BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
|
|
- Ivan Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 58 BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan; diskusi hasil penelitian yang terdiri dari diskusi hasil utama penelitian, diskusi hasil tambahan penelitian, dan diskusi metodologis; dan juga saran bagi penelitian selanjutnya. Saran yang akan diberikan terbagi menjadi saran metodologis dan juga saran praktis Kesimpulan Pada penelitian ini, terdapat tiga masalah penelitian yang hendak dijawab. Berdasarkan hasil dan analisis hasil penelitian yang didapat, maka diperoleh kesimpulan bahwa: a. Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Adversity Quotient dengan intensi berwirausaha. Artinya, semakin tinggi Adversity Quotient seseorang, maka semakin tinggi pula intensi berwirausaha yang dimiliki oleh individu tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah Adversity Quotient seseorang, maka intensi untuk berwirausahanya semakin rendah pula. b. Karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki tingkat Adversity Quotient yang sedang atau dengan kata lain mereka mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi. c. Karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki intensi berwirausaha yang tinggi. Selain kesimpulan yang telah dikemukakan untuk menjawab permasalahan utama, terdapat juga kesimpulan dari hasil analisis tambahan yang dilakukan pada penelitian ini, antara lain :
2 59 a. Terdapat hubungan yang signifikan antara intensi berwirausaha dengan dimensi kontrol (C) pada karyawan. Hal ini berarti semakin tinggi kemampuan seseorang dalam mengendalikan situasi sulit yang dihadapinya maka semakin tinggi intensi untuk berwirausaha, dan demikian pula sebaliknya. b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensi berwirausaha dengan dimensi kepemilikan (O) pada karyawan. c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensi berwirausaha dengan dimensi jangkauan (R) pada karyawan. d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensi berwirausaha dengan dimensi ketahanan (E) pada karyawan Diskusi Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan beberapa temuan yang mendukung dan tidak mendukung hipotesis penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Pada bagian ini akan dibahas beberapa temuan tersebut Diskusi Hasil Utama Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah melihat apakah terdapat hubungan antara Adversity Quotient (AQ) dengan intensi berwirausaha pada karyawan. Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan adanya korelasi yang signifikan antara Adversity Quotient (AQ) dengan intensi berwirausaha pada karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan yang dihadapinya (AQ tinggi), maka semakin tinggi intensi untuk berwirausaha. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan yang dihadapinya (AQ rendah), maka semakin rendah pula intensi berwirausaha yang dimiliki orang tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Stoltz (2000), yang mengatakan bahwa individu yang memiliki skor AQ yang tinggi secara garis besar adalah orang-orang yang memiliki kecenderungan untuk mengubah segala kesulitan menjadi suatu peluang. Mereka memiliki karakteristik tangkas dan gesit sebagai pemecah masalah, berinovasi untuk menemukan solusi, mengambil tantangan yang sulit,
3 60 berkembang di dalam keadaan yang berubah-ubah, dapat mengambil resiko yang sesuai dengan yang diperlukan, dan mempertahankan kinerja yang terbaik (Stoltz, 2000). Karakteristik tersebut terkait dengan karakteristik yang dimiliki oleh para wirausaha yang menujukkan ciri-ciri serupa dengan orang yang memiliki tingkat AQ yang tinggi. Zimmerer & Scarborough (2002) menyatakan bahwa wirausaha yang berhasil umumnya memiliki rasa percaya diri yang tinggi, tegar dan sangat ulet. Mereka tidak mudah putus asa, ketika mengalami masalah akan dihadapi dan bukan dihindari. Mereka tidak akan berhenti memikirkan jalan keluar walaupun bagi orang lain, jalan keluar sudah buntu. Kegagalan akan dibuatnya menjadi pelajaran dan pengalaman yang mahal (Zimmerer & Scarborough, 2002). Selain itu, adanya hubungan antara Adversity Quotient (AQ) dan intensi berwirausaha dapat dilihat berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam hal ini, variabel Adversity Quotient telah banyak dikaitkan dengan perilaku kewirausahaan pada berbagai penelitian yang telah ada. Salah satunya adalah Stoltz (2000), yang meneliti pola sukses diantara wirausahawan dan Markman (2004) yang meneliti mengenai perbedaan tingkat adversity quotient pada kelompok wirausaha dan non-wirausaha. Dalam hal ini, individu-individu yang berprofesi sebagai wirausaha memiliki tingkat Adversity Quotient yang lebih tinggi daripada individu non-wirausaha (tidak berprofesi sebagai wirausaha). Lebih lanjut lagi, dikatakan bahwa kelompok wirausaha menunjukkan respon yang baik dalam menghadapi kesulitan atau dengan kata lain memiliki tingkat Adversity Quotient yang tinggi (Markman, 2004). Para wirausaha ini tidak menyerah ketika kesulitan datang, tetap bertahan di masa sulit dan menjadikan kesulitan tersebut sebagai penguat untuk menghadapi rintangan selanjutnya (Markman, 2004). Dalam hal ini, setiap wirausaha pasti pernah mengalami kegagalan, namun yang menarik 60% wirausahawan yang gagal ternyata tidak menyerah (Sasmito, 2007). Berdasarkan hal tersebut, seorang individu yang memiliki tingkat Adversity Quotient yang tinggi sangatlah erat kaitannya dengan perilaku kewirausahaan, termasuk dalam intensi berwirausaha. Di dalam penelitian dengan karakteristik sampel yang berbeda, juga ditemukan hubungan antara variabel Adversity Quotient dengan variabel intensi berwirausaha. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2007) mengenai
4 61 adversity intelligence dan intensi berwirausaha pada siswa SMK di Yogyakarta, didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara adversity intelligence dengan intensi berwirausaha. Dalam penelitian ini, komponen adversity intelligence memberikan kontribusi 11% terhadap intensi berwirausaha (Wijaya, 2007). Di sisi lain, hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian dari Fransiskus (2009), yang meneliti tentang hubungan antara Adversity Quotient dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa UI yang mengambil mata kuliah kewirausahaan. Dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara Adversity Quotient dengan intensi berwirausaha. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki tingkat kemampuan dalam menghadapi situasi sulit dalam tingkat yang sedang. Orang-orang dengan skor Adversity Quotient (AQ) yang sedang mencerminkan bahwa mereka sampai dengan taraf tertentu memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menghadapi berbagai tantangan, hambatan dan kesulitan (Stoltz, 1997). Mereka juga mengerahkan semua potensi yang mereka miliki untuk mengembangkan diri dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, mereka masih rentan dengan tingkat kesulitan, tantangan dan hambatan yang berat. Orang-orang dengan AQ sedang memiliki kemungkinan untuk merasakan kerugian, kekecewaan dan frustasi seiring dengan tingkat kesulitan, tantangan dan hambatan yang bertambah melampaui taraf yang dapat mereka terima (Stoltz, 1997). Hal ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk meningkatkan AQ yang dimiliki karyawannya agar tercipta produktivitas kerja yang optimal. Dari penelitian ini juga dapat diketahui bahwa karyawan dalam perusahaan X memiliki intensi berwirausaha yang tinggi. Hal ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan X untuk mengembangkan jiwa dan potensi-potensi wirausaha yang ada pada karyawan mereka. Karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan dan memiliki jiwa dan mental wirausaha dalam bekerja dikenal dengan intrapreneur (Astamoen, 2005; Hisrich, Peters,& Shepherd, 2008). Karyawan ini bekerja dengan kemampuan wirausaha yang dimilikinya, seperti kreatif dan berinovasi untuk menemukan solusi, mengambil tantangan yang sulit, berkembang di dalam keadaan yang berubah-ubah, dapat mengambil resiko yang sesuai dengan yang diperlukan, dan mempertahankan kinerja yang terbaik dalam bekerja (Astamoen, 2005).
