BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha
|
|
- Yuliana Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar yaitu individu dalam alam, pengaruh sosial, dan masalah kontrol. Faktor penentu adanya intensi yang pertama adalah sikap individu terhadap perilaku atau keyakinan perilaku. Penentu kedua adalah persepsi seseorang dalam tekanan sosial tentang apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan, hal tersebut berhubungan dengan norma subjektif. Ketiga adalah selfefficacy dalam melakukan hal yang menarik, hal ini disebut sebagai kontrol perilaku. Teori ini mengasumsikan keyakinan perilaku, norma subjektif dan kontrol perilaku merupakan bentuk munculnya sebuah intensi. Berikut adalah representatif gambaran mengenai terbentuknya intensi seperti yang telah dijelaskan. 12
2 13 Gambar 1. The theory of planned behavior Sumber. Ajzen, 2005 Bandura (Wijaya, 2007) menyatakan bahwa intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa depan. Sehingga intensi dapat diartikan sebagai bentuk dari keinginan untuk melakukan sesuatu pada diri individu. Ajzen (Abrorry & Sukamto, 2013) mendefinisikan intensi sebagai bentuk dari indikasi kesiapan individu dalam menampilkan perilaku dan dipertimbangkan sebagai bentuk perilaku yang telah dilakukan oleh individu. Bentuk kesiapan pada individu dapat dilihat dari intensi yang dimiliki individu tersebut, ketika kesiapan individu tinggi hal tersebut dapat diindikasikan bahwa intensi yang dimiliki juga tinggi. Intensi mengindikasikan seberapa kuat keinginan individu untuk melakukan sesuatu, seberapa banyak usaha yang direncanakan dalam menghadapi tekanan. Menurut Nursito dan Nugroho (2013), intensi merupakan fungsi dari sikap yang mungkin
3 14 ditampilkan dalam berperilaku tertentu. Intensi merupakan mediator pengaruh faktor motivasi yang memungkinkan untuk dapat memunculkan suatu perilaku. Intensi diartikan juga sebagai kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu atau tidak Pengertian Wirausaha Saat ini istilah wirausaha atau entrepreneur sudah tidak asing lagi untuk didengar. Berwirausaha berperan penting bagi perkembangan ekonomi bangsa. Terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa berwirausaha berguna sebagai agen perubahan (agent of change) dari ekonomi progresif (Darmanto, 2012). Meredith (2000) mengungkapkan bahwa para wirausaha adalah individu yang mampu melihat kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil keputusan yang tepat guna memastikan kesuksesan. Selain itu seorang wirausaha juga berorientasi pada tindakan dan memiliki motivasi yang tinggi mengambil resiko dalam mengejar tujuan. Peters, dkk. (2003) mengungkapkan bahwa kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang baru dengan nilai dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, dengan asumsi risiko keuangan, psikis, dan sosial yang menyertainya, dan menerima imbalan dihasilkan kepuasan moneter dan pribadi dan kemerdekaan.
