BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)"

Transkripsi

1 BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) Faktor yang berpotensi berhubungan dengan Kompetensi remaja dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) adalah Kreativitas remaja. Sehubungan dengan hal tersebut maka kreativitas remaja berhubungan dengan dua faktor utama, yaitu karakteristik individu (jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi, dan motivasi berprestasi) dan interaksi sosial teman sebaya (intensitas interaksi dan dukungan). Faktor-faktor yang berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) akan dijelaskan pada uraian berikut. 6.1 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas Variabel-variabel yang berhubungan dengan kreativitas adalah faktorfaktor yang berhubungan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Salah satu variabel tersebut adalah karakteristik individu. Karakteristik individu meliputi jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi, dan motivasi berprestasi. Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara karakteristik individu dengan kreativitas. Hasil analisis data antara variabel karakteristik individu dan kreativitas menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Karakteristik individu seperti jenis kelamin dan prestasi akademik tidak berhubungan dengan kreativitas, hanya pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi yang menunjukkan hubungan. Hasil pengujian hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas disajikan secara ringkas pada Tabel

2 Tabel 19 Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas. Karakteristik Individu Jenis Kelamin Koefisien (X 2 / r s ) χ 2 = 0,267 C 2 = 0,061 Kreativitas p-value 0,606 Prestasi Akademik r s = -0,045 0,705 Pengalaman Organisasi r s = 0,440 ** 0,000 Motivasi Berprestasi r s = 0,294 * 0,012 Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Hubungan antara masing-masing karakteristik individu dengan kreativitas berdasarkan Tabel 19 dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kreativitas Jenis kelamin dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Responden laki-laki terdiri dari 37,5 persen dan responden perempuan terdiri dari 62,5 persen. Pada kelompok responden pria rataan skor yang didapat sebesar 20,11 dan kelompok responden perempuan memiliki rataan skor sebesar 22,75. Dari hasil uji Chi-Squre (χ 2 ) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai χ 2 yang didapat sebesar 0,267. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan kreativitas. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden laki-laki dan perempuan dalam hal kreativitas. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Azzahra (2009) yang membuktikan bahwa responden laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan dan Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa. Alasannya bahwa laki-laki cenderung memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar untuk menyejahterakan kehidupannya. Namun, hasil tersebut tidak sepenuhnya bertentangan dengan hasil penelitian ini. Hal itu karena pada penelitian ini tidak mengukur kreativitas melalui keterlibatan dalam 62

3 Program Kreativitas Mahasiswa pada bidang kewirausahaan saja. Penelitian ini melihat Program Kreativitas Mahasiswa secara menyeluruh dan menuju kepada ciri kreativitas yang melekat pada responden. Hasil penelitian ini memaparkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan tingkat kreativitas yang sama. Pernyataan ini kemudian didukung oleh data sekunder dari Direktorat Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kreativitas. Selain itu dinyatakan pula bahwa telah terjadi kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini yang menyebabkan perempuan dan laki-laki merasa memiliki kesempatan yang sama untuk berkreativitas melalui ajang PKM. Berdasarkan hasil analisis data di atas maka terima H o atau tolak H 1 artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kreativitas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jenis kelamin tidak menentukan kreativitas Hubungan antara Prestasi Akademik dengan Kreativitas Prestasi Akademik dalam penelitian ini digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah, tinggi dan sedang. Responden yang berada pada kategori rendah terdiri dari 5,6 persen, kategori sedang 56,9 persen dan kategori tinggi 37,5 persen. Kelompok responden yang berada pada kategori prestasi akademik rendah memiliki rataan skor sebesar 21,67. Kelompok responden yang berada pada kategori prestasi akademik sedang memiliki rataan skor sebesar 22,90 dan kelompok responden pada kategori prestasi akademik tinggi memiliki rataan skor sebesar 22,56. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar -0,045 dengan nilai p-value 0,075. Hasil uji yang negatif menunjukan hubungan yang tidak searah, namun karena hasil uji tersebut tidak signifikan dan mungkin hanya terjadi pada sebagian kecil sampel yang tidak bisa menggambarkan populasi secara keseluruhan. Hal ini dapat dipahami bahwa prestasi akademik merupakan hasil dari pengukuran kemampuan kognitif saja. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Salam (1997) bahwa prestasi akademik merupakan tes kemampuan yang biasanya dilakukan dalam lingkungan pendidikan, dimana dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki prestasi akademik yang baik berarti 63

