sikap (p<,) yang mempengaruhi intensi berwirausaha jika variabel bebas yang digunakan dalam uji pengaruh yaitu pekerjaan ayah, pendidikan kewirausahaan, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Tabel menunjukkan bahwa sebesar, persen intensi berwirausaha dapat dijelaskan oleh variabel-variabel pada model, yaitu pekerjaan ayah, pendidikan kewirausahaan, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Sisanya sebesar sebesar 8, persen dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan. Tabel Analisis regresi pengaruh pekerjaan ayah, pendidikan kewirausahaan, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap intensi berwirausaha Model Keterangan Konstanta Pekerjaan ayah Jumlah pendidikan kewirausahaan formal yang diikuti Jumlah pendidikan kewirausahaan =non wira usaha,= wirausaha Skor Skor Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 8,,77,7,8,7 -,,7,, -,, nonformal yang diikuti Skor,,9, Sikap Skor,7,,8 7 rma subjektif Skor -,, -,88 8 Kontrol perilaku Adjusted R Square, Keterangan: **nyata pada P>,, *nyata pada P>, Sig.,,8,,97,**,7,7

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yakni data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975) 9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, termasuk di Indonesia. Masalah pengangguran ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk yang diiringi

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR ELIS TRISNAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR ELIS TRISNAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. 17 KERANGKA PEMIKIRAN Perguruan tinggi merupakan komunitas yang terdiri dari orang-orang intelektual dalam berbagai aktivitas akademis. Perguruan tinggi memiliki peran strategis dan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa seseorang untuk bisa lebih kreatif

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Kaliurang KM. 14.5, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Kaliurang KM. 14.5, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang tua dan minat berwirausaha pada mahasiswa.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM 4.1 Latar Belakang Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Sebagai suatu lembaga pendidikan, IPB memiliki visi dan misi

Lebih terperinci

Gaya Hidup - aktivitas - minat - opini

Gaya Hidup - aktivitas - minat - opini 15 KERANGKA PEMIKIRAN Gaya hidup merupakan aktivitas, minat, dan pendapat individu dalam kehidupan sehari-hari yang diukur menggunakan teknik psikografik. Berbagai faktor dapat memengaruhi terbentuknya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keterangan : n = jumlah mahasiswa yang diambil N = jumlah populasi mahasiswa program sarjana e = batas kesalahan pengambilan contoh

METODE PENELITIAN. Keterangan : n = jumlah mahasiswa yang diambil N = jumlah populasi mahasiswa program sarjana e = batas kesalahan pengambilan contoh 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu atau periode tertentu. Lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis Hasil

BAB 4 Analisis Hasil BAB 4 Analisis Hasil 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah gay dewasa muda yang berusia 20-40 tahun, mengidentifikasikan diri sebagai penyuka sesama jenis serta berdomisili

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Desa Kadirejo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Desa Kadirejo. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini akan menjawab masalah penelitian pada Bab

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN 3.1 Pengujian Instrumen Data Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu terhadap instrumen yang akan digunakan. Ini dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DANA BEASISWA BIDIKMISI PADA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MENGGUNAKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR VIVI PRILIYANTI

ANALISIS PENGGUNAAN DANA BEASISWA BIDIKMISI PADA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MENGGUNAKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR VIVI PRILIYANTI ANALISIS PENGGUNAAN DANA BEASISWA BIDIKMISI PADA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MENGGUNAKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR VIVI PRILIYANTI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner

BAB I PENDAHULUAN. negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan wirausaha di Indonesia sangat lambat dibandingkan dengan negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner Monitorong (GEM) 2009, jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Amarta Multi Corporation. bagi industri. Berdiri di Yogyakarta sejak tahun 2004.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Amarta Multi Corporation. bagi industri. Berdiri di Yogyakarta sejak tahun 2004. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Amarta Multi Corporation Amarta Multi Corporation adalah sebuah perusahaan penyedia jasa pelatihan dan konsultasi Sumber Daya Manusia bagi industri.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Sebanyak 125 mahasiswa STIS yang menjadi responden penelitian, 40 (32.00%) di antaranya laki-laki dan 85 (68.00%) lainnya perempuan. Rasio mahasiswa laki-laki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dapat menjelaskan dan menyakinkan pegawai bahwa dalam organisasi atau

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dapat menjelaskan dan menyakinkan pegawai bahwa dalam organisasi atau BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Pelaksanaan Motivasi Dalam sebuah organisasi seorang manajer atau pimpinan dituntut harus dapat menjelaskan dan menyakinkan pegawai bahwa dalam organisasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1. Deskriptif Struktur Organisasi

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1. Deskriptif Struktur Organisasi BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Pada bagian ini akan digambarkan atau dideskripsikan dari data masing-masing informasi mengenai identitas diri mulai jenis kelamin, usia, dan pendidikan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kewirausahaan berkembang pesat bersamaan dengan ditetapkannya arah pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika perusahaan semakin menuntut kemampuan dan kompetensi karyawan. Salah satu kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang penulis berhasil dikumpulkan kemudian akan diolah dengan metode regresi linier berganda untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu persepsi kualitas

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan jawaban responden yang telah diklasifikasikan menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengeluaran dalam satu bulan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Kecamatan Johan Pahlawan terletak antara 04 1 0 lintang utara serta antara 96 04 0 dan 96 09 0 bujur timur dengan luas 44,91 km².

