HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada tahun 1973 dan beroperasi tahun Sekolah ini memiliki tenaga pendidik yang berjumlah 13 orang, terdiri dari 3 orang S1, 4 orang D2, 1 orang D1, 2 orang SPG dan 2 orang SMA serta 1 orang SLTP. Jumlah siswa sebanyak 215 orang terdiri dari 32 orang siswa kelas 1, 39 orang siswa kelas 2, 34 orang kelas 3, 43 orang siswa kelas 4, 32 orang siswa kelas 5, dan 35 orang siswa kelas 6. Jumlah kelas ada sebanyak 6 kelas. Siswa memulai pelajaran pukul WIB hingga pukul WIB untuk kelas 5 dan 6. Fasilitas yang tersedia terdiri dari ruang belajar, ruang kepala sekolah dan ruang guru, ruang komputer, perpustakaan, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), rumah dinas guru dan penjaga sekolah, mushola, WC, sarana air bersih dan listrik berasal dari PDAM dan PLN. SDN Kebon Kopi 2 ini tidak memiliki kantin, karena bangunan untuk kantin direnovasi dan dijadikan ruang belajar. Dana operasi dan perawatan berasal dari dana BOS dan SD gratis. Karakteristik contoh Jenis kelamin siswa Lebih dari separuh siswa berjenis kelamin perempuan sebesar 56.1% sedangkan laki-laki sebesar 43.9%. Siswa yang berjenis kelamin perempuan di kelas 5 terdapat 55.6% dan 44.4% siswa berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan di kelas 6 siswa yang berjenis kelamin perempuan sebesar 56,7% dan berjenis kelamin laki-laki sebesar 43.3%. Umur siswa Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa secara umum, umur siswa kelas 5 dan 6 berkisar antara 9 13 tahun dan tersebar pada umur 10 tahun (40.9%), begitu pula pada siswa kelas 5 (72.2%) sedangkan siswa kelas 6, kebanyakan siswa berumur 11 tahun (60.0%). Anak sekolah dasar atau anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Menurut Hurlock (1999), masa ini sebagai akhir masa kanak-kanak (late childhood) yang berlangsung dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya anak menjadi matang secara seksual, yaitu 13 tahun bagi anak perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki.

2 26 Tabel 3 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan umur Umur (tahun) Seperti yang kita ketahui bahwa golongan umur anak sekolah ini belum mencapai dewasa dan merupakan generasi yang perlu mendapatkan perhatian dalam konsumsi pangannya. Pola makan pada masa ini perlu mendapat perhatian khusus, karena pola konsumsi saat ini akan terbawa terus sampai dewasa. Besaran uang saku Dari hasil penelitian dapat dilihat rata-rata uang saku siswa kelas 5 dan 6 sehari berkisar Rp1000-Rp3000 yaitu (48.5%). Uang saku siswa kelas 5 lebih rendah dibanding siswa kelas 6, jika dilihat pada data pekerjaan ayah, pada siswa kelas 5 ayah banyak yang bekerja sebagai buruh sedangkan kelas 6 sebagai wiraswasta. Besaran uang saku siswa kelas 5 dan 6 ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan uang saku Jenis kelamin Rendah (Rp1000-Rp3000) Sedang (>Rp3000-Rp5000) Tinggi (>Rp5000) Anak sekolah pada umumnya memiliki sejumlah uang yang diberikan orangtua untuk keperluan jajan dan keperluan lainnya yang biasa disebut uang saku. Oleh siswa uang saku ini digunakan untuk jajan dan menabung disekolah. Menurut Napitu (1994) dalam Adhistiana (2009), bahwa pemberian uang saku kepada anak dapat mempengaruhi anak untuk belajar bertanggung jawab atas uang yang dimilikinya. Pemberian uang saku ini merupakan bagian dari

3 27 pengalokasian pendapatan keluarga kepada anak untuk keperluan harian,mingguan atau bulanan, baik untuk keperluan jajan atau keperluan nya seperti membeli alat tulis, menabung dan sebagainnya. Besar uang saku yang dimiliki tiap anak sangat beragam tergantung pada mendukungnya. Karakteristik keluarga faktor-faktor yang Pendidikan orangtua Pendidikan ayah dan ibu dibagi menjadi lima kategori tamat SD/ sederajat, SD/ sederajat, SMP/ sederajat, SMA/ sederajat, PT (Perguruan Tinggi)/ sederajat. Tabel 6 menunjukkan pada siswa kelas 5 jumlah ayah yang berpendidikan SD dan SMP masih cukup tinggi yaitu sebesar (30.6%) dibanding pendidikan ayah siswa kelas 6, ayah yang berpendidikan SD (23.3%) dab SMP (26.7%). Jumlah ibu yang berpendidikan SD dan SMP masih cukup tinggi yaitu sebesar (30.0%). Pendidikan ibu pada siswa kelas 5 lebih rendah daripada pendidikan ibu kelas 6. Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 2006). Sebaran tingkat pendidikan orangtua siswa berdasarkan kelas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran orangtua siswa berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu Kelas 5 Kelas 6 Kelas 5 Kelas 6 Kategori pendidikan n % Tamat SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama cara pengasuhan anak yang baik, cara menjaga kesehatan anak, pendidikan anak dan sebagainya Soetjiningsih (1995). Selain itu menurut Suhardjo (2003), orang yang berpendidikan tinggi cendrung memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai

4 28 dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan anak sejak kecil sehingga kebutuhan gizinya dapat terpenuhi dengan baik. Pekerjaan orangtua Jenis pekerjaan berhubungan erat dengan pendapatan yang diterima. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pekerjaan orangtua (ayah) ternyata cukup beragam, pada siswa kelas 5 sebagian besar bekerja sebagai buruh (38.9%) dan siswa kelas 6 bekerja sebagai wiraswasta (40.0%). Bayaknya ayah yang bekerja sebagai buruh pada siswa kelas 5 bisa dilihat juga pada pendidikan ayah siswa kelas 5 masih banyak yang berpendidikan tamat SD dan SMP dibandingkan dengan kelas 6. Pendidikan dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup dalam berbagai hal. Misalkan pekerjaan tersedia, seseorang yang memiliki pendidikan biasanya dapat masuk kegolongan pekerjaan yang diupah lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak memiliki pendidikan (Soehardjo 1989). Sedangkan untuk pekerjaan ibu, hampir keseluruhan ibu sebagai ibu rumah tangga baik pada siswa kelas 5 (88.9%) maupun pada siswa kelas 6 (93.3%). Sebaran orangtua siswa berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran orangtua siswa berdasarkan jenis pekerjaan Kategori pekerjaan Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu Kelas 5 Kelas 6 Kelas 5 Kelas 6 n % PNS (guru) Swasta (pedagang, karyawan) Buruh Wiraswasta Lainnya (supir, serabutan) Ibu Rumah Tangga Total Pendapatan keluarga Tabel 7 menunjukkan sebaran keluarga siswa berdasarkan tingkat pendapatan perkapita perbulan. Pendapatan perkapita keluarga siswa perbulan sebagian besar adalah tergolong miskin (<Rp ) yaitu 74.2%. hal ini dikarenakan pekerjaan orongtua siswa masih banyak yang tergolong buruh. Pendapatan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan. Menurut Harper, Deaton & Driskel (1986), pendapatan seseorang atau keluarga akan menentukan daya beli terhadap pangan. Semakin meningkatnya pendapatan seseorang maka akan terjadi perubahan di dalam

5 29 susunan menunya setiap hari. Tingkat pendapatan yang tinggi dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi anggota keluarga untuk memilih pangan yang lebih baik berdasarkan jumlah dan jenisnya. Tabel 7 Sebaran orangtua siswa berdasarkan pendapatan keluarga/kap/bulan Pendapatan/kapita/bulan (Rp) Miskin (<Rp ) Tidak miskin (<Rp ) Besar keluarga Jumlah anggota keluarga siswa baik kelas 5 (47.2%) maupun kelas 6 (46.7%) tergolong keluarga sedang. Sebaran besar keluarga siswa berdasarkan kelas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan besar keluarga Besar keluarga 4 (kecil) (sedang) (besar) Menurut Sediaoetama (1989) pengaturan pengeluaran umtuk pangan sehari-hari akan lebih sulit jika jumlah anggota keluarga banyak. Hal ini menyebabkan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi anggota keluarga tidak mencukupi kebutuhan. Pengetahuan, sikap dan praktik kebiasaan sarapan siswa Pengetahuan siswa Secara umum pengetahuan siswa kelas 5 dan 6 tentang kebiasaan sarapan yang tergolong kurang masih cukup tinggi yaitu (33.3%), rata-rata nilai skor pengetahuan siswa yaitu 68,31. Pada siswa kelas 5, pengetahuan tentang kebiasaan sarapan lebih rendah dari kelas 6. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai skor pengetahuan pada siswa kelas 5 yaitu 61.1 dan kelas 6 sebesar 76,9. Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan dapat dilihat pada Tabel 9.