4 memiliki kemampuan kognitif yang baik pula. Sedangkan kreativitas itu sendiri dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dan lingkungannya. Hasil ini kemudian diperkuat oleh data dari Direktorat Kemahasiswaan yang menunjukkan bahwa terjadi sebaran yang merata terhadap IPK mahasiswa yang mengikuti PKM. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa bidang pada PKM yang dapat diikuti oleh mahasiswa tanpa harus sesuai bidang keilmuannya, sehingga tidak dibutuhkan pengetahuan keilmuan untuk dapat terlibat dalam PKM. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka terima H o atau tolak H 1 yang artinya tidak terdapat hubungan antara prestasi akademik dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman yang negatif dengan nilai p-value yang lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa prestasi akademik tidak menentukan kreativitas Hubungan antara Pengalaman Organisasi dengan Kreativitas Pengalaman organisasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Responden yang berada pada kategori rendah terdiri dari 9,7 persen, kategori sedang 72,2 persen dan kategori tinggi 18,1 persen. Kelompok responden yang berada pada kategori pengalaman organisasi rendah memiliki rataan skor sebesar 21,42. Kelompok responden yang berada pada kategori pengalaman organisasi sedang memiliki rataan skor sebesar 22,76 dan kelompok responden pada kategori pengalaman organisasi tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,83. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,440 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengalaman organisasi memiliki hubungan yang cukup berarti dengan kreativitas. Artinya semakin tinggi pengalaman organisasi responden maka semakin tinggi tingkat kreativitasnya. Pernyataan ini dapat diperkuat melalui penelitian Manulu (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan salah satu pertimbangan bagi 64

5 seseorang dalam menerima ide-ide baru yang menjadi kebutuhan dan dapat membantu memecahkan masalah. Apabila dilihat dari aspek perkembangan kreativitas menurut Torrance (1988 dalam Citra, 2008) maka hubungan antara pengalaman organisasi dengan kreativitas dapat dikaitkan dengan aspek proses. Pada aspek proses dapat dijelaskan bahwa kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan, menguji dan menyampaikan hasil-hasilnya. Oleh karena itu keterlibatan responden dalam kegiatan organisasi akan membuat responden terbiasa berada dalam situasi untuk memecahkan masalah. Selain itu berdasarakan informasi yang didapat dari Direktorat Kemahasiswaan bahwa sebagian besar Organisasi Kemahasiswaan di IPB mencantumkan PKM sebagai salah satu agendanya. Oleh karena itu mahasiswa yang terlibat dalam organisasi akan lebih mudah mendapat informasi mengenai PKM dan tertantang untuk mengeluarkan ide kreatif melalui PKM. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H 0 ditolak atau terima H 1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara pengalaman organisasi dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p- Value kurang dari 0, Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas Motivasi berprestasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Namun, pada penelitian ini tidak didapatkan responden yang berada pada kategori motivasi berprestasi rendah. Kelompok responden yang berada pada kategori motivasi berprestasi sedang memiliki rataan skor 21,83 dan kelompok responden pada kategori motivasi berprestasi tinggi memiliki rataan skor 22,90. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,294 dan berhubungan nyata pada level 5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara motivasi berprestasi dengan kreativitas. Motivasi berprestasi dapat memberikan arah dan tujuan pada kegiatan berprestasi dimana hal tersebut sejalan 65