4 15 Menurut Longnecker, Moore dan Patty (Azwar, 2013) Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya system ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan di perekonomian kita akan datang dari para wirausaha; orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. 1.3.Pengertian Intensi Berwirausaha Intensi berwirausaha saat ini sudah banyak diteliti oleh peneliti dan merupakan topik yang menarik untuk dibahas, karena hal tersebut berhubungan erat dengan perekonomian bangsa. Intensi berwirausaha (entrepreneurial intentions) menurut Katz dan Gartner (Indarti & Rostiani, 2008) yaitu proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha. Pencarian informasi menjadi bentuk usaha awal dalam berwirausaha. Mempelajari apa yang dibutuhkan dan apa resiko yang mungkin saja terjadi. Menurut Lee dan Wong (Azwar, 2013) bahwa Entrepreneurial intention atau niat kewirausahaan merupakan langkah awal dari sebuah proses pendirian suatu usaha yang umumnya bersifat jangka panjang. Menurut Krueger, dkk (Nursito & Nugroho, 2013), intensi kewirausahaan adalah prediksi yang dipercaya dapat mengukur
5 16 perilaku kewirausahaan dan aktivitasnya. Serta mencerminkan komitmen individu dalam memulai sebuah usaha baru dan isu sentral yang perlu dipahami dalam proses pendirian usaha. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa intensi berwirausaha adalah bentuk indikasi kebulatan tekad untuk melakukan sesuatu yang mungkin dimunculkan dalam berperilaku. 2. Faktor Penentu Intensi Berwirausaha Menurut Fisbein dan Ajzen ( Wijaya, 2007) intensi adalah fungsi dari tiga determinan dasar, yaitu: a. Keyakinan perilaku, mengacu pada sejauh mana individu memegang penilaian pribadi positif atau negatif tentang menjadi seorang pengusaha. Ini mencakup tidak hanya afektif (saya suka itu, itu menarik), tetapi juga pertimbangan evaluatif (itu memiliki kelebihan). Misalnya individu lebih menilai dirinya sebagai individu yang mampu untuk mencapai sebuah tujuan usaha, sehingga dapat dikatakan individu tersebut memiliki nilai pribadi yang positif. b. Keyakinan normatif, yaitu keyakinan individu akan norma, orang sekitarnya dan motivasi individu untuk mengikuti norma tersebut. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap persepsi individu bahwa referensi orang lain yang menyetujui akan mempengaruhi keputusan untuk berwirausaha atau tidak. Misalnya ketika keluarga memberikan dukungan positif terhadap usaha yang akan dibuat oleh individu
6 17 tersebut sehingga secara tidak langsung akan memberikan keyakinan untuk memulai sebuah usaha baru. c. Kontrol perilaku, yang merupakan dasar bagi pembentukan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Kontrol perilaku yang dipersepsi merupakan persepi terhadap kekuatan faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit. Persepsi ini yang akan mengendalikan perilaku individu tersebut. Misalnya individu yang mempersepsikan sendiri kemudahan atau kesulitan untuk menjadi seorang pengusaha. Intensi berwirausaha memiliki tiga aspek yaitu keyakinan perilaku, keyakinan normatif serta kontrol perilaku. Ketiga aspek tersebut merupakan bentuk keyakinan yang membentuk dan mengontrol perilaku pada individu. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha (Indarti & Rostiani, 2008) adalah: a. Faktor kepribadian: kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri b. Faktor lingkungan, yang dilihat pada tiga elemen kontekstual: akses kepada modal, informasi dan jaringan sosial c. Faktor demografis: jender, umur, latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja.
7 18 Adapun teori lain yang menyatakan faktor yang mempengaruhi intensi kewirausahaan (Wijaya, 2007) adalah a. Lingkungan keluarga Orang tua akan memberikan corak budaya, suasana rumah, pandangan hidup dan pola sosialisasi yang akan menentukan sikap dan perilaku. Orang tua yang berwirausaha biasanya akan mendorong kemandirian, berprestasi, dan bertanggung jawab. b. Pendidikan Menurut Hisrich dan Peters (Wijaya, 2007) mengatakan bahwa pendidikan penting bagi wirausaha, tidak hanya gelar, namun pendidikan mampu meberikan peranan dalam mengatasi masalahmasalah dalam bisnis. c. Nilai personal Nilai personal dibentuk oleh motivasi dan optimisme individu. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Indarti dan Kristiansen (Wijaya,2007) bahwa tingkat intensi berwirausaha dipengaruhi tinggi rendahnya kapasitas motivasi, pengendalian diri, dan optimisme. d. Usia Roe (Wijaya, 2007) mengatakan bahwa minat terhadap pekerjaan mengalami perubahan sejalan dengan usia namun menjadi relatif stabil pada post abdolence.