6 30 Tabel 9 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan Kategori pengetahuan Kurang (<60%) Sedang (60%-80%) Baik (>80%) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2007). Menurut Pranadji (1994), pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsi pada diri anak-anak, sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai dan kepercayaan terhadap makanan yang diperolehnya melalui pendidikan baik di sekolah maupun di rumah. Tabel 10 menjelaskan mengenai presentase jawaban dari setiap pertanyaan yang dijawab benar oleh siswa kelas 5 dan 6. Sebagian pertanyaan telah dapat dipahami siswa dengan baik hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban yang lebih dari >80% yaitu pertanyaan tentang kebiasaan cuci tangan, sarapan yang sehat dan bergizi, makanan yang bergizi dan aman untuk sarapan, mengapa perlu sarapan dan kebiasaan sarapan setiap hari serta akibat makanan dan minuman yang tidak bersih dan sehat. Persentase jawaban 60%-80% yaitu dari pertanyaan, fungsi karbohidrat bagi tubuh.

7 31 Tabel 10 Sebaran pertanyaan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan dijawab benar oleh siswa kelas 5 dan 6 No Pertanyaan 1 Kebiasaan mencuci tangan Makanan yang dijual disekolah Sarapan yang sehat dan bergizi Pengertian makanan dan minuman yang tercemar 5 Akibat makanan dan minuman yang tidak bersih dan tidak sehat 6 Makanan yang bergizi dan aman untuk sarapan 7 Jenis-jenis zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh 8 Fungsi karbohidrat bagi tubuh Fungsi protein bagi tubuh Mengapa kita perlu sarapan Kebiasaan Sarapan Akibat Tidak sarapan Namun masih ada beberapa pertanyaan yang tidak dapat dijwab dengan baik oleh siswa dengan persentase <60% yaitu fungsi protein bagi tubuh jenis zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan akibat tidak sarapan. Pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab oleh sebagian siswa diduga karena siswa belum paham dan belum cukup mendapatkan materi tentang gizi disekolah. Adapun pertanyaan yang relatif tidak dapat dijawab siswa adalah pengertian makanan dan minuman yang tercemar (15.2%). Sikap siswa Pada Tabel 11 dapat dilihat masih ada sikap siswa terhadap kebiasaan sarapan pagi yang tergolong negatif (25.8%) dan netral (36.4%). Rata-rata skor nilai sikap siswa kelas 5 dan 6 yaitu 72,8. Dapat dilihat pada siswa kelas 5 dan kelas 6 sikap siswa terhadap kebiasaan sarapan pagi yang tergolong negatif berturut-turut 25.0% dan 26.7%. Rata-rata skor sikap siswa kelas 5 yaitu 70.1 dan kelas 6 yaitu 76.1.

8 32 Tabel 11 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan sikap terhadap kebiasaan sarapan pagi Sikap Negatif (<60%) Netral (60%-80%) Positif (>80%) Menurut Suhardjo (1989) sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan respon-respon yang diperlihatkan oleh oranglain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak. Pengalaman yang diperoleh ada yang dirasakan menyenagkan atau sebaliknya tidak menyenangkan, sehingga setiap individu dapat mempunyai sikap suka atau tidak suka (like or dislike) terhadap makanan. Khumaidi (1989) menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap makanan dapat bernilai positif atau negatif. Sikap ini dipengaruhi oleh pelajaran dan pengalaman yang diperoleh pada masa sebelumnya. Pernyataan yang disajikan untuk data sikap siswa terhadap kebiasaan sarapan, dapat dilihat persentase >80% dari pernyataan siswa seperti tubuh memerlukan beragam zat gizi, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan sarapan setiap hari, Kebersihan alat makan dan minum, sarapan dirumah lebih baik dari pada jajan di sekolah, sarapan yang baik harus mengandung semua zat gizi, serta pernyataan makanan yang dikemas lebih baik daripada yang tidak dikemas. Persentase 60-80% untuk pernyataan negatif yaitu sarapan tidak penting. Sebagian kecil juga masih tergolong negatif <60% seperti pernyataan peyebab makanan tercemar, makanan yang mengandung pewarna buatan dan pengawet dapat membahayakan kesehatan, hal ini di duga karena siswa belum memahami tentang bahaya pewarna buatan dan pengawet pada makanan, pernyataan tumpukan sampah dapat menyebabkan makanan tercemar, serta makanan yang dijual oleh pedagang keliling diluar pagar sekolah adalah makanan tidak sehat. Sebaran pernyataan sikap terhadap kebiasaan sarapan yang dijawab benar oleh siswa kelas 5 dan 6 disajikan pada Tabel 12.