5 Diskusi Hasil Tambahan Hasil korelasi intensi berwirausaha dengan keempat dimensi AQ menunjukkan bahwa intensi berwirausaha hanya berkorelasi dengan dimensi kontrol (C). Artinya intensi seseorang untuk berwirausaha hanya berhubungan dengan kemampuan mereka dalam mempengaruhi dan mengendalikan kesulitan yang dihadapinya. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian dari Fransiskus (2009) bahwa terdapat asosiasi atau hubungan antara dimensi kontrol (C) dengan intensi berwirausaha. Hal ini sejalan dengan penelitian ini yang juga mendapatkan hasil bahwa dimensi kontrol (C) berhubungan dengan intensi berwirausaha. Artinya, semakin besar kemampuan seseorang dalam mempengaruhi dan mengendalikan situasi sulit yang dialaminya, maka semakin besar pula intensinya untuk berwirausaha. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah kemampuan seseorang dalam mengendalikan situasi sulit yang dialaminya, maka semakin rendah pula intensinya untuk berwirausaha. Dari data responden, peneliti juga mendapatkan informasi tambahan mengenai usia dan jenis kelamin responden. Dari informasi tambahan tersebut, peneliti mendapatkan bahwa responden laki-laki tidak berbeda secara signifikan dengan responden perempuan dalam hal intensi berwirausaha. Peneliti melakukan perhitungan analisis statistik deskritif, yaitu dengan menghitung mean intensi berwirausaha pada kelompok responden laki-laki dan perempuan. Dari hasil perhitungan, peneliti mendapatkan mean sebesar 4.05 pada kelompok responden laki-laki dan mean sebesar 3.93 pada kelompok responden perempuan. Dengan mengacu kepada norma alat ukur intensi berwirausaha, maka kedua kelompok responden, baik laki-laki dan perempuan memiliki intensi berwirausaha dalam tingkat sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Hisrich, Peters, & Shepherd, (2008) bahwa ada peningkatan yang signifikan dari jumlah wanita yang menekuni bidang wirausaha, yakni meningkat hingga sejajar dengan jumlah wirausaha laki-laki yang ada. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa minat kaum wanita terhadap bidang kewirausahaan tidak jauh berbeda dengan laki-laki. Sedangkan dengan kelompok usia, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang memiliki intensi berwirausaha tinggi berasal dari kelompok usia tahun. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Zimmerer & Scarborough
6 63 (2002) yang menyatakan bahwa individu mulai berpikir untuk memulai usaha pada rentang usia 30 hingga 40 tahun. Lebih lanjut lagi, Hisrich, Peters, & Shepherd (2008) juga menyatakan bahwa individu memulai karir sebagai wirausaha pada umur 22 hingga 45 tahun Saran Saran Metodologis Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, peneliti mengajukan beberapa saran metodologis yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Berikut ini adalah beberapa saran metodologis yang diajukan: 1. Memperbesar jumlah responden, agar didapatkan proporsi Adversity Quotient dan intensi berwirausaha yang lebih merata, sehingga lebih mudah untuk dilakukan perbandingan hubungan antara adversity quotient dan intensi berwirausaha. 2. Selain faktor Adversity Quotient, terdapat variabel lain yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Menurut Kristiansen (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha, yaitu faktor demografi berupa jenis kelamin, usia, pengalaman kerja, serta faktor eksternal berupa akses modal, informasi dan jaringan sosial, sehingga faktor ini juga perlu dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya. 3. Menguji kembali alat ukur Adversity Quotient. Jika dilihat dari nilai reliabilitasnya, alat ukur ini dapat dikatakan cukup reliabel. Namun, alat ukur ini hanya diuji satu kali pada 10 responden yang representatif. Oleh karena itu peneliti menyarankan dilakukan pengujian kembali dengan jumlah responden yang lebih banyak dan lebih representatif untuk meningkatkan reliabilitas alat ukur. 4. Terdapat korelasi yang tidak signifikan antara intensi berwirausaha dengan dimensi Adversity Quotient yaitu kepemilikan (O), jangkauan (R) dan ketahanan (E). Oleh karena itu peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara dimensi-dimensi tersebut dengan intensi berwirausaha.