8 19 e. Jenis kelamin Manson dan Hog (Wijaya, 2007) mengemukakan bahwa kebanyakan wanita menganggap pekerjaan bukanlah hal yang penting. Karena wanita masih dihadapkan pada tuntutan tradisional untuk menjadi istri dan ibu rumah tangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha sangat berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Faktor internal tersebut merupakan faktor keperibadian serta nilai personal dari individu dimana dibutuhkan dalam membentuk keyakinan positif. Keyakinan positif tersebut diantaraya adalah optimisme pada individu, dimana optimism merupakan bagian dari modal psikologiss positif. B. Modal Psikologis 1. Pengertian Modal psikologis Menurut Luthans, dkk (2007) modal psikologis merupakan bentuk psikologi positif dimana setiap individu mampu memilikinya. Psikologi positif ditandai dengan kepercayaan diri dalam upaya untuk mencapai keberhasilan, membuat atribusi positif tentang kesuksesan sekarang dan masa depan, tekun dalam mencapai tujuan untuk berhasil, serta kemampuan untuk dapat bertahan dan bangkit ketika dilanda masalah. Menurut Luthans, dkk (Hedissa, dkk, 2012) modal psikologis merupakan keadaan positif psikologis seseorang yang berkembang dan
9 20 terdiri dari karakteristik adanya kepercaya dirian (self efficacy) dalam semua tugas, optimisme, harapan (hope), serta kemampuan untuk bertahan dan maju ketika dihadapkan pada sebuah masalah (resiliency). Individu digambarkan memiliki karakter-karakter yang percaya terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mencapai tujuan, memiliki emosi positif dalam mancapai tujuan, serta mampu meresapi kejadian positif sebagai faktor internal yang menetap, serta mampu kembali dari situasi yang menekan. Menurut Osigweh (Abrorry & Sukamto, 2013) modal psikologis adalah suatu pendekatan yang dicirikan pada dimensi-dimensi yang bisa mengoptimalkan potensi yang dimiliki individu sehingga bisa membantu kinerja organisasi. Setiap dinemsi memiliki peran tersendiri dalam menunjang kinerja individu. Sehingga dapat dengan mudah mengoptimalkan potensi yang dimiliki individu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa modal psikologis adalah sebuah bentuk modal psikologiss positif yang dimiliki individu dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki guna menunjang kinerja yang baik.
10 21 2. Aspek-aspek Modal Psikologis Menurut Luthans, dkk (2007) Modal psikologis dibagi menjadi empat dimensi, yaitu: a. Percaya Diri (Self-efficacy) atau kepercayaan diri (Self-efficacy) didefinisikan Albert Bandura (1997) sebagai keyakinan atau rasa percaya diri individu terhadap kemampuan untuk memunculkan motivasi, kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk melakukan sesuatu dengan sukses. Self efficacy ini sendiri mengacu pada keyakinan masyarakat tentang kemampuannya untuk berhasil melaksanakan tindakan yang mengarah pada hasil yang diinginkan. Lebih lanjut Bandura menyatakan (Luthans, dkk., 2007) bahwa efikasi diri adalah suatu justifikasi personal atau keyakinan bagaimana baiknya individu dalam mengeksekusi sejumlah tindakan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri pada suatu situasi. b. Harapan (Hope: The Will And The Way) menurut C. Rich Snyder (Abrorry & Sukamto, 2013) adalah keadaan psikologis positif yang didasarkan pada kesadaran yang saling mempengaruhi antara agency (energi untuk mencapai tujuan) dan path ways, yakni perencanaan untuk mencapai tujuan. Harapan didefinisikan sebagai kemampuan yang dirasakan untuk mendapatkan cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan memotivasi diri sendiri untuk menggunakan cara tersebut guna mencapai kesuksesan. Selain itu individu berharap
11 22 memiliki kemampuan untuk mengembangkan berbagai strategi dalam mencapai tujuan. Sehingga terbentuk keadaan diri yang bersemangat dan termotivasi untuk menjalankan berbagai strategi pencapaian tujuan usaha. c. Optimisme (Optimism) menurut Seligman (Abrorry & Sukamto, 2013) adalah suatu explanatory style yang memberikan atribusi peristiwaperistiwa positif pada sebab-sebab yang personal, permanent, serta pervasive dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa negatif pada faktor-faktor yang eksternal, sementara, serta situasional. Individu optimis mengambil kredit untuk hal-hal baik yang terjadi untuk meningkatkan moral dan menjauhkan diri dari yang buruk hal yang terjadi (Shahnawaz & Jafri, 2009) d. Resiliensi (Resiliency) didefinisikan oleh Grotberg (Maulidnya & Eliana, 2013) sebagai kemampuan individu dalam mengatasi kesulitan dan tantangan dalam kehidupan dan tidak lari dari permasalahan. Menurut De Vries dan Shields (Maulidnya & Eliana, 2013) konsep resiliensi juga sering digunakan dalam studi ketahanan dan peralihan karir untuk mendeskripsikan individu tetap dengan cita-cita karir saat menghadapi kesulitan yang dialami.