9 33 Tabel 12 Sebaran pernyataan sikap terhadap kebiasaan sarapan yang dijawab setuju oleh siswa kelas 5 dan 6. No Pertanyaan 1 Kebiasaan mencuci tangan Penyebab makanan tercemar Kebersihan makanan Pentingnya kebersihan alat untuk makanan dan minum Tumpukan sampah dapat menyebabkan makanan tercemar Makanan yang mengandung pewarna buatan dan pengawet Makanan yang dijual oleh pedagang keliling Tubuh membutuhkan beragam zat gizi Sarapan tidak penting Sarapan di rumah lebih baik dari pada jajan di sekolah Sarapan yang baik harus mengandung semua zat gizi Kebiasaan sarapan setiap hari Praktik siswa Secara umum masih terdapat siswa kelas 5 dan 6 yang praktik kebiasaan sarapannya tergolong kurang (19.7%) dan cukup (53.0%), rata-rata skor nilai praktik siswa kelas 5 dan 6 yaitu Praktik terhadap kebiasaan sarapan pada siswa kelas 5 masih ada yang tergolong kurang (25.0%), begitu juga pada siswa kelas 6 (13.3%). Rata-rata skor nilai praktik siswa kelas 5 yaitu 71.3 dan kelas 6 yaitu Tabel 13 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan praktik kebiasaan sarapan Umur Kurang (<60%) Cukup (60%-80%) Baik (>80%) Praktik yang tergolong kurang ini bisa dilihat dari pengetahuan siswa yang masih tergolong kurang. Pengetahuan tentang kebiasaan sarapan adalah aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman contoh tentang kebiasaan sarapan. Pengetahuan tentang kebiasaan sarapan merupakan hal penting yang

10 34 harus dimilki oleh siswa. Tingkat pengetahuan tentang kebiasaan sarapan siswa berpengaruh terhadap sikap dan praktik siswa dalam hal kebiasaan sarapan, dengan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan yang baik, diharapkan siswa akan menerapkan perilaku makan yang baik khususnya tidak meninggalkan sarapan. Pada Tabel 14, dapat dilihat kebiasaan sarapan pada siswa kelas 5 dan 6 yaitu masih ada siswa yang tidak sarapan (4.5%), kadang-kadang (16.7%), dan lebih dari separuh siswa menjawab ya (78.8%). Siswa ini tidak sarapan karena tidak terbiasa sarapan. Tabel 14 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan kebiasan sarapan Kebiasan sarapan siswa Ya Kadang-kadang tidak pernah Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faridi (2002), alasan seseorang melakukan sarapan antara lain untuk meningkatkan kesehatan. Hal ini dirasakan karena selama aktivitas belajar dibutuhkan energi dan badan yang sehat agar dapat menerima pelajaran dengan baik. Selain itu sarapan dapat meningkatkan konsentrasi belajar. Kebiasaan sarapan terbentuk oleh keluarga. Orang tualah yang membiasakan anak untuk sarapan sehingga anak merasa bahwa sarapan adalah kebiasaan yang harus dilakukan. Pada Tabel 15 dapat dilihat sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan frekuensi sarapan diperoleh frekuensi sarapan siswa < 4 kali dalam seminggu masih cukup tinggi yaitu 36.4%, frekuensi sarapan siswa 4kali dalam seminggu (59.1%) dan masih ada siswa yang tidak pernah sarapan (4.5%). Hal ini dikarenakan siswa tersebut tidak terbiasa sarapan. Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali dalam sehari. Tidak mungkin seseorang apalagi anak-anak, memenuhi kebutuhan gizinya hanya dari satu atau dua kali makan setiap hari. Secara kuantitas dan kualitas kalau hanya satu atau dua kali makan setiap hari, maka konsumsi pangan anak-anak mungkin sekali kurang, karena keterbatasan kapasitas lambungnya. Namun demikian pada kenyataannya masih banyak anak-anak yang frekuensi makannya kurang dari tiga kali sehari. Waktu makan

11 35 yang sering ditinggalkan oleh anak pada umumnya adalah makan pagi (Madanijah 1994). Tabel 15 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan frekuensi sarapan dalam seminggu Frekuensi sarapan dalam 1 minggu 4kali < 4 kali tidak pernah Alasan siswa tidak sarapan dibagi dalam tiga kategori karena tidak disediakan dirumah, tidak nafsu makan dan tidak sempat. Pada siswa kelas 5 maupun siswa kelas 6, sebesar 46.4% alasan siswa tidak sarapan adalah karena tidak nafsu makan, selebihnya karena tidak disediakan dirumah dan karena tidak sempat. Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan alasan tidak sarapan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan alasan tidak sarapan Alasan tidak sarapan Tidak disediakan dirumah Tidak nafsu makan Tidak sempat Menurut Khomsan (2005) sarapan adalah suatu kegiatan makan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi hari. Alasan tidak sarapan yaitu tidak sempat atau terburu-buru, merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan, maupun ingin diet supaya berat badan bisa cepat turun. Tabel 17 menjelaskan jenis sarapan yang biasa dikonsumsi oleh siswa pada saat sarapan. Sebesar 25.8% siswa sarapan dengan nasi dan lauk pauk seperti ikan dan telur, dari hasil juga diperoleh siswa sarapan hanya dengan nasi dan sayur, sayur yang biasa dikonsumsi seperti sayur sop dan sayur bayam. Jika dilihat dari data yang diperoleh, siswa belum sarapan sesuai dengan menu seimbang.