6 dengan kebutuhan manusia yang didefinisikan oleh Mc Clelland (1976) dimana salah satunya adalah kebutuhan berprestasi. Motivasi berprestasi ini kemudian dapat mengarahkan tingkah laku individu dengan titik berat pada bagaimana prestasi tersebut dicapai dengan suatu standar keunggulan tertentu. Hal ini juga yang kemudian membuat individu selalu berusaha mengembangkan kreativitasnya agar dapat lebih unggul. Selain itu dinyatakan pula bahwa dari semua karakteristik individu yang paling berpengaruh adalah motivasi. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan sosialisasi, hal pertama yang dilakukan Direktorat Kemahasiswaan adalah membangkitkan motivasi mahasiswa. Hal ini dilakukan dengan cara membangkitkan memori Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), menampilkan gambar-gambar saat mahasiswa IPB berhasil meraih medali, ceritacerita sukses dari para alumni PKM dan sebagainya. Setelah motivasi itu dibangkitkan barulah materi sosialisasi diberikan dengan harapan mahasiswa menjadi lebih tertarik pada informasi karena telah tumbuh motivasi dalam dirinya. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H 0 ditolak atau terima H 1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara motivasi berprestasi dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p- Value kurang dari 0, Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas Variabel-variabel yang berhubungan dengan kreativitas adalah faktorfaktor yang berhubungan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Variabel yang berhubungan dengan kreativitas selain karakteristik individu adalah interaksi sosial teman sebaya. Hasil pengujian hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas disajikan secara ringkas pada Tabel

7 Tabel 20 Hasil Pengujian Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas. Interaksi Sosial Teman Sebaya Koefisien ( r s ) Kreativitas p-value Intensitas Interaksi 0,119 0,319 Dukungan 0,334 ** 0,004 Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas. Hasil analisis data antara variabel interaksi sosial teman sebaya dan kreativitas menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Interaksi sosial teman sebaya meliputi intensitas interaksi dan dukungan. Variabel intensitas interaksi tidak berhubungan dengan kreativitas, hanya variabel dukungan yang menunjukkan hubungan. Hubungan antara masing-masing interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut: Hubungan antara Intensitas Interaksi dengan Kreativitas Intensitas interaksi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori intensitas interaksi rendah memiliki rataan skor sebesar 20,00. Kelompok responden pada kategori intensitas sedang memiliki rataan skor sebesar 21,95 dan kelompok responden pada kategori intensitas interaksi tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,14. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,119. Hasil tersebut menunjukkan bahwa intensitas interaksi yang terjadi antara responden dengan teman sebayanya tidak berkaitan dengan pengembangan kreativitas responden. Hal ini dapat dipahami bahwa intensitas interaksi yang sebagian besar masuk ke dalam kategori tinggi terjadi dalam ruang lingkup waktu jam belajar mengajar dan meliputi kegiatan yang terkait dengan kegiatan perkuliahan. Selain itu Trock (2003) juga mengatakan bahwa interaksi yang 67

8 cukup sering antara remaja dan teman sebayanya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif. Oleh karena itu interaksi yang dilakukan seringkali bertujuan untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya. Hal tersebut untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung dan tidak berhubungan dengan kreativitas. Apabila dikaitkan dengan faktor yang mendasari interaksi sosial, maka intensitas interaksi yang terjadi disebabkan oleh faktor imitasi. Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain (Rahman, 2000). Individu yang hanya mengandalkan perilaku dari meniru dapat mengakibatkan individu tersebut menjadi tidak berkembang dan menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis. Imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan kebiasaan dimana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, mereka melakukan dari apa yang mereka lihat. Adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia, yang mendangkalkan kehidupannya. Berdasarkan hasil analisis di atas maka terima H o atau tolak H 1 yaitu intensitas interaksi dengan teman sebaya tidak mamiliki hubungan dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dengan nilai p-value yang lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa intensitas interaksi tidak menentukan kreativitas Hubungan antara Dukungan dengan Kreativitas Dukungan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori dukungan rendah memiliki rataan skor sebesar 23,00. Kelompok responden pada kategori dukungan sedang memiliki rataan skor sebesar 21,89 dan kelompok responden pada kategori dukungan tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,67. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,334 dan berhubungan nyata pada level 1%. 68