12 23 Modal psikologis memiliki empat dimensi dimana keempat dimensi tersebut merupakan konsep psikologi positif. Keempat dimensi tersebut adalah percaya diri, harapan, optimism, dan resiliensi. C. Pengalaman Berwirausaha Pengalaman menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Pengalaman itu sendiri menurut Knoers dan Haditono (1999) adalah sebuah proses pembelajaran dan pengembangan potensi tingkah laku secara formal maupun non formal atau dapat diartikan sebagai proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi Menurut Manulang (Sulaeman, 2014) pengalaman adalah proses pembentukan pengetahuan dan keterampilan tentang metode suatu pekerjaan bagi para pegawai karena keterlibatan tersebut dalam pelaksanaan pekerjaannya. Pengalaman kerja menjadi faktor yang paling mempengaruhi dalam terciptanya pertumbuhan sebuah usaha. Dengan tingginya pengalaman yang dimiliki oleh para pekerja akan menyebabkan tingginya pertumbuhan usaha tersebut. Krueger dan Brazeal menunjukan bahwa pekerjaan atau pengalaman sebelumnya yang telah dilakukan mampu meningkatkan kemampuan inidvidu terutama berkaitan dengan pengenalan peluang bisnis. (Sharma & Madan, 2014)
13 24 Pengalaman kerja mennunjukan jenis pekerjaan yang pernah dilakukan oleh individu dan memberikan peluang besar bagi individu tersebut untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurnapola pikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan (Puspaningsih, 2004). Terdapat beberapa pendapat mengenai pengalaman, dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengalaman berwirausaha merupakan sebuah proses pembentukan pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan individu guna mengawali sebuah usaha baru. D. Dinamika Psikologis Antara Modal Psikologis dan Pengalaman Berwirausaha Dengan Intensi Berwirausaha Setiap individu memiliki karateristik yang berbeda-beda. Perbedaan karateristik tentu berpengaruh pada perbedaan dalam memunculkan keinginan untuk berwirausaha. Untuk menjadi wirausaha, menurut Meredith (1992), individu yang ingin berwirausaha adalah seorang individu akan menunjukan bahwa ia haus akan tantangan serta sangat bergairah dalam menghadapi tantangan. Individu tersebut memilih untuk mencari resiko yang tinggi dibandingkan yang rendah. Apabila tugas yang dimiliki ringan, maka wirausahawan merasa kurang tertantang.