12 36 Tabel 17 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan jenis sarapan No Jenis sarapan 1 Bubur Nasi goreng Nasi,lauk pauk (ikan dan telur) Nasi,lauk pauk (ikan, telur),sayur (sop, bayamdll) Nasi,sayur (sayur sop, bayam dll) Roti, bihun, gorengan Tidak sarapan Jenis makanan untuk sarapan dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang seimbang. Khomsan (2005) menjelaskan bahwa bila sarapan dengan aneka ragam pangan, yang terdiri dari nasi, sayur/buah, lauk pauk dan susu, dapat memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral. Tabel 18 menunjukan sebaran pertanyaan praktik kebiasaan sarapan yang dijawab ya oleh siswa kelas 5 dan 6, dari pertanyaan yang diajukan untuk praktik tentang kebiasaan sarapan, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh siswa (>80%) baik pada siswa kelas 5 maupun kelas 6 adalah kebiasaan mencuci tangan setiap kali hendak makan. Pertanyaan yang dijawab dengan persentase (60%-80%) antara lain, jika membeli makanan/minuman disekolah selalu membeli makanan/minuman karena makanan tersebut sehat dan bergizi, apakah selalu mencuci tangan setiap kali hendak makan, apakah selalu memperhatikan kebersihan tempat membeli makanan, serta pertanyaan lebih memilih makanan kesukaan walaupun dihinggapi lalat dibanding makanan yang dikemas (dibungkus). Pertanyaan yang dijawab dengan persentase <60% yaitu, pertanyaan tentang kebiasaan membeli makanan jajanan seperti cilok, cimol dengan saos yang berlebihan, kebiasaan tidak sarapan karena bisa jajan di sekolah, pertanyaan apakah selalu bawa bekal dari rumah, dari pada jajan. Serta pertanyaan apakah selalu membeli makanan jajanan diluar sekolah, rata-rata siswa menjawab ya hanya sebagian kecil menjawab jarang (13.6%). Hal ini dikarenakan disekolah tersebut tidak memiliki kantin sekolah. Umumnya siswa jajan di luar pekarangan sekolah.

13 37 Tabel 18 Sebaran pertanyaan praktik kebiasaan sarapan pagi yang dijawab ya oleh siswa No Pertanyaan 1 Selalu mencuci tangan Selalu memperhatikan kebersihan tempat membeli makanan 3 Lebih memilih makanan kesukaan walaupun dihinggapi lalat dibanding makanan yang dikemas 4 Kebiasaan membeli makanan jajanan dengan saos yang berlebihan 5 Selalu membeli makanan/minuman jajanan yang dijual diluar sekolah 6 Membeli makanan/minuman karena makanan tersebut sehat dan bergizi 7 Lebih memilih tidak sarapan karena bisa jajan di sekolah 8 Selalu bawa bekal dari rumah, dari pada jajan 9 Selalu menyempatkan diri untuk sarapan Dari hasil penelitian Hermina et all di Desa Ciheuleut pada tahun 2000, menyebutkan ada sebagian siswa (35.0%) membeli sendiri makanan jajanan disekolah dan dikonsumsi sebelum masuk kelas (pukul ), jenis makanan yang dikonsumsi untuk sarapan biasanya berupa bubur nasi, nasi uduk, bihun goreng, buras/lontong, dan gorengan. Namun bagi siswa yang tidak tahu memilih makanan jajanan untuk sarapannya, makanan yang mereka pilih pada pagi hari adalah cilok, es atau chiki dan sejenisnya yang kandungan energinya sangat rendah dan kurang baik bagi kesehatan anak. Pengetahuan dan sikap ibu tentang kebiasaan sarapan siswa Pengetahuan ibu Penelitian ini juga mewawancarai beberapa ibu untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan siswa, dari 16 ibu hanya 43.8% ibu memiliki pengetahuan yang tergolong baik, masih ada sebagian kecil ibu yang berpengetahuan kurang (18.8%) dan tergolong pengetahuan sedang (37.5%). Masih ada ibu yang berpengetahuan kurang dan sedang ini dapat dilihat dari pendidikan ibu yang masih rendah, umumnya tamat SD dan SMP. Menurut Madanijah (2004), terdapat hubungan yang positif antara pendidikan ibu dengan