7 Saran Praktis Peneliti juga mengajukan beberapa saran praktis dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain: 1. Intensi berwirausaha perlu mendapatkan perhatian lebih besar, karena bidang wirausaha berkontribusi dalam memajukan perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, topik wirausaha perlu diangkat ke permukaan dan diperkenalkan kepada setiap orang bahwa mereka mampu dan dapat untuk berwirausaha. 2. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, diketahui bahwa sebagian besar karyawan yang menjadi responden memiliki tingkat adversity quotient yang sedang. Dengan demikian dukungan dan arahan yang tepat dari pihak perusahaan berupa seminar, pelatihan dan training dapat meningkatkan adversity quotient para karyawannya. Hal ini bertujuan agar dapat menjaga semangat, kemampuan dan memotivasi para karyawan agar sukses mencapai prestasi kerja yang optimal. 3. Berdasarkan perhitungan mengenai intensi berwirausaha yang dimiliki oleh karyawan yang menjadi responden menunjukkan hasil yang cukup tinggi. Ternyata sebagian besar dari mereka memiliki potensi jiwa-jiwa kewirausahaan dan intensi yang tinggi untuk berwirausaha. Oleh karena itu, perlunya adanya pembekalan dari perusahaan agar dapat menciptakan karyawan yang menerapkan jiwa entrepreneur di dalam bekerja. 4. Alat ukur intensi berwirausaha dapat digunakan secara luas dalam memberi gambaran karyawan mana yang dapat dikembangkan menjadi seorang wirausaha. Hal ini akan membantu seluruh pihak terkait, terutama pihak perusahaan ketika menentukan target retirement planning (program perencanaan masa pensiun) dalam mengembangkan cikal bakal wirausaha. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberi gambaran kepada karyawan mengenai potensi-potensi yang dimiliki oleh dirinya.
BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
44 BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bagian ini peneliti memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian diperoleh dari pengolahan data secara statistik dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan sejumlah teori yang akan menjadi kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah bagian, yaitu tinjauan teori
Lebih terperinci6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
66 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan mengenai hasil penelitian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan dijelaskan diskusi yang menyatakan analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dimana terletak di garis katulistiwa ujung dari Sumatera hingga Papua. Salah satu keunikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. Hal ini dapat diamati dari jumlah pengangguran yang terus meningkat dan terbatasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi internet semakin banyak dimanfaatkan oleh berbagai organisasi terutama organisasi bisnis, kegiatan dunia usaha yang menggunakan teknologi internet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja yang terampil dan dipersiapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah lapangan kerja yang tersedia di Indonesia lebih sedikit dibandingkan para pencari kerja. Lebih banyak orang memilih untuk bekerja dengan orang lain dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan kerja yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, termasuk di Indonesia. Masalah pengangguran ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk yang diiringi
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai Adversity Quotient pada siswa/i SMP X kelas I di Bandung (Suatu Penelitian Survei yang dilakukan pada Siswa/i SMP Yayasan Badan Pendidikan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Uji Korelasi Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan antara self-efficacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pihak sekarang ini yang mengritik tajam sistem pendidikan di Indonesia. Ada yang merasa bahwa sekolah-sekolah di negeri ini hanya menghasilkan manusia-manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang menjadi penghambat dari pertumbuhan perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana persaingan semakin ketat dan perubahan yang terjadipun semakin cepat sehingga para pengusaha harus dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membuat manusia dituntut untuk mengikuti segala perubahan yang terjadi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman melalui globalisasi, perubahan teknologi dan informasi membuat manusia dituntut untuk mengikuti segala perubahan yang terjadi dengan harapan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adversity Quotient dan Problem Focused Coping berdasarkan jenis
44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskripsi subjek. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor Adversity Quotient dan Problem Focused Coping. Peneliti mendeskripsikan skor
Lebih terperinciRANCANGAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS
Judul Mata Kuliah : KEWIRAUSAHAAN I Semester : SKS : 2 Kode : 90029 Dosen/Team Teaching : TIM MKCU KEWIRAUSAHAAN Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah menjelaskan mengenai bidang kewirausahaan, entrepreneur.