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya pengangguran intelektual beberapa

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) Faktor yang berpotensi berhubungan dengan Kompetensi remaja dalam mengikuti Program Kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Wirausahawan muda memiliki pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi suatu negara (Fadeyi dkk, 2015). Disamping memberikan peluang kerja bagi orang lain, lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner (angket) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner (angket) yang 56 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Variabel Penelitian Data penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner (angket) yang berisi pertanyaan atau pernyataan tertulis yang diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instagram. Instagram kini menjadi market place

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

Korelasi buah apel impor

Korelasi buah apel impor LAMPIRAN 65 21 Korelasi buah apel Korelasi apel apel Pembelian apel lama pendidikan suku nilai sosial aktif Pembelian apel lama pendidikan suku nilai aktif 1 0,322 * 0,080 0,063-0,066-0,076 0,003-0,147-0,005

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan lembaga pendidikan di Yogyakarta maupun

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan lembaga pendidikan di Yogyakarta maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya perkembangan lembaga pendidikan di Yogyakarta maupun di luar Yogyakarta baik swasta maupun negeri, akan menjadikan persaingan sangat ketat.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dan diperoleh melalui menyebar kuesioner secara langsung kepada

Lebih terperinci

ANALISIS NIAT BELI ASURANSI JIWA PADA MAHASISWA: APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

ANALISIS NIAT BELI ASURANSI JIWA PADA MAHASISWA: APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2014, p : 58-66 Vol. 7, No. 1 ISSN : 1907-6037 ANALISIS NIAT BELI ASURANSI JIWA PADA MAHASISWA: APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR Novie Astri Pratiwi 1, Hartoyo 1*) 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. membuktikan diri sebagai Bimbingan belajar terbaik dan terbesar di Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. membuktikan diri sebagai Bimbingan belajar terbaik dan terbesar di Indonesia. 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Ganesha Operation telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan masyarakat Indonesia sejak 1984. Sejak saat itu, Ganesha Operation terus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai objek penelitian oleh peneliti adalah konsumen yang sudah menggunakan sepatu Converse. Peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya profesi wirausaha pada masyarakat Indonesia ini dapat

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. Petunjuk Pengisian Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu. 2.

DAFTAR PERTANYAAN. Petunjuk Pengisian Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu. 2. Lampiran. Kuisioner Penelitian DAFTAR PERTANYAAN Petunjuk Pengisian Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu. I. Identitas Responden. Tempat Tinggal Bapak/Ibu

Lebih terperinci

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung 1) Febby Zoya Larisa, 2) Suhana 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pegawai BPBD Semarang yang berjumlah 56 orang. Untuk mendapatkan

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pegawai BPBD Semarang yang berjumlah 56 orang. Untuk mendapatkan BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini diawali dengan membagikan kuesioner kepada seluruh pegawai BPBD Semarang yang berjumlah 56 orang. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross-Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cepat, lengkap serta dalam satu waktu dan tidak berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494) 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena pengumpulan data hanya dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan, serta retrospektif karena

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Responden dalam dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil pengolahan data, dan analisa data hasil penelitian. Hasil ini diperoleh berdasarkan kuesioner yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gerakan dakwah amar ma ruf nahi munkar yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gerakan dakwah amar ma ruf nahi munkar yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad 63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan gerakan Islam yang maksud gerakan dakwah amar ma ruf nahi munkar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah yang sering dijumpai di negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara berkembang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Contoh dan Teknik Penarikan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crosss sectional study. Desain cross sectional study adalah salah satu caraa pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh tingginya persaingan diantara para pencari kerja, terutama persaingan pada lulusan universitas. Data Biro Pusat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pengambilan Contoh 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai perilaku penggunaan internet ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey. Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE SAMSUNG

ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE SAMSUNG ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE SAMSUNG BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1) Di zaman yang modern ini smartphone merupakan sebuah alat telekomunikasi

Lebih terperinci

Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk

Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk LAMPIRAN Lampiran 1: Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk s item1 item2 item3 item4 item5 totalskor 1.777 **.619 **.795 **.227 *.864 ** item1 Sig. (2-tailed).000.000.000.021.000 item2.777 ** 1.542

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. strategis bagi perkembangan Ekonomi Islam, Perbankan Syari ah, Asuransi