14 38 pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak yang baik. Seperti pada Tabel 19 berikut ini. Tabel 19 Sebaran ibu berdasarkan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan pada siswa Kategori n % Kurang (<60%) Sedang (60%-80%) Baik (>80%) Total Menurut Harper, Deaton & Driskel (1986) terdapat kecendrungan pengaruh pangan anak dan keluarga. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi ibu, maka tingkat konsumsi pangan anak dan keluarga semakin baik. Tingkat pengetahuan gizi ibu yang baik akan mempermudah pelaksananaan tanggung jawab seorang ibu yaitu tanggung jawab berupa pemilihan jenis pangan yang mengandung zat gizi baik untuk keluarganya. Sikap ibu Tabel 20 menunjukkan, tidak ada satu orang ibu yang memiliki sikap negatif terhadap kebiasaan sarapan siswa. Hampir keseluruhan Ibu, sikapnya terhadap kebiasaan sarapan pagi siswa tergolong positif (93.8%), hanya sebagian kecil tergolong netral (6.2%). Tabel 20 Sebaran ibu berdasarkan sikap terhadap kebiasaan sarapan siswa Kategori n % Negatif (<60%) Netral (60%-80%) Positif (>80%) Total Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (cover behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi sutu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo 2007).

15 39 Status gizi siswa Status gizi siswa ditentukan berdasarkan perhitungan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT), mengacu pada WHO (2007) yang diklasifikasikan menjadi 5 kategori, yaitu sangat kurus, kurus, normal, overweight dan status gizi obese. Berdasarkan klasifikasi tersebut, masih ada sebagian siswa memiliki status gizi kurus (22.7%). Status gizi merupakan gambaran mengenai keseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat-zat gizi untuk proses tumbuh kembang anak. Anak yang keadaan gizi baik cenderung lebih mempunyai daya tahan terhadap infeksi, lebih bersemangat, lebih cerdas, lebih tekun dan lebih mampu untuk bekerja keras daripada anak yang kurang gizi, sebaliknya anak yang kurang gizi cenderung mudah terkena infeksi, konsentrasi belajar menurun dan pertumbuhan terhambat serta perubahan perilaku karena kerusakan struktur jaringan (Nursyantu et al 1992). Menurut Suhardjo (2003), keadaan gizi yang kurang baik dapat menurunkan kemampuan berfikir dan kemampuan belajar anak-anak, karena IQ nya rendah atau pertumbuhan fisik dan mentalnya terganggu. Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan status gizi siswa dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan status gizi Status gizi Sangat kurus (<-3SD) Kurus (-3 SD<-2) Normal (-2 SD <+1) Overweight (1 SD <+2) Obese (>+2 SD) Status gizi siswa yang tergolong normal sebesar 66.7%, masih ada sebagian kecil siswa yang memiliki status gizi overweight (6.1%) dan obese (4.5%). Status gizi merupakan indikator seseorang mengkonsumsi pangan secara cukup dan seimbang. Ketidakseimbangangan konsumsi pangan menyebabkan timbulnya salah gizi yang dicerminkan oleh penyakit gizi lebih maupun gizi kurang. Gizi lebih seringkali diakibatkan konsumsi karbohidrat dan lemak yang berlebihan sehingga memicu timbulnya penyakit degeneratif. Sementara itu, gizi kurang adalah akibat individu mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak cukup dalam jangka waktu yang lama (Khomsan 1994).

16 40 Hubungan antar variabel Pengetahuan dengan sikap terhadap kebiasaan sarapan siswa Hasil uji statistik dengan uji korelasi Pearson menunjukkan, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap terhadap kebiasaan sarapan pagi siswa (p=0,000; r=0,642). Artinya semakin tinggi pengetahuan maka semakin baik sikap siswa tersebut terhadap kebiasaan sarapan. Anak sekolah perlu diajar memilih dan menikmati bermacam-macam bahan pangan secara baik dan memberi pengertian adanya hubungan antara pangan dengan pertumbuhan badan serta kesehatan. Dengan demikian setelah menguasai pengetahuan tersebut siswa akan senantiasa menjaga kesehatan dan juga status gizinya, memiliki kebiasaan pangan yang baik, bersikap positif terhadap pangan-pangan bergizi, mempunyai keterampilan gizi serta mampu berperan sebagai Agent of change terhadap kebiasaan makan keluarganya (Pranadji 1991). Pengetahuan dengan praktik kebiasaan sarapan siswa Hasil uji statistik dengan uji korelasi Pearson menunjukkan, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan praktik terhadap kebiasaan sarapan pagi siswa (p=0,010; r=0,316). Artinya semakin tinggi pengetahuan siswa maka semakin baik praktik siswa tersebut terhadap kebiasaan sarapan. Pengetahuan tentang kebiasaan sarapan pagi merupakan hal penting yang harus dimiliki siswa. Tingkat pengetahuan kebiasaan sarapan pagi siswa berpengaruh terhadap sikap dan praktik dalam sarapan pagi. Dengan pengetahuan kebiasaan sarapan yang baik, diharapkan siswa menerapkan kebiasaan sarapan setiap hari. Sikap dengan praktik siswa terhadap kebiasaan sarapan Hasil uji statistik dengan uji korelasi Pearson menunjukkan, terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan praktik terhadap kebiasaan sarapan pagi siswa (p=0,006; r=0,336). Artinya semakin baik sikap siswa maka semakin baik praktik siswa terhadap kebiasaan sarapan. Sikap dapat diartikan sikap terhadap objek tertentu yang merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan objek atau sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal (Gerungan 1996).