9 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pritini (2006), dimana didapatkan hasil bahwa teman sebaya bisanya memberikan dukungan semangat, fisik dan ego yang kemudian akan mengarah pada solidaritas bersama. Peran teman sebaya sebagai penyedia informasi kemudian mengakibatkan remaja yang haus akan informasi dari lingkungan luar merasa mendapatkan berbagai informasi. Hal ini didukung pula oleh sifat dan karakteristik remaja yang mulai senang melakukan eksperimen untuk mengembangkan kreativitasnya. Apabila dikaitkan dengan bentuk interaksi menurut Soekanto (2002 dalam Nisriyana, 2007) maka dukungan dapat dikategorikan sebagai bentuk kerja sama (co-operation). Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama Selain itu dinyatakan pula oleh Direktorat Kemahasiswaan bahwa informasi dari mulut ke mulut yang dilakukan sesama teman ternyata lebih ampuh dalam penyampaian informasi sosialisasi PKM. Hal ini dikarenakan mahasiswa, terutama yang masih berada pada tingkat 2 masih percaya kepada informasi dari teman sebayanya yang dirasa memiliki pengetahuan lebih. Mereka merasa informasi tersebut jujur dan tidak berlebihan. Mereka juga tidak segan untuk bertanya dan berdiskusi mengenai hal-hal detail pada teman. Dukungan inilah yang menyebabkan kreativitas mereka muncul dan berkembang. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka H 0 ditolak atau terima H 1 yaitu dukungan teman sebaya memiliki hubungan dengan kreativitas. Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan kreativitas ini termasuk ke dalam hubungan yang signifikan pada level 1% yaitu pada selang kepercayaan 99,6 persen. 6.3 Hubungan antara Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Variabel yang berhubungan dengan kompetensi dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Variabel tersebut adalah kreativitas. Kreativitas berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti PKM melalui tiga variabel pada kompetensi yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil pengujian 69

10 hubungan antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa disajikan secara ringkas pada Tabel 21 berikut ini. Tabel 21 Hasil Pengujian Hubungan Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Kompetensi Koefisien ( r s ) Kreativitas p-value Pengetahuan 0,122 0,308 Sikap 0,379 ** 0,001 Keterampilan 0,384 ** 0,001 Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa (PKM). Hasil analisis data antara variabel kreativitas dan kompetensi dalam mengikuti PKM menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Salah satu variabel kompetensi yaitu pengetahuan tidak menunjukkan adanya hubungan. Kreativitas hanya menunjukkan hubungan dengan variabel sikap dan keterampilan. Hubungan antara kreativitas dengan masing-masing variabel kompetensi dalam mengikuti PKM dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut Hubungan antara Kreativitas dengan Pengetahuan Kreativitas dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa setelah dilakukan akumulasi skor data responden maka tidak ada responden yang berada pada kategori rendah. Oleh karena itu kategori pada kreativitas menjadi dua, yaitu kreativitas sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor pengetahuan sebesar 9,82 dan kelompok responden pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor pengetahuan sebesar 10,67. 70

11 Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,122. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kreativitas yang dimiliki oleh responden tidak berkaitan dengan pengetahuan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Hal ini dapat dipahami bahwa pengetahuan yang dimaksud dalam kompetensi ini lebih ke arah kemampuan responden menangkap informasi dalam sosialisasi PKM. Kreativitas lebih menekankan kepada kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru berguna dan dapat dimengerti. Pada intinya kreativitas lebih menakankan pada kemampuan unruk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi pengetahuan bidang ilmu dan pengetahuan materi sosialisasi PKM. Dari hasil penelitian terdapat beberapa alasan mengenai tidak adanya hubungan antara kreativitas dan pengetahuan. Pertama dikarenakan terdapat beberapa kategori PKM yang tidak harus sesuai dengan bidang keilmuan. Hal ini memberi peluang agar setiap mahasiswa dapat mengembangkan kreativitasnya walaupun pengetahuan yang ia miliki belum cukup banyak. Selama mahasiswa tersebut memiliki motivasi, berkemauan dan mampu bekerjasama maka ia dapat mengikuti PKM. Kedua, yaitu status responden yang berada pada tingkat dua dimana ia baru diperkenalkan pada pengetahuan-pengetahuan menurut bidang ilmunya. Pada usia tersebut mereka cenderung memanfaatkan keterampilan bukan pengetahuan mereka. Ketiga, yaitu status mahasiswa tingkat dua yang membuat mereka merasa hanya dianggap sebagai pelengkap syarat. Hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena mahasiswa tingkat dua ini dipersiapkan untuk kemudian menjadi pemimpin dalam kegiatan PKM berikutnya. Namun, posisi mereka yang kurang dari segi pengalaman membuat mereka tidak dapat mengembangkan kreativitas dan memperoleh sedikit pengetahuan. Berdasarkan hasil analisis di atas maka terima H o atau tolak H 1 yaitu kreativitas tidak mamiliki hubungan dengan pengetahuan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dengan nilai p-value yang lebih dari 0,05. 71