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi Terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah kurang tersedianya lapangan pekerjaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wirausaha menurut bahasa adalah seorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dalam penelitian ini adalah teori perilaku terencana yang merupakan
BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan intensi perilaku dalam penelitian ini adalah teori perilaku terencana yang merupakan
Lebih terperinciADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP. Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang m_shohib@yahoo.com Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adversity quotient
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan dengan hakikat manusia, yaitu sebagai makhluk berketuhanan, makhluk individual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti
Lebih terperinciBAB 3 PERMASALAHAN, HIPOTESIS, DAN VARIABEL
27 BAB 3 PERMASALAHAN, HIPOTESIS, DAN VARIABEL Sebuah penelitian memerlukan permasalahan yang hendak dijawab untuk mengarahkan penelitian. Selain itu, variabel-variabel dan hipotesis juga diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi atau universitas dengan semakin meningkatnya jumlah pengangguran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam baru dapat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. persamaan model struktural yang dilaksanakan mengenai intensi berwirausaha
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1.Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan pengujian analisis persamaan model struktural yang dilaksanakan mengenai intensi berwirausaha dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X Nama Disusun Oleh : Dyah Anggraini NPM : 10507067 Jurusan : Psikologi Dosen Pembimbing : Intaglia Harsanti, S.Psi., M.Si Diajukan
Lebih terperinciKesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen
55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Leadership Identity
BAB V PENUTUP A. Diskusi Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Leadership Identity Development (LID) dan optimisme pada wirausaha. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan bisnis untuk mengetahui suatu usaha tersebut layak atau tidak untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk membangun suatu usaha diperlukan adanya sebuah perencanaan dan bisnis untuk mengetahui suatu usaha tersebut layak atau tidak untuk dipasarkan kepada masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling berprestasi dan patut di pertahankan oleh diperusahaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang harus diperhatikan dalam suatu perusahaan karena mereka adalah kunci kesuksesan perusahaan pada masa sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena berwirausaha saat ini semakin marak, dilihat dari banyaknya unitunit bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya di segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya pengangguran intelektual beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu
Lebih terperinciModul ke: Kewirausahaan I
Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Kewirausahaan I Berisi tentang Kontrak Perkuliahan, Pembentukan Kelompok, Rancangan Pembelajaran, Ruang Lingkup Matakuliah Kewirausahaan I, Tugas I : pengembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Definisi Kewirausahaan Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang terjadi pada era globalisasi saat ini menuntut adanya persaingan yang semakin ketat dalam dunia kerja. Hal ini mengakibatkan adanya tuntutan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DIANITA WAHYU S. F100 040 259 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu mempunyai keinginan untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Hal ini bisa dikarenakan tempat sebelumnya mempunyai lingkungan yang kurang baik, ingin
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. distribusi responden berdasarkan karakteristik tersebut di atas.
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Dalam bagian gambaran umum responden ini akan disampaikan deskripsi mengenai responden. Gambaran umum responden meliputi jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan medis (McGuire, Hasskarl, Bode, Klingmann, & Zahn, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan farmasi adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan, produksi dan pemasaran obat yang memiliki surat izin untuk penggunaan medis (McGuire, Hasskarl,
Lebih terperincimanusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak serta memiliki sumber kekayaan alam yang sangat melimpah. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan keperawatan merupakan suatu proses pembentukan tenaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan keperawatan merupakan suatu proses pembentukan tenaga kesehatan yang ahli dalam bidang keperawatan dalam menciptakan tenaga kesehatan yang professional
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Wirausaha dan kewirausahaan Istilah wirausaha berasal dari kata wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba membekali diri dengan berbagai keterampilan dan pendidikan yang lebih tinggi agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kewirausahaan tidak dapat lepas dari peran wanita, bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kewirausahaan tidak dapat lepas dari peran wanita, bahkan jumlah wanita yang menjadi pemilik usaha pun beberapa tahun belakangan ini bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan nasional yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah masalah pengangguran yang diperkirakan akan tetap mewarnai ketenagakerjaan Indonesia
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Sodara/ Sodari yang terhormat Disini Saya, Nama : Cahyani Perwitasari NIM : 20130410039 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis/ Manajemen Kampus : Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual belakangan ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan maupun perusahaan, baik di Indonesia maupun diluar negeri. Definisi asuransi menurut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. untuk meningkatkan niat berwirausaha mahasiswa. Niat berwirausaha menjembatani
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Niat Berwirausaha Niat berwirausaha diartikan sebagai kebulatan tekad seseorang untuk memulai sebuah usaha. Niat berwirausaha
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. item pernyataan pada adversity quotient dan 25 item pernyataan pada kinerja
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Subyek penelitian ini berjumlah 90 orang guru Sekolah Islam Terpadu, yang terdiri dari dua Sekolah di Jakarta Barat yaitu, Sekolah Islam
Lebih terperinci6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
68 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam Bab ini peneliti akan membuat kesimpulan dalam penelitian ini, berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya. Kemudian peneliti akan membuat diskusi mengenai temuan-temuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menengah, koperasi juga merupakan salah satu bagian penting untuk membantu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi merupakan suatu wadah yang dapat membantu masyarakat kecil dan menengah, koperasi juga merupakan salah satu bagian penting untuk membantu meningkatkan perekonomian.peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan yang terus berkembang membuat banyak teori-teori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan yang terus berkembang membuat banyak teori-teori baru bermunculan, termasuk teori mengenai kecerdasan. Apabila dulu kecerdasan hanya diukur dengan prestasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tingkat Adversity Quotient Peserta Didik MTs Darul Karomah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Adversity Quotient Peserta Didik MTs Darul Karomah Adversity quotient diukur dengan skala seperti yang telah dijelaskan pada bab III. Sebelum skala tersebut
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kuliah sambil kerja banyak dijumpai di berbagai negara. Hal ini terjadi baik di negara berkembang maupun di negara maju yang telah mapan secara ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pengangguran yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara dan juga untuk menambahkan lapangan pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya penduduk Indonesia, saat ini sudah mencapai lebih dari 230 juta jiwa, bertambah pula kebutuhan pangan, papan, lapangan pekerjaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya yang akan meneruskan estafet kepemerintahan Indonesia, salah satu pilar pentingnya adalah mahasiswa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Risky Melinda, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kontribusi ini dilihat dari segi laba maupun kemampuannya menyerap sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi karena banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini dihadapkan pada masalah peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Oleh karena itu pemerintah mulai
Lebih terperinciBAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi
47 BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian serta interpretasi dari hasil penelitian tersebut. Akan dijabarkan gambaran umum responden dan hasil dari analisa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient
BAB III METODE PENELITIAN Berdasarkan metode penelitian ini akan menguraikan : (A) Identifikasi variabel-variabel penelitian, (B) Defenisi operasional penelitian, (C) Populasi dan sampel, (D) Metode pengumpulan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Wirausahawan muda memiliki pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi suatu negara (Fadeyi dkk, 2015). Disamping memberikan peluang kerja bagi orang lain, lingkungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepimpinan. Peneliti mendeskripsikan skor kepemimpinan dan kinerja
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian baik secara deskriptif maupun uji hipotesis serta Pembahasan. A. Analisis Deskripsi Subjek Pada bagian ini, peneliti akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pembicaraan mengenai pentingnya wirausaha telah didengar dan diketahui diberbagai tempat di dunia. Ini menunjukkan masyarakat semakin sadar akan adanya dunia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin bertambah. Hal ini menyebabkan setiap pribadi manusia berusaha untuk mencari solusi dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi subyek penelitian Subyek penelitian yang dilakukan di lakukan di tiga SMK Negeri 1 Salatiga, SMK Negeri 2 Salatiga, dan SMK Negeri 3 Salatiga yang
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.
BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi kedalam kehidupan. Visi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kewirausahaan merupakan kekuatan atau kemampuan seseorang untuk mendirikan, mengelola, mengembangkan usaha dan melembagakan perusahannya sendiri. Selain itu kewirausahaan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PENELITIAN. Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang hasil pengambilan data
BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang hasil pengambilan data dilapangan yang dibagi dalam dua bagian yaitu bagian deskripstif data profil responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan adalah sebuah fenomena yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. Hal ini di sebabkan karena tidak seimbangnya antara lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan kita telah berhasil menghasilkan lulusan dengan tanda lulus belajar untuk masuk ke pasar kerja namun sayangnya kenaikan jumlah lapangan kerja kalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan
Lebih terperinci6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab 6 ini, peneliti memaparkan kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk penelitian yang mungkin akan dilakukan selanjutnya. 6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan yang semakin tinggi untuk mendapatkan suatu pekerjaan atau kesempatan bekerja bagi individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini, dan beberapa tahun kedepan. Selain itu krisis moneter
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran di Indonesia semakin hari semakin meningkat jumlahnya seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Tidak semua orang terlahir dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah wirausahawan masih sangat rendah, masyarakat Indonesia yang kreatif dan inovatif masih sangat sedikit jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan adalah kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat, dan proses dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di masa yang akan datang, sangatlah ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang ada saat ini akan membawa dampak kemajuan dalam berbagai bidang, oleh karena itu pembangunan terencana dan terprogram harus dilakukan.
Lebih terperinci