14 25 Kepercayaan diri yang tinggi adalah komponen yang mendukunng dalam memulai wirausaha. Memulai sesuatu yang baru dengan penuh resiko sangat dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi, apabila kepercayaan diri individu rendah maka individu cenderung takut untuk memulai sebuah usaha yang baru. Demikian hal nya dengan optimisme pada individu. Individu dengan tingkat optimisme tinggi memiliki keyakinan kuat akan keberhasilan dalam berusaha (Abrorry & Sukamto, 2013). Keterkaitan antara harapan dan optimisme sangat terlihat seperti yang dikemukakan oleh Luthans, dkk (2006) bahwa optimism dapat mencakup nilai harapan yang realistis dan ideal. Seorang wirausahawan tentu juga membutuhkan sikap optimis. Keterkaitan antara harapan dan optimisme memperlihatkan bahwa harapan yang tinggi akan memunculkan sikap optimis. Sama halnya menjadi seorang wirausahawan, memiliki harapan yang tinggi untuk memulai usaha akan memunculkan sikap optimis yang tinggi. Menurut Zimmerer (Abrorry &Sukamto, 2013) mengatakan bahwa wirausahawan cenderung optimis dan memiliki keyakinan yang kuat untuk berhasil. Sikap optimisme yang tinggi mampu memunculkan minat dalam memulai sebuah usaha mulai dengan pencarian informasi. Wirausahawan sering dikaitkan dengan kemampuan dalam melakukan antisipasi dan juga memprediksi konsekuensiyang mungkun terjadi. Resiliensi menjadi hal yang paling penting untuk bertahan dan sukses pada orang yang
15 26 memiliki suatu wirausaha, dibandingkan orang yang hanya memiliki pengetahuan teknis atau praktek tentang bisnisnya. (Maulidya &Eliana, 2013) Pengalaman merupakan salah satu faktor yang ternyata mampu mempengaruhi intensi berwirausaha. Pengalaman bekerja sebelumnya mampu mematangkan pikiran calon pemulai usaha. Pengalaman kerja sebelumnya mampu berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam berbisnis, penelitian tersebut dilakukan oleh Dyke, dkk. (Sharma & Madan, 2014). Pengambilan keputusan yang tepat tentu mampu menuntun para wirausaha untuk dapat menjalankan bisnisnya dengan baik. Berdasarkan beberapa faktor yang telah disebutkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa individu yang berkeinginan tinggi untuk berwirausaha dapat didukung dengan modal psikologis yang tinggi sebagai modal dalam memulai usaha sampai dengan kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan resiko dalam berwirausaha. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh antara modal psikologis dengan intensi berwirausaha. Semakin tinggi modal psikologis maka semakin tinggi pula intensi berwirausaha. Dan semakin rendah modal psikologis maka semakin rendah intensi berwirausaha.
16 27 2. Ada pengaruh antara pengalaman berwirausaha dengan intensi berwirausaha. Semakin tinggi pengalaman berwirausaha maka semakin tinggi pula intensi berwirausaha. Dan semakin rendah pengalaman berwirausaha maka semakin rendah intensi berwirausaha. 3. Ada pengaruh antara modal psikologis dan pengalaman berwirausaha dengan intensi berwirausaha. Semakin tinggi modal psikologis dan pengalaman berwirausaha maka semakin tinggi intensi berwirausaha, dan semakin rendah modal psikologis dan pengalaman berwirausaha maka semakin rendah intensi berwirausaha.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. untuk meningkatkan niat berwirausaha mahasiswa. Niat berwirausaha menjembatani
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Niat Berwirausaha Niat berwirausaha diartikan sebagai kebulatan tekad seseorang untuk memulai sebuah usaha. Niat berwirausaha
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)
9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Wirausaha dan kewirausahaan Istilah wirausaha berasal dari kata wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan dan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak
BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat pendidikan seringkali dikatakan mempersempit akses untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak memiliki
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Variabel tergantung : intensi berwirausaha 2. Variabel bebas : modal psikologis
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
58 BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan; diskusi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku. Intensi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Intensi Berwirausaha Secara harfiah intensi bermakna niat (Nursito, 2013). Konsep mengenai intensi telah dijelaskan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku yang dilakukan oleh individu, dan merupakan ubahan yang menjembatani antara sikap dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa seseorang untuk bisa lebih kreatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah penduduk di Indonesia setiap harinya semakin bertambah. Pertambahan penduduk tersebut menyebabkan Indonesia mengalami beberapa masalah, salah satunya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena
BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.
Lebih terperinciThe Psychology of Entrepreneurship
The Psychology of Entrepreneurship Bagaimana individu memutuskan menjadi seorang entrepreneur dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi? Dua faktor yang mempengaruhi berwirausaha (Suryana, 2001): Internal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhan, yaitu salah satunya need for achievement (kebutuhan berprestasi). Mc
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori 2.1.1. Need for achievement (kebutuhan berprestasi) David McCelland telah memberikan pemahaman motivasi dengan tiga macam kebutuhan, yaitu
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, termasuk di Indonesia. Masalah pengangguran ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk yang diiringi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai berbagai teori yang terkait dengan sikap kewirausahaan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang menjadi dasar dalam
Lebih terperinciBAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan
8 BAB II TELAAH TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Goal Setting Theory Goal setting theory merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukakan oleh Locke, 1978. Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah berhenti di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi Indonesia, yaitu krisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Capital 1. Pengertian Psycological Capital Menurut Osigweh (1989), psycological capital adalah suatu pendekatan yang dicirikan pada dimensi-dimensi yang bisa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh tingginya persaingan diantara para pencari kerja, terutama persaingan pada lulusan universitas. Data Biro Pusat
Lebih terperinciKesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen
55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. niat seseorang untuk berperilaku. Ketiga teori itu adalah Theory of Planned
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Ada tiga teori yang diacu sebagai landasan berpijak dalam menjelaskan niat seseorang untuk berperilaku. Ketiga teori itu adalah Theory of Planned Behavior,
Lebih terperinciBAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. berupa kontribusi dalam keilmuan dan implikasi kebijakan. Masing-masing
BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan hasil penelitian, dan selanjutnya dirumuskan implikasi penelitian berupa kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini memiliki dampak yang beragam di masyarakat. Walaupun terdapat sejumlah keuntungan dari melemahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dipengaruhi oleh perkembangan fisik, kesehatan, karir, dan aktivitas waktu luang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di masa pensiun seseorang akan menghadapi banyak perubahan di berbagai area kehidupannya. Perubahan yang paling besar berkaitan dengan gaya hidup, yang dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini isu mengenai pengembangan kewirausahaan menjadi kajian yang hangat karena kewirausahaan perannya sangat penting dalam pembangunan suatu negara. Keinginan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Efficacy 1. Definisi Self-Efficacy Seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu pada umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kognitif, khususnya faktor kognitif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Definisi Kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. khususnya adalah bisnis baru yang mendatangkan keuntungan (Uddin & Bose,
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan adalah praktek dalam memulai suatu organisasi, lebih khususnya adalah bisnis baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan. Apalagi dengan tingginya inflasi di Indonesia dari tahun ke tahun sehingga terjadi pelemahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah lapangan kerja yang tersedia di Indonesia lebih sedikit dibandingkan para pencari kerja. Lebih banyak orang memilih untuk bekerja dengan orang lain dibandingkan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperincisampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik
Judul : Keberanian mengambil risiko memediasi pengaruh efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha Nama : Anggra Lutfi Aprilian Mustofa NIM : 11152521035 ABSTRAK Masalah seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang termasuk di Indonesia (Caecilia, 2012). Tingginya angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia (Caecilia, 2012). Tingginya angka pengangguran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa
Lebih terperinciGambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014
Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi seperti sekarang ini satu hal yang dijadikan tolak ukur keberhasilan perusahaan adalah kualitas manusia dalam bekerja, hal ini didukung oleh
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada perkembangan perekonomian dan juga sumber daya manusia. Proses perekonomian yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keinginan yang tinggi untuk berbagi dan berkorban bagi organisasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karyawan adalah manusia yang mempunyai sifat kemanusiaan, perasaan dan kebutuhan yang beragam jenisnya. Ditinjau dari adanya beragam jenis sifat karyawan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006, p.3), manajemen sumber daya manusia adalah rancangan rancangan sistem formal
Lebih terperinciNURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Lebih terperinciINTENSI WIRAUSAHA DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI (Entrepreneurial intentions Reviewed from Self-Confidence) Tulus Al Eklas.
INTENSI WIRAUSAHA DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI (Entrepreneurial intentions Reviewed from Self-Confidence) Tulus Al Eklas Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Subjective well-being Subjective well-being merupakan bagian dari happiness dan Subjective well-being ini juga sering digunakan bergantian (Diener & Bisswass, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Tidak semua orang terlahir dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan wirausaha di Indonesia sangat lambat dibandingkan dengan negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner Monitorong (GEM) 2009, jumlah
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. a. Sikap partisipasi aktif berpengaruh signifikan terhadap intensi
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Sikap partisipasi aktif berpengaruh signifikan terhadap intensi
Lebih terperinciHUBUNGAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN ENTREPRENEURALAL INTENTION SISWA
Jurnal Penelitian Psikologi 2013, Vol. 04, No. 01, 61-69 HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN ENTREPRENEURALAL INTENTION SISWA Program Studi Psikologi Fakultas Dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya Abstract:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Berwirausaha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minat Berwirausaha 1. Definisi Minat Berwirausaha Zulianto (2014) menyebutkan bahwa minat berwirausaha dalam banyak penelitian dikenal dengan beberapa istilah yaitu motivasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Tindakan Beralasan Teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa perilaku
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah anugrah yang mulia namun ibu rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24 jam, selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. Hal ini dapat diamati dari jumlah pengangguran yang terus meningkat dan terbatasnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu
Lebih terperinciA. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA
A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini dihadapkan pada masalah peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Oleh karena itu pemerintah mulai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Wirausahawan muda memiliki pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi suatu negara (Fadeyi dkk, 2015). Disamping memberikan peluang kerja bagi orang lain, lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu untuk bekerja. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya profesi wirausaha pada masyarakat Indonesia ini dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Entrepreneurship Menurut Hisrich et al., dalam Wijatno (2009:3) entrepreneurship merupakan sebuah proses menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai, dengan memanfaatkan usaha dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya. Generasi muda sebagai garda depan pembangunan dimasa depan dan estafet kepemimpinan akan berada
Lebih terperinciuntuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.
Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyaknya masyarakat yang sulit menemukan lapangan pekerjaan menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah pencari kerja yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor kewirausahaan sedang gencar digalakan oleh pemerintah Indonesia karena mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teory Planned Behavior (TPB) merupakan teori perluasan teori sebab
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teory Planned Behavior (TPB) Teory Planned Behavior (TPB) merupakan teori perluasan teori sebab akibat (TRA) (Ajzen &Fishbein,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah kurang tersedianya lapangan pekerjaan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Wirausahawan adalah hasil dari sifat asli manusia itu sendiri serta beberapa faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kunci utama bagi kesejahteraan hidup. Definisi sehat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan kunci utama bagi kesejahteraan hidup. Definisi sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Motivasi Berwirausaha Motivasi merupakan proses psikologis yang mendasar, dan merupakan salah satu unsur yang dapat menjelaskan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. kepercayaan diri (self efficay) untuk menghadapi tugas-tugas yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Psychological Capital 1. Definisi Psychological Capital Menurut Luthans (2007:3) Psychological Capital adalah kondisi perkembangan positif seseorang dan dikarakteristikan oleh:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, demikian halnya di Indonesia. Pengangguran di Indonesia hampir separuhnya disumbangkan oleh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Efikasi Diri (Self-Efficacy) Menurut Bandura (1997), dari semua pemikiran yang mempengaruhi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Efikasi Diri (Self-Efficacy) Menurut Bandura (1997), dari semua pemikiran yang mempengaruhi fungsi manusia, dan merupakan bagian penting dari teori kognitif
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya yang akan meneruskan estafet kepemerintahan Indonesia, salah satu pilar pentingnya adalah mahasiswa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena empiris yang terjadi di Indonesia. Tarbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia telah meningkatkan jumlah pengangguran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sumber daya manusia merupakan tolok ukur suatu bangsa, maksudnya adalah bahwa suatu bangsa dapat dikatakan baik apabila memiliki sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan Suryana (2003) menyatakan bahwa istilah kewirausahaan dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi menjadi salah satu isu utama yang mendorong perusahaan menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk senantiasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada kategori orang dewasa. Masa remaja merupakan tahap perkembangan kehidupan yang dilalui setelah
Lebih terperinciKEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN:
KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN: Wirausaha adalah seseorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya system ekonomi perusahaaan yang bebas. Karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat, menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Locus Of Control 2.1.1. Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran
Lebih terperinci