12 6.3.2 Hubungan antara Kreativitas dengan Sikap Variabel kedua pada kompetensi yang diduga berkaitan dengan kreativitas adalah sikap. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor sikap sebesar 28,69 dan kelompok responden pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor sikap sebesar 30,70. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,379 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara kreativitas dengan sikap dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Murfiani (2006) bahwa sikap atau domain afektif dalam kompetensi ini merupakan dasar untuk melakukan suatu kegiatan melalui kesiapan menerima nilai-nilai. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Siagian (1986 dalam Mariani, 1995) yang menyatakan bahwa dengan kreativitas seseorang dapat mengabstraksikan sesuatu sehingga dapat melihat sesuatu itu baik atau berbahaya, dapat melihat ke depan, lebih peka dan berani mengambil sikap tanpa ragu-ragu dan bertanggung jawab. Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa yang tergolong dalam kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor sikap yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden tersebut memiliki sikap yang lebih positif terhadap PKM. Mereka cenderung merasa senang untuk mencari informasi, mengunjungi tempat-tempat yang dapat memberikan pengetahuan dan mereka juga merasa senang apabila dapat terlibat dalam kegiatan PKM. Berdasarkan hasil analisis di atas maka H 0 ditolak atau terima H 1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara kreativitas dengan sikap dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p-value kurang dari 0, Hubungan antara Kreativitas dengan Keterampilan Variabel ketiga pada kompetensi yang diduga berkaitan dengan kreativitas adalah keterampilan. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor keterampilan sebesar 28,71 dan kelompok responden pada 72

13 kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor keterampilan sebesar 32,00. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,384 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara kreativitas dengan keterampilan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Simpson (1956 dalam Huzaifah, 2009) bahwa hasil belajar psikomotor akan tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif yang kemudian membuat individu mampu untuk melahirkan suatu gagasan yang baru dan kreatif. Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden yang berada pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor yang tinggi pula dalam keterampilan. Hal ini karena kreativitas sendiri memang menuntut sesorang dapat mengeluarkan keterampilannya. Sebagian besar responden yang pernah terlibat dalam PKM juga menunjukkan bahwa mereka mampu melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk mengikuti PKM seperti memahami informasi, mengumpulkan data secara cepat dan tepat, menyusun proposal secara sitematis, lengkap dan sesuai, merinci biaya secara lengkap dan wajar, menerapkan kesesuaian metode, serta mengkoordinasikan kelompok. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H 0 ditolak atau terima H 1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara kreativitas dengan keterampilan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p-value kurang dari 0,01. 73

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan kompetensi

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PEELITIA 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Mahasiswa dan Budaya Akademik Perguruan Tinggi Peguruan tinggi merupakan wahana tenaga ahli yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan berita kriminal di televisi merupakan beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi, meliputi

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum responden, ada tidaknya hubungan antara sikap terhadap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yakni data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri 45 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 8 Tabel Subjek penelitian berdasarkan kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 8 Tabel Subjek penelitian berdasarkan kelas A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTS Sullamul Hidayah Probolinggo. Jumlah dalam penelitian ini sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

Oleh : DWI ERNAWATI A

Oleh : DWI ERNAWATI A ANALISIS SISTEM PELAKSANAAN PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN POTENSI MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Oleh : DWI ERNAWATI A 14102523 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyajian hasil penelitian ini merupakan penjelasan mengenai data hasil

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyajian hasil penelitian ini merupakan penjelasan mengenai data hasil 74 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Hasil Penelitian Penyajian hasil penelitian ini merupakan penjelasan mengenai data hasil penelitian dari angket yang telah disebarkan ke responden yaitu anggota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri 19 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F dan VIII G di SMP Negeri 1 Suruh.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F dan VIII G di SMP Negeri 1 Suruh. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian SMP Negeri 1 Suruh terletak di jalan Dadapayam Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. SMP Negeri 1 Suruh didirikan pada tahun

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI 9.1 Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam Pemenuhan Kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Gender Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996)

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi tidak sanggup membuat anak didik menguasai dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996) mengkritisi pendidikan tinggi akuntansi

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak Mikran, Marungkil Pasaribu, I Wayan Darmadi Email: Mikran_fisika@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Pendidikan dari segi kehidupan dirasakan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui ketercapaian siswa setelah melaksanakan suatu pembelajaran. Namun, kebanyakan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VC SDN 71 Kota Bengkulu. Subyek dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VC SDN 71 Kota Bengkulu. Subyek dalam BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil penelitian 1. Refleksi Awal Proses Pembelajaran Penelitian ini dilaksanakan di kelas VC SDN 71 Kota Bengkulu. Subyek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XI SMK Saraswati Salatiga yang populasinya berjumlah 478 siswa. Kelas XI SMK Saraswati

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitain Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Untuk kepentingan penelitian ini, maka gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sebaiknya dilakukan secara terarah dan secara fakta dalam kegiatan pembelajaran pasti terdapat subjek dan objek yang akan menjadi target pencapaian suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah dasar (SD) adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari berbagai macam hal terkait

Lebih terperinci

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No.1 ISSN 2354-614X Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA 68 BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA A. Kualitas Soft Skill Mahasiswa Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam strategi konvensional berupa metode mengajar ceramah, pengajar memiliki dominasi tinggi di dalam kelas. Dengan metode ini, pengajar memiliki kuasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di SMAN 2 Pringsewu, diperoleh bahwa nilai rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas X pada materi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Way Seputih Bumi Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

SURVEI MINAT MAHASISWA IPB TERHADAP PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

SURVEI MINAT MAHASISWA IPB TERHADAP PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) SURVEI MINAT MAHASISWA IPB TERHADAP PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) Biro Riset dan Pengembangan Gedung Student Center Lantai 1 Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Contact

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri BAB 4 ANALISIS HASIL Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi profil responden, bagian kedua adalah hasil dan pembahasan penelitian.

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan presentasi maupun diskusi biasanya melibatkan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa dalam suatu proses belajar mengajar, di dalam kegiatan presentasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah explanatory (penjelasan) dengan analisis korelasional untuk menjelaskan hubungan antar variabel. Fokus penelitian diarahkan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang dewasa ini sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang dewasa ini sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang dewasa ini sedang giat-giatnya membangun. Salah satu sektor penting dalam pembangunan adalah sektor pendidikan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecurangan (cheating) merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering muncul menyertai aktivitas proses pembelajaran dan dalam proses penilaian bahkan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bab 1 pasal 1 disebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Komitmen Afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa mayoritas tergolong

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN. Nama : ( Boleh tidak diisi ) Mohon Bapak/ Ibu periksa kembali semua jawaban agar jangan sampai ada

IDENTITAS RESPONDEN. Nama : ( Boleh tidak diisi ) Mohon Bapak/ Ibu periksa kembali semua jawaban agar jangan sampai ada IDENTITAS RESPONDEN Nama : ( Boleh tidak diisi ) Umur : tahun Jenis Kelamin : P / L Pendidikan Terakhir : Jabatan di Perusahaan : Departemen/ Bagian/ Fungsi : Lama kerja di perusahaan : tahun Lama menjabat

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 ( )

GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 ( ) GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 (765-771) HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN UNS Istiqomah Risa Wahyuningsih Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI 50 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI 6.1 Hubungan antara Karakteristik Anggota Komunitas dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan belajar yang dimiliki manusia membuat manusia dapat selalu berkembang dalam hidupnya untuk mencapai kedewasaan. Belajar merupakan serangkaian kegiatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) (Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan IPK dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3. Tabel 4.1

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan IPK dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3. Tabel 4.1 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra yang menjadi anggota lembaga kemahasiswaan periode 2012/2013 berjumlah 49 orang mahasiswa. Deskripsi subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian korelasional. Menurut Suharsimi Arikunto (2005) penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi 7 TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatu cara untuk memengaruhi individu agar si pemberi pesan (sender) dan si penerima pesan (receiver) saling mengerti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SD Negeri 1 Kota Bengkulu. Subyek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu begitu pesat, sehingga berdampak kepada jalannya proses penerapan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah konsep yang memberikan apresiasi dan pemahaman yang luas kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta (UMY). Semua responden adalah mahasiswa tahap klinik (coass)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta (UMY). Semua responden adalah mahasiswa tahap klinik (coass) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini sebanyak 43 mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan. Pada dasarnya proses pendidikan dilakukan untuk mengajarkan dua keterampilan, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerolehan proses belajar di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah salah satu masalah yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Stres sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Stres dapat dialami oleh siapa saja, tak terkecuali mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB). Mahasiswa TPB merupakan status

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas hasil analisis data yang telah dilakukan. Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis melakukan analisis secara keseluruhan mengenai pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada Dinas Pertamanan Pemakaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan lebih terarah sehingga lahir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Subjek Penelitian 1.1.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di SMP N 2 Pabelan yang beralamat di Jembrak, Pabelan,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar usia 18-22 tahun. Menurut Hall (dalam Sarlito, 2001) rentang usia tersebut merupakan fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan yang harus diperhatikan. Fungsi dan tujuan tersebut dapat dilihat pada UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan lembaga pendidikan tinggi sebagai kelanjutan dari lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR

BAB 4 ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR BAB 4 ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR DENGAN KINERJA KARYAWAN BAGIAN PERAWATAN BANGUNAN DAN FASILITAS PT FAJAR MEKAR INDAH AREA GEDUNG BIDAKARA Pada bab ini dipaparkan hasil

Lebih terperinci

II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI KERJA PEGAWAI

II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI KERJA PEGAWAI LAMPIRA Lampiran Kuesioner penelitian p Bapak/Ibu yang terhormat, kuesioner ini merupakan instrumen dalam penelitian berjudul Analisis Analisis Hubungan Faktor-Faktor Terhadap Tingkat Kerja Pegawai pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. distribusi responden berdasarkan karakteristik tersebut di atas.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. distribusi responden berdasarkan karakteristik tersebut di atas. BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Dalam bagian gambaran umum responden ini akan disampaikan deskripsi mengenai responden. Gambaran umum responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Melalui dunia pendidikan seseorang akan mendapat berbagai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN BAURAN PROMOSI TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN HONEY MADOE

BAB VII HUBUNGAN BAURAN PROMOSI TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN HONEY MADOE BAB VII HUBUNGAN BAURAN PROMOSI TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN HONEY MADOE 7.1. Hubungan Bauran Promosi Terhadap Efektivitas Komunikasi Pemasaran HONEY Madoe Bauran komunikasi pemasaran meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

Ramlah, dan Dani Firmansyah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang

Ramlah, dan Dani Firmansyah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No.1 Januari Maret 2014: 22-30 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS MAHAMAHASISWA (PBAM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA DASAR MAHASISWA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER 7.1 Hubungan Antara Tempat Tinggal dan Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender Berdasarkan tempat tinggal hampir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tepatnya berada di Jln KH.Ahmad Dahlan.Lokasi sekolah SMA Muhammadiyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tepatnya berada di Jln KH.Ahmad Dahlan.Lokasi sekolah SMA Muhammadiyah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang tepatnya berada di Jln KH.Ahmad Dahlan.Lokasi sekolah SMA Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU Delila Ilvi Shakti, Kamaluddin dan Muhammad Ali Delilailvi_shakti@yahoo.co.id

Lebih terperinci