17 41 Pengetahuan, sikap dan praktik kebiasaan sarapan siswa dengan status gizi Hasil uji statistik dengan korelasi rank Spearman menunjukkan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan status gizi siswa (p=0,922; r=-0,012). Artinya tingkat pengetahuan siswa tidak mempengaruhi status gizi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan status gizi siswa (p=0,188; r=0,165). Artinya sikap siswa yang baik ataupun kurang tidak mempengaruhi status gizi. Begitu juga dengan praktik kebiasaan sarapan pagi siswa, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara praktik dengan status gizi siswa (p=0.476; r=0,089). Artinya praktik siswa yang baik ataupun kurang tidak mempengaruhi status gizi. Pengetahuan dan sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan dengan status gizi siswa Hasil uji statistik dengan korelasi rank Spearman menunjukkan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang kebiasaan sarapan siswa dengan status gizi siswa (p=0.975; r=0.008) dan antara sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan siswa dengan status gizi siswa (p=0.169; r=0.361). Seperti yang diketahui masalah gizi merupakan masalah multi dimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Faktor penyebab langsung yang pertama adalah makanan yang dikonsumsi, harus memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang. Faktor penyebab langsung yang kedua adalah infeksi yang berkaitan dengan tingginya prevalensi dan kejadian penyakit infeksi terutama diare, ISPA, TBC, malaria, dll. Infeksi ini dapat mengganggu penyerapan asupan zat gizi sehingga mendorong terjadinya gizi kurang dan gizi buruk. Sebaliknya gizi kurang dapat melemahkan daya tahan tubuh anak sehingga mudah sakit. Kedua faktor penyebab langsung tersebut dapat ditimbulkan oleh faktor penyebab tidak langsung yaitu, ketersediaan dan pola konsumsi pangan dalam keluarga, pola pengasuhan anak dan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan.

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Karakteristik siswa kelas 5

Lampiran 1 Karakteristik siswa kelas 5 LAMPIRAN 47 48 Lampiran 1 Karakteristik siswa kelas 5 Kode Contoh Kls Jk Umur (th) Uang Saku (Rp/hr) Status Gizi Pengetahuan Sikap Praktik 1 5 lk 10 5000 Normal 75,0 91,7 72,2 2 5 pr 9 1000 Normal 75,0

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah

TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah 5 TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Pada usia sekolah dasar diharapkan memperoleh dasar pengetahuan sebagai bekal penyesuaian pada kehidupan selanjutnya. Sebutan lain untuk anak sekolah dasar yaitu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sekolah Dasar yang diteliti Jumlah SD yang diteliti pada data sekunder Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional Tahun 008 yaitu sebanyak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 Umur dan Jenis Kelamin HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Jumlah siswa yang diteliti sebanyak 62 orang, terdiri dari siswa laki-laki yaitu 34 orang dan siswa perempuan yaitu 28 orang. Umur siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Univariat. 1. Karakteristik responden. Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Univariat. 1. Karakteristik responden. Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 usia minumum yaitu 127 bulan dan maximum yaitu 161 bulan. Jumlah responden

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK TENTANG KEBIASAAN SARAPAN DAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI KEBON KOPI 2 BOGOR DINA MURNIATI

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK TENTANG KEBIASAAN SARAPAN DAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI KEBON KOPI 2 BOGOR DINA MURNIATI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK TENTANG KEBIASAAN SARAPAN DAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI KEBON KOPI 2 BOGOR DINA MURNIATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia tersebut merupakan periode emas seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah : KUESIONER SEKOLAH 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah : 4. Nama Kepala Sekolah : 5. Status Sekolah : Negeri / Swasta * 6. Status Akreditasi Sekolah : 7. Jumlah Murid Seluruh Kelas : Laki-laki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa Taman Kanak-Kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK sedang mengalami

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Karakteristik Responden (Kuesioner A)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Karakteristik Responden (Kuesioner A) LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Karakteristik (Kuesioner A) Kode sampel : A. Identitas Nama :... Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Kelas : Empat Lima Tanggal lahir : - - Umur Tinggi Badan Berat Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Salah satu alasan tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunung Batu 2. Sekolah ini terletak di Jalan Mayjend Ishak Djuarsa No. 2 RT. 01/RW. 03, Kelurahan Loji, Kecamatan