BAB IV HASIL PENELITIAN. dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. strategis bagi perkembangan Ekonomi Islam, Perbankan Syari ah, Asuransi 64 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian 1.1 Profil Umum Program Studi Ekonomi Syari ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya Program Studi Ekonomi Syari ah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah penduduk di Indonesia setiap harinya semakin bertambah. Pertambahan penduduk tersebut menyebabkan Indonesia mengalami beberapa masalah, salah satunya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PRODUK, HARGA, PROMOSI, DAN TEMPAT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK INDOSAT OOREDOO

ANALISIS PENGARUH PRODUK, HARGA, PROMOSI, DAN TEMPAT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK INDOSAT OOREDOO Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER ANALISIS PENGARUH PRODUK, HARGA, PROMOSI, DAN TEMPAT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK INDOSAT OOREDOO Sehubungan dengan penyusunan skripsi dengan judul yang

Lebih terperinci

BAB IX HUBUNGAN ANTARA SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN INTENSI PENGUSAHA UKM DENGAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS

BAB IX HUBUNGAN ANTARA SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN INTENSI PENGUSAHA UKM DENGAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS BAB IX HUBUNGAN ANTARA SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN INTENSI PENGUSAHA UKM DENGAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS 9.1. Pemanfaatan Internet dalam Kegiatan Bisnis Berdasarkan Sikap Berdasarkan Tabel

Lebih terperinci

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER Persepsi mahasiswa peserta Mata Kuliah Gender dan Pembangunan terhadap kesadaran gender yaitu pandangan mahasiswa yang telah mengikuti Mata Kuliah Gender

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 58 BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan; diskusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah konsumen di rumah makan Mie Ayam Oplosan Kedai Shoimah. Responden yang menjadi objek penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. Hal ini dapat diamati dari jumlah pengangguran yang terus meningkat dan terbatasnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Bab ini akan menyajikan data data yang telah peneliti dapatkan dari para responden. Data tersebut kemudian diolah dengan bantuan program SPSS 15.0 for Windows. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berada di meruya selatan. dengan total 100 kuesioner yang diantarkan langsung

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berada di meruya selatan. dengan total 100 kuesioner yang diantarkan langsung BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan kuesioner yang telah disebar kepada konsumen Warteg yang berada di meruya selatan. dengan total 100 kuesioner yang diantarkan langsung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yakni data yang dikumpulkan pada suatu waktu dan tidak berkelanjutan (Singarimbun & Efendi 1995). Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA Indri Hastuti Listyawati Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta email : myindri.listyawati@gmail.com

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah berdirinya Yayasan Taruna Surabaya. Perguruan Tinggi bahkan Pascasarjana.

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah berdirinya Yayasan Taruna Surabaya. Perguruan Tinggi bahkan Pascasarjana. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah berdirinya Yayasan Taruna Surabaya Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Yayasan Taruna Surabaya. Yayasan Taruna Surabaya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan penelitian utama mengenai Pakaian Batik bersama-sama dengan dua penelitian lainnya yang berjudul Kepribadian, Konsep Diri, dan Gaya

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat pendidikan seringkali dikatakan mempersempit akses untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak memiliki

Lebih terperinci

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 37 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan untuk memperoleh karakteristik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, demikian halnya di Indonesia. Pengangguran di Indonesia hampir separuhnya disumbangkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan program SSPS 19 dengan kriteria

BAB IV HASIL PENELITIAN. diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan program SSPS 19 dengan kriteria BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Uji Validitas Hasil perhitungan uji validitas menggunakan data 86 responden dan data yang diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan program SSPS 19 dengan kriteria penentuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. distribusi responden berdasarkan karakteristik tersebut di atas.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. distribusi responden berdasarkan karakteristik tersebut di atas. BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Dalam bagian gambaran umum responden ini akan disampaikan deskripsi mengenai responden. Gambaran umum responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi 43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek dan Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kosmetik merek Wardah. Wardah diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan nasional yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah masalah pengangguran yang diperkirakan akan tetap mewarnai ketenagakerjaan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kuesioner sebanyak 30 item pernyataan, yang terdiri dari 20 item pernyataan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kuesioner sebanyak 30 item pernyataan, yang terdiri dari 20 item pernyataan 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penyebaran Kuesioner Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui metode survei dengan menyebarkan kuesioner pada karyawan PT BPRS Bangun Drajat Warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah menyentuh semua sisi kehidupan masyarakat dari lapisan atas hingga ke lapisan bawah. Banyak masyarakat

Lebih terperinci

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta Sumber : Kementerian Pendidikan Nasional/Dirjen Dikti/Direktorat Kelembagaan 15 November 2008 Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta LATAR BELAKANG Hasil Survei Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 36 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode survey. Penelitian dengan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan jenjang pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (anonim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan

Lebih terperinci

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini: METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor internal IGE Timor Leste, alasannya bahwa IGE merupakan satu-satunya internal auditor pemerintah di Timor Leste. Desain Penelitian

Lebih terperinci