HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi
|
|
- Widyawati Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan perbedaan usia antara suami dan istri lebih dari empat tahun. Pada saat menikah, baik usia suami maupun istri telah melewati batas ideal untuk menikah namun masih ada diantaranya yang menikah muda maupun menikah pada usia yang telah dewasa. Lama pendidikan suami dan istri sudah melampaui wajib belajar Sembilan tahun dan menunjukkan pendidikan yang cukup baik pada keduanya. Pendapatan perkapita keluarga berada diatas Rp Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Karakteristik Keluarga Minimum- Rata-rata ± Standar Deviasi Maksimum Usia suami (tahun) ,9 ± 5,8 Usia istri (tahun) ,2 ± 4,6 Jarak usia suami dan istri (tahun) (-7)-(22) 4,7 ± 4,4 Usia menikah suami (tahun) Usia menikah istri (tahun) ,2 ± 5,4 21,5 ± 3,7 Lama menikah (tahun) ,7± 3,5 Lama pendidikan suami (tahun) ,8 ± 2,2 Lama pendidikan istri (tahun) ,1 ± 2,3 Pendapatan perkapita (Rp/bln) ± Karakteristik Anak Tabel 21 menunjukkan karakteristik anak yang meliputi usia anak, jenis kelamin dan keikutsertaan sekolah. Sekitar 47 persen anak yang diamati dalam penelitian ini berusia bulan dan sisanya sekitar 54 persen berada pada rentang usia bulan. Tabel 21 Sebaran usia, jenis kelamin dan keikutsertaan pendidikan prasekolah anak Kategori Jumlah (n=120) % Usia (bulan) bulan 64 53, bulan 56 46,7 Rata-rata ± std 47,9 ± 8,3 Min - maks bulan Jenis Kelamin Laki-laki 59 49,2 Perempuan 61 50,8 Keikutsertaan Sekolah Belum sekolah 82 68,3 Sekolah (PAUD/TK/TPA) 38 31,7
2 44 Jumlah anak yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak sekitar 51 persen dibandingkan laki-laki yang hampir mencapai 50 persen. Sebanyak 32 persen anak tercatat tengah menempuh pendidikan prasekolah sedangkan sisanya dinyatakan belum bersekolah. Kesiapan Menikah Istri Aspek kesiapan menikah ditinjau dari tujuh aspek yaitu aspek intelektual, sosial, emosi, moral, individu, finansial dan mental istri. Tabel 22 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan istri telah memenuhi lebih dari 50 persen pernyataan kesiapan menikah. Apabila ditinjau per dimensi kesiapan menikah, terdapat beberapa dimensi yang pencapaiannya masih rendah (dibawah 50 persen) namun juga ada yang pencapaiannya sudah berada diatas 70 persen. Pencapaian aspek kesiapan menikah istri yang tertinggi berada pada aspek kesiapan sosial (78 persen selanjutnya adalah kesiapan moral (75 persen), kesiapan individu (67 persen), kesiapan emosi (66 persen sedangkan dimensi yang pemenuhannya masih rendah adalah kesiapan finansial dan kesiapan intelektual. Hal ini menunjukkan bahwa secara finansial maupun intelektual masih belum dipersiapkan istri dengan baik sebelum menikah padahal keduanya merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya dibandingkan aspek kesiapan menikah lainnya. Tabel 22 Sebaran nilai rata-rata skor dan persentase aspek kesiapan menikah Kesiapan Menikah Rata-rata % Kesiapan intelektual 2,9 49,3 Kesiapan sosial 5,4 77,9 Kesiapan emosi 6,5 65,6 Kesiapan moral 8,3 75,1 Kesiapan individu 8,7 67,0 Kesiapan finansial 2,0 49,3 Kesiapan mental 2,1 69,0 Total 35,9 64,9 Tabel 23 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan item pernyataan kesiapan finansial dan intelektual istri. Penelitian ini menunjukkan bahwa istri yang telah memiliki tabungan sebelum menikah tidak lebih dari 45 persen sisanya sekitar 57 persen menyatakan dirinya tidak memiliki tabungan sebelum menikah. Selain itu, tidak lebih dari 62 persen istri yang menyatakan bahwa mereka telah memiliki pengetahuan cara mengelola uang. Sisanya sebesar 38 persen menyatakan bahwa mereka belum memiliki pengetahuan cara mengelola uang sebelum menikah. Selain masih rendahnya capaian kesiapan finansial istri, kesiapan intelektual istri juga dianggap masih rendah (pencapaian dibawah 50 persen). Hal ini ditunjukkan pada tabel 25 yang menyatakan bahwa masih sangat sedikit sekali (16 persen dari responden) yang mengikuti perkumpulan budaya sebelum mereka menikah. Selain itu, ada sebanyak 55 persen responden yang menyatakan tidak suka membaca buku ilmu pengetahuan dan mengikuti informasi perkembangan berita internasional sebelum menikah. Padahal kedua hal tersebut merupakan item penting untuk meningkatkan kesiapan intelektual responden sebelum menikah.
3 45 Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan kesiapan finansial dan kesiapan intelektual istri Item pernyataan kesiapan finansial % Memiliki pekerjaan tetap 66,7 Memiliki rumah sendiri 7,5 Memiliki tabungan 43,3 Memiliki investasi emas/perhiasan 60,8 Memiliki kendaraan sendiri 24,2 Memiliki pengetahuan cara mengelola keuangan 61,7 Memiliki jejaring yang banyak 87,5 Memiliki pendapatan sampingan 42,5 Item pernyataan kesiapan intelektual % Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi untuk mendalami suatu 71,7 hal Mengikuti perkumpulan budaya sebagai upaya untuk 15,8 melestarikan budaya Mencari berita untuk mendapatkan berita terbaru (melalui surat 87,5 kabar, televisi, internet) Membaca buku mengenai ilmu pengetahuan 45,0 Saat ada peristiwa yang menggemparkan dunia, akan mengikuti 45,0 kejadian tersebut hingga selesai Menyukai perkembangan dunia politik 30,8 Secara keseluruhan, sebaran contoh berdasarkan kategori kesiapan menikah (Tabel 24) menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen responden terkategori memiliki tingkat kesiapan menikah yang sedang (66 persen) dan tak lebih dari lima persen yang dinyatakan sudah memiliki tingkat kesiapan menikah yang tinggi. Tabel 24 Sebaran berdasarkan kategori kesiapan menikah Kesiapan Menikah Jumlah % Rendah (0-60%) 36 30,0 Sedang (60-80%) 79 65,8 Tinggi (80-100%) 5 4,2 Rata-rata ± std 64,9 ± 9,5 Min maks 39,9-84,7 Perkembangan Anak Dimensi perkembangan anak yang diukur menggunakan instrumen Bina Keluarga Balita (BKB). Dimensi perkembangan yang pemenuhannya masih rendah pada kedua kelompok anak usia bulan dan bulan adalah dimensi kemandirian, masing-masing sekitar 71 persen dan 44 persen. Persentase pencapaian perkembangan tertinggi pun sama pada kedua kelompok anak usia bulan dan bulan yaitu pada dimensi sosial atau kemampuan bergaul (92 persen dan 94 persen). Hasil penelitian juga menunjukkan perbedaan nyata diantara kedua kelompok usia anak tersebut dimana perkembangan motorik dan kecerdasan anak usia bulan lebih baik dibandingkan anak usia bulan,
4 46 sedangkan untuk dimensi kemandirian, kelompok anak usia bulan lebih baik dibandingkan anak usia bulan (Tabel 25). Tabel 25 Sebaran rata-rata skor pencapaian perkembangan anak berdasarkan dimensi perkembangan anak Dimensi Perkembangan Usia Anak bulan (%) bulan (%) P-value Motorik 71,6 79,2 0,042* Bahasa 86,9 81,6 0,095 Kecerdasan 72,7 85,1 0,001** Kemandirian 71,1 43,7 0,000** Sosial 91,7 94,0 0,456 Perkembangan Anak Total 76,9 80,4 0,161 Tabel 26 menunjukkan tingkat perkembangan anak yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Secara keseluruhan rata-rata tingkat perkembangan anak dalam penelitian ini masih dibawah 80 persen. Tak lebih dari 44 persen anak usia bulan dan sebanyak 50 persen anak usia bulan tergolong memiliki tingkat perkembangan kategori tinggi. Hanya sebagian kecil yang tergolong memiliki tingkat perkembangan rendah. Tabel 26 Sebaran anak berdasarkan kategori tingkat perkembangan anak Kategori Perkembangan Anak usia Anak usia Total Anak bulan bulan % % % Rendah (0-60%) 9,4 8,9 9,2 Sedang (61-80%) 46,9 41,1 44,2 Tinggi (81-100%) 43,8 50,0 46,7 Rata-rata ± std 76,9 ±13,8 80,4 ± 1, ± 13,7 Minimum-Maksimum 28, , ,6-100 Hubungan antara karakteristik keluarga, kesiapan menikah, dan perkembangan anak Beberapa variabel karakteristik keluarga dan karakteristik anak memiliki hubungan dengan perkembangan anak (Tabel 27). Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa beberapa karakteristik keluarga berhubungan kuat dengan kesiapan menikah dan perkembangan anak. Usia anak (p<0,05) dan lama pendidikan istri (p<0,01) memiliki hubungan positif dengan perkembangan anak, sedangkan usia suami (p<0,05), jarak usia antara suami dan istri (p<0,05) dan lama menikah (p<0,01) diketahui memiliki hubungan negatif dengan perkembangan anak (Tabel 27). Selain itu, kesiapan menikah berhubungan positif dengan perkembangan anak dengan angka koefisien korelasi 0,383. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat kesiapan menikah istri maka semakin baik pula tingkat perkembangan anak. Usia menikah istri (p<0,01) dan lama pendidikan istri (p<0,05) berhubungan positif dengan kesiapan menikah istri.
5 47 Tabel 27 Sebaran koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesiapan menikah dan perkembangan anak X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X1 1 X2.664** 1 X3.615** -.181* 1 X X5.411**.617** X6.810**.317**.731** * 1 X7.446**.676** ** 1 X * * X * * ** *.520** 1 X ** ** 1 X * ** X * *.203* -.274** ** ** 1 Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01 X1= Usia Suami; X2= Usia Istri; X3= Jarak Usia Suami dan Istri; X4= Usia Anak; X5= Lama Menikah; X6= Usia menikah suami; X7= Usia menikah istri; X8=Lama Pendidikan Suami; X9= Lama Pendidikan Istri; X10= Pendapatan Perkapita; X11= Kesiapan Menikah, dan X12= Perkembangan Anak Semakin baik tingkat kesiapan menikah istri maka perkembangan anak akan secara positif meningkat. Hasil uji hubungan yang khusus menguji per dimensi kesiapan menikah dengan perkembangan anak diperoleh hasil bahwa semakin tinggi tingkat kesiapan intelektual, sosial, individu dan finansial contoh maka akan semakin baik perkembangan anak (Tabel 28). Tabel 28 Sebaran koefisien korelasi antara dimensi kesiapan menikah dan perkembangan anak X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X1 1 X X ** 1 X *.230* 1 X5.345** X X7.230* ** X8.309**.211** **.217** Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01 X1= Kesiapan Intelektual; X2= Kesiapan Sosial; X3= Kesiapan Emosi; X4= Kesiapan Moral; X5= Kesiapan Individu; X6= Kesiapan Finansial dan X7= Kesiapan mental Pengaruh Karakteristik Keluarga, karakteristik anak dan dimensi kesiapan menikah terhadap perkembangan anak Karakteristik keluarga, karakteristik anak dan kesiapan menikah memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tiga model analisis. Model pertama menguji variabel utama kesiapan menikah terhadap perkembangan anak; model kedua menguji variabel utama kesiapan menikah dan karakteristik keluarga serta anak terhadap perkembangan anak; dan model ketiga menguji dimensi kesiapan menikah (tujuh aspek) dan karakteristik keluarga serta anak terhadap perkembangan anak.
6 48 Analisis model pertama (Tabel 29) menguji pengaruh kesiapan menikah terhadap perkembangan anak. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa kesiapan menikah berpengaruh positif terhadap perkembangan anak. Nilai adjusted R square yang diperoleh sebesar 14 persen dengan nilai beta 0,383. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 14 persen perkembangan anak dipengaruhi oleh kesiapan menikah, sisanya sebesar 86 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya. Selanjutnya, setiap kenaikan satu satuan kesiapan menikah, perkembangan anak akan juga meningkat sebesar 0,383. Hal ini menegaskan bahwa semakin baik tingkat kesiapan menikah istri maka perkembangan anak pun akan semakin baik. Tabel 29 Sebaran koefisien regresi pengaruh kesiapan menikah terhadap perkembangan anak Koefisien Variabel Tidak Terstandarisasi Terstandarisasi (B) (β) Sig. Konstanta ,000 Kesiapan Menikah 0,550 0,383 0,000** F 20,311 Sig 0,000 R Square Adjusted R Square 0,147 0,140 Analisis regresi model kedua bertujuan untuk menguji pengaruh variabel utama kesiapan menikah dan karakteristik keluarga serta anak terhadap perkembangan anak. Hasil uji regresi menunjukkan nilai adjusted R square sebesar 27,5 persen (tabel 30). Hal ini memiliki arti bahwa sebesar 27,5 persen perkembangan anak dipengaruhi oleh kesiapan menikah dan karakteristik keluarga serta anak, sisanya sebesar 72,5 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diuji dalam penelitian ini. Lama menikah berpengaruh negatif dengan perkembangan anak dengan nilai beta -0,286. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pernikahan kedua orang tua, perkembangan anak justru semakin menurun. Setiap naik satu kesatuan lama menikah kedua orang tua, perkembangan anak justru menurun sebesar 0,259. Jenis kelamin anak berpengaruh positif dengan perkembangan anak. Hal ini berarti anak yang berjenis kelamin perempuan memiliki perkembangan yang lebih baik dibandingkan anak laki-laki. Hasil uji regresi model ketiga menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,284. Angka ini berarti sebesar 28,4 persen perkembangan anak dapat dijelaskan oleh karakteristik keluarga, karakterisik anak dan dimensi kesiapan menikah. Sisanya sebesar 71,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Terdapat perbedaan hasil pada model kedua dengan ketiga, pengaruh usia anak terhadap perkembangan anak yang awalnya tidak muncul di model kedua, kemudian muncul pada model ketiga. Selebihnya, secara konsisten variabel jenis kelamin anak, lama menikah, dan kesiapan menikah (kesiapan intelektual dan kesiapan individu) berpengaruh terhadap perkembangan anak (Tabel 31).
7 49 Tabel 30 Sebaran koefisien regresi pengaruh kesiapan menikah dan karakteritik keluarga terhadap perkembangan anak Koefisien Variabel Tidak Terstandarisasi Terstandarisasi (B) (β) Sig. Konstanta 33,850 0,032 Karakteristik anak Keikutsertaan sekolah 2,659 0,091 0,320 (0=tidak sekolah; 1=sekolah) Usia anak (bulan) 0,280 0,170 0,060 Jenis kelamin (0=lakilaki;1=perempuan) 6,428 0,236 0,005** Karakteristik keluarga Usia istri (tahun) 0,134 0,045 0,787 Jarak usia suami dan istri -0,230-0,074 0,521 (tahun) Lama menikah (tahun) -1,133-0,286 0,047* Pendapatan perkapita 9,690E-7 0,035 0,687 (Rp/bln) Lama pendidikan suami (tahun) Lama pendidikan istri (tahun) -0,353 0,688-0,058 0,117 0,536 0,240 Kesiapan menikah istri 0,437 0,305 0,000** Usia menikah Usia menikah istri (0=<21 tahun; 1= 21 tahun) Usia Menikah suami(0=<25 tahun; 1= 25 tahun) 1,312 3,457 0,048-0,118 0,725 0,345 F 4,757 Sig 0,000 R Square Adjusted R Square 0,348 0,275 Kesiapan menikah (kesiapan intelektual dan kesiapan individu) memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik tingkat kesiapan menikah istri, utamanya dalam aspek kesiapan intelektual dan kesiapan individu maka perkembangan anak pun akan semakin baik. Sementara itu, hasil uji regresi pada model ini juga menunjukkan variabel jenis kelamin, usia anak dan lama pernikahan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Jenis kelamin dan usia anak memiliki pengaruh positif signifikan terhadap perkembangan anak. Artinya anak yang berjenis kelamin perempuan memiliki perkembangan yang lebih baik dibandingkan anak laki-laki usia 3-5 tahun. Semakin meningkat usia anak maka perkembangan anak akan semakin baik. Pengaruh negatif ditemukan antara lama pernikahan dengan perkembangan anak dengan nilai beta -0,326. Hal ini berarti setiap kenaikan satu satuan lama menikah maka perkembangan anak akan menurun sebesar 0,326.
8 50 Tabel 31 Sebaran koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga dan dimensi kesiapan menikah terhadap perkembangan anak Koefisien Variabel Tidak Terstandarisasi Terstandarisasi (B) (β) Sig. Konstanta 30,951 0,063 Karakteristik anak Keikutsertaan sekolah 3,255 0,111 0,232 (0=tidak sekolah; 1=sekolah) Usia anak (bulan) 0,302 0,183 0,045* Jenis kelamin (0=lakilaki;1=perempuan) 6,622 0,243 0,005** Karakteristik keluarga Usia istri (tahun) 0,184 0,062 0,713 Jarak usia suami dan -0,223-0,072 0,541 istri (tahun) Lama menikah (tahun) -1,290-0,326 0,025* Pendapatan perkapita 1,181E-6 0,043 0,625 (Rp/bln) Lama pendidikan suami (tahun) Lama pendidikan istri (tahun) -0,416 0,510-0,069 0,087 0,468 0,393 Kesiapan menikah Kesiapan intelektual Kesiapan sosial Kesiapan emosi Kesiapan moral Kesiapan individu Kesiapan finansial Kesiapan mental 0,117 0,126 0,064 0,011 0,161 0,033 0,013 0,197 0,156 0,066 0,012 0,192 0,051-0,030 0,027* 0,085 0,443 0,890 0,032* 0,553 0,727 Usia menikah Usia menikah istri (0=<21 tahun; 1= 21 tahun) Usia Menikah suami(0=<25 tahun; 1= 25 tahun) 0,460 3,021 F 3,628 0,000 0,393 0,284 Sig R Square Adjusted R Square Keterangan: *signifikan pada p<0.05, **signifikan pada p<0.01 PEMBAHASAN 0,017-0,109 0,905 0,391 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kesiapan menikah istri dan karakteristik keluarga terhadap perkembangan anak. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang kuat antara kesiapan menikah istri dan karakteristik keluarga terhadap perkembangan anak. Hasil penelitian
9 menunjukkan bahwa tingkat kesiapan menikah istri masih relatif rendah khususnya kesiapan finansial dan kesiapan intelektual. Sebagian besar istri belum mempersiapkan diri dalam hal finansial seperti menabung, memiliki perhiasan atau investasi lainnya hingga mencari ilmu terkait pengelolaan uang sebelum menikah. Padahal, kesiapan finansial menjadi indikator penting kesuksesan pernikahan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sunarti et al. (2012) yang menyatakan bahwa dimensi kesiapan menikah istri yang pemenuhannya masih rendah adalah kesiapan finansial. Kesiapan finansial hanya dipenuhi kurang dari 50 persen istri. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah ekonomi (suami belum memiliki pekerjaan, di-phk, atau suami meninggalkan kewajiban) menjadi dominasi penyebab perceraian yang terjadi di Indonesia (Mahayanti 2013; Pujiastuti dan Lestari 2008; Harris 2012; Muhammad 2009). Banyak keluarga yang mengalami kesulitan untuk mengatasi ketidakstabilan ekonomi (Abanyam 2013; Olson dan Defrain 2002; Sandstrom dan Huerta 2013). Memiliki pendapatan yang rendah pada awal-awal kehidupan anak menjadi prediktor yang kuat terhadap rendahnya kognisi anak dibandingkan anak pada keluarga dengan pendapatan yang lebih baik. Ketidakstabilan ekonomi mempengaruhi perkembangan anak sejak dini (Sandstrom dan Huerta 2013). Motif ekonomi menyebabkan istri mengajukan gugat cerai kepada suami. Kesiapan finansial istri pada prinsipnya dapat membantu keluarga ketika menghadapi masalah terkait ekonomi keluarga, ketika suami tengah mengalami masalah dalam pemenuhan nafkah maka istri yang sudah siap secara finansial dapat membantu perekonomian keluarga sementara suami berusaha mencari pekerjaan lainnya. Sinergitas antara suami dan istri sangat diperlukan dalam pernikahan. Puspitawati (2012) menekankan pentingnya kemitraan gender (antara suami dan istri) dengan saling mengerti, saling menyayangi dengan komitmen dan dedikasi tinggi membentuk dan membangun keluarga sampai hari tua. Apabila ada konflik, maka selalu dicari cara pemecahan masalah bersama dengan mengedepankan tujuan keutuhan bersama keluarga. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa semakin lama pendidikan istri maka semakin baik tingkat kesiapan menikah dan perkembangan anak. Meningkatkan pendidikan pada perempuan dapat menunda pernikahan hingga usia yang lebih dewasa sehingga seiring waktu wanita bisa mempersiapkan diri dengan baik sebelum memutuskan untuk menikah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan istri yang menikah di usia muda cenderung berpendidikan rendah sehingga belum mempersiapkan diri dengan baik ketika memasuki jenjang pernikahan (Erulkar 2013; Mulyana dan Ridwan 2009; Nasrin dan Rahman 2012). Pendidikan tidak hanya berguna untuk menyempurnakan tingkat kesiapan menikah perempuan namun juga bermanfaat dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Hal ini dikarenakan intelektualitas seorang ibu sangat penting dalam pengasuhan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pendidikan ibu berhubungan positif dengan perkembangan anak. Sejalan dengan penelitian ini, Rahmaulina dan Hastuti (2008) menyatakan semakin tinggi pengetahuan ibu mengenai gizi dan tumbuh kembang anak maka perkembangan kognitif anak semakin baik pula. Berbagai penelitian lain juga menunjukkan bahwa lama pendidikan ibu memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan kognitif, bahasa, 51
10 52 sosial emosi dan perkembangan anak secara keseluruhan (Hastuti et al. 2010; Hastuti et al. 2011; Latifah et al. 2009; Ardila et al. 2005). Uji korelasi selanjutnya menunjukkan semakin muda usia suami maka perkembangan anak semakin baik. Hal ini dapat disebabkan karena keterlibatan suami yang berusia muda dalam pengasuhan anak kemungkinan lebih besar dibandingkan ayah yang berusia lebih tua. Selain itu, hasil uji korelasi menunjukkan bahwa semakin tua usia suami, lama pendidikan suami lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa suami yang lebih muda memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik sehingga dapat mengasuh anak dengan lebih baik dibandingkan yang berpendidikan rendah. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan sangat baik bagi perkembangan anak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ayah yang terlibat dalam pengasuhan dan kegiatan bermain dengan anak usia balita memiliki anakanak dengan skor IQ yang tinggi, kapasitas bahasa, kognitif, kemampuan bergaul, kemampuan sosial dan perilaku yang baik (Pruett 2000; Howard et al. 2006; Pougnet E et al. 2011; Kato et al. 2002; Allen dan Daly 2007). Berdasarkan hasil analisis regresi dengan menggunakan tiga model, diperoleh hasil yang menguatkan bahwa jenis kelamin anak, lama menikah dan kesiapan menikah (kesiapan intelektual dan kesiapan individu) berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hanya pada model regresi ketiga yang memunculkan pengaruh positif usia anak terhadap perkembangan anak. Variabel yang terkait dengan karakteristik anak adalah jenis kelamin dan usia anak. Anak perempuan memiliki perkembangan yang lebih baik dibandingkan anak laki-laki. Hal ini sejalan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap perkembangan motorik, fisik, emosi maupun intelektualitas anak (Cho, Holditch-Davis dan Miles 2010; Preuschoff 2006 dalam Puspitawati 2012). Usia anak berpengaruh positif terhadap perkembangan anak. Semakin bertambah usia anak, maka perkembangannya semakin baik juga. Penelitian ini sejalan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan hasil serupa bahwa usia anak berpengaruh positif terhadap kemandirian, perkembangan sosial emosi serta perkembangan motorik dan kognitif anak (Dewanggi et al. 2012; Hastuti et al. 2011; Hastuti 2009) Faktor lain yang juga memiliki pengaruh adalah lama menikah. Istri yang menikah lebih lama memiliki anak dengan perkembangan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena berbagai hal diantaranya faktor pendidikan dan pendapatan perkapita. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa istri yang menikah lebih lama tercatat memiliki lama pendidikan dan pendapatan perkapita yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan anak yang rendah pada istri yang menikah lebih lama berhubungan dengan pendidikan istri dan pendapatan perkapita yang juga rendah. Sebagaimana pembahasan sebelumnya yang menyatakan bahwa pendidikan istri berpengaruh kuat terhadap perkembangan anak. Selain itu, pendapatan memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan anak (Hastuti et al 2010; Latifah et al 2009). Pendapatan yang rendah pada awal-awal kehidupan anak menjadi prediktor yang kuat terhadap rendahnya kognisi anak dibandingkan anak pada keluarga dengan pendapatan yang lebih baik. Ketidakstabilan ekonomi mempengaruhi perkembangan anak sejak dini (Sandstrom dan Huerta 2013). Oleh karena itu, peningkatan pendidikan dan perbaikan pendapatan keluarga harus terus diupayakan untuk menjamin tumbuh kembang anak yang optimal.
11 53 Berdasarkan penelitian ini usia menikah istri ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan anak. Hal ini bertentangan dengan hipotesis dalam penelitian ini yaitu semakin dewasa usia menikah istri maka perkembangan anak akan semakin baik. Tidak adanya pengaruh signifikan antara usia menikah istri dengan perkembangan anak sejalan dengan penelitian Gueorgueiva et al. (2001) yaitu anak-anak dari ibu yang masih muda (remaja) mengalami lebih banyak masalah selama menempuh pendidikan di Taman Kanak- Kanak, namun ketika variabel lain dimasukkan dalam analisis seperti pendidikan ibu, status pernikahan, tingkat kemiskinan dan ras, maka pengaruh tersebut menghilang. Hal ini mengindikasikan bahwa masalah yang timbul pada anak-anak dari ibu yang remaja bukan disebabkan oleh usia ibu yang masih muda namun dipengaruhi oleh beberapa faktor sosiodemografi lainnya juga. Hal sebaliknya menunjukkan bahwa ibu yang lebih dewasa secara konsisten mempengaruhi perkembangan pendidikan anak. Penelitian ini memberikan implikasi kepada institusi pemberdayaan keluarga baik itu pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, pemerhati keluarga maupun instansi pendidikan untuk turut serta mensosialisasikan pentingnya aspek kesiapan menikah, usia ideal menikah dan kesiapan menjadi orang tua bagi remaja dalam mengoptimalkan perkembangan anak di masa yang akan datang. Orang tua juga diharapkan dapat lebih peduli terhadap aspek kesiapan menikah seperti intelektual, moral, sosial, emosi, finansial, individu dan mental yang penting dalam membimbing anak-anak remaja mereka sebelum menikah. SIMPULAN Rata-rata usia menikah istri (21,5 tahun) dan suami (26,2 tahun) telah melampaui batas ideal. Kesiapan menikah istri secara umum termasuk dalam kategori sedang, namun untuk dimensi kesiapan finansial dan intelektual masih tergolong rendah.usia anak dan lama pendidikan istri memiliki hubungan positif dengan perkembangan anak sedangkan usia suami, jarak usia antara suami dan istri, dan lama menikah memiliki hubungan negatif dengan perkembangan anak. Selain itu, usia menikah istri dan lama pendidikan istri berhubungan positif dengan kesiapan menikah istri. Perkembangan anak dipengaruhi positif oleh usia anak, jenis kelamin dan kesiapan menikah (kesiapan individu dan kesiapan intelektual) namun pengaruh negatif ditemukan antara lama menikah dengan perkembangan anak. Istri yang menikah lebih lama memiliki perkembangan anak yang lebih rendah. Perkembangan anak yang rendah berhubungan dengan rendahnya pendidikan istri dan pendapatan perkapita keluarga pada istri yang menikah lebih lama. PEMBAHASAN UMUM Pernikahan merupakan ikatan suci antara sepasang suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga yang bahagia dan sejahtera dapat dibentuk apabila suami dan istri memiliki tingkat kesiapan menikah yang baik. Kesiapan menikah menjadi salah satu indikator kesuksesan keluarga. Sekalipun demikian, saat ini masih banyak calon pasangan suami dan
12 54 istri yang belum mempersiapkan diri dengan baik sebelum menikah. Hasil penelitian menunjukkan secara umum kesiapan menikah istri masih dibawah 65 persen dan kesiapan menikah istri semakin rendah ketika istri menikah pada usia muda. Aspek kesiapan menikah istri yang relatif masih rendah baik pada istri yang menikah muda dan dewasa adalah kesiapan intelektual dan kesiapan finansial. Semakin rendah tingkat kesiapan menikah istri maka perkembangan anak akan menurun. Penelitian ini memberikan implikasi bahwa meningkatkan kesiapan menikah istri merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Beberapa kriteria kesiapan menikah yang penting untuk menciptakan pernikahan yang berkualitas dan juga mencegah perceraian diantaranya (1) meningkatkan kapasitas keluarga (contoh: laki-laki harus mampu untuk memenuhi kebutuhan keuangan keluarga dan perempuan harus mampu untuk mengasuh anak); (2) kemampuan interpersonal (mampu untuk mendiskusikan segala perasaannya); (3) mengikuti norma yang berlaku (hanya memiliki satu pasangan yang sah) dan (4) tanggung jawab personal (mandiri secara finansial) Badger (2005). Nelson (2009) menyatakan bahwa pada beberapa waktu lalu, pernikahan dianggap sebagai sumber keamanan keuangan namun saat ini, mandiri secara finansial menjadi prasyarat penting dalam kriteria kesiapan menikah. Mempersiapkan pernikahan saja tidaklah cukup jika kemudian tidak diimbangi dengan menjaga keharmonisan keluarga. Banyak masalah yang timbul terkait dengan perkembangan anak dipengaruhi salah satunya oleh ketidakharmonisan keluarga. Perkembangan anak pada lima tahun pertama menjadi sangat penting karena ada yang berpendapat bahwa 90% koneksi terbentuk pada usia ini (Cramer dalam Megawangi et al. 2010). Anwar (2002) menyatakan apabila pada masa tersebut pertumbuhan dan perkembangan seorang anak berjalan secara optimal diharapkan pada masa dewasa akan tumbuh menjadi manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, menjamin kesiapan menikah yang baik dan kemudian menjaga keharmonisan keluarga mutlak dilakukan oleh setiap keluarga apabila tidak maka masalah dalam perkembangan anak akan terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin lama menikah maka perkembangan anak justru semakin menurun. Hal ini berhubungan dengan rendahnya pendidikan dan pendapatan perkapita pada istri yang menikah lebih lama. Perbaikan kualitas pendidikan dan pengentasan kemiskinan mutlak harus terus ditingkatkan untuk menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk semakin melengkapi studi terkait kesiapan menikah dan hubungannya dengan perkembangan anak. Penelitian ini membatasi lingkup penelitian yang meneliti pihak istri saja dan dilakukan di salah satu wilayah di Kota Depok. Penelitian sejenis dapat dilakukan dengan ruang lingkup yang lebih luas seperti meneliti tingkat kesiapan menikah suami, dilakukan di wilayah pedesaan maupun dapat dilakukan untuk studi perbandingkan di berbagai kota-kota besar yang memiliki masalah besar terkait remaja seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, atau Medan. Penelitian semacam ini akan sangat bermanfaat dalam penyusunan kebijakan pendewasaan usia perkawinan utamanya dalam menyiapkan remaja sebelum menikah dan sekaligus memotret tingkat kesiapan menikah pasangan muda di Indonesia yang masih sangat cukup jarang diteliti.
METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu
Lebih terperinciMenurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia
57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak
25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu
Lebih terperinciHASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
31 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Luas wilayahnya adalah 157,9 Ha. Batas wilayah Kelurahan Bubulak adalah
Lebih terperinciKESIAPAN MENIKAH ISTRI DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA DENGAN ISTRI YANG MENIKAH MUDA DAN DEWASA
23 KESIAPAN MENIKAH ISTRI DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA DENGAN ISTRI YANG MENIKAH MUDA DAN DEWASA Marital Readiness Of Wife And Child Development Aged 3-5 Years Within Family Whose Wife Married At
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel
15 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga
Lebih terperinciHASIL. Karakteristik Remaja
HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15
Lebih terperinciR Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sosial yang semakin kompleks menuntut keluarga untuk dapat beradaptasi secara cepat (Sunarti 2007). Duvall (1971) menjelaskan bahwa perubahan ini berdampak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KELUARGA, KESIAPAN MENIKAH ISTRI, DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN
Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2015, p : 28-37 Vol. 8, No. 1 ISSN : 1907-6037 KARAKTERISTIK KELUARGA, KESIAPAN MENIKAH ISTRI, DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN Nurlita Tsania 1,2*), Euis Sunarti 3,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan
Lebih terperincigolongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai
PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah
7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,
Lebih terperinci5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian yang diperoleh dan akan diuraikan ke dalam gambaran subjek, analisis data dan interpretasi hasil penelitian.
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
231 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kualitas remaja mencakup kecerdasan intelektual (IQ), status gizi (IMT/U), dan kecerdasan emosi. a) Analisis deskriptif terhadap kecerdasan intelektual menunjukkan
Lebih terperinciBab 4. Hasil dan Pembahasan Gambaran umum responden penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik, yaitu:
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.1 Gambaran umum responden penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik, yaitu: suami atau istri usia 20-40 tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA
BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan pribadi, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial yang saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepala keluarga memiliki peran sangat penting dalam kehidupan berumah tangga, selain dituntut untuk memberikan nafkah, perlindungan fisik yang efektif dan dukungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.
BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan sosial ini berpangkal dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan sosial 2.1.1 Definisi kecerdasan sosial Kecerdasan sosial merupakan kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang strategis bagi pendidikan karena jauh dari kebisingan dan
49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek 1. Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo (MANSDA) terletak di Jalan Jenggolo No. 2 Sidoarjo. Lokasi MAN Sidoarjo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia.
Lebih terperinciBab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran
Bab 5 Simpulan, Diskusi dan Saran 5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan terhadap 60 anak-anak pra-sekolah usia 3-6 tahun. Subjek terdiri dari dua populasi yang masing-masing terdiri dari 30 anak. Populasi
Lebih terperinciGambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi
KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan kognitif merupakan suatu proses psikologis yang terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian, dan pemahaman dengan menggunakan pengamatan, pendengaran, dan pemikiran (Baraja
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Berikut ini adalah hasil dari data yang telah diolah dan dianalisis, diantaranya karakteristik responden, deskripsi umum skor variabel, uji hipootesis,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. uji instrumen penelitian, analisis data dan pembahasan. Statistik deskriptif data,
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab V akan membahas statistik deskriptif data, gambaran umum responden, uji instrumen penelitian, analisis data dan pembahasan. Statistik deskriptif data, gambaran umum responden,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan- Nya. Dalam kehidupan ini secara alamiah manusia mempunyai daya tarik menarik antara satu individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kasus perceraian bisa terjadi pada siapa saja, menurut Kepala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus perceraian bisa terjadi pada siapa saja, menurut Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kemenag Muharam Marzuki Angka perceraian di Indonesia lima tahun terakhir
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciPERKAWINAN DAN PERCERAIAN
PERKAWINAN DAN PERCERAIAN 1. Pendahuluan Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh fertilitas. Perkawinan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Lebih terperinciBAB I. berkomunikasi, bahkan ketika kita sendiripun, kita tetap melakukan. komunikasi. Sebagai sebuah aktivitas, komunikasi selalu dilakukan manusia.
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu istilah paling populer dalam kehidupan manusia dan tidak bisa dipisahkan dari roda kehidupan manusia setiap orang membutuhkan komunikasi
Lebih terperinciTabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki
BAB V KARAKTERISTIK, TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN RESPONDEN, DAN EKUITAS MEREK 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Pengertian keluarga menurut BKKBN adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan nilai-nilai sosial di dalam masyarakat menyebabkan tingkat perceraian semakin tinggi. Selain itu, akibat banyaknya wanita yang terjun ke dalam dunia pekerjaan menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dilatar belakangi banyak masyarakat di pedesaaan yang lebih memilih menikah diusia muda dimana kematangan emosinya masih belum siap untuk membina sebuah
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan keluarga. Setiap pasangan yang mengikrarkan diri dalam sebuah ikatan pernikahan tentu memiliki harapan agar pernikahan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP
BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PEMULA 3.1 Validitas dan Reliabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dan diperoleh melalui menyebar kuesioner secara langsung kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock, 2012). Remaja merupakan usia
Lebih terperinci2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual dalam model regresi memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Adapun gambaran responden yang dikemukakan disini adalah gambaran responden berdasarkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh
2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah menciptakan dengan sempurna sehingga realitas ini dicetuskan oleh Aristoteles pada
Lebih terperinciKarakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan
46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian adalah Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Itulah petikan pasal 28B ayat 1 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara agama dan sosial antara pria dan wanita. Dalam perkawinan terdapat hak dan kewajiban,
Lebih terperinciKesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,
61 PEMBAHASAN Hampir seluruh dewasa muda dalam penelitian ini belum siap untuk menikah, alasannya adalah karena usia yang dirasa masih terlalu muda. Padahal ketentuan dalam UU No.1 tahun 1974, seharusnya
Lebih terperinciPerkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *
Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 24 Oktober 2015; disetujui: 29 Oktober 2015 Perilaku seks menyimpang hingga saat ini masih banyak terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dalam pewarisan nilai-nilai sosial dari satu individu ke individu lain. Keluarga
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai sebuah institusi sosial sesungguhnya memainkan peranan yang besar dalam pewarisan nilai-nilai sosial dari satu individu ke individu lain. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi.menjalin hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun dengan lawan jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berdiri menggantikan IKIP (Institut
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Umum Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berdiri menggantikan IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan berdasarkan Pasal 1 Ayat 2a Keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh
32 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi suami istri. Variabel yang diteliti pada penelitian interaksi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan program SSPS 19 dengan kriteria
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Uji Validitas Hasil perhitungan uji validitas menggunakan data 86 responden dan data yang diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan program SSPS 19 dengan kriteria penentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, pada bagian ini peneliti akan mengemukakan simpulan hasil penelitian mengenai cerai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hajah Jawiyah Badrie Kelurahan Jeruk-Lakarsantri. Sebelum dilakukan penelitian
62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal di panti asuhan Hajah Jawiyah Badrie Kelurahan Jeruk-Lakarsantri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Desa Kadirejo.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini akan menjawab masalah penelitian pada Bab
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan
Lebih terperinci