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Manusia memerlukan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PEDOMAN UMUM GIZI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian masyarakat, khususnya orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Makanan dan jajanan sekolah

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) mempunyai karakteristik banyak melakukan aktivitas jasmani. Oleh karena itu, pada masa ini anak membutuhkan energi tinggi untuk

Lebih terperinci

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Profil Responden Tabel 1 menunjukkan profil ibu dan anak. Profil ibu meliputi pendidikan terakhir ibu, penghasilan keluarga serta pekerjaan ibu. Adapun profil anak meliputi jenis

Lebih terperinci

ejournal Boga, Volume 3 Nomor 3, Yudisium Oktober Tahun 2014 Halaman 47-50

ejournal Boga, Volume 3 Nomor 3, Yudisium Oktober Tahun 2014 Halaman 47-50 47 PENDAHULUAN Pola konsumsi makanan remaja adalah kebiasaan makan meliputi jenis dan jumlah makanan, serta frekuensi makan yang dikonsumsi remaja pada waktu tertentu (Suhardjo, 1989). Remaja adalah individu

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 79 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 80 LAMPIRAN A-1 SKALA PERILAKU MEMBELI BAKSO OJEK 81 No. : Kelas : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Pernah makan bakso ojek : Ya / Tidak Tanggal Pengisian : Petunjuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, Universitas Nusantara PGRI Kediri Email:

Lebih terperinci

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh. 22 Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga Ketersediaan Pangan Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh Kondisi Lingkungan Pola Asuh Tingkat kepatuhan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan terjadi pada setiap orang sejak dari dalam kandungan. Seseorang akan terus menerus tumbuh dan berkembang sesuai dengan berjalannya waktu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan hidupnya, manusia memerlukan makanan karena makanan merupakan sumber gizi dalam bentuk kalori,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain case control bersifat Retrospective bertujuan menilai hubungan paparan penyakit cara menentukan sekelompok kasus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Energi dari sarapan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN Astini Syarkowi *) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat sehingga memiliki kecakapan memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan adalah segala yang kita makan atau masukkan kedalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan adalah segala yang kita makan atau masukkan kedalam tubuh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan adalah segala yang kita makan atau masukkan kedalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberi tenaga atau mengatur semua proses di dalam tubuh.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar SDN Lawanggintung 01 SDN Lawanggintung 01 terletak di Jalan Lawanggintung No. 22 Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sekolah dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN. A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :... Sekolah/Kelas :... Jenis Kelamin : L / P Umur :... Pekerjaan Orang tua :...

KUISIONER PENELITIAN. A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :... Sekolah/Kelas :... Jenis Kelamin : L / P Umur :... Pekerjaan Orang tua :... NO. RESPONDEN KUISIONER PENELITIAN A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :.... Sekolah/Kelas :.... Jenis Kelamin : L / P Umur :.... Pekerjaan Orang tua :.... 4. Apakah adik-adik sarapan sebelum berangkat ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua kelompok usia dan kelas sosial, termasuk anak usia sekolah dan golongan remaja (Titi S, 2004 dalam Qonita, 2010).

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN GIZI DAN PRILAKU KONSUMSI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NUGRAHANING SABATINA

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN GIZI DAN PRILAKU KONSUMSI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NUGRAHANING SABATINA PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN GIZI DAN PRILAKU KONSUMSI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NUGRAHANING SABATINA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Sekolah Dasar (SD) Insan Kamil beralamat di Jalan Raya Dramaga Km. 6 Bogor. Sekolah ini pertama kali didirikan pada tahun 1986. SD Insan Kamil memiliki 2 gedung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Desain penelitian pendahuluan adalah cross sectional study menggunakan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN Noorhidayah 1, Fadhiyah Noor Anisa 2, Titin eka wati 1 STIKES Sari Mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kamu makan sering dikutip tetapi tidak direnungkan lebih dalam apa maksud

BAB I PENDAHULUAN. kamu makan sering dikutip tetapi tidak direnungkan lebih dalam apa maksud A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dari sejarah perkembangan ilmu gizi makin banyak bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara apa yang di makan dengan kesehatan dan penyakit. Suatu pribahasa kuno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA LAMPIRAN Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Usia :.tahun Alamat :... Telepon/HP : selaku Bapak/ibu/lainnya(sebutkan..) dari.. usia..bulan, setelah mendapatkan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA Elfi Manya Sari *, Reni Asmara Ariga ** * Mahasiswa Fakustas Keperawatan USU ** Dosen Departemen

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 